PARADIGMA DAKWAH
DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH :
1. MUHAMMAD RASYID PERMANA (1120200011)
2. MUHAMMAD TAUFIK FAHROJI (1120200021)
3. MUHAMMAD RIZKI FADHILAH (1120200028)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia Nya penulis bisa
menyelesaikan laporan makalah paradigma dakwah dengan baik. Laporan
makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas MK Dakwah
Kontemporer yang mana merupakan tugas Kelompok dari salah satu
komponen yang haru di penuhi pada perkuliahan semester IV di Universitas
Islam As-syafi’iyah Jakarta.
Selain dari pada melaksanakan tugas laporan makalah, pada hakikatnya penulis
belajar serta menambah wawasan akan pengetahuan Dakwah Kontemporer
yang bisa memberikan manfaat dan turut memperkaya wawasan materi
pembaca.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH.........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................1
C. TUJUAN…………………………………………………………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PARADIGMA DAKWAH……....................................................................2
B. PARADIGMA DAKWAH HARAKAH……………………………………………………….…..4
C. PARADIGMA DAKWAH KULTURAL………………………………………………………….6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kenyataan itulah, dikenal beberapa istilah yang semakna dengan dakwah. Istilah
atau disebut juga terma dakwah ini dalam beberapa penjelasannya ada yang lebih
menekankan pada aspek metode atau proses kegiatannya dan ada yang menitikberatkan
pada hasil yang dicapainya. Pada berbagai terma tersebut tentu ditemukan perbedaan.
Namun, dari perbedaan-perbedaan itu bertemu pada titik yang sama, bertujuan agar
ajaran Islam dapat terwujud dalam kehidupan manusia yang pada akhirnya mereka
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut: (Tajuddin Nur) Seperti pada umumnya, ketika mendengar kata dakwah,
bayangan kita selalu befikir bahwa dakwah adalah ceramah agama yang disampaikan
oleh da’i pada masyarakat dalam pengajian atau yang biasa disebut sebagai majlis ilmi,
baik dalam perayaan keagamaan islam ataupun berkenaan dengan kegiatan pribadi
seseorang dalam resepsi pernikahan, khitanan, aqiqah, haji ataupun kegiatan tasyakuran
lainnya.
Pengertian dakwah secara esensi tidaklah memiliki makna tunggal sebagaimana diatas,
akan tetapi pengertian dakwah memiliki beberapa pengertian mendasar yang
seharusnya masih bisa dijabarkan dalam bentuk-bentuk kegiatan lainnya, yang secara
selintas sepertinya tidak ada kaitannya dengan kegiatan dakwah apalagi yang
menyampaikan bukanlah penceramah ataupun juru dakwah yang sepeti kita fahami
selama ini.
Secara Etimologikata dakwah memiliki arti: do’a, seruan, panggilan, ajakan, undangan,
dorongan dan permintaan, berakar dari kata kerja. "da’a“ yang berarti berdo'a,
memanggil, menyeru, mengundang, mendorong. Dan tentunya esesuaian itu dalam
rangka mengajak manusia untuk memahami dan mengamalkan ajaran islam sesuai
dengan Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad saw. Tujuan dakwah sendiri pada
dasarnya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia
dan di akhirat yang diridhai oleh Allah. Sebagai sebuah tuntutan bagi umat manusia,
untuk keselamatan bersama, dalam semangat saling mengingatkan dan tolong
menolong dalam kebaikan dan taqwa juga dalam kebenaran dan kesabaran di jalan
Allah SWT.
Dalam studi komunikasi, media merupakan salah satu elemen penting dalam
penyampain suatu pesan. Pun demikian dengan dakwah melalui tulisan. Dakwah
melalui tulisan dapat dikatakan berhasil bila pesan yang disampaikan mampu
dimengerti sekaligus dapat mengintervensi apa yang terdapat dalam pikiran dari
pembacanya.
2
Kelebihan yang dimiliki oleh cara berdakwah menggunakan tulisan ini diantaranya;
dakwah bisa dilakukan dimana saja dan tidak terhalang oleh ruang dan waktu, selain
itu para juru dakwah tidak dituntut harus berpakaian rapih, tidak peru pakai kopiah,
sorban dan peralata lainnya. Selain itu, kitajuga tidak peru menyiapkan konsumsi serta
hidangan, tidak memerlukan tempat serta pasilitaspasilitas lainnya. Dan yang lebih
penting adalah, bahwa materi yang kita sampaikan akan tetap ada sampai kapanpun dan
bisa diakses dimanapun dan kapanpun juga.
berdakwah bagi setiap muslim adalah hukumnya wajib dengan menggunakan jalan dan
caranya masing-masing sesuai kemampuannya “baligul ani walau ayah = sampaikanlah
walau satu ayat” ini menunjukkan bahwa setiap dari kita mempunyai kewajiban untuk
berdakwah.
