Anda di halaman 1dari 11

Indikator Moderasi Beragama

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Islam dan Moderasi Beragama

Dosen Pengampu:

Dr. Nur Kholis, M. Ag.

Disusun Oleh Kelompok 4 / IPA C

Dana Ainal Hasan 207200077

Dian Ayu Listiana 207200078

Dimas Oka Pratama 207200079

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

TAHUN 2023
Bab I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Terlepas dari indikator moderasi beragama tersebut, Indonesia yang mayoritas beragama
Islam sebenarnya dilatarbelakangi oleh agama moderat yang dapat dipraktikkan dalam
kehidupan sosial yang majemuk. Di tengah isu ketahanan nasional tersebut, pemerintah
Indonesia menerbitkan buku berjudul “Moderasi Beragama” pada tahun 2019 melalui
Kementerian Agama RI. Inti dari buku ini adalah empat indikator moderasi beragama yang
dapat digunakan sebagai teori atau pendekatan untuk menggambarkan pola dan sikap sosial
keagamaan yang moderat di Indonesia. Adanya perbedaan nilai-nilai pendidikan Islam
multikultural mungkin memang memiliki titik temu dengan empat indikator moderasi
beragama yang dikembangkan Kementerian Agama RI. Dengan kata lain, empat indikator
moderasi beragama tidak perlu bertentangan dengan nilai-nilai, semangat ajaran Islam, dan
sikap sosial dalam membentuk pemahaman agama yang moderat di Indonesia. Indikator-
indikator ini digunakan sebagai dasar untuk memahami seberapa kuat seseorang melakukan
pantangan agama dan seberapa rentan mereka. Kerentanan ini perlu diidentifikasi lebih awal
sehingga langkah-langkah yang tepat dapat diambil untuk memperkuat sensor agama
sesegera mungkin. Direduksi dari empat indikator penyensoran agama yang digagas
Kementerian Agama menjadi dua yang mengumpulkan berbagai pro dan kontra, kesalahan
dan kesalahpahaman dalam penerjemahan, serta keterbatasannya. Indikator yang dimaksud
adalah sikap toleran dan berdamai dengan budaya lokal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari indikator moderasi beragama?
2. Apa saja empat indikator dalam moderasi beragama?
3. Apa dimensi nilai-nilai pendidikan islam mutikultural pada empat indikator moderasi
beragama?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari indikator moderasi beragama
2. Untuk menjelaskan empat indikator moderasi beragama
3. Untuk mengetahui dimensi nilai-nilai pendidikan islam mutikultural pada empat indikator
moderasi beragama
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Moderasi Beragama

Menurut Shihab, sebagai konsep moderasi beragama yang menganjurkan nilai


keseimbangan, proporsionalitas agama dapat mewujudkan keseimbangan antara teks dan
gagasan, jiwa dan raga, dunia dan akal, spiritualitas,antara agama dan negara, antara ilmu
dan agama,antara lama dan baru. antara modern dan tradisional (Shihab, 2019). Ada
beberapa nilai luhur yang tercakup dalam konsep moderasi beragama yang kemudian
menjadi ciri-ciri, yaitu: 1) keseimbangan (tawazun), yaitu antara akal dan wahyu, antara
duniawi dan ruhani, antara teks dan konteks, tubuh dan jiwa, dll.; 2) di antara atau di antara
dua ekstrem (tawassul); 3) keadilan (i'tidal), yaitu mempertahankan asas keadilan secara
tidak memihak dengan memberikan sesuatu yang hak dan haknya; 4) toleransi (tesamuh),
yaitu menghargai segala perbedaan dengan tidak menuntut hak dari orang atau kelompok
orang lain; 5) Kesetaraan (musavah) tanpa bias (diskriminasi) dengan melihat kesamaan
hak; 6) perundingan (tasyawur), yaitu perundingan untuk mencapai kesepakatan atas
masalah dan kepentingan bersama; 7) reformasi (ishlah), yaitu pembenahan atau perbaikan
ke masa depan yang lebih baik; 8) keutamaan (aulawiyyah), yaitu mengutamakan sesuatu
yang sangat mendesak; 9) pengembangan dan inovasi (tathawwur wa ibtikar), yaitu
kemampuan mengembangkan dan melahirkan ide-ide kreatif yang inovatif untuk maju; 10)
peradaban (tahaddur) tetap berusaha melestarikan nilai-nilai peradaban yang ada (Nur,
2016)

