Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH

“RISET DAKWAH PARTISIPASIF”

Mata Kuliah : Ilmu Dakwah


Dosen Pengampu : Dr. H. Nukman, M.A

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 12

Nama : Arifkah
Nim : 14220230076
Kelas : B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan


karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah terkait “RISET
DAKWAH PARTISIPASIF” ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen kami pada mata kuliah ini, khususnya Dr. H. Nukman, M.A
yang telah memberikan penugasan kepada kami pada mata kuliah Ilmu
Dakwah.

Kami berharap Makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah


pemahaman dan pengetahuan kita terkhususnya pada “RISET DAKWAH
PARTISIPASIF”

Kami mengetahui bahwa Makalah ini masih mempunyai banyak


kekurangan dan belum lengkap.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun


yang membacanya. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.

Makassar, 1 November 2023

ARIFKAH

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................2

C. Tujuan Makalah..................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Definisi Dakwah..................................................................................................3

B. Pengertian Strategi Dakwah.............................................................................4

1. Strategi..............................................................................................................4
2. Pentingnya Strategi Dakwah..........................................................................5
3. Cara Bagaimana Kita Menyiapkan Pesan Dakwah....................................6
C. Tujuan Dakwah...................................................................................................7

D. Peranan Dakwah..............................................................................................16

E. Aplikasi Metode Dakwah.................................................................................17

PENUTUP......................................................................................................................18
A. Kesimpulan........................................................................................................18

B. Saran..................................................................................................................18

Calon perawat harus mengetahui pentingnya riset dakwah partisifasif (RDP)


dengan melakukan asuhan keperawatan di dunia kerja maupun praktek klinik
keperawatan dengan baik........................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penelitian legendaris (sebut saja begitu) tentang dunia
dakwah (khususnya dunia tabligh) dilakukan oleh Moeslim
Abdurrahman (1985) dalam bukunya (Asep Saeful Muhtadi & Maman
Abd.Djaliel) Penelitian itu mencoba mengungkap relasi antara
mubaligh dan mubalagh-nya (yang di-tabligh-i). Hasilnya adalah
sebuah piramida terbalik. Maksudnya, para mubaligh (berkat
kegiatan tabligh-nya yang juga mendatangkan pemasukan yang tidak
sedikit) menghuni lapisan elit, baik secara ekonomis, politis maupun
sosiologis. Sementara itu, masyarakat dakwah (mubalagh) menghuni
lapisan mayoritas bawah yang tidak berdaya. Dengan kegiatan
tabligh yang dilakukannya, seorang mubaligh dapat mendongkrak
status sosial maupun ekonominya di tengah-tengah masyarakat
didakwahinya, Inilah yang secara metologis disebut Riset Dakwah
Partisipatif (RDP). Metode ini memiliki karakteristik utama, yaitu
peneliti tidak mengambil jarak dengan objek karena ia bertindak
sebagai dai yang menempatkan mad’u bukan sebagai objek yang
diteliti, tetapi sebagai mitra dakwah yang dimotivasi untuk memahami
kondisi diri dan lingkungan .(Asep Saeful Muhtadi & Maman Abd.
Djaliel “Metode Penelitian Dakwah, 2003 : 50”)
Pada wilayah lain, seorang dai dapat juga bertindak sebagai
seorang sosiolog yang cerdik dalam mengidentifikasi keadaan
masyarakat yang didakwahinya. Sambil bertindak sebagai pelaku
aktif, ia juga dapat melakukan penelitian tentang takdir-takdir
jasadiyah dari masyarakat, seperti keadaan masyarakat menurut
jenis kelamin dan umur. Jika suatu masyarakat didominasi oleh
perempuan, misalnya, komunikasi akan didominasi oleh persoalan

