Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PENGENALAN KEBIJAKAN DAKWAH DAN


SEJARAH DAN EVOLUSI KEBIJAKAN DAKWAH”

Disusun untuk memenuhi tugas Studi Kebijakan Dakwah


Dosen pengampu: Dr. H. Nazar Na’amy, M.Si

Kelompok 1:
Lukmanul Hakim – 210305034
Baiq Dwi Bintang Cahyani – 210305035
Darmawan Setiawan – 210305036
Melisa – 210305037

KELAS B
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang “Pengenalan Kebijakan Dakwah
dan Sejarah Dan Evolusi Kebijakan Dakwah”. Tujuan penulisan makalah ini yang tak lain
adalah memberikan gambaran bagaimana kebijakan dakwah yang baik sehingga dapat
diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada
setiap pihak yang telah terlibat dalalam proses penulisan makalah. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Mataram, 26 Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Definisi dan Konsep Kebijakan Dakwah.................................................................
B. Ruang Lingkup Studi Kebijakan Dakwah...............................................................
C. Awal Islam dan Dakwah Rasulullah........................................................................
D. Era Kebangkitan Ilmiah dan Kultural......................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama dakwah. Islam tidak memusuhi, tidak menindas unsur-unsur fitrah.
Islam mengakui adanya hak dan wujud jasad, nafsu, akal dan rasa dengan fungsinya masing-
masing. Dakwah dalam pengertian amar ma’ruf nahi munkar adalah syarat mutlak bagi
kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini merupakan kewajiban fitrah manusia
sebagai makhluk sosial atau makhluk ijtima’i. Untuk mencapai tujuan ini, perlu direnungkan
betapa pentingnya dakwah dalam kehidupan seorang muslim. Oleh karena itu, tidak tepat jika
ada asumsi bahwa dakwah ditujukan hanya kepada orang non muslim, sedangkan orang
muslim sejak lahir hidup dalam keluarga muslim, tidak lagi membutuhkan dakwah. Yang
perlu dipahami bahwa dakwah harus dimulai dari diri sendiri sebelum berdakwah kepada
orang lain. Oleh karena itu, berdakwah secara berkesinambungan, bukan pekerjaan yang
mudah.
Berdakwah tidak cukup hanya dilakukan dengan lidah, tetapi juga harus praktekkan
dalam bentuk perbuatan. Berdakwah merupakan sesuatu yang sangat penting demi
tercapainya tujuan dakwah Islam. Dalam hubungan ini, seorang da’I harus benar-benar
memiliki akhlak yang terpuji sehingga dapat menjadi panutan bagi yang orang-orang yang
didakwahinya. Agar dakwah berhasil, diperlukan berbagai elemen yang terkait dengan unsur-
unsur dakwah yang merupakan satu kesatuan konsep yang utuh.
Dakwah merupakan pelaksanaan terhadap perintah Allah, yaitu menyeru manusia ke arah
ajaran Islam yang meliputi banyak hal, seperti persoalan teologi, syariah, akhlak, dan
institusi. Dakwah merupakan satu usaha untuk mengajar kebenaran kepada mereka yang
lalai, membawa berita baik tentang nikmat dunia dan nikmat akhirat (syurga), memberi
amalan tentang balasan neraka di akhirat dan kesengsaraannya1.
Meski demikian, seringkali timbul permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam
dakwah tersebut. Salah satu cara dalam menyikapi permasalahan tersebut adalah dengan
membuat kebijakan. Kebijakan adalah suatu kesepakatan yang disetujuai oleh orang-orang
dengan maksud sebagai pedoman, dan memberikan solusi terhadap masalah yang timbul
sehingga pelaksanaan suatu kegiatan dapat berjalan dengan lancar.

