Dosen Pengampu:
Dr. Sofyan, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 7
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana
dengan makalah yang berjudul “ Kepemimpinan dan Kekuasaan “ makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perilaku Organisasi.
Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
Perilaku Organisasi yang telah membimbing kami, terima kasih kepada rekan anggota kelompok
yang telah saling membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan terima kasih juga kepada
teman semua sebagai pembaca.
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca, menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Kami
menyadari masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Perbedaan Manajemen dan Leadership.....................................................................................3
2.2 Penemuan-penemuan Klasik tentang Kepemimpinan...............................................................3
2.3 Teori-teori Kepemimpinan........................................................................................................4
2.4 Gaya Kepemimpinan.................................................................................................................8
2.5 Kekuasaan................................................................................................................................10
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan antara Manajemen dan Leadership
2. Untuk mengetahui bagaimana Penemuan-penemuan Klasik tentang Kepemimpinan
3. Untuk mengetahui tentang Teori-teori Kepemimpinan
4. Untuk menjelaskan apa itu Gaya Kepemimpinan
5. Untuk menjelaskan apa itu Kekuasaan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2. Penemuan Ohio
Pada tahun 1945, Biro Penelitian Bisnis dari Universitas Negeri Ohio melakukan
serangkaian penemuan dalam bidang kepemimpinan. Staf peneliti dari Ohio merumuskan
kepemimpinan sebagai suatu perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan
suatu grup ke arah pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal ini pemimpin mempunyai deskripsi
atas dua dimensi, yaitu struktur pembuatan inisiatif (initiating structure), dan perhatian
(consideration).
Umam (2010: 276) menyatakan bahwa pada intinya, teori kepemimpinan merupakan teori
yang berusaha untuk menerangkan cara pemimpin dan kelompok yang dipimpinya berperilaku
dalam berbagai struktur kepemimpinan, budaya, dan lingkungannya. Untuk mengetahui teori-
teori
kepemimpinan, dapat dilihat dari beberapa literature yang pada umumnya membahas hal-hal yang
sama. Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang tidak asing lagi bagi literatur-literatur
kepemimpinan pada umumnya.
a. Teori Sifat
Trait theory atau teori sifat adalah merupakan teori kepemimpinan yang berpandangan
bahwa pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
membedakan dengan yang bukan pemimpin. Menurut Herman Sofyandi (2007: 178) teori sifat
kepemimpinan adalah teori yang berusaha untuk mengidentifikasikan karakteristik khas (fisik,
mental, kepribadian) yang diasosiasikan dengan keberhasilan kepemimpinan. Sedangkan
menurut Stephen P.Robbins dan Timothy Judge (2011: 49) teori sifat kepemimpinan adalah
teori-teori yang mempertimbangkan berbagai sifat dan karakteristik pribadi yang membedakan
para pemimpin darimereka yang bukan pemimpin. Dalam kehidupan nyata dapat ditemukan
adanya orang-orang yang mempunyai sifat-sifat luar biasa. Mereka bisa datang dari
pemerintahan, politisi, militer, dan pengusaha.
b. Teori Perilaku
Behavioral theories atau teori perilaku kepemimpinan tumbuh sebagai hasil
ketidakpuasan terhadap Trait theories atau teori sifat karena dinilai tidak dapat menjelaskan
efektivitas kepemimpinan dan gerakan hubungan antara manusia. Teori ini percaya bahwa
perilaku pemimpin secara langsung mempengaruhi efektivitas kelompok. Pemimpin dapat
menyesuaikan gaya kepemimpinan untuk mempengaruhi orang lain dengan efektif.
c. Teori Kelompok
Teori kelompok dalam kepemimpinan ini dasar perkembangannya berakar pada
psikologis social. Dan teori pertukaran yang klasik membantunya sebagai suatu dasar yang
penting bagi
pendekatan teori kelompok. Teori kelompok ini beranggapan dapat mencapai tujuan-tujuannya,
maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif diantara pemimpin dan pengikut-pengikutnya.
Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran antara pemimpin dengan
pengikutnya ini melibatkan pula konsep-konsep sosiologi tentang keinginan-keinginan
mengembangkan peranan.
d. Teori Kontinjensi
Contingency theory dinamakan pula sebagai Situational theory. Wibowo (2014: 275) menyatakan
bahwa Teori ini menganjurkan bahwa efektivitas gaya perilaku pemimpin tertentu tergantung
pada situasi. Apabila situasi berubah diperlukan gaya kepemimpinan yang berbeda. Gaya
kepemimpinan perlu disesuaikan dengan perubahan situasi. Teori ini secara tidak langsung
menantang gagasan bahwa ada dua gaya kepemimpinan sifat.
6
1) Cahrismatic Leadership
Cahrismatic Leadership adalah kemampuan mempengaruhi pengikutnya didasarkan pada
bakat supernatural dan kekuasaan atraktif. Pengikut menikmati bersama charismatic leader
karena mereka merasa terinspirasi, benar dan penting. Pemimpin kharismatik mempunyai
kualitas bakat yang luar biasa, charisma yang memungkinkan mereka memotivasi pengikut untuk
mencapai kinerja luar biasa. Atas dasar perhatiannya pada masa depan pemimpin kharismmatik
dapat diklasifikasi dalam dua tipe:
(a) visionary charismatic leader memfokuskan pada jangka panjang, dan (b) crisis -based charismatic
leader
memfokus pada jangka pendek.
Menurut Ivancevich dan Matteson dalam Semuil Tjiharjadi (2012:29) karakteristik seorang
pemimpin karismatik adalah sebagai berikut:
a. Percaya diri.
b. Memiliki perilaku yang memukau.
c. Mengembangkan pemikiran visioner.
d. Mengkomunikasikan visi.
e. Memiliki pendirian yang teguh, memiliki komitmen yang tinggi terhadap visi.
f. Memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi.
2) Transactional Leadership
Menurtu Badeni (2013: 135) kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang
dalam prosesnya terjadi pertukaran kepentingan/kebutuhan antara pemimpin dan pengikut, dalam
bentuk ekonomis, politis dan psikologis. Dalam transactional leadership pemimpin mengidentifikasi
apa yang diinginkan atau lebih disukai pangikut dan membantu mereka mencapai tingkat kineja
yang menghasilkan reward yang memuaskan mereka. Untuk mencapainya memimpin
mempertimbangkan konsep diri orang dan kebutuhan penghargaan.
Transactional leader menurut Bass dalam Wibowo (2014: 284) mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
a) Contingent reward. Kontrak atas pertukaran reward atas usaha, menjanjikan reward atas kinerja
baik, mengenal penyelesaian.
b) Management by exception (active). Mengamati dan mencari diviasi dari aturan dan standar,
melakukan tindakan korektif.
c) Management by exception (passive). Campur tangan hanya dilakukan apabila standar tidak
dicapai.
d) Laissez-faire. Melepaskan tanggung jawab, menghindari membuat keputusan.
3) Transformational Leadership
Transformational Leadership adalah perspektif kepemiminan yang menjelaskan bagaimana
pemimpin mengubah tim atau organisasi dengan menciptakan, mengomunikasikan dan membuat
model visi untuk organisasi atau unit kerja dan memberi inspirasi pekerja untuk berusaha
mencapai visi tersebut. Transformational Leadership adalah tentang pemimpin, mengubah strategi
dan budaya organisasi sehingga menjadi lebih sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Transformational
Leadership adalah agen perubahan yang memberi energi dan mengarahkan pekerja serangkaian
nilai-nilai dan perilaku baru organisasi.
Sopiah (2008: 112) menyatakan bahwa para peneliti telah mengidentifikasikan dua gaya
kepemimpinan yaitu gaya yang berorientasi pada tugas dan gaya yang berorientasi pada
karyawan. Manajer yang berorientasi pada tugas mengarahkan dan mengawasi bawahannya
secara ketat untuk menjamin bahwa tugas yang dilaksanakan secara memuaskan. Seorang
manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan seperti ini lebih mementingkan terlaksananya
tugas daripada perkembangan dan pertumbuhan karyawan.
