Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kerukunan antar umat beragama adalah hasil dari interaksi dan pemahaman yang saling
menghormati antara berbagai komunitas agama di suatu masyarakat. Melalui dialog, toleransi,
dan penghargaan terhadap perbedaan, kerukunan ini menciptakan harmoni, kedamaian, dan
kesetaraan di antara warga yang beragam keyakinan. Faktor-faktor seperti sejarah interaksi
antaragama, ajaran agama yang mendorong toleransi, serta kebutuhan sosial untuk hidup
bersama secara harmonis, menjadi latar belakang penting dalam membangun kerukunan antar
umat beragama. Dengan upaya kolaboratif dari individu, komunitas, dan pemerintah, kerukunan
antar umat beragama dapat ditingkatkan melalui kegiatan dialog, pendidikan lintas agama, dan
kebijakan yang mendorong kebebasan beragama.

BAB II PEMBAHASAN

RANGKUMAN JURNAL 1

Jurnal ini membahas tentang konsep toleransi dalam menciptakan harmoni antara komunitas
agama, khususnya gagasan yang diusulkan oleh A. Mukti Ali, mantan Menteri Agama di
Indonesia. Artikel ini menyoroti masalah konflik agama yang terus berlangsung di Indonesia dan
perlunya upaya untuk mempromosikan harmoni antara kelompok agama yang berbeda. Konsep
"setuju dalam perbedaan" dibahas sebagai cara untuk mencapai harmoni ini, tetapi artikel juga
menekankan pentingnya memahami prinsip-prinsip Islam tentang toleransi dan dakwah dalam
menerapkan konsep ini. Artikel ini juga merujuk pada contoh sejarah toleransi agama dalam
Islam, seperti Piagam Madinah. Artikel membahas konsep toleransi dalam Islam dan pentingnya
memahami dan menerapkannya dalam masyarakat saat ini. Artikel juga mengeksplorasi gagasan
dialog antaragama dan bagaimana hal itu dapat digunakan untuk mempromosikan pemahaman
dan kerja sama antara agama yang berbeda. Artikel menekankan perlunya mengikuti prinsip-
prinsip Islam saat terlibat dalam dialog dan tidak mengorbankan ajarannya. Artikel juga
menyoroti contoh dialog Nabi Muhammad dengan orang-orang dari agama yang berbeda dan
bagaimana hal itu dapat digunakan sebagai model untuk dialog antaragama. Artikel ini
menyimpulkan bahwa keyakinan yang kuat pada agama seseorang dapat mengarah pada
toleransi yang lebih besar terhadap orang lain. Namun, artikel juga menekankan bahwa upaya
untuk mempromosikan harmoni agama dan pemahaman harus tetap sesuai dengan ajaran Islam
yang telah mapan dan tidak boleh menyimpang dari ajaran tersebut.

A. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Menurut jurnal tersebut, kerukunan antar umat beragama adalah konsep yang digagas oleh Mukti
Ali melalui dialog antar agama. Dialog antaragama bukan hanya saling memberi informasi, mana
yang sama dan mana yang berbeda antara satu agama dengan agama lainnya. Dialog antaragama
juga bukan suatu usaha agar orang yang berbicara menjadi yakin akan kepercayaannya, dan
menjadikan orang lain mengubah agamanya kepada agama yang ia peluk. Lebih lanjut, dialog
antaragama adalah pertemuan hati antarpemeluk berbagai agama. Dialog adalah komunikasi
antara orang-orang yang percaya pada tingkat agama. Jalan bersama untuk mencapai kebenaran
dan kerja sama dalam proyek-proyek yang menyangkut kepentingan bersama.

B. MENCIPTAKAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERGAMA

Dalam jurnal tersebut, terdapat beberapa cara untuk menciptkan kerukunan antar umat beragama,
antara lain:

1. Meningkatkan dialog antar agama: Dialog antar agama dapat membantu memperkuat
pemahaman dan saling menghormati antar umat beragama.

2. Meningkatkan toleransi: Toleransi antar umat beragama dapat membantu menjaga kerukunan
dan menghindari konflik.

3. Meningkatkan pemahaman terhadap agama lain: Memahami agama lain dapat membantu
mengurangi ketidakpercayaan dan meningkatkan rasa saling menghormati.

4. Meningkatkan kerja sama dalam proyek-proyek yang menyangkut kepentingan bersama:


Kerja sama dalam proyek-proyek dapat membantu memperkuat hubungan antar umat beragama.

5. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kerukunan antar umat beragama: Kesadaran akan
pentingnya kerukunan antar umat beragama dapat membantu menghindari konflik dan
memperkuat hubungan antar umat beragama.
6. Meningkatkan pemahaman terhadap ajaran agama masing-masing: Pemahaman yang baik
terhadap ajaran agama masing-masing dapat membantu menghindari kesalahpahaman dan
meningkatkan rasa saling menghormati.

JURNAL 2

Jurnal tersebut membahas tentang pentingnya harmoni agama dan tantangan yang dihadapi
dalam mencapainya di Indonesia. Penulis berpendapat bahwa implementasi teologi
persaudaraan, khususnya teologi penerimaan dalam agama Kristen dan Islam, dapat melengkapi
upaya sebelumnya dan mengarah pada harmoni agama yang lebih besar. Artikel ini juga
menekankan perlunya rekonsiliasi interpretasi yang berbeda dari teks agama dan menekankan
pentingnya mengakui tradisi bersama dalam menyembah Allah dalam Islam dan Kristen. Artikel
ini menyimpulkan dengan menyerukan implementasi penerimaan teologis dalam semua ajaran
agama untuk mempromosikan perspektif persaudaraan dan toleransi di antara semua orang.

Artikel ini membahas pentingnya persaudaraan dan toleransi antara Islam dan Kristen. Kedua
agama memiliki tradisi menyembah Tuhan yang sama, dan penting untuk mengakui dan
menghormati keyakinan satu sama lain. Pemerintah, lembaga pendidikan, pemimpin agama, dan
intelektual semua memiliki peran dalam mempromosikan harmoni dan pemahaman antara kedua
agama. Toleransi tidak hanya diajarkan dalam teks agama tetapi harus dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Pancasila, ideologi nasional Indonesia, memberikan dasar untuk
kesetaraan dan keberadaan damai antara agama yang berbeda. Artikel ini menekankan
pentingnya persaudaraan dan toleransi dalam menciptakan masyarakat yang damai.

Artikel ini membahas pentingnya mempromosikan harmoni dan toleransi antara Muslim dan
Kristen di Indonesia. Ini menekankan peran pengambilan keputusan individu dalam membentuk
kelompok agama dan potensi kelompok-kelompok ini untuk mempromosikan pembagian atau
harmoni. Artikel ini juga menekankan pentingnya penerimaan teologis dalam menjembatani
perbedaan antara kepercayaan dan menciptakan pemahaman bersama tentang persaudaraan
manusia.
A. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERGAMA

Kerukunan antar umat beragama adalah tindakan yang dapat mengikat aktivitas umat beragama
dalam menjalani hidup dengan tujuan untuk mewujudkan persatuan, kesatuan, dan persaudaraan
antar umat beragama melalui kegiatan reharmonisasi dan antisipasi disharmonisasi. Kerukunan
antar umat beragama dapat terwujud melalui interaksi dan komunikasi yang harmoni serta
pemahaman dan penerapan akseptasi teologi yang baik. Upaya untuk menciptakan kerukunan
antar umat beragama dilakukan oleh pemerintah, lembaga pendidikan, tokoh agama, dan para
cendikiawan.

B. MENCIPTAKAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERGAMA

Untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama, ada beberapa hal yang dapat dilakukan,
antara lain:

1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang agama lain. Hal ini dapat dilakukan
melalui dialog antar agama, kunjungan ke tempat ibadah agama lain, atau kegiatan-kegiatan yang
melibatkan umat beragama yang berbeda.

2. Meningkatkan toleransi dan saling menghargai. Setiap umat beragama harus menghargai
kepercayaan dan keyakinan agama lain, serta menghormati hak asasi manusia dan kebebasan
beragama.

3. Meningkatkan komunikasi dan interaksi antar umat beragama. Komunikasi yang baik dan
interaksi yang positif dapat membantu membangun kepercayaan dan memperkuat hubungan
antar umat beragama.

4. Meningkatkan kerjasama dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. Umat beragama dapat
bekerja sama dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan untuk membantu masyarakat yang
membutuhkan, tanpa memandang agama, suku, atau ras.

5. Meningkatkan peran tokoh agama dan pemimpin masyarakat dalam mempromosikan


kerukunan antar umat beragama. Tokoh agama dan pemimpin masyarakat dapat memainkan
peran penting dalam mempromosikan kerukunan antar umat beragama melalui pesan-pesan yang
disampaikan dan tindakan nyata yang dilakukan.
Dengan melakukan hal-hal tersebut, diharapkan dapat menciptakan kerukunan antar umat
beragama yang harmonis dan damai.