1
Aminudin, “Konsep Dasar Dakwah”, Jurnal Al-Munzir (Vol. 9, No. 1, Mei 2016), hlm. 30-31.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan konsep dasar kebijakan dakwah?
2. Apa saja ruang lingkup studi kebijakan dakwah?
3. Bagaimana awal Islam dan Dakwah Rasulullah?
4. Bagaimana masa era kebangkitan ilmiah dan kultural?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dan konsep dasar kebijakan dakwah.
2. Mengetahui ruang lingkup studi kebijakan dakwah.
3. Mengetahui awal Islam dan dakwah Rasulullah.
4. Mengetahui era kebangkitan ilmiah dan kultural.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Konsep Kebijakan Dakwah


a. Pengertian Kebijakan
Kebijakan selalu menjadi polemik yang tak pernah berhenti dipermasalahkan baik itu
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah maupun kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak dunia
usaha, instansi atau organisasi profit maupun non profit masyarakat pada umumnya. Selalu
aktif dalam membahas kebijakan baik kebijakan ke dalam organisasi maupun kebijakan ke
luar organisasi.
Secara etimologis, istilah kebijakan atau policy berasal dari bahasa Yunani “polis” berarti
negara, yang kemudian masuk ke dalam bahasa Latin menjadi “politia” yang berarti negara.
Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris “policie” yang artinya berkenaan dengan
pengendalian masalah-masalah publik atau administrasi pemerintahan2.
Menurut Budiardjo, istilah kebijaksanaan dipahami sebagai suatu kumpulan keputusan
yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-
tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan.
Friedrich mengartikan kebijakan sebagai suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan
dengan adanya hambatan seraya mencari peluang untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
diinginkan.
Secara konseptual, ada beragam pengertian yang diberikan para ahli tentang kebijakan.
Namun secara umum “kebijakan” dapat dikatakan suatu rumusan keputusan pemerintah yang
menjadi pedoman tingkah laku guna mengatasi masalah atau persoalan yang di dalamnya
terdapat tujuan, rencana, keputusan, solusi, kegiatan dan program yang akan dilaksanakan3.
b. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata da’a, yad’u,
mengandung arti mengajak, menyeru, memanggil, maka da’watan berarti ajakan, seruan,
panggilan kepada Islam. Secara terminologis (istilah), dakwah Islam mempunyai beberapa
pengertian yang telah diberikan oleh pakar di antaranya sebagai berikut:

2
Andi Cudai Nur & Muhammad Guntur, Analisis Kebijakan Publik, Cet. Ke-1, (Makassar: Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar, 2019), hlm. 3.
3
Ibid., hlm. 7-9.
 Syekh Qutb, dakwah adalah mengajak atau menyeru orang lain masuk ke dalam
sabilillah (jalan Allah), bukan untuk mengikuti da’I atau bukan pula untuk mengikuti
sekelompok orang.
 Prof. DR. Tutty A.S, bahwa dakwah adalah proses transaksional untuk terjadinya
perubahan perilaku individual melalui proses-proses komunikasi, persuasi, dan
pembelajaran yang berkelanjutan.
 Sedangkan menurut Prof. DR. Achmad Mubarok, dakwah ialah usaha mempengaruhi
orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku seperti apa yang didakwahkan
oleh da’i.
Jadi, ilmu dakwah adalah transformatif yang mengenai kenyataan mewujudkan ajaran
Islam menjadi tatanan khairul ummah atau mewujudkan iman menjadi amal saleh kolektif.
Sedangkan hakikatnya adalah ilmu yang menyadarkan dan mengembalikan kepada fitri,
fungsi, dan tujuan hidupnya menurut Islam. Oleh karena itu, ilmu dakwah juga bisa dikatakan
sebagai ilmu rekayasa masa depan ummat dan peradaban4.
c. Pengertian Kebijakan Dakwah
Dakwah merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang wajib dilaksanakan oleh
setiap muslim. Kewajiban ini tercermin dari konsep Amar Ma’ruf Nahi Munkar, yaitu
perintah untuk melakukan perilaku positif-destruktif sekaligus mengajak meninggalkan dan
menjauhkan diri dari perilaku negatif-desktruktif.
Kebijakan pada hakekatnya merupakan hasil akhir dari kebijaksanaan, yang merupakan
ketentuan yang telah disepakati pihak terkait yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang
untuk dijadikan pedoman, dan pegangan bagi setiap kegiatan aparatur pemerintah ataupun
instansi lain dan masyarakat agar tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai
sasaran, tujuan, missi, dan visi.
Proses kebijakan tersebut terdiri dari beberapa langkah diantaranya, yaitu5:
1. Identifikasi masalah yang akan mengarah pada permintaan untuk mengatasi masalah
tersebut.
2. Formulasi kebijakan berupa langkah yang dilakukan setelah pemilihan alternatif.
3. Implementasi dan,
4. Evaluasi melalui berbagai sumber untuk melihat sejauh mana usaha pencapaian
tujuan.

4
Dalinur & M. Nur, “Dakwah Teori, Definisi, dan Macamnya”, Jurnal Wardah (Vol. 12, No. 23, Desember
2011), hlm. 135-136.
5
Udin, Kebijakan Dakwah Di Media Sosial, Cet. Ke-1, (Mataram: Sanabil, Januari 2022), hlm. 22-24.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa studi kebijakan dakwah adalah proses kajian terhadap
pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menerapkan ajaran Islam
di dalamnya6.

B. Ruang Lingkup Kebijakan Dakwah


Ruang lingkup kebijakan dakwah dapat berbeda-beda tergantung pada organisasi atau
individu yang membuat kebijakan tersebut. Namun beberapa bidang umum yang mungkin
tercangkup dalam kebijakan dakwah meliputi7:
1. Penggunaan media: kebijakan dakwah dapat menguraikan pedoman menggunaan
media sosial, radio, telivisi, atau platform lain untuk kegiatan dakwah.
2. Kebijakan publik: ruang lingkup kebijakan publik bersifat luas dan mencangkup
berbagai sektor atau bidang pembangunan, seperti pendidikan, kesehatan atau
kesejahteraan sosial,
3. Tujuan: kebijakan dakwah dapat menentukan tujuan kegiatan dakwah, seperti
memajukan nilai-nilai islam, meningkatan pengetahuan agama, atau mendorong
perilaku baik.
4. Tantangan: Kebijakan dakwah dapat mengatasi tantangan yang dihadapi oleh kegiatan
dakwah, seperti kurangnya sumber daya, terbatasnya akses terhadap teknologi, atau
persepsi negatif terhadap islam.
5. Dampak: Kebijakan dakwah juga dapat mempertimbangkan dampak kegiatan
dakwah, seperti perubahan perilaku, sikap, atau keyakinan di kalangan khalayak
sasaran.
Kebijakan dakwah merujuk pada rencana atau strategi yang diatur untuk menyebarkan
ajaran agama atau ideologi tertentu kepada masyarakat atau kelompok tertentu. Konsep dasar
kebijakan dakwah melibatkan berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan dengan cermat
untuk mencapai tujuan dakwah secara efektif. Berikut ini adalah beberapa konsep dasar yang
relevan dalam merancang kebijakan dakwah8:
1) Pemahaman Ajaran Agama: Sebelum merancang kebijakan dakwah, penting untuk
memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama atau ideologi yang ingin
disebarkan. Hal ini meliputi pemahaman terhadap nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan
pandangan dunia yang mendasari ajaran tersebut.

