Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH DIFERENSIASI AGAMA

TERHADAP KONFLIK KEAGAAMAN DI INDONESIA

Dosen Pegampu :

Drs. Sulistya Wardya, M.Si

Disusun Oleh :

Putri Yulia Ningrum

D1F021033

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BENGKULU

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diferensiasi agama merupakan salah satu dari pengelompokan masyarakat


dengan membedakan agama yang satu dengan yang lainnya. Agama merupakan sebuah
sistem di mana adanya sebuah kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal
yang suci. Kepercayaan dan praktik tersebut mempersatukan semua orang yang beriman
ke dalam suatu komunitas moral yang dinamakan dengan umat (Emile Durkheim). Dalam
kehidupan bermasyarakat, agama memiliki peranan penting sebagai bentuk pemeliharaan
ketertiban dan juga kestabilan. Di Indonesia sendiri, sikap anti agama serta paham yang
tidak meniadakan tuhan sangat dilarang. Setiap warga negara harus percaya dan beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan bertaqwa kepada-Nya. Negara Indonesia menjamin
kebebasan dalam menganut kepercayaan masing-masing karena kebebasan dalam
memeluk agama merupakan salah satu hak yang paling asasi di antara yang lainnya, hal
ini dikarenakan kebebasan beragama langsung bersumber kepada martabat manusia
sebagai makhluk Tuhan.

Di Indonesia, setiap umat yang beragama memiliki kewajiban untuk saling


menghormati satu sama lain. Jika hal tersebut dapat dijalankan dengan baik, setiap umat
yang berbeda agama akan memiliki sikap lapang dada serta memiliki toleransi yang
mewujudkan ketenangan, saling menghargai, dan juga rasa saling menghormati satu sama
lain. Tapi realitanya, masih banyak terdapat masyarakat yang terpengaruh dengan suatu
kelompok yang mana kelompok ini memunculkan stereotype buruk, contohnya seperti
umat kristen yang dipandang sebagai umat yang memiliki sifat agresif dan ambisius,
sedangkan umat islam yang juga dicap sebagai umat yang radikal, tidak toleran serta
subjektif dalam memandang kebenaran agama lain, sehingga hal-hal tersebutlah yang
akhirnya memuncul konflik keagamaan di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah penulis paparkan maka dapat dirumuskan
permasalahan yakni “Bagaimana pengaruh diferensiasi agama terhadap konflik
keagamaan di indonesia?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan dan juga memaparkan pengaruh dari diferensiasi agama
terhadap konflik keagamaan yang terjadi di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

Diferensiasi agama merupakan pengelompokan berdasarkan agama atau kepercayaan


seseorang. Di Indonesia sendiri sudah memiliki beberapa agama resmi, yaitu Protestan,
Islam, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Agama memiliki fugsi sebagai sebuah
pedoman untuk keberlangsungan hidup manusia, agama tidak memiliki tingkatan dan juga
tidak dapat dijadikan sebagai faktor penentu bahwa individu memiliki derajat yang lebih
tinggi ataupun rendah karena agama yang dianutnya. Agama merupakan sesuatu yang
dianggap sakral, bahkan melebihi kehidupan duniawi dan dapat menimbulkan rasa
kekaguman serta penghormatan dan sekumpulan kepercayaan tentang hal yang dianggap
sakral. Menurut Durkheim, agama sendiri merupakan suatu sitem terpadu yang mana terdiri
atas kepercayaan dan juga praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci (sacred)
Agama memiliki beberapa kategori, diantaranya :

1. Simple Naturalisme, yaitu bentuk agama tidak ada kaitannya dengan pikiran atau
hal-hal supranatural, dan semua fenomena adalah bagian dari satu kekuatan, mereka
percaya bahwa adanya satu kekuatan yang hebat tetapi mereka tidak memiliki
konsep yang lengkap tentang tuhan. Simple Naturalisme ini biasanya terdapat di
suku Askimo.
2. Animisme, merupakan kebalikan dari Simple Naturalisme, yaitu suatu bentuk
agama yang meyakini bahwa setiap bentuk kehidupan dan juga segala sesuatu yang
ada di bumi ini didiami oleh adanya hal supranatural atau kekuatan gaib. Terdapat
di suku Indian.
3. Theisme, Suatu bentuk agama di mana orang-orangnya percaya dengan tuhan yang
terpisah dari manusia dan mahkluk hidup lainnya, walaupun tuhannlah yang
bertanggun jawab atas penciptaan manusia dan nasibnya.
4. Polytheisme, kepercayaan akan banyak tuhan seperti Hindu dan Buddha.
5. Monotheisme, kepercayaan akan satu tuhan seperti di Islam, Katolik, dan Kristen.
6. Teladan Abstract, suatu agama atau kepercayaan yang memusatkan perhatiannya
tentang hal yang ideal di dalam hal spiritual dan dalam tingkah lakunya. Seperti
Buddha dan juga Konfusionisme.
7. Agama masyarakat, sekumpulan kepercayaan dan ritual yang ada di luar lembaga
agama. Misalnya, Marxisme dan Leninisme.

