Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

METODE PENGEMBANGAN DAKWAH DENGAN BIL HAL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PADA MATA KULIAH METODE


PENGEMBANGAN DAKWAH

Dosen Pengampu:

Prof Dr. H. MS Udin, M.Ag.

Disusun Oleh:

Alfiana (220305082)

Noufal Said Abdullah (220305098)

Tri Ayu Wulandari (220305101)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, tanpa nikmat iman dan kesehatan yang
diberikan-Nya mustahil makalah dengan judul “Metode Pengembangan Dakwah Dengan
Metode Bil Hal” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi syarat tugas pada mata kuliah bahasa arab.
Shalawat serta salam tak henti-hentinya kami sampaikan kepada junjungan alam Nabi
besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat islam dari kegelapan menuju cahaya
yang terang benderang yakni a’dinul islam.
Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari luar maupun
dari diri sendiri. Namun berkat kesabaran dan yang paling utama pertolongan dari Allah SWT,
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini menjelaskan tentang bagaimana
metode pengembangan dakwah dengan bil-hal, dan menjelaskan beberapa point penting dari
sumber dakwah dalam al-quran dan hadist, serta apa teori, praktik, dan strategi dalam konteks
dakwah bil-hal ini.
Tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitupun dengan makalah ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
susunan kaliamat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
diharapkan dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang sangat luas kepada pembaca dan semoga tulisan ini dapat menjadi
amal ibadah untuk kita semua.

Mataram, Sabtu 10 september 2023

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... I

DAFTAR ISI...................................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Metode Pengembangan Dakwah dengan Bil-Hal .............................................. 3


B. Sumber Al-Qur’an dan Hadist dalam Dakwah Bil-Hal .................................... 7

BAB III TEORI & PRAKTIK ......................................................................................... 10

A. Teori dalam Metode Dakwah Bil-Hal ................................................................. 10


B. Praktik dalam Metode Dakwah Bil-Hal ............................................................. 10

BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah adalah upaya yang dilakukan mukmin untuk mengubah keadaan
individu, masyarakat dan kondisi yang kurang islami dalam berbagai aspek agar
menjadi lebih islami. Setiap muslim mempunyai kewajiban berdakwah, baik secara
individu maupun kolektif. Substansi kegiatan dakwah adalah amar makruf nahi
mungkar. Sebagai sebuah upaya, dakwah senantiasa berada dalam waktu dan ruang
tertentu. Dakwah yang meruang dan mewaktu itu selalu bergumul dengan nilai-nilai,
filsafat dan kebudayaan di luar Islam1.
Metode pengembangan dakwah dengan pendekatan bil-hal (peristiwa sehari-
hari) telah menjadi topik yang semakin relevan dalam konteks penyampaian pesan
agama Islam di era modern ini. Hal ini tidak terlepas dari perubahan sosial, budaya, dan
teknologi yang signifikan yang mempengaruhi cara masyarakat menerima informasi
dan pemahaman agama. Pemahaman agama yang benar dan mendalam tetap menjadi
tujuan utama dalam dakwah Islam, dan metode dakwah dengan pendekatan bil-hal
menawarkan pendekatan yang menarik untuk mencapai tujuan ini.
Praktiknya melibatkan kemampuan dakwahis (pengkhotbah) untuk mengaitkan
pesan agama dengan peristiwa-peristiwa aktual dalam kehidupan sehari-hari, seperti
masalah sosial, ekonomi, dan budaya yang dihadapi oleh masyarakat.
Dalam konteks ini, penting untuk menjelajahi metode dakwah dengan
pendekatan bilhal sebagai cara yang relevan dan efektif untuk mengkomunikasikan
pesan Islam di dunia yang terus berubah. Makalah ini akan membahas lebih lanjut teori
dan praktik metode ini serta menggali pandangan-pandangan dari sumber-sumber Islam
yang mendasarinya. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang metode ini, kita
dapat melihat bagaimana dakwah dengan pendekatan bil-hal dapat menjadi alat yang
kuat untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari
yang kompleks saat ini.

