Anda di halaman 1dari 27

Makalah

“KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN”

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan yang di ampuh oleh
Ibu Prof. Dr. Hj. Ani M Hasan, M.Pd)

Oleh

Nursagita S. Kau

(431419036)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena ia senantiasa

memberikan nikmatnya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Konsep

Dasar Kepemimpinan” dapat diselesaikan dengan baik. Walaupun mungkin dalam

penulisan masih ada kesalahan dan kekeliruan namun penulis yakin bahwa

manusia itu tidak ada yang sempurna, mudah-mudahan melalui kelemahan itulah

yang akan membawa kesadaran kita akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan usaha yang

telah membantu penulis dalam membuat makalah ini niscaya tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak penyusunan makalah ini tidak akan terwujud.

Penyelesaian makalah ini hanya dapat terlaksana karena bantuan pikiran,

tenaga dan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya menyampaikan terima

kasih. Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun

diharapkan  demi penyempurnaan makalah ini.

Gorontalo, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1 Pengertian kepemimpinan.....................................................................................6
2.2 Pengertian Pemimpin.............................................................................................7
2.3 Paradigma kepemiminan.......................................................................................9
2.4 Filosofi Kepemimpinan........................................................................................13
2.5 Kepemimpinan didalam sektor publik...............................................................13
2.6 Perilaku dasar dan praktek pemimpin yang sukses..........................................14
2.7 Perbedaan manajemen dan kepemimpinan.......................................................19
2.8 Konsep kepemimpinan yang efektif....................................................................20
BAB III...........................................................................................................................24
PENUTUP.......................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................24
3.2 Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai
berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih
dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur
yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau
perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dilihat dari baik saja, akan tetapi dapat
dilihat dari penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon-calon
pemimpin.

Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak nenek moyang dahulu kala,


kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradaban
manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau
kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya
menentang kebuasan binatang dan menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari
kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar manusia dan mulai unsur-
unsur kepemimpinan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kepemimpinan.?
2. Apa pengertian Pemimpin.?

3. Apa yang dimaksud paradigma kepemimpinan dan pimpinan.?

4. Apa filosofi kepemimpinan.?

5. Bagaimana kepemimpinan didalam sektor publik.?

6. Bagaimana perilaku dasar dan praktek pemimpin yang sukses.?

7. Apa perbedaan manajemen dan kepemimpinan.?

8. Apa konsep kepemimpinan yang efektif.?


1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kepemiminan.
2. untuk mengetahui pengertian pemimpin

3. untuk mengetahui paradigma kepemiminan dan pimpinan

4. untuk mengetahui filosofi kepemimpinan.

5. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan didalam sektor publik.

6. Untuk mengetahui perilaku dasar dan praktek pemimpin yang sukses.

7. Untuk mengetahui perbedaan manajemen dan kepemimpinan.

8. Untuk mengetahui konsep kepemimpinan yang efektif.


BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan adalah cara memimpin atau perihal pemimpin.
Secara harfiah, kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang artinya
mengarahkan, membina, mengatur, menuntun, menunjukkan, atau memengaruhi.

Menurut Kadarusman (2012) kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga,


yaitu:

1. Self Leadership;.

Self Leadership yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar jangan
sampai gagal menjalani hidup.

2. Team Leadership.

Team Leadership diartikan sebagai memimpin orang lain. Pemimpinnya


dikenal dengan istilah team leader (pemimpin kelompok) yang memahami apa
yang menjadi tanggung jawab kepemimpinannya, menyelami kondisi
bawahannya, kesediaannya untuk meleburkan diri dengan tuntutan dan
konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki komitmen
untuk membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya hingga
menghasilkan prestasi tertinggi

3. Organizational Leadership.

Sedangkan organizational leadership dilihat dalam konteks suatu organisasi


yang dipimpin oleh organizational leader (pemimpin organisasi) yang mampu
memahami nafas bisnis perusahaan yang dipimpinnya, membangun visi dan misi
pengembangan bisnisnya, kesediaan untuk melebur dengan tuntutan dan
konsekuensi tanggung jawab sosial, serta komitmen yang tinggi untuk menjadikan
perusahaan yang dipimpinnya sebagai pembawa berkah bagi komunitas baik di
tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Menurut Crainer ada lebih dari 400 definisi tentang leadership (Mullins,
2005). Dari sekian banyaknya definisi tentang kepemimpinan, ada yang
menyebutkan kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk memengaruhi
orang lain. Kepemimpinan merupakan suaru proses untuk memengaruhi aktivitas
kelompok. Kepemimpinan merupakan kemampuan memeroleh kesepakatan pada
tujuan bersama. Kepemimpinan adalah suatu upaya untuk mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang
saling memengaruhi antara pemimpin dan pengikutnya.

