Anda di halaman 1dari 8

RENCANA AKSI PERUBAHAN

PENULIS: JAZNA ASLA


MAN 1 OKU
PENDAHULUAN

Bagi bangsa Indonesia, kerukunan umat beragama menjadi sangat penting


dalam upaya membangun bangsa untuk menjadi bangsa yang maju dan
berdaya. Mpu Tantular (XIV:139) dalam kitabnya Kakawin Sutasoma,
“Bhinneka Tunggal Ika” berasal dari bahasa Jawa Kuno dengan menggunakan
aksara Bali, dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi
tetap satu juga”. Konsep ini mengakui keragaman atau menginginkan adanya
kesatuan yang dicirikan oleh perbedaan agama, suku, ras dan budaya.
Moderasi beragama di Indonesia sangat penting karena negara ini
memiliki keberagaman agama, seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan
Konghucu. Namun, masih ada beberapa kasus intoleransi dan konflik antara
kelompok agama yang berbeda, terutama dalam konteks politik dan sosial.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah berupaya untuk mengadakan
pendekatan melalui berbagai cara, seperti dialog antaragama, pendidikan
agama yang inklusif, dan promosi nilai-nilai universal seperti perdamaian,
toleransi, dan persatuan.
Secara konstitusional, penguatan moderasi beragama memiliki landasan
hukum yang kuat di dalam Undang-undang Dasar 1945 menegaskan adanya
kewajiban negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Perlindungan terhadap kebebasan beragama ini juga
dinyatakan dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Kewajiban negara untuk melindungi kebebasan beragama itu memang
secara khusus diemban oleh Kementrian Agama, untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintah negara, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2015 Tentang Kementrian
Agama (Kemenag, 2020).
PEMBAHASAN

A. DEFINISI MODERASI BERAGAMA

Secara konseptual, moderasi beragama dibangun dari kata moderasi, di


mana kata moderasi sendiri diadopsi dari bahasa Inggris “moderation” yang
memilliki arti sikap tidak berlebih-lebihan (Azis, 2019:3). Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata moderasi diambil dari kata “moderat”
yang memiliki arti selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang
ekstrem, dan mau mempertimbangkan pandangan pihak lain.
Moderasi beragama dapat dilihat sebagai suatu cara untuk meminimalkan
konflik antar kelompok agama dengan menghargai perbedaan keyakinan dan
menjaga keseimbangan dalam tindakan individu atau kelompok dapat
mengurangi ketegangan yang mungkin terjadi di antara kelompok agama yang
berbeda.

B. KONDISI DALAM RUANG LINGKUP MADRASAH DAN SISWA

Secara umum, kondisi moderasi beragama dalam madrasah dapat


dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kurikulum, pengajar, kepemimpinan,
dan lingkungan sosial di sekitar madrasah. Hal ini dapat memastikan bahwa
siswa mendapatkan pendidikan yang komprehensif dan terbuka dalam berbagai
bidang, termasuk ilmu pengetahuan, teknologi, dan humaniora, serta
pendidikan agama yang moderat dan inklusif.
Seperti kondisi lingkungan di sekitar MAN 1 Ogan Komering Ulu
memiliki pemahaman yang baik tentang keberagaman agama, siswa diajarkan
untuk menghormati agama lain dengan baik oleh guru, saya sendiri selama
berada di madrasah tidak pernah mendengar kata-kata atau melihat perilaku
intoleran terhadap perbedaan agama, madrasah berusaha sebaik mungkin agar
siswanya dapat memahami nilai-nilai toleransi dan menghargai perbedaan.
Dalam konteks ini, kondisi siswa yang moderat dalam beragama dapat
diartikan sebagai siswa yang mampu menjaga keseimbangan dalam
menjalankan praktik keagamaan.

