Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

 Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Pendahuluan Ilmu Dakwah
tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Jember, 17 September 2018

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Dakwah

B. Pengertian Dakwah Islam

C. Fungsi dan Tujuan Dakwah

D. Pengertian Ilmu Dakwah

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu dakwah sangat penting untuk dipelajari agar kita tidak keliru dalam memahaminya.
Dakwah merupakan hal yang sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari
khususnya dalam ruang lingkup agama Islam. Ilmu dakwah merupakan ilmu yang terbuka
untuk penyempurnaan. Selain itu setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda-beda.
Karena itu peluang untuk bertambahnya unsur dakwah akan terus berlanjut. Ilmu dakwah
merupakan ilmu yang paling penting dalam sejarah peradaban Islam, karena dakwah
dijadikan sebagai metode atau cara Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam.
Seperti ilmu-ilmu yang lainnya, ilmu dakwah juga mempunyai kerangka-kerangka yang
perlu untuk dianalisis. Karena ilmu dakwah juga mempunyai input, proses dan output.
Berdasarkan hakekat dakwah, objek formal ilmu dakwah serta analisa masalah interaksi
antar unsur dakwah sebagai bagian dari objek formal, dan pengertian ilmu, maka disiplin
ilmu dakwah dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama :Pertama, disiplin yang
memberikan kerangka teori dan metodologi dakwa islam.kedua, disiplin yang memberikan
kerangka teknis operasional kegiatan dakwah islam. bagian pertama memberikan dasar-
dasar teoritik dan metodologi keahlian dan disebut ilmu dasar (teoritik) dakwah dan bagian
kedua memberikan kemampuan teknis keahlian profesi dan disebut ilmu terapan/tehnik
operasional dakwah (teknologi dakwah).

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian ilmu dakwah ?
b. Bagaimana perkembangan sejarah ilmu dakwah ?
c.Apa pengertian dakwah islam?
d.Apa fungsi dan tujuan dari dakwah ?

C.Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu dakwah.
b. untuk mengetahui bagaimana perkembangan sejarah dakwah.
c. untuk mengetahui pengertian dari dakwah islam.
d. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari dakwah islam.

2
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Ilmu Dakwah


Pengertian ilmu dakwah secara entimologi dakwah adalah menyeru atau mengajak
manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk Al-quran dan hadist. Mennyeru
berbuat kebaikan dan melarang perbuatan mungkar yang dilarang oleh Allah SWT dan
Rasul-Nya agar manusia mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sedangkan Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk
menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyutujui atau melaksanakan
suatu ideologi, agama, pendapat atau persetujuan tertentu.

hukum berdakwah : ada sebagian ulama yang menyatakan hukum berdakwah adalh
fardu kifayah, dan sebagian ulama lainnya mengatakan hukum berdakwah itu adalah fardu
a'in. Hukum adalh Undang- undang Allah sebagaimana tercantum dalam Al-qur'an dan
sunah rasul untuk setiap muslim.

Rumusan-rumusan mengenai ilmu dakwah masih langka.Berbagai literatur tentang


ilmu dakwah masih sulit didapatkan bahkan yang banyak didapati adalah rumusan-rumusan
dakwah sebagai aktifitas bukan rumusan-rumusan mengenai dakwah sebagai i,mu
pengetahuan.

Prof.Toha Yahya Oemar MA.(1998:23)mendefinisikan ilmu dakwah secara umum


sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan-tuntunan,bagaimana
seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,menyetujui,melaksanakan suatu
ideologi,pendapat,pekerjaan tertentu.

Drs.Moh.Ali Aziz (2001:25) merumuskan ilmu dakwah sebagai ilmu yang membahas
tentang bentuk-bentuk penyampaian ajaran ajaran Islam kepada seseorang atau kelompok
orang terutama mengenai cara-cara bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia agar
mereka menerima dan mengamalkan ajaran secara kaffah.Sesuai firman Allah dalam surat
al-Baqarah ayat 208yang berbunyi :

2
‫الس ْل ِم َك افَّ ة‬ ‫آم نُ وا ْاد ُخ لُ وا يِف‬ ِ َّ
ِّ َ ‫يَ ا َأ يُّ َه ا ال ذ‬
َ ‫ين‬
Arti nya : ”Hai orang-orang yang beriman,masuklah kamu kedalam islam secara
keseluruhan” ً

Yang pertama,masuk kedalam agama Allah dengan seluruh kegiatan hidup dan
kehidupan apapun pangat dan jabatannya,kedudukan atau bangsanya.pendeknya manusia
yang menyembah(ubudiyah)kepada Allah didalam setiap saat kegiatan dikehidupannya.

