Anda di halaman 1dari 16

KONSEP KEPERAWATAN DASAR 2

DIAGNOSA KEPERAWATAN

OLEH KELAS A ANGKATAN 2020

NAMA ANGGOTA :
1. RUTY ERINA DAMAYANTI (2010711001)
2. CLARISSA GIANA PUTRI (2010711005)
3. BONIETA DWI LESTARI (2010711016)
4. NURUL IZZA (2010711029)
5. MEGA FAJAR BRILLIANTY (2010711011)
6. RAHAYU OKTAVIANTI (2010711008)

Ns. Dora Samaria, M.Kep


FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan
dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
status kesehatan klien (Herdman, 2012).
Diagnosa keperawatan merupakan suatu bagian integral dari suatu proses keperawatan.
Hal ini merupakan komponen dari langkah - langkah analisa, dimana perawat melakukan
identifikasi terhadap respon-respon individu terhadap masalah-masalah kesehatan yang
aktual dan potensial. Dibeberapa negara diagnosa diidentifikasikan dalam tindakan praktik
keperawatan sebagai suatu tanggung jawab legal dari perawat yang professional. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar petunjuk untuk memberikan terapi yang pasti di mana
perawat yang bertanggung jawab di dalamnya (Kim, 1984).
Penentuan diagnosa kesperawatan, bagaimanapun lebih sulit dan kompleks dari pada
penentuan diagnosa medis. Hal itu dikarenakan data dari hasil pengkajian tidak selalu
menjadi data batasan karakteristik (S) dalam format PES pada diagnosa keperawatan, tetapi
juga bisa menjadi etiologi (E) pada format PES. Data ini bahkan bisa berfungsi sebagai label
diagnosa itu sendiri (Herdman, 2012). Diagnosa keperawatan menurut Carpenito (2001)
dapat di bedakan menjadi diagnosa keperawatan syndrome dan kolaborasi, Sedangkan
menurut Herdman (2012) diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi diagnosa
keperawatan aktual, resiko, kemungkinan, dan kesejahteraan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana evolusi diagnose keperawatan?
2. Bagaimana diagnosis keperawatan menurut NANDA?
3. Bagaimana Proses diagnosis keperawatan?
4. Bagaimana cara untuk berpikir kritis, menganalisis dan menginterpretasi data, juga
identifikasi pasien?
5. Bagaimana bentuk pernyataan diagnosis keperawatan?
6. Apa perbedaan antara diagnose keperawatan dan diagnose keperawatan medis?
7. Apa saja sumber kesalahan saat diagnosis?
8. Bagaimana bisa terjadi kesalahan dalam pengumpulan data?
9. Bagaimana kesahalahan dalam interpretasi dan analisis data?
10. Bagaimana dapat terjadi kesalahan dalam pengelompokan data?
11. Bagaimana dapat terjadi kesalahan dalam pernyataan diagnostic?
12. Bagaimana aplikasi diagnosis keperawatan pada perencanaan keperawatan?
13. Apa keuntungan dari diagnose keperawatan?
14. Apa saja keterbatasaan saat diagnose?
15. Bagaimana cara penyusunan diagnosis keperawatan yang berkesinambungan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini salah satunya bertujuan untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah “Konsep Dasar Keperawatan 2”. Selain itu,makalah ini juga dapat memberikan
pandangan mengenai diagnosa keperawatan. Bagaimana evolusi diagnosa keperawatan,
diagnosis berdasarkan NANDA, proses diagnosis, analisis dan interpretasi data, juga
identifikasi masalah pasien.

1.4 Metode Penulisan


Jurnal, Artikel kesehatan, dan Buku.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Evolusi Diagnosa Keperawatan

2.2 Diagnosis keperawatan NANDA

2.3 Proses Diagnosis


Berikut ini merupakan proses penyusunan diagnose keperawatan :
1. Klasifikasi & Analisis Data Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data
klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau
keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Pengelmpkkan data dapat disusun
berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan/atau pola fungsi kesehatan .
a. Respon Manusia (Taksonomi NANDA II) :
a) Pertukaran
b) Komunikasi
c) Berhubungan
d) Nilai-nilai
e) Pilihan
f) Bergerak
g) Penafsiran
h) Pengetahuan
i) Perasaan
b. Pola Fungsi Kesehatan
a) Persepsi kesehatan : pola penatalaksanaan kesehatan
b) Nutrisi : pola metabolisme
Pola eliminasi
Aktivitas : pola latihan
Tidur : pola istirahat
Kognitif : pola perseptual
Persepsi diri : pola konsep diri
Peran : pola hubungan
Seksualitas : pola reproduktif
Koping : pola toleransi stress
Nilai : pola keyakinan
2. Interpretasi /identifiikasi kelebihan dan masalah klien
Masalah klien merupakan keadaan atau situasi dimana klien perlu bantuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan status kesehatannya, atau meninggal dengan damai,
yang dapat dilakukan oleh perawat sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang
dimilikinya.
Identifikasi masalah klien dibagi menjadi : pasien tidak bermasalah, pasien yang
kemungkinan mempunyai masalah, pasien yang mempunyai masalah potensial sehingga
kemungkinan besar mempunyai masalah dan pasien yang mempunyai masalah aktual.
a. Menentukan kelebihan klien.
b. Menentukan masalah klien
c. Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien
d. Penentuan keputusan
- Tidak ada masalah
- Masalah kemungkinan (possible problem)
- Masalah aktual, resiko, atau sindrom
- Masalah kolaboratif
3. Memvalidasi diagnosa keperawatan
Adalah menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tanda-tanda yang kemudian
merujuk kepada kelengkapan dan ketepatan data. Untuk kelengkapan dan ketepatan data,
kerja sama dengan klien sangat penting untuk saling percaya, sehingga mendapatkan data
yang tepat. Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat, yang
dilakukan bersama klien/keluarga dan/atau masyarakat.
Validasi tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataan
yang reflektif kepada klien/keluarga tentang kejelasan interpretasi data. Begitu diagnosis
keperawatan disusun, maka harus dilakukan validasi.
4. Menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritasnya
Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data
yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosis
keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan
dan wellness. Menyusun diagnosa keperawatan hendaknya diurutkan menurut kebutuhan
yang berlandaskabn hirarki Maslow (kecuali untuk kasus kegawat daruratan
menggunakan prioritas berdasarkan “yang mengancam jiwa”).
2.4 Berpikir kritis dan proses diagnostic keperawatan, analisis dan interpretasi data,
identifikasi masalah Pasien
Berpikir kritis menjadi bagian yang tak terpisahkan dari asuhan keperawatan yang
dilakukanoleh perawat. Berpikir kritis penting dilakukan sebelum mengambil keputusan dalam
asuhan keperawatan karena berpikir kritis dalam keperawatan merupakan keterampilan
berpikir perawatuntuk menguji berbagai alasan secara rasional sebelum mengambil keputusan
dalam asuhankeperawatan (Ignatavicius, & Workman, 2006). Hal tersebut dikuatkan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Aprisunadi (2011) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan
yang bermaknaantara berpikir kritis perawat dengan kualitas diagnosis keperawatan.
Sikap dan Standar Berpikir kritis dalam proses keperawatan berawal dari tahap
Pengkajian,Diagnosis keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan dan evaluasi yang
semuanyamerupakan standar praktek keperawatan professional. Perawat dalam memenuhi
secara komprehensif, menggunakan ketrampilan kritis dan profesional sehingga pelayanan
yangdiberikan bermutu bagi pasien maupun perawat sendiri.
Berpikir kritis memiliki kaitan dalam proses pengambilan keputusan dan penentu
dalampemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Berpikir kritis merupakan faktor yang
secarapotensial sangat menentukan apakah perawat tersebut berhasil atau gagal dalam
memberikanasuhan keperawatan. Berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang
menitikberatkanpendapat tentang kejadian atau fakta dan menginterpretasikannya serta
mengevaluasi pendapat-pendapat tersebut untuk mendapat kesimpulan tentang adanya
perspektif/pandangan baru.Perawat yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan
menunjukkan sikap percaya diri,berpandangan konseptual, kreatif, fleksibel, rasa ingin tahu,
berpikiran terbuka, tekun danreflektif. Hal ini menunjukkan bahwa berpikir kritis merupakan
kompetensi yang perlu dimilikioleh perawat untuk mencapai keberhasilan dalam memberikan
asuhan keperawatan yangbermutu tinggi.

2.5 Pernyataan diagnosis keperawatan (format diagnose keperawatan, perumusan


diagnose keperawatan, data pengkajian dan pernyataan diagnostic
Ada tiga komponen yang esensial dalam suatu diagnosa keperawatan yang telah dirujuk
sebagai bentuk PES ( Gordon, 1987 ). “ P “ diidendtifikasi sebagai masalah/ problem kesehatan,
“E” menunjukan etiologi/ penyebab dari problem, dan “S” menggambarkan sekelompok tanda
dan gejala, atau apa yang dikenal sebagai “ batasan karakteristik” ketiga bagian ini dipadukan
dalam suatu pernyataan dengan menggunakan “ yang berhubungan dengan.” Kemudian
diagnosa-diagnosa tersebut dituliskan dengan cara berikut : Problem “yang berhubungan dengan
“ etiologi” dibuktikanoleh“tanda-tanda dan gejala-gejala(batasankarakteristik).

Rumusan diagnosis keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu :


1. Problem (P/masalah)
Merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan.
Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak
terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas
dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standart yang
telah disepakati (NANDA, Doengoes, Carpenito, Gordon, dll), supaya :
a. Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
b. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan
c. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan
masalah medis
d. Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian
dan intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

Problem dapat diidentifikasikan sebagai respons manusia terhadap masalah-masalah kesehatan


yang aktual atau potensial sesuai dengan data-data yang didapat dari pengkajian yang dilakukan
oleh perawat. Etiologi ditunjukan melalui pengalaman-pengalaman individu yang telah lalu,
pengaruh genetika, faktor-faktor lingkungan yang ada saat ini, atau perubahan-perubahan
patofisiologis. Tanda dan gejala menggambarkan apa yang pasien katakan dan apa yang
diobservasi oleh perawat yang mengidentifikasikan adanya masalah tertentu.
Informasi yang ditampilkan pada setiap diagnosa keperawatan mencakup hal-hal berikut :
1) Defenisi. Merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada diagnosa –diagnosa
keperawatan yang telah ditetapkan tersebut.
2) Kemungkinan Etiologi (“yang berhubungan dengan”). Bagian ini menyatakan penyebab-
penyebab yang mungkin untuk masalah yang telah diidentifikasi. Yang tidak
dinyakatakan oleh NANDA diberi tanda kurung [ ]. Faktor yang berhubungan/ Risiko
diberikan untuk diagnosa yang beresiko tinggi.
3) Batasan karakteristik (“dibuktikan oleh”). Bagian ini mencakup tanda dan gejala yang
cukup jelas untuk mengindikasi keberadaan suatu masalah. Sekali lagi seperti pada
defenisi dan etiologi. Yang tidak dinyatakan oleh NANDA diberi tanda kurung .
4) Sasaran / Tujuan. Pernyataan –pernyataan ini ditulis sesuai dengan objektif perilaku
pasien. Sasaran/ tujuan ini harus dapat diukur, merupakan tujuan jangka panjang dan
pendek, untuk digunakan dalam mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan dalam
mengatasi masalah yang telah diidentifikasi. Mungkin akan ada lebih dari satu tujuan
jangka pendek, dan mungkin merupakan “batu loncatan” untuk memenuhi tujuan jangka
panjang.
5) Intervensi dengan Rasional Tertentu. Hanya intervensi-intervensi yang sesuai untuk
bagian diagnosa yang ditampilkan Rasional-rasional yang digunakan untuk intervensi
mencakup memberikan klarifikasi pengetahuan keperawatan dasar dan untuk membantu
dalam menseleksi intervensi-intervensi yang sesuai untuk diri pasien.
6) Hasil Pasien yang Diharapkan/ Kriteria Pulang. Perubahan perilaku sesuai dengan
kesiapan pasien untuk pulang yang mungkin untuk dievaluasi.
7) Informasi Obat – obatan. Informasi ini mencakup implikasi keperawatan, menyertai bab-
bab yang mana tiap klarifikasinya sesuai.
2. Etiologi (E/penyebab)
Keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah
terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara
perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :
a. Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat
menyebabkan / mendukung masalah.
b. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll)
c. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) : keterbatasan institusi atau
rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
d. Maturasional :
Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.

3. Sign & symptom (S/tanda & gejala)


Sign & symptom adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang diperlukan untuk
merumuskan diagnosis keperawatan. Jadi rumus diagnosis keperawatan adalah : PE / PES.
Persyaratan Penyusunan Diagnosis Keperawatan.
Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi
1. Spesifi dan akurat (pasti)
2. Dapat merupakan pernyataan dari penyebab
3. Memberikan arahan pada asuhan keperawatan
4. Dapat dilaksanakan oleh perawat pencerminan keadaan kesehatan klien

Dalam merumuskan diagnosa komponen yang harus diperhatikan adalah problem, etiologi, dan
sign atau symptom dengan syaratnya, yakni" perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien
terhadap situasi ataukeadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat (pasti), dapat merupakan
pernyataan dari penyebab, memberikan arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan
oleh perawat

Mencerminan keadaan kesehatan klienProses yang terdapat dalam merumuskan diagnosa yaitu
klasifikasi dan analisis data, mengindentifikasi masalah klien,memvalidasi diagnosis
keperawatan, dan menyusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritasnya

Ada beberapa hal-hal yang perlu di perhatikan dalam menentukan diagnosa keperawatan yaitu
berorientasi kepada klien, keluarga dan masyarakat, bersifat aktual atau potensial, dapat diatasi
dengan intervensi keperawatan, dan menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat, serta faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.

Ada beberapa alasan diagnosa keperawatan yaitu memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif, memberikan kesatuan bahasa dalam profesi keperawatan, meningkatkan
komunikasi antar sejawat dan profesi kesehatan lainnya, membantu merumuskan hasil yang
diharapkan / tujuan yang tepat dalam menjamin mutu asuhan keperawatan, sehingga pemilihan
intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi, menciptakan standar
praktik keperawatan dan memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Menyusun prioritas sebuah diagnosa keperawatan hendaknya diurutkan sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan utama klien, dengan kategori pertama berdasarkan tingkat Kegawatan artinya
keadaan yang mengancam kehidupan., keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam
kehidupan dan persepsi tentang kesehatan dan keperawatan dan yang kedua berdasarkan
Kebutuhan maslow,yaitu Kebutuhan fisiologis,kebutuhan keamanan dan keselamatan,kebutuhan
mencintai dan dicintai,kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.

2.6 Diagnosa keperawatan dan diagnose keperawatan medis


Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, seorang Perawat juga membutuhkan informasi
tentang keluhan, tanda dan gejala yang dialami pasien. Maupun tentang riwayat kesehatan
pasien, dan keluarga. Untuk mendapatkan informasi tersebut, perawat juga melakukan anamnesa,
dan pengkajian fisik, dan tanda-tanda vital pasien.
Termasuk, perawat membutuhkan informasi tentang hasil pemeriksaan penunjang medis,
seperti laboratorium, ekg, hasil radiologi, scanning, usg, dan lainnya. Namun dalam konteks ini,
perawat tidak berwenang melakukan permintaan pemeriksaan penunjang secara mandiri. Tetap
melakukan tindakan kolaborasi, dibawah kewenangan dokter.
Tindakan kolaborasi dimaksud, misal dari hasil pemeriksaan fisik oleh perawat pada
pasien yang sedang dirawat di bangsal, ditemukan atau diduga pasien mengalami anemia. Untuk
memastikan hal tersebut, perawat bisa melakukan tindakan kolaborasi dengan menyampaikan
temuan tersebut kepada dokter penanggung jawab, agar dilakukan kembali
pemeriksaan Hemoglobin (Hb), untuk membandingkan dengan pemeriksaan laboratorium
sebelumnya.
Sedangkan pada diagnose medis dokter akan mengumpulkan informasi dengan
melakukan anamnesa (wawancara) pada pasien, maupun keluarga tentang keluhan, tanda dan
gejala yang dirasakan pasien. Dalam pengumpulan data kesehatan, dokter juga menanyai riwayat
kesehatan pasien, maupun riwayat kesehatan keluarga.
Sebelum menegakkan diagnosa medis, dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik, atau
tanda-tanda vital pasien, seperti tekanan darah, suhu, jumlah pernafasan dan denyut nadi. Lalu,
pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi, ekg, usg, scanning, dan
pemeriksaan penunjang lainnya, yang berkaitan dengan penyakit pasien. 
Diagnosa medis juga ada terdapat beberapa jenis, seperti diagnosa laboratorium, dibuat
berdasarkan hasil pengujian laboratorium, tanpa pemeriksaan fisik. Kemudian ada diagnosia
tentatif,  yakni diagnosa awal yang dibuat sementara dan masih dapat berubah berdasarkan hasil
pemeriksaan lebih lanjut. Dan, ada pula diagnosa banding. Yaitu proses identifikasi yang dapat
dihubungkan dengan tanda, gejala, dan temuan laboratorium, sampai dokter membuat diagnosis
akhir.

Setelah data dirasa lengkap sesuai prosedur, maka dokter akan menegakkan diagnosa
medis. Sebagai acuan untuk tindakan pengobatan dan tindakan medis apa yang akan diberikan.
Apakah pasien perlu dirawat atau dirujuk ke fasilitas dan SDM lebih lengkap, atau boleh pulang
dengan cara rawat jalan, atau harus dilakukan tindakan pembedahan segera, atau tindakan
kemoterapi dan tindakan medis lainnya.

Setelah data dan pengkajian lengkap, yang didapatkan melalui anamnesa dan
pemeriksaan fisik, maupun melalui dari hasil pemeriksaan penunjang, maka perawat  bisa
menegakkan diagnosa keperawatan. North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)
menyatakan bahwa, diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar tindakan
asuhan keperawatan.

2.7 Sumber kesalahan diagnostic


Di dalam proses pembuatan diagnose, tidak dapat dipungkiri terdapat berbagai sumber
kesalahan-kesalahan yang terjadi, yaitu :
a. Kesalahan dalam pengumpulan data
Untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan data, pengetahuan dan keterampilan dalam
teknik pemeriksaan data sangat diperlukan. Berikut ini beberapa cara untuk menghindari
kesalahan dalam pengumpulan data :
1. Tinjau ulang tingkat kenyamanan dan kompetensi diri dalam melakukan wawancara dan
pemeriksaan fisik sebelum mulai mengumpulkan data.
2. Lakukan pemeriksaan dalam beberapa langkah dengan terfokus pada satu sistem tubuh
sebelum memulai pemeriksaan lengkap dari kepala hingga kaki.
3. Tinjau ulang pengkajian klinis kita di ruang maupun klinik.
4. Menentukan keakuratan data anda dengan memvalidasi beberapa kali hasil yang kita dapat
guna meminimalkan resiko ketidakakuratan.
5. Teratur dalam pemeriksaan, memiliki formulir dan peralatan pemeriksaan yang sesuai dan
siap digunakan.
b. Kesalahan dalam interpretasi dan analisi data
Setelah pengumpulan data, tinjau ulang kembali data tersebut apakah sudah akurat dan lengkap.
Saat anda tidak dapat mevalidasi data, ini menunjukkan ketidak sesuaian antara petunjuk klinis
diagnose dan diagnose keperawatan. Mulailah menginterpretasikan dengan menentukan dan
mengatur pola pemeriksaan yang relevan untuk mengetahui adanya masalah pada klien dengan
mempertimbangkan latar budaya klien.
c. Kesalahan dalam pengelompokan data
Kesalahan dalam pengelompokan data terjadi saat data dikelompokkan
terlalu cepat, tidak benar, atau tidak, dikelompokkan sama sekali. Kesalahan pengelompokan
data dapat mempengaruhi diagnose keperawatan yang akan berdampak pada kualitas pelayanan
keperawatan pada klien.
d. Kesalahan dalam pernyataan diagnosa
Pemilihan pernyataan diagnose yang tepat akan menghasilkan pemilihan intervensi keperawatan
dan hasil yang sesuai untuk mengurangi kesalahan, pernyataan diagnosis harus menggunakan
bahasa yang sesuai, ringkas, dan tepat. Gunakan terminology yang benar dalam menggambarkan
respon klien terhadap penyakit atau kondisinya.
2.8 Kesalahan dalam pengumpulan data
Untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan data, pengetahuan dan keterampilan
dalam teknik pemeriksaan data sangat diperlukan. Berikut ini beberapa cara untuk
menghindari kesalahan dalam pengumpulan data :
1. Kenali respon klien, bukan diagnosa medis (Carpernito Moyet 2005).
2. Karena diagnosa medis membutuhkan tindakan medis, sangat tidak bijak bila
memasukkan diagnosa medis kedalam diagnosa keperawatan.
3. Kenali pernyataan diagnosis NANDA-I dibandingkan gejala.
4. Kenali diagnosa keperawatan dari kelompok karakteristik definisi karena satu gejala tidak
cukup untuk mengindentifikasi masalah.
5. Kenali etiologi yang dapat ditangani dibandingkan tanda klinis atau masalah kronis.
6. Anda dapat memilih tindakan yang diarahkan menuju koreksi etiologi masalah karena
pemeriksaan diagnostic atau disfungsi kronis bukan merupakan etiologi atau kondisi yang
dapat diatasi dengan tindakan keperawatan .
7. Kenali masalah yang disebabkan oleh pengobatan atau pemeriksaan diagnostic, daripada
terapi atau pemeriksaan itu sendiri.
8. Klien mengalami banyak respons terhadap pemeriksaan diagnostic dan terapi medis yang
termasuk dalam bidang keperawatan.
9. Kenali respon klien terhadap peralatan dibandingkan peralatan itu sendiri. 10. Kenali
masalah klien dibandingkan masalah anda dengan pelayanan kesehatan.
11. Diagnosa keperawatan selalu berpusat pada klien dan menjadi dasar untuk pelayanan
yang diarahkan oleh tujuan.
12. Kenali masalah klien dibandingkan tindakan keperawatan.
13. Kenali masalah klien dibandingkan tujuan.
14. Anda selalu menetapkan tujuan semua tahap perencanaan pada proses keperawatan.
Berdasarkan identifikasi masalah klien yang akurat, tujuan akan menjadi dasar untuk
menentukan apakah penyelesaian masalah telah tercapai.
15. Gunakan pertimbangan professional dibandingkan dugaan.
16. Buat diagnosa keperawatan berdasarkan data objektif dan data subjektif klien, dan
jangan sertakan kepercayaan dan nilai-nilai pribadi Anda.
17. Hindari pernyataan yang tidak sesuai hukum (Carpenito Moyet,2005)
18. Pernyataan yang bersifat menyalahkan, mengabaikan, atau malpraktik berpotensi
menimbulkan tuntutan hukum.
19. Kenali masalah dan etiologi untuk menghindari pengulanganpernyataan.
20. Pernyataan seperti ini mengandung arti yang tidak jelas dan tidak memberikan arahan
untuk pelayanan keperawatan.
21. Kenali satu masalah saja dalam pernyata an diagnostik.
22. Setiap masalah memiliki hasil yang berbeda, kebingungan selama langkah perencanaan
terjadi saat anda memasukkan banyak masalah dalam satu diagnosa keperawatan
2.9 Kesalahan dalam interpretasi dan analisis data

Diagnosa keperawatan di tetapkan berdasarkan analisis dan interprestasi data yang di


peroleh perawat melalui pengkajian klien. Diagnosa keperawatan memberikan petunjuk
tentang kesehatan yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pengambilan
keputusannya dapat di lakukan dalam batas wewenang perawat. Diagnosa keperawatan juga
sebagai suatu bagian dari proses keperawatan yang di reflesikan dalam standar praktik
American Nurses Assiation (ANA). Standar-standar ini menunjukkan suatu dasar luas untuk
mengevaluasi praktik dan mereflesikan pengakuan hak hak manusia yang menerima asuhan
keperawatan (Am, 1980)
Setelah pengumpulan data, tinjau ulang kembali data tersebut apakah sudah akurat dan
lengkap. Saat anda tidak dapat mevalidasi data, ini menunjukkan ketidak sesuaian antara
petunjuk klinis diagnose dan diagnose keperawatan. Mulailah menginterpretasikan dengan
menentukan dan mengatur pola pemeriksaan yang relevan untuk mengetahui adanya
masalah pada klien dengan mempertimbangkan latar budaya klien.
2.10 Kesalahan dalam pengelompokan data
Kesalahan dalam pengelompokan data terjadi saat data dikelompokkan terlalu cepat,
tidak benar, atau tidak, dikelompokkan sama sekali. Kesalahan pengelompokan data dapat
mempengaruhi diagnose keperawatan yang akan berdampak pada kualitas pelayanan
keperawatan pada klien.
Sebagai contoh, pasien mengalami inkontinensia urine dan mengatakan bahwa ia
mengalami disuruh, lalu perawat mengelompokkan data yang tersedia dan mengidentifikasi
gangguan eliminasi urine sebagai kemungkinan diagnosis keperawatan.
Pengelompokansebagai contoh, pasien mengalami inkontinensia urine dan mengatakan bahwa
ia mengalami disuruh, lalu perawat mengelompokkan data yang tersedia dan mengidentifikasi
gangguan eliminasi urine sebagai kemungkinan diagnosis keperawatan.
Pengelompokan yang tidak benar terjadi ketika perawat mencoba membuat diagnosis
sesuai dengan tanda dan gejala yang di dapat. Dalam contoh ini, pengkajian lebih lanjut
menunjukan bahwa pasien juga mengalami distensi dan dribbling kandung kemih sehingga
diagnosis yang benar adalah retensi urine. Perawat perlu selalu mengidentifikasi diagnosis
keperawatan dari data, dan bukan sebaliknya. Diagnosis keperawatan yang tidak benar
memengaruhi kualitas asuhan keperawatan.