1
Sagir, akhmad. 2015. Dakwah Bil-Hal: Prospek dan Tantangan Da’i. alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah. Vol.14.
No.27. hal 16

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode pengembangan dakwah dengan bil-hal?
2. Bagaimana sumber dakwah dalam al-qur’an dan hadist mengenai metode
dakwah dengan bil-hal ini?
3. Bagaimana teori dan penerapan praktik dari metode dakwah bil-hal ini?

C. Tujuan Penyusunan
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis dan menggambarkan metode dakwah
dengan pendekatan bil-hal (peristiwa sehari-hari) sebagai strategi efektif dalam
menyebarkan ajaran agama dan nilai-nilai moral dalam masyarakat. Makalah ini juga
bertujuan untuk mengeksplorasi dampak positif dari penggunaan metode ini dalam
membentuk pemahaman agama yang lebih baik dan mendukung proses perubahan
sosial yang positif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Pengembangan Dakwah dengan Bil-Hal


Dalam pengertian lebih luas dakwah bil-hal, dimaksudkan sebagai keseluruhan
upaya mengajak orang secara sendiri-sendiri maupun berkelompok untuk
mengembangkan diri dan masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan sosial
ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik menurut tuntunan Islam, yang berarti banyak
menekankan pada masalah kemasyarakatan seperti kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan dengan wujud amal nyata terhadap sasaran dakwah (Harun 1989, 10).
Sementara itu ada juga yang menyebut dakwah bil hal dengan istilah dakwah bil-
Qudwah yang berarti dakwah praktis dengan cara menampilkan akhlaq al- karimah
(Masy’ari 1993, 205). Sejalan dengan ini seperti apa yang dikatakan oleh Buya Hamka
bahwa akhlaq sebagai alat dakwah, yakni budi pekerti yang dapat dilihat orang, bukan
pada ucapan lisan yang manis serta tulisan yang memikat tetapi dengan budi pekerti
yang luhur. (Hamka 1981, 159).
Merujuk kepada apa yang dilakukan Rasulullah SAW, upaya penyampaian
ajaran Islam (dakwah) dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu lisan, tulisan dan
perbuatan. Bahkan perilaku beliau pun merupakan dakwah. Pendekatan lisan (bil-
Lisan) adalah upaya dakwah yang mengutamakan pada kemampuan lisan. Pendekatan
Tulisan (al-risalah) adalah dakwah yang dilakukan melalui tulisan baik berupa buku,
brosur, maupun media elektronik. Sedang pendekatan perbuatan (dakwah bil-hal) yakni
kegiatan dakwah yang mengutamakan kemampuan kreativitas perilaku da'i secara luas
atau yang dikenal dengan action approach atau perbuatan nyata. Seperti menyantuni
fakir-miskin, menciptakan lapangan pekerjaan, memberikan keterampilan dan
sebagainya.2

1. Pengertian Dakwah Bil Hal


Ada beberapa pengertian tentang dakwah bil-hal. Secara harfiah dakwah bil-hal
berarti menyampaikan ajaran Islam dengan amaliah nyata (Mas’udi 1987, 2) dan
bukan tandingan dakwah bil-lisan tetapi saling melengkapi antara keduanya.

2
Ibid, hal 17

3
Berpijak dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa dakwah bil-hal mempunyai
prospek, peran dan kedudukan penting dalam dakwah.3
Dakwah bil-hal bukan bertujuan menggantikan atau menjadi ekstensi dari
dakwah bil-lisan, keduanya memiliki peran krusial dalam proses penyampaian
ajaran Islam. Namun, perlu dipahami bahwa isi pesan yang disampaikan melalui
dakwah lisan harus selaras dengan tindakan nyata dari pendakwah sendiri. Peran
da'i dalam konteks ini sangatlah penting, karena da'i yang bertugas menyampaikan
pesan dakwah kepada jama'ah akan menjadi sorotan bagi mereka sebagai teladan.
Apa yang diucapkannya dan apa yang dilakukannya akan menjadi contoh yang
diikuti oleh jama'ahnya. Oleh karena itu, apa yang diucapkan oleh da'i harus
konsisten dengan perilakunya, jika tidak, da'i dapat menjadi bahan ejekan jama'ah,
bahkan lebih serius lagi, dia dapat melakukan dosa besar dan akhirnya ditinggalkan
oleh jama'ahnya.

