Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Perilaku
Organisasi

Dosen Pengampu:
Dr. Sofyan, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 7

Nadila Putri (A1D521019)


Muhammad Ij’alni Kamandana Robbi (A1D521020)
Veriana Erfina Agafe Pakpahan (A1D521021)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana
dengan makalah yang berjudul “ Kepemimpinan dan Kekuasaan “ makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perilaku Organisasi.
Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
Perilaku Organisasi yang telah membimbing kami, terima kasih kepada rekan anggota kelompok
yang telah saling membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan terima kasih juga kepada
teman semua sebagai pembaca.
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca, menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Kami
menyadari masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini.

Jambi, Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Perbedaan Manajemen dan Leadership.....................................................................................3
2.2 Penemuan-penemuan Klasik tentang Kepemimpinan...............................................................3
2.3 Teori-teori Kepemimpinan........................................................................................................4
2.4 Gaya Kepemimpinan.................................................................................................................8
2.5 Kekuasaan................................................................................................................................10
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik
dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak
mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling
menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah
impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana
yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola
lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan
sosial manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya
sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan
dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah
dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat
terselesaikan dengan baik. Kepemimpinan pun pada akhirnya akan melahirkan kekuasaan.
Kekuasaan tersebut diharapkan dapat digunakan dengan baik dan tidak disalahgunakan.
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna
menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan tersebut sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, kewenangan kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi
kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang untuk mempengaruhi tingkah laku orang
atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Mirian Budiardjo ; 2002).
Hubungan Kekuasaan dan Kepemimpinan dapat diibaratkan seperti gula dan semut
dimana ada gula disitu ada semut. Seseorang pemimpin yang efektif merupakan pimpinan yang
dapat mengelola kekuasaannya, sehingga pemimpin dapat menggunakan kekuasaannya dengan benar
untuk meningkatkan kinerja para bawahannya.
1
Jika kepemimpinan tanpa kekuasaan tidak ada artinya dan hal tersebut dapat
menyebabkan tidak dapat untuk mengambil keputusan karena pemimpin yang mempunyai
kekuasaan. Jika sebaliknya, kepemimpinan dengan kekuasaan organisasi akan berjalan dengan
efektif.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa perbedaan Manajemen dan Leadership?
2. Bagaimana Penemuan-penemuan Klasik tentang Kepemimpinan?
3. Apa saja teori-teori Kepemimpinan itu?
4. Apa itu Gaya Kepemimpinan?
5. Apa itu Kekuasaan?

1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan antara Manajemen dan Leadership
2. Untuk mengetahui bagaimana Penemuan-penemuan Klasik tentang Kepemimpinan
3. Untuk mengetahui tentang Teori-teori Kepemimpinan
4. Untuk menjelaskan apa itu Gaya Kepemimpinan
5. Untuk menjelaskan apa itu Kekuasaan

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Manajemen dan Leadership


Thoha (2008: 261) menyatakan bahwa Kepemimpinan (leadership) dan manajemen
sering kali disamakan pengertiannya oleh banyak orang. Walaupun demikian antara keduanya
terdapat perbedaan yang penting untuk diketahui. Pada hakikatnya kepemimpinan mempunyai
pengertian agak luas dibandingkan dengan manajemen. Manajemen merupakan jenis pemikiran
yang khusus dari kepemimpinan didalam usahanya mencapai tujuan Kemampuan
Kepemimpinan organisasi. Kunci perbedaan diantara keduanya konsep pemikiran ini adalah
terletak pada istilah organisasi.
Kepemimpinan dapat terjadi setiap saat dan dimana pun asalkan ada seseorang yang berusaha
untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
Dengan demikian kepemimpinan bisa saja terjadi karena berusaha mencapai tujuan seseorang
atau tujuan kelompok, dan itu bisa saja sama atau tidak selaras dengan tujuan organisasi.
Badeni (2013: 129) menyatakan bahwa Persamaan antara manajemen dan Pemimpin
adalah keduanya diarahkan untuk mencapai tujuan suatu organisasi, sedangkan perbedaannya
adalah pemimpin melalui kepengikutan dan manajemen dapat tanpa kepengikutan. Manajemen
difokuskan pada organisasi tertentu, sedangkan pemimpin dapat meluas diluar tujuan organisasi.
Manajemen lebih diarahkan untuk mencapai tujuan jangka pendek, sedangkan pemimpin pada
tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Hal ini dapat dikatakan manajemen dengan
berbagai aktivitasnya sebagai sarana kepemimpinan untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2 Penemuan-Penemuan Klasik Tentang Kepemimpinan