Manajer yang berorientasi pada karyawan berusaha untuk memotivasi daripada menyupervisi
bawahannya. Mereka mendorong anggota kelompok untuk melaksanakan tugas dengan
membiarkan anggota kelompok ikut berpatisipasi dalam pengambilan keputusan yang
berpengaruh kepada mereka dan membina hubungan yang akrab, penuh kepercayaan, dan penuh
penghargaan pada anggota kelompoknya.
8
a. Gaya Kepemimpinan Kontinum
Gaya ini sebenarnya termasuk klasik. Thoha (2011: 304) menyatakan bahwa Orang yang
pertama kali memperkenalkan ialah Tannenbaum dan Schmidt. Ada tujuh model gaya pembuatan
keputusan yang dilakukan pemimpin. Ketujuh model ini masih dalam kerangka dua gaya
otokratis dan demokratis, ketujuh model pengambilan keputusan pemimpin itu antara lain:
1) Pemimpin membuat sebuah keputusan dan kemudian mengumumkan kepada bawahannya.
2) Pemimpin menjual keputusan. Dalam hali ini pemimpin masih banyak menggunakan
otoritas yang ada padanya, sehingga sama persis dengan yang pertama.
3) Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran dan ide-ide, dan mengundang pertanyaan-
pertanyaan.
4) Pemimpin memberikan keputusan bersifat sementara yang kemungkinan dapat diubah.
5) Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran dan membuat keputusan.
6) Pemimpin merumuskan batasan-batasannya, dan meminta kelompok bawahan untuk
membuat keputusan.
7) Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsifungsinya dalam batas-batas yang
telah dirumuskan oleh pimpinan.
2.5 Kekuasaan
10
4. Saluran tradisi
Penguasa mempelajari dan memanfaatkan tradisi yang berlaku dalam masyarakat, guna
kelancaran pemerintahan.
5. Saluran Ideologi
Penguasa mengemukakan serangkaian ajaran dan doktrin sehingga menjadi ideiologi
bangsa sekaligus menjadi dasar pembenaran segala sikap dan tindaknnya sebagai
penguasa.
6. Saluran lainnya. Berupa pers, kebudayaan, keagamaan dan sebagainya.
Kekuasaan dapat dilihat pada interaksi sosial antar manusia maupun antar kelompok yang
mempunyai beberapa unsur pokok, yaitu :
1. Rasa takut
Perasaan takut pada seseorang akan menimbulkan kepatuhan terhadap segala kemajuan
dan tindakan orang yang ditakuti tersebut. Rasa takut merupakan gejala universal yang
terdapat disegala tempat dan biasanya dipergunakan sebaik-baiknya dalam masyarakat
yang mempunyai pemerintahan otoriter.
2. Rasa Cinta
Rasa cinta menghasilkan perbuatan yang pada umumnya bersifat posesif, apabila ada
suatu reaksi positif dari masyarakat yang dikuasai maka sistem kekuasaan akan dapat
berjalan dengan baik dan teratur.
3. Kepercayaan
Kepercayaan bisa timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih
yang bersifat asosiatif. Soal kepercayaan sangat penting demi kelanggengan kekuasaan.
4. Pemujaan
Sistem kepercayaan mungkin dapat disangkal oleh orang lain, tetapi sistem pemujaan
membawa seseorang dan kelompok untuk membenarkan segala sesuatu yang datang dari
penguasa tersebut.