2.2 Pengertian Pemimpin


Awal kata pemimpin menurut KBBI adalah pimpin, artinya orang yang
memimpin. Pemimpin dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki
kemampuan memimpin, mempengaruhi orang lain dan kelompoknya. Menurut
Modern Dictionary of Sociology, pemimpin adalah seseorang yang memiliki
peranan atau posisi dominan dan berpengaruh dalam kelompoknya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang
lain untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Pemimpin adalah seorang yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat
mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan kerjasama ke arah pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Bernard (dalam Mar'at, 1985 : 9) mengemukakan bahwa pemimpin
dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan harapan-harapan dari para anggota
kelompok. Dengan demikian jelas bahwa pemimpin perlu memiliki berbagai
kelebihan dibandingkan dengan anggota lainnya. kelebihan yang dimiliki
beraneka ragam di antaranya adalah: kelebihan moral atau akhlak, semangat herja,
hecerdasan, keterampilan dan keuletan. Dalam menjelaskan mengenai konsepsi
pemimpin dan kepemimpinan ada beberapa hal yang perlu diperhatihan di
antaranya adalah :
1. Kekuasaan, yaitu kewenangan uutuh bertindah bagi seorang pemimpin untuk
menggerakan para bawahannya agar mau dengan senang hati mengikuti
kehendaknya dalam mencapai tujuan , yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Kewibawaan, yaitu berbagai keunggulan yang dinrilihi oleh seorang pemimpin
sehingga membedakau dengan yang dipimpinnya. Dengan keunggulan tersebut
membuat orang lain patuh dan bersedia melakukan kegiatan-kegiatan yang
dikehendakinya.
3. Kemampuan, yaitu keseluruhan daya, baik berupa keterampilan sosial maupun
keterampilan teknis, yang melebihi orang lain.
Berbicara lebih jauh mengenai kelebihan yang perlu dimiliki seorang
pemipin Stogdill (dalam Wahjosumidjo, 1974 : 47) menyebutkan bahwa
kelebihan-kelebihan tersebut adalah:
1. Kapasitas: hecerdasan, hemampuan berbicara, kemampuan menganalisis, dan
kewaspadaan yang menyeluruh.
2. Prestasi (achievemenf): memiliki gelar hesarjanaan, ilmu pengetahuan,
berprestasi dalam bidang olah raga/seni dan lain-lain.
3. Tanggung jawab: berinisiatil mandiri, percaya diri dan bermotivasi untuk maju.
4. Partisipasi: bersosiabilitas yang tinggi, mampu berhomunihasi./bergaul, suka
beherjasama dan mudah menyesuaihan diri serta humoris.
5. Status: meliputi kedudukan sosial ekonomi yang baik dan dikenal masyarakat
luas.
6. Situasi: meliputi mental, status, keterampilan, hebutuhan, interest, objehtif dan
sebagainya.
Empu Prapanca (dalam Wahjosumedjo, 1985 : 51-53) mengemukakan
sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang berhasil adalah :
1. Wijnana - bersilcap bijahsana,
2. Mantri Wira - sebagai pembela negara sejati,
3. Wicaksanang Naya - bijaksana, kemampuan menganalisis dan mengambil
heputusan,
4. Matanggwan - mendapat kepercayaan bawahan,
5. Satya Bahti Haprabhu - loyal pada atasan,
6. Wahjnana pandai berpidato dan diplomatis,
7. Sajjawopasama - tidak sombong, rendah diri, manusiawi,
8. Dhirottsaha - bersifat rajin dan hreatif,
9. Tan Lanana - bersifat gembira, periang,
10. Disyacitta - jujur dan terbuha,
11. Tan Satrisna - tidak egois,
12. Masihi Samastha Bhuwana - bersifat, cinta alam,
13. Ginong Pratidina - tehun menegakkan kebenaran,
14. Sumantrti - sebagai abdi negara yang baik,
15. Anayahan Musuh - mampu membinasahan lawan.
Untuk memisahkan secara tegas mana pemimpin dengan sebutan formal
dan informal sangatlah sulit. Meskipun demihian untuk sedihit mengatasi
kekaburan terminologi ini, sebutan pemimpin formal hanya diperlukan bagi
pemimpin yang secara langsung diangkat dan dipilih oleh pemimpin yang lebih
tinggi posisinya. Sedangkan sebutan pemimpin informal diperuntukan bagi
pemimpin yang tidak diangkat dan dipilih langsung oleh seseorang yang
memegang posisi lebih tinggi, tetapi yang bersangkutan mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap para pengikutnya dan warga masyarakat.
2.3 Paradigma kepemiminan
Paradigma kepemimpinan merupakan bagian dari pola pikir yang
mewakili cara berpikir, mempersepsikan, mempelajari, meneliti dan memahami
kepemimpinan secara fundamental. Keempat klasifikasi teori kepemimpinan
utama tersebut juga mewakili perubahan paradigma kepemimpinan (Lussier dan
Achua, 2001: 14-19).

1. Paradigma Teori Pembawaan (Sifat)

Kajian kepemimpinan pada mulanya didasarkan pada asumsi bahwa


pemimpin dilahirkan, tidak dibuat. Peneliti kemudian mengidentifikasi
serangkaian pembawaan pemimpin yang membedakan dengan pengikutnya, serta
pemimpin efektif dengan pemimpin tidak efektif. Teori pembawaan
kepemimpinan mencoba menjelaskan karakteristik khusus kepemimpinan yang
efektif. Peneliti menganalisis pembawaan fisik dan psikologis serta kualitas,
seperti level kemampuan yang tinggi, keagresifan, kepercayaan pada diri sendiri,
daya persuasif yang dimiliki dan kekuasaannya dalam mengidentifikasi
serangkaian pembawaan yang dimiliki oleh pemimpin yang sukses. Dalam
berbagai sumber dinyatakan bahwa, keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat dan perangai pemimpin tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat berupa sifat
fisik, sosial dan psikologis (Introducing Leadership Studies, 2001: 18; Leadership,
2001: 1; Sadler, 2001: 11).