B. Perkembangan Sejarah Ilmu Dakwah


Pengertian dakwah menurut bahasa Arab (da’a, yad’u, da’watan) yang berarti
menyeru, memanggil, mengajak, mengundang, memohon dan meminta atau doa. Adapun
pngertian dakwah secara terminologi, dapat dikemukakan pendapat para ahli, menurut
Syekh Ali Mahfudh dakwah mendorong manusia agar berbuat kebajikan dan petunjuk,
menyuruh mereka berbuat yang makruf, dan melarang merekadari perbuatan munkar, agar
mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pengertian ilmu dakwah menurut
para ahli, antara lain:
a) Menurut  Prof Toha yahya Omar M.A adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi
tentang cara-cara dan tuntutan, bagaimana menarik perhatian, untuk menganut,
menyetujui, melaksanakan suatu idiologi, pendapat, dan pekerjaan tertentu.
b) Menurut Drs H. Masdar Helmi bahwa ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari
ajakan dan kegiatan manusia dalam menyampaikan ajaran Islam kepada sesama
manusia untuk kebahagiaan baik di dunia maupun diakhirat. Jalaludin Rahmat
mengatakan bahwa, dakwah adalah fenomena sosial yang dirangsang keberadaannya
oleh nash-nash agama Islam. Fakta-fakta sosial tersebut dapat dikaji secara empiris,
terutama pada aspek proses penyampaian dakwah serta internalisasi nilai agama bagi
penerima dakwah.
Dakwah yang demikian, baik yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok
maupun lembaga yang dilakukan dengan berbagai media merupakan kenyataan sosial yang
dapat diamati, sehingga merupakan pengetahuan.
Dakwah Islam sebagai usaha dan kegiatan orang beriman dalam mewujudkan ajaran
Islam dengan menggunakan sistem dan cara tertentu ke dalam kenyataan hidup perorangan
(fardiyah), keluarga (usrah), kelompok (thafifah), masyarakat (mujtama’) dan Negara

2
(daulah) merupakan kegiatan yang menjadi sebab terbentuknya komunitas dan masyarakat
muslim serta peradabannya.
Tanpa adanya dakwah, maka masyarakat muslim tidak dimungkinkan
keberadaannya. Dengan demikian, dakwah merupakan pergerakan yang berfungsi
mentransformasikan Islam sebagai ajaran (doktrin) menjadi kenyataan tata masyarakat dan
peradabannya yang mendasarkan pada pandangan dunia Islam yang bersumber pada Al-
Qur’an dan as-Sunnah.
Sacara substansial dakwah Islam dapat dipandang dari dua sisi : pertama, dakwah
sebagai ilmu dan kedua, dakwah sebagai aktivitas. Sebagai ilmu, dakwah merupakan
kesatuan pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang antar bagiannya saling
berhubungan dan memiliki tujuan tertentu yang bersifat teoritis maupun praktis. Sedangkan
dakwah sebagai aktivitas hakikatnya merupakan pergerakan (harakah) transformasi Islam
menjadi tatanan kehidupan pribadi, keluarga, jama’ah, ummah dan daulah.
Dalam literatur klasik, pembahasan ilmu dakwah secara sistematis belum dikenal
kecuali sebatas dakwah sebagai prinsip-prinsip menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar
serta sebagai kegiatan memelihara dan membina masyarakat Islam. Pembahasan dakwah
biasanya dipandang sebagai bagian dari ushuluddin sebagaimana tercermin dalam
pembahasan amar ma’ruf dan nahi mungkar dalam mu’tazilah, menjadi bagian pembahasan
dalam fiqih sebagaimana tercermin dalam pemikiran Syi’ah dan menjadi bagian muamalah
dikalangan Sunni sebagaimana tercermin dalam pemikian al Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin.
Dengan demikian dakwah kepada kebaikan dengan menjalankan fungsi amar ma’ruf nahi
mungkar oleh para pakar (ulama) tafsir telah dikaji secara mendalam sebagai kegiatan
esensial bagi tegaknya peradaban Islam sebagai perwujudan kebenaran universal dan
ditunaikannya tugas khilafah.
1. Tahap-tahap Perkembangan Ilmu Dakwah

