Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODERASI BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Disusun Oleh :
Ulva Ziyanti (202212047)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LHOKSEUMAWE
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh,

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan
baik. Shalawat dan salam kita sertakan kepada Rasulullah SAW, yang mana oleh
beliau telah membawa kita dari alam gelap menuju alam cahaya.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui lebih detail tentang
“MODERASI BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM”. Makalah disusun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan untuk memenuhi
tugas Mata kuliah

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Dengan demikian penyusun mengucapkan terimakasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Moderasi.......................................................................................................3

B. Beragama......................................................................................................4

C. Pilar Pilar Moderasi Beragama.....................................................................6

D. Moderasi Beragama Menurut Al Qur’an......................................................7

E. Moderasi Beragama Menurut Hadist dan Sunnah........................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................10

A. Kesimpulan.................................................................................................10

B. Kritik dan Saran..........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negeri tempat tumbuh suburnya beragam
kebudayaan yang di pelihara dan dijaga oleh masyarakatnya.Keragaman budaya
(multikultural) merupakan peristiwa alami karena bertemunya berbagai budaya,
Berinteraksinya beragam individu dan kelompok dengan membawa perilaku
budaya, memiliki cara hidup berlainan dan spesifik. Keragaman seperti
keragaman budaya, latar belakang keluarga, agama, dan etnis tersebut saling
berinteraksi dalam komunitas masyarakat Indonesia.Di samping itu, mereka juga
menganut berbagai agama seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Kong
Hu Chu dan beratus agama dan kepercayaan setempat yang menjadi bagian dari
kebudayaan lokal setempat.Konsep pemikiran moderasi Islam atau wasathiyatul
Islam menjadi menarik dan menjadi impian semua entitas, gerakan dakwah
Islam bahkan Negara-negara Islam, setelah dunia Islam dirisaukan dengan
munculnya dua arus pemikiran dan gerakan yang mengatasnamakan Islam.
Pemikiran dan gerakan pertama, mengusung model pemikiran dan gerakan yang
kaku dan keras, atau sering disebut dengan Al-Khawarij al-judud (New
Khawarij).

Orang yang fanatik terhadap suatu agama maupun paham, hingga


menjadikan mereka merasa bahwasanya kaidah yang mereka yakini merupakan
paham yang paling benar dan menganggap paham yang lain adalah hal yang
salah dan sesat. Orang yang memiliki pandangan ekstrem dikenal dengan istilah
ultra-konservatif.Selain fanatisme, hal yang menjadi sumber ataupun pangkal
dari konflik kegamaan adalah keberadaan orang-orang ekstrimis.ekstrimisme
ialah berlebih-lebihan dalam beragama dengan menerapakan ajaran agama
secara kaku dan melewati batas. Ekstrimisme merupakan sikap anti moderasi

1
yang tidak mempunyai kedudukan apapun dalam etika, norma dan agama.
Seiring dengan berkembangnya masa dan zaman yang kian modern, dinamika
pemikiran manusia terhadap perkembangan zaman terkadang mengalami
benturan dengan nilai-nilai keagamaan.

Padahal, jejak rekam perilaku nabi Muhammad yang tercatat dalam


berbagai literatur hadis menunjukkan potret yang berbeda. Nabi Muhammad,
sebagaimana misi utamanya diutus oleh Allah SWT, mempunyai peran untuk
menyempurnakan akhlak atau kebaikan. Dalam posisi ideal inilah, merujuk
kepada Nabi untuk melihat aspek moderasi Islam (wasatîyah) menjadi hal yang
penting untuk dilakukan. Untuk memahami dan mengimplementasikan konsep
ini, perlu untuk melihat hadis-hadis Nabi secara lebih komprehensif. Dengan hal
tersebut, keteladanan Nabi akan mampu diterjemahkan ke dalam konsep-konsep
dan nilai-nilai luhur yang bersifat universal, untuk selanjutnya bisa menjadi
pedoman masyarakat Muslim.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud moderasi beragama?
2. Bagaimana yang dimaksud moderasi dalam Al Qur’an?
3. Bagaimana yang dimaksud moderasi dalam hadist?

C. Tujuan
1. Mengetahui makna dari moderasi beragama
2. Mengetahui maksud moderasi menurut Al Qur’an
3. Mengetahui maksud moderasi menurut hadist

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Moderasi
Kata moderasi berasal dari bahasa Latin yaitu moderâtio, yang artinya
adalah kesedangan (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata tersebut
mengandung makna penguasaan diri dari sikap sangat kelebihan dan sikap
kekurangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata moderasi mengandung
dua pengertian yaitu pengurangan kekerasan, dan penghindaran keekstreman,
sedangkan kata moderat adalah selalu menghindarkan perilaku yang ekstrem dan
berkecenderungan ke arah dimensi jalan tengah. Menurut Lukman Hakim
Saifuddin orang yang moderat adalah orang yang bersikap wajar, biasa-biasa
saja, dan tidak ekstrem. Dia menambahkan lagi bahwa dalam bahasa Inggris,
kata moderation sering digunakan dalam pengertian average (ratarata), core
(inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak). 1 Secara umum,
moderat berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan
watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika
berhadapan dengan institusi negara.
Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau
wasathiyah, yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth
(tengahtengah), i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan
prinsip wasathiyah bisa disebut wasith. Dalam bahasa Arab pula, kata
wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”. Apa pun kata yang dipakai,
semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam konteks
ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem. Kata
wasith bahkan sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata 'wasit'
yang memiliki tiga pengertian, yaitu :2

1
Saifuddin, Lukman Hakim. Moderasi Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI.2019.Hal 21
2
Saifuddin, Lukman Hakim. Moderasi Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI.2019.Hal 23

3
1. penengah, perantara (misalnya dalam perdagangan, bisnis)
2. pelerai(pemisah, pendamai) antara yang berselisih
3. pemimpin di pertandingan.

B. Beragama
Beragama adalah memeluk atau menganut suatu agama sedangkan agama
itu sendiri mengandung arti, sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan
ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan
itu.3 Agama di dunia ini bukanlah satu akan tetapi banyak. Di Indonesia agama
yang diakui oleh negara adalah Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu.
Secara Bahasa Beragama berarti menganut (memeluk) agama. Contoh : Saya
beragama Islam dan dia beragama Kristen. Beragama berarti beribadat; taat
kepada agama; baik hidupnya (menurut agama). Contohnya, ia datang dari
keluarga yang beragama. Beragama berarti sangat memuja-muja; gemar sekali
pada; mementingkan (Kata percakapan). Contohnya, mereka beragama pada
harta benda. Secara Istilah Beragama itu menebar damai, menebar kasih sayang,
kapan pun dimanapun dan kepada siapapun. Beragama itu bukan untuk
menyeragamkan keberagaman, tetapi untuk menyikapi keberagaman dengan
penuh kearifan. Agama hadir ditengah-tengah kita agar harkat, derajat dan
martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin dan terlindungi. Oleh karenanya
jangan gunakan agama sebagai alat untuk menegasi dan saling merendahkan dan
meniadakan satu dengan yang lain. Oleh karenanya, mari senantiasa menebarkan
kedamaian dengan siapapun, dimanapun dan kapan pun. Beragama itu Kalau
dianalogikan, moderasi adalah ibarat gerak dari pinggir yang selalu cenderung
menuju pusat atau sumbu (centripetal), sedangkan ekstremisme adalah gerak
sebaliknya menjauhi pusat atau sumbu, menuju sisi terluar dan ekstrem
(centrifugal). Ibarat bandul jam, ada gerak yang dinamis, tidak berhenti di satu
sisi luar secara ekstrem, melainkan bergerak menuju ke tengah tengah. menjaga,
menjaga hati, menjaga perilaku diri, menjaga seisi negeri dan menjaga jagat raya

3
Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Al-Wasathiyah Wa at-tajdid, Ma’lim Wamanaraat, Doha: Markaz Al-
Qardhawi Lilwashathiyah Al-Islamiyah wa At-Tajdid, 2009. Hal.33

4
ini.4 Jadi Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara
moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak
ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme,
ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya hubungan antar umat beragama,
merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Kalau
dianalogikan, moderasi adalah ibarat gerak dari pinggir yang selalu cenderung
menuju pusat atau sumbu (centripetal), sedangkan ekstremisme adalah gerak
sebaliknya menjauhi pusat atau sumbu, menuju sisi terluar dan ekstrem
(centrifugal). Ibarat bandul jam, ada gerak yang dinamis, tidak berhenti di satu
sisi luar secara ekstrem, melainkan bergerak menuju ke tengahtengah.
Meminjam analogi ini, dalam konteks beragama, sikap moderat dengan
demikian adalah pilihan untuk memiliki cara pandang, sikap, dan perilaku di
tengahtengah di antara pilihan ekstrem yang ada, sedangkan ekstremisme
beragama sebagai cara pandang, sikap dan perilaku melebihi batas-batas
moderasi dalam pemahaman dan praktik beragama. Karenanya, moderasi
beragama kemudian dapat dipahami sebagai cara pandang, sikap, dan perilaku
selalu mengambil posisi di tengahtengah, selalu bertindak adil, dan tidak
ekstrem dalam beragama. Tentu perlu ada ukuran, batasan, dan indikator untuk
menentukan apakah sebuah cara pandang, sikap, dan perilaku beragama tertentu
itu tergolong moderat atau ekstrem. Moderasi beragama sesungguhnya
merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di tingkat lokal,
nasional, maupun global. Pilihan pada moderasi dengan menolak ekstremisme
dan liberalisme dalam beragama adalah kunci keseimbangan, demi
terpeliharanya peradaban dan terciptanya perdamaian. Dengan cara inilah
masing-masing umat beragama dapat memperlakukan orang lain secara
terhormat, menerima perbedaan, serta hidup bersama dalam damai dan harmoni.
Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, moderasi beragama bisa jadi
bukan pilihan, melainkan keharusan.5

4
Truna, Dody S. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikulturalisme. Jakarta: Kementerian
Agama.2010. Hal 16
5
Abdoeraoef, Al-Qur’an dan Ilmu Hukum, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, hlm. 88

5
C. Pilar Pilar Moderasi Beragama
Diskursus moderasi beragama di Indonesia sering kali dikategorikan
dalam tiga pilar, diantaranya adalah:6
1. Moderasi Pemikiran

Mengenai pilar pertama, di atas segalanya, pemikiran keagamaan


moderat dicirikan oleh kemampuan menghubungkan teks dan konteks.
Artinya, pemikiran keagamaan yang tidak hanya bertumpu pada teks-teks
keagamaan, akan tetapi berupaya untuk menerima realitas-realitas baru
yang bersifat dinamis. Itulah sebabnya pemikiran keagamaan orang-orang
moderat tidak hanya terpaku pada teks, namun pada saat yang bersamaan
tidak terlalu bebas dan mengabaikan teks.

2. Moderasi Gerakan

Pilar yang kedua ialah moderasi dalam bentuk gerakan. Dalam hal ini
mekanisme penyebaran agama yang bertujuan mengajak kebaikan dan
menghindari kemunkaran harus didasarkan pada strategi yang baik, dan
bukan sebaliknya, untuk mencegah kejahatan dilandasi dengan melakukan
aksi kejahatan yang lain hingga berujung pada kekerasan.

3. Moderasi Perbuatan

Pilar yang ketiga ialah moderasi perbuatan yang berkaitan dengan


tradisi dan praktik keagamaan, penguatan hubungan antar agama dengan
tradisi dan budaya masyarakat lokal. Keberadaan agama tidak kontradiktif
secara diametral dengan budaya lokal, namun keduanya justru saling
terbuka dan berupaya membangun dialog untuk menumbuhkan budaya
baru.

D. Moderasi Beragama Menurut Al Qur’an


Al-Qur’an telah disepakati secara consensus (Ijma’) oleh para Ulama
Islam setiap generasi dari masa Rasulullah SAW sampai kiamat, bahwa dia

6
Faisal, M. (2020). Manajemen Pendidikan Moderasi Beragama di Era Digital. ICRHD: Journal of
International Conference On Religion, Humanity and Development, hal.195-202.

6
adalah referensi utama dan tertinggi dalam Islam, baik secara akidah dan syar’at
maupun secara ilmiah. Al-Qur’an telah menjelaskan dengan mendasar, akuratif
dan relevan tentang hakikat arah pemikiran washathiyah dalam kehidupan umat
Islam pada banyak ayat dalam Al- Qur’an. Dari isyarat Al-Qur’an ini lahirlah
pandangan-pandangan dan konsep serta manhaj moderasi Islam dalam setiap
aspek kehidupan umat.

1. Moderasi bermakna sikap adil dan pilihan. (Al Baqarah ; 143 )


Dari Abu Said Al-Khudri ra, Nabi saw menjelaskan makna ummatan
wasathan dalam ayat ini adalah “keadilan” (HR. Tirmidzi, Shahih). At-
thabari juga menjelaskan bahwa makna “wasathan” bisa berarti “posisi
paling baik dan paling tinggi”.7 At- Thabari mengutip Ibnu Abbas ra,
Mujahid dan Atha’ saat menafsirkan ayat 143 berkata: “Ummatan
Washathan adalah “keadilan” sehingga makna ayat ini adalah “Allah
menjadikan umat Islam sebagai umat yang paling adil” 8. Al-Qurthubi
berkata: wasathan adalah keadilan, karena sesuatu yang paling baik
adalah yang paling adil”9. Ibnu Katsir berkata: wasathan dalam ayat ini
maksudnya paling baik dan palingberkualitas”10. Para ahli tafsir lain
seperti Abdurrahman As-Sa’diy dan Rasyid Ridha menafsirkan bahwa
makna washathan dalam ayat ini adalah keadilan dan kebaikan” 11. Dari
beberapa hadits Nabi saw dan penjelaskan para mufassir dari kalangan
Sahabat dan tabi’in serta para mufassir generasi setelahnya sampai
mufassir modern di atas, dapat disimpulkan makna wasathan pada surat
Al-Baqarah 143 ini adalah; “Keadilan dan kebaikan, atau umatan
wasathan adalah umat yang paling adil dan paling baik”.
2. Moderasi beragama bermakna paling baik dan pertengahan ( Al
Baqarah : 238 )

7
Ibnu Jarir At-Thabari, Tafsir At-Thabari, vol 2 (Kairo: Maktabah At-Taufiqiyah, 2004), hal 7,
8
Ibnu Jarir At-Thabari, Tafsir At-Thabari, vol 2 (Kairo: Maktabah At-Taufiqiyah, 2004), hal 8,
9
Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Quthubi, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Quran (Tafsir Al- Qurthubi),
vol 1, (Kairo: Maktabah Al-Iman, tt), hal 477
10
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-adzim, vol 1, (Beirut: Daar Al-Fikri, 1994), hal 237
11
Ali Muhammad As-Shalabiy, Al-Wasathiyah fil Qur’an Al-Karim, hal 17

7
Para Ahli tafsir seperti At-Thabari berkata bahwa maksudnya adalah
Shalat Ashar, karena terletak di tengah-tengah shalat lain antara subuh
dan zuhur serta maghrib dan isya”12. AL-Qurthubi berkata: “Al-Wustha
bentuk feminism dari kata wasath yang berarti terbaik dan paling adil” 13.
Menurut Ibnul Jauziy, maksud ayat ini ada 3 makna: pertama: Terkait
dengan shalat yang terletak pada pertengahan, kedua: paling tengah
ukurannya dan ketiga: karena paling afdhal kedudukannya”14. Jadi tidak
ada kata makna lain dari kata wustha dalam ayat ini selain “paling
tengah, paling adil dan paling baik.

E. Moderasi Beragama Menurut Hadist dan Sunnah


Dalam As-Sunnah, moderasi atau washathiyah ternyata telah diucapkan
dan dilafadzkan oleh Nabi Muhammad saw dalam beberapa haditsnya, yang
dapat dimaknai secara bahasa. Nabi terkadang menyebut wasath bermakna
keadilan, ketinggian, keberkahan, terbaik dan seimbang seperti dalam hadits-
hadits berikut:

1. Wasathan (moderat) bermakna keadilan.

Nabi saw memaknai dan menafsirkan kata “wasathan” adalah


“keadilan”. Yang dimaksud keadilan di sini adalah, bahwa umat Islam
adalah umat yang menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya, menyikapi
sesuatu sesuai dengan porsinya dan kedaaanya. Moderat adal jujur dan
komitmen tidak mendua serta inkonsisten dalam sikap, sehingga Allah
melengkapi surat Al-Baqarah: 143,setelah menyebut wasathan dengan
“agar kalian menjadi saksi-saksi bagi manusia”. Dalm Islam seorang saksi
haruslah yang adail dan jujur. Nampaknya adil, jujur dan konsisten sangat
tepat untuk makna ayat ini, sesuai dengan tafsir dari Nabi saw terhadap
ayat ini, yaitu keadilan.

2. Wasathiyah bermakna posisi tengah penuh keberkahan.

12
Ibnu Jarir At-Thabari, Tafsir At-Thabari, vol 2, hal 567
13
Al-Quthubi, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Quran (Tafsir Al-Qurthubi), vol 1, hal 296
14
Ali Muhammad As-Shalabiy, Al-Wasathiyah fil Qur’an Al-Karim, hal 20

8
Dari Ibnu Abbas Nabi saw bersabda: “Apabila makanan telah
dihidangkan, maka ambillah dari pinggirnya dan tinggalkan tengahnya,
sesungguhnya berkah itu turun dibagian tengah” (HR. Ibnu Majah. Hadits
No. 3268).

3. Wasathiyah bermakna posisi terbaik seperti Harta terbaik adalah harta


pertengahan.

Dari Abdullah bin Muawiyah Al Ghadhiri ia berkata; Nabi saw


bersabda: "Tiga perkara, barang siapa yang melaksanakannya maka ia
akan merasakan nikmatnya iman yaitu barang siapa yang beribadah
kepada Allah semata dan tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali
Allah, dan menunaikan zakat hartanya dengan jiwa yang lapang dan
jiwanya terdorong untuk menunaikan zakat setiap tahun dan tidak
memberikan hewan yang sudah tua dan tanggal giginya, lemah, serta yang
sakit atau menunaikannya dengan yang kecil jelek. Akan tetapi
tunaikanlah dengan harta kalian yang pertengahan karena sesungguhnya
Allah tidak meminta harta terbaik kalian dan tidak juga menyuruh kalian
memberikan harta yang terburuk” (HR. Abu Daud. Hadits No 1349).

Hadits ini menjelaskan ajaran moderasi Islam dalam mengeluarkan


zakat, bahwa harta yang dikeluarkan oleh seorang muslim dari kewajiban
zakatnya adalah harta pertengahan antara harta yang paling mewah atau
mahal dan harta yang paling murah dan rendah. Zakat terbaik adalah zakat
dari harta yang halal dan mencukupi nishab serta haulnya serta harta yang
telah mencukupi nafkah wajib bagi keluarga.15

BAB III

PENUTUP

15
Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Al-Wasathiyah Wa at-tajdid, hal 64

9
A. Kesimpulan
Al-Quran sebagai kitab suci dan Hadis sebagai sabda Nabi Muhammad ,
keduanya merupakan pedoman hidup dan sumber rujukan umat Islam dalam
memutuskan segala perkara yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Moderasi beragama yang diberi arti sebagai beragama dengan mengambil posisi
jalan tengah dan seimbang tidak ekstrem dan berlebih-lebihan telah ditawarkan
Al-Quran dan Hadis beberapa abad yang lalu. Bahkan bukan dalam moderasi
beragama ketika menghadapi masyarakat plural saja tetapi lebih jauh mendalam
dan universal sampai kepada masalah fenomena alam, masalah moral, masalah
bagaimana cara menangani dunia dan alam termasuk seni dalam hidup harus
serasi dan seimbang, jikalau keseimbangan ini tidak dipahami dan diterapkan
dunia dan manusia yang hidup di dalamnya akan kacau dan berantakan.

B. Kritik dan Saran


Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai moderasi beragama
dalam perspektif islam. Penyusun menyadari banyak kekurangan penulisan, maka
dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penyusun
harapkan sebagai referensi kami dalam penulisan makalah kedepannya. Harapan
penulis, semoga makalah ini bermanfaat, menambah pengetahuan dan wawasan
bagi pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhammad As-Shalabiy,2000. Al-Wasathiyah fil Qur’an Al-Karim.

Al-Quthubi,2001. Al-Jami’ Li Ahkam Al-Quran (Tafsir Al-Qurthubi), vol 1.

Faisal, M..2020. Manajemen Pendidikan Moderasi Beragama di Era Digital.


ICRHD: Journal of International Conference On Religion, Humanity and
Development

Ibnu Jarir At-Thabari, 2004 Tafsir At-Thabari, vol 2 Kairo: Maktabah At-
Taufiqiyah.

Ibnu Katsir, 1994. Tafsir Al-Quran Al-adzim, vol 1,Beirut: Daar Al-Fikri

Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Quthubi,2006 Al-Jami’ Li Ahkam Al-


Quran (Tafsir Al- Qurthubi), vol 1,Kairo: Maktabah Al-Iman

Saifuddin, Lukman Hakim. 2019.Moderasi Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan


Diklat Kementerian Agama RI.

Truna, Dody S.2010. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikulturalisme.


Jakarta: Kementerian Agama.

Yusuf Al-Qardhawi, 2009.Fiqh Al-Wasathiyah Wa at-tajdid, Ma’lim


Wamanaraat, Doha: Markaz Al-Qardhawi Lilwashathiyah Al-Islamiyah wa
At-Tajdid.

Anda mungkin juga menyukai