Agama juga memiliki unsur-unsur penting, seperti kepercayaan, simbol agama, praktik
keagamaan, umat beragama, serta pengalaman keagamaan. Jika salah satu unsur penting
tersebut tidak dimiliki oleh sebuah kepercayaan, maka belum dapat diterima sebagai agama.
Selain itu juga agama memiliki beberapa komponen penting :

1. Adanya emosi keagamaan, yang merupakan sikap tidak rasional yang mampu
menggetarkan jiwa.
2. Sistem keyakinan, yang terwujud dalam sebuah bentuk atau gagasan manusia, seperti
meyakini sebuah hal supranatural.
3. Adanya upacara keagamaan, yang dilakukan dalam bentuk ibadah kepada Dewa,
Tuhan, Roh, dll.
4. Memiliki tempat ibadah, seperti Gereja, Pura, Masjid dan juga Vihara.
5. Yang paling penting yaitu memiliki umat, sekumpulan orang yang memiliki salah satu
agama dari beberapa kepercayaan tersebut.

Umat dari pemeluk suatu agama dapat dikenali dari cara berpakaiannya, caranya
berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya. Misalnya, pada pemeluk agama islam, yang
perempuan menggunakan hijab, berperilaku sopan santun dan beribadah sholat. Dari cara-
cara yang berbeda itulah kita dapat membedakan dan mengetahui pemeluk dari suatu
agama. Hal tersebut merupakan diferensiasi agama yang bisa kita lihat dari kehidupan
sehari-hari.

Masing-masing agama memiliki berbagai perbedaan, sebagai berikut :

1. Konsep Keimanan, yaitu konsep yang mengandung segala keyakinan manusia tentang
Tuhan, Alam gaib, segala nilai, serta norma dan ajaran dari agama yang bersangkutan.
2. Kitab Suci, yang dijadikan sebagai pdoman dalam beribadah dan juga bertingkah laku
sehari-hari. Kitab suci yang agama yang ada di Indonesia, yaitu Al-Qur’an, Injil,
Tripitaka dan Weda. Kitab suci ini bukan hanya dijadikan sebagai simbol, tetapi
diharapkan bahwa setiap pemeluknya benar-benar menjalankan dan berperilaku sesuai
dengan apa yang ada di dalam kitab tersebut.
3. Sistem peribadatan, sistem peribadatan ditiap agama masing-masing berbeda, begitu
juga dengan upacara keagamaannya, misalnyaadanya peringatan Natal pada umat
Nasrani, dan peringatan Idhul Fitri bagi umat Islam.
4. Hukum-hukum yang berlaku dalam kehidupan, yang mana agama ini diturunkan untuk
mengatur kehidupan sosial manusia agar dapat hidup selamat dunia dan akhirat. Di
dalam hukum-hukum tersebut memiliki perbedaan di mana masing-masimg agama
memiliki hukum yang berbeda, seperti di dalam Islam ada makanan yang
diperbolehkan untuk dimakan dan ada juga yang haram untuk dimakan. Begitu juga
dengan hukum pernikaha, perceraian dan lain sebagainya.