Atas dasar pemikiran di atas ada anggapan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang berhasil sangat ditentukan kemampuan pribadi pemimpin. Karena
itu, timbul usaha dari para ahli untuk meneliti dan merinci kualitas seorang
pemimpin yang berhasil melaksanakan tugas kepemimpinannya, kemudian
hasilnya diformulasikan ke dalam sifat-sifat umum seorang pemimpin. Usaha
tersebut berkembang menjadi teori kepemimpinan yang disebut “teori sifat
kepemimpinan” (Robbins, at.al., 1994: 469).

2. Paradigma Teori Kepemimpinan Perilaku

Setelah pada awal tahun lima puluhan diketahui bahwa penyelidikan mengenai
ciri-ciri kepemimpinan tidak berhasil, para pakar dan peneliti kepemimpinan
memulai mempelajari tingkah laku pemimpin. Tingkah laku pemimpin lebih
terkait dengan proses kepemimpinan. Karena itu, ada dua dimensi utama
kepemimpinan yang dikenal dengan nama konsiderasi dan struktur inisiasi. Dua
macam kecenderungan perilaku kepemimpinan tersebut pada hakekatnya tidak
dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.

3. Paradigma Teori Kepemimpinan Kontigensi

Pada mulanya, teori kepemimpinan yang dibangun oleh Fiedler ini


menekankan pada dua sasaran, yakni melakukan idenfikasi faktor-faktor penting
dalam situasi tertentu dan memperkirakan gaya atau perilaku kepemimpinan yang
paling efektif dalam situasi tertentu. Hasil penelitian Fiedler menunjukkan bahwa,
dalam situasi kerja selalu ada tiga elemen yang menentukan gaya kepemimpinan
yang efektif, yakni: hubungan pemimpin dengan bawahan, struktur tugas dan
ketangguhan posisi pemimpin.
Teori kepemimpinan kontingensi menjelaskan gaya kepemimpinan yang
sesuai dengan pemimpin, pengikut dan situasinya. Paradigma teori ini
menekankan pentingnya faktor situasional, termasuk sifat pekerjaan yang
dilakukan, lingkungan eksternal dan karakteristik pengikut. Selain itu, dikenal
pula teori kepemimpinan situasional (Robbins, at.al., 1994: 483) yang
dikembangkan dari teori kepemimpinan model kontingensi Fiedler ini.
Berdasarkan teori ini, gaya kepemimpinan yang paling efektif adalah gaya
kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingakat kedewasaan bawahan. Namun,
Hersey dan Blanchard tidak merinci dan memberikan definisi kedewasaan sebagai
suatu tingkat kemantapan emosional.

4. Paradigma Teori Kepemimpinan Integratif

Pada paruh sampai akhir tahun 1970an, paradigma kepemimpinan mulai


berubah menjadi paradigma integratif atau teori kharismatik baru. Sesuai
namanya, teori kepemimpinan integratif ini memadukan teori pembawaan,
perilaku dan kontingensi untuk menjelaskan kesuksesan dan pengaruh hubungan
antara pemimpin dan pengikut. Peneliti berusaha menjelaskan mengapa pengikut
pemimpin tertentu mempunyai keinginan bekerja keras dan rela berkorban untuk
mencapai tujuan kelompoknya. Di samping itu, menjelaskan bagaimana seorang
pemimpin secara efektif mempengaruhi perilaku pengikutnya, serta mengapa
perilaku pemimpin yang sama dapat membawa dampak yang berbeda pada
pengikutnya dalam situasi tertentu.

Dalam suatu kelompok atau organisasi terdapat seseorang pemimpin yang


mampu mengatur anggotanya untuk berpikir dengan cara yang maksimal untuk
mencapai tujuan. Yang dibutuhkan dalam diri seorang pemimpin adalah nilai
estetika dan pola pikir yang bijak sehingga mampu meningkatkan popularitas
suatu kelompok atau organisasi, dan pemimpin yang memiliki jiwa sosial.

Optimalisasi yaitu suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mencapai


hasil yang maksimal dengan memanfaatkan sumber daya yang ada sebaik
mungkin.
Secara sederhana yaitu serangkaian proses untuk mengoptimalkan sesuatu
yang ingin kita capai dan dilakukan dengan cara yang bijak sehingga hasil yang di
capai memuaskan.

Melakukan suatu hal secara maksimal dibutuhkan suatu paradigma atau cara
berpikir sehingga sesuatu yang dituju bisa tercapai dengan cara berpikir yang
bijak.

Paradigma yang di maksud yaitu suatu landasan berpikir, konsep dasar, atau
juga landasan berpikir yang digunakan sebagai model atau juga konsep dasar para
ilmuwan di dalam melakukan studinya.

Seorang pemimpin harus memiliki paradigma dalam mengoptimalkan


kepemimpinannya sehingga memiliki keterampilan dan kekuatan dalam berpikir
untuk mengatur anggota dalam mencapai suatu tujuan.

Maka dari itu dalam suatu kelompok atau organisasi dibutuhkan seorang
pemimpin yang mampu berpikir semaksimal mungkin, karena sebagai contoh bagi
anggotanya. Terkadang dalam suatu organisasi atau kelompok mendapatkan
masalah atau problem yang membuat turunnya popularitas organisasi. Dengan
permasalahan tersebut maka seorang pemimpin harus berpikir secara bijak dan
maksimal untuk mendapatkan solusi dan mengeluarkan dalam permasalah atau
problem yang di hadapi, maka dari itu dibutuhkan seseorang pemimpin yang
mampu melakukan suatu hal dan mengatasi dengan berpikir yang bijak.

Dengan demikian seorang pemimpin harus tetap pada pendirian yang di mana
semestinya seorang pemimpin yang mampu memahami atau mengatur suatu
kelompok atau organisasi, sehingga tercapainya sesuatu yang ingin dituju. Maka
dari itu seorang pemimpin berperan besar dalam kelompok atau organisasi,
sehingga menjalankan suatu kinerja dan berpikir secara maksimal.

Dapat di simpulkan bahwa seorang pemimpin dalam suatu organisasi atau


kelompok harus memiliki jiwa kepemimpinan dan mampu jadikan seseorang yang
memiliki jiwa sosial, dengan jiwa sosial seorang pemimpin memahami situasi
sekitar.

2.4 Filosofi Kepemimpinan


Filosofi kepemimpinan sebagai sistem kepercayaan diterjemahkan ke
dalam gaya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh para pemimpin. Gaya
kepemimpinan inilah yang digunakan orang-orang yang bertanggung jawab untuk
menentukan sifat proses pengambilan keputusan mereka dan interaksi mereka
dengan bawahan setiap hari. Meskipun gaya kepemimpinan bisa sangat
individual, ada beberapa tipe yang dominan.

Filosofi kepemimpinan melibatkan nilai-nilai, moral, dan prinsip-prinsip


tertentu yang dimasukkan oleh para pemimpin ke dalam cara mereka memimpin
orang-orang dan organisasi yang mereka pimpin. Filosofi kepemimpinan mereka
memengaruhi cara mereka berkomunikasi dan menangani orang-orang yang
mereka pimpin, serta cara mereka menanggapi situasi atau peristiwa yang
mungkin muncul. Sekelompok orang atau organisasi dapat terpengaruh secara
positif atau negatif dan moral dan efektivitasnya dapat diturunkan atau
ditingkatkan oleh filosofi kepemimpinan dari mereka yang bertanggung jawab.

2.5 Kepemimpinan didalam sektor publik


Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
membuat orang lain dengan penuh pengertian, keyakinan mengikuti diri kita
dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini diperlukan suatu kemampuan
human relation yang baik untuk dapat melakukan komunikasi dan motivasi
sehingga seseorang atau kelompok akan terpengaruh dengan rencana yang akan
kita lakukan. Dalam kepemimpinan kita tidak memerlukan orang yang memiliki
keahlian khusus tetapi kita membutuhkan orang yang mampu merangkai dari
keahlian banyak orang dan dia (pemimpin) tersebut dapat melakukan perintahnya
untuk dikerjakan oleh orang yang ahli dalam bidang tersebut, jadi kepemimpinan
adalah seseorang yang mampu mengkonstruksikan kemampuan banyak orang
untuk mendukungnya memimpin dalam lingkungan organisasinya dengan tujuan
yangjelas.
Kepemimpinan sektor publik adalah seseorang yang memiliki kapasitas
melakukan efisiensi, melakukan perintah, mengkreate tindakan dan memiliki
komitmen dalam lingkungan kerja. Dalam publik sektor seorang pemimpin harus
memiliki kapasitas dan kemampuan dalam melakukan adaptasi terhadap
lingkungan termasuk di dalamnya adalah setiap permasalahan yang berkembang,
seorang pemimpin juga harus mampu melakukan inovasi dalam organisasi yang
dipimpinnya apakah inovasi tersebut impak akhirnya pada penguatan SDM
ataupun sistem yang ada dalam organisasi tersebut. Seorang pemimpin juga harus
mampu merancang dan memilih semua tindakannya yang dilakukan oleh
bawahannya dengan sangat efektif dan akan menghasilkan efisiensi dalam banyak
hal yaitu, waktu, uang dan jumlah orang yang melaksanakannya.

Dalam publik sektor fokus utama dalam kepemimpinan adalah bagaimana


memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat yang dipimpinnya, sehingga
karena konsepnya pada pelayanan keluaran yang didapat adalah pelayanan
sebagai jasa dan seni. Dalam bentuk jasa, seorang pemimpin harus mampu
memberikan pelayanan yang meliputi komoditi yang diperjual belikan di pasar
(layanan publik dengan tarif semurah mungkin dan dapat diprivatisasikan) dan
layanan yang tidak dapat diprivatisasikan (layanan masyarakat , no price) seperti
akte kelahiran, KTP, lisensi dan perijinan. Sedangkan pelayanan sebagai seni
merupakan upaya penyelenggaraan pelayanan antara pimpinan organisasi dan
karyawan untuk mengefektifkan aktivitas pelayanan sesuai kondisi dan situasi
dalam organisasi tersebut atau situasi dan kondisi diluar organisasi yaitu yang di
layani.

