Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Pendidikan Agama Islam


“KEBHINEKAAN DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA”
Dosen Pengampu: H. Agus Sukmana ,Lc., M.Ag

Disusun oleh:
Kelompok 3 FA3
M.Alvin (231FF03122)
Alya Dwi Chania (231FF03123)
Mustika Muhparid Rahmat (231FF03124)
Adhwaa Queen L.F (231FF03125)
Ghani Mahran Azis (231FF03126)
Annastasya Putri F (231FF03127)
Muhammad Husein (231FF03128)
Nada Ayu Zalfa A (231FF03129)
Amalia Putri (231FF03130)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA


2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim….

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang sudah melimpahkan Rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya. Sehingga dalam penulisan dan penyusunan makalah yang berjudul
"Kebhinekaan dan Kerukunan Umat Beragama" ini dapat selesai dengan baik serta tepat waktu.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :

- Bapak Hj. Agus Sukmana ,Lc., M.Ag selaku Dosen yang telah mendidik dan memberikan
bimbingan Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam.

- Rekan kerja kelompok 3, yang telah bekerja sama dengan baik sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Allah memberkahi dan meridhoi usaha kita.

Amiinn Ya Rabbal ‘Alamin

Bandung, 12 Februari 2024

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehadiran ragam budaya, agama, dan etnis di Indonesia telah membentuk lanskap sosial
yang istimewa dan melimpah. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai kekayaan
budaya, agama, dan etnis. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000 serta beragam kelompok etnis
dan bahasa yang mencapai lebih dari 700, Indonesia terhitung sebagai salah satu negara dengan
keberagaman terbesar di dunia. Fondasi nasionalisme Indonesia mulai terbentuk sejak Sumpah
Pemuda pada tahun 1928, yang menegaskan persatuan dalam satu tanah, satu bangsa, dan satu
bahasa, yaitu Indonesia. Dengan demikian, dasar nasionalisme tidak bergantung pada etnis,
ideologi, atau agama tertentu, melainkan pada ide kesatuan di antara berbagai kelompok dan
golongan yang berbeda (Dwijonagoro et al., 2023). Keberagaman ini telah menjadi ciri khas
Indonesia dan menjadi modal sosial yang sangat berharga dalam pembangunan bangsa.

Keberagaman dan perdamaian antar umat beragama di Indonesia telah terbukti melalui
rentang sejarahnya, mulai dari masa kerajaan Hindu-Buddha hingga masa penjajahan Belanda.
Toleransi antar agama telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Dari segi
pengamatan fenomenologis, pluralisme agama adalah suatu fenomena yang mencerminkan
beragamnya tradisi dan varian dalam agama-agama. Dari sudut pandang filosofis, pluralisme
agama berkaitan dengan teori tentang hubungan antara berbagai konsepsi, persepsi, dan
tanggapan terhadap realitas ilahi (Fitriani, 2020). Namun, dengan perubahan zaman dan
dinamika politik, tantangan terhadap keberagaman dan perdamaian antar umat beragama
semakin kompleks. Isu-isu seperti radikalisme agama, konflik horizontal, dan diskriminasi
agama menjadi ancaman serius bagi harmoni masyarakat Indonesia.

Perkembangan teknologi dan media sosial telah mengubah dinamika keberagaman dan
keselarasan antar umat beragama. Informasi yang belum terverifikasi dapat dengan cepat
menyebar dan menimbulkan ketegangan antar kelompok agama. Presiden Joko Widodo telah
menginstruksikan seluruh stafnya untuk mengenakan pakaian tradisional sesuai dengan asal
daerah masing-masing pada setiap perayaan penting nasional, seperti peringatan HUT RI tanggal
17 Agustus setiap tahun. Tindakan ini patut dihargai karena merupakan langkah dalam
melestarikan kebudayaan Indonesia. Ini juga bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan lokal
kepada generasi muda, menunjukkan bahwa budaya yang dipresentasikan adalah warisan
leluhur, bukan berasal dari negara lain, serta upaya-upaya melalui sistem pendidikan formal
(Nahak, 2019). Selain itu, polarisasi politik yang semakin meningkat dapat memperkeruh
suasana dan merusak hubungan antar umat beragama. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita
untuk memahami pentingnya menjaga keberagaman dan keselarasan antar umat beragama dalam
era digital ini.