2. Dakwah Bil Hal Terhadap Kaum Dhuafa


Dakwah bi al- hal adalah bentuk ajakan kepada Islam dalam bentuk amal, kerja
nyata, baik yang sifatnya seperti mendirikan lembaga pendidikan Islam, kerja bakti,
mendirikan bangunan keagamaan, penyantunan masyarakat secara ekonomis,
kesehatan atau bahkan acara-acara hiburan keagamaan.
Pendeknya, sesuatu yang bukan pidato (dakwah bi al-lisan) atau juga dakwah
dengan menggunakan pena atau karya tulis (dakwah bi al-qalam).
Dakwah bi al-hal merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan dengan
tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima dakwah. Sehingga
tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah.
Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk keperluan masyarakat
sekitar yang membutuhkan keberadaan rumah sakit.4
Dakwah bi al-hal ditujukan bagi sasaran dakwah sesuai dengan kebutuhan
sasaran, sehingga aktivitas dakwah mengena sasaran. Dakwah dengan pendekatan
amal nyata merupakan aktivitas dakwah yang harus dilakukan bagi aktivis dakwah,
sehingga dakwah tidak hanya dipahami. sebagai ceramah atau dakwah bi al-lisan

3
Ibid, hal 18
4
Amin, samsul munir. 2013. Ilmu dakwah. Paragonatama jaya. Jakarta. hal 178

4
saja. Karena sesungguhnya dakwah juga dapat dilakukan melalui tindakan atau
amal nyata yang dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat.
Dakwah tidak hanya diartikan sebagai dakwah bi al-lisan saja. Karena cakupan
dakwah sangat luas maka pengertian dakwah bi al-hal dan dakwah bi al-kitabah
perlu diterjemahkan dan dikontekstualkan sesuai dengan situasi dan kondisi
sekarang. Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, negara Republik Indonesia,
dijelaskan bahwa "fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.
Masalah kemiskinan merupakan patologi sosial atau penyakit sosial yang perlu
dipecahkan. Dalam hal ini dakwah Islam hendaknya dapat menjadi alternatif bagi
pengentasan problema kemiskinan. Menurut Dr. Nabil Subkhi At-Thawil, bahwa
kemiskinan dikenal sebagai tiadanya kemampuan memperoleh kebutuhan-
kebutuhan pokok, kebutuhan itu dianggap pokok karena ia menyediakan batas
kecukupan minimum untuk hidup manusia, khalifah Allah di atas bumi, yakni k,
ehidupan yang baik dengan tingkatan kemuliaan yang dilimpahkan Allah atas
dirinya.5
Dalam hal ini lilenurtlt KH. Abdurrahman Wahid, bahwa tuntunan tnanusia dalam
problema kemiskinan terdapat empat hal, yaitu
a. penyediaan makanan untuk memenuhi kebutuhan fisik.
b. penyediaan lingkungan pendidikan untuk mengembangkan jasmaniyah dan
rohaniyah yang berkesinambungan.
c. Penyediaan kesempatan untuk mengembangkan kepribadian dalam
kehidupan sebagai warga masyarakat.
d. Penciptaan lingkungan sosial budaya yang akan mendukung partisipasi
dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam pengembangan dan
pembinaan keluarga.
Jika pemenuhan-pemenuhan tersebut telah dilaksanakan, paling tidak
problema-problema untuk mengatasi masalah kemiskinan dapat diatasi. Dan untuk
menciptakan hal-hal tersebut diperlukan penanganan dakwah yang serius ke arah
tersebut.
Penanganan dimaksud adalah penanganan yang sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat dhuafa. Hal ini perlu direalisasikan karena jika tidak,
masyarakat dhuafa yang hidup dalam kekurangan dikhawatirkan akan