Tahapan Identifikasi Masalah dan Perumusan pemikiran Dakwah sebagai Fenomena


Tauhid, Sosial dan Sejarah. Seorang tokoh hebat, yakni Al Ghazali dalam kitabnya ihya
ulumuddin menggambarkan bahwa, kegiatan dakwah merupakan fenomena dalam
masyarakat islam. Menjadikan amar ma’ruf mahi munkar sebagai inti pergerakan dalam
dinamika masyarakat islam. Pengkajian dakwah yang lebih kontemporer, mulai memasuki
sisi praktis pendekatan epistemologis dalam pengertian sekitar metode pelaksanaan
dakwah (praktis). Kajian yang lebih khusus dengan tujuan memahami secara komprehensif

2
mengenai aplikasi sistem strategi, metode, profil mad’u dan hasil-hasil yang dicapai dakwah
zaman Nabi SAW dapat dilihat pada karya-karya Syeh Salman bin Fahd al-Audah, Rabi bin
Hadi al Madkhali, Amin Ahsan Ishlahi, Ahmad Kan’an, Syeh Munir Muhammad Ghodhban
dan Husain bin Muhammad bin Ali Jubir.
Sejak awal Imam al-Ghazali sudah mengenalkan kepada masyarakat bahwa dakwah
berdimensi politik dan senantiasa bersentuhan dengan kekuasaan (penguasa). Setelah
menguraikan syarat amar ma’ruf nahi munkar, ia mencerirakan pelaksanaan dakwah yang
dilaksanakan para da’I kepada para penguasa.
Sampai awal abad 20 perkembangan ilmu dakwah telah mencapai tahap sistematis, namun
belum ke tahap ilmiah. Persoalan-persoalan dakwah sudah menjadi objek kajian akademik,
dan menjadi wacana dalam pertemuan-pertemuan kaum terpelajar muslim. Masyarakat
luas memiliki perhatian besar terhadap pelaksanaan dakwah islam yang memunculkan
budaya ilmiah seperti seminar, diskusi, sarasehan, dan pertemuan ilmiah lainnya yang
secara khusus membicarakan masalah yang berkenaan dengan dakwah.
Tahap ilmu dakwah selanjutnya mencapai tahap ilmiah pada pertengahan abad 20. Pada
tahap ini dakwah telah tersusun sebagai ilmu pengetahuan setelah memenuhi syarat-syarat
objektif, metodik dan sistematik.
Literature-literatur mengenai ilmu dakwah bermunculan dengan pertanggung jawaban
ilmiah yang jelas. Ini ditandai dengan munculnya kaya tulis dari ulama al-Azhar Mesir.
Ahmad al-Ghalwusy menulis buku al-Dakwah al-Islamiah (1935) dan Syekh Ali MAhfuzh
dengan bukunya Hidayah al-Mursyidin (1957). Penulis lain kemudian bermunculan
diantaranya Abdul karim Zaidan dengan bukunya Ushul al-Da’wah (1975) dan Abdul Hamid
Mahmud dengan bukunya al-Da’wah al-Fardiyah (1990).
Sedangkan Thomas W. Arnold dalam bukunya yang berjudul “the preaching of islam” telah
mengkaji permasalahan dakwah dengan pendekatan sejarah. Buku Thomas ini sangat
berpengaruh dikalangan pemikir dakwah di Timur Tengah, karena bukunya dicetak
berulang-ulang sampai 3 kali. Dari kalangan pemikir muslim di timur tengah muncul tokoh
pemikir dakwah Abdullah bin Alwi al-Haddad yang menulis buku “al-Da’wah al-Tammah wa
al-Tadzkirah Ammah” (1933) yang isinya membahas klasifikasi sasaran dakwah. Sedangkan
Muhammad Ahmad al-Adawi menulis buku dengan judul ‘Da’watu Rosul ila Allahi Ta’ala”
(1935) yang membahas tahapan dakwah.
Ilmu dakwah sudah diakui masyarakat ilmiah sejak dibukanya jurusan Dakwah pada fakultas
Ushuludin Universitas al-Azhar pada tahun 1942 dengan ditandai terbitnya karya ilmiah
syekh Ali Makhfud dengan judul “hidayatul mursyidin”. Isinya buku ini menekankan pada
lingkup kajian dakwah sebagai tabligh dlam pengertian penyiaran islam melalui khitabah.