3
yang menyangkut masalah-masalah perempuan.
Disamping itu, sang dai juga dapat melakukan proses identifikasi
terhadap struktur takdir jasadiyah dan rohaniyah. Di antara mereka,
ada yang memiliki kadar intelektual yang tinggi, misalnya sarjana,
master, atau dokter. Informasi mengenai hal ini sangat berguna
dalam menentukan jenis informasi dakwah yang harus disampaikan
kepada mereka, serta tingkat bahasa dakwah yang harus dipakai.
Pada bagian muka tulisan ini, telah disinggung mengenai salah satu
prinsip dakwah, yaitu mempertimbangkan kondisi intelektual dan
kultural mad’u atau masyarakat dakwah (“berbicaralah kepada
mereka sesuai dengan kadar kemampuan mereka”).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Dakwah?
2. Bagaimana Strategi Dakwah?
3. Apa Tujuan Dari Dakwah?
4. Apa Saja Peranan Dakwah?
5. Apa Saja Aplikasi Dari Dakwah?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui Definis Dakwah?
2. Mengetahuistrategi Dakwah?
3. Mengetahui Tujuan Dari Dakwah?
4. Mengetahui Peranan Dakwah?
5. Mengetahui Aplikasi Dari Dakwah?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Dakwah
Banyak para ahli yang memberikan definisi dakwah islam baik
secara etimologi (bahasa) maupun secara istilah. Meskipun terdapat
perbedaan-perbedaan dalam memberikan definisi dakwah islam
namun pada intinya adalah sama yaitu mengindikasikan kepada
suatu upaya untuk mengajak orang lain agar berubah yaitu
perubahan tingkah laku yang jelek kepada tingkah laku yang baik.
Upaya tersebut banyak dilakukan oleh para pelaku dakwah
sebagaimana lazimnya tabligh atau ceramah yang dilakukan oleh
para kiyai di atas mimbar. Pengertian ini sesuai dengan asal kata
dakwah yang berasal dari bahasa arab yaitu dari kata da’a, yad’u
yang berati panggilan, ajakan atau seruan.(Aep Kusnawan, 2004 :
7)
Secara Etimologis, Dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu da’a
yad’u da’wan, du’a yang diartikan sebagai mengajak/ menyeru,
memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Istilah dakwah
sering diberi arti yang sama dengan istilh-istilah tabligh, amar ma’ruf
dan nahi mungkar, mau’idhoh hasanah, tabsyir, washiyah, tarbiyah,
ta’lim dan khotbah. (skripsi Titin, “Adat dalam Persepektif Dakwah” :
2014).
Betapa pun definisi-definisi banyak redaksi yang berbeda,
namun dapat disimpulkan dakwah merupakan aktifitas dan upaya
untuk mengubah manusia, lebih dari itu, istilah dakwah mencakup
pengertian antara lain :
1. Dakwah adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang bersifat
menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan
agama islam.
2. Dakwah adalah suatu proses penyampaian ajaran islam yang

5
dilakukan secara sadar dan sengaja.
3. Dakwah adalah suatu aktifitas yang pelaksanaanya bisa
dilakukan dengan berbagai cara atau metode.
4. Dakwah adalah kegiatan yang direncanakan dengan tujuan
mencari kebahagiaan hidup dengan dasar keridhoan Allah.
5. Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan
untuk mengubah pandangan hidup, sikap bathin dan perilaku
umat yang tidak sesuai dengan ajaran islam menjadi sesuai
dengan tuntunan syariat untuk memperoleh kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. (M.Munir dan Wahyu ilahi, 2009: 21)

Memahami dari makna dakwah itu sendiri, kegiatan dakwah sering


dipahami sebagai usaha untuk memberikan solusiislam terhadap
berbagai masalah dalam kehidupan.Masalah kehidupan mencakup
dari padanya kehidupan yang mengenai aspek sosial, sosial,
hukum, politik, sains, tekhnologi dan sebagainya.

Dari beberapa pengertian dakwah diatas, maka dapat ditarik


suatu kesimpulan, dakwah yaitu menyampaikan dan memanggil
serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nyadalam mencapai
kehidupan bahagia di dunia dan akherat, sesuai dengan tuntunan
dan contoh Rosulullah Saw. ( Hasanuddin, 1996:25 )

B. Pengertian Strategi Dakwah


1. Strategi
Pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan
management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencpai
tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan
yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus
menunjukkan bagaimana tekhnik (cara) operasionalnya. Dengan
demikian strategi dakwah merupakan perpaduan dari
perencanaan (planning) dan management dakwah untuk

