Disusun Oleh :
Ulva Ziyanti (202212047)
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh,
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan
baik. Shalawat dan salam kita sertakan kepada Rasulullah SAW, yang mana oleh
beliau telah membawa kita dari alam gelap menuju alam cahaya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui lebih detail tentang
“MODERASI BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM”. Makalah disusun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan untuk memenuhi
tugas Mata kuliah
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Dengan demikian penyusun mengucapkan terimakasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Moderasi.......................................................................................................3
B. Beragama......................................................................................................4
A. Kesimpulan.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negeri tempat tumbuh suburnya beragam
kebudayaan yang di pelihara dan dijaga oleh masyarakatnya.Keragaman budaya
(multikultural) merupakan peristiwa alami karena bertemunya berbagai budaya,
Berinteraksinya beragam individu dan kelompok dengan membawa perilaku
budaya, memiliki cara hidup berlainan dan spesifik. Keragaman seperti
keragaman budaya, latar belakang keluarga, agama, dan etnis tersebut saling
berinteraksi dalam komunitas masyarakat Indonesia.Di samping itu, mereka juga
menganut berbagai agama seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Kong
Hu Chu dan beratus agama dan kepercayaan setempat yang menjadi bagian dari
kebudayaan lokal setempat.Konsep pemikiran moderasi Islam atau wasathiyatul
Islam menjadi menarik dan menjadi impian semua entitas, gerakan dakwah
Islam bahkan Negara-negara Islam, setelah dunia Islam dirisaukan dengan
munculnya dua arus pemikiran dan gerakan yang mengatasnamakan Islam.
Pemikiran dan gerakan pertama, mengusung model pemikiran dan gerakan yang
kaku dan keras, atau sering disebut dengan Al-Khawarij al-judud (New
Khawarij).
1
yang tidak mempunyai kedudukan apapun dalam etika, norma dan agama.
Seiring dengan berkembangnya masa dan zaman yang kian modern, dinamika
pemikiran manusia terhadap perkembangan zaman terkadang mengalami
benturan dengan nilai-nilai keagamaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud moderasi beragama?
2. Bagaimana yang dimaksud moderasi dalam Al Qur’an?
3. Bagaimana yang dimaksud moderasi dalam hadist?
C. Tujuan
1. Mengetahui makna dari moderasi beragama
2. Mengetahui maksud moderasi menurut Al Qur’an
3. Mengetahui maksud moderasi menurut hadist
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Moderasi
Kata moderasi berasal dari bahasa Latin yaitu moderâtio, yang artinya
adalah kesedangan (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata tersebut
mengandung makna penguasaan diri dari sikap sangat kelebihan dan sikap
kekurangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata moderasi mengandung
dua pengertian yaitu pengurangan kekerasan, dan penghindaran keekstreman,
sedangkan kata moderat adalah selalu menghindarkan perilaku yang ekstrem dan
berkecenderungan ke arah dimensi jalan tengah. Menurut Lukman Hakim
Saifuddin orang yang moderat adalah orang yang bersikap wajar, biasa-biasa
saja, dan tidak ekstrem. Dia menambahkan lagi bahwa dalam bahasa Inggris,
kata moderation sering digunakan dalam pengertian average (ratarata), core
(inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak). 1 Secara umum,
moderat berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan
watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika
berhadapan dengan institusi negara.
Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau
wasathiyah, yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth
(tengahtengah), i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan
prinsip wasathiyah bisa disebut wasith. Dalam bahasa Arab pula, kata
wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”. Apa pun kata yang dipakai,
semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam konteks
ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem. Kata
wasith bahkan sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata 'wasit'
yang memiliki tiga pengertian, yaitu :2
1
Saifuddin, Lukman Hakim. Moderasi Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI.2019.Hal 21
2
Saifuddin, Lukman Hakim. Moderasi Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI.2019.Hal 23
3
1. penengah, perantara (misalnya dalam perdagangan, bisnis)
2. pelerai(pemisah, pendamai) antara yang berselisih
3. pemimpin di pertandingan.
B. Beragama
Beragama adalah memeluk atau menganut suatu agama sedangkan agama
itu sendiri mengandung arti, sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan
ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan
itu.3 Agama di dunia ini bukanlah satu akan tetapi banyak. Di Indonesia agama
yang diakui oleh negara adalah Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu.
