DOSEN PEMBIMBING
DR. H. ABD. RAHMAN, S.Pd.I., M.Ag
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 6
ASRIYANTO
JUSMAN. P
PROGRAM PASCSARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-AMANAH JENEPONTO
TAHUN PERIODE 2021-2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Islam ”, yang mana makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
Adapun yang kami bahas dalam makalah ini yaitu tafsiran surah – surah
Al-Qur’an tentang Posisi Akal dan Nafsu Dalam Islam yang terdiri dari Surah Al-
Kahfi ayat 28 , Surah Ali Imran ayat 190-191, Surah Shad ayat 26 dan Surah Al-
Mu’Minuun, selain itu makalah ini juga membahas tentang Kedudukan Akal Dan
serta sumber yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
Penulis
ii
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah……………………………...…................................. 2
A. Kesimpulan ……………………………............................
……………..15
B. Saran …………………………………...….
…........................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
mahluk yang bernama manusia. Beragam ilmu dan pengetahuan telah Dia
alat bertahan hidup dimuka bumi, yang memang manusia dipersiapkan untuk
kejadian dialam semesta, atau ayat-ayat Kauniyah, yang Alloh berikan sehingga
Nafsu sebagai salah satu sifat yang Alloh berikan kepada manusia, selalu
setan itu cenderung melalaikan hakikat khalifah dimuka bumi, melalaikan sebuah
dalam setiap penjalanan aktifitas. Kemudian Alloh mengutus Nabi dan Rasul,
bagi manusia, pedoman dasar bagi manusia dalam menjalani perannya sebagai
khalifah. Sebuah aturan main yang menjelaskan hal-hal yg harus dilakukan, dan
1
2
juga hal-hal yang harus dihindari, tidak boleh disentuh sama sekali. Disini juga
dijelaskan bagimana Iblis, setan dkk menjadi musuh manusia yang paling utama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penafsiran yang terkandung dalam Surat Al-Kahfi Ayat 18-28 ?
2. Apa penafsiran yang terkandung dalam Surat Ali Imran Ayat 190 – 191 ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui penafsiran yang terkandung dalam Surat Ali Imran Ayat
190 – 191.
2. Untuk mengetahui penafsiran yang terkandung dalam Surat Shad Ayat 26
3. Untuk mengetahui penafsiran yang terkandung dalam Surat Al-Kahfi Ayat
18-28
4. Untuk mengetahui kedudukan akal dan nafsu dalam pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Akal adalah daya pikir yang digunakan untuk memahami sesuatu dan
memahami sesuatu baik itu lingkungan alam dan fenomena alam pada
sebagai pusat potensi marah dan sahwat pada manusia. Manusia sebagai
pelaku dan sasaran pendidikan memiliki alat yang dapat digunakan untuk
mencapai kebaikan adalah hati nurani akal ruh dan sir. Sedang alat yang dapat
terhadap akal dan hawa nafsu ini menjadi penting artinya, mengingat dampak
yang ditimbulkan dari keduanya tersebut bagi kehidupan manusia amat besar.
Manusia sebagai pelaku dan sasaran pendidikan memiliki alat yang dapat
digunakan untuk mencapai kebaikan adalah hati nurani dan akal. Sedangkan
Kajian terhadap akal dan hawa nafsu ini menjadi penting karena
manusia amat besar. Sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa ayat
didalam Al-Qur’an yang isinya tentang akal dan hawa nafsu, diantaranya QS.
Al-Kahfi Ayat 28, QS. Ali Imran: 190-191, Shaad: 26 dan Al-Mu’minum: 71.