Ilmu dakwah, sebagai bagian dari ilmu agama tentu juga memiliki paradigma
diantaranya; paradigma faktor, paradigma sistem, paradigma developmentalisme,
paradigma interpretif dan paradigma partisipatoris.
Pertama, Paradigma faktor adalah paradigma ilmu dakwah yang sangat dipengaruhi
oleh ilmu komunikasi, bahkan ada yang menyatakan bahwa secara struktural paradigma
dakwah adalah bagian dari ilmu komunikasi. maka paradigma faktor dakwah adalah
Da’i (komunikator atau subjek dakwah), pesan (message), metode, media, dan effek
dakwah.
Kedua, paradigma sistem dakwah. Sistem dakwah adalah keterkaitan antar sub-sistem
dakwah yang membentuk jaringan integral dan sistemik, sehingga antara satu sub-
sistem dengan yang lain tidak bisa dipisahkan.
Keempat, paradigma interpretative adalah pemikiran mendasar dari para ahli bahwa
yang menjadi sasaran dakwah adalah realitas dakwah yang memiliki makna. Disebut
realitas sebab yang dikaji adalah sesuatu dibalik tindakan. Makna diperoleh melalui
memahami sesuatu dibalik tindakan individu.
Kelima, paradigma partisipatori adalah pemikiran mendasar dari para ahli tentang apa
yang menjadi sasaran dakwah, yaitu perilaku partisipatif warga dalam kegiatan
dakwah.
3
B. PARADIGMA DAKWAH HARAKAH
Menurut Ilyas Ismail (2008: 12) Dakwah Harakah adalah pergerakan. Dakwah ini lebih
menekankan kepada aspek tindakan (aksi) ketimbang wacana (teoritisasi). Mengutip
pandangan AL-Qathani bahwa dakwah Harakah adalah dakwah yang berorientasi
kepada pengembangan masyarakat Islam, dengan melakukan reformasi dan perbaikan
(ishlah) dalam segi-segi kehidupan manusia dimulai dari perbaikan individu (ishah al-
fard), perbaikan keluarga(ishah al-Usrah), perbaikan masyarakat (ishah al-
mujtama’), dan perbaikan pemerintah dan negara (ishah al daulah). Yang dituntut
didalam jenis dakwah ini adalah adannya upaya pergerakan yang menuju ke arah
perbaikan. kata harakah sendiri secara harfiah berarti gerak atau gerakan, merupakan
lawan dari diam. Arti harfiah tersebut lahir dua makna pertama, harakah, menunjuk
pada suatu gerakan yang timbul setelah masa atau kondisi vakum. Kedua, harakah
menunjuk pada suatu usaha pembaruan untuk membawa masyarakat kepada kehidupan
yang lebih baik.
Dakwah harakah menuut Al-Ja’bari adalah dakwah yang memadukan antatra dimensi
pemikiran (konsepsional) dan pergerakan (praktikal), dan merupakan bagian integral
dari gerakan-gerakan kebangkitan Islam yang banyak bermunculan di negeri-negeri
Islam sejak permulaan silam (Ibrahim Muhammad al- Ja’bari: 1996,67-70) Yusuf Al-
Qardhawi, menekankan pentingnya dakwah harakah ini untuk membebaskan manusia
dari kejahatan. Umat Islam, kata Qardhawi, tidak akan pernah sepakat dalam kesesatan.
Jika demikian, maka harus ada sekelompok orang dari kalangan umat islam yang
bangkit membela kebenaran, membimbing, dan mengajak manusia kepadanya.
4
Karakteristik Dakwah Gerakan Menurut Mustafa Masyhur, dakwah harakah
mendasarkan diri pada tiga kekuatan sekaligus, yaitu (1) kekuatan akidah dan iman, (2)
kekuatan persatuan dan ikatan kaum muslimin (3)kekuatan jihad. Ada empat ciri yang
sangat menonjol dari dakwah harakah, yaitu (1) murni dan otentik (dzatiyyah), yakni
otentik sebagai panggilan tuhan, (2) mendorong kemajuan (taqqddumiyah), yakni
kemajuan yang tetap menjunjung tinggi nilai moralitas, (3)
universal (syamilah) mencakup semua aspek kehidupan, memadukan tiga sistem
hidup (manaj al hayat) yang terdiri dari tiga; Din (agama), Dunya (dunia) dan Daulah
(pemerintahan negara) (4) menekan prinsip-prinsip aggama yang luhur dan
menjauhkan diri dari perbedaan mazhab.
Dakwah harakah ini leh koprehensif daripada dakwah lainya karenanya dakwah
harakah ini lebih menilai sesuatu dari segi politik sebagai salah satu bagian tak
terpisahkan dari sistem islam, yang karenanya dakwah tidak dapat dipisahkan dari
politik. Dadalam pandangan paradigma harakah, islam disimbolkan dengan 3D, din (
agama ), daulah ( negara ), dan dunya ( dunia ).
Paradigma harakah ini bukan hanya berlatar belakang doktrin profetik islam ( rahmatan
li al-alamin atau ikhraj min al-zulumati ilaal-nur ) tetapi juga ada faktor historis, yakni
keterpurukan umat islam pascakolonialisme disatu sisi dan kebangkitan islam disisi
yang lain.
Dari pemahaman kebahasaan ini sesuatu yang bergerak itu ditandai jika terdapat
perpindahan dari suatu tempat atau kondisi ke tempat atau kondisi lainnya. Jika
dikaitkan dengan dakwah, maka dakwah yang menghendaki pergerakan dari kondisi
vakum sebelumnya, atau menghendaki suatu usaha pembaruan untuk membawa
masyarakat kepada kehidupan baru yang lebih baik. Bagi pendukung mazhab ini,
harakah bukan sekedar pandangan atau penafsiran, lebih dari itu, harakah adalah watak
dasar dari islam itu sendiri.menurut mereka, islam lahir sebagai suatu gerakan dan akan
selalu menjandi gerakan. Paradigma dakwah harakah menegaskan perlunya
meyakini islam sebagai sistem hidup yang komprehensif ( manhaj hayah ).
Sebagai sistem hidup yang komprehensif (manhaj hayah ), menurut Fathi Yakan, islam
tidak boleh dianggap hanya sebagai sistem keyakinan transendental, melainkan suatu
sistem yang mengatur seluruh segi kehidupan dari mulai sistem sosial, ekonomi, hingga
politik. Khusus aspek politik, fathi yakan membedakan karakter harakah islam dari
sistem keyakinan lain. Islam kata yakan, berbeda dari agama kristen misalnya, yang
menghendaki perpisahan agama dari negara.
5
C. PARADIGMA DAKWAH KULTURAL
Dakwah kultural memiliki hubungan yang dekat dengan islam kultural. Kata
kultural sendiri berasal dari bahasa Inggris, culture yang berarti kesopanan,
kebudayaan, dan pemeliharaan. Teori lain mengatakan bahwa kultur berasal dari
bahasa latin cultura yang artinya memelihara atau mengerjakan, mengolah. Sementara
itu Koentjaraningrat membagi kebudayaan dalam tiga wujud; Wujud ideal, wujud
kelakuan, wujud benda.
Kultural atau budaya mengacu pada perilaku yang dipelajari yang menjadi karakter cara
hidup secara total dari anggota suatu masyarakat tertentu. Kultur atau budaya terdiri
dari nilai-nilai umum yang dipegang dalam suatu kelompok manusia, merupakan satu
set norma, kebiasaan, nilai dan asumsi-asumsi yang mengarahkan perilaku kelompok
tersebut. Dakwah kultural adalah aktivitas dakwah yang menekankan pendekatan islam
kultural. Islam kultural adalah salah satu pendekatan yang berusaha meninjau kembali
kaitan doktrinal yang formal antara Islam dan politik atau islam dan negara termasuk
wilayah pemikiran ijtihadiyah, yang tidak menjadi persoalan bagi umat Islam ketika
sistem kekhalifahan masih bertahan didunia Islam. Setelah hancur sistem kekhalifahan
di Turki, dunia Islam dihadapkan pada sistem politik Barat.
Dakwah kultural merupakan dakwah yang baik dilakukan di masyarakat desa maupun
dilingkungan masyarakat kota, baik yang berpikiran primitif maupun yang sudah
modern. KH. Ahmad Dahlan termasuk sosok mubalig yang menggunakan metode
dakwah kultural pada sekitar tahun 1912-an karena beliau menyadari bahwa metode
dakwah yang tepat itu hanyalah metode dakwah kultural. Ahmad Dahlan penuh kehati-
hatianya dengan masalah aqiqah, walaupun mengunakan metode dakwah kultural, dia
tetap menanamkan nilai-nilai Islam tidak terlukai oleh model dakwah yang dilakukan.
