Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Sekretariat : Jalan Kamboja No. 11 A Denpasar 80223
Telp/Fax : (0361) 262725
Website: http://feb.unmas.ac.id , E-mail: ekonomi@unmas.ac.id

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL


TAHUN AKADEMIK : 2021/2022

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Hindu


Hari / Tanggal : Senin, 3 Januari 2022
Kelas : Reguler Pagi (1) H
Waktu : Pk. 09.00 – 11.00 Wita
Dosen : Dr. I Gusti Ngurah Gede Hariadnya, S.Sos.H, M.Pd.H
Nama : Ni putu audi orlanda
Absen : 19
Nim : 2102612010248

Pertanyaan
1. Mengapa ajaran susila Hindu diperlukan dalam membangun moralitas
mahasiswa Hindu?
2. Seni keagamaan dikatakan sangat berperan penting dalam membentuk
kepribadian manusia yang estetis. Jelaskan pendapat saudara mahasiswa,
kenapa demikian?
3. Jelaskan strategi-strategi apa yang digunakan untuk memelihara
kerukunan antar umat beragama di Indonesia? Berikan contoh masing-
masing strategi yang dimaksud?.
4. Sebutkan dan jelaskan beberapa masalah yang dapat diidentifikasi
sebagai penyebab timbulnya kesenjangan / disharmoni ataupun konflik
antar umat beragama sebagai warga bangsa yang harus di cari jalan
keluarnya?
5. Ajaran Tat Tvam Asi, Dharma Agama, dan Dharma Negara hendaknya
dapat mewujudkan konsep ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan
sehari-hari!. Dari pernyataan di atas, bagaimana cara merealisasikan
konsep tersebut sehingga dapat hidup rukun dan damai?
Jawaban

1. Agar menciptakan kehidupan yang selaras dan harmonis antara sesama


manusia dengan alam semesta, hal ini tentu diperlukan dalam
membangun moral. Karena Pengertian Susila menurut pandangan
Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras
dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan)
yang berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan, dan kasih
sayang.
2. Menurut saya, secara sederhana. Seni dapat diartikan sebagai hasil
ciptaan atau buah dari pikiran manusia yang diungkapkan dalam wujud
dan suara yang dapat didengarkan yang ditunjukkan dengan kemahiran
teknis sehingga dapat memberikan kebahagiaan hati dan hidup. Pada
awalnya seni sepenuhnya diabdikan untuk pelaksanaan upacara agama.
Tapi lama kelamaan, seni juga diciptakan sebagai alat untuk memuaskan
hati dan pikiran manusia, sehingga seni juga dijadikan sebagai hiburan.
Karena demikian, maka seni selain dijadikan untuk persembahan
keagamaan juga dijadikan sebagai hiburan. Seni ada yang sifatnya sacral
dan profan. Seni memiliki beberapa aspek seperti dalam bentuk gerak,
suara, dan bentuk. Terkait dengan aspek dari seni tersebut, maka seni dpat
dibagi menjadi 4 bagian yaitu seni tari, seni suara,seni gambelan dan seni
banguanan.
3. Ada beberapa strategi yaitu
Pertama, memperbesar actor perdamaian. Asumsinya adalah mengubah
pandangan masyarakt untuk memiliki pandanan dan pemahaman agama
dan kebudayaan yag inklusif dan toleran bersifat evolutive yakni akan
membutuhkan cukup lama. Hal ini disebabkan karena eksklusitas
keagamaan juga merupakan sebuah budaya.
Kedua, memperluas forum forum perdamaian di masyarakat. Semakin
banyak forum-forum kultural yang mendiskusikan upaya upaya
perdamaian,maka akan semakin mempersempit gerak konflik.forum-
forum perdamaian merupakan sarana yang paling efektif untuk
mengumpulkan dan memperkuat solidaritas masyarakt damai yang aktif.
Forum forum rutin yang menghadirkan komunitas elitis structural dan
populis kultural akan menjadi jembatan bagi komunikasi antar kelompok
masyarakat,
Ketiga, memperkuat jaringan perdamaian. Jaringan merupakan alat yang
efektif untuk mengakselerasi kepentingan perdamaian. Dengan jaringan
yang kuat, baik dalam hubungan dengan sesama masyarakat, sesama
tokoh agama/adat, media, pemerintah, DPRD, kepolisian, LSM, dan
stakeholder lainnya. Upaya pencegahan konflik biasanya berbasis
jaringan untuk mengkomunikasikan dan mensosialisikan setiap temuan
potensi konflik atau strategi penyelesaian konflik. Keempat,
mengadvokasi perdamaian. Inilah bagian dari upaya mengubah kebijakan
agar negara semakin peduli terhadap eksistensi perdamaian, terutama
bagaimana negara tidak membuat kebijakan yang menyulut konflik atau
tidak melindungi korban konflik. Advokasi biasanya dilakukan kepada
Pemda, Kepolisian, DPRD, dan lembaga negara lainnya. Advokasi tidak
bisa dilakukan secara sederhana karena 251 memerlukan kepercayaan,
otoritas, legitimasi, dan kemauan untuk mengintervensi kebijakan negara