2.6 Perilaku dasar dan praktek pemimpin yang sukses


1. Pengertian Perilaku Kepemiminan

Dalam kamus bahasa Indonesia Perilaku adalah tanggapan atau reaksi


terhadap rangsangan atau lingkungan. Menurut Abdul Azis Wahab bahwa
Perilaku adalah gaya kepemimpinan dalam mengimplementasikan fungsi-fungsi
kepemimpinan, yang menurut teori ini sangat besar pengaruhnya dan bersifat
sangat menentukan dalam mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Pendekatan teori perilaku melalui gaya kepemimpinan dalam realisasi fungsi-
fungsi kepemimpinan, merupakan strategi kepemimpinan yang memiliki dua
orientasi yang terdiri dari orientasi pada tugas dan orientasi pada bawahan.
Perilaku kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang fokusnya tidak pada
sifatsifat atau karakteristik pemimpinan tetapi pada tindakan interaksi terhadap
orang-orang yang ada disekitar kerjanya dan pada sekelompok orang bawahan.

2. Konsep Prilaku Kepemimpinan

Menurut Mulyasa yang dikutip oleh Nur Efendi, perilaku kepemimpinan ada
tiga dimensi, yang didasarkan pada hubungan antara tiga faktor, yaitu perilaku
tugas (Task behavior), perilaku hubungan (relationship behavior) dan kematangan
(maturity). Perilaku tugas merupakan pemberian petunjuk oleh pemimpin
terhadap anak buah meliputi penjelasan tertentu, apa yang harus dikerjakan,
bilamana, dan bagaimana mengerjakannya, serta mengawasi mereka secara ketat.
Perilaku hubungan merupakan ajakan yang disampaikan oleh pemimpin melalui
komunikasi dua arah yang meliputi mendengar dan melibatkan anak buah dalam
pemecahan masalah. Adapun kematangan adalah kemampuan dan kemauan anak
buah dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang dibebankan
kepadanya.

Dari ketiga faktor tersebut, tingkat kematangan anak buah merupakan faktor
yang paling dominan. Karena itu, tekanan utama dari teori ini terletak pada
perilaku pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan. Kegiatan pemimpin
dalam melakukan manajemen organisasinya mulai dari pengambilan keputusan
sampai pada pelaksanaan dan evaluasi kerja menunjukkan suatu perilaku. Perilaku
pemimpin dalam suatu organisasi menjadi sorotan dan memengaruhi timbulnya
perilaku anggota atau perilaku kelompok. Apabila perilaku pemimpin, baik dalam
memberikan instruksi, mengawasi, maupun melakukan evaluasi, termasuk dalam
mengemukakan pikiran-pikirannya maka dapat menciptakan efektivitas
organisasi.
Perilaku kepemimpinan tersebut, yaitu perilaku instruktif, konsultatif,
partisipatif, dan delegatif. Perilaku kepemimpinan tersebut, masing-masing
memiliki ciri pokok sebagai berikut:

a. Perilaku instruktif; terbangunnya komunikasi satu arah, pimpinan


membatasi peranan bawahan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
menjadi tanggung jawab pemimpin, pelaksanaan pekerjaan diawasi dengan ketat.

b. Perilaku konsultatif; pemimpin masih memberikan instruksi yang cukup


besar serta menentukan keputusan, telah diharapkan komunikasi dua arah dan
memberikan suportif terhadap bawahan, pemimpin mau mendengar keluhan dan
perasaan bawahan dalam pengambilan keputusan, bantuan terhadap bawahan
ditingkatkan tetapi pelaksanaan keputusan tetap pada pemimpin.

c. Perilaku persuasif; control atas pemecahan masalah dan pengambilan


keputusan antara pemimpin dan bawahan seimbang, pemimpin dan bawahan
sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan,
komunikasi dua arah semakin meningkat, pemimpin makin mendengarkan secara
intensif terhadap bawahannya, keikutsertaan bawahan dalam pemecahan dan
pengambilan keputusan makin betambah.

d. Perilaku delegatif; pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan


bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya
kepada bawahan, bawahan diberi hak untuk menentukan langkah-langkah
bagaimana keputusan dilaksanakan, dan bawahan diberi wewenang untuk
menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusan sendiri.

Menurut Stogdill yang di kutip oleh Muwahid Shulhan, mengemukakan


bahwa untuk menilai perilaku kepemimpinan ada 12 faktor yang perlu di
perhatikan, yaitu:

1) Perwakilan (representation), pemimpin berbicara dan bertindak sebagai wakil


kelompok.
2) Tuntutan perdamaian (reconciliation), pemimpin mendamaikan tuntutan
konflik dan mengurangi ketidakteraturan dari sistem yang ada.

3) Toleran terhadap ketidakpastian (tolerance of uncertainty), pemimpin mampu


memberikan toleransi terhadap ketidak pastian dan penundaan tanpa kekhawatiran
atau gangguan.

4) Keyakinan (persuasiveness), pemimpin mampu menggunakan persuasi dan


organisasi secara efektif serta memperlihatkan keyakinan yang kuat.

5) Struktur inisiasi (inisiation of structure), pemimpin dengan jelas


mendefinisikan peranan kepemimpinan dan memberikan kesempatan bawahan
mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.