3
4
Artinya :
dunia, dan janganlah engkau mengikuti siapa yang telah Kami lalaikan
hatinya dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
kaum muslimin.karena itu nasihat ayat yang lalu dilanjutkan dengan firman-
dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka, lalu mengarah kepada
engkau mengikuti siapa pun yang telah kami lalaikan hatinya dari mengingat
ia lupa dan lengah lagi selalu tertarik kepada kehidupan duniawi, serta
melampaui batas.”
teolog. Dapat dipastikan bahwa yang dimaksud dengan wajah disini bukanlah
wajah sebagaimana wajah makhluk, karena Allah tidak seperti siapapun. Buat
makhluk, wajah adalah bagian yang paling menonjol dari sisi luarnya serta
pendapat sementara ulama’ yang memahami kata wajah yang digunakan bagi
Nya, yang dalam hal ini adalah percikan dari rahmatnya yang merupakan
salah satu dari sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna dan indah itu. Begitu
juga dengan menyeru sifat-sifat-Nya yang lain, sehingga pada akhirnya kita
curahan dari sifat-sifat-Nya yang indah itu, dengan jalan ia menempatkan diri
penuh kasih sayang dan ini menuntut terarahnya wajah kepada yang disukai
Kalimat ( ) َو ْٱل َعشِ ىِّ ِب ْٱل َغد َٰو ِةbi al-ghadati wa al-‘asyiyi dapat juga dipahami
dalam arti hakikinya, yaitu pagi dan petang dan demikian ayat ini
Kata ( ) َتعْ ُدta’du terambil dari kata ‘ada-ya’du yang pada mulanya berarti
melampaui dan meninggalkan. Atas dasar ini banyak ulama’ memahami ayat
tafsir dan bahasa Al-Qur’an, memahami kata tersebut dalam arti berpaling,
Kami lalaikan hatinya tidak dapat dijadikan alasan untuk mendukung paham
menyangkut kegiatannya.
pelampauan batas. Ada juga yang memahami kata tersebut dalam arti
dari tangkainya. Penambahan kata kana pada penggalan ayat ini mengandung
Ayat ini sama sekali tidak dapat dipahami bahwa Islam menolak
melalaikan. Peringatan ini perlu ,karena daya tarik bumi amat kuat.jika
Artinya :
swt atas alam raya, maka disini Allah menguraikan sekelumit dari penciptaan-
dikemukakan pada awal uraian surah ini bahwa tujuan utama surah Ali-Imran
8
ditetapkan dan diatur oleh Allah yang Maha Hidup lagi Qayyum (Maha
ditegaskan pada ayat ini dan ayat mendatang. Salah satu bukti kebenaran
atau dalam pengaturan sistem kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan
dan siang, perbedaannya baik dalam masa maupun panjang dan pendekkya
orang yang memiliki akal atau berakal. Ulul Albab adalah orang –orang yang
memiliki akal yang tidak kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam
berfikir. Orang yang merenungkan tentang fenomena alam raya akan dapat
sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah.
Artinya :
“ (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
langit dan bumi: "Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
9
Ayat ini dan ayat selanjutnya menjelaskan sebagian dari ciri-ciri- orang
yang dinamai Ulul Albab yang telah dijelaskan pada ayat-ayat lalu. Mereka
mengingat Allah dengan ucapan dan atau hati, dan dalam seluruh situasi dan
kondisi, saat bekerja atau istirahat, sambil berdiri atau duduk atau dalam
penciptaan yakni kejadian dan sistem kerja langit dan bumi, dan setelah itu
raya dan segala isinya ini dengan sis-sia tanpa tujuan yang hak. Apa yang
kami alami, lihat, atau dengar dari keburukan atau kekurangan, Maha Suci
Engkau dari semua itu. Itu adalah ulah atau dosa dan kekurangan kami yang
dari siksa neraka. Terlihat bahwa objek zikir adalah Allah , sedang objek
Allah. Hal ini dipahami dari sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh
Abu Nu’aim melalui Ibn Abbas : “ Berfikirlah tentang makhluk Allah dan
Diatas telah dijelaskan makna firman-Nya ( ) َربَّنَا َما خَ لَ ْقتَ ٰهَ َذا ٰبَ ِط ۭ ًلrabbana
kesimpulan upaya zikir dan pikir. Bisa juga dipahami zikir dan pikir itu
dipahami juga sebagai bagian dari ucapan mereka yang dilanjutkan dengan
pendapat tersebut dengan menyatakan bahwa ucapan itu mereka tiru atau
Penulis memahami kalimat tersebut sebagai hasi zikir dan fikir dengan
menunjukkan bahwa semakin banyak hasil yang diperoleh dari zikir dan
fikir dan semakin luas pengetahuan tentang alam raya akan semakin dalam
Artinya :
Sesungguhnya orang – orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapatkan
adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu antara lain dengan tergesa-
tentang kambing itu, karena jika engkau mengikuti nafsu, apapun dan yang
bersumber dari siapapun, baik dirimu maupun mengikuti nafsu orang lain
Sesungguhnya orang-orang yang terus menerus hingga tiba ajalnya sesat dari
jalan Allah,akan mendapat siksa yang berat akibat kesesatan mereka itu,
perhitungan.