6
Ibid., hlm. 27.
7
Said Zaenal Abidin, Kebijakan Publik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), hlm. 26.
8
Ibid., hlm. 28-30.
2) Analisis Target Audiens: Mengetahui siapa yang menjadi target dakwah sangat
penting. Mengidentifikasi karakteristik demografis, sosial, budaya, dan kebutuhan
target audiens membantu dalam menyesuaikan pesan dakwah agar lebih relevan dan
dapat diterima oleh mereka.
3) Konteks Sosial dan Budaya: Memahami konteks sosial dan budaya di mana dakwah
akan dilakukan sangat penting. Setiap masyarakat memiliki norma, nilai, dan cara
berpikir yang berbeda. Merancang pesan yang sesuai dengan konteks tersebut akan
membuat pesan dakwah lebih mudah dipahami dan diterima.
4) Tujuan Dakwah: Menentukan tujuan dakwah yang jelas sangat penting. Apakah
tujuannya adalah untuk mendidik, memberi pemahaman, mengubah perilaku, atau
memperluas jangkauan ajaran agama atau ideologi tertentu.
5) Metode Dakwah: Memilih metode dakwah yang tepat adalah kunci untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Metode dakwah bisa melibatkan ceramah, diskusi, penerbitan
buku atau materi pendidikan, media sosial, pelayanan sosial, dan sebagainya.
6) Pesanan dan Pesan Dakwah: Pesan dakwah harus disusun dengan cermat dan jelas.
Pesan harus mudah dimengerti, relevan, dan menarik bagi target audiens. Pesan juga
harus disampaikan dengan bahasa yang tepat dan gaya komunikasi yang sesuai
dengan karakteristik audiens.
7) Kreativitas dan Inovasi: Dalam mengembangkan kebijakan dakwah, kreativitas dan
inovasi sangat penting. Menemukan cara-cara baru untuk menyampaikan pesan
dakwah dapat membantu menarik perhatian dan mencapai audiens yang lebih luas.
8) Evaluasi dan Penyesuaian: Setelah kebijakan dakwah dilaksanakan, evaluasi berkala
diperlukan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan telah tercapai. Jika diperlukan,
kebijakan dapat disesuaikan dan ditingkatkan berdasarkan hasil evaluasi.
9) Keterbukaan dan Toleransi: Kebijakan dakwah harus mencerminkan keterbukaan
terhadap perbedaan pendapat dan pandangan. Menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi
dan menghormati hak setiap individu untuk memiliki keyakinan yang berbeda adalah
penting dalam konteks dakwah.
10) Kerjasama dan Konsolidasi: Dalam kebijakan dakwah, kerjasama dengan kelompok
dan organisasi yang memiliki tujuan serupa bisa sangat bermanfaat. Konsolidasi
upaya-upaya dakwah dapat memperkuat dampak yang diinginkan.

Unsur-unsur kebijakan dakwah9:


9
Ibid., hlm. 32.
1. Tujuan kebijakan. Kebijakan yang baik mempunyai tujuan yang baik. Tujuan yang
baik sekurang-kurangnya mempunyai empat kriteria, yaitu tujuan yang akan dicapai,
rasional atau realistis, jelas, dan berorientasi kedepan.
2. Masalah. Masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam kebijakan. Karena
kesalahan dalam menentukan suatu masalah dapat menimbulkan kegagalan total
dalam seluruh proses kebijakan.
3. Tuntutan (demand). Tuntutan muncul karena adanya salah satu dari dua sebab.
Pertama, karena terabaikannya kepentingan suatu golongan dalam proses perumusan
kebijakan, sehingga kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dirasakan tidak memenuhi
atau merugikan kepentingan mereka. Kedua, karena munculnya kebutuhan baru yang
menyusul setelah suatu tujuan tercapai atau suatu masalah terpecahkan.
4. Dampak (outcome). Merupakan tujuan lanjutan yang muncul sebagai pengaruh dari
pencapaian suatu tujuan.
5. Sarana atau alat kebijakan (policy instrument). Suatu kebijakan diimplementasikan
dengan menggunakan sarana yang dimaksud.