Mengingat signifikansinya dalam kehidupan beragama, pemerintah Indonesia telah


mengambil langkah-langkah untuk mendorong nilai-nilai toleransi dan pluralisme. Sikap
pemerintah dalam mengelola hubungan antarumat beragama didasarkan pada peraturan bersama
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006/Nomor 8 Tahun 2006.
Menurut peraturan ini, menjaga kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama
antara umat beragama, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat (Prayogo et al., 2020). Oleh
karena itu, pemerintah memegang peran penting dalam memelihara toleransi di antara umat
beragama. Program pendidikan multikultural, dialog antaragama, dan kebijakan inklusi telah
diterapkan untuk memperkuat persatuan bangsa. Tetapi, upaya lebih lanjut masih diperlukan dari
berbagai pihak, termasuk masyarakat sipil, agama, dan pemerintah, untuk memastikan bahwa
keberagaman dan kerukunan umat beragama tetap menjadi pijakan yang kokoh bagi bangsa
Indonesia.

Oleh karena itu, penelitian dan kajian tentang kebhinekaan dan kerukunan umat beragama
menjadi sangat relevan dalam konteks Indonesia. Dengan memahami akar permasalahan, pola-
pola konflik, serta faktor-faktor yang memengaruhinya, kita dapat mengembangkan strategi dan
kebijakan yang lebih efektif dalam menjaga kebhinekaan dan kerukunan umat beragama. Selain
itu, penelitian ini juga dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi masyarakat
tentang pentingnya menghargai perbedaan dan bekerja sama dalam membangun masyarakat
yang damai dan harmonis.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah, lembaga masyarakat sipil,
dan agama dalam mempromosikan nilai-nilai toleransi dan pluralisme di tengah tantangan
radikalisme agama dan konflik horizontal?

2. Sejauh mana video "Toleransi Beragama | Seri Cerdas Berkarakter" dapat menjadi sumber
informasi dan inspirasi bagi masyarakat dalam membangun pemahaman yang lebih baik
tentang kebhinekaan dan kerukunan umat beragama?

3.bagaimana menghargai dan merayakan keragaman budaya, agama,dan etnis


dalam Masyarakat?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Upaya Pemerintah, Lembaga Masyarakat Sipil, dan Agama dalam Mempromosikan
Toleransi dan Pluralisme

Langkah-langkah dari Pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan agama untuk


memajukan sikap toleransi dan pluralisme sangatlah signifikan dalam menjaga kedamaian serta
keselarasan di antara individu beragama di Indonesia. Meskipun Pasal 28E ayat (1) dalam
Konstitusi 1945 menjamin kebebasan untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai
keyakinan masing-masing, terdapat kelompok atau institusi yang masih kurang toleran terhadap
kebebasan ini (Vinkasari et al., 2020). Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah konkret
untuk mendorong nilai-nilai toleransi melalui sejumlah program dan kebijakan. Salah satunya
adalah program pendidikan multikultural di sekolah-sekolah, yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman serta penghargaan terhadap keberagaman budaya dan agama di
Indonesia. Tak hanya itu, pemerintah juga terlibat dalam dialog antar-agama serta kegiatan sosial
lainnya untuk memperkuat kerjasama antar-umat beragama.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah, lembaga masyarakat sipil, dan agama dalam
mempromosikan nilai-nilai toleransi dan pluralisme di tengah tantangan radikalisme agama dan
konflik horizontal antara lain:

1. Pemerintah: Mengadakan program pendidikan dan kampanye untuk meningkatkan


kesadaran akan pentingnya toleransi dan pluralisme. Mendorong dialog antaragama dan
interaksi antarbudaya. Menegakkan hukum dan memperkuat lembaga penegak hukum untuk
mengatasi ekstremisme.

