SOSIOLOGI AGAMA
Makanlah dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-A’raf
(7): 52).
Kunci shalat adalah bersuci,” (HR. Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-
Darimi). Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata telah bersabda Rasulullah SAW : ‘Suci itu sebagian dari
iman. (Muslim).
“Jauhilah kalian dari buruk sangka, karena buruk sangka itu sedusta-dusta
perkataan (hati). Janganlah kalian mencari-cari berita keburukan orang
lain, janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, janganlah kalian
bersaing yang tidak sehat, janganlah kalian saling mendengki, janganlah
kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi. Dan jadilah
kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (HR. Muslim)
Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan
memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan
penyakit dari tengah-tengahmu” (Keluaran 23:25).
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang” (Amsal 17:22).
a. Masyarakat terbelakang;
b. Masyarakat pra-industrial yang sedang berkembang.
c. Masyarakat industri-sekuler.
3. Lembaga-lembaga keagamaan.
a. Ormas keagamaan (NU, Muhammadiyah, Persis, dll)
b. Lembaga pendidikan keagamaan (pesantren, madrasah, dll)
c. Lembaga kajian keagamaan (LKiS, pusat-pusat studi agama di perguruan tinggi, Islam
Liberal, dll).
D. AGAMA DAN DINAMIKA SOSIAL
14. Besarnya pengaruh timbal balik antara orang tua dan anak-anak
melebihi tingkat pengaruh faktor-faktor lain seperti tingkat
pendidikan, dinamika keluarga prokreasi (misalnya, perkawinan,
perceraian, dan pengasuhan), dan pengaruh kelompok
keagamaan. (bagaimana pengaruh timbal balik orang tua anak yang berefek pada
firqahperceraian)
15. Orang tua memiliki pengaruh yang lebih pada keyakinan anak-
anak di awal perjalanan hidup (sebelum dewasa), sementara
anak-anak kemudian mempengaruhi orang tua mereka sebagai
orang dewasa. Namun, ketika anak-anak mencapai usia tiga
puluhan, orang tua sekali lagi menjadi lebih berpengaruh.
4. Menurut Darnell dan Sherkat (1997), ada orang yang memilih pasangan hidup
sesuai dengan pilihan agamanya, sedangkan yang lain cenderung memilihnya
sesuai dengan keinginannya.
5. Preferensi individu dalam beragama mendorong
kelompok-kelompok sosial untuk
mengembangkan hubungan keluarga, pekerjaan,
lingkungan, atau gerakan sosial.
6. Menurut Lawler (1993), makrostrukturalisme
mendominasi kerangka kerja dalam teori
pertukaran sosial. Teori ini berbicara tentang
konsepsi minimalis dalam memahami motivasi
pelaku beragama dan membantu mengidentifikasi
struktur sosial untuk mengetahui pengaruh
jaringan pada individu, dan pengaruh individu
pada jaringan.
I. KELUARGA DAN
SOSIALISASI
1. Pada akhir abad ke-20 terlihat sebuah
kebingungan di bidang penelitian sosiologi, yaitu
berupa kendala data yang berkaitan dengan
hubungan pengaruh keluarga terhadap komitmen
pada keyakinan agama dan sebaliknya.
2. Secara teoretis, keluarga memberikan pengaruh
yang berkelanjutan pada perilaku beragama.
3. Salah satu tugas penting ke depan bagi sosiolog
agama adalah mulai menguji pengaruh keluarga
besar, dan pengaruh timbal balik dalam keluarga
selama hidup.
4. Keluarga tidak hanya menginformasikan
keyakinan agama dan pemahaman individu,
mereka juga menyediakan konteks sosial primer
tentang pilihan agama yang dianutnya.
5. Dalam konteks hubungan struktural, sering terjadi
tumpang tindih antara simpati dan sanksi; antara
motivasi dan partisipasi agama, serta antara
afiliasi agama dan keluarga.
6. Ikatan keluarga dan perilaku beragama
mendorong keluarga untuk mengamalkan ajaran
agama dengan sungguh-sungguh.
J. DENOMINASI (NETRALITAS)