C. Awal Islam dan Dakwah Rasulullah


Islam sering didefinisikan sebagai wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw
sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akherat atau Islam adalah agama
yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah kepada masyarakat manusia melalui Muhammad
Saw sebagai Rasul. Agama ini muncul pertama kali di wilayah Arab, yaitu tahun 610 M yang
ditandai dengan diterimanya wahyu Al-Qur’an yang pertama di Makkah oleh Muhammad
Saw. Setelah itu, ajaran Islam menyebar ke berbagai penjuru dunia, termasuk ke wilayah
Indonesia.
Islam secara bahasa bermakna penyerahan diri, artinya seorang penganut Islam atau orang
Muslim adalah orang yang diharuskan tunduk kepada Allah dan ketentuan-Nya.
Secara theologis, Islam adalah sistem nilai dan ajaran yang bersifat Ilahiyah, dan karena
itu sekaligus bersifat transenden. Tetapi dari sudut sosiologi, Islam merupakan fenomena
peradaban, kultural dan realitas sosial dalam kehidupan manusia. Islam dalam realitas sosial
tidak sekedar sejumlah doktrin yang bersifat menzaman dan menjagatraya (universal), tetapi
juga mengejahwantahkan diri dalam institusi-institusi sosial yang dipengaruhi oleh situasi
dan dinamika ruang dan waktu. Islam yang mengandung doktrin atau ajaran yang universal,
pada tingkat sosial tidak dapat menghindarkan diri dari kenyataan lain, yakni perubahan.
Menurut ajaran Islam sendiri, perubahan sering dikatakan sebagai sunatullah, yang
merupakan salah satu sifat asasi manusia dan alam raya secara keseluruhan. Semua manusia,
kelompok masyarakat, dan lingkungan hidup mengalami perubahan secara terus menerus.
Dengan demikian, Islam berperan sebagai subyek yang turut menentukan perjalanan sejarah.
Misi Islam adalah menyeru umat manusia untuk mengikuti jalan Allah dan Rasulnya serta
percaya kepada Hari Kiamat10.
Islam yang diturunkan di Jazirah Arab telah membawa bangsa Arab yang semula
terkebelakang, bodoh, tidak dikenal dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa
yang maju dan berperadaban. Ia sangat cepat bergerak mengembangkan dunia membina suatu
kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga
sekarang. Bahkan kemajuan bangsa Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam
yang masuk ke Eropa melalui Spanyol.
Islam memang berbeda dengan agama lain. Islam bukan kebudayaan, akan tetapi
menimbulkan kebudayaan. Kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau
peradaban Islam. landasan “peradaban Islam” adalah “kebudayaan Islam” terutama wujud
idealnya, sementara landasan “kebudayaan Islam” adalah agama Islam. Jadi agama Islam
melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama
Islam adalah wahyu dari Tuhan11.
Menurut Nourouzzaman Shiddiqy sejarah peradaban Islam dibagai menjadi tiga periode:
pertama, periode klasik (+650 – 1258 M); kedua, periode pertengahan (jatuhnya Baghdad
sampai ke penghujung abad ke-17 M) dan periode modern (mulai abad ke-18 sampai
sekarang).
Sedangkan menurut Harun Nasution sejarah peradaban Islam dibagi menjadi tiga
periode: pertama, periode klasik (650 – 1250); kedua, periode pertengahan (1250 – 1800) dan
periode modern (1800 sampai sekarang).
a) Priode Klasik
Periode Klasik merupakan masa kemajuan, keemasan, dan kejayaan Islam dan dibagi
ke dalam dua fase. Pertama, adalah fase ekspansi, integrasi dan pusat kemajuan (650 –
1000 M). Di masa inilah daerah Islam meluas melalui Afrika utara sampai ke Spanyol di
belahan Barat dan melalui Persia sampai ke India di belahan Timur. Di masa ini pulalah
berkembang dan memuncak ilmu pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun umum
dan kebudayaan serta peradaban Islam.
10
Din Muhammad Zakaria, Sejarah Peradaban Islam, (Malang: CV Intrans Publlishing 2018), hlm.20-21.
11
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, Cet. Ke-3, (Riau: Yayasan Pusaka Riau, November
2013), hlm. 2-4.
Kedua, fase disintegrasi (1000 – 1250 M). Di masa ini keutuhan umat Islam dalam
bidang politik mulai pecah. Kekuasaan khalifah menurun dan akhirnya Baghdad dapat
dirampas dan dihancurkan oleh Hulagu Khan di tahun 1258 M. Khalifah sebagai lambang
kesatuan politik umat Islam hilang.
b) Periode Pertengahan
Periode pertengahan juga dibagi ke dalam dua fase. Pertama, fase kemunduran (1250
– 1500 M). Di masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Di fase ini,
di kalangan umat Islam semakin meluas pendapat bahwa pintu ijtihat tertutup. Demkian
juga tarekat dengan pengaruh negatifnya. Perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali.
Umat Islam di Spanyol dipaksa masuk Kristen atau keluar dari daerah itu.
Kedua, fase tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M). Tiga kerajaan besar tersebut adalah
kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India.
Kejayaan Islam pada tiga kerajaan besar ini terlihat dalam bentuk arsitek sampai sekarang
dapat dilihat di Istambul, Iran, dan Delhi. Masa kemunduruan Kerajaan Safawi
dihancurkan oleh serangan-serangan bangsa Afghan. Kerajaan Mughal diperkecil oleh
pukulan-pukulan raja-raja India. Kerajaan Usmani terpukul dii Eropa. Umat Islam
semakin mundur dan statis. Penjajahan Barat dengan kekuatan yang dimilikinya
meningkat ke dunia Islam. Akhirnya Napoleon menduduki Mesir di tahun 1748 M. Saat
itu Mesir adalah salah satu pusat peradaban Islam yang terpenting.
c) Periode Modern
Periode modern (1800 – sekarang) merupakan zaman kebangkitan umat Islam.
Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan
menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi
dan merupakan ancaman bagi umat Islam. raja-raja dan para pemuka Islam mulai
memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali.
Dengan demikian, keadaan menjadi berbalik seratus delapan puluh derajat. Kalau di
periode klasik, orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban umat Islam,
tetapi di periode modern umat Islam yang heran melihat kebudayaan dan kemajuan Barat.
Karena umat Islam heran melihat alat-alat ilmiah seperti teleskop, mikroskop, alat-alat
ilmiah untuk percobaan kimiawi, dan dua set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab
dan Yunani yang dibawa serta oleh Napoleon. Jadi, di periode modern ini timbullah
pemikiran-pemikiran, ide-ide mengapa umat Islam lemah, mundur, dan bagaimana
mengatasinya, dan perlu adanya pembaharuan dalam Islam.
Dari uraian di atas dapat dilihat perjalanan sejarah naik turunnya peradaban Islam
mulai dibentuk pada masa Nabi, mengalami pertumbuhan di masa Daulah Umaiyah
Suria, dan masa puncak di masa Dinasti Abbasiyah Baghdad dan Dinasti Umayah
Spanyol, serta memasuki masa kemundurannya pada periode pertengahan, hal itu
menimbulkan kesadaran bagi umat Islam untuk kembali bangkit di periode modern12.
Rasulullah berdakwah melalui beberapa tahap:
1) Secara diam-diam di lingkungan keluarga dan sahabat dekatnya. Diterima oleh
istrinya Khadijah, anak pamannya Ali, anak angkatnya Zaid bin Haritsah, serta
sahabat dekatnya Abu Bakar, Zubeir bin Awwam, Saad bin Abi Waqqas, Abdurrahman
bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan beberapa budak dan fakir
miskin. Dakwah ini berlangsung selama tiga tahun.
2) Dakwah kepada keturunan Abdul Muthalib. Hal ini dilakukan setelah turunnya wahyu
ketiga, surah Al-Syu’ara (ayat 214). Nabi mengumpulkan dan mengajak mereka
supaya beriman. Akan tetapi Abu Lahab beserta istrinya mengutuk Nabi, sehingga
turun Surah al-Masad (ayat 1-5).
3) Dakwah kepada semua orang setelah wahyu Allah surah al-Hijir (ayat 94). Pada tahap
ini dakwah ditujukan kepada semua lapisan masyarakat, tidak terbatas hanya kepada
penduduk Makkah saja, tetapi juga termasuk orang-orang yang mengunjungi kota itu.
Dengan usahanya yang gigih tanpa mengenal lelah, hasil yang diharapkan mulai terlihat.
Jumlah pengikut Nabi makin hari semakin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum
wanita, budak, pekerja dan orang miskin. Meskipun kebanyakan mereka orang-orang lemah,
namun semangat mereka sungguh membaja. Itu sebabnya, dakwah Nabi pada mulanya
diterima oleh kaum lemah dari rakyat jelata.
Setelah dakwah Nabi dilakukan secara terang-terangan itu, semakin hari semakin
bertambah jumlah pengikut Nabi dan pemimpin Quraisy mulai pula berusaha menghalangi
dakwah Rasul tersebut, bahkan semakin keras tantangan yang dilancarkan mereka.
Menurut Ahmad Syalbi ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menentang
dakwah Islam yang disampaikan Nabi itu.
1) Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan
pembalasan di akhirat.
2) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira
bahwa tunduk kepada seruan Nabi Muhammad s.a.w. berarti tunduk kepada
kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
12
Ibid., hlm. 5-8.
3) Takut kehilangan mata pencaharian karena pemahat dan penjual patung memandang
Islam sebagai penghalang rezeki mereka.
4) Nabi Muhammad s.a.w. menyerukan persamaan hak antara hamba sahaya dan
bangsawan. Hal ini tidak disetujui oleh kalangan bangsawan Quraisy.
5) Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berakar pada bangsa Arab13.

D. Era Kebangkitan Ilmiah dan Kebudayaan


Pendidikan merupakan suatu kewajiban yang harus dimiliki setiap manusia, karena
pendidikan merupakan kunci dari kemajuan suatu bangsa, pendidikan Islam adalah usaha
orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing
pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam
kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan Islam pada dasarnya
adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi Muslim seutuhnya,
mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.
Dalam perspektif sejarah, pendidikan Islam pernah mengalami masa kejayaan. Masa
kejayaan pendidikan Islam merupakan satu periode dimana pendidikan Islam berkembang
pesat yang ditandai dengan berkembangnya lembaga pendidikan Islam dan madrasah
(sekolah-sekolah) formal serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan
Islam. Lembaga-lembaga pendidikan sangat dominan pengaruhnya dalam membentuk pola
kehidupan dan pola budaya umat Islam. Berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang
melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan pengembangan berbagai
macam aspek budaya umat Islam.
Dalam perkembangan kebudayaan Islam, ada dua faktor yang mempengaruhi, yaitu
faktor intern atau pembawaan dari ajaran Islam itu sendiri dan faktor ekstern yaitu berupa
tantangan dan rangsangan dari luar. Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa
dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Harun al Rasyid (170-193 H). Karena
beliau adalah ahli ilmu pengetahuan dan mempunyai kecerdasan serta didukung negara dalam
kondisi aman, tenang, dan dalam masa pembangunan sehingga dunia Islam pada saat itu
diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kemajuan ilmu dan peradaban Islam
adalah sebagai berikut:

13
Ibid., hlm. 34-36.
1. Meningkatnya kemakmuran umat Islam yang mengandalkan hasil dari bidang
berbagai industri, kebudayaan berkembang pesat dan kemakmurandapat tercapai pada
saat itu.
2. Luasnya wilayah kekuasaan Islam menyebabkan banyak orang Persia dan Romawi
yang masuk Islam kemudian menjadi muslim yang taat. Dan terjalinnya perkawainan
antara umat Islam dengan mualaf yang menghasilkan keturunan yang militant selain
postur tubuh yang baik, kecerdasan akal, dan kecakapan berusaha.
Masyarakat Islam pada masa Abbasiyah ini, mengalami kemajuan peradaban Islam,
adalah sebagai berikut:
1. Pindahnya ibu kota negara dari Syam ke Irak dan Bagdad sebagai ibu kotanya (146
H). bagdad pada waktu itu merupakan kota yang paling tinggi kebudayaannya, dan
merupakan pusatnya ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani.
2. Banyaknya cendikiawan yang diangkat menjadi pegawai pemerintahan dan istana.
3. Diakuinya Muktazilah sebagai mazhab resmi negara pada masa Khalifah Al-Ma’mum
pada tahun 827 M. Muktazilah adalah aliran yang menganjurkan kemerdekaan dan
kebebasan berpikir pada manusia. Aliran ini telah berkembang dalam masyarakat
terutama pada masa dinasti Abbasiyah I
4. Pribadi beberapa Khalifah pada masa itu, seperti Al Mansur, Harun al Rasyid, dan Al
Ma’mum yang sangat mencintai ilmu pengetahuan sehingga kebijaksanaannya banyak
ditujukan kepada kemajuan ilmu pengetahuan.
Ada beberapa aktivitas ilmiah yang berlangsung di kalangan umat Islam pada masa
dinasti Abbasiyah yang mengantar mereka mencapai kemajuan di bidang ilmu pengetahuan,
yaitu:
1. Penyusunan Buku-buku Ilmiah. Dari para penghafal ayat-ayat al-Qur;an dan Hadits,
menyusun kitab tafsir, fiqih dan hadist.
2. Penerjemahan. Penerjemahan dari bahasa Yunani, Suryani, dan Sansekerta ke bahasa
arab, yang meliputi buku-buku tentang kedokteran, obat-obatan, biologi dan kimia,
aljabar, ilmu hisab, dan menerjemahkan buku-buku karangan filofo terkenal seperti
Apollonius, Plato, Aristoteles di himpun dalamperpustakaan dan kemajuan ilmu
pengetahuan.
Tokoh-tokoh dalam pemikir Islam sebagai berikut:
a. Al Khawarizmi
Buku pertamanya, Al-Jabar adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik
dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar.
b. Al Ghazali
Pendidikan. Dalam pengembaraan, beliau menulis kitab Ihya Ulumuddin yang
memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua
masalah.
c. Al Mawardi
Bukunya yang terkenal adalah Kitab al-Ahkam al-Sultania (buku tentang tata
pemerintahan), Qanun al-Wazarah (Undang-Undang tentang Kementrian), dan Kitab
Nasihat al-Mulk (berisi nasehat kepada penguasa).
d. Ibnu Khaldun
Bapak Ekonomi. Ibnu Khaldun (1962) dalam tulisan tersebut Ibnu Khaldun
dibuktikannya secara ilmiah sebagai penggagas pertama ilmu ekonomi secara empiris.
Karya tersebut disampaikannya pada Simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir
197814.