2. Lembaga Masyarakat Sipil: Menyelenggarakan forum diskusi, seminar, dan lokakarya


tentang toleransi dan pluralisme. Mengorganisir kegiatan sosial dan budaya yang melibatkan
berbagai kelompok agama dan etnis. Memberikan pelatihan tentang perdamaian, dialog, dan
rekonsiliasi.

3. Agama: Menyampaikan pesan-pesan toleransi dan perdamaian melalui khotbah, ceramah,


dan program keagamaan. Membangun jaringan antaragama untuk mempromosikan kerjasama
dan pemahaman lintas agama. Terlibat dalam kegiatan kemanusiaan dan pemberdayaan
masyarakat yang melintasi batas agama.

Walau telah dilakukan berbagai langkah oleh pemerintah, organisasi masyarakat, dan
kelompok agama, tantangan dalam menggalakkan sikap toleransi dan pluralisme masih tetap ada.
Ekstremisme agama, diskriminasi yang berlandaskan agama, serta konflik antar kelompok tetap
menjadi masalah serius yang mengancam keragaman dan keharmonisan umat beragama. Di
Indonesia, insiden konflik agama telah terjadi, menyebabkan kerusuhan yang merugikan banyak
pihak, menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat, serta menelan banyak korban baik
secara fisik maupun psikis serta merugikan secara materiil. Beberapa contoh kejadian tersebut
termasuk peristiwa di Situbondo tahun 1996, Tasikmalaya 1997, Sanggauledo 1997, Solo 1998,
Kupang 1999, Sambas 1999, Ambon 1999, Pontianak 2000, dan Mataram 2000 (Wahdah, 2019).
Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha lebih lanjut untuk mengatasi akar permasalahan ini serta
membangun masyarakat yang lebih inklusif dan toleran.

Kerjasama antara pemerintah, lembaga masyarakat sipil, dan agama memiliki peranan
yang sangat penting dalam menghadapi tantangan kompleks ini. Dalam mengatasi dinamika
yang ada, pendekatan lintas-sektoral yang holistik dan terintegrasi menjadi suatu kebutuhan yang
mendesak. Hal ini memungkinkan pengembangan strategi yang efektif dalam mempromosikan
toleransi dan pluralisme secara berkelanjutan. Kemitraan yang terjalin antara berbagai pihak juga
menjadi landasan yang kuat, mengizinkan pertukaran pengalaman yang berharga, sumber daya
yang beragam, dan ide-ide inovatif yang dapat memperkuat upaya-upaya transformasional
tersebut. Dengan demikian, kolaborasi yang sinergis antara sektor-sektor yang berbeda
merupakan kunci utama untuk mencapai perubahan yang signifikan dalam membangun
masyarakat yang lebih inklusif dan toleran.

Dengan menggali berbagai upaya ini, diharapkan bahwa Indonesia dapat terus berfungsi
sebagai percontohan bagi negara-negara lain dalam upaya membangun masyarakat yang
beragam namun tetap harmonis dan sejahtera. Usaha bersama yang dilakukan oleh pemerintah,
lembaga masyarakat sipil, dan kelompok agama memegang peranan kunci dalam mencapai
tujuan mulia ini. Melalui sinergi ini, diharapkan setiap warga negara dapat menikmati kehidupan
yang damai dan saling menghormati satu sama lain, tanpa terbebani oleh perbedaan agama atau
kepercayaan. Dengan demikian, kesinambungan dari upaya kolaboratif ini akan membentuk
fondasi yang kokoh bagi kemajuan sosial, kultural, dan ekonomi negara, serta mengukuhkan
posisi Indonesia sebagai contoh bagi negara-negara lain yang juga menghadapi dinamika
keragaman dan harmoni dalam masyarakatnya.