Kekuasaan yang telah dilaksanakan, memerlukan serangkaian cara atau usaha-usaha untuk
mempertahankannya. Setiap penguasa (pemimpin) yang telah memegang kekuasaan didalam
masyarakat, demi stabilnya masyarakat, akan berusaha untuk mempertahankannya. Cara-cara atau
usaha-usaha yang dapat dilakukannya adalah antara lain :
1. Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama peraturan
dalam bidang politik, yang merugikan kedudukan penguasa. Peraturan-peraturan tersebut
akan
digantikan oleh peraturan-peraturan baru yang akan menguntungkan penguasa. Keadaan
tersebut biasanya terjadi pada waktu ada pergantian kekuasaan dari seseorang penguasa
kepada penguasa lain (yang baru)
2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan(belief-systems) yang akan dapat memperkokoh
kedudukan penguasa atau golongannya. Sistem kepercayaan meliputi agama, ideologi
dan seterusnya.
3. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik
4. Mengadakan konsolidasi horizontal dan vertikal.
Cara mengetahui siapa atau siapa saja yang berkuasa dalam suatu sistem politik atau dalam
suatu masyarakat, dapat dikemukakan tiga analisis sebagai berikut: Pertama, dengan analisis
posisi, ialah suatu analisis untuk mengetahui siapa yang berkuasa atau mempunyai pengaruh yang
besar dalam pembuatan keputusan politik dengan melihat posisinya dalam lembaga pemerintahan.
Hak ini, sebenarnya didasarkan pada suatu asumsi bahwa pejabat-pejabat yang menduduki posisi-
posisi yang tinggi dalam lembaga pemerintahan cenderung secara politis mempunyai kekuasaan
yang besar pula. Untuk mengetahui siapa yang menduduki posisi yang tinggi itu tidaklah sukar,
karena pada umumnya telah diarsipkan dalam dokumen yang lengkap, akan tetapi, kelemahan
analisis ada dua, yaitu memasukkan ke dalam kategori pembuat keputusan tokoh-tokoh boneka
tetapi tidak mempunyai kekuasaan apa-apa karena orang lain yang memutuskan untuknya, hanya
sekedar mengesahkan keputusan yang telah dibuat orang lain. Lainnya bahwa mungkin dapat
dimasukkan orang-orang yang secara informasi mempunyai pengaruh pada kelompok-kelpompok
pembuat keputusan. Analisis posisi ini cenderung membesar-besarkan pengaruh semua dan
meremehkan pengaruh tidak langsung.
Kedua, analisis reputasi, yaitu analisis untuk mengidentifikasikan pihak berkuasa yang
tidak didasarkan pada bagian organisasi resmi akan tetapi pada reputasi kekuasaan mereka secara
informal. Hal ini dapat diketahui dengan menanyai informan-informan yang mengetahui
mekanisme politik dari dekat. Hal ini didasarkan atas anggapan bahwa partisipan dalam suatu
sistem mengetahui siapa yang ikut dalam pengambilan keputusan atau siapa yang berpengaruh
kuat dan siapa yang tidak terpengaruh. Dengan cara ini, akan termasuk dalam kategori yang
berkuasa aktor-aktor yang tidak menduduki jabatan resmi tetapi memiliki kekuasaan tidak
langsung. Analisis reputasi ini juga mempunyai kelemahan yaitu subjektifitas informan dalam
memberikan informasi, artinya informan mungkin hanya menunjuk pada tokoh-tokoh yang
12
disukainya sebagai orang-orang yang berpengaruh
13
dan menutupi/tidak menunjuk tokoh-tokoh lain yang berpengaruh tetapi tak disukainya. Selain
itu, yang diketahui informan mungkin hanya tokoh-tokoh dalam bidang-bidang tertentu saja,
tidak untuk bidang lain.
Oleh karena itu, analisis pertama dan kedua ini seringkali digunakan bersama-sama, yaitu
analisis posisi digunakan sebagai pelengkap analisis reputasi, artinya menghubungi orang-orang yang
menduduki posisi penting untuk menanyai siapa-siapa yang ikut dalam pembuatan keputusan.
Analisis yang ketiga adalah analisis keputusan yakni analisis untuk mengetahui siapa-siapa yang
berkuasa dengan cara mengamati dan meneliti siapa-siapa yang ikut mengambil keputusan
melalui beberapa kasus pengambilan keputusan yang dianggap cukup representative. Dapat
diasumsikan bahwa yang mempunyai kekuasaan dalam pengambilan keputusan itu bisa terdiri
atas orang-orang yang mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dalam proses
pengambilan keputusan, maka kiranya analisis keputusan inilah yang paling tepat dan efektif
dalam memperoleh gambaran tentang hubungan kekuasan dalam suatu masyarakat, karena
dengan analisis ini, maka akan dapat diikuti proses pengambilan keputusan sejak awal sampai
akhir, sehingga tokoh-tokoh yang terlibat didalamnya akan dengan mudah diketahui.
Sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang baik atau yang buruk,
namun sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur penting dalam kehidupan suatu masyarakat.
Kekuasaan ada dalam setiap bentuk masyarakat, baik yang bersahaja maupun masyarakat yang
kompleks. Adanya kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dengan yang
dikuasai, atau dengan kata lain, antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan
pengaruh dan pihak lain yang menerima pengaruh itu, dengan rela atau karena terpaksa,
sehingga apabila kekuasaan itu diterjemahkan pada diri seseorang, biasanya orang itu dinamakan
pemimpin, dan mereka yang menerima pengaruh-pengaruhnya adalah pengikut-pengikutnya.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Thoha (2008: 261) menyatakan bahwa Kepemimpinan (leadership) dan manajemen sering
kali disamakan pengertiannya oleh banyak orang. Walaupun demikian antara keduanya terdapat
perbedaan yang penting untuk diketahui. Perbedaannya adalah pemimpin melalui kepengikutan
dan manajemen dapat tanpa kepengikutan. Manajemen difokuskan pada organisasi tertentu,
sedangkan pemimpin dapat meluas diluar tujuan organisasi. Manajemen lebih diarahkan untuk
mencapai tujuan jangka pendek, sedangkan pemimpin pada tujuan jangka pendek, menengah,
dan panjang. Hal ini dapat dikatakan manajemen dengan berbagai aktivitasnya sebagai sarana
kepemimpinan untuk mencapai tujuan tertentu. Studi klasik dari kepemimpinan tersebut
dijabarkan dalam buku Thoha (2010) yaitu: Studi Iowa, Penemuan Ohio, dan Studi
Kepemimpinan Michigan.
Umam (2010: 276) menyatakan bahwa pada intinya, teori kepemimpinan merupakan teori
yang berusaha untuk menerangkan cara pemimpin dan kelompok yang dipimpinya berperilaku
dalam berbagai struktur kepemimpinan, budaya, dan lingkungannya. Berikut beberapa teori
kepemimpinan pada umumnya, yaitu: Teori Sifat, Teori Perilaku, Teori Kelompok, Teori
Kontijensi, Fiedler Model: Contigency Leadership Model, Hersey and Blanchard’s: Situational
Theory, Teori Sedang Tumbuh.
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada
saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Menurut
Kartono (2005: 62) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah cara bekerja dan bertingkah
laku pemimpin dalam membimbing para bawahannya untuk berbuat sesuatu.
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak
yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Max Weber menyatakan bahwa kekuasaan adalah
kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-
kemauannya sendiri sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari
orang- orang atau golongan-golongan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, Kencana, Jakarta, 2011, hal.
455-457.
Max Weber, Essay in Sociology, OxfordUnivercity Press, 1946, hal.180, yangditerjemahkan
oleh Noorkholis dan Tim Penerjemah Promothea, Sosiologi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2006.
Selo Soemardjan, Pola-Pola kepemimpinan Dalam Pemerintahan, ceramah pada Coaching
Management Lembaga Pertahanan Nasional, 7 Maret 1967, tidak diterbitkan, dalam
Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,
hal.288-289.
Thoha, Miftah. 2010. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.
Wijaya, Candra. 2017. Perilaku Organisasi. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia (LPPPI).
15