Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan sebenarnya secara utuh
(Elizabeth K. Nottingham, 1954), yaitu:
Masyarakat yang terbelakang dan nilai- nilai sakral. Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota
masyarakat menganut agama yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok
keagamaan adalah sama.
Masyarakat- masyarakat pra- industri yang sedang berkembang. Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan
teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe
masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial diisi dengan upacara- upacara tertentu.
Masyarakat- masyarakat industri sekular. Masyarakat industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh
terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting
adalah penyesuaian- penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mempunyai konsekuensi penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin terbiasa
menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga
lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas.
PELEMBAGAAN AGAMA
Agama menjadi salah satu aspek kehidupan semua kelompok sosial, merupakan
fenomena yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga, kelompok
kerja, yang dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan. Dan terbentuklah organisasi
keagamaan untuk mengelola masalah keagamaan. Yang semula terbentuk dari
pengalaman agama tokoh kharismatik pendiri organisasi, kemudian menjadi organisasi
kegamaan yang terlembaga. Lembaga keagamaan berkembang sebagai pola ibadah, ide-
ide, ketentuan (keyakinan), dan tampil sebagai bentuk asosiasi atau organisasi.
Tampilnya organisasi agama akibat adanya kedalaman beragama, dan mengimbangi
perkembangan masyarakat dalam hal alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan dan
sebagainya.
Agama begitu universal, permanen (langgeng) dan mengatur dalam kehidupan, sehingga
bila tidak memahami agama, akan sukar memahami masyarakat. Agama melalui
wahyunya atau kitab sucinya memberikan petunjuk kepada manusia guna memenuhi
kebutuhan mendasar, yaitu selamat dunia dan di akhirat, di dalam perjuangannya tentu
tidak boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut perlu jaminan yang memberikan rasa aman
bagi pemeluknya. Maka agama masuk dalam sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu
yang rutin. Agama menjadi salah satu aspek kehidupan semua kelompok sosial,
merupakan fenomena yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga,
kelompok kerja, yang dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan.