Anda di halaman 1dari 6

Moderasi Beragama : Tantangan dan Peluang

Nadia Nur Fazira


D4 Administrasi Perkantoran Digital, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta,
Indonesia
Email : nadiafazira0@gmail.com

Muhammad Raja Pandiangan


D4 Akuntansi Sektor Publik, Fakultas Ekonomi,Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
Email : muhammadrajapandiangan@gmail.com

Juwita Hafsah Alifia


S1 Pendidikan Bisnis, Fakultas Ekonomi,Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
Email : juwitahahfsah09@gmail.com

ABSTRAK
Secara etimologis, istilah moderasi berasal dari kata latin modereio yang berarti
moderasi, artinya tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Istilah moderasi juga dapat
dipahami sebagai “pengendalian diri” atas kelebihan dan kekurangan. Menurut KBBI,
kata “moderat” mempunyai dua arti, yaitu: (1) selalu menghindari perilaku atau
ungkapan yang ekstrim dan (2) cenderung menuju arah atau jalur perantara.
Sedangkan Kementerian Agama RI mengartikan moderasi beragama sebagai
“pandangan, sikap, perilaku, selalu berada pada posisi tengah, selalu bertindak adil
dan tidak ekstrim dalam permasalahan agama.” Moderasi beragama merupakan sikap
atau perilaku yang menekan toleransi, penghargaan, dan kerja sama antar umat
beragama. Ini berarti seseorang yang menanamkan moderasi beragama akan
menghormati keyakinan dan mempraktikkan beragam orang lain, serta berpikiran
terbuka dan inklusif terhadap perbedaan. Fakta bahwa Indonesia adalah negara yang
sangat majemuk dengan berbagai suku, bahasa, budaya, dan agama, menjadikannya
penting untuk memperkuat moderasi beragama. Walaupun tidak terdiri dari agama
tertentu, Indonesia juga merupakan negara yang agamis. Ini jelas dan dapat dilihat
sendiri karena hampir tidak ada aspek keseharian kehidupan rakyat Indonesia yang
menyimpang dari prinsip agama. Agama sangat penting di Indonesia sehingga harus
terintegrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Uraian tersebut menjadi dasar
bahwa pelatihan dakwah digital bagi generasi muda merupakan hal yang penting.Oleh
karena itu diharapkan generasi muda dapat menjadi pionir sejak dini dan kedepannya,
menghasilkan peserta didik yang terampil, mewujudkan ajaran Islam dalam
kehidupannya dan memahami komunikasi dakwah sehingga dapat berlangsung secara
efektif. Dengan memanfaatkan peluang-peluang ini, kita dapat menciptakan
lingkungan yang lebih harmonis dan mengurangi perbedaan antar umat beragama.
Pemahaman akan pentingnya moderasi beragama akan mendorong sikap saling
menghormati dan menghormati dalam masyarakat dengan memegang teguh prinsip
bahwa meskipun kita berbeda agama, budaya, ras, dan suku, kita tetap bisa hidup
damai dan hidup berdampingan secara harmonis.Slogan nasional Indonesia adalah
“Binneka Tungal Ika”, walaupun mempunyai arti yang bermacam-macam, namun
pada hakikatnya Indonesia tetap satu bangsa, yaitu negara kesatuan Republik
Indonesia.

PENDAHULUAN
A. Pengertian Moderasi Beragama
Secara etimologis, istilah moderasi berasal dari kata latin modereio yang berarti
moderasi, artinya tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Istilah moderasi juga dapat
dipahami sebagai “pengendalian diri” atas kelebihan dan kekurangan. Menurut KBBI,
kata “moderat” mempunyai dua arti, yaitu: (1) selalu menghindari perilaku atau ungkapan
yang ekstrim; dan (2) cenderung menuju arah atau jalur perantara. Sedangkan
Kementerian Agama RI mengartikan moderasi beragama sebagai “pandangan, sikap,
perilaku, selalu berada pada posisi tengah, selalu bertindak adil dan tidak ekstrim dalam
permasalahan agama.”
Moderasi beragama merupakan sikap atau perilaku yang menekan toleransi,
penghargaan, dan kerja sama antar umat beragama. Ini berarti seseorang yang
menanamkan moderasi beragama akan menghormati keyakinan dan mempraktikkan
beragam orang lain, serta berpikiran terbuka dan inklusif terhadap perbedaan.
Kesimpulannya, moderasi beragama dapat menciptakan lingkungan yang damai dan
harmonis di masyarakat, mengurangi konflik antar agama, serta memperkuat persatuan
dan kerukunan umat beragama. Dengan menerapkan moderasi beragama, kita dapat
membangun hubungan yang baik dengan sesama, memperkuat toleransi, dan bekerja
sama dalam memecahkan masalah-masalah sosial bersama-sama.
B. Urgensi Moderasi Beragama di Indonesia
Pendidikan adalah proses pembelajaran dan pengajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi manusia secara optimal melalui berbagai aktivitas belajar-
mengajar. (Suyuti, 2023)
Fakta bahwa Indonesia adalah negara yang sangat majemuk dengan berbagai suku,
bahasa, budaya, dan agama, menjadikannya penting untuk memperkuat moderasi
beragama. Walaupun tidak terdiri dari agama tertentu, Indonesia juga merupakan
negara yang agamis. Ini jelas dan dapat dilihat sendiri karena hampir tidak ada aspek
keseharian kehidupan rakyat Indonesia yang menyimpang dari prinsip agama. Agama
sangat penting di Indonesia sehingga harus terintegrasi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Selain itu, moderasi beragama sangat penting untuk dipromosikan di
seluruh dunia, di mana agama memainkan peran penting dalam pembentukan
peradaban dunia yang berharga.
Moderasi beragama merujuk pada sikap dan perilaku beragama yang seimbang dan
tidak ekstrim baik dalam pemahaman maupun pengamalan. Moderasi beragama
penting untuk menjaga keharmonisan dan perdamaian antar keberagaman agama dan
budaya di Indonesia.
Kita semua memahami bahwa sumber utama agama adalah teks, yang diwujudkan
dalam bentuk kitab suci dan orang-orang suci yang menerima risalah untuk
menyebarkannya kepada umat manusia. Pemahaman akan hal ini dapat membawa kita
ke dalam perangkap pemahaman terhadap dua kutub yang pada dasarnya sama-sama
dilebih-lebihkan. Satu kutub terlalu berfokus pada teks itu sendiri tanpa
mempertimbangkan konteksnya, sehingga menimbulkan sikap konservatif atau ultra-
konservatif. Sebaliknya, kutub yang lain terlalu mengandalkan otak dan nalar
sehingga pemahaman terhadap teks selalu bergantung pada konteks sehingga
menyebabkan ditinggalkannya teks itu sendiri. Kutub kedua ini mengarah pada paham
liberal dan ultra liberal. Kedua kutub yang berlebihan ini sama-sama mengancam
kehidupan beragama dalam terwujudnya peradaban dunia .Ketika kelompok ekstrem
ini terus tampil dinamis, kelompok agama moderat juga harus dinamis dengan tetap
berada di tengah-tengah.
Pasal 29 Undang-Undang Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara berlandaskan
keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Negara menjamin kebebasan setiap
warga negaranya untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya. Pasal ini memberikan dasar dan kewajiban bagi Negara untuk
menjamin kemerdekaannya dalam dua hal: kebebasan menganut suatu agama dan
kebebasan berdoa menurut keyakinannya. Indonesia sendiri mempunyai hubungan
yang unik antara agama dan negara. Indonesia bukanlah negara sekuler dan bukan
pula negara agama yang menganut agama tertentu. Oleh karena itu, negara
memposisikan dirinya dalam kaitannya dengan agama dalam tiga bidang: pertama,
dengan menjamin dua kebebasan: kebebasan memeluk agama dan kebebasan
beribadah menurut keyakinannya. Kedua, negara menjunjung tinggi agama dan tidak
bisa mengabaikan urusan agama masyarakatnya. Negara juga tidak bisa ``memaksa''
warganya untuk melakukan perilaku keagamaan tertentu. Ketiga, memberikan
pedoman dalam kehidupan beragama, seperti menyelenggarakan pertemuan Isbat,
penyelenggaraan haji, pendirian tempat ibadah, dan lain-lain. Meski pedoman ini
tidak bisa ditegakkan, agama itu sendiri selalu bisa dilihat dari dua sudut pandang
yang berbeda.
Pertama, cara pandang kelembagaan formal yang menyebabkan pendekatannya
selalu bersifat disjungtif, termasuk perbedaan paham yang ada dalam agama-agama
itu sendiri, seperti Islam, Kristen, hingga memandang agama-agama seperti Hindu
sebagai institusi formal. Kedua, perspektif esensial atau substantif, yang
menitikberatkan pada pengajaran nilai-nilai yang cenderung sama dan tidak
membanding-bandingkan keberagaman agama yang satu dengan agama yang lain.
Sebab, inti fundamental ajaran agama pada dasarnya sama: kemanusiaan, keadilan,
persamaan di depan hukum, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan nilai-
nilai universal lainnya

PEMBAHASAN
A. Tantangan Moderasi Beragama

Moderasi dalam beragama menghadapi beberapa tantangan, antara lain ekstremisme,


intoleransi, dan perlunya menjaga keseimbangan antara nilai-nilai agama dan sekuler. Di era
teknologi digital, tantangan moderasi beragama menjadi semakin kompleks, dengan internet
menjadi faktor penting dalam penyebaran pandangan ekstremis. Tantangan lainnya adalah
berkembangnya praktik keagamaan yang berlebihan dan ekstrem, klaim kebenaran mutlak,
dan kurang harmonisnya nilai-nilai agama dan kebangsaan. Untuk mengatasi tantangan-
tantangan ini, penting untuk mendorong dialog, pendidikan, dan pemahaman antaragama,
serta memperkuat landasan budaya dan struktural untuk moderasi beragama. Beberapa
tantangan dalam menerapkan moderasi beragama di Indonesia meliputi:
- Pemahaman dan pengamalan keagamaan yang berlebihan:
Sebagian masyarakat merasa paham tafsir keagamaannya sajalah yang paling benar
dan memaksa orang lain untuk mengikuti pahamnya, termasuk menggunakan cara
paksaan dan kekerasan
- Dampak buruk penggunaan internet:
Penggunaan internet menjadi tantangan tersendiri untuk penguatan moderasi
beragama. Sebagian masyarakat merasa bahwa informasi yang diperoleh dari sumber
internet, terutama dari sosial media, tidak selalu akurat dan menciptakan kerentanan
di antara Masyarakat
- Tantangan kemanusiaan:
Tindakan ekstrem bisa mengarah ke kemanusiaan dan mempengaruhi hubungan
antara masyarakat dan pemerintah
- Penguatan moderasi beragama melalui program LKLB:
Program pengenalan LKLB bagi guru madrasah/pesantren/penyuluh agama
diharapkan dapat membantu mengatasi tantangan dalam penerapkan moderasi
beragama, namun ada peluang untuk peningkatan pemahaman dan penerapan
moderasi beragama yang benar di seluruh lapisan Masyarakat
- Kebijakan penguatan moderasi beragama:
Pemerintah tengah mengarusutamakan penguatan moderasi beragama, yang diarahkan
pada upaya membentuk SDM Indonesia yang berorientasi menciptakan kemaslahatan
umum dan menjunjung tinggi komitmen kebangsaan

B. Peluang Moderasi Beragama


Pada zaman sekarang memang semakin banyak tantangan dalam moderasi beragama,
namun dibalik itu terdapat pula peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menguatkan
moderasi beragama, khususnya pada era digital saat ini dimana kita sebagai generasi
muda akrab dengan gadget dan internet. Keakraban generasi muda dengan gadget dan
internet membuka peluang besar bagi para dai untuk berdakwah dan mengembangkan
konten dakwah yang relevan saat ini. Dimana dahulu dakwah yang hanya bisa dilakukan
secara langsung, sekarang juga bisa dilakukan secara digital.
Sebagai contoh mengenai pemahaman moderasi beragama di kalangan generasi muda
yang merupakan hakikat agama Islam. Moderasi beragama sendiri dianggap sebagai sikap
yang moderat, adil dan tidak ekstrim. Untuk memenuhi pentingnya pemahaman moderasi
beragama, maka generasi muda sebagai generasi penerus harus memahami moderasi
beragama, kemudian belajar bagaimana menyebarkannya dan memberikan pendidikan
kepada generasi muda lainnya dan masyarakat luas.
Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dengan mengadakan pelatihan cara membuat
konten dakwah berbasis digital. Kemudahan akses dan transmisi informasi dan
komunikasi tentunya menjadi alasan untuk memilih berdakwah secara digital, namun
tetap perlu memperhatikan rambu-rambu dakwah di dunia digital.
Uraian tersebut menjadi dasar bahwa pelatihan dakwah digital bagi generasi muda
merupakan hal yang penting.Oleh karena itu diharapkan generasi muda dapat menjadi
pionir sejak dini dan kedepannya, menghasilkan peserta didik yang terampil, mewujudkan
ajaran Islam dalam kehidupannya dan memahami komunikasi dakwah sehingga dapat
berlangsung secara efektif. Dengan memanfaatkan peluang-peluang ini, kita dapat
menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan mengurangi perbedaan antar umat
beragama.