Kerjasama antara pemerintah, lembaga masyarakat sipil, dan agama sangat penting untuk
menciptakan lingkungan yang inklusif dan mengatasi tantangan radikalisme serta
konflik horizontal.

2.2 Toleransi Umat Beragama dalam Perspektif Agama Islam

Toleransi umat beragama merupakan konsep penting dalam agama Islam yang
menekankan pentingnya menghormati dan menerima perbedaan keyakinan agama antara
individu-individu. Perspektif agama Islam pada toleransi umat beragama didasarkan pada
prinsip-prinsip dasar Islam yang mengajarkan kedamaian, keadilan, dan penghargaan terhadap
hak asasi manusia.

Dalam Islam, toleransi terhadap umat beragama lain diwujudkan melalui prinsip-prinsip
ukhuwah (persaudaraan) dan adil terhadap semua individu, tanpa memandang agama, suku, atau
ras. Al-Qur'an mengajarkan bahwa seluruh umat manusia berasal dari satu nenek moyang
(Adam) dan oleh karena itu memiliki persaudaraan yang universal. Meskipun memiliki
keyakinan agama yang berbeda, manusia dianggap sebagai satu keluarga, menggambarkan
ukhuwah Insaniah, Ukhuwah Basyariah, dan Ukhuwah Bataniyah. Mereka semua adalah ciptaan
Tuhan, berasal dari Adam dan Hawa sebagaimana tercantum dalam al-Qur'an QS an-Nisa’/4:1
(Arifin & Yusuf, 2020).

Dalam surat Al-Isra ayat 81 Alquran, Allah menjelaskan bahwa kebenaran berasal dari
Tuhan. Oleh karena itu, siapa pun yang ingin beriman, hendaklah dia beriman, dan siapa pun
yang ingin kafir, biarkan dia kafir. Tidak ada pemaksaan dalam masuk ke dalam agama, yang
membedakan antara kebenaran dan kesesatan sangat jelas. Ini menegaskan bahwa dalam Islam,
tidak ada paksaan untuk mengikuti ajaran agama tersebut. Islam dikenal sebagai agama
perdamaian, dan damai tersebut hanya dapat ditemukan jika seseorang secara internal merasakan
kedamaian itu sendiri (Zulham & Lubis, 2022). Rasulullah Muhammad SAW adalah contoh
utama dalam menunjukkan toleransi terhadap umat beragama lain. Beliau menunjukkan sikap
ramah dan penghormatan terhadap pemeluk agama lain, seperti Yahudi, Nasrani, dan penganut
agama lainnya yang hidup di sekitarnya. Beliau secara aktif berinteraksi dengan umat beragama
lainnya, menjalin perjanjian, dan memelihara perdamaian dengan mereka.

Selanjutnya, konsep toleransi dalam Islam juga tercermin dalam sejarah Islam, di mana
terdapat banyak contoh bagaimana umat Muslim memperlakukan umat beragama lain dengan
adil dan hormat. Selama masa kekhalifahan Islam, umat beragama minoritas seperti Yahudi dan
Nasrani diberikan kebebasan beribadah dan diizinkan mempertahankan identitas dan budaya
mereka sendiri di bawah perlindungan negara Islam.

Di samping itu, Islam juga mendorong dialog antaragama sebagai cara untuk memperdalam
pemahaman dan mengurangi ketegangan antarumat beragama. Dialog antaragama
memungkinkan individu-individu dari berbagai keyakinan untuk saling belajar, saling
menghormati, dan mencari titik-titik persamaan untuk membangun kerjasama dalam mencapai
kebaikan bersama.

Secara keseluruhan, toleransi umat beragama dalam perspektif agama Islam bukan hanya
sekadar sikap pasif terhadap perbedaan, tetapi juga merupakan panggilan aktif untuk berinteraksi
dengan saling menghormati, berbagi, dan bekerja sama demi terwujudnya kedamaian dan
keadilan dalam masyarakat yang multikultural. Ini adalah bagian integral dari ajaran Islam yang
menekankan pentingnya memperlakukan sesama manusia dengan kasih sayang, keadilan, dan
hormat tanpa memandang perbedaan agama.

2.3 Peran Video "Toleransi Beragama | Seri Cerdas Berkarakter" dalam Membangun
Kesadaran Masyarakat

Berkaitan dengan video tersebut, masyarakat mendapat informasi dan inspirasi yang sangat
jauh dalam membangun pemahaman yang lebih baik tentang kebhinekaan dan kerukunan umat
bergama.

Pentingnya pemahaman dan penerapan toleransi dalam kehidupan beragama yang tentunya
merupakan perubahan yang serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus
dilaksanakan oleh umat beragama. Toleransi tidak mengenal batas waktu, tempat, dan dengan
siapa kita melakukannya, melainkan kita melakukannya dengan semua orang. Toleransi tidak
hanya dipraktikkan oleh etika yang menghargai ras, agama, budaya, suku, dan kelompok yang
berbeda dengan kita, akan tetapi sikap menghargai pendapat orang juga adalah termasuk bagian
dari toleransi.

Toleransi dalam beragama memiliki pengertian yaitu tindakan saling menghargai antar
umat beragama. Tidak peduli apapun agama yang dianut, antar masyarakat harus saling
menghargai satu sama lain seperti yang ada dalam video tersebut. Toleransi antar umat beragama
merupakan hal yang penting untuk dimiliki setiap orang saat ini. Jika setiap orang memiliki sikap
toleransi yang tinggi, maka ini akan meminimalisir terjadinya konflik antar umat beragama, dan
kehidupan antar umat beragama pun akan terjalin dengan tentram dan damai. Maka dari itu,
sangatlah penting untuk menerapkan sikap toleransi dengan umat beragama lainnya.

Seluruh umat beragama harus memberikan konstribusi yang nyata bagi pembangunan
nasional yang dilaksanakan bangsa Indonesia. Nilai-nilai religius harus dapat memberikan
motivasi positif dan menjadi arah tujuan dalam seluruh kegiatan pembangunan di Indonesia.
Peraturan dan kerja sama antar umat beragama mutlak diperlakukan. Soal hubungan antar umat
beragama adalah soal yang sangat peka. Banyak kejadian yang kadang-kadang mengarah kepada
permusuhan dan penghancuran aset nasional disebabkan isu yang dikaitkan dengan hubungan
antar agama, atau isu SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan).

Sikap toleransi dapat kita mulai dari diri sendiri, contohnya dalam video “Toleransi
Beragama Seri Cerdas Berkarakter”, dari situ kita dapat banyak pelajaran untuk diterapkan.
Untuk itu, kita sebagai generasi penerus bangsa mari belajar menghargai dan menerapkan sikap
toleransi kepada sesama entah itu perbedaan suku, agama, maupun ras, karena sejatinya kita
semua bersaudara. Toleransi antar umat beragama perlu kita tanamkan dalam kehidupan kita,
karena itu sangat penting bagi semua orang di dunia saat ini. Semakin banyak orang yang
memiliki sikap toleran, semakin baik bagi negara ini, karena konflik dapat dikurangi dan
kehidupan antar umat beragama akan jauh lebih baik dan damai.

Inilah mengapa sangat penting untuk menerapkan sikap toleransi sekarang, karena akan
sangat membantu dalam kehidupan kita di masa depan.