Kita dapat menetapkan sebanyak mungkin ukuran, batasan, dan indikator untuk
menentukan apakah pendapat, sikap, atau perilaku keagamaan tertentu tergolong moderat
atau ekstrem. Namun, ketika Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memerintahkan
Badan Litbang untuk melakukan kajian pertama, patriotisme, toleransi, dan antikekerasan
yang merupakan indikator moderasi dalam beragama telah mengkristal menjadi langkah
awal dan beradaptasi dengan budaya setempat (local wisdom). Keempat indikator tersebut
dapat digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberagamaan seseorang di
Indonesia dan seberapa rentan orang tersebut. Kesenjangan ini perlu diidentifikasi agar kita
dapat menemukan atau mengenali dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
memperkuat moderasi beragama. Tentu saja, kuartet ini tidak tetap tetapi dapat berkembang
atau berkurang dan/atau berubah di masa mendatang, sangat bergantung pada hasil
penelitian, penyelidikan dan penelitian. Namun, keempat indikator tersebut masih berarti
untuk saat ini menjadi tolak ukur bagi moderasi beragama di Indonesia (Jamaluddin, 2022).

B. Dimensi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Multikultural dalam Empat Indikator Moderasi


Beragama di Indonesia

Eksistensi Islam sebagai agama yang dianut sebagian besar warga negara Indonesia
sesungguhnya mempunyai pelbagai nilai ajaran sosial keberagamaan yang dapat
membentuk karakter individu muslim yang moderat dalam konteks kehidupan sosial yang
plural (Rizkiyah, 2021). Pada sub bab ini, akan penulis uraikan analisis penulis tentang
keberadaan dimensi nilai-nilai pendidikan Islam multikultural dalam empat indikator
moderasi beragama di Indonesia. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut.

1. Nilai Pendidikan Tasamuh dalam Indikator Toleransi


Keberadaan sikap toleransi dalam indikator moderasi beragama di Indoensia
menekankan pentingnya paradigma sekaligus sikap untuk dapat menghormati,
menghargai, dan menerima realitas kemajemukan sebagai fakta alam. Oleh karena
itu, manifestasi sikap toleransi menjadi sangat urgen dalam merealisasikan tatanan
masyarakat demokratis di Indonesia. Hal ini dikarenakan tatanan sebuah sistem
politik demokrasi hanya dapat terwujud ketika antar individu (kelompok) dalam
masyarakat dapat saling menunjukan sikap toleransi. Dengan kata lain, manifestasi
sikap toleransi terhadap perbedaan dalam suatu masyarakat berkontribusi besar
dalam pembentukan masyarakat yang demokratis. Jika dilihat dari sudut pandang
nilai pendidikan Islam multikultural, maka keberadaan indikator toleransi dalam
konsep moderasi beragama di Indonesia sejalan dengan nilai tasamuh. Kesimpulan
ini tidak berlebihan mengingat pada ranah praksisnya, nilai tasamuh dapat menjadi
elemen fundamental dalam pembentukan paham maupun sikap sosial yang yang
dapat mewujudkan relasi keharmonsian pada konteks klehidupan yang plural, tidak
terkecuali dalam konteks relasi kemajemukan umat beragama. Hal ini dikarenakan
perwujudan paham maupun sikap tasamuh dalam ranah praksisnya akan membuka
ruang bagi setiap individu maupun kelompok untuk dapat memperoleh hak atau
kesempatan yang sama dalam menjalankan ajaran agamanya. Pada konteks inilah,
manifestasi nilai-nilai pendidikan tasamuh dapat menjadikan seorang individu
(kelompok) memiliki paham dan sikap sosial keberagamaan yang terbuka, inklusif,
dan menghormati realitas kemejukan hidup antar umat beragama sebagai fakta alam
(sunnatullah). Atas dasar inilah, dalam kehidupan sosial antar umat beragama di
Indonesia, tidak boleh ada klaim mayoritas yang disematkan pada individu
(kelompok) penganut agama dengan jumlah pengikut terbesar. Begitu juga tidak
boleh ada klaim minoritas terhadap individu (kelompok) penganut agama dengan
jumlah pengikut sedikit (Islamy, 2021).
2. Nilai Pendidikan Perdamaian dalam Indikator Komitmen Kebangsaan