Serangkaian penelitian tentang kepemimpinan mulai dari klasik sampai modern yang
banyak dilakukan di Amerikan Serikat. Studi klasik dari kepemimpinan tersebut dijabarkan
dalam buku Thoha (2010) yaitu:
1. Studi Iowa
Mulanya usaha untuk mempelajari kepemimpinan dilakukan pada tahun 1930 oleh
Ronald Lippitt dan Ralph K. White dibawah pengarahan Kurt Lewin di Universitas Iowa dalam
penelitian ini ada tiga style kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan semaunya sendiri
(laissez faire). Pemimpin otoriter bertindak sangat direktif, selalu memberikan pengarahan, dan
tidak memberikan kesempatan untuk timbulnya partisipasi. Pemimpin demokratis mendorong
kelompok diskusi dan pembuat keputusan. Untuk pemimpin semaunya sendiri (laissez faire)
mmemberikan kebebasan yang mutlak pada kelompok. Suatu pencapaian hasilnya yang terlihat
dalam penelitian ini adalah dicapainya suatu perilaku kelompok yang produktif.

2. Penemuan Ohio
Pada tahun 1945, Biro Penelitian Bisnis dari Universitas Negeri Ohio melakukan
serangkaian penemuan dalam bidang kepemimpinan. Staf peneliti dari Ohio merumuskan
kepemimpinan sebagai suatu perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan
suatu grup ke arah pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal ini pemimpin mempunyai deskripsi
atas dua dimensi, yaitu struktur pembuatan inisiatif (initiating structure), dan perhatian
(consideration).

3. Studi Kepemimpinan Michigan


Kantor riset dari angkatan laut mengadakan kontrak kerjasama dengan Pusat Riset Survei
Universitas Michigan dalam melakukan suatu penelitian. Tujuan kerjasama yaitu untuk
menentukan prinsip-prinsip produktivitas kelompok dan kepuasan kelompok. Dari hasil
penelitian ditemukan bahwa kepuasan karyawan tidak secara langsung berhubungan dengan
produktivitas. Dimana penemuan itu telah memberikan patokan untuk pendekatan hubungan
manusia secara tradisional bagi kepemimpinan.

2.3 Teori-Teori Kepemimpinan

Umam (2010: 276) menyatakan bahwa pada intinya, teori kepemimpinan merupakan teori
yang berusaha untuk menerangkan cara pemimpin dan kelompok yang dipimpinya berperilaku
dalam berbagai struktur kepemimpinan, budaya, dan lingkungannya. Untuk mengetahui teori-
teori
kepemimpinan, dapat dilihat dari beberapa literature yang pada umumnya membahas hal-hal yang
sama. Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang tidak asing lagi bagi literatur-literatur
kepemimpinan pada umumnya.

a. Teori Sifat
Trait theory atau teori sifat adalah merupakan teori kepemimpinan yang berpandangan
bahwa pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
membedakan dengan yang bukan pemimpin. Menurut Herman Sofyandi (2007: 178) teori sifat
kepemimpinan adalah teori yang berusaha untuk mengidentifikasikan karakteristik khas (fisik,
mental, kepribadian) yang diasosiasikan dengan keberhasilan kepemimpinan. Sedangkan
menurut Stephen P.Robbins dan Timothy Judge (2011: 49) teori sifat kepemimpinan adalah
teori-teori yang mempertimbangkan berbagai sifat dan karakteristik pribadi yang membedakan
para pemimpin darimereka yang bukan pemimpin. Dalam kehidupan nyata dapat ditemukan
adanya orang-orang yang mempunyai sifat-sifat luar biasa. Mereka bisa datang dari
pemerintahan, politisi, militer, dan pengusaha.

Terdapat tiga karakteristik berkaitan dengan efektivitas kepemimpinan adalah:


1) Personality, kepribadian: tingkat energi, toleransi terhadap stress, percaya diri,
kedewasaan emosional, dan integritas.
2) Motivation, Motivasi: orientasi kekuasaan tersosialisasi, kebutuhan kuat untuk
berprestasi, memulai diri, membujuk.
3) Ability, kemampuan: keterampilan interpersonal, keterampilan kognitif, keterampilan
teknis.

b. Teori Perilaku
Behavioral theories atau teori perilaku kepemimpinan tumbuh sebagai hasil
ketidakpuasan terhadap Trait theories atau teori sifat karena dinilai tidak dapat menjelaskan
efektivitas kepemimpinan dan gerakan hubungan antara manusia. Teori ini percaya bahwa
perilaku pemimpin secara langsung mempengaruhi efektivitas kelompok. Pemimpin dapat
menyesuaikan gaya kepemimpinan untuk mempengaruhi orang lain dengan efektif.

c. Teori Kelompok
Teori kelompok dalam kepemimpinan ini dasar perkembangannya berakar pada
psikologis social. Dan teori pertukaran yang klasik membantunya sebagai suatu dasar yang
penting bagi
pendekatan teori kelompok. Teori kelompok ini beranggapan dapat mencapai tujuan-tujuannya,
maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif diantara pemimpin dan pengikut-pengikutnya.
Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran antara pemimpin dengan
pengikutnya ini melibatkan pula konsep-konsep sosiologi tentang keinginan-keinginan
mengembangkan peranan.

d. Teori Kontinjensi
Contingency theory dinamakan pula sebagai Situational theory. Wibowo (2014: 275) menyatakan
bahwa Teori ini menganjurkan bahwa efektivitas gaya perilaku pemimpin tertentu tergantung
pada situasi. Apabila situasi berubah diperlukan gaya kepemimpinan yang berbeda. Gaya
kepemimpinan perlu disesuaikan dengan perubahan situasi. Teori ini secara tidak langsung
menantang gagasan bahwa ada dua gaya kepemimpinan sifat.

e. Fiedler Model: Contigency Leadership Model


Fiedler berkeyakinan bahwa pemimpin mempunyai satu gaya kepemimpinan dominan
atau alamiah. Gaya kepemimpinan dinyatakan sebagai Task-motivated atau Relationship-motivated.
Task- motivated memfokuskan pada penyelesaian tujuan, sedangkan pemimpin yang Relationship-
motivated lebih tertarik pada mengembangkan hubungan positif dengan pengikutnya.

f. Hersey and Blanchard’s Situational Theory.


Situational Leardership model Hersey dan Blanchard menekankan pada hubungan antara
pengikut atau follower dan tingkat kedewasaannya atau level of maturity. Pemimpin harus dengan
tepat mempertimbangkan atau secaara intuitif mengetahui tingkat kedewasaan pengikut dan
kemudian menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat tersebut. Gaya
kepemimpinan yang digunakan bergantung pada tingkat kesiapan atau readiness pengikut.

g. Teori Sedang Tumbuh


Wibowo (2014:282) menyatakan bahwa masalah kepemimpinan berkembang sejalan dengan
perkembangan suatu organisasi. Hal tersebut menarik minat dan pemikiran beberapa penulis
tentang model kepemimpinan yang sesuai dengan zamannya.

6
1) Cahrismatic Leadership
Cahrismatic Leadership adalah kemampuan mempengaruhi pengikutnya didasarkan pada
bakat supernatural dan kekuasaan atraktif. Pengikut menikmati bersama charismatic leader
karena mereka merasa terinspirasi, benar dan penting. Pemimpin kharismatik mempunyai
kualitas bakat yang luar biasa, charisma yang memungkinkan mereka memotivasi pengikut untuk
mencapai kinerja luar biasa. Atas dasar perhatiannya pada masa depan pemimpin kharismmatik
dapat diklasifikasi dalam dua tipe:
(a) visionary charismatic leader memfokuskan pada jangka panjang, dan (b) crisis -based charismatic
leader
memfokus pada jangka pendek.
Menurut Ivancevich dan Matteson dalam Semuil Tjiharjadi (2012:29) karakteristik seorang
pemimpin karismatik adalah sebagai berikut:
a. Percaya diri.
b. Memiliki perilaku yang memukau.
c. Mengembangkan pemikiran visioner.
d. Mengkomunikasikan visi.
e. Memiliki pendirian yang teguh, memiliki komitmen yang tinggi terhadap visi.
f. Memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi.

2) Transactional Leadership
Menurtu Badeni (2013: 135) kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang
dalam prosesnya terjadi pertukaran kepentingan/kebutuhan antara pemimpin dan pengikut, dalam
bentuk ekonomis, politis dan psikologis. Dalam transactional leadership pemimpin mengidentifikasi
apa yang diinginkan atau lebih disukai pangikut dan membantu mereka mencapai tingkat kineja
yang menghasilkan reward yang memuaskan mereka. Untuk mencapainya memimpin
mempertimbangkan konsep diri orang dan kebutuhan penghargaan.
Transactional leader menurut Bass dalam Wibowo (2014: 284) mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
a) Contingent reward. Kontrak atas pertukaran reward atas usaha, menjanjikan reward atas kinerja
baik, mengenal penyelesaian.
b) Management by exception (active). Mengamati dan mencari diviasi dari aturan dan standar,
melakukan tindakan korektif.
c) Management by exception (passive). Campur tangan hanya dilakukan apabila standar tidak
dicapai.
d) Laissez-faire. Melepaskan tanggung jawab, menghindari membuat keputusan.
3) Transformational Leadership
Transformational Leadership adalah perspektif kepemiminan yang menjelaskan bagaimana
pemimpin mengubah tim atau organisasi dengan menciptakan, mengomunikasikan dan membuat
model visi untuk organisasi atau unit kerja dan memberi inspirasi pekerja untuk berusaha
mencapai visi tersebut. Transformational Leadership adalah tentang pemimpin, mengubah strategi
dan budaya organisasi sehingga menjadi lebih sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Transformational
Leadership adalah agen perubahan yang memberi energi dan mengarahkan pekerja serangkaian
nilai-nilai dan perilaku baru organisasi.

2.4 Gaya Kepemimpinan


Istilah gaya secara kasar adalah sama dengan cara yang dipergunakan pemimpin di dalam
mempengaruhi para pengikutnya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang
digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain
seperti yang ia lihat. Menurut Kartono (2005: 62) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah
cara bekerja dan bertingkah laku pemimpin dalam membimbingpara bawahannya untuk berbuat
sesuatu.

Sopiah (2008: 112) menyatakan bahwa para peneliti telah mengidentifikasikan dua gaya
kepemimpinan yaitu gaya yang berorientasi pada tugas dan gaya yang berorientasi pada
karyawan. Manajer yang berorientasi pada tugas mengarahkan dan mengawasi bawahannya
secara ketat untuk menjamin bahwa tugas yang dilaksanakan secara memuaskan. Seorang
manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan seperti ini lebih mementingkan terlaksananya
tugas daripada perkembangan dan pertumbuhan karyawan.

Manajer yang berorientasi pada karyawan berusaha untuk memotivasi daripada menyupervisi
bawahannya. Mereka mendorong anggota kelompok untuk melaksanakan tugas dengan
membiarkan anggota kelompok ikut berpatisipasi dalam pengambilan keputusan yang
berpengaruh kepada mereka dan membina hubungan yang akrab, penuh kepercayaan, dan penuh
penghargaan pada anggota kelompoknya.

8
a. Gaya Kepemimpinan Kontinum
Gaya ini sebenarnya termasuk klasik. Thoha (2011: 304) menyatakan bahwa Orang yang
pertama kali memperkenalkan ialah Tannenbaum dan Schmidt. Ada tujuh model gaya pembuatan
keputusan yang dilakukan pemimpin. Ketujuh model ini masih dalam kerangka dua gaya
otokratis dan demokratis, ketujuh model pengambilan keputusan pemimpin itu antara lain:
1) Pemimpin membuat sebuah keputusan dan kemudian mengumumkan kepada bawahannya.
2) Pemimpin menjual keputusan. Dalam hali ini pemimpin masih banyak menggunakan
otoritas yang ada padanya, sehingga sama persis dengan yang pertama.
3) Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran dan ide-ide, dan mengundang pertanyaan-
pertanyaan.
4) Pemimpin memberikan keputusan bersifat sementara yang kemungkinan dapat diubah.
5) Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran dan membuat keputusan.
6) Pemimpin merumuskan batasan-batasannya, dan meminta kelompok bawahan untuk
membuat keputusan.
7) Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsifungsinya dalam batas-batas yang
telah dirumuskan oleh pimpinan.