6
mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai tujuan tersebut
strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara tekhnik (taktik) harus dilakukan, dalam arti
kat bahwa pendekatan (approach) biasa berbeda sewaktu-waktu
bergantung pada situasi dan kondisi.
Untuk mantapnya strategi dakwah, maka segala sesuatunya
harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang
merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell,
yaitu:
a. Who? (Siapa da'i atau penyampai pesan dakwahnya?)
b. Says What? (Pesan apa yang disampaikan?)
c. In Which Channel? (Media apa yang digunakan?)
d. To Whom? (Siapa Mad'unya atau pendengarnya?)
e. With what Effect? (Efek apa yang diharapkan?) Pertanyaan
"efek apa yang diharapkan" secara emplisit mengandung
pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama.
Pertanyaan tersebut, yakni : When (Kapan
dilaksanakannya?), How (Bagaimana melaksanakannya?),
Why (Mengapa dilaksanakan demikian?) Tambahan
pertanyaan tersebut dalam strategi dakwah sangat penting,
karena pendekatan (approach) terhadap efek yang
diharapkan dari suatu kegiatan dakwah bisa berjenis-jenis,
yakni : Menyebarkan Informasi, Melakukan Persuasi,
Melaksanakan Instruksi.

2. Pentingnya Strategi Dakwah


Pentingnya strategi dakwah adalah untuk mencapai tujuan,
sedangkan pentingnya suatu tujuan adalah untuk mendapatkan
hasil yang diinginkan. Fokus perhatian dari ahli dakwah memang
penting untuk ditujukan kepada strategi dakwah, karena berhasil
tidaknya kegiatan dakwah secara efektif banyak ditentukan oleh

7
strategi dakwah itu sendiri. Dengan demikian strategi dakwah,
baik secara makro maupun secar mikro mempunyai funsi ganda,
yaitu :
a. Menyebarluaskan pesan-pesan dakwah yang bersifat
informative, persuasive dan instruktif secara sistematik
kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.
b. Menjembatani "Cultur Gap" akibat kemudahan diperolehnya
dan kemudahan dioperasionalkannya media yang begitu
ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilaii- nilai dan
norma-norma agama maupun budaya. Bahasan ini sifatnya
sederhana saja, meskipun demikian diharapkan dapat
menggugah perhatian para ahli dakwah dan para calon
pendakwah yang sedang atau akan bergerak dalam kegiatan
dakwah secara makro, untuk memperdalaminya. Jika kita
sudah tau dan memahami sifat-sifat mad'u, dan tahu pula
efek apa yang kita kehendaki dari mereka, memilih cara
mana yang kita ambil untuk berdakwah sangatlah penting,
karena ini ada kitannya dengan media yang harus kita
gunakan.

3. Cara Bagaimana Kita Menyiapkan Pesan Dakwah


Cara bagaimana kita menyampaikan pesan dakwah tersebut,
kita biasa mengambil salah satu dari dua tatanan di bawah ini :
a. Dakwah secara tatap muka (face to face)
1) Dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan
tingkah laku (behavior change) dari mad'u.
2) Sewaktu menyampaikan memerlukan umpan balik
langsung (immediate feedback).
3) Dapat saling melihat secara langsung dan bisa
mengetahui apakah mad'u memperhatikan kita dan
mengerti apa yang kita sampaikan.

8
4) Sehingga umpan balik tetap menyenangkan kita.
Kelemahannya mad'u yang dapat diubah tingkah lakunya
relative, sejauh bisa berdialog dengannya.

b. Dakwah melalui media.


1) Pada umumnya banyak digunakan untuk dakwah
informatife.
2) Tidak begitu ampuh untuk mengubah tingkah laku.
3) Kelemhannya tidak persuasive
4) Kelebihannya dapat mencapai mad'u dalam jumlah yang
besar.

C. Tujuan Dakwah
Dakwah yang dilaksanakan harus mempunyai tujuan
tertentu.Tujuan ini dapat dirumuskan sedemikian rupasehingga
jelas apapun yang hendak dicapai.Di dalam promosi dakwah,tujuan
adalah merupakan salah satu faktor yang sangat penting.Dengan
tujuan itulah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam
pelaksanaan dakwah.(Hasanudin,1996:33).
Tujuan merupakan sebuah pernyataan yang memiliki makna,
yaitu keinginan yang dijadikan pedoman bagi manajemen puncak
organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan
dalam dimensi waktu tertentu.Tujuan diasumsikan berbeda dengan
sasaran.Dalam tujuan memiliki target-target tertentu untuk dicapai
dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan sasaran adalah
pernyataan yang telah ditetapkan oleh manjemen puncak umtuk
menentukan arah organisasi dalam jangka panjang.
Menurut A. Rosyad Shaleh (1996:34) tujuan dakwah dapat
dirumuskan dalam dua kerangka, yaitu tujuan untuk mencapai suatu
nilai atau hasil terakhir yang merupakan tujuan utama (major
objective). Dan tujuan untuk mencapai nilai atau hasil dalam bidang-