Keberadaan komitmen kebangsaan sebagai bagian indikator moderasi


beragama merupakan hal urgen untuk mengidentifikasi sejauh mana karakter
paradigma, sikap sosial keberagamaan individu (kelompok) tidak bertentangan
dengan konstitusi yang berlaku di Indonesia. Indikator moderasi beragama berupa
komitmen kebangsaan dalam ranah praksisnya diharapkan dapat menyadarkan
paham maupun sikap sosial individu (kelompok) untuk mengimplementasikan
ajaran agama tanpa harus menciderai kewajibannya sebagai warga negara yang baik
(RI, 2019). ). Jika dilihat dalam tinjauan nilai pendidikan Islam multikultural maka
keberadaan indikator moderasi beragama berupa komitmen kebangsaan dapat
dikatakan sejalan dengan nilai perdamaian. Hal ini disebabkan keberadaan
komitmen kebangsaan pada diri indivdidu (kelompok) umat bergama akan
menjunjung tinggi ikatan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan yang damai
ditengah kemajemukan sosial. Terlebih pada era globalisasi modern saat ini, arus
pemikiran sosial keberagamaan dari luar negeri yang masuk ke dalam masyarakat
Indonesia, tidak semuanya sejalan dengan semangat nasionalisme. Pada konteks
inilah, penanaman nilai-nilai pendidikan perdamaian yang termuat dalam komitmen
kebangsaan dapat membentuk paham maupun sikap keberagamaan sosial yang
moderat agar tetap menjunjung tinggi nilainilai perdamaian dan persatuan dalam
kehidupan bernegara. Tidak hanya itu, dimensi nilai pendidikan perdamaian dalam
indikator komitmen kebangsaan diharapakan dapapt menjadikan paham maupun
sikap sosial keberagamaan yang tidak mudah terkontaminasi oleh berbagai bentuk
doktrin agama atau apapun yang justru dapat memicu terjadinya disintegrasi sosial
dalam kehidupan nasional.
3. Nilai Pendidikan Wasatiyah dalam Indikator Akomodatif Terhadap Budaya
Lokal

Realitas kemajemukan budaya masyarakat Indonesia meniscayakan kesadaran


paham maupun sikap sosial keberagamaan yang akomodatif terhadap kemajemukan
budaya lokal yang ada. Atas dasar inilah keberadaan indikator moderasi beragama
berupa akomodatif terhdap budaya lokal dapat digunakan untuk mengidentifikasi
sejauh mana individu (kelompok) umat beragama dalam menghormati
kemajemukan kebudayaan (tradisi) lokal. Hal demikian disebabkan keberadaan-
individu (kelompok) yang mempunyai paham maupun sikap sosial keberagamaan
yang moderat, maka mereka akan lebih ramah dalam menyikapi keragaman budaya
lokal yang ada selama selama tidak bertentangan dengan ajaran prinsipil dalam
ajaran agama (Tim Penyusun Kementerian Agama RI, 2019).

Jika ditinjau dalam perspektif nilai pendidikan Islam multikutural, terdapat


dimensi nilai pendidikan wasatiyah yang termuat dalam indikator akomodatif
terhadap budaya lokal. Kesimpulan demikian disebabkan penekanan untuk dapat
bersikap bijak terhadap keragaman tradisi lokal yang ada dapat membentuk paham
maupun sikap sosial keberagamaan Islam yang moderat, yakni tidak ekstrem kiri
maupun kanan, melainkan bersikap arif dan proporsional dalam merepons
keragaman ekspresi kebudayaan lokal yang ada selama tidak menciderai ajaran atau
norma prinsipil dalam ajaran Islam.

Muatan nilai pendidikan wasatiyah dalam indikator akomodatif terhadap


budaya lokal juga sejalan nilai ajaran Islam berupa urf. Perlu diketahui bahwa term
urf dalam epistemologi hukum Islam dapat dikatakan sebagai legitimasi Islam atas
keabsahan pelbagai bentuk budaya lokal selama tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Bahkan keberadaan ‘urf menjadi salah satu metode dalam penetapan hukum
Islam atas persaoalan yang berkaitan dengan tradisi lokal dalm kehidupan umat
Islam (MN Harisudin, 2007).