6) Toleransi kebebasan (tolerance of freedom), pemimpin membiarkan bawahan


berkesempatan untuk berinisiatif, terlibat dalam keputusan dan berbuat.

7) Asumsi peranan (role Assumption), pemimpin secara aktif menggunakan


peranan kepemimpinannya daripada menyerahkan kepemimpinan kepada orang
lain.

8) Konsiderasi (consideration), pemimpin memperlihatikan ketengan, kerjasama,


dan kontribusi (bantuan) bawahan.

9) Penekanan pada hal-hal yang produktif (productive emphasis), pemimpin


mementingkan atau menekankan kepada hal-hal yang bersifat produktif.

10) Ketepatan yang bersifat produktif (predictive accuracy), pemimpin


memperlihatkan wawasan kedepan dan kecakapan untuk memperkirakan hasil
yang akan datang secara akurat.

11) Integrase (integration), pemimpin memelihara secara akrab jaringan organisasi


dan mengatasi konflik antar anggota.

12) Orientasi kepada atasan (superior orientation), pemimpin memelihara


hubungan ramah-tamah dengan atasan yang mempunyai pengaruh terhadap
pemimpin, dan berjuang untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi.

Kedua belas faktor tersebut sangat membantu dalam menganalisa dan


memperbaiki perilaku pemimpin dalam organisasi apapun.

Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu :

1. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan tugas


secara efektif dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan secara
efektif dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal.
2. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan hubungan
kerja sama.
3. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat
dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Di sini pemimpin
menaruh perhatian yang besar dan memiliki keinginan yang kuat, agar
setiap anggota berprestasi sebesar-besarnya.

Ketiga pola dasar perilaku kepemimpinan dalam praktik tidak berlangsung


secara ekstrim terpisah-pisah. pemisahan sebagaimana tersebut diatas
dimaksudkan sebagai uraian teoritis, yang akan mengantarkan pada katagori
kepemimpinan. Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut, terbentuknya perilaku
kepemimpinan yang berwujud pada ketagori kepemimpinan yang terdiri dari tiga
tipe pokok kepemimpinan antara lain adalah;

a) Tipe kepemimpinan otoriter, tipe ini menempatkan kekuasaan di tangan satu


orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas anak
buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah bahkan kehendak
pimpinan.

b) Tipe kepemimpinan kendali bebas. Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe
kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan
dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpinnya
dalam mengambil keputusan atau melakukan kegiatan. Pemimpin hanya
memfungsikan dirinya sebagai penasihat.
c) Tipe kepemimpinan demokratis. Tipe ini menempatkan manusia sebagai faktor
utama dan terpenting dalam setiap kelompok atau organisasi. Kepemimpinan ini
dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawaroh, yang
diwujudkan dalam setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing.

Seorang pemimpin dalam melakukan tugas kepemimpinannya dengan


menggunakan gaya dan tipe kepemimpinan tertentu mempunyai karekteristik
tersendiri. Seorang pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak,
dan kebiasaan sendiri yang khas sehingga dengan tingkah laku dan gayanya
sendiri membedakan dirinya dengan orang lain. Tipe kepemimpinannya tersebut
pasti akan mewarnai perilaku kepemimpinan.

2.7 Perbedaan manajemen dan kepemimpinan


Istilah manajemen dan kepemimpinan memang sering dipertukarkan. Hal ini
terjadi karena aktivitas manajemen, yang mencakup perencanaan (planning),
pengarahan (leading), pengorganisasian (organizing), dan pengendalian
(controlling), dianggap tidak berbeda dengan aktivitas kepemimpinan. Namun
John Kotter, dari Harvard Business School mengemukakan pendapatnya bahwa
manajemen berkenaan dengan mengatasi kerumitan, sedangkan kepemimpinan
berkenaan dengan mengatasi perubahan (Robbins, 2003). Hal tersebut dapat
dipertegas lagi bahwa kepemimpinan berkaitan dengan visi terhadap masa depan,
sedangkan manajemen berkaitan dengan mengimplementasikan visi dan strategi
yang disajikan oleh para pemimpin. Perbedaan kedua istilah tersebut
dikemukakan juga oleh Robert House dari Wharton School pada University of
Pennsyulvania (Robbins, 2003).

Hal senada juga dikemukakan oleh Mullins (2005) yang menyatakan bahwa
manajemen berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh bawahannya. Sedangkan
kepemimpinan lebih menekankan pada komunikasi, memotivasi dan mendorong
semangat bawahan agar bertindak secara maksimal untuk suatu tujuan.
Hollingsworth mengemukakan perbedaan mendasar antara manajemen dan
kepemimpinan (Mullins, 2005), yaitu:

1. Seorang manajer melakukan administrasi, sedangkan seorang pemimpin


melakukan inovasi

2. Seorang manajer memelihara apa yang ada, sedangkan seorang pemimpin


membangun apa yang diperlukan

3. Seorang manajer fokus pada sistem dan struktur, sedangkan seorang pemimpin
fakus pada pelakunya

4. Seorang manajer melakukan pengawasan, sedangkan pemimpin membangun


kepercayaan

5. Seorang manajer melihat halhal yang detail, sedangkan pemimpin melihat hal-
hal yang umum atau menyeluruh 6. Seorang manajer melakukan segala
sesuatunya dengan benar, sedangkan pemimpin memilih apa yang semestinya
dilakukan

2.8 Konsep kepemimpinan yang efektif


Menurut Locke, et al, 1991 kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan orang lain melakukan tindakan untuk mencapai tujuan
bersama. Berdasarkan definisi ini terdapat tiga elemen dalam kepemimpinan
yaitu:

1. Kepemimpinan adalah konsep hubungan. Keberadaan kepemimpinan hanya


dalam hubungan dengan pihak lain yang disebut pengikut.