9
bidang khusus yang merupakan tujuan atau sasaran
departemential. Tujuan utama dan tujuan departemential adalah
dilihat dari segi hierarkinya. Sedang bila dilihat dari proses
pencapaiannya, tujuan utama adalah merupakan ultimategoal atau
tujuan akhir. Sedangkan tujuan departemential merupakan
intermediategoal atau tujuan perantara
Menurut H.M. Arifin (1996:34) tujuan dakwah adalah untuk
menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan ajaran
agama yang di bawakan oleh aparat dakwah atau penerang
agama. Oleh karena itu ruang lingkup dakwah adalah menyangkut
masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi
yang bersifat positif dalamsegala lapangan hidup manusia
Syekh Ali Mahfudz (1996:34) merumuskan, bahwa tujuan
dakwah ada lima perkara yaitu :
1. Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah
danmeluruskan amal perbuatan manusia, terutama budi
pekertinya.
2. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada keadaan
yang baik

3. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan


diantara kaum muslim.

4. Menolak faham atheism, dengan mengimbangi cara-cara mereka


bekerja.

5. Menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khurafat atau


kepercayaan yang tidak bersumber dari agama dengan
mendalami ilmu ushuludin. (H. Hasanuddin, 1996:33).

Tujuan dakwah secara umumadalah mengubah perilaku


sasaran dakwah agar mau menerima ajaran islam dan
mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari- hari,

10
baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi keluarga, maupun
sosial kemasyarakatannya, agar terdapat kehidupan yang penuh
dengan keberkahan samawi dan keberkahan ardhi mendapat
kebaikan dunia dan akhirat, serta terbebas dari adzab neraka.
Tujuan-tujuan umum ini harus dirumuskan ke dalam tujuan-
tujuan yang lebih operasional dan dapat dievaluasi keberhasilannya
yang telah dicapainya (H. Rosadi, A.S. 1992 : 2) misalnya, tingkat
keistiqomahan didalam mengerjakan shalat, tingkat keamanahan
dan kejujurannya, berkurangnya angka kemaksiatan, ramainya
shalat berjama’ah di masjid, berkurangnya tingkat pengangguran,
penjualan minuman keras, dan lain sebagainya. (Didin Hafidhuddin,
2001 :78).
Begitu pun menurut H.M. Arifin, (2004:4), bahwa program
kegiatan dakwah tidak ada lain adalah untuk menumbuhkan
pengertian, kesadaran, penghayatan dan ajaran agama yang
dibawakan oleh aparat dakwah. Oleh karena itu ruang lingkup
dakwah adalah menyangkut masalah pembentukan sikap mental
dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam segala
lapangan hidup manusia.
Salah satu penelitian legendaris (sebut saja begitu) tentang
dunia dakwah (khususnya dunia tabligh) dilakukan oleh Moeslim
Abdurrahman (1985) dalam bukunya (Asep Saeful Muhtadi &
Maman Abd.Djaliel) Penelitian itu mencoba mengungkap relasi
antara mubaligh dan mubalagh-nya (yang di-tabligh-i). Hasilnya
adalah sebuah piramida terbalik. Maksudnya, para mubaligh (berkat
kegiatan tabligh-nya yang juga mendatangkan pemasukan yang
tidak sedikit) menghuni lapisan elit, baik secara ekonomis, politis
maupun sosiologis. Sementara itu, masyarakat dakwah (mubalagh)
menghuni lapisan mayoritas bawah yang tidak berdaya. Dengan
kegiatan tabligh yang dilakukannya, seorang mubaligh dapat
mendongkrak status sosial maupun ekonominya di tengah-tengah