2
Kemudian munculah tulisan para pemikir berkisar dalam masalah: unsur-unsur dakwah
(tabligh), eksistensi dakwah sebagai sarana membangun atau perbaikan masyarakat,
prblematika dakwah, proses dakwah, sistem dakwah, metode dakwah, analisis fakto-faktor
keberhasilan tabligh (pernyiaran islam), media dakwah, filsafat dakwah, managemen
dakwah dan konsep dakwah menurut Al-quran. Para pengkaji dakwah dan karya yang
dihasilkan antara lain:
1. Syekh Ali Mahfudz, Hidayatul Mursyidin (1942),
2. Muhammad al-Ghazali, Fi Maukibid Dakwah (1954) dan Ma’allahi Dirasat Fid-Dakwah
Wad Du’at (1961),
3. Abu Bakar Zakri, Al-Da’watu il al-Islam (1961),
4. Barmawi Umari, Asas-asas Ilmu Dakwah (1961),
5. Jauhari Lubis, Penyuluhan Masyarakat Agama, Jakarta DEPAG, 1963.
Selain itu, masih banyak lagi para ahli yang menumpahkan kajiannya tentang Ilmu
Dakwah lewat karya-karyanya.
b. Tahap Pemikiran Dakwah Sebagai Bidang Kajian Akademik di Perguruan Tinggi.
Salah satu bentuk pengakuan bahwa bidang pengetahuan disebut ilmu pengetahuan
adalah karena bidang pengetahuan itu diterima di dunia akademik dan dikaji secara
disipliner dalam wadah program studi. Ilmu dakwah diakui sebagai ilmu pengetahuan sejak
tahun 1942 dengan adanya jurusan dakwah pada fakultas ushuludin di Universitas al Azhar.
c. Tahap Pemikiran Dakwah Secara Sistematik Keilmuan dengan Pendekatan Epistimologi
dan system Serta pengembangannya Dalam pendidikan Tinggi Dakwah.
Tahapan ini dimulai dari tahun 1981 sampai sekarang. Terdapat kemajuan yang
sangat berarti pada tahap ini, yaitu adanya terbitan buku-buku dakwah, yang disertai
dengan usaha sistematisasi keilmuan dakwah dengan pendekatan system dan epistimologi
(teori pengetahuan). Pola pendekatan pemikiran dakwah ini ditandai dengan:
1. Adanya cara pandang tentang dakwah sebagai phenomena tauhid dan kemasyarakatan,
2. Dakwah tiddak hanya dilihat dari segi tabligh, tetapi juga dalam pembangunan
masyarakat Islam,
3. Dakwah tidak lagi dilihat dari perspektif maslah local tetapi sudah dilihat dari maslah
global yang mendunia,
4. Pendekatan dakwah bukan dilihat dari unsur-unsur dakwah tetapi menggunakan
pendekatan system yang dapat lebih menjelaskan interaksi yang dimaksud,
5. Dakwah tidak lagi dilihat sebagai kegiatan atau seni berbicara, tetapi sebagai phenomena
keilmuan yang menggunakan epistimologi yang lebih jelas.

2
1. Objek Kajian Ilmu Dakwah Di Indonesia
Sebelum mendiskusikan objek kajian ilmu dakwah, terlebih dahulu akan dikemukakan
pendapat al-Faruqi tentang dakwah. Dalam salah satu karyanya, Ismail al-Faruqi
mengemukakan, dakwah berhubungan dengan Islam. Islam menempatkan yang benar dan
yang salah dengan sangat jelas. Kebenaran menjadi nyata karena di sisi lainnya kesalahan
menjadi tampak nyata.
Kegiatan dakwah, bagi Ismail al-Faruqi merupakan suatu bentuk usaha dalam berfikir,
berdebat atau menyanggah. Ia merupakan produk paling akhir dari proses kritis intelektual.
Sehingga isi dakwah tidak sekadar apa yang diketahui dan disajikan. Isi dakwah adalah
kebenaran yang diterima secara tulus dan pembenarannya yang didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan atas beberapa alternatif. Isi dakwah diperbandingkan dengan
sesuatu yang kontras, menyolok dilakukan pengujian konsistensi umum dengan seluruh
pengetahuan yang lain dan pengujian mengenai hubungan dengan kenyataan. Oleh karena
itu, kita mungkin dapat dengan mudah memahami pemikiran bahwa hakekat dakwah
adalah mengajak manusia kembali kepada hakikat fitri yang tidak lain adalah jalan Allah
serta mengajak manusia untuk kembali kepada fungsi dan tujuan hakiki keberadaannya
dalam bentuk mengimani ajaran kebenaran dan mentransformasikan iman menjadi amal
saleh.Objek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih, yaitu masyarakat.
Pemahaman mengenai masyarakat itu bisa beragam, tergantung dari cara memandangnya.
Dipandang dari bidang sosiologi, masyarakat itu mempunyai struktur dan mengalami
perubahan-perubahan.
Di dalam masyarakat terjadi interaksi antara satu orang dengan orang lain, antara satu
kelompok dengan kelompok lain, individu dengan kelompok, lapisan-lapisan, lembaga-
lembaga, nilai-nilai, norma-norma, kekuasaan, proses perubahan. Itulah pandangan
sosiologi terhadap masyarakat. Pandangan psikologi lain lagi, demikian pula pandangan dari
bidang antropologi, sejarah, ekonomi, agama dan sebagainya.
Penelitian objek dakwah adalah berangkat dari permasalahan yang terdapat di dalam
masyarakat itu, baik masyarakat yang telah memperoleh dakwah islamiyah maupun
masyarakat yang belum memperoleh dakwah islamiyah. Misalnya, mengapa umat objek
kajian ilmu dakwah pada dasarnya adalan manusia, baik seorang atau lebih.
Adapun objek penelaahan ilmu dakwah adalah memiliki:
1.objek-objek material adalah ilmu dakwah sebagaimana ilmu-ilmu sejenis lainnya adalah
tentang tingkah laku manusia sebagai individu, kelompok dan masyarakat.
2.objek formal adalah usaha manusia untuk menyeru atau mengajak manusia lain dengan
ajaran Islam agar menerima, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam bahkan

2
memperjuangkannya”. Situasi komunikasi yang mengarah pada perubahan sosial,
perubahan pemikiran, perasaan, sikap dan perilaku individu, kelompok masyarakat dan
pengetahuan kelembagaan. Dengan demikian, maka yang menjadi objek telaah ilmu
dakwah adalah manusia dengan segala sikap tingkah lakunya yang berkaitan dengan
aktifitas dakwah.

C.Pengertian Dakwah Islam


a.Pengertian secara etismologis
Kata dakwah adalah berasal dari bahasa Arab''Da'wah'' yang berarti memanggil,
mengundang, dan mengajak. Kata memanggil pun dalam kamus besar bahasa Indonesia
mempunyai beberapa makna yang diberikan AL'Qur'an yaitu mengajak, meminta, menyeru,
mengundang, menyebut, dan memakan. Maka bila kita simpulkan , makna Dakwah Adalah
MEMANGGIL.
b.Pengertian secara terminologis

Definisi dakwah dari literatur yang ditulis oleh pakar-pakar dakwah adalah:
Dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan
hidup sepanjang ajaran ALLAH SWT yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat
yang baik (Aboebakar Atjeh. 1971:6)
Dakwah adalah menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk, serta menyuruh kepada
kebaikan dan melarang pada kemunkaran agar mendapat kebahagian dunia dan akhirat.
(Syekh Muhammad Al-Khadir Husaini)
Dakwah adalah menyampaikan dan mengajarkan agama islam kepada seluruh umat
manusia dan mempraktekkannya dalam kehidupan nyata, (M. Abdul Fath Al-Bayanuni)
Dakwah adalah suatu aktifitas yang mendorong manusia agar memeluk agama islam melaui
cara yang bijaksana. dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan
di dunia dan di akhirat. (A. Masykur Amin)
Dari definisi para ahli tersebut bisa kita simpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan atau
usaha memanggil orang muslim maupun non muslim. dengan cara yang bijaksana, ,melalui
penyampaian ajaran islam, untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar bisa hidup
damai di dunia dan bahagia di akhirat.

