Anda di halaman 1dari 5

Sejak berabad-abad lalu, ketika manusia mengenal peradaban mereka juga mengenal

keyakinan dan agama. Seiring perkembangan zaman, manusia menempatkan agama dan
keyakinan dalam posisi yang penting dalam kehidupan mereka. Jika fenomena spiritual ditelaah
dalam ilmu agama dan fenomena sosialditelaah dengan sosiologi, maka adanya fenomena
spiritual dalam Masyarakat sepatutnya ditelaah dalam perspektif sosiologi agama. Sosiologi agama
bukanlah topik pembicaraan baru dalam kajian ilmusosiologi. Seperti diketahui, sosiologi
memiliki banyak cabang konsentrasi yang menyandingkan atau mengkolaborasi antara ilmu
sosiologi dngan ilmu lainnya. Sosiologi agama muncul sebagai bagian dari sosiologi yang
membahas tentang agama. Agama dalam paradigma fakta sosial diletakkan dalam struktur sebagai
bagiandari norma dalam masyarakat, yakni norma agama.

PENGERTIAN SOSIOLOGI AGAMA

Sosiologi agama mengkaji tentang kehidupan sosial dan kebudayaan

dalam masyarakat sebagai penggambaran dari keagamaan. Karya-karya Max

Weber dan Emile Durkheim menjelaskan tentang sosiologi agama sebagai cara

untuk memperoleh keterangan ilmiah tentang masyarakat beragama. Sosiologi

agama menggunakan sudut pandang empiris dari ilmu sosial sebagai pendekatan

ilmiahnya. Pendekatan sosiologi agama cenderung menggunakan kelebihan dan

kekurangan pada suatu agama sebagai objek kajian.

Menurut Drs. D. Hendropuspito sosiologi agama adalah cabang ilmu sosiologi yang mempelajari
masyarakat agama secara sosiologis. Tujuannya untuk mendapatkan keterangan secara ilmiah
mengenai kepentingan Masyarakat umum serta kepentingan Masyarakat agama.

RUANG LINGKUP SOSIOLOGI AGAMA

Sebagai bagian dari sosiologi umum, sosiologi agama memiliki objek

kajian yang berbeda. Perbedaan objek ini untuk menegaskan batasan ruang lingkup kajian
teoritisnya.

Menurut Bisri Afandi (1978), objek studi sosiologi agama adalah interrelasi antara agama
dengan masyarakat. Hubungan ini tidak hanya berdimensi sosial sebagaimana ciri khas
sosiologinamun juga bersifat individualArtinya, dalam skala sosial sosiologi agama memang
mempelajari masyarakat dengan titik fokus pada agama dan pengaruh sosialnya. Namun, pada level
individusosiologi agama mempelajari makna atau penafsiran seseorang pada agama yang dianutnya.
4Sedangkan Sindung Haryanto (2015) memberi penegasan bahwa agama dalam konteks ruang
lingkup sosiologi agama memuat dua aspek. Agama sebagai sistem kepercayaan dan agama sebagai
institusi sosialAgama sebagai sistem kepercayaan berarti agama terdiri dari seperangkat kepercayaan,
nilai, norma, dan hukumElemen-elemen agama ini kemudian menjelma sebagai struktur yang
menjalankan fungsinya sebagai patokan umum dalam bertingkah laku.
OBJEK KAJIAN SOSIOLOGI AGAMA

Objek kajian sosiologi terbagi menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal

1. Objek Material

Objek material kajian sosiologi agama yang sering diteliti dalam sosiologi agama

meliputi:

Hal ini dapat melibatkan analisis tentang bagaimana

praktik keagamaan mempengaruhi kesejahteraan individu, bagaimana ritual

menciptakan identitas keagamaan, atau bagaimana keyakinan agama

memengaruhi pandangan politik dan moral dalam masyarakat.

● Perilaku Keagamaan: Penelitian dalam bidang perilaku keagamaan sering kali bertujuan untuk
memahami bagaimana praktik keagamaan, ritual, dan keyakinan agama ini memengaruhi individu
dan masyarakat secara sosial, psikologis, dan kesehatan.

● Praktik Keagamaan: Ini mencakup aktivitas dan tindakan konkret yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dalam konteks keagamaan. Praktik keagamaan juga dapat mencakup kepatuhan terhadap
hukum-hukum atau ajaran agama tertentu, seperti puasa atau memberikan sedekah. termasuk
ibadah, seperti doa, meditasi, atau partisipasi dalam upacara keagamaan.

● Keyakinan Agama: Ini mencakup sistem keyakinan, doktrin, dan ajaran yang

menjadi dasar keagamaan individu atau kelompok. Keyakinan agama

memengaruhi pandangan dunia, moralitas, dan perilaku individu

● Ritual: Ritual adalah serangkaian tindakan atau upacara yang memiliki makna

keagamaan dan dilakukan secara teratur. Contoh ritual termasuk misa gereja, shalat lima waktu
dalam Islam, atau perayaan agama seperti Paskah.

1. Konflik Agama: Penelitian dalam bidang konflik agama bertujuan untuk

memahami dinamika konflik yang berkaitan dengan agama, mencari cara untuk

mempromosikan toleransi agama, dan mencegah ekstremisme agama.