11
masyarakat didakwahinya, Inilah yang secara metologis disebut
Riset Dakwah Partisipatif (RDP). Metode ini memiliki karakteristik
utama, yaitu peneliti tidak mengambil jarak dengan objek karena ia
bertindak sebagai dai yang menempatkan mad’u bukan sebagai
objek yang diteliti, tetapi sebagai mitra dakwah yang dimotivasi
untuk memahami kondisi diri dan lingkungan .(Asep Saeful Muhtadi
& Maman Abd. Djaliel “Metode Penelitian Dakwah, 2003 : 50)
Pada wilayah lain, seorang dai dapat juga bertindak sebagai
seorang sosiolog yang cerdik dalam mengidentifikasi keadaan
masyarakat yang didakwahinya. Sambil bertindak sebagai pelaku
aktif, ia juga dapat melakukan penelitian tentang takdir-takdir
jasadiyah dari masyarakat, seperti keadaan masyarakat menurut
jenis kelamin dan umur. Jika suatu masyarakat didominasi oleh
perempuan, misalnya, komunikasi akan didominasi oleh persoalan
yang menyangkut masalah-masalah perempuan.
Disamping itu, sang dai juga dapat melakukan proses identifikasi
terhadap struktur takdir jasadiyah dan rohaniyah. Di antara mereka,
ada yang memiliki kadar intelektual yang tinggi, misalnya sarjana,
master, atau dokter. Informasi mengenai hal ini sangat berguna
dalam menentukan jenis informasi dakwah yang harus disampaikan
kepada mereka, serta tingkat bahasa dakwah yang harus dipakai.
Pada bagian muka tulisan ini, telah disinggung mengenai salah satu
prinsip dakwah, yaitu mempertimbangkan kondisi intelektual dan
kultural mad’u atau masyarakat dakwah (“berbicaralah kepada
mereka sesuai dengan kadar kemampuan mereka”).
1. Unsur-unsur dakwah
Dakwah dalam prosesnya dipandanga sebagai pembawa
perubahan, atau suatu proses dan hasil. Penyampaian pesan
dilakukan oleh manusia dari kepada manusia pada umumnya,
dengan menyesuaikan situasi dan kondisi manusia- manusia itu
sendiri dalam rangka mengubah situasi lain menjadi yang lebih

12
baik sesuai ajaran agama islam. Dan dalam proses perubahan
tersebut, terdiri dari beberapa unsur yaitu :
a. Da’i ( pelaku dakwah )

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah


baiklisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik
secara individu, kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.
b. Mad’u ( objek dakwah )

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah,


atau manusia penerima dakwah baik sebagai individu
maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama
islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara
keseluruhan.
c. Maddah ( materi dakwah )

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang


disampaikan da’i kepada mad’u.
d. Wasilah ( media dakwah )

Wasilah dakwah adalah alat yang digunakan untuk


menyampaikan materi dakwah kepada mad’u. Hamzah
Yakub dalam bukunya (Wahyu Ilahi & Munir) membagi
wasilah dalam lima macam yaitu : lisan, tulisan, lukisan,
audiovisual, dan akhlak.
e. Thariqah ( metode )

Thariqah mempunyai pengertian suatu cara yang bisa


ditempuh atau cara yang di tentukan secara jelas untuk
mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana
system, tata piker manusia.
f. Atsar ( efek dakwah )

Atsar sering disebut juga feed back (umpan balik) dari


proses dakwah ini sering di lupakan atau tidak banyak

13
menjadi perhatian para da’i. (Wahyu Ilahi & Munir, 2006 :
21-34).
Adapun metode atau cara yang dilakukan oleh para
pendakwah banyak berbagai macam yang dilakukan sama
seperti yang dilakukan oleh Juru kunci yang memberikan
pengarahan kepada para peziarah, jalan atau cara yang dipakai
oleh juru kunci dakwah yang disampaikan mengenai pesan apa
yang menjadi perananya sebagai kuncen yaitu meluruskan

niatan para peziarah, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi


disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu
bisa saja di tolak oleh si penrima pesan. Merajuk dalam makna
Al-Qur’an Surat An-Nahl : 125

125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan


hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.

Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat


membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

14
Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu: bi al-
hikmah, mau’izatul hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan.
Secara garis besar ada tiga pokok metode dakwah yaitu :
a. Bi Al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan
situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik
beratkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam
menjalankan ajaran –ajaran islam selanjutnya, mereka tidak
lagi merasa terpaksa dan keberatan
b. Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan membrikan
nasihat- nasihat atau menyampaikan ajaran –ajaran islam
dengan rasa kasih saying, sehingga nasihat dan ajaran
islam yang disampaikan itu menyentuh hati mereka

c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara


bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang
sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-
tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi
sasaran dakwah Sementara itu, untuk mewujudkan seorang
da’i yang professional yang mampu memecahkan kondisi
madunya sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang
dihadapi oleh objek dakwah, ada beberapa krieria.
Adapun sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh seorang
da’i secara umum, yaitu:
a. Mendalami al-Qur’an, Sunnah dan sejarah kehidupan
Rasul, serta khulafaurrasyidin.
b. Memahami keadaamn masyarakat yang akan dihadapi.
c. Berani dalam mengungkapakan kebenaran kapan pun dan
dimana pun.
d. Ikhlas dalam melaksanakan tugas dakwah anpa tergiur
oleh nikmat materi yang hanya sementara.
e. Satu kata dengan perbuatan.