Setelah kita mengetahui makna dakwah secara etimologis dan terminologis maka kita akan
dapatkan semua makna dakwah tersebut membawa misi persuasif bukan represif karena
sifatnya hanyalah panggilan dan seruan bukan paksaan. Hal ini bsesuaian dengan firman
ALLAH (ayat Ia Ikraha Fiddin ) bahwa tidak ada paksaan dalam beragama.
c.Pengertian secara paradigmatis

2
Dakwah dalam pengertian paradigmatic bersifat intensional artinya norma didasari nilai-nilai
keimanan yang diridoi Allah swt ini berarti bahwa setiap penyampaian yang tidak didasari
nilai-nilai keimanan bukan disebut dakwah,tetapi hanya sebagai ‘’komunikasi’’,sebab tidak
semua proses komunikasi merupakan proses dakwah.
Selanjutnya,seruan dan ajakan tersebut berbasis kepada kesadaran manusia,untuk
menciptakan kondisi yang lebih baik

D.Fungsi dan Tujuan Dakwah


1.Fungsi Dakwah

Pada dasarnya dakwah memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi risalah dan fungsi
kerahmatan. Secara kerisalahan, dakwah dapat dipahami sebagai proses pembangunan dan
perubahan sosial menuju kehidupan yang lebih baik. Sedangkan dakwah dalam fungsi
kerahmatan adalah upaya menjadikan islam sebagai konsep bagi manusia dalam
menjalankan kehidupannya.

Berdasarkan fungsi tersebut, dikembangkan beberapa fungsi lain diantaranya :

a. Fungsi Informatif

Menyampaikan suatu informasi kepada objek yang diinginkan.

b. Fungsi Tabyin

Tabyin merupakan fungsi kedua setelah syari’at al-Qur’an itu diinformasikan kepada
publik. Para da’i harus bertindak sebagai narasumber yang berfungsi menjelaskan
hakikat islam kepada audien. Karena itu tabyin merupakan salah satu konsep
dakwah yang diperkenalkan oleh al-Qur’an

c. Fungsi Tabsyir

Tabsyir dan tanzil merupakan dua pendekatan dakwah yang barfungsi memberikan
berita gembira bagi para penerima dakwah dan sebaliknya menginformasikan
tentang ancaman yang akan menimpa orang-orang yang menolak kehadiran dakwah
islam.

d. Sebagai sebuah petunjuk, dakwah islam mutlak dilakukan agar islam menjadi
rahmat penyejuk bagi kehidupan manusia.

2
e. Menjaga orisinal pesan dakwah dari Nabi SAW.dan menyeberkannya kepada
lintas generasi.

f. Mencegah laknat Allah, yakni siksaan untuk keseluruhan manusia di dunia.

2.Tujuan Dakwah

Tujuan umum dakwah islamiyah ialah membumikan ajaran islam(ajaran tauhid) dan
memperkenalkan Allah dan Rasul-Nya kepada manusia seluruhnya sehingga mereka tampil
sebagai umat terbaik yang selalu tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan larangan
Allah sebagaimana yang diperkenalkan oleh rasulullah SAW.

a. Tujuan pembebasan (liberasi sosial)


Adapun program kegiatan dakwah dan penerangan agama tidak lain adalah untuk
menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan dan pengalaman ajaran agama
yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerang agama.

Secara internal, tujuan dakwah adalah untuk membebaskan umat islam dari kefakiran dan
kekufuran. Sedangkan secara eksternal, dakwah juga berrujuan membebaskan
manusia(tidak hanya umat islam) dari berbagai ancaman, kesempitan dan kesengsaraan
hidup. Sehubungan dengan ayat tersebut, Allah menganjurkan umatnya untuk menjadi
pribadi yang selalu memberikan kesejukan dan rahmat bagi orang lain.

Dari beberapa tujuan tersebut, Jum’ah Amin Abdul Aziz merincikan beberapa tujuan, antara
lain:
· Untuk memelihara agama (hifdhu al-din)
· Memelihara jiwa (hifdhu al-nafs)
· Memelihara akal (hifdhu al-‘aql)
· Memelihara keturunan (hifdhu al-nasb)
· Untuk memelihara harta (hifdhu al-mal)
b.Tujuan humanis
Humanisa telah muncul menjadi suatu gerakan yang berupaya mengembalikan identitas diri
manusia sebagai makhluk yang paling mulia dimuka bumi. Gerakan ini bersifat komprehensif
dan universal yang berupaya mengembalikan sifat asli manusia dari sifat-sifat kebinatangan
yang dilakoni selama ini.

2
2
2
2
DAFTAR PUSTAKA

https://nurrohmah17.wordpress.com/2017/05/25/sejarah-perkembangan-ilmu-
dakwah/

Anda mungkin juga menyukai