4. Dari beberapa peristiwa atau kasus yang terjadi, dapat diidentifikasi


masalahmasalah yang menjadi penyebabnya, sebagai berikut:
1. Eksklusivisme; yaitu suatu sikap kelompok yang hanya
memperhatikan kelompoknya saja (in group) dan tidak menganggap
adanya kekuatan dari luar kelompoknya. Mereka tidak mau menerima
pluralisme dan menganggap kelompok lain tidak sebanding, bahkan jauh
berada dibawah kelompoknya. Pandangan demikian dapat berkembang
dan berangkat dari sisi kualitas maupun kuantitas.
2. Puritanisasi agama; yaitu usaha untuk memurnikan agama dari
pengaruh unsur luar yang bukan asaliah agamanya. Agama dianggap
tidak pantas bila dihubungkan dengan sifat-sifat kemanusiaan.
Penyakralan terhadap agama secara berlebihan ini dapat memisahkan
agama dari tujuannya, karena bila dilihat dari sisi sosiokultural maka
agama itu ada apabila mewujud dalam tingkah laku masyarakat
penganutnya. Kemutlakan atas kebenaran ajaran agama memang
merupakan esensi ”sradha” (iman) namun dalam wujud ”yadnya” dan
”karma” maka faktor sosiokultural menjadi amat dominan. Akan tetapi
sering kali terjadi upaya pemurnian ajaran agama dengan menghilangkan
pengaruh kebudayaan setempat yang sebenarnya dapat menjadi faktor
integratif para penganut agama yang berbeda dalam suasana kebhinekaan
yang tunggal, dengan semangat ”obligatio in salidum” (semangat
kegotongroyongan yang mengikat) seperti misalnya ”pela” di Maluku,
”ngayah” di Bali, dan sebagainya.
3. Dilema solidaritas; Masalah solidaritas kelompok ataupun pemeluk
suatu agama terhadap sesama pemeluk agama adalah merupakan suatu
loyalitas yang wajar. Loyalitas kepada suatu golongan sering kali
disalahgunakan untuk kepentingan solidaritas yang bersifat emosional
terhadap suatu aktivitas kelompok lain, karena dianggap tidak sesuai
dengan ajaran atau paham yang dianutnya.
5. Demikian di dalam pustaka suci Veda dinyatakan dengan kalimat “Tat
Tvam Asi” yang menjadi landasan bersikap dan berpola perilaku bagi
umat Hindu dalam menjalani hidupnya, sehingga ia dapat melaksanakan
kewajiban di dunia ini dengan harmonis.
Berpedoman pada filsafat Tat Tvam Asi, maka umat Hindu sebagai
bagian dari warga bangsa Indonesia wajib mengamalkan ajaran
agamanya menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Umat
Hindu dapat mengabdi bagi kepentingan bangsa dan negara, serta demi
keluhuran harkat dan martabat umat manusia di dunia ini.
Apa saja yang menjadi masalah bangsa kita adalah masalah yang harus
dihadapi bersama oleh umat Hindu, dengan bekerja sama bahu membahu
dalam masalah kehidupan yang aman, tentram damai dengan sesama
umat beragama dan sesama warga negara Indonesia lainnya.
Umat Hindu tidak disarankan untuk melepaskan keterkaitan dirinya,
baik secara pribadi maupun kelompok sebagai warga negara kesatuan
Republik Indonesia karena agama Hindu mengajarkan kewajiban moral
pengabdian terhadap negara yang disebut “Dharma Negara” dan
kewajiban moral mengamalkan ajaran agamanya disebut dengan
“Dharma Agama”.
Sebagai warga negara yang baik umat Hindu mesti tunduk dan patuh pada
konstitusi serta berupaya mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari secara
nyata.
Oleh karena itu dalam rangka sosialisasi dan aplikasi nilai-nilai luhur
agama dalam proses pembangunan nasional, maka umat Hindu dapat
mengamalkan ajarannya secara benar dengan mengupayakan revitalisasi
terhadap mantra-mantra suci Veda, sehingga mampu memberikan
kontribusinya terhadap kelancaran pelaksanaan pembangunan nasional
menuju Masyarakat yang aman tentram damai dan selamat sejahtera.
Dengam demikian maka umat Hindu akan dapat berjalan seiring, selaras,
serasi, dan seimbang dengan umat lain karena memiliki dasar pandangan
yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam kondisi seperti itu maka suasana kebersamaan dan kerukunan
umat beragama, maupun sinergi suku, ras, antar golongan yang penuh
perdamaian serta didorong oleh rasa kesadaran nasional niscaya akan
terwujud dengan harmonis.

Anda mungkin juga menyukai