1.Toleransi Agama: Toleransi agama adalah kemampuan individu atau kelompok

masyarakat untuk menghormati dan menerima keyakinan dan praktik agama yang berbeda.

2. Ekstremisme Agama: Ekstremisme agama adalah sikap atau tindakan yangmelampaui batas norma
keagamaan dan bisa mengarah pada Tindakan kekerasan atau radikalisasi.

3. Perbedaan Keyakinan: Konflik agama juga dapat melibatkan perbedaan keyakinan antara individu
atau kelompok agama yang berbeda.
2. Identitas Keagamaan: Penelitian tentang identitas keagamaan sering melibatkan

analisis tentang bagaimana agama memainkan peran dalam membentuk budaya,

etnisitas, dan nilai-nilai dalam masyarakat.

1. Identitas Individu: Agama seringkali merupakan bagian penting dari identitasindividu.


Keyakinan agama, praktik keagamaan, dan nilai-nilai yang dianut seseorang dapat
membentuk bagian signifikan dari siapa mereka. Studi tentang identitas individu dalam
konteks agama berusaha menjelaskan bagaimana agama memengaruhi pandangan diri,
perilaku, dan nilai-nilai individu.
2. Identitas Kelompok: Selain identitas individu, agama juga dapat membentuk identitas
kelompok. Penelitian dalam bidang ini mencoba memahami bagaimana anggota kelompok
agama mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari komunitas tersebut dan bagaimana
ini memengaruhi hubungan mereka dengan kelompok lain.
3. Perubahan Identitas: Agama juga dapat memengaruhi perubahan dalam identitas individu
dan kelompok seiring waktu. Proses seperti konversi agama, pembaruan keagamaan, atau
pergantian keyakinan dapat mengubah identitas seseorang atau kelompok.

3. Perubahan Sosial: Penelitian tentang perubahan sosial dalam konteks agama

bertujuan untuk menyelidiki interaksi kompleks antara agama dan dinamika

perubahan sosial. Penelitian dalam konteks ini mencoba memahami bagaimana agama dapat
mendukung atau menghambat modernisasi.

1. Modernisasi: Modernisasi adalah proses transformasi sosial, ekonomi, dan politik yang sering
terjadi seiring berjalannya waktu. Penelitian dalam konteks ini mencoba memahami
bagaimana agama dapat mendukung atau menghambat modernisasi.
2. Globalisasi: Globalisasi adalah proses integrasi ekonomi, budaya, dan politik di seluruh dunia.
Studi tentang agama dan globalisasi mencoba memahami bagaimana agama memengaruhi
interaksi lintas budaya, pengaruh budaya agama dalam konteks global, dan bagaiman agama
beradaptasi dengan perubahan global.
3. Perubahan Norma dan Nilai: Agama sering memengaruhi norma dan nilai-nilai dalam
masyarakat.

4. Agama dalam Konteks Budaya: Penelitian agama dalam konteks budaya membantu kita
memahami sejauh mana agama merupakan elemen pusat dalam membentuk budaya dan tradisi
masyarakat.

1. Pengaruh Agama Terhadap Budaya: Penelitian dalam konteks ini berfokus pada bagaimana agama
dapat membentuk dan memengaruhi budaya.

2. Tradisi Keagamaan: Agama sering kali terkait erat dengan tradisi-tradisi kuno.

3. Norma Sosial dan Etika: Agama memiliki peran penting dalam membentuk norma sosial dan etika
dalam masyarakat.
4. Interaksi Agama dan Identitas Budaya: Studi ini mencoba memahami bagaimana individu dan
kelompok menggabungkan identitas keagamaan dengan identitas budaya.

Objek Formal

Objek formal sosiologi adalah hubungan yang antar manusia sebagai

makhluk sosial, serta proses yang timbul dari hubungan di dalam masyarakat.

Adapun orientasi sosiologi di dalam masyarakat meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Keluarga merupakan soko guru (tiang) dari kelompok masyarakat.

2. Nilai dan norma diperlukan untuk mengatur tingkah laku manusia, dalam

melangsungkan hidup di dalam masyarakat.

3. Kehidupan manusia dalam masyarakat banyak dikelilingi dan dipengaruhi oleh

lembaga-lembaga, untuk itu masyarakat harus mampu menyesuaikan diri dengan

lembaga-lembaga yang ada.

4. Individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat biasanya mempunyai

kecenderungan untuk mengklasifikasikan dirinya secara sosial menurut keturunan,

tingkat kemakmuran, pendidikan, jabatan, keanggotaan kelompok, dan status

sosial lainnya.

5. Adanya komunikasi yang terjadi dengan masyarakat dan kebudayaan yang

berbeda, akan menimbulkan perubahan-perubahan nilai budaya.

6. Saling menghormati dan bekerjasama merupakan tuntutan kemanusiaan.

7. Realisasi kehidupan pribadi banyak dibentuk melalui hubungan dengan yang lain.

8. Perbuatan-perbuatan yang dapat diterima oleh suatu masyarakat, belum tentu

diterima juga bahkan dapat dianggap tabu bagi masyarakat yang lain.

9. Adanya migrasi (perpindahan) antar bangsa dan masyarakat, menimbulkan

percampuran budaya antar individu dan kelompok.

10. Lingkungan fisik dan sosial sekitar, dapat mempengaruhi kehidupan manusia,

begitu pula sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai