Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

INDIKATOR MODERASI BERAGAMA


Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Wawasan Moderasi
Beragama
Dosen Pengampu: Fitria Kusuma Wardani, M.Pd.I.

Disusun Oleh:

Hasna Aulia Zulfa (226151008)

Tinezia Sri Cendani (226151025)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID
SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan kali ini kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Indikator Moderasi Beragama”.
Penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Moderasi
Beragama. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
dalam materi ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Fitria Kusuma Wardani,


M.Pd.I. selaku dosen mata kuliah, berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan dan pemahaman kami mengenai materi yang dibahas. Terima kasih kami
ucapkan kepada anggota kelompok yang sudah turut bekerjasama dalam kontribusi
mencari materi dan pengerjaan makalah.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
dengan keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kami menerima kritik dan
saran yang membangun dari teman-teman semua selalu kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi semua dalam kegiatan belajar.

Sukoharjo, 6 Februari 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2

BAB I .................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN .............................................................................................. 3

A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 3

B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 3

C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................... 3

BAB II ................................................................................................................ 4

PEMBAHASAN ................................................................................................. 4

A. Komitmen Kebangsaan ........................................................................... 4

B. Toleransi .................................................................................................. 5

C. Anti Kekerasan Dan Radikalisme .......................................................... 6

D. Akomodatif Terhadap Budaya Lokal ..................................................... 7

BAB III ............................................................................................................... 9

PENUTUP .......................................................................................................... 9

A. KESIMPULAN........................................................................................ 9

B. SARAN .................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Moderasi ibarat pendulum jam yang berayun dari pinggir dan
selalu condong ke tengah, itu tidak pernah mati. Moderasi dasarannya
adalah keadaan dinamis yang terus bergerak, karena moderasi pada
dasarnya adalah perjuangan terus-menerus dalam kehidupan
masyarakat. Indikator moderasi beragama yang digunakan ada empat hal,
yaitu: 1) komitmen kebangsaan; 2) toleransi; 3) anti kekerasan dan
radikalisme; dan 4) akomodatif terhadap budaya lokal.
Keempat indikator tersebut menunjukkan seberapa besar moderasi
beragama yang dipraktikkan seseorang di Indonesia dan seberapa rentan
mereka. Kerentanan ini harus dikenali agar kita dapat mengenalinya dan
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperkuat moderasi
beragama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dari komitmen kebangsaan?
2. Apa yang dimaksud dari toleransi beragama?
3. Apa yang dimaksud dengan anti kekerasan dan radikalisme?
4. Bagaimana penerapan akomodatif terhadap budaya lokal?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian dan pentingnya komitmen beragama.
2. Mengetahui maksud dari toleransi beragama.
3. Mengetahui maksud dari anti kekerasan dan radikalisme.
4. Menjabarkan tentang penerapan akomodatif terhadap budaya lokal.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komitmen Kebangsaan
Komitmen kebangsaan merupakan indikator penting untuk melihat
sejauh mana pandangan, sikap, dan praktik keagamaan seseorang dalam
mempengaruhi kepatuhan terhadap kesepakatan dasar nasional, terutama
dalam kaitannya dengan penerimaan Pancasila sebagai ideologi negara,
sikap terhadap tantangan ideologi yang bertentangan dengan dasar negara
Pancasila, serta semangat kebangsaan. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa nilai-nilai Pancasila : Ketuhanan, kemanusiaan, ikatan,
kewarganegaraan, dan kesamarataan adalah nilai-nilai global yang benar-
benar mulia yang digali dengan gemilang oleh para pendiri bangsa
Indonesia. 1
Dorongan dari nilai-nilai Pancasila sangat dekat dengan nilai-nilai
Islam. Argumen ini didasarkan pada gagasan bahwa nilai-nilai Pancasila
sesuai dengan Islam tanpa perlu Indonesia menjadi negara Islam
formal. Bangsa ini sepakat bahwa Indonesia tidak didirikan sebagai negara
Islam, dan ini berarti jika masih ada pihak yang berusaha menjadikan
Indonesia sebagai negara Islam, maka hal itu dapat disangka sebagai
pengingkaran terhadap cita-cita tersebut.
Selain itu, dari segi sosio-psikologis, dimana di Indonesia selain
umat Islam juga terdapat pemeluk agama lain yang juga turut serta dalam
perjuangan kemerdekaan, hal ini berarti menafikan keberadaan pemeluk
agama lain, yang merupakan kelompok agama dalam Islam. Orang lain ini
disebut ahl al-Kitab, di mana Islam sangat menghargai keberadaan
mereka. 2

1
Idrus Ruslan, ”Membangun Harmoni Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Dengan Nilai Islam
Dalam Pancasila”, Jurnal TAPIs, hal 4.
2
Idrus Ruslan, ”Membangun Harmoni Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Dengan Nilai Islam
Dalam Pancasila”, Jurnal TAPIs, hal 5.

4
Oleh karena itu, dari sudut pandang pemikiran umum, sangat
penting bahwa nilai-nilai Pancasila pada hakekatnya tidak bertentangan
dengan Islam atau bahkan sangat sesuai dengan Islam. Dengan kata lain,
nilai-nilai pancasila bersifat islami karena dipelajari oleh orang-orang yang
memiliki tingkat kerohanian (islami) yang tinggi.
Bagian dari komitmen terhadap nasionalisme adalah penerimaan
terhadap asas-asas kebangsaan yang terkandung dalam UUD 1945 dan
peraturan-peraturannya. Komitmen kebangsaan tentunya sangat
berpengaruh sebagai indikator moderasi beragama karena dari segi
moderasi beragama, mengamalkan ajaran agama sama dengan menunaikan
kewajiban kenegaraan, sebagaimana menjalankan kewajiban kenegaraan
adalah cara mengamalkan ajaran agama. 3

B. Toleransi
Istilah toleransi berasal dari bahasa Inggris, yaitu tolerance.
Sedangkan dalam Islam, konsep toleransi ini disebut sebagai tasamuh,
walaupun pada prinsipnya tidak sesuai dengan arti kata toleransi, karena
tasamuh lebih mengarahkan dan menerima perbuatan dalam batas-batas
tertentu. Kenyataannya, para pelaku tindakan tasamuh ini tidak boleh begitu
saja menerima bahwa hal itu dapat melampaui batas hak dan kewajibannya
sendiri. Dengan kata lain, perbuatan atau perilaku tasamuh dalam kehidupan
beragama tidak dimaksudkan untuk melanggar atau melampaui batas-batas
orang lain, terutama yang berkaitan dengan batas-batas akidah.
Toleransi beragama adalah keberbukaan yang mencakup masalah
kepercayaan pada orang-orang mengenai akidah atau ketuhanan yang
dianutnya. Setiap orang harus diberi kebebasan untuk percaya dan
menerima agama pilihan mereka. Toleransi merupakan hasil dari interaksi
sosial yang erat dalam masyarakat. Toleransi beragama, menurut pandangan
Islam, bukanlah untuk mencampuri keyakinan orang lain. Bahkan tidak

3
Ni Wayan Apriani and Ni Komang Aryani, Moderasi Beragama, Kalangwan Jurnal Pendidikan
Agama, Bahasa Dan Sastra, 2022, XII <https://doi.org/10.25078/kalangwan.v12i1.737>.

5
untuk pindah agama dengan komunitas agama yang berbeda. Peran toleransi
disini yaitu sebagai pengertian muamalah (interaksi sosial), jadi ada
batasan-batasan bersama yang bisa dan tidak bisa dilanggar. Inilah inti dari
toleransi, dimana masing-masing pihak mampu mengendalikan diri dan
memberi ruang untuk saling menghargai keunikan satu sama lain tanpa
merasa dilecehkan atau terancam karena keyakinan atau haknya. 4
Toleransi sebagai sikap dalam menghadapi perbedaan merupakan
landasan demokrasi yang paling penting, karena demokrasi hanya dapat
berjalan bila ada kebersamaan yakni mampu mewakili pendapatnya sendiri
dan kemudian menerima pendapat orang lain. Oleh karena itu, kematangan
demokrasi suatu bangsa dapat diukur dengan skala toleransi masing-masing
bangsa. Semakin tinggi toleransi terhadap keberagaman, maka semakin
demokratis bangsa tersebut, begitu pula sebaliknya. Namun, toleransi tidak
hanya terkait dengan keyakinan agama, tetapi bisa merujuk pada perbedaan
ras, jenis kelamin, perbedaan orientasi seksual, suku, budaya, dll.

C. Anti Kekerasan Dan Radikalisme


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan
radikalisme sebagai ideologi atau aliran pemikiran yang menghendaki
adanya perubahan dengan cara yang keras atau radikal5. Radikalisme atau
kekerasan dalam konteks moderasi beragama dipahami sebagai ideologi
(gagasan atau konsep) dan paham yang berupaya mencapai perubahan
sistem sosial dan politik atas nama agama dengan menggunakan cara-cara
kekerasan/ekstrim baik secara verbal maupun fisik, dan pelecehan
emosional. Akar dari radikalisme adalah sikap dan tindakan seseorang atau
kelompok yang menggunakan cara-cara kekerasan untuk membawa
perubahan yang diinginkan.

4
Abror Mhd., ‘Moderasi Beragama Dalam Bingkai Toleransi ( Kajian Islam Dan Keberagaman )’,
Rusydiah, 1.1 (2020), 137–48.
5
Potret Moderasi Beragama, Kalangan Mahasiswa, and Muhammad Khairul Rijal, ‘Potret
Moderasi Beragama Di Kalangan Mahasiswa Portrait of Religious Moderation Among Students
Muhammad Khairul Rijal Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda Jl . H .
A . M Rifaddin Samarinda Seberang Muhammad Nasir Universitas Islam ’, 2022, 172–85.

6
Belakangan ini, tindakan radikalisme semakin meningkat.
Ironisnya, hal ini sering dikaitkan dengan kegagalan pendidikan agama
untuk membentuk sikap dan perilaku yang benar. 6 Selain itu, radikalisme
sering dilibatkan dengan kelompok terorisme karena kelompok radikal
dapat menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, termasuk teror
terhadap mereka yang tidak sependapat dengannya. Meskipun banyak yang
mengasosiasikan radikalisme dengan agama tertentu, pada prinsipnya
radikalisme tidak hanya diasosiasikan dengan agama tertentu saja tetapi bisa
diasosiasikan dengan semua agama.
Radikalisme dapat muncul dari tanggapan rasa ketidakadilan dan
ancaman yang dialami oleh individu atau kelompok individu. Ketidakadilan
memiliki takaran yang luas seperti ketidakadilan sosial, ketidakadilan
ekonomi, ketidakadilan politik, dll. Persepsi ketidakadilan dan ancaman ini
dapat mengarah pada dukungan radikalisme atau bahkan terorisme, meski
belum bisa dipastikan apakah orang tersebut siap untuk aksi radikal dan
teror.7

D. Akomodatif Terhadap Budaya Lokal


Keragaman budaya (multikulturalisme) adalah peristiwa alam yang
dihasilkan dari pertemuan budaya yang berbeda, yaitu interaksi individu dan
kelompok yang berbeda dengan mereka. Contohnya keberagaman seperti
keragaman budaya, latar belakang keluarga, agama dan suku yang saling
berinteraksi dalam masyarakat Indonesia. 8
Praktik dan perilaku beragama yang akomodatif terhadap budaya
lokal dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kesanggupan untuk
menerima implementasi amaliah keagamaan yang menyesuaikan dengan
budaya dan tradisi setempat. Orang-orang moderat umumnya lebih bisa

6
I A I Al- Qur and others, ‘Jurnal TAUJIH Jurnal Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan
Agama Islam Jurnal TAUJIH Jurnal Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam’,
4.01 (2022), 1–17.
7
Apriani and Aryani, XII.
8
Agus Akhmadi, ‘Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious Moderation in
Indonesia ’ S Diversity’, Jurnal Diklat Keagamaan, 13.2 (2019), 45–55.

7
menerima tradisi dan budaya lokal dalam perilaku keagamaannya selama
tidak bertentangan dengan ajaran pokok agamanya. Di sisi lain, ada pula
kelompok yang cenderung tidak sesuai dengan tradisi dan budaya karena
praktik tradisi dan budaya dalam beragama dipandang sebagai perbuatan
yang mencemari kemurnian agama.
Praktik keberagamaan ini tidak bisa secara langsung
menggambarkan moderasi pelakunya. Hal ini dikarenakan hanya dapat
digunakan untuk mengidentifikasi pada kecenderungan umum. Pendapat
bahwa seseorang yang semakin akomodatif terhadap tradisi lokal yang lebih
moderat dalam beragama belum dapat dibuktikan. 9

9
Apriani and Aryani, XII.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Komitmen kebangsaan merupakan indikator penting untuk melihat
sejauh mana pandangan, sikap, dan praktik keagamaan seseorang dalam
mempengaruhi kepatuhan terhadap kesepakatan dasar nasional.
Komitmen kebangsaan tentunya sangat berpengaruh sebagai indikator
moderasi beragama karena dari segi moderasi beragama, mengamalkan
ajaran agama sama dengan menunaikan kewajiban kenegaraan,
sebagaimana menjalankan kewajiban kenegaraan adalah cara
mengamalkan ajaran agama.
2. Toleransi beragama adalah keterbukaan yang mencakup masalah
kepercayaan pada orang-orang mengenai akidah atau ketuhanan yang
dianutnya. inti dari toleransi, dimana masing-masing pihak mampu
mengendalikan diri dan memberi ruang untuk saling menghargai
keunikan satu sama lain tanpa merasa dilecehkan atau terancam karena
keyakinan atau haknya.
3. Radikalisme atau kekerasan dalam konteks moderasi beragama
dipahami sebagai ideologi dan paham yang berupaya mencapai
perubahan sistem sosial dan politik atas nama agama dengan
menggunakan cara-cara kekerasan atau ekstrim.
4. Praktik dan perilaku beragama yang akomodatif terhadap budaya lokal
dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kesanggupan untuk
menerima implementasi amaliah keagamaan yang menyesuaikan
dengan budaya dan tradisi setempat.

B. SARAN
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak
sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman
yang bisa dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan

9
memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta
sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abror Mhd., ‘Moderasi Beragama Dalam Bingkai Toleransi ( Kajian Islam Dan
Keberagaman )’, Rusydiah, 1.1 (2020), 137–48

Akhmadi, Agus, ‘Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious


Moderation in Indonesia ’ S Diversity’, Jurnal Diklat Keagamaan, 13.2
(2019), 45–55

Apriani, Ni Wayan, and Ni Komang Aryani, Moderasi Beragama, Kalangwan


Jurnal Pendidikan Agama, Bahasa Dan Sastra, 2022, XII
<https://doi.org/10.25078/kalangwan.v12i1.737>

Beragama, Potret Moderasi, Kalangan Mahasiswa, and Muhammad Khairul Rijal,


‘Potret Moderasi Beragama Di Kalangan Mahasiswa Portrait of Religious
Moderation Among Students Muhammad Khairul Rijal Universitas Islam
Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda Jl . H . A . M Rifaddin
Samarinda Seberang Muhammad Nasir Universitas Islam ’, 2022, 172–85

Qur, I A I Al-, D I Ma, Unggulan Darul, and Ulum Jombang, ‘Jurnal TAUJIH
Jurnal Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurnal
TAUJIH Jurnal Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam’,
4.01 (2022), 1–17

Ruslan, Idrus. (2013). Membangun Harmoni Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara


Dengan Nilai Islam Dalam Pancasila. TAPIs. Vol. 9 (2).

11

Anda mungkin juga menyukai