Sesuai dengan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 sebagai sumber yang kuat berbunyi :

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

2.4 Dampak Video "Toleransi Beragama | Seri Cerdas Berkarakter" terhadap Perilaku
Masyarakat
Analisis mengenai dampak video "Toleransi Beragama | Seri Cerdas Berkarakter" terhadap
perilaku masyarakat dalam membangun kesadaran masyarakat merupakan aspek penting dalam
mengukur efektivitas sebuah media dalam menyampaikan pesan toleransi dan pluralisme.
Melalui video tersebut, masyarakat dapat dipengaruhi untuk lebih memahami pentingnya
menghargai perbedaan dan menjaga kerukunan antar-umat beragama. Salah satu dampak yang
signifikan dari video ini adalah peningkatan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai toleransi.

Video ini mampu membangkitkan kesadaran akan pentingnya menghargai keberagaman


agama dan budaya dalam masyarakat. Dengan memperlihatkan contoh-contoh kehidupan sehari-
hari di mana toleransi diperlukan dan diapresiasi, video ini dapat merangsang refleksi diri
masyarakat tentang sikap dan perilaku mereka terhadap individu atau kelompok agama lain.
Sebagai contoh, melalui narasi dan adegan yang menginspirasi, masyarakat dapat menyadari
bahwa keberagaman agama adalah kekayaan dan bukan sumber konflik.

Selain itu, video ini juga dapat membantu memecah stereotip dan prasangka negatif
terhadap agama atau kelompok tertentu. Dengan menyajikan cerita-cerita yang menunjukkan
kerjasama dan toleransi antar-umat beragama, video ini dapat membuka pikiran masyarakat
untuk melihat perbedaan sebagai sesuatu yang memperkaya, bukan memecah-belah. Hal ini
dapat membawa perubahan perilaku dalam bentuk lebih terbuka dan inklusif terhadap individu
atau kelompok agama lain.

Dampak positif dari video ini juga tercermin dalam interaksi sehari-hari masyarakat.
Setelah menonton video, beberapa penelitian menunjukkan bahwa masyarakat cenderung lebih
ramah dan menghargai keberagaman dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mereka lebih
cenderung terlibat dalam dialog antar-agama, mengunjungi tempat ibadah yang berbeda, atau
bahkan terlibat dalam kegiatan sosial bersama dengan anggota komunitas agama lain.

Namun, meskipun video ini memiliki dampak yang positif, tidak dapat dipungkiri bahwa
tantangan dalam mengubah perilaku masyarakat tetap ada. Ada beberapa faktor seperti resistensi
terhadap perubahan, pengaruh lingkungan sosial, dan ketidaktahuan yang dapat menghambat
proses pembentukan kesadaran dan perubahan perilaku. Oleh karena itu, penting untuk
melanjutkan upaya edukasi dan advokasi yang berkelanjutan untuk memperkuat dampak positif
dari video ini dan mendorong perubahan perilaku yang lebih dalam dan berkelanjutan.

Secara keseluruhan, video "Toleransi Beragama | Seri Cerdas Berkarakter" memiliki


potensi besar dalam membentuk kesadaran masyarakat dan mempengaruhi perilaku mereka
dalam menjaga kerukunan antar-umat beragama. Namun, untuk mencapai dampak yang
maksimal, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga masyarakat sipil, agama,
dan media dalam memperluas jangkauan video ini serta menyediakan pendampingan dan
dukungan yang diperlukan bagi masyarakat dalam menghadapi perubahan perilaku
yang diharapkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah, lembaga masyarakat sipil, dan agama dalam
mempromosikan toleransi dan pluralisme di Indonesia telah memainkan peran penting dalam
menjaga kedamaian dan keselarasan di antara individu beragama. Meskipun Pasal 28E ayat (1)
dalam Konstitusi 1945 menjamin kebebasan beragama, masih terdapat kelompok atau institusi
yang kurang toleran terhadap kebebasan ini. Namun, melalui langkah-langkah konkret seperti
program pendidikan multikultural di sekolah-sekolah, dialog antar-agama, dan kegiatan sosial
lainnya, pemerintah telah berupaya memperkuat nilai-nilai toleransi. Demikian pula, lembaga
masyarakat sipil, seperti LSM dan kelompok advokasi, telah aktif dalam mengupayakan hak-hak
minoritas agama serta membangun jaringan antar-agama.