C. KONDISI LINGKUNGAN DAN PENGALAMAN SISWA

Secara umum, di Indonesia terdapat toleransi antar umat beragama yang


tinggi dan masyarakatnya cenderung menghormati perbedaan agama satu sama
lain. Hal ini tercermin dalam adanya keragaman agama dan tempat ibadah yang
dapat ditemukan di seluruh Indonesia seperti masjid, gereja, pura, dan kuil
yang berdiri sebagai tempat ibadah umat dalam berbagai agama. Tetapi pada
kenyataannya di Indonesia masih ada pula konflik agama di berbagai wilayah,
contohnya konflik Poso, Sulawesi Tengah, pada 25 Desember 1998 hingga 20
Desember 2001.
Menurut pengalaman pribadi, saya pernah diajar oleh umat Kristen yang
mana merupakan salah satu pengajar di tempat penulis kursus bahasa Inggris.
Pernah suatu hari kejadian teman sekelas saya menyinggung pengajar tersebut
mengenai cara umat Kristen menyucikan dosa dengan cara di Baptis, hal
tersebut dianggap lelucon oleh sebagian teman saya. Dalam hal ini saya dapat
menyimpulkan bahwa masih ada di luar sana yang menganggap agama orang
lain sebagai lelucon belaka, apalagi orang-orang yang belum begitu mengerti
mengenai konsep moderasi beragama.

D. RENCANA AKSI PERUBAHAN KE DEPAN

Rencana aksi perubahan dapat diterapkan dalam masyarakat yaitu sebagai


berikut :
1. Peningkatan dialog antaragama: Kemajuan teknologi dan keterbukaan
informasi dapat memfasilitasi dialog dan diskusi antarumat beragama
2. Penggunaan teknologi untuk membantu moderasi: Teknologi dapat
digunakan untuk mengidentifikasi dan mengatasi konten berbahaya atau
ekstremis di platform online.
3. Pemikiran yang lebih terbuka dan inklusif: Pemikiran moderat dapat
berkembang di kalangan generasi muda yang semakin terbuka dan inklusif
terhadap perbedaan dan keragaman agama.
4. Peran pemimpin agama: Pemimpin agama dapat memainkan peran yang
lebih aktif dalam mempromosikan pesan moderat.

Pada intinya, langkah-langkah yang diambil untuk mempromosikan


moderasi agama harus melibatkan kerja sama dari berbagai pihak.
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Di Indonesia, moderasi beragama sangat penting karena negara ini


memiliki keberagaman agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan
Konghucu. Moderasi beragama di Indonesia menekankan pada nilai-nilai
toleransi, harmoni, dan kesatuan dalam keragaman yang dapat mempromosikan
keadilan dan kesetaraan sosial.
Moderasi beragama menjadi sebuah keniscayaan yang harus
diimplementasikan oleh seluruh Lembaga, bahkan Kementerian Agama sebagai
leading sector. Oleh karena itu, upaya terus dilakukan untuk memperkuat
moderasi beragama di Indonesia, baik melalui pendidikan, dialog antaragama,
maupun kampanye sosial yang bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai
toleransi, harmoni, dan kesatuan dalam keragaman.

B. SARAN

Berikut adalah beberapa saran yang dapat dilakukan untuk memperkuat


moderasi beragama di Indonesia:
1. Pendidikan: Diperlukan riset lebih lanjut tentang pendidikan moderasi
beragama dalam penguatan wawasan kebangsaan. Sekolah dan perguruan
tinggi dapat mengajarkan nilai-nilai toleransi, harmoni, dan kesatuan
dalam keragaman.
2. Kampanye sosial: Pemerintah dan organisasi keagamaan dapat melakukan
kampanye sosial yang bertujuan untuk memperkuat moderasi beragama,
seperti kampanye anti kekerasan
3. Dialog antaragama: Dialog antaragama dapat menjadi sarana untuk
membangun pemahaman yang lebih baik tentang agama dan keyakinan
masing-masing.
Dengan melakukan upaya-upaya tersebut, diharapkan moderasi beragama
di Indonesia dapat semakin kuat dan memperkuat nilai-nilai toleransi, harmoni,
dan kesatuan dalam keragaman.
DAFTAR PUSTAKA

Pursika, Nyoman I. 2009. KAJIAN ANALITIK TERHADAP


SEMBOYAN “SEMBOYAN “BHINNEKA TUNGGAL IKA”. Pendidikan dan
Pengajaran, 42(1), 15-20.
Tim Kelompok Kerja. 2020. PENGUATAN MODERASI BERAGAMA.
Indonesia: Kementrian Agama RI.
Hikmatullah dan Hendri Kemal Maulana. 2021. PRAKTIK MODERASI
BERAGAMA. Pengabdian Masyarakat, 10(2), 199-213.
Fales, Suimi dan Iwan Sitorus Romadhan. 2022. MODERASI
BERAGAMA. Manthiq, 7(2), 221-229.
Bela, Dinar dan Syamsul Bakri. 2021. Pendidikan Moderasi Beragama.
Multidisciplinary Studies, 5(2), 422-434.

Anda mungkin juga menyukai