b. Gaya Managerial Grid


Salah satu usaha yang terkenal dalam rangka mengidentifikasikan gaya kepemimpinan
yang ditetapkan dalam manajemen ialah Managerial Grid. Usaha ini dilakukan oleh Blake dan
Mouton. Menurut Blake dan Mouton dalam Thoha (2011:307), ada empat gaya kepemimpinan
yang dikelompokkan sebagai gaya ekstrem, sedangkan lainnya hanya satu gaya yang dikatakan
di tengah- tengah gaya ekstrem tersebut. Gaya kepemimpinan dalam Managerial Grid itu antara
lain sebagai berikut:
1) Pada Grid 1.1 manajer sedikit sekali usahanya untuk memikirkan orang-orang yang
bekerja dengannya,dan produksi yang seharusnya dihasilkan oleh organisasinya. Dalam
menjalankan tugas manajer dalam Grid ini menganggap dirinya sebagai perantara yang
hanya
2) Pada Grid 9.9 manajer mempunnyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan
baik produksi maupun orang-orang yang bekerja dengannya. Dia mampu untuk
memadukan kebutuhan-kebutuhan produksi dengan kebutuhan orang-orang secara
individu.
3) Pada Grid 1.9 ini gaya kepemimpinandari manajer ialah mempunyai rasa tanggung
jawab yang tinggi untuk selalu memikirkan orang-orang yang bekerja dalam
organisasinya.
4) Pada Grid 9.1 ini kadangkala manajer disebut sebagai manajer yang menjalankan tugas
secara otokratis. Manajer semacam ini hanya mau memikirkan tentang usaha
peningkatan efesiensi pelaksanaan kerja, tidak mempunyai atau hanya sedikit rasa
tanggung jawabnya pada orang- orang yang bekerja dalam organisasinya.

2.5 Kekuasaan

Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak


yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan
dan dijalankan. Kekuasaan mencakup kemampuan untuk memerintah agar yang diperintah patuh
dan juga memberi keputusan-keputusan yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi
tindakan-tindakan pihak lainnya. Max Weber menyatakan bahwa kekuasaan adalah kesempatan
seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya
sendiri sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau
golongan-golongan tertentu. Sarana pelaksanaan kekuasaan dapat berupa :
1. Saluran militer
Tujuannya adalah untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat sehingga mereka
tunduk pada kemauan penguasa. Untuk itu dalam organisasi militer sering dibentuk
pasukan khusus, dinas rahasia dan satuan pengamanan kerusuhan. Apabila pengaruh
militer ditujukan ke Negara lain, tujuannya adalah menciptakan rasa aman (security) agar
penguasa dicintai warganya.
2. Saluran ekonomi
Pengusaha berusaha menguasai segala jaringan ekonomi, sehingga penguasa dapat
menyalurkan perintah-perintahnya, melalui berbagai peraturan perekonomian, baik
masalah modal, buruh, ekspor-impor dan sebagainya.
3. Saluran politik
Penguasa sengaja membuat berbagai peraturan yang harus ditaati masyarakat agar
berbagai perintahnya berjalan lancar. Untuk itu sengaja diangkat pejabat yang loyal.

10
4. Saluran tradisi
Penguasa mempelajari dan memanfaatkan tradisi yang berlaku dalam masyarakat, guna
kelancaran pemerintahan.
5. Saluran Ideologi
Penguasa mengemukakan serangkaian ajaran dan doktrin sehingga menjadi ideiologi
bangsa sekaligus menjadi dasar pembenaran segala sikap dan tindaknnya sebagai
penguasa.
6. Saluran lainnya. Berupa pers, kebudayaan, keagamaan dan sebagainya.