Manifestasi nilai pendidikan wasatiyah dalam merespons budaya lokal juga


dapat kita lihat dalam napak tilas sejarah perjuangan para pendakwah Islam dalam
menyiarkan ajaran Islam di bumi Nusantara (Indonesia). Sebagai contoh kiprah
perjuangan dakwah para Walisongo, mereka dalam aktifitas dakwahnya dapat
bersinergis terhadap kondisi sosial budaya masyarakat Nusantara yang telah ada.
Hal ini dikarenakan para walisongo memahami eksistensi ajaran Islam di Nusantara
telah didahului oleh pelbagai keraifan tradisi lokal. Inklusifitas dakwah mereka
menunjukan relasi harmonis dakwah ajaran Islam di tengah kemajemukan kearifan
tradisi lokal yang sudah ada dalam kehidupan masyarakat. Atas dasar inilah,
pentingnya orientasi aktiftas dakwah berupa penanaman nilai-nilai ajaran Islam
yang akomodatif terhadap budaya lokalHusaini, Athoillah Islamy, 2022). Dari sini
dapat dikatakan bahwa indikator moderasi beragama berupa akomodatif terhadap
budaya lokal dapat menjadi elemen fundamental dalam pembentukan paham dan
sikap sosial keberagamaan Islam yang moderat dalam menyikapi pluralitas tradisi
lokal masyarakat Indonesia.

Nilai Pendidikan Humanisme dalam maupun sikap keberagamaan sosial yang


Indikator Anti Radikalisme moderat agar tetap menjunjung tinggi nilai fenomena
radikalisme dalam Nilai perdamaian dan persatuan dalam perspektif moderasi
beragama diartikan Kehidupan bernegara (Tahtimatur Rizkiyah & sebagai ideologi,
paham maupun tindakan Nurul Istiani, 2021). Tidak hanya itu, dimensi yang
berorientasi untuk mengubah tatanan Nilai pendidikan perdamaian dalam sistem
sosial dan politik di Indonesia dengan Indikator komitmen kebangsaan cara
kekerasan yang berlindung di balik Diharapakan dapat menjadikan paham nama
agama, baik itu berupa kekerasan maupun sikap sosial keberagamaan yang verbal,
fisik maupun doktrin pemikiran. Tidak mudah terkontaminasi oleh pelbagai Dalam
hal ini, penting diketahui bahwa pada Bentuk doktrin agama atau apapun yang
umumnya, para penganut radikalisme Justru dapat memicu terjadinya disintegrasi
menginginkan perubahan meski harus Sosial dalam kehidupan nasional.

Bertentangan dengan sistem sosial maupun Secara normatif dalam ajaran Islam,
politik di suatu negara. Radikalisme in dalam Dimensi nilai pendidikan yang
menekankan praktiknya juga sering diidentikan dengan Semangat perdamaian
dalam indikator pelbagai bentuk terorisme. Hal ini Komitmen kebangsaan sejalan
dengan spirit disebabkan mereka yang menganut Ajaran universalisme Islam
berupa radikalisme juga dapat melancarkan aksinya Rahmatan lil alamin (kasih
sayang kepada melalui cara apapun demi terwujud cita-Kehidupan alam semesta).
Ajaran tersebut citanya, bahkan meski harus dengan cara Menghendaki umat Islam
agar dapat meneror pihak yang tidak sejalan Menebarkan kemaslahatan, kasih
sayang, dengannya. Terlepas dari itu semua, penting Dan perdamaian pada seluruh
kehidupan untuk kita pahami juga bahwa radikalisme Umat manusia, tanpa
mengenal distingsi dapat menjangkit individu dari agama Latarbelakangnya (Zulfan
Syahansyah, 2018). Apapun, tidak hanya yang notabenenya Dalam hal ini penting
dipahami bahwa beragama Islam (Tim Penyusun Kementerian Universalisme Islam
bukanlah terletak Agama RI, 2019).

