Dosen Pegampu :
Disusun Oleh :
D1F021033
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah penulis paparkan maka dapat dirumuskan
permasalahan yakni “Bagaimana pengaruh diferensiasi agama terhadap konflik
keagamaan di indonesia?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan dan juga memaparkan pengaruh dari diferensiasi agama
terhadap konflik keagamaan yang terjadi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Simple Naturalisme, yaitu bentuk agama tidak ada kaitannya dengan pikiran atau
hal-hal supranatural, dan semua fenomena adalah bagian dari satu kekuatan, mereka
percaya bahwa adanya satu kekuatan yang hebat tetapi mereka tidak memiliki
konsep yang lengkap tentang tuhan. Simple Naturalisme ini biasanya terdapat di
suku Askimo.
2. Animisme, merupakan kebalikan dari Simple Naturalisme, yaitu suatu bentuk
agama yang meyakini bahwa setiap bentuk kehidupan dan juga segala sesuatu yang
ada di bumi ini didiami oleh adanya hal supranatural atau kekuatan gaib. Terdapat
di suku Indian.
3. Theisme, Suatu bentuk agama di mana orang-orangnya percaya dengan tuhan yang
terpisah dari manusia dan mahkluk hidup lainnya, walaupun tuhannlah yang
bertanggun jawab atas penciptaan manusia dan nasibnya.
4. Polytheisme, kepercayaan akan banyak tuhan seperti Hindu dan Buddha.
5. Monotheisme, kepercayaan akan satu tuhan seperti di Islam, Katolik, dan Kristen.
6. Teladan Abstract, suatu agama atau kepercayaan yang memusatkan perhatiannya
tentang hal yang ideal di dalam hal spiritual dan dalam tingkah lakunya. Seperti
Buddha dan juga Konfusionisme.
7. Agama masyarakat, sekumpulan kepercayaan dan ritual yang ada di luar lembaga
agama. Misalnya, Marxisme dan Leninisme.
Agama juga memiliki unsur-unsur penting, seperti kepercayaan, simbol agama, praktik
keagamaan, umat beragama, serta pengalaman keagamaan. Jika salah satu unsur penting
tersebut tidak dimiliki oleh sebuah kepercayaan, maka belum dapat diterima sebagai agama.
Selain itu juga agama memiliki beberapa komponen penting :
1. Adanya emosi keagamaan, yang merupakan sikap tidak rasional yang mampu
menggetarkan jiwa.
2. Sistem keyakinan, yang terwujud dalam sebuah bentuk atau gagasan manusia, seperti
meyakini sebuah hal supranatural.
3. Adanya upacara keagamaan, yang dilakukan dalam bentuk ibadah kepada Dewa,
Tuhan, Roh, dll.
4. Memiliki tempat ibadah, seperti Gereja, Pura, Masjid dan juga Vihara.
5. Yang paling penting yaitu memiliki umat, sekumpulan orang yang memiliki salah satu
agama dari beberapa kepercayaan tersebut.
Umat dari pemeluk suatu agama dapat dikenali dari cara berpakaiannya, caranya
berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya. Misalnya, pada pemeluk agama islam, yang
perempuan menggunakan hijab, berperilaku sopan santun dan beribadah sholat. Dari cara-
cara yang berbeda itulah kita dapat membedakan dan mengetahui pemeluk dari suatu
agama. Hal tersebut merupakan diferensiasi agama yang bisa kita lihat dari kehidupan
sehari-hari.
1. Konsep Keimanan, yaitu konsep yang mengandung segala keyakinan manusia tentang
Tuhan, Alam gaib, segala nilai, serta norma dan ajaran dari agama yang bersangkutan.
2. Kitab Suci, yang dijadikan sebagai pdoman dalam beribadah dan juga bertingkah laku
sehari-hari. Kitab suci yang agama yang ada di Indonesia, yaitu Al-Qur’an, Injil,
Tripitaka dan Weda. Kitab suci ini bukan hanya dijadikan sebagai simbol, tetapi
diharapkan bahwa setiap pemeluknya benar-benar menjalankan dan berperilaku sesuai
dengan apa yang ada di dalam kitab tersebut.
3. Sistem peribadatan, sistem peribadatan ditiap agama masing-masing berbeda, begitu
juga dengan upacara keagamaannya, misalnyaadanya peringatan Natal pada umat
Nasrani, dan peringatan Idhul Fitri bagi umat Islam.
4. Hukum-hukum yang berlaku dalam kehidupan, yang mana agama ini diturunkan untuk
mengatur kehidupan sosial manusia agar dapat hidup selamat dunia dan akhirat. Di
dalam hukum-hukum tersebut memiliki perbedaan di mana masing-masimg agama
memiliki hukum yang berbeda, seperti di dalam Islam ada makanan yang
diperbolehkan untuk dimakan dan ada juga yang haram untuk dimakan. Begitu juga
dengan hukum pernikaha, perceraian dan lain sebagainya.