Kekuasaan dapat dilihat pada interaksi sosial antar manusia maupun antar kelompok yang
mempunyai beberapa unsur pokok, yaitu :
1. Rasa takut
Perasaan takut pada seseorang akan menimbulkan kepatuhan terhadap segala kemajuan
dan tindakan orang yang ditakuti tersebut. Rasa takut merupakan gejala universal yang
terdapat disegala tempat dan biasanya dipergunakan sebaik-baiknya dalam masyarakat
yang mempunyai pemerintahan otoriter.
2. Rasa Cinta
Rasa cinta menghasilkan perbuatan yang pada umumnya bersifat posesif, apabila ada
suatu reaksi positif dari masyarakat yang dikuasai maka sistem kekuasaan akan dapat
berjalan dengan baik dan teratur.
3. Kepercayaan
Kepercayaan bisa timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih
yang bersifat asosiatif. Soal kepercayaan sangat penting demi kelanggengan kekuasaan.
4. Pemujaan
Sistem kepercayaan mungkin dapat disangkal oleh orang lain, tetapi sistem pemujaan
membawa seseorang dan kelompok untuk membenarkan segala sesuatu yang datang dari
penguasa tersebut.
Kekuasaan yang telah dilaksanakan, memerlukan serangkaian cara atau usaha-usaha untuk
mempertahankannya. Setiap penguasa (pemimpin) yang telah memegang kekuasaan didalam
masyarakat, demi stabilnya masyarakat, akan berusaha untuk mempertahankannya. Cara-cara atau
usaha-usaha yang dapat dilakukannya adalah antara lain :
1. Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama peraturan
dalam bidang politik, yang merugikan kedudukan penguasa. Peraturan-peraturan tersebut
akan
digantikan oleh peraturan-peraturan baru yang akan menguntungkan penguasa. Keadaan
tersebut biasanya terjadi pada waktu ada pergantian kekuasaan dari seseorang penguasa
kepada penguasa lain (yang baru)
2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan(belief-systems) yang akan dapat memperkokoh
kedudukan penguasa atau golongannya. Sistem kepercayaan meliputi agama, ideologi
dan seterusnya.
3. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik
4. Mengadakan konsolidasi horizontal dan vertikal.
Cara mengetahui siapa atau siapa saja yang berkuasa dalam suatu sistem politik atau dalam
suatu masyarakat, dapat dikemukakan tiga analisis sebagai berikut: Pertama, dengan analisis
posisi, ialah suatu analisis untuk mengetahui siapa yang berkuasa atau mempunyai pengaruh yang
besar dalam pembuatan keputusan politik dengan melihat posisinya dalam lembaga pemerintahan.
Hak ini, sebenarnya didasarkan pada suatu asumsi bahwa pejabat-pejabat yang menduduki posisi-
posisi yang tinggi dalam lembaga pemerintahan cenderung secara politis mempunyai kekuasaan
yang besar pula. Untuk mengetahui siapa yang menduduki posisi yang tinggi itu tidaklah sukar,
karena pada umumnya telah diarsipkan dalam dokumen yang lengkap, akan tetapi, kelemahan
analisis ada dua, yaitu memasukkan ke dalam kategori pembuat keputusan tokoh-tokoh boneka
tetapi tidak mempunyai kekuasaan apa-apa karena orang lain yang memutuskan untuknya, hanya
sekedar mengesahkan keputusan yang telah dibuat orang lain. Lainnya bahwa mungkin dapat
dimasukkan orang-orang yang secara informasi mempunyai pengaruh pada kelompok-kelpompok
pembuat keputusan. Analisis posisi ini cenderung membesar-besarkan pengaruh semua dan
meremehkan pengaruh tidak langsung.
Kedua, analisis reputasi, yaitu analisis untuk mengidentifikasikan pihak berkuasa yang
tidak didasarkan pada bagian organisasi resmi akan tetapi pada reputasi kekuasaan mereka secara
informal. Hal ini dapat diketahui dengan menanyai informan-informan yang mengetahui
mekanisme politik dari dekat. Hal ini didasarkan atas anggapan bahwa partisipan dalam suatu
sistem mengetahui siapa yang ikut dalam pengambilan keputusan atau siapa yang berpengaruh
kuat dan siapa yang tidak terpengaruh. Dengan cara ini, akan termasuk dalam kategori yang
berkuasa aktor-aktor yang tidak menduduki jabatan resmi tetapi memiliki kekuasaan tidak
langsung. Analisis reputasi ini juga mempunyai kelemahan yaitu subjektifitas informan dalam
memberikan informasi, artinya informan mungkin hanya menunjuk pada tokoh-tokoh yang