JURNAL 3

Jurnal ini membahas peran Gereja dan Pelayan Tuhan dalam menghadapi perilaku intoleran dan
kelompok keras kepala agama di Indonesia, yang merupakan negara paling plural di dunia.
Penelitian ini adalah studi kualitatif deskriptif yang menggunakan metode penelitian literatur dan
pengumpulan data melalui studi literatur. Gereja dan Pelayan Tuhan memiliki peran penting
dalam menjaga dan menghadapi perilaku intoleran terhadap umat Kristen di Indonesia dengan
mendidik mereka untuk menghindari sektarianisme radikal yang mengarah pada perilaku agresif
dan intoleran terhadap penganut agama lain. Gereja dan Pelayan Tuhan juga harus
mempertahankan hak-hak umat Kristen untuk beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan
mereka, dan melakukan upaya melalui pendekatan dialog antar agama, pendekatan sosial,
pendekatan politik, dan pendekatan hukum formal sesuai dengan hukum yang berlaku di
Indonesia. Artikel ini membahas masalah intoleransi terhadap umat Kristen di Indonesia,
terutama oleh kelompok Islam radikal dan keras kepala. Penyebab utama perilaku ini adalah
pemahaman dangkal tentang teks agama, sektarianisme, dan kemiskinan. Radikalisme juga telah
meresap ke dalam lembaga pendidikan dan menyebar melalui berbagai cara seperti organisasi,
pidato, dan publikasi. Artikel ini menyarankan bahwa pemahaman inklusif tentang agama dan
dialog antara kepercayaan yang berbeda dapat membantu meminimalkan intoleransi. Keberadaan
Kristen di Indonesia telah terselubung oleh asosiasi sejarah dengan kolonialisme dan identifikasi
Islam dengan nasionalisme. Faktor-faktor ini, bersama dengan perbedaan dalam ajaran dan klaim
kebenaran mutlak, telah menyebabkan konflik horizontal antara Muslim dan Kristen di
masyarakat. Sikap apatis umat Kristen di Indonesia terhadap masalah sosial dan eksklusivitas
Gereja telah menyebabkan persepsi negatif terhadap identitas nasional.

A. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERGAMA

Berdasarkan jurnal tersebut, kerukunan antar umat beragama adalah keadaan hubungan antar
umat beragama yang dilandasi oleh toleransi, saling pengertian, saling menghormati, serta
kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat. Kerukunan antar umat beragama dapat dilakukan
dengan memberi keseimbangan antara negative rights dan positive rights, karena di negara ini
konsep kerukunan beragama (religious harmony) lebih ditekankan daripada konsep kebebasan
beragama (religious freedom). Kerukunan antar umat beragama juga dapat diwujudkan melalui
pendekatan dialog antar agama, pendekatan sosial, pendekatan politik, dan pendekatan hukum
formal sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

B. MENCIPTAKAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Berdasarkan jurnal tersebut, menciptakan kerukunan antar umat beragama dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain:

1. Mendidik orang-orang Kristen agar tidak memiliki sikap sektarianisme radikal yang mengarah
pada perilaku agresif dan intoleran terhadap penganut agama lain.

2. Memperjuangkan hak-hak umat Kristen untuk beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan
mereka, dan melakukan upaya melalui pendekatan dialog antar agama, pendekatan sosial,
pendekatan politik, dan pendekatan hukum formal sesuai dengan hukum yang berlaku di
Indonesia.

3. Menjadi pelopor utama bagi sikap toleransi, saling pengertian, saling menghormati serta
kerjasama dalam kehidupan antar agama di masyarakat.

4. Memberi keseimbangan antara negative rights dan positive rights, karena di negara ini konsep
kerukunan beragama (religious harmony) lebih ditekankan daripada konsep kebebasan beragama
(religious freedom).

5. Menerima bahwa Indonesia adalah negara yang plural dalam beragama dan memperkaya iman
Kristen melalui dialog intra iman atau antar agama.

6. Mengaktualisasikan 'shalom' bagi warga Gereja, dan masyarakat umum yang lebih luas.

Dengan melakukan hal-hal tersebut, diharapkan kerukunan antar umat beragama dapat terjaga
dan terus ditingkatkan di Indonesia.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Dari tiga jurnal yang disajikan, dapat disimpulkan bahwa kerukunan antar umat beragama sangat
penting untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai. Untuk mencapai kerukunan
antar umat beragama, diperlukan upaya meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang
agama lain, toleransi, saling menghargai, komunikasi dan interaksi antar umat beragama,
kerjasama dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan, serta peran tokoh agama dan pemimpin
masyarakat dalam mempromosikan kerukunan antar umat beragama. Artikel-artikel tersebut juga
menekankan pentingnya penerimaan teologis dalam menjembatani perbedaan antara kepercayaan
dan menciptakan pemahaman bersama tentang persaudaraan manusia. Selain itu, Gereja dan
Pelayan Tuhan juga memiliki peran penting dalam menjaga dan menghadapi perilaku intoleran
terhadap umat Kristen di Indonesia dengan mendidik mereka untuk menghindari sektarianisme
radikal yang mengarah pada perilaku agresif dan intoleran terhadap penganut agama lain.

Anda mungkin juga menyukai