Anda di halaman 1dari 4

CARA MEMBANGUN INDONESIA YANG MAJEMUK DALAM

SEMANGAT PERSATUAN UMAT BERAGAMA

Nama : Angelina Wahyuni Selva Tambunan

Kelas : 12 IPA 3

Agama : Kristen Protestan

Tempat Melakukan Pertemuan : Gereja HKBP Lubuk Baja Ressort Batam

Hari/Tanggal : Minggu, 5 Maret 2023, pukul 17.30 s.d. 18.00 WIB

Nama Narasumber : Pdt. Putra H. Marpaung S. Th.

Hasil Pertemuan :

Menurut narasumber, yakni Pdt. Putra H. Marpaung S. Th., cara membangun Indonesia
yang majemuk dalam semangat persatuan umat beragama adalah ‘melalui Pancasila’ itu sendiri.
Menjiwai Pancasila serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia yang
majemuk menjadi suatu cara meningkatkan persatuan antar umar beragama. Pancasila dibuat
sebagai dasar kehidupan beragama, dimana tidak ditekankan pada satu agama saja, melainkan
semua agama di Indonesia, yakni Islam, Katolik, Kristen Protestan, Buddha, Hindu, dan
Khonghucu.

Pancasila mengungkapkan hal tersebut melalui sila-silanya, seperti pada sila yang pertama
yakni, “Ketuhanan Yang Maha Esa,” berarti semua orang bebas memeluk agamanya masing-
masing. Sila kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,” mengajarkan cinta kasih untuk
saling mengasihi, dimana di Alkitab juga diajarkan hal yang sama, terutama terkait masalah
memanusiakan manusia (mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri). Sila ketiga, yang paling
penting untuk dibahas, “Persatuan Indonesia”. Sila ini secara jelas menekankan bahwa harus
dijunjungnya nilai persatuan di kemajemukan masyarakat Indonesia, berasal dari agama yang
berbeda, serta berbagai perbedaan lainnya. Sila Pancasila ketiga ini juga memiliki kemiripan
makna dengan Filipi 2:2, dimana “…memiliki kasih yang sama, dipersatukan dalam roh, dan
memiliki satu tujuan.” Ayat ini juga mengajarkan persatuan serta kerendahan hati untuk
menghormati Tuhan serta orang lain. Sila keempat yang menekankan demokrasi berarti bahwa

1
adanya keharusan menghargai pendapat orang lain serta mempertanggungjawabkan pendapat
sendiri pada orang lain dan Tuhan. Terakhir, sila kelima menekankan keadilan hak dan
kewajiban bagi semua rakyat yang beragam. Kelima sila ini memiliki keterkaitan dengan
bagaimana terlaksananya kehidupan dalam kemajemukan.

Lantas, bagaimana hubungan Pancasila dan Gereja mengenai membangun Indonesia yang
majemuk melalui persatuan beragama? Penjabaran nilai-nilai Pancasila, dan semua isinya
diterima oleh Gereja, dimana Gereja mengakui bahwa Pancasila sebagai dasar negara serta suatu
pilar yang menopang keberagaman di Indonesia melalui sila-silanya yang mengumandangkan
persatuan antar perbedaan (antar umat beragama) secara tersirat maupun tersirat (sila ketiga).
Penerapan sila-sila ini dalam kehidupan antar umat beragama dapat ditunjukkan melalui sikap
toleransi serta tenggang rasa terhadap perbedaan. Toleransi beragama sebagai upaya membangun
Indonesia yang majemuk diterapkan dalam bentuk dialog antar umat beragama. Misalkan, dialog
kehidupan sehari-hari seperti saling bertegur sapa, saling membantu jika membutuhkan walau
berbeda agama, demokratis dalam hal menerima pendapat, saling memaafkan, tidak curiga
terhadap satu sama lain. Dialog karya seperti membantu korban musibah bencana alam yang
agamanya beragam pada masyarakatnya, bahkan menyisihkan dana bagi pembangunan tempat
ibadah agama lain. Dialog lintas iman dan teologis juga dapat menjadi jembatan pemahaman
antar agama yang berbeda, sehingga muncullah suatu pemahaman bersama terhadap agama
masing-masing; menghilangkan unsur perpecahan dan kesalahpahaman tentang suatu agama.

Gereja Kristiani mengakui martabat dan kebebasan manusia, terbuka terhadap segala
perbedaan sambil tetap berpegang teguh pada imannya, Kristus; melakukan tugas perwartaan
Kerajaan Allah. Sebagai umat Gereja Kristiani, kita harus menghindarkan sikap intoleran
terhadap perbedaan serta ekslusivisme. Menganggap agama sendiri yang benar bukanlah hal
yang salah, sebab semua orang menganut agama karena keyakinan akan kebenarannya, tetapi
yang salah adalah merendahkan agama orang lain; memberikan kesan fanatisme. Alangkah
baiknya umat-umat Kristiani membuka diri untuk mengakui adanya kebenaran dalam agama lain
menurut mereka, sebab semua agama itu sifatnya suci dan luhur. Kesamaan tujuan akhir
kehidupan sebagai upaya menemukan persamaan serta memperkecil perbedaan yang sering
menjadi titik mula konflik agama.

2
Berdasarkan pada pilar kerukunan, toleransi, serta perdamaian, moderasi beragama juga
kembali disebutkan narasumber, yang dimana ‘moderasi beragama’ sebenarnya mewakili segala
tindakan pro-persatuan antar agama, seperti mengamalkan agama tidak berlebihan (fanatis),
memberikan perlakuan serta pandangan adil terhadap agama lain dan mengusung sifat-sifat yang
moderat dalam bermasyarakat. Semua umat beragama di Indonesia dapat bersatu untuk tujuan
yang sama, yakni kemajuan dan pembangunan negeri tercinta kita, Indonesia. Berhubungan
dengan hal tersebut, persatuan antar umat beragama juga dapat dipererat dalam pembangunan
sosial, seperti pembangunan rumah ibadah, posyandu, rumah sakit bersama, dan masih banyak
lagi yang akan digunakan bagi kepentingan bersama semua umat beragama, tidak hanya satu
agama. Forum antar umar beragam, seperti forum kerja sama sosial juga dapat dibentuk.
Demikian juga, rasa solidaritas yang tercipta di antara umat beragama. Selain itu, empati
sebaiknya dikembangkan (untuk sikap tolong menolong).

Kesimpulan :

Salah satu cara untuk membangun Indonesia yang majemuk dalam semangat persatuan umat
beragama dapat dilakukan dengan menjiwai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat yang
majemuk, serta dalam kehidupan menggereja. Gereja sendiri mengakui Pancasila dan
mendukungnya demi tujuan pembangunan Indonesia yang rukun, damai, serta sebagai pilar yang
mendorong sikap toleransi umat beragama, seperti yang juga tertulis pada sila Pancasila, maupun
Firman Tuhan melalui Alkitab yang menekankan semangat persatuan umat beragama.
Kerukunan dan sikap toleransi adalah tonggak dan kunci kemajuan Indonesia sebagai bangsa
yang majemuk dan dapat diterapkan melalui kerja sama antar umat beragama yang menjalin
persatuan, seperti melalui moderasi beragama, dialog-dialog kehidupan, sikap terbuka,
menghindari ekslusivisme dan fanatisme, serta forum-forum kerjasama antar agama. Dengan
demikian, apabila semua orang di Indonesia yang beragam agamanya memiliki prinsip tersebut
untuk hidup berdampingan dalam perbedaan, maka Indonesia akan menjadi negara yang damai,
rukun, maju, dan sejahtera; terhindar dari perpecahan dan konflik keagamaan.

3
DOKUMENTASI

Gambar 1.1 Foto dengan Narasumber

Anda mungkin juga menyukai