2.11 Kesalahan dalam pernyataan diagnostic


Pemilihan pemyataan diagnosis yang tepat akan menghasilkan pemilihan intervensi
keperawatan dan hasil yang sesuai (Docherman dan Jones,2003). Untuk mengurangi
kesalahan, pemyataan diagnosis harus menggunakan bahasa yang sesuai, ringkas, dan tepat.
Gunakan terminologi yang benar dalam menggambarkan respon klien terhadap penyakit
atau kondisinya. Berikut ini adalah taktik untuk mengurangi kesalahan dalam pernyataan
diagnosis, yakni:
1. Kenali respon klien, bukan diagnosa medis (Carpernito Moyet 2005) .
2. Karena diagnosa medis membutuhkan tindakan medis, sangat tidak bijak bila
memasukkan diagnosa medis kedalam diagnosa keperawatan.
3. Kenali pernyataan diagnosis NANDA-I dibandingkan gejala.
4. Kenali diagnosa keperawatan dari kelompok karakteristik definisi karena satu gejala
tidak cukup untuk mengindentifikasi masalah.
5. Kenali etiologi yang dapat ditangani dibandingkan tanda klinis atau masalah kronis.
6. Anda dapat memilih tindakan yang diarahkan menuju koreksi etiologi masalah karena
pemeriksaan diagnostic atau disfungsi kronis bukan merupakan etiologi atau kondisi
yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
7. Kenali masalah yang disebabkan oleh pengobatan atau pemeriksaan diagnostic, daripada
terapi atau pemeriksaan itu sendiri.
8. Klien mengalami banyak respons terhadap pemeriksaan diagnostic dan terapi medis
yang termasuk dalam bidang keperawatan.
9. Kenali respon klien terhadap peralatan dibandingkan peralatan itu sendiri.
10. Kenali masalah klien dibandingkan masalah anda dengan pelayanan kesehatan.
11. Diagnosa keperawatan selalu berpusat pada klien dan menjadi dasar untuk pelayanan
yang diarahkan oleh tujuan.
12. Kenali masalah klien dibandingkan tindakan keperawatan.
13. Kenali masalah klien dibandingkan tujuan.
14. Anda selalu menetapkan tujuan sema la tahap perencanaan pada proses keperawatan.
Berdasarkan identifikasi masalah klien yang akurat, tujuan akan menjadi dasar untuk
menentukan apakah penyelesaian masalah telah tercapai.
15. Gunakan pertimbangan professional dibandingkan dugaan.
16. Buat diagnosa keperawatan berdasarkan data objektif dan data subjektif klien, dan
jangan sertakan kepercayaan dan nilai-nilai pribadi Anda.
17. Hindari pernyataan yang tidak sesuai hukum (Carpenito Moyet,2005)
18. Pernyataan yang bersifat menyalahkan, mengabaikan, atau malpraktik berpotensi
menimbulkan tuntutan hukum.
19. Kenali masalah dan etiologi untuk menghindari pengulanganpernyataan.
20. Pernyataan seperti ini mengandung arti yang tidak jelas dan tidak memberikan arahan
untuk pelayanan keperawatan.
21. Kenali satu masalah saja dalam pernyata an diagnostik.
22. Setiap masalah memiliki hasil yang berbeda, kebingungan selama langkah perencanaan
terjadi saat anda memasukkan banyak masalah dalam satu diagnosa keperawatan