Pada aspek kedetailan ajarannya, namun Indikator moderasi beragama berupa


Pada aspek nilai universal yang diusungnya, anti radikalisme dapat dikatakan
sejalan Seperti nilai keadilan, kemashlahatan, dengan nilai pendidikan Islam
multikutural, Dan fleksibilitasnya dalam dinamika yakni nilai pendidikan
humanisme. Hal ini Perkembangan zaman (Athoillah Islamy, disebabkan indikator
anti radikalisme dapat 2021). Atas dasar inilah, dapat kita pahami menjadi nilai
dalam pembentukan sikap Bahwa indikator moderasi beragama berupa moderasi
beragama yang menjunjung tinggi Komitmen kebangsaan dapat menjadi nilai-nilai
kemanusiaan. Oleh karena itu, nilai Elemen fundamental dalam pembentukan anti
radikalisme dalam ranah praksisnya Paham dan sikap umat Islam yang nilai
pendidikan kemanusiaan (humanisme). Menjunjung tinggi semngat perdamaian
Pengejawantahan nilai pendidikan humanis Dalam pluralitas kehidupan sosial di di
Indonesia sangatlah penting dan tidak Indonesia. Boleh terabaikan. Hal demikian
disebabkan untuk mewujudkan relasi keharmonisan dalam realitas kehidupan
masyarakat yang plural dibutuhkan kesadaran paradigma dan sikap sosial yang
menjunjung tinggi nilainilai kemanusiaan (humanisme).

Manifestasi nilai pendidikan kemanusiaan (humanisme) dalam indikator anti


radikalisme sangatlah urgen, terlebih di tengah kasus radikalisme atas nama agama
yang masih merajalela di Indonesia. Dimensi nilai pendidikan humanisme tersebut
paralel dengan ajaran Islam berupa hifz nafs (menjaga keselamatan jiwa) yang
merupakan salah satu pilar fundamental dalam konsep maqashid al-syariah
alkhomsah (lima orientasi pensyariatan Islam).

Bahkan pengejawantahan nilai hifz nafs dalam perkembangan kajian maqashid


kontemporer telah meluas pada pelbagai bentuk proteksi terhadap eksistensi
manusia menjadi hifz ‘ird (menjaga kehormatan, hak dan harga diri manusia) (Eko
Siswanto & Athoillah Islamy, 2022). Terlepas dari muatan ajaran Islam tersebut,
keberadaan nilai pendidikan humanisme dalam indikator anti radikalisme
menunjukan kepada kita bahwa penting menyadari di samping nilai-nilai ajaran
agama terdapat nilai-nilai kemanusiaan yang juga harus dijunjung tinggi dalam
kehidupan multikultural.
BAB III

KESIMPULAN

Jadi kesimpulannya adakah keempat indikator ini dapat digunakan untuk mengetahui
seberapa religius seseorang di Indonesia dan seberapa rentan orang tersebut. Kesenjangan ini
perlu diidentifikasi agar kita dapat menemukan atau mengenali dan mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk memperkuat moderasi beragama. Namun keempat indikator tersebut
kini relevan sebagai tolak ukur regulasi agama di Indonesia. Sebagai agama yang dianut oleh
mayoritas penduduk Indonesia sebenarnya memiliki banyak nilai-nilai ajaran agama yang sama
yang dapat membentuk karakter individu muslim moderat dalam konteks kehidupan sosial
dunia muslim yang majemuk. Kehadiran toleransi dalam indikator moderasi beragama di
Indonesia menyoroti pentingnya model sekaligus sikap menghargai, menghargai dan menerima
realitas pluralisme sebagai sesuatu yang begitu alamiah. Oleh karena itu, menunjukkan
toleransi sangat penting dalam mewujudkan masyarakat demokratis di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Islamy, A. (2021). Landasa Filosofis dan Corak Pendekatan AbdurrahmanWahid Tentang


Implementasi Hukum Islam di Indonesia. Jurnal Hukum dan Politik Islam, 199.
Jamaluddin, J. (2022). Implementasi Moderasi Beragama Di Tengah Multikulturalitas
Indonesia. As-Salam: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, 7(1),, 1-13.
Nur, A. (2016). Konsep Wasathiyah Dalam Al-Quran;(Studi Komparatif Antara Tafsir Al-
Tahrir Wa At-Tanwir Dan Aisar At-Tafasir). Jurnal An-Nur, 4(2)., 205-225.
RI, T. P. (2019). Moderasi Beragama. Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI
Gedung Kementrian Agama RI, 42-43.
Rizkiyah, T. &. (2021). Pendidikan Sosial Profetik dalam Indikator Moderasi Beragama di
Indonesia. jurnal sosial keagamaan, 90.
Shihab, M. Q. (2019). Wasathiyyah Wawasan Islam tentang Moderasi Beragama. Tangerang
Selatan: Lentera Hati Group.

Anda mungkin juga menyukai