14
Arif Rahman & Sulton Firdaus, “Masa Kejayaan Islam dan Tokoh-Tokohnya”,
https://scolar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:Q9e720yMF_gJ:scholar.google.com/
+masa+kejayaan+umat+islam&hl=id&as_sdt=0,5 diakses 5 September 2023
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Studi kebijakan dakwah adalah proses kajian terhadap pembuatan kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menerapkan ajaran Islam di dalamnya. Kebijakan
dakwah merujuk pada rencana atau strategi yang diatur untuk menyebarkan ajaran agama
atau ideologi tertentu kepada masyarakat atau kelompok tertentu. Konsep dasar kebijakan
dakwah melibatkan berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan dengan cermat untuk
mencapai tujuan dakwah secara efektif.
Dengan demikian, Islam berperan sebagai subyek yang turut menentukan perjalanan
sejarah. Misi Islam adalah menyeru umat manusia untuk mengikuti jalan Allah dan Rasulnya
serta percaya kepada Hari Kiamat. Menurut Nourouzzaman Shiddiqy sejarah peradaban
Islam dibagai menjadi tiga periode: pertama, periode klasik (+650 – 1258 M); kedua, periode
pertengahan (jatuhnya Baghdad sampai ke penghujung abad ke-17 M) dan periode modern
(mulai abad ke-18 sampai sekarang). Sedangkan menurut Harun Nasution sejarah peradaban
Islam dibagi menjadi tiga periode: pertama, periode klasik (650 – 1250); kedua, periode
pertengahan (1250 – 1800) dan periode modern (1800 sampai sekarang). Berbagai ilmu
pengetahuan yang berkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan
dan pengembangan berbagai macam aspek budaya umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Rahman & Sulton Firdaus, “Masa Kejayaan Islam dan Tokoh-Tokohnya”,
https://scolar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:Q9e720yMF_gJ:scholar.google.com/
+masa+kejayaan+umat+islam&hl=id&as_sdt=0,5 diakses 5 September 2023
Aminudin, “Konsep Dasar Dakwah”, Jurnal Al-Munzir (Vol. 9, No. 1, Mei 2016)
Andi Cudai Nur & Muhammad Guntur, Analisis Kebijakan Publik, Cet. Ke-1, (Makassar:
Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar, 2019)
Din Muhammad Zakaria, Sejarah Peradaban Islam, (Malang: CV Intrans Publlishing 2018)
Dalinur & M. Nur, “Dakwah Teori, Definisi, dan Macamnya”, Jurnal Wardah (Vol. 12, No.
23, Desember 2011)
Udin, Kebijakan Dakwah Di Media Sosial, Cet. Ke-1, (Mataram: Sanabil, Januari 2022)
Said Zaenal Abidin, Kebijakan Publik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012)

Anda mungkin juga menyukai