Sementara itu, agama juga memiliki peran penting dalam mempromosikan toleransi,
dengan menekankan prinsip-prinsip seperti ukhuwah (persaudaraan) dan dialog antaragama.
Meskipun tantangan dalam menggalakkan sikap toleransi masih ada, kolaborasi lintas-sektoral
antara pemerintah, lembaga masyarakat sipil, agama, dan media diharapkan dapat menciptakan
perubahan yang signifikan dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan toleran.
Dengan demikian, upaya bersama ini memperkuat fondasi kebhinekaan dan kerukunan umat
beragama di Indonesia, menjadikannya percontohan bagi negara-negara lain dalam membangun
masyarakat yang harmonis dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, R., & Yusuf, M. (2020). Toleransi Umat Beragama dalam Perspektif Hadis. As-
Shaff: Jurnal Manajemen Dan Dakwah, 1(1), 1–13.
https://jurnal.staiddimakassar.ac.id/index.php/asjmd/article/view/73

Dwijonagoro, H. A. P., Hadi, S., & Hadinagoro, M. N. R. D. (2023). Nasionalisme


Indonesia dan Keberagaman Budaya Dalam Perspektif Politik. BAKSOOKA: Jurnal Penelitian
Ilmu Sejarah, Sosial Dan Budaya, 2(2), 187–196.
https://ejournal.stkippacitan.ac.id/ojs3/index.php/baksooka/article/view/822/662

Fitriani, S. (2020). Keberagaman dan Toleransi Antar Umat Beragama. Analisis: Jurnal
Studi Keislaman, 20(2), 179–192.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/5489/4098

Marpuah. (2019). Toleransi dan Interaksi Sosial Antar Pemeluk Agama di Cigugur,
Kuningan. Harmoni: Jurnal Multikultural & Multireligius, 18(2), 51–72.
https://doi.org/10.32488/harmoni.v18i2.309

Nahak, H. M. I. (2019). Upaya Melestarikan Budaya Indonesia di Era Globalisasi. Jurnal


Sosiologi Nusantara, 5(1), 65–76. https://doi.org/10.33369/jsn.5.1.65-76

Prayogo, A., Simamora, E., & Kusuma, N. (2020). Peran Pemerintah dalam Upaya
Menjaga Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. Jurist-Diction, 3(1), 21–36.
https://doi.org/10.20473/jd.v3i1.17619

Supriadi, E., Ajib, G., & Sugiarso, S. (2020). Intoleransi dan Radikalisme Agama:
Konstruk LSM tentang Program Deradikalisasi. JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo), 4(1), 53–72.
https://doi.org/10.21580/jsw.2020.4.1.4544

Vinkasari, E., Cahyani, E. T., Akbar, F. D., & Santoso, A. P. A. (2020). Toleransi Antar
Umat Beragama di Indonesia untuk Mempertahankan Kerukunan. Prosiding Seminar Nasional
Hukum, Bisnis, Sains Dan Teknologi, 1, 67–71.
https://ojs.udb.ac.id/index.php/HUBISINTEK/article/view/980
Wahdah. (2019). Problematika Toleransi Umat Beragama Di Indonesia Di Era Modern:
Solusi Perspektif Al-Qur’an. Proceeding Antasari International Conference, 1(1), 463–478.
https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/proceeding/article/view/3750

Zulham, & Lubis, K. (2022). Islam dan Toleransi. ANSIRU PAI: Pengembangan Profesi
Guru Pendidikan Agama Islam, 6(2), 116–123. https://doi.org/10.30821/ansiru.v6i2.14649

Anda mungkin juga menyukai