Secara Bahasa Beragama berarti menganut (memeluk) agama. Contoh : Saya
beragama Islam dan dia beragama Kristen. Beragama berarti beribadat; taat
kepada agama; baik hidupnya (menurut agama). Contohnya, ia datang dari
keluarga yang beragama. Beragama berarti sangat memuja-muja; gemar sekali
pada; mementingkan (Kata percakapan). Contohnya, mereka beragama pada
harta benda. Secara Istilah Beragama itu menebar damai, menebar kasih sayang,
kapan pun dimanapun dan kepada siapapun. Beragama itu bukan untuk
menyeragamkan keberagaman, tetapi untuk menyikapi keberagaman dengan
penuh kearifan. Agama hadir ditengah-tengah kita agar harkat, derajat dan
martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin dan terlindungi. Oleh karenanya
jangan gunakan agama sebagai alat untuk menegasi dan saling merendahkan dan
meniadakan satu dengan yang lain. Oleh karenanya, mari senantiasa menebarkan
kedamaian dengan siapapun, dimanapun dan kapan pun. Beragama itu Kalau
dianalogikan, moderasi adalah ibarat gerak dari pinggir yang selalu cenderung
menuju pusat atau sumbu (centripetal), sedangkan ekstremisme adalah gerak
sebaliknya menjauhi pusat atau sumbu, menuju sisi terluar dan ekstrem
(centrifugal). Ibarat bandul jam, ada gerak yang dinamis, tidak berhenti di satu
sisi luar secara ekstrem, melainkan bergerak menuju ke tengah tengah. menjaga,
menjaga hati, menjaga perilaku diri, menjaga seisi negeri dan menjaga jagat raya
3
Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Al-Wasathiyah Wa at-tajdid, Ma’lim Wamanaraat, Doha: Markaz Al-
Qardhawi Lilwashathiyah Al-Islamiyah wa At-Tajdid, 2009. Hal.33
4
ini.4 Jadi Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara
moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak
ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme,
ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya hubungan antar umat beragama,
merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Kalau
dianalogikan, moderasi adalah ibarat gerak dari pinggir yang selalu cenderung
menuju pusat atau sumbu (centripetal), sedangkan ekstremisme adalah gerak
sebaliknya menjauhi pusat atau sumbu, menuju sisi terluar dan ekstrem
(centrifugal). Ibarat bandul jam, ada gerak yang dinamis, tidak berhenti di satu
sisi luar secara ekstrem, melainkan bergerak menuju ke tengahtengah.
Meminjam analogi ini, dalam konteks beragama, sikap moderat dengan
demikian adalah pilihan untuk memiliki cara pandang, sikap, dan perilaku di
tengahtengah di antara pilihan ekstrem yang ada, sedangkan ekstremisme
beragama sebagai cara pandang, sikap dan perilaku melebihi batas-batas
moderasi dalam pemahaman dan praktik beragama. Karenanya, moderasi
beragama kemudian dapat dipahami sebagai cara pandang, sikap, dan perilaku
selalu mengambil posisi di tengahtengah, selalu bertindak adil, dan tidak
ekstrem dalam beragama. Tentu perlu ada ukuran, batasan, dan indikator untuk
menentukan apakah sebuah cara pandang, sikap, dan perilaku beragama tertentu
itu tergolong moderat atau ekstrem. Moderasi beragama sesungguhnya
merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di tingkat lokal,
nasional, maupun global. Pilihan pada moderasi dengan menolak ekstremisme
dan liberalisme dalam beragama adalah kunci keseimbangan, demi
terpeliharanya peradaban dan terciptanya perdamaian. Dengan cara inilah
masing-masing umat beragama dapat memperlakukan orang lain secara
terhormat, menerima perbedaan, serta hidup bersama dalam damai dan harmoni.
Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, moderasi beragama bisa jadi
bukan pilihan, melainkan keharusan.5
4
Truna, Dody S. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikulturalisme. Jakarta: Kementerian
Agama.2010. Hal 16
5
Abdoeraoef, Al-Qur’an dan Ilmu Hukum, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, hlm. 88
5
C. Pilar Pilar Moderasi Beragama
Diskursus moderasi beragama di Indonesia sering kali dikategorikan
dalam tiga pilar, diantaranya adalah:6
1. Moderasi Pemikiran
2. Moderasi Gerakan
Pilar yang kedua ialah moderasi dalam bentuk gerakan. Dalam hal ini
mekanisme penyebaran agama yang bertujuan mengajak kebaikan dan
menghindari kemunkaran harus didasarkan pada strategi yang baik, dan
bukan sebaliknya, untuk mencegah kejahatan dilandasi dengan melakukan
aksi kejahatan yang lain hingga berujung pada kekerasan.