Di dalam perkembangannya, agama mempengaruhi masyarakat dan masyarakatpun


juga mempengaruhi agama, dan di sanalah terjadinya sebuah interaksi yang dinamis. Nilai-
nilai agama sendiri sudah ada di dalam diri manusia, dan nilai tersebut sangat
mempengaruhi nilai hidup manusia sehingga manusia memiliki kesadaran bahwa ada
sesuatu yang lebih tinggi dan suci yaitu agama. Setiap perilaku yang diperankan oleh
manusia akan terkait dengan sistem kepercayaan atau keyakinan dari agama dan
kepercayaan yang dianut oleh manusia itu sendiri. Agama Di Indonesia sangat berperan
penting bagi kehidupan bermasyarakat, hal ini terdapat di dalam ideologi bangsa Indonesia
itu sendiri, yaitu Panca sila yang terdapat dalam sila pertama yang berbunyi Ketuhanan
Yang Maha Esa. Di dalam sila tersebut menjadi sebuah tamengyang berfungsi untuk
melindungi agama-agama yang ada di dalamnya. Diferensiasi agama masuk ke dalam
kategori diferensiasi adat, yang mana hal ini terekontruksi oleh budaya atau adat yang ada di
dalam masyarakat, hal itu bisa dilihat dari simbil-simbol dan upacara keagamaan yang
berbeda di tiap daerahnya. Hingga saat ini, realitas menunjukkan bahawa agama sendiri
masih memiliki pengaruh di daam kehidupan pribadi dan masyarakat. Pada sisi yang lain,
negara yang menempatkan agama tertentu sebagai agama negara terbutkti telah
mendiskriminasikan suatu agama tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa agama
dan juga negara tampaknya tidak dapat dipisahkan, tetapi agama dan negara juga tidak bisa
saling menaklukkan. Hubungan antar agama dan negara yang tidak saling menaklukkan ini
tampak dalam hubungan agama dan negara di Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

Sejumlah agama di Indonesia, sangat berpengaruh terhadap politik, ekonomi dan


budaya. Dengan banyaknya agama dan juga kepercayaan yang ada di Indonesia, maka
konflik antar agama sering kali tidak dapat dicegah. Konflik sendiri memiliki artian sebuah,
pertikaian, percekcokan, pertentangan dan perselisihan. Konflik juga merupakan suatu
proses sosial yang berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok
yang saling menentang satu sama lai dengan ancaman kekerasan. Menurut Robert.
M.Z.Lawang, konflik memiliki artian sebagai sebuah perjuangan di mana suatu kelompok
ingin memperoleh suatu hal-hal yang langka, seperti nilai dan kekuasaan. Tujuan dari
mereka berkonflik tersebut itu sendiri bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan saja,
melainkan juga untuk menunddukan pesaingnya. Konflik itu sendiri terjadi karena tidak
lepas dari adanya sekelompok atau individu yang menjadi dalang provokator. Provokator ini
sering sekali memprovokasi untuk mengadu domba antaragama, bahkan tidak antar agama
saja, melainkan juga antarsuku ataupun antar etnis, mereka melakukan hal tersebut tidak
lain dan tidak bukan bertujuan untuk memecah belah kesatuan dan persatuan masyarakat.
Jika konflik antar umat beragama terus berkepanjangan dan terus dibiarkan, maka
ditakutkannya akan menjadi sebuah petaka yang dapat menghancurkan kesatuan bangsa.
Munculnya konflik keagamaan ini, terjadi karena berbagai aspek, seperti adanya kecurigaan
dari suatu umat beragama dengan umat agama lainnya. Selain itu juga, terdapat politik kotor
yang mengatasnamakan agama yang ingin mengadu domba umat beragama demi
kepentingan politik tertentu. Dengan adanya kecurigaan di antara para pemeluk agama tadi,
maka para politikus yang tidak bermoral tersebut mengambil kesempatan untuk
memprovokasi dan memanfaatkan mereka untuk membuat konflik yang berkepanjangan.
Rakyat yang awam pada permainan politikpun akhirnya hanya menanggung korban, baik itu
harta maupun jiwa.

Penyebab lain dari lahirya konflik agama ini dikarenakan adanya ketidakadilan di
dalam kesenjangan ekonomi di anatar para penganut agama. Hal ini terlihat dalam
perlakuan politik berdasarkan agama yang dianut, terutama seperti yang terjadi pada masa
orde baru, di mana demi mencari dukungan politik para rezim memberikan posisi-posisi
yang strategis kepada elite-elite yang berasal dari agama tertentu. Perlakuan tidak adil
terebut dapat memuncukan kecemburuan sosial dari suatu kelompok terhadap kelompok
lain. Selain itu terdapat konflik antar umat agama yang tidak disebabkan oleh faktor agama
itu sendiri, melainkan oleh faktor ekonomi, politik, maupun sosial. Koflik yang terjadi
seperti konflik dalam persoalan pendirian rumah ibadah atau cara penyiaran agama yang
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, adanya kesalah pahaman diantara pemeluk
agama, dan ada juga konflik internal di mana umat beragama tersebut hanya meganggap
aliran atau kepercayaan-nya saja yang benar dan menyalahkan kepercayaan yang lain.
Dengan banyakya konflik antar umat beragama yang terjadi, masyarakat harus
menerapkan sikap toleransi. Toleransi ini merupakan sikap dan perbuatan yang melarang
adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima
oleh kebanyakan mayoritas di dalam suatu masyarakat. Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia sendri, arti dari toleransi ini adalah dua kelompok yang berbeda tetapi dapat
saling berhubungan. Menurut Ali Masrur, salah satu masalah dalam komunikasi antar
agama sekarang ini khususnya sendiri di Indonesia yaitu munculnya sikap toleransi malas-
malasan muncul akibat dari pola perjumpaan tidak langsung. Karena perjumpaan yang tidak
langsung ini, akhirya membuat umat beragama menjadi enggan untuk mendiskusikan
masalah-masalah keimanan. Maka dari itu, interaksi masing-masing pihak interaksi yang
biasa saja, tidak menyangkut adanya persoaan-persoalan keimaan masing-masing dari
pihak. Masing-masing agama mengakui kebenaran dari agama lain, tetapi kemudian
membiarkan satu sama lain bertindak denga cara yang memuaskan masing-masing dari
pihak. Yang terjadi hanyalah prjumpaantak langsung dan bukan perjumpaan sesungguhnya.
Dengan demikian, akan muncul kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama
yang dapat memicu konflik yang mengatasnamakan agama.

