Disusun Oleh :
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB 1................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.4 TUJUAN............................................................................................................5
1.5 MANFAAT........................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
3.1 KESIMPULAN................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
tugas untuk mencapai tujuan bersama, dan kemampuan mempengaruhi
kelompok agar mengidentifikasi, memelihara, dan mengembangkan budaya
organisasi.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang yang telah ditulis, maka penulis akan memberikan
identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan untuk penelitian sebagai berikut:
1. Mempelajari hubungan pemimpin dengan organisasi
2. Melihat peranan pemimpin dalam sebuah organisasi
1.3 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka yang menjadi
1.4 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain yaitu :
1. Mengetahui tugas dan tanggung jawab pemimpin dalam sebuah organisasi
2. Mempelajari peran pemimpin dalam organisasi
1.5 MANFAAT
Manfaat yang didapatkan dari penulisan makalah ini antara lain yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi akademis
mengenai Peran Kepemimpinan Camat dalam Meningkatkan Kinerja
Pegawai.
2. Manfaat Praktis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan berupa memberi informasi
pada makalah selanjutnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Kedudukan pemimpin bisa di artikan kalau selaku sikap yang di atur serta
di harapkan dari seorang dalam posisi yang tertentu. Pemimpin di dalam
organisasi memiliki kedudukan, jika setiap pekerjaan mempunyai harapan yang
bagaimana menanggung kedudukan dalam pekerjaan. Serta pula memiliki arti
kalau harapan menimpa kedudukan berarti dalam mengendalikan sikap
bawahan. Kedudukan kepemimpinan bisa di artikan seperangkat perilaku yang
di harapkan oleh seorang dalam perannya selaku pemimpin yang berjalan
5
dengan sikap. Kenyataan dalam suatu organisasi mengindentifikasi pekerjaan
yang wajib di coba serta sikap kedudukan yang di inginkan berjalan bersamaan
pekerjaan, serta pula memiliki makna kalau harapan tentang kedudukan berarti
dalam memperilakukan bawahannya. Rivai (2007 :149)
Menurut (Hadiyanti, 2015) ada 3 peran kepemimpinan yaitu:
1. Peran pemberdaya untuk mengerakkan semangat dalam diri seseorang
untuk mengungkapkan bakat, kreatifitas, dan kecerdikan untuuk mampu
dalam mengerjakan apapun serta konsisten dengan prinsip yang sudah di
sepakati.
2. Peran pencarian alur untuk menetukan visi serta misi yang telah tentu.
2. Dalam perlaku sesorang tidak berupa begitu saja, tapi melainkan melalui
proses pertumbuhan serta perkembangan.
6
2.3 AZAS DAN FUNGSI KEPEMIMPINAN
7
6. Memenuhi para karyawan dengan sumber dana yang di perlukan
untuk melaksanakan tugasnya.
8
bawahannya dengan penekanan yang bertanggung jawab serta kerja sama
yang baik, serta dia juga rela melimpahkan wewenang pengambilan
keputusan kepada bawahannya.
9
5. Gaya dan Tipe Paternalistik
Gaya dan tipe ini merupakan seorang kepemimpinan yang menjiwai
seperti kebapakan, namum buka juga tipe yang ideal yang di damba-
dambakan, tapi senang menonjolkan dirinya dalam organisasi dan
memperilaku bawahannya seperti anak yang belum berusia, serta ia juga
tidak membiarkan kemandirian bawahannya sebab tidak mau membuat
kesalahan.
Hingga dari itu, kalau pemimpin paternalistik bertabiat melindungi,
serta baik, tetapi metode prakteknya bertabiat negatif. Sebab dia tidak
mendesak bawahannya mengambil efek di sebabkan terdapatnya akibat
negatif pada organisasi. Serta dalam tiap pengambilan keputusan wajib
pemimpin paternalistik yang jadi pusatnya. Serta dimana pelimpahan
wewenang untuk mengambil keputusan pada tingkatan yang lebih rendah
dalam organisasi tidak hendak terjalin.
10
2.6 KOMUNIKASI ORGANISASI
Komunikasi organisasi dipahami sebagai proses penciptaan dan pertukaran
pesan-pesan dalam sebuah jaringan hubungan interdependen untuk menangani
ketidakpastian lingkungan (Goldhaber, 1993). Ciri-ciri dari komunikasi
organisasi antara lain, terstruktur dimana struktur terkait dengan otoritas yaitu
kewenangan yang melekat pada jabatan. Dalam komunikasi organisasi
umumnya terdapat struktur walaupun diantara kedua pihak yang berkomunikasi
tidak punya jabatan tetapi tetap ada posisi strukturalnya walaupun bersifat
informal, serta bersifat stabil dan terencana.
Terdapat tiga tokoh yang dianggap paling berpengaruh dalam teori klasik
yang terkait dengan komunikasi organisasi, yakni Max Weber, Frederick Taylor,
dan Henry Fayol yang mencoba memahami aspek-aspek penting dalam
organisasi dari sudut pandang struktural klasik (Pace, 2006). teori Weber pada
komunikasi organisasi menunjukkan suatu fenomena yang disebut komunikasi
jabatan (positional communication) yaitu hubungan dibentuk antar jabatan,
bukan antar individu. Bentuk komunikasi ini termasuk komunikasi formal yang
bersifat dua arah dengan pola ke atas atau ke bawah, dimana orang-orang yang
menduduki jabatan diharuskan berkomunikasi dengan cara yang sesuai dengan
jabatan mereka. Selain itu, kinerja berdisiplin yang diatur dengan regulasi dan
kebijakan dikoordinasikan oleh kewenangan hierarkis dianggap sebagai usaha
11
yang rasional dan merupakan bentuk efisiensi administratif untuk mencapai
tujuan administrasi.
Namun dari ketiga teori ini, teori yang dikembangkan Henry Fayol
dianggap memiliki kelebihan dibanding teori yang lain, dan sangat berjasa dalam
pengembangan komunikasi organisasi. Pentingnya teori yang diperkenalkan
adalah fleksibilitas fayol terhadap struktur organisasi. Teori weber dan taylor
mengharuskan individu-individu dalam organisasi untuk berkomunikasi melalui
jalur resmi berdasarkan struktur hierarki. Namun seiring waktu, muncul
kebutuhan untuk berkomunikasi dan berbagi informasi melewati batas-batas
fungsional dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan atau bawahan
mereka. Fayol memberikan solusi dengan komunikasi lintas-saluran, dimana
individu dalam organisasi dapat melintasi jalur fungsional dan berkomunikasi
dengan orang-orang yang diawasi dan yang mengawasi tetapi bukan atasan atau
bawahan mereka. Mereka tidak memiliki otoritas lini untuk mengarahkan orang-
orang yang berkomunikasi dengan mereka. Menurut fayol, komunikasi lintas
saluran merupakan hal yang penting pada situasi tertentu dan bermanfaat dari
segi efisiensi waktu. Dalam contoh gambar, pegawai P dapat menghemat waktu
dengan berkomunikais langsung dengan Y (melalui Fayol’s “Gangplank”) atau
jembatan fayol) tanpa melewati saluran yang seharusnya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Kotter J.P. and Heskett J.L., 1992, “Corporate Culture and Performance”,
The Free Press, New York.
14