Kata khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang
sesudah siapa yang datang sebelumnya. Pada masa Daud as. terjadi
peperangan antara dua penguasa besar Thalut dan Jalut. Daud as. adalah salah
sang khalifah; kedua,wilayah yaitu yang ditunjuk oleh ayat diatas dengan al-
Pada ayat diatas juga dengan tegas Allah mengingatkan nabi Daud
Allah SWT. Maka jelaslah bahwa seorang pemimpin yang baik adalah orang
tindakannya.
E. QS. Al-Mu’minuun: 71
Artinya:
71. Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah
langit dan bumi ini, dan semua yang ada didalamnya. Sebenarnya kami
kedudukan yang tinggi agar menjadi umat yang teratur. Tetapi mereka
Qur’an itu sendiri baru dapat dipahami, dihayati dan diprektikkan oleh orang-
terdapat dalam diri manusia harus dijadikan tolak ukur dalam merumuskan
Pemahaman yang keliru terhadap akal sebagai mana yang pernah terjadi
yang tepat terhadap fungsi dan peran akal ini amat penting dilakukan dan
ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki pemahaman tentang yang baik dan
meredam gejolak hawa nafsu itu adalah penerapan akhlak dan budi pekerti
Dengan demikian, orang yang terbina akalnya dan telah terkendali hawa
kehidupan. Indikasinya, orang tersebut akan memiliki jiwa yang tenang, tidak
lekas berputus asa karena dengan akal dan pikirannya ia menemukan berbagai
rahasia dan hikmah yang ada dibalik ujian dan kesulitan yang dihadapi.
membuat dirinya lari dari Allah SWT, melainkan harus dihadapi dengan
terhadap akal dan hawa nafsu secara utuh, komprehensif dan benar
15
dalam Islam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
berakal adalah orang yang selalu mengingat Allah dan selalu memikirkan
dimiliki oleh akal itu sendiri, yaitu selain berfungsi sebagai alat untuk
berbagai temuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, juga akan
Nafsu juga termasuk salah satu potensi rohaniah yang berupa rayuan
atau godaan yang terdapat dalam diri manusia yang cenderung kepada hal-
15
16
baik dan benar. Berbagai materi pendidikan yang terdapat dalam kurikulum
Demikian pula metode dan pendekatan yang merangsang akal pikiran harus
dipergunakan.
B. Saran
Kita sebaga makhluk ciptaan Allah yang diberikan atau dikaruniai akal dan
dengan sebaik-baiknya dan begitu juga nafsu, kita harus bisa menahan hawa
nafsu kita yang dapat menjadikan kita orang yang sesat di jalan Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M.Quraish . 2002 . Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an . Jakarta : Lentera Hati.
http://titiansabiluna.blogspot.co.id/2011/10/posisi-akal-dan-nafsu-dalam-
islam.html
Fauzia, Lilis dan Setiawan Andi. 2000. Al-Qur’an dan Hadist Malang:PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri
17