15
f. Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri.

Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam


masyarakat, bila dilihat dari aspek kehidupan psikologi, maka
dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah dan penerangan
Agama berbagai parmasalahan yang menyangkut sasaran
bimbingan atau dakwah perlu mendapatkan konsiderasi yang
tepat yaitu:
a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari
segi sosiologis

b. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat


dari segi struktur kelembagaan
c. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari
segi sosial cultural

d. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari


segi tingkat usia

e. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari


segi okupasional

f. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat


dari segi hidup sosial ekonomis
g. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari
segi jenis kelamin

h. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari


segi psikologis

Bila dilihat dari kehidupan tingkat golongan mereka


mempunyai ciri-ciri khusus yang menuntut kepada system dan
metode pendekatan dakwah atau penerangan Agama yang
berbeda yang satu dengan yang lainnya.(Arifin, 1990:4).

16
Adapun tujuan utama adalah nilai atau hasil akhir yang
akan dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah.
Untuk tercapainya tujuan utama inilah maksud semua
penyusunan rencana dan tindakan dakwah harus ditujukan dan
diarahkan.
Pada dasarnya, dakwah merupakan suatu rangkaian
kegiatan atau proses dalam rangka mencapai suatu tujuan
tertentu. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh kegiatan
dakwah akan sia-sia ( Aep Kusnawan , 2004 :114 ).
Dalam pencapaian dakwah memang harus benar-benar
penuh dengan peras keringat dan sejauhmana kita bisaberhasil
dalam melakukan dakwahnya, karena ketiaka kita
melakukansuatu perbuatan harus di barengi dengan keikhlasan.
Keikhlasan yang melampaui makna-makna ikhlas yang
biasa dilakukan oleh para penceramah. Keikhlasan yang
membawa kepada analisa deduktif yang tenang, dengan
mendata berbagai kehancuran dan kesalahan besar yang
membahayakan pergerakan perjalanan islam masa kini akibat
niat yang ternoda dan tidak murni lagi. Kalaulah tidak karena
Allah melindungi para pemimpin dan pengikut mereka yang
ikhlas, niscaya niat yang ternoda itu telah memporak
porandakan dan menyimpangkan gerakan islam.(Muhamad
Ahmad ar-Rasyid, 2005 : 138-139).
Adapun karakteristik tujuan dakwah itu adalah:

a. Sesuai (suitable), tujuan dakwah bisa selaras dengan misi


dan visi dakwah itu sendiri

b. Berdimensi waktu (measurable time), tujuan dakwah harus


konkret dan bisa diantisifasi kapan terjadinya
c. Layak (feasible) tujuan dakwah hendaknya berupa suatu
tekad yang bisa diwujudkan (realities)

17
d. Luwes (fleksible) itu senantiasa bisa disesuaikan atau
peka (sensitif) terhadap perubahan situasi dan kondisi
umat
e. Bisa dipahami (understandable), tujuan dakwah harus
mudah dipahami dan dicerna.

Adapun yang dilakukan seorang pendakwah adalah


memberitahu apa itu yang hak dan apa yang bathil, apalagi kita
seorang muslim saling mengingatkan untuk mencegah dari
perbuatan keji dan munkar.