5
Ibid, hal 180

5
meninggalkan agama Islam dan meninggalkan dakwah, hanya karena pemenuhan
kebutuhannya digantikan oleh agama lain.
Penanganan-penanganan khusus ditujukan kepada dakwah terhadap kaum
dhuafa adalah agar dakwah dapat menyentuh kebutuhan masyarakat sesuai dengan
kebutuhannya. Karena tidak mungkin ada masyarakat yang sedang mengalami
kekurangan materi sementara dakwah Islam terus berdengung dengan nasihat-
nasihat sabar dan ceramah-ceramah. Dalam keadaan seperti ini, hal yang lebih tepat
adalah tindakan amal nyata yang sementara ini dikenal dengan dakwah bi al-halo
Tema utama dakwah ke lapisan bawah adalah dakwah bi al-hal, yaitu dakwah
yang ditekankan kepada perubahan dan perhatian kondisi material lapisan
masyarakat miskin. Dengan perbaikan kondisi material itu diharapkan dapat
dicegah kecenderungan ke arah kekufuran karena desakan ekonomi.
Untuk mengatasi kemiskinan diperlukan kiat dan strategi yang sesuai dengan
kebutuhan. Sehingga aktivitas dakwah akan dapat mengatasi kebutuhan dan
mengena sasaran kebutuhan objek dakwah.
Menurut K H. MA. Sahal Mahfuzh bahwa untuk mengatasi kemiskinan dakwah
dapat ditempuh dengan dua jalan, yaitu
a. Memberi motivasi kepada kaum yang mampu untuk menumbuhkan
solidaritas sosial, sebab akhir-akhir ini di kalangan umat Islam, ada
kecenderungan menurunnya solidaritas sosial tersebut. Tentu saja kita
jangan melihat hal itu hanya sebagai hal yang verbalis karena ia akan sangat
tergantung kepada pendekatan yang dipergunakan.
b. Yang paling mendasar dan mendesak ialah dakwah dalam bentuk aksi-aksi
nyata dan program-program yang langsung menyentuh kebutuhan.

3. Dakwah Bil Hal Dalam Konteks Kesejahteraan Sosial


Dakwah bil-hal sebagaimana disebutkan dalam buku Pedoman Dakwah (Harun,
10-14) adalah meliputi semua persoalan yang berhubungan dengan kebutuhan
pokok (basic needs) manusia, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan fisik
material ekonomis, maka kegiatan dakwah bil hal lebih menekankan pada
pengembangan kehidupan dan penghidupan masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup yang lebih baik sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

6
Bentuk-bentuk pengembangan kegiatan dakwah bil-hal dapat dilakukan melalui
bentuk pengembangan kehidupan dan penghidupan manusia antara lain berupa:
a. Penyelenggaraan pendidikan pada masyarakat
b. Kegiatan Koperasi
c. Pengembangan kegiatan transmigrasi
d. Penyelenggaraan usaha kesehatan masyarakat seperti mendirikan Rumah
Sakit Poliklinik, BKIA, Balai Pengobatan, dan sebagainya
e. Peningkatan gizi masyarakat
f. Penyelenggaraan panti asuhan
g. Penciptaan lapangan kerja
h. Peningkatan penggunaan media cetak, media informasi dan komunikasi
serta seni budaya.

Dakwah bil-hal tidak hanya berkaitan dengan masalah usaha peningkatan


kesejahteraan fisik material saja tetapi juga termasuk usaha pemenuhan dan
peningkatan kebutuhan dan kesejahteraan non material, usaha seperti meningkatkan
kualitas pengamalan ibadah, akhlaq, yang lebih dikenal dengan pengembangan
sumber daya manusia. Dengan melihat luasnya ruang lingkup dakwah bil-hal maka
dalam pelaksanaannya diperlukan keterpaduan program, perencanaan pelaksanaan
dan evaluasi dakwah bil hal dengan berbagai instansi terkait, berbagai tenaga ahli
dan disiplin ilmu. Ini artinya bahwa dakwah bil-hal harus dilaksanakan secara
totalitas dan berangkat dari akar permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang
lebih dikenal dengan empowering atau pemberdayaan jamaah.

Dakwah bil hal yng dimaksud tersebut lebih mengarah pada pengembangan
masyarakat. Yang lebih di asosiasikan kepada pemenuhan kebutuhan orang orang
yang tidak beruntung yang di sebabkan oleh kemiskinan, diskriminasi kelas sosial,
suku, gender, usia bahkan agama.6

B. Sumber Al-Qur’an Dan Hadist Dalam Dakwah Bil Hal


1. Al-Qur’an

6
Aripudin, Asep. 2011. Pengembangan Metode Dakwah Respon Da’i Terhadap Dinamika Kehidupan
Beragama DiKaki Ciremai. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta

7
Dakwah bil-hal merupakan upaya dakwah dengan melakukan perbuatan nyata,
tentunya wujudnya beraneka ragam, dapat berupa bantuan yang diberikan kepada
orang lain baik moril maupun materil sebagaimana firman Allah dalam surah an-
Nisa: 75:

“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang
yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya
berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim
penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami
penolong dari sisi Engkau!"
Dalam ayat ini terdapat dorongan yang kuat agar kaum muslimin membela
(membantu) saudara saudaranya yang lemah (mempunyai beban masalah) dengan
cara mengetuk pintu hati setiap orang yang memiliki perasaan dan berkeinginan
baik. Menurut Jamaludin Al-Qasima (Al Qosimi 1957, 100) kalimat membantu
yang lemah adalah membantu membebaskan orang islam yang lemah dan sedang
menghadapi masalah (kesulitan dan kesusahan) serta menjaganya dari ancaman
musuh. Masalah yang dihadapi berhubungan dengan kesusahan hidup baik bersifat
materi maupun non materi.

Dalam surat al-Isra' ayat 84 Allah berfirman:

“Katakanlah Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing – masing maka


Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya"(Al Qur’an Surah Al
Isra, 232)
Dalam firman tersebut ada kata Syakilatih yang berarti keadaannya masing-
masing. Oleh Hamka kata "Syakilatih" diartikan bakat atau bawaan (Hamka 1984,
116). Jika dipahami secara mendalam dan dikaitkan dengan kondisi sekarang, bakat
bawaan seseorang yang didukung dengan situasi lingkungan dan dikembangkan
maka akan berubah menjadi kemampuan profesional. Jika dihubungkan dengan
dakwah bil-hal maka masing-masing muslim hendaknya berdakwah menurut

8
kemampuan dan prof esi mereka. Seperti dikatakan Muhammad Abu Zahroh,
sebagai contoh, seorang dokter berdakwah dengan keahliannya.

2. Hadist
Pernyataan ini diperkuat dengan sabda Rasulullah dalam sebuah hadits (Imam
Muslim dan Abu Daud):

"Dari Abi Hurairah berkata: Bersabda Rasulullah SAW.: Siapa melepaskan


seorang Mu’min dari problem dunia, maka Allah akan melepaskannya daripada
kesusahan pada hari kiamat; Siapa yang memudahkan kesulitan saudaranya, maka
Allah akan memudahkan baginya kehidupan di dunia dan di akhirat; Siapa yang
menutupi aib seorang muslim niscaya Allah menutupinya di dunia dan di akhirat,
Allah selalu menolong seorang hamba yang selalu menolong saudaranya"
Dalam hadits ini jelas sekali bahwa membiarkan sesama muslim teraniaya
adalah berdosa dan membantu mereka keluar dari persoalan adalah ibadah yang
bernilai dakwah, Termasuk membantu saudara kita dalam mengatasi kesulitan juga
mempunyai nilai ibadah yang berkonotasi dakwah.

9
BAB III

TEORI DAN PRAKTIK

Dhuafa berasal dari bahasa Arab dhaif, artinya yang lemah. Dhuafa berarti yang lemah,
baik yang karena dilemahkan orang lain maupun karena dirinya sendiri memang lemah.
Sebagai ilustrasi orang-orang kaya tidak termasuk kaum dhuafa.

Adapun yang termasuk dalam golongan kaum dhuafa adalah orang – orang fakir, orang-
orang miskin, orang-orang terlantar, gelandangan, peminta-minta, korban akibat bencana alam
dan lain-lain yang pada dasarnya mereka mengalami kesulitan dalam menanggung hidupnya
sendiri.

Adapun bentuk pendekatan serta praktik dakwah bil hal dalam rangka pemberdayaan
masyarakat dapat melalui berbagai cara, antara lain melalui:

a. Sosio Karikatif Yaitu suatu pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa
masyarakat adalah miskin, menderita, dan tidak mampu memccahkan masalahnya
sendiri. Mereka perlu ditolong, dikasihani, dan diberi sumbangan.
b. Sosio Ekonomis Yaitu suatu pendekatan pengembangan masyarakat yang didasarkan
pada anggapan bahwa apabila pendapatan masyarakat ditingkatkan dan kebutuhan
pokoknya dapat dipenuhi, persoalan lain dengan sendirinya dapat dipecahkan.
c. Sosio Reformis Yaitu suatu pendekatan yang sifatnya aksidental, tanpa tindak lanjut,
karena sekadar untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Misalnya bantuan untuk
bencana alam, kelaparan, dan sebagainya.
d. Sosio Transformatif Yaitu suatu pendekatan yang beranggapan, bahwa pada dasarnya
pengembangan masyarakat adalah upaya perubahan sikap, perilaku, pandangan, dan
budaya yang mengarah pada keswadayaan dalam mengenal masalah, merencanakan
pemecahan, melaksanakan pemecahan, dan melakukan evaluasi.