Kurangnya informasi yang akurat, akan menjadi hambatan untuk masyarakat dapat
memahami agama lain, fenomena ini berimplikasi kepada upaya claim berat, yang telah
menyebabkan munculnya antagonisme antar umat beragama. Beberapa kasus klasik dan
kontenporer seharusnya menjadi acuan penting bagi umat beragama untuk membangun
toleransi antar umat beragama dalam damai, aman, dan juga tentram. Namun realitasnya,
sebagian umat beragama ini malah semakin “beringas” di dalam menyuarakan
ketidakbenaran terhadap agama lain dan mengabaikan orang seagamanya bahkan sampai
memusuhi dengan menggunakan kata-kata “kafir” apabila orang tersebut tidak sepaham
dengan merekah. Inilah pangkal dari penyebab konflik antar dan inter umat beragama yang
sampai sekarang tidak pernah selesai.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyebab konflik antar umat beragama ini tidak hanya berasal dari faktor agama itu
sendiri saja, melainkan juga berasal dari faktor-faktor lain seperti faktor politik, ekonomi
dan budaya. Konflik antar umat beragama juga terjadi karena tidak lepas dari adanya
sekelompok orang atau individu yang menjadi dalang provokator. Provokator ini sering
sekali memprovokasi untuk mengadu domba antaragama, bahkan tidak antar agama saja,
melainkan juga antarsuku ataupun antar etnis, mereka melakukan hal tersebut tidak lain
dan tidak bukan bertujuan untuk memecah belah kesatuan dan jua persatuan masyarakat.
Jika konflik antar umat beragama terus berkepanjangan dan terus dibiarkan, maka
ditakutkannya akan menjadi sebuah petaka yang dapat menghancurkan kesatuan bangsa.
Munculnya konflik keagamaan ini, terjadi karena berbagai aspek, seperti adanya
kecurigaan dari suatu umat beragama dengan umat agama lainnya yang disebabkan oleh
perjumpaan diskusi secara tidak langsung.

B. SARAN

Masyarakat harus tetap menerapkan sikap toleransi. Yang mana toleransi ini
merupakan sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-
kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh kebanyakan mayoritas di dalam
suatu masyarakat. Pemerintahan juga harus segera mengusut tuntas mengenai bayaknya
provokator yang berkeliaran, bukan hanya mencari dan menghukum pelaku saja tetapi
juga harus mengusut akar dari permasalahan konflik tersebut agar tidak terulang konflik
yang serupa.
DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, B. A. (2018). Ambiguitas dan Diferensiasi Agama dan Negara di


Indonesia. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 5(1), 7-7.

Blog, Gramedia. “Diferensiasi Sosial: Pengertian, Contoh Diferensiasi Sosial, Ciri &
Bentuk.” Gramedia Blog, 2021.www.gramedia.com/literasi/diferensiasi-sosial/#2_Klan.
Diakses pada 6 Desember 2022.

Yunus, F. M. (2014). Konflik agama di Indonesia problem dan solusi


pemecahannya. Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 16(2), 217-228.

St Aisyah, B. M. (2014). Konflik sosial dalam hubungan antar umat beragama. Jurnal


Dakwah Tabligh, 15(2), 189-208.

“Rendahnya Sikap Toleransi di Indonesia”, dalam,


www.dianparamita.comAkses tanggal 6 Desember 2022. - HAPUS

www.fauzulmustaqim.com/2015/12/pengertian-diferensiasi-sosial.html?m=1 – PAKAI
FORMAT DAPUS YANG BENAR KALAU DARI WEB

Anda mungkin juga menyukai