12
disukainya sebagai orang-orang yang berpengaruh

13
dan menutupi/tidak menunjuk tokoh-tokoh lain yang berpengaruh tetapi tak disukainya. Selain
itu, yang diketahui informan mungkin hanya tokoh-tokoh dalam bidang-bidang tertentu saja,
tidak untuk bidang lain.
Oleh karena itu, analisis pertama dan kedua ini seringkali digunakan bersama-sama, yaitu
analisis posisi digunakan sebagai pelengkap analisis reputasi, artinya menghubungi orang-orang yang
menduduki posisi penting untuk menanyai siapa-siapa yang ikut dalam pembuatan keputusan.
Analisis yang ketiga adalah analisis keputusan yakni analisis untuk mengetahui siapa-siapa yang
berkuasa dengan cara mengamati dan meneliti siapa-siapa yang ikut mengambil keputusan
melalui beberapa kasus pengambilan keputusan yang dianggap cukup representative. Dapat
diasumsikan bahwa yang mempunyai kekuasaan dalam pengambilan keputusan itu bisa terdiri
atas orang-orang yang mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dalam proses
pengambilan keputusan, maka kiranya analisis keputusan inilah yang paling tepat dan efektif
dalam memperoleh gambaran tentang hubungan kekuasan dalam suatu masyarakat, karena
dengan analisis ini, maka akan dapat diikuti proses pengambilan keputusan sejak awal sampai
akhir, sehingga tokoh-tokoh yang terlibat didalamnya akan dengan mudah diketahui.
Sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang baik atau yang buruk,
namun sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur penting dalam kehidupan suatu masyarakat.
Kekuasaan ada dalam setiap bentuk masyarakat, baik yang bersahaja maupun masyarakat yang
kompleks. Adanya kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dengan yang
dikuasai, atau dengan kata lain, antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan
pengaruh dan pihak lain yang menerima pengaruh itu, dengan rela atau karena terpaksa,
sehingga apabila kekuasaan itu diterjemahkan pada diri seseorang, biasanya orang itu dinamakan
pemimpin, dan mereka yang menerima pengaruh-pengaruhnya adalah pengikut-pengikutnya.
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Thoha (2008: 261) menyatakan bahwa Kepemimpinan (leadership) dan manajemen sering
kali disamakan pengertiannya oleh banyak orang. Walaupun demikian antara keduanya terdapat
perbedaan yang penting untuk diketahui. Perbedaannya adalah pemimpin melalui kepengikutan
dan manajemen dapat tanpa kepengikutan. Manajemen difokuskan pada organisasi tertentu,
sedangkan pemimpin dapat meluas diluar tujuan organisasi. Manajemen lebih diarahkan untuk
mencapai tujuan jangka pendek, sedangkan pemimpin pada tujuan jangka pendek, menengah,
dan panjang. Hal ini dapat dikatakan manajemen dengan berbagai aktivitasnya sebagai sarana
kepemimpinan untuk mencapai tujuan tertentu. Studi klasik dari kepemimpinan tersebut
dijabarkan dalam buku Thoha (2010) yaitu: Studi Iowa, Penemuan Ohio, dan Studi
Kepemimpinan Michigan.
Umam (2010: 276) menyatakan bahwa pada intinya, teori kepemimpinan merupakan teori
yang berusaha untuk menerangkan cara pemimpin dan kelompok yang dipimpinya berperilaku
dalam berbagai struktur kepemimpinan, budaya, dan lingkungannya. Berikut beberapa teori
kepemimpinan pada umumnya, yaitu: Teori Sifat, Teori Perilaku, Teori Kelompok, Teori
Kontijensi, Fiedler Model: Contigency Leadership Model, Hersey and Blanchard’s: Situational
Theory, Teori Sedang Tumbuh.
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada
saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Menurut
Kartono (2005: 62) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah cara bekerja dan bertingkah
laku pemimpin dalam membimbing para bawahannya untuk berbuat sesuatu.
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak
yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Max Weber menyatakan bahwa kekuasaan adalah
kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-
kemauannya sendiri sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari
orang- orang atau golongan-golongan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, Kencana, Jakarta, 2011, hal.
455-457.
Max Weber, Essay in Sociology, OxfordUnivercity Press, 1946, hal.180, yangditerjemahkan
oleh Noorkholis dan Tim Penerjemah Promothea, Sosiologi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2006.
Selo Soemardjan, Pola-Pola kepemimpinan Dalam Pemerintahan, ceramah pada Coaching
Management Lembaga Pertahanan Nasional, 7 Maret 1967, tidak diterbitkan, dalam
Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,
hal.288-289.
Thoha, Miftah. 2010. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.
Wijaya, Candra. 2017. Perilaku Organisasi. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia (LPPPI).

15

Anda mungkin juga menyukai