Salah satu alternatif konsep tentang penciptaan kesejahteraan masyarakat adalah dapat
dilakukan melalui delapan jalur pengembangan masyarakat sejahtera sebagai suatu komunitas
(qaryah thayyibah). Delapan jalur tersebut, meliputi:

a. sosial ekonomi,
b. pendidikan alternatif

10
c. kesehatan masyarakat
d. teknologi tepat guna
e. kependudukan
f. lingkungan hidup
g. seni budaya
h. spritual dan ritualisme

Tindakan amal nyata dakwah bi al-hal tersebut dapat berupa pemberian pekerjaan,
pemberian amal infak atau sedekah, atau pemberian kebutuhan lainnya sesuai dengan
keperluan yang dibutuhkan. Termasuk pengembangan sumber daya masyarakat.

Salah satu dimensi dakwah yang banyak terabaikan adalah pengembangan masyarakat.
Untuk menanggulangi masalah-masalah ini kerja dakwah menjadi wajib. Di samping dakwah
bi al-hal pemberian yang berbentuk material dakwah untuk menanamkan nilai-nilai ajaran
Islam tetap sangat diperlukan sehingga mereka semakin paham akan ajaran agamanya, dan juga
mereka semakin baik pengamalan terhadap ajaran agamanya.7

7
Amin, samsul munir. 2013. Ilmu dakwah. Paragonatama jaya. Jakarta. hal 183

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara harfiah dakwah bil-hal berarti menyampaikan ajaran Islam dengan
amaliah nyata (Mas’udi 1987, 2) dan bukan tandingan dakwah bil-lisan tetapi saling
melengkapi antara keduanya. Dakwah bi al- hal adalah bentuk ajakan kepada Islam
dalam bentuk amal, kerja nyata, baik yang sifatnya seperti mendirikan lembaga
pendidikan Islam, kerja bakti, mendirikan bangunan keagamaan, penyantunan
masyarakat secara ekonomis, kesehatan atau bahkan acara-acara hiburan keagamaan.
Dhuafa berasal dari bahasa Arab dhaif, artinya yang lemah. Dhuafa berarti yang
lemah, baik yang karena dilemahkan orang lain maupun karena dirinya sendiri memang
lemah. Sebagai ilustrasi orang-orang kaya tidak termasuk kaum dhuafa. Adapun yang
termasuk dalam golongan kaum dhuafa adalah orang – orang fakir, orang-orang miskin,
orang-orang terlantar, gelandangan, peminta-minta, korban akibat bencana alam dan
lain-lain yang pada dasarnya mereka mengalami kesulitan dalam menanggung
hidupnya sendiri.
Adapun bentuk pendekatan serta praktik dakwah bil hal dalam rangka
pemberdayaan masyarakat dapat melalui berbagai cara, antara lain melalui: Sosio
Karikatif, Sosio Ekonomis, Sosio Reformis, Sosio Transformatif, Memberi motivasi
kepada kaum yang mampu untuk menumbuhkan solidaritas sosial, Yang paling
mendasar dan mendesak ialah dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata dan program-
program yang langsung menyentuh kebutuhan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amin, samsul munir. 2013. Ilmu dakwah. Paragonatama jaya. Jakarta

Aripudin, asep. 2011. Pengembangan metode dakwah respon da’I terhadap dinamika
kehidupan beragama di kaki ciremai. PT rajagrafindo persada. Jakarta

Sagir, akhmad. 2015. Dakwah Bil-Hal: Prospek dan Tantangan Da’i. alhadharah Jurnal Ilmu
Dakwah. Vol.14. No.27

13

Anda mungkin juga menyukai