3. Moderasi Perbuatan
6
Faisal, M. (2020). Manajemen Pendidikan Moderasi Beragama di Era Digital. ICRHD: Journal of
International Conference On Religion, Humanity and Development, hal.195-202.
6
adalah referensi utama dan tertinggi dalam Islam, baik secara akidah dan syar’at
maupun secara ilmiah. Al-Qur’an telah menjelaskan dengan mendasar, akuratif
dan relevan tentang hakikat arah pemikiran washathiyah dalam kehidupan umat
Islam pada banyak ayat dalam Al- Qur’an. Dari isyarat Al-Qur’an ini lahirlah
pandangan-pandangan dan konsep serta manhaj moderasi Islam dalam setiap
aspek kehidupan umat.
7
Ibnu Jarir At-Thabari, Tafsir At-Thabari, vol 2 (Kairo: Maktabah At-Taufiqiyah, 2004), hal 7,
8
Ibnu Jarir At-Thabari, Tafsir At-Thabari, vol 2 (Kairo: Maktabah At-Taufiqiyah, 2004), hal 8,
9
Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Quthubi, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Quran (Tafsir Al- Qurthubi),
vol 1, (Kairo: Maktabah Al-Iman, tt), hal 477
10
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-adzim, vol 1, (Beirut: Daar Al-Fikri, 1994), hal 237
11
Ali Muhammad As-Shalabiy, Al-Wasathiyah fil Qur’an Al-Karim, hal 17
7
Para Ahli tafsir seperti At-Thabari berkata bahwa maksudnya adalah
Shalat Ashar, karena terletak di tengah-tengah shalat lain antara subuh
dan zuhur serta maghrib dan isya”12. AL-Qurthubi berkata: “Al-Wustha
bentuk feminism dari kata wasath yang berarti terbaik dan paling adil” 13.
Menurut Ibnul Jauziy, maksud ayat ini ada 3 makna: pertama: Terkait
dengan shalat yang terletak pada pertengahan, kedua: paling tengah
ukurannya dan ketiga: karena paling afdhal kedudukannya”14. Jadi tidak
ada kata makna lain dari kata wustha dalam ayat ini selain “paling
tengah, paling adil dan paling baik.
12
Ibnu Jarir At-Thabari, Tafsir At-Thabari, vol 2, hal 567
13
Al-Quthubi, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Quran (Tafsir Al-Qurthubi), vol 1, hal 296
14
Ali Muhammad As-Shalabiy, Al-Wasathiyah fil Qur’an Al-Karim, hal 20
8
Dari Ibnu Abbas Nabi saw bersabda: “Apabila makanan telah
dihidangkan, maka ambillah dari pinggirnya dan tinggalkan tengahnya,
sesungguhnya berkah itu turun dibagian tengah” (HR. Ibnu Majah. Hadits
No. 3268).
BAB III
PENUTUP
15
Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Al-Wasathiyah Wa at-tajdid, hal 64
9
A. Kesimpulan
Al-Quran sebagai kitab suci dan Hadis sebagai sabda Nabi Muhammad ,
keduanya merupakan pedoman hidup dan sumber rujukan umat Islam dalam
memutuskan segala perkara yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Moderasi beragama yang diberi arti sebagai beragama dengan mengambil posisi
jalan tengah dan seimbang tidak ekstrem dan berlebih-lebihan telah ditawarkan
Al-Quran dan Hadis beberapa abad yang lalu. Bahkan bukan dalam moderasi
beragama ketika menghadapi masyarakat plural saja tetapi lebih jauh mendalam
dan universal sampai kepada masalah fenomena alam, masalah moral, masalah
bagaimana cara menangani dunia dan alam termasuk seni dalam hidup harus
serasi dan seimbang, jikalau keseimbangan ini tidak dipahami dan diterapkan
dunia dan manusia yang hidup di dalamnya akan kacau dan berantakan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Jarir At-Thabari, 2004 Tafsir At-Thabari, vol 2 Kairo: Maktabah At-
Taufiqiyah.
Ibnu Katsir, 1994. Tafsir Al-Quran Al-adzim, vol 1,Beirut: Daar Al-Fikri