Penyebab lain dari lahirya konflik agama ini dikarenakan adanya ketidakadilan di
dalam kesenjangan ekonomi di anatar para penganut agama. Hal ini terlihat dalam
perlakuan politik berdasarkan agama yang dianut, terutama seperti yang terjadi pada masa
orde baru, di mana demi mencari dukungan politik para rezim memberikan posisi-posisi
yang strategis kepada elite-elite yang berasal dari agama tertentu. Perlakuan tidak adil
terebut dapat memuncukan kecemburuan sosial dari suatu kelompok terhadap kelompok
lain. Selain itu terdapat konflik antar umat agama yang tidak disebabkan oleh faktor agama
itu sendiri, melainkan oleh faktor ekonomi, politik, maupun sosial. Koflik yang terjadi
seperti konflik dalam persoalan pendirian rumah ibadah atau cara penyiaran agama yang
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, adanya kesalah pahaman diantara pemeluk
agama, dan ada juga konflik internal di mana umat beragama tersebut hanya meganggap
aliran atau kepercayaan-nya saja yang benar dan menyalahkan kepercayaan yang lain.
Dengan banyakya konflik antar umat beragama yang terjadi, masyarakat harus
menerapkan sikap toleransi. Toleransi ini merupakan sikap dan perbuatan yang melarang
adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima
oleh kebanyakan mayoritas di dalam suatu masyarakat. Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia sendri, arti dari toleransi ini adalah dua kelompok yang berbeda tetapi dapat
saling berhubungan. Menurut Ali Masrur, salah satu masalah dalam komunikasi antar
agama sekarang ini khususnya sendiri di Indonesia yaitu munculnya sikap toleransi malas-
malasan muncul akibat dari pola perjumpaan tidak langsung. Karena perjumpaan yang tidak
langsung ini, akhirya membuat umat beragama menjadi enggan untuk mendiskusikan
masalah-masalah keimanan. Maka dari itu, interaksi masing-masing pihak interaksi yang
biasa saja, tidak menyangkut adanya persoaan-persoalan keimaan masing-masing dari
pihak. Masing-masing agama mengakui kebenaran dari agama lain, tetapi kemudian
membiarkan satu sama lain bertindak denga cara yang memuaskan masing-masing dari
pihak. Yang terjadi hanyalah prjumpaantak langsung dan bukan perjumpaan sesungguhnya.
Dengan demikian, akan muncul kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama
yang dapat memicu konflik yang mengatasnamakan agama.
Kurangnya informasi yang akurat, akan menjadi hambatan untuk masyarakat dapat
memahami agama lain, fenomena ini berimplikasi kepada upaya claim berat, yang telah
menyebabkan munculnya antagonisme antar umat beragama. Beberapa kasus klasik dan
kontenporer seharusnya menjadi acuan penting bagi umat beragama untuk membangun
toleransi antar umat beragama dalam damai, aman, dan juga tentram. Namun realitasnya,
sebagian umat beragama ini malah semakin “beringas” di dalam menyuarakan
ketidakbenaran terhadap agama lain dan mengabaikan orang seagamanya bahkan sampai
memusuhi dengan menggunakan kata-kata “kafir” apabila orang tersebut tidak sepaham
dengan merekah. Inilah pangkal dari penyebab konflik antar dan inter umat beragama yang
sampai sekarang tidak pernah selesai.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyebab konflik antar umat beragama ini tidak hanya berasal dari faktor agama itu
sendiri saja, melainkan juga berasal dari faktor-faktor lain seperti faktor politik, ekonomi
dan budaya. Konflik antar umat beragama juga terjadi karena tidak lepas dari adanya
sekelompok orang atau individu yang menjadi dalang provokator. Provokator ini sering
sekali memprovokasi untuk mengadu domba antaragama, bahkan tidak antar agama saja,
melainkan juga antarsuku ataupun antar etnis, mereka melakukan hal tersebut tidak lain
dan tidak bukan bertujuan untuk memecah belah kesatuan dan jua persatuan masyarakat.
Jika konflik antar umat beragama terus berkepanjangan dan terus dibiarkan, maka
ditakutkannya akan menjadi sebuah petaka yang dapat menghancurkan kesatuan bangsa.
Munculnya konflik keagamaan ini, terjadi karena berbagai aspek, seperti adanya
kecurigaan dari suatu umat beragama dengan umat agama lainnya yang disebabkan oleh
perjumpaan diskusi secara tidak langsung.
B. SARAN
Masyarakat harus tetap menerapkan sikap toleransi. Yang mana toleransi ini
merupakan sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-
kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh kebanyakan mayoritas di dalam
suatu masyarakat. Pemerintahan juga harus segera mengusut tuntas mengenai bayaknya
provokator yang berkeliaran, bukan hanya mencari dan menghukum pelaku saja tetapi
juga harus mengusut akar dari permasalahan konflik tersebut agar tidak terulang konflik
yang serupa.
DAFTAR PUSTAKA
Blog, Gramedia. “Diferensiasi Sosial: Pengertian, Contoh Diferensiasi Sosial, Ciri &
Bentuk.” Gramedia Blog, 2021.www.gramedia.com/literasi/diferensiasi-sosial/#2_Klan.
Diakses pada 6 Desember 2022.
www.fauzulmustaqim.com/2015/12/pengertian-diferensiasi-sosial.html?m=1 – PAKAI
FORMAT DAPUS YANG BENAR KALAU DARI WEB