2. Kepemimpinan adalah sebuah proses. Dalam memimpin, pemimpin harus


mengerjakan sesuatu.

3. Kepemimpinan membutuhkan penyebab untuk bertindak. Pemimpin


menyebabkan pengikutnya untuk bertindak dengan berbagai cara seperti
menggunakan otoritas kekuasaannya, restrukturisasi organisasi, dan lain-lain.
Dalam model kepemimpinan Locke, et al, 1991, terlihat bahwa faktor
yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah alasan dan sifat-sifat/motives dan traits
serta knowledge, skills, dan ability/KSAs yang diperlukan untuk membangun visi
dan mengimplementasi visi. Disini pendekatan yang digunakan Locke adalah
pendekatan sifat. Yukl (1989) menyatakan bahwa dalam kepemimpinan juga
terdapat pendekatan kekuasaan, perilaku, dan situasional selain pendekatan sifat.

Sedangkan menurut Yukl (1989) kepemimpinan didefinisikan dalam


terminologi sifat-sifat/traits individual, perilaku pemimpin, pola interaksi, peran
hubungan, persepsi bawahan, pengaruh lebih pada bawahan, pengaruh pada tujuan
tugas, pengaruh pada budaya organisasi.

Yukl (1989) mengungkapkan mengenai studi kepemimpinan dengan


berbagai macam pendekatan:

1. Pendekatan pengaruh kekuasaan.

Mintzberg, 1983 dalam Yukl, 1989 memparalelkan analisis level mikro


kekuasaan individual dengan analisis level makro kekuasaan pada sub unit dan
koalisi organisasi. Pada level ini, kepemimpinan efektif sering dievaluasi dalam
adaptasi organisasi dengan perubahan lingkungan. Sejumlah posisi kekuasaan
untuk kepemimpinan yang efektif bergantung pada sifat alami organisasi, tugas,
dan bawahan. French dan Raven dalam Yukl (1989) mengajukan lima basis
kekuasaan yaitu:

- Kekuasaan Legitimasi: kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain


karena posisinya.

- Kekuasaan Imbalan: kekuasaan yang didasarkan atas kemampuan seseorang


untuk memberi imbalan kepada orang lain (pengikutnya) karena kepatuhan
mereka.

- Kekuasaan Paksaan: kekuasaan hukuman. Hukuman adalah segala konsekuensi


tindakan yang dirasakan tidak menyenangkan bagi orang yang menerimanya.
Pemberian hukuman kepada seseorang dimaksudkan juga untuk memodifikasi
perilaku, menghukum perilaku yang tidak baik/merugikan organisasi dengan
maksud agar berubah menjadi perilaku yang bermanfaat.

- Kekuasaan Ahli. Seseorang mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian


khusus yang dinilai tinggi.

- Kekuasaan Panutan. Banyak individu yang menyatukan diri atau dipengaruhi


oleh seseorang karena gaya kepribadian atau perilaku orang yang bersangkutan.
Karisma orang yang bersangkutan adalah basis kekuasaan panutan.

2. Pendekatan Perilaku.

Pendekatan ini menekankan bahwa pemimpin dan manager secara nyata


bekerja untuk pekerjaan dan hubungan keefektifan managerial. Studi Hundreds
menguji korelasi pemimpin initiating structure dan consideration dengan kepuasan
dan kinerja bawahan. Sejumlah studi menemukan hubungan antara perencanaan
dan keefektifan managerial, walaupun perencanaan yang efektif biasanya tidak
formal dan fleksibel daripada formal dan kaku (Carroll &Gillen, 1987; Kanter,
1983; Kotter, 1982; Yukl, Wall, & Lepsinger, 1988 dalam Yukl, 1989). Beberapa
tipe perilaku managerial ditemukan berhubungan dengan keefektifan managerial.

3. Pendekatan Sifat.

Pendekatan ini menekankan pada atribut personal seorang pemimpin.


Penelitian sekarang mencoba untuk menghubungkan siat dengan syarat-syarat
peran yang spesifik pada perbedaan tipe posisi managerial. Penelitian McClelland
dan yang lainnya menemukan kejadian bahwa pemimpin yang efektif secara luas,
hirarki organisasi cenderung mempunyai kebutuhan kekuasaan yang kuat,
kebutuhan untuk berprestasi yang kuat, dan relatif kebutuhan afiliasi lebih lemah.
Manager yang efektif mempunyai orientasi kekuasaan bersosialisasi dengan
kematangan emosi yang tinggi.

4. Pendekatan Situasional.
Pendekatan ini menekankan pentingnya faktor kontekstual seperti otoritas,
kebijaksanaan pemimpin, sifat alami pekerjaan yang dilakukan oleh unit
pemimpin, atribut bawahan, dan sifat alami lingkungan eksternal.