KESIMPULAN
Pemahaman akan pentingnya moderasi beragama akan mendorong sikap saling
menghormati dan menghormati dalam masyarakat dengan memegang teguh prinsip bahwa
meskipun kita berbeda agama, budaya, ras, dan suku, kita tetap bisa hidup damai dan hidup
berdampingan secara harmonis.Slogan nasional Indonesia adalah “Binneka Tungal Ika”,
walaupun mempunyai arti yang bermacam-macam, namun pada hakikatnya Indonesia tetap
satu bangsa, yaitu negara kesatuan Republik Indonesia.
Moderasi beragama penting karena apa pun masalah agama yang kita hadapi bersama,
akan lebih efektif jika kita menemukan kompromi yang memberikan solusi yang saling
menguntungkan. Dalam konteks pluralitas agama di Indonesia, moderasi beragama menjadi
penting dan berkaitan dengan penghormatan terhadap nilai-nilai Pancasila dan hukum yang
menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Sebuah perspektif yang disebut moderasi agama mengacu pada cara memahami dan
mengamalkan ajaran agama sehingga selalu berada dalam jalur yang moderat. Di sini,
"moderat" berarti tidak berlebihan atau terlalu ekstrim. Oleh karena itu, cara beragama yang
dimoderasi di sini bukanlah agama itu sendiri. Karena agama berasal dari Tuhan yang Maha
Sempurna, agama itu sendiri sempurna. Namun, pemahaman dan penerapan ajaran agama
setiap orang berbeda. Keragaman muncul sebagai hasil dari kemampuan manusia untuk
menafsirkan pesan agama. Jika pemahaman dan penafsiran yang muncul tidak sesuai dengan
nilai-nilai agama, tentu akan terjebak pada pemahaman yang mengarah pada tindakan yang
berlebihan.
Moderasi beragama adalah upaya terus menerus untuk memastikan bahwa tafsir dan
pemahaman agama apapun tetap berada dalam batas-batas yang aman sehingga tidak muncul
gaya beragama yang ekstrem. Karena inti ajaran agama sama, yaitu kemanusiaan, keadilan,
persamaan di depan hukum, penghormatan hak asasi manusia, dan nilai-nilai universal
lainnya. Saat ini, keberagamaan di Indonesia tidak terganggu. Hal ini disebabkan oleh
semangat bineka tunggal ika masyarakat Indonesia, yang membuat orang-orang dari berbagai
suku, ras, dan agama merasa seperjuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuriah, S., & Ardi, A. (2022). Urgensi Pemahaman Moderasi Beragama Di


Indonesia. Jurnal Ilmiah Islamic Resources, 19(2), 192-199.
Samho, B. (2022). Urgensi “Moderasi Beragama” Untuk Mencegah Radikalisme di
Indonesia. Sapientia Humana: Jurnal Sosial Humaniora, 2(01), 90-111.
Chudzaifah, I., & Hikmah, A. N. (2022). MODERASI BERAGAMA: Urgensi dan
Kondisi Keberagamaan di Indonesia. Al-Fikr: Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 49-
56.
Huda, M. T. (2021). Pengarusutamaan Moderasi Beragama; Strategi Tantangan dan
Peluang FKUB Jawa Timur. Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, 32(2), 283-300.
Suyuti, S., Wahyuningrum, P. M. E., Jamil, M. A., Nawawi, M. L., Aditia, D., &
Rusmayani, N. G. A. L. (2023). Analisis Efektivitas Penggunaan Teknologi dalam
Pendidikan Terhadap Peningkatan Hasil Belajar. Journal on Education, 6(1), 1-11.
Rumata, F., Iqbal, M., & Asman, A. (2021). Dakwah digital sebagai sarana
peningkatan pemahaman moderasi beragama dikalangan pemuda. Jurnal Ilmu
Dakwah, 41 (2), 172-183.

Anda mungkin juga menyukai