Alhasil, beliau membersihkan nilai-nilai ajaran Islam dari pengaruh budaya kultural
setempat.
6
Kelebihan dan kekurangan dakwah kultural mengakui adanya perombakan masyarakat
atau penggalian bentuk (transformasi ) sosial kearah yang lebih baik. Namun demikian
pendekatan dialog budaya dalam dakwah kultural memungkiri tindakan disruptive
dalam menyampaikan dakwah, yakni memotong masyarakat dari masa lampaunya
semata. Dakwah melestarikan apa yang baik dan benar dari masa lampau dalam konteks
ajaran universal islam. Dalam masalah protradisi seperti yang telah dijelaskan, pelopor
dakwah kultural perlu dibedakan antara tradisi dan tradisionalitas.
Keunggulan lain dari dakwah kultural, yakni penegasan watak universalisme islam
melalui kehadirannya yang indegenius di tengah-tengah budaya baru. Dengan mereka
yang memandang universalisme islam sebagai sistem hidup yang menyangkut seluruh
aspek kehidupan manusia, mazhab kultural lebih memandang berbeda universlisme
islam sebagai kemampuan mengakomodasi pluralitas budaya manusia.
7
Pola Dakwah Kultural
Konsep pola budaya pertama kali diperkenalkan oleh Ruth Benedict. Menurutnya
kebudayaan merupakan cara-cara yang menjadi dasar kehidupan manusia. Yang
ditampilkan melalui karakteristik kebudayaan yang unik. Soeriono Soekanto
mengemukakan bahwa pola budaya merupakan tatanan dari unsur-unsur kebudayaan
yang menjadi dasar keutuhan suatu kebudayaan tertentu ( pola kebudayaan). Pola
budaya adalah konsep untuk menggambarkan interelasi dari sebuah kelompok
berdasarkan orientasi kultural.
Dalam penyamapain dakwah kultural sangat mengedepankan penanaman nilai
kesadaran, kepahaman ideologi, dan sasaran dakwah. Dakwah kultural melibatkana
kajian antara disiplin ilmu dalam rangka meningkatkan serta memperdayakan
masyarakat. Aktivitas dakwah kultural meliputi seluruh aspek kehidupan, baik yang
menyangkup aspek sosial buadaya, pendidikan, ekonomi, kesehatan, alam sekitar.
Dalam konsep dakwah kultural ini juga memuat ciri-ciri pada waktu kultural itu sendiri
yaitu:
1. Menggunakan dalil dan ayat Al-Qur’an
2. Lebih meningkatkan pemahaman persuasif terhadap sasaran dakwah.
3. Tidak menharuskan sang Da’i masuk ke sistem.
Setelah memahami pengertian dakwah maka pola dakwah kultural diantaranya yaitu:
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam dakwah, adalah kegiatan penyampaian ajaran agama kepada khalayak atau
penyampaian Da’i terhadap Mad’u. Dalam pemikiran dakwah tablig, mubalig harus
dapat mengenal pokok-pokok dakwah atau disebut Ushul al-da’wah al sittah.
Dakwah harakah berarti menyeru manusia kepada Islam dengan hikmah dan nasihat
yang baik sehingga mereka meninggalkan though (berhala,setan ) dan beriman
kepada Allah agar mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam
dalam upaya meraih kebahagiaan lahir dan batin, baik dunia maupun akhirat.
B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami paparkan, tentu saja masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Serta, tentu saja tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan dari makalah yang telah kami susun. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari para pembaca yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga
makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat bagi pemakalah pada
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
9
C. DAFTAR PUSTAKA
Amrullah Ahmad, Eds., Dakwah dan Perubahan Sosial, (Jogyakarta: Bima Putra,
1993).
Http://bangbudi.blog.ugm.ac.id/2012/09/16/islam-kultural-
Tajuddin Nur
[1]https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/syiar
[3] Amrullah Ahmad, Eds., Dakwah dan Perubahan Sosial, (Jogyakarta: Bima
Putra, 1993).
[8]R al Hana.”Dakwah
Kultural” http://diglib.uinsby.ac.id/6123/3Bab%202.pdf.Hal 45
10