Perilaku pemimpin yang efektif melakukan konsiderasi tergantung pada


aspek berikut:

a. Kepuasan pengikut terhadap pemimpin tergantung pada derajat


konsiderasi yang ditunjukkan oleh pemimpin.
b. Konsiderasi pemimpin lebih berpengaruh terhadap pengikut ketika
pekerjaan tidak menyenangkan dan mendesak, dari pada ketika pekerjaan
menyenangkan dan tidak mendesak.
c. Pemimpin yang menunjukkan konsiderasi dapat melakukan inisiasi
struktur yang lebih banyak tanpa mengurangi kepuasan pengikutnya.
d. Konsiderasi yang diberikan sebagai respons terhadap kinerja yang baik
akan meningkatkan kemungkinan kinerja yang baik di masa depan.
Sedangkan perilaku pemimpin yang efektif melakukan inisiasi struktur
adalah: Inisiasi struktur yang memperjelas peran tambahan akan
meningkatkan kepuasan, Inisiasi struktur akan menyurutkan kepuasan
pengikut ketika struktur tersebut sudah tersedia, Inisiasi struktur akan
meningkatkan kinerja ketika tugas tidak jelas, Inisiasi struktur tidak akan
mempengaruhi kinerja ketika tugas jelas (Leadership, 2001: 2).
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah cara memimpin atau perihal pemimpin. Secara
harfiah, kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang artinya mengarahkan,
membina, mengatur, menuntun, menunjukkan, atau memengaruhi.

Pemimpin adalah seorang yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat


mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan kerjasama ke arah pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.

Paradigma kepemimpinan merupakan bagian dari pola pikir yang


mewakili cara berpikir, mempersepsikan, mempelajari, meneliti dan memahami
kepemimpinan secara fundamental.

Filosofi kepemimpinan sebagai sistem kepercayaan diterjemahkan ke


dalam gaya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh para pemimpin. Filosofi
kepemimpinan melibatkan nilai-nilai, moral, dan prinsip-prinsip tertentu yang
dimasukkan oleh para pemimpin ke dalam cara mereka memimpin orang-orang
dan organisasi yang mereka pimpin.

Kepemimpinan sektor publik adalah seseorang yang memiliki kapasitas


melakukan efisiensi, melakukan perintah, mengkreate tindakan dan memiliki
komitmen dalam lingkungan kerja. Dalam publik sektor seorang pemimpin harus
memiliki kapasitas dan kemampuan dalam melakukan adaptasi terhadap
lingkungan termasuk di dalamnya adalah setiap permasalahan yang berkembang.
Perilaku kepemimpinan ada tiga dimensi, yang didasarkan pada hubungan
antara tiga faktor, yaitu perilaku tugas (Task behavior), perilaku hubungan
(relationship behavior) dan kematangan (maturity).

Manajemen berkenaan dengan mengatasi kerumitan, sedangkan


kepemimpinan berkenaan dengan mengatasi perubahan.

Perilaku pemimpin yang efektif melakukan konsiderasi tergantung pada


aspek berikut: Kepuasan pengikut terhadap pemimpin tergantung pada derajat
konsiderasi yang ditunjukkan oleh pemimpin, Konsiderasi pemimpin lebih
berpengaruh terhadap pengikut ketika pekerjaan tidak menyenangkan dan
mendesak, dari pada ketika pekerjaan menyenangkan dan tidak mendesak,
Pemimpin yang menunjukkan konsiderasi dapat melakukan inisiasi struktur yang
lebih banyak tanpa mengurangi kepuasan pengikutnya, Konsiderasi yang
diberikan sebagai respons terhadap kinerja yang baik akan meningkatkan
kemungkinan kinerja yang baik di masa depan.

3.2 Saran
Penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan
yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu kepada sumber yang busa dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasan makalah di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Kadarusman, D. 2012. Natural Intelligence Leadership: Cara Pandang Baru

Terhadap Kecerdasa dan Karakter Kepemimpinan. Jakarta: Raih Asa

Sukses.

Locke, Edwin A, Shelley Kirkpatrick, Jill K. Wheeler, Jodi Schneider, Kathryn

Niles, Harold Goldstein, Kurt Welsh, Dong-Ok Chah (1991), The

Essence of Leadership, The Four Keys to Leading Successfully,

Lexington Books, New York.

Mar'at, 1985, Pentimpin dan Kepemimpinan, Ghalia Indonesia, jakarta.

Mullins, L. J. 2005. Management and Organisational Behaviour. England:

Pearson Education Limited.

Robbins, S. P. 2003. Organizational Behaviour. Diterjemahkan oleh PT Indeks

Kelompok Gramedia Dengan Judul Perilaku Organisasi. Jakarta: PT

Indeks Kelompok Gramedia.


Theodorson, George A. (1969, Mar 1). Modern Dictionary of Sociology.

Yukl, Gary A (1989), “Managerial Leadership: A Review of Theory and

Research,” Journal of Management, 14, 251-289.

Yukl, Gary A (1989), Leadership in Organizations, 2nd editon, Englewood Cliffs,

Prentice-Hall.

Anda mungkin juga menyukai