2.12 Diagnosa keperawatan: Aplikasi pada perencanaan keperawatan


2.13 Keuntungan dari diagnose keperawatan
Adapun keuntungan dari diagnose keperawatan, yaitu :
 Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
 Memberikan kesatuan bahasa dalam profesi keperawatan.
 Meningkatkan komunikasi antar sejawat Perawat  dan profesi kesehatan
lainnya.
 Membantu merumuskan hasil yang diharapkan / tujuan yang tepat
dalam menjamin mutu asuhan keperawatan, sehingga pemilihan
intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan
evaluasi.
 Menciptakan standar praktik keperawatan.
 Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

2.14 Keterbatassan diagnose keperawatan


3. Ada sejumlah keterbatasan
dan profesional kekhawatiran
yang terkait dengan diagnosis
4. keperawatan. Utama
perhatian diarahkan
kurangnya konsensus antara
perawat mengenai
5. keperawatan NANDA yang
telah disahkan Diagnosis
daftar. Kritik tentang daftar
ini termasuk
6. Ada sejumlah keterbatasan
dan profesional kekhawatiran
yang terkait dengan diagnosis
7. keperawatan. Utama
perhatian diarahkan
kurangnya konsensus antara
perawat mengenai
8. keperawatan NANDA yang
telah disahkan Diagnosis
daftar. Kritik tentang daftar
ini termasuk
9. Ada sejumlah keterbatasan
dan profesional kekhawatiran
yang terkait dengan diagnosis
10. keperawatan. Utama
perhatian diarahkan
kurangnya konsensus antara
perawat mengenai
11. keperawatan NANDA yang
telah disahkan Diagnosis
daftar. Kritik tentang daftar
ini termasuk
ada sejumkah keterbatasan dan professional kekhawatiran yang terkait dengan
diagnosis keperawatan. Utama perhatian diarahkan kurangnya konsesnsus antara
perawat mengenai keperawatan NANDAyang telah disahkan Diagnosis daftar.
Ktitik tentang daftar ini termasuk perselisihan lebih dari label tertentu dalam
sistrem klasifikasi dan persepsi bahwa daftar adalah membatasi, tidak lengkap,
berorientasi medis dan membingungkan. Banyak perawat tidak akrab dengan
daftar NANDA dan tidak tahu bagaimana menggunakannyaatau merasa tidak
meiliki diagnosis yang mereka butuhkan. Ini perlu dicatat bahwa daftar ini tidak
dimaksudkan untuk menjadi inklusif. Pengembangan dan penyempurnaan dari
diagnosis terus menjadi focus dari konferensi NANDA. Selain itu, perawat
mungkin tidak setuju atau menolak untuk menggunakan diagnosis tersebut sebagai
defisit ketidakpatuhan atau pengetahuan. Dalam hal ini perawat kemudian
memiliki pilihan dan hak untuk tidak menggunakan diagnos yang spesifik. Perawat
pemula perlu tahu diagnosis keperawatan dan proses keperawatanunutk memahami
NANDA, mengakui bahwa perawatan kesehatan adalah pindah kelingkungan .
interdisipliner berfokus pada klien perawatan yang memerlukan standarisasi
Bahasa di seluruh disiplin ilmu.
2.15 Penyusunan diagnosis keperawatan yang berkesinambungan

BAB 3
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Medianers 2020. https://medianers.blogspot.com/2020/06/perbedaan-diagnosa-medis-dan-


keperawatan.html?m=1 (Diakses pada tanggal 2 Maret 2021)

Panjaitan, SKA. 2020, PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN.


https://id.scribd.com/document/450196711/tugas-kdk-5-pak-oi-pdf (Diakses pada tanggal 2
Maret 2021)
Noviestari, E, dkk. 2020. Dasar-Dasar Keperawatan, Volume 1, 9th Indonesia Edition. Singapore
: Elsevier Singapore Pte.Ltd

Anda mungkin juga menyukai