D. Peranan Dakwah
Secara normatif, Al- Qur’an telah memberikan petunjuk tentang
penempatan dakwah dalam kerangka peran dan proses.Yaitu dalam
surat Al-ahzab surat ke-33 ayat 45-46 sebagai berikut:

‫وداعيا ألي ﷲ بأدنه وسراجامنيرا‬.‫يأيھاالنبي انا أرسلنك شھدا ومبشرا ونذيرا‬

Artinya; Hai Nabi,sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi


saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan
untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin- nya dan untuk
jadi cahaya yang menerangi.(Al-Ahzab:33-45-46)

Kedua ayat di atas mengisyaratkan sekurang-kurangnya ada


lima peran dakwah:
1. Dakwah berperan sebagai Syaahidan.
Dakwah adalah saksi atau bukti ketinggian dan kebenaran
ajaran islam, khususnya melalui keteladananyang
diperankan oleh pemeluknya. Dakwah harus memberikan
kepada umat tentang masa depan yang akan dilaluinya dan

18
sekaligus sejarah masa lalu yang menjadi pelajaran baginya
tentang kemajuan dan keruntuhan umat manusia karena
perilaku yang diperankannya.
2. Dakwah berperan sebagai mubassyiran.
Dakwah adalah fasilitas penggembira bagi mereka yang
menyakini kebenarannya. Melalui dakwah,dapat saling memberi
kabar gembira sekaligus saling memberikan inspirasi dan solusi
menghadapi berbagai masalh hidup dan kehidupan.
3. Dakwah berperan sebagai nadziran.
Sejalan dengan perannya sebagai pemberi kabar gembira,
dakwah juga berperan sebagai sebagai pemberi peringatan. Ia
senantiasa berusaha mengingatkan para pengikut islam untuk
tetap konsisten dalam kebajikan dan keadilan.
4. Dakwah berperan sebagai daa’iyab ila Allah.
Dakwah adalah panglima dalam memelihara keutuhan
umat sekaligus membina kualitas umat sesuai dengan idealisasi
peradaban yang dikehendakinya.
5. Dakwah berperan sebagai siraajan muniira.
Sebagai akumulasi dari peran-peran sebelumnya, dakwah
memiliki peran sebagai pemberi cahaya yang menerangi
kegelapan sosial atau kegersangan spiritual. Ia menjadi
penyejuk ketika umat menghadapi berbagai problema yang tak
pernah berhenti melilit kehidupan manusianya.( Asep Saeful
Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, 2003;17-18).

E. Aplikasi Metode Dakwah


Ketiga metode dakwah diaplikasikan Rosullah Saw dalam
berbagai pendekatan, diantaranya :
1. Pendekatan personal, pendekatan ini terjadi secara individual
anatara da’i dan mad’u
2. Pendekatan pendidikan, pada masa sekarang dapat dilihat

19
aplikasinya pada lembaga- lembaga pendidikan pesantren,
yayasan yang bercorak islam serta perguruan tinggi yang
didalamnya terdapat materi- materi tentang keislaman
3. Pendekatan diskusi, pada pendekatan ini dai berperan sebagai
nara sumber sedangkan mad’u berperan sebagai audiens. Dan
diskusi bisa dilakukan dengan cara membahas problematika
yang berkaitan dengan dakwah hingga ditemukan solusinya.
Pendekatan penawaran. Nabi melakukan penawaran ini dengan
cara mengajak untuk beriman kepada Allah tanpa menyekutukanya
dan metode ini harus dilakukan tanpa tekanan. (Skripsi
Rochayati,”Nilai-nilai Dakwah Tradisi Pesta Laut, 2006 : 22).

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu penelitian legendaris (sebut saja begitu) tentang dunia
dakwah (khususnya dunia tabligh) dilakukan oleh Moeslim
Abdurrahman (1985) dalam bukunya (Asep Saeful Muhtadi & Maman
Abd.Djaliel) Penelitian itu mencoba mengungkap relasi antara
mubaligh dan mubalagh-nya (yang di-tabligh-i). Hasilnya adalah
sebuah piramida terbalik. Maksudnya, para mubaligh (berkat kegiatan
tabligh-nya yang juga mendatangkan pemasukan yang tidak sedikit)
menghuni lapisan elit, baik secara ekonomis, politis maupun
sosiologis. Sementara itu, masyarakat dakwah (mubalagh) menghuni
lapisan mayoritas bawah yang tidak berdaya. Dengan kegiatan tabligh
yang dilakukannya, seorang mubaligh dapat mendongkrak status
sosial maupun ekonominya di tengah-tengah masyarakat
didakwahinya, Inilah yang secara metologis disebut Riset Dakwah
Partisipatif (RDP).
B. Saran
Calon perawat harus mengetahui pentingnya riset dakwah
partisifasif (RDP) dengan melakukan asuhan keperawatan di dunia
kerja maupun praktek klinik keperawatan dengan baik.

21
22

Anda mungkin juga menyukai