Anda di halaman 1dari 14

MATERI DAKWAH TEMATIK

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Materi Dakwah Tematik

Oleh:
Zidan Abid Maulana 1917101031
Fadila Elma Ramdhani 1917101014
Intan Lulu Fauzi 1917101004
Sani Umami 1917101025

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI PROF. K.H SAIFUDDIN
ZUHRI PURWOKERTO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam  adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk
menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat
bagi seluruh alam. Kemajuan iptek telah membawa banyak perubahan bagi
masyarakat, baik secara berfikir, sikap, maupun tingkah laku. segala persoalan
kemasyarakatan yang semakin rumit dan kompleks yang dihadapi oleh umat
manusia adalah masalah yang harus dihadapi dan diatasi oleh para pendukung dan
pelaksana dakwah.1
Dakwah menjadi tugas yang harus diemban oleh setiap muslim, dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab, bahkan dakwah itu menjadi tugas rutin, dan
kesinambungan dari masa ke masa sampai kelak di kemudian hari. Karena tujuan
utama dakwah adalah untuk mengajak mad’u (obyek dakwah) ke jalan yang benar
yang dridhai Allah. 2
Dakwah Islam pada dasarnya adalah fardhu bagi setiap muslim, dimana
aktifitas tersebut memerlukan pemahaman Islam secara komprehensif untuk
internalisasi nila-nilai Islam dalam aktifitas kehidupan. Nilai-nilai Islam yang
bersumber dari ajaran aqidah, syariah dan akhlak dapat diterapkan secara utuh,
bukan setengah-setengah yang menyebabkan pada pola kehidupan yang
memisahkan antara ajaran agama dengan urusan duniawi. Padahal antara urusan
duniawi dan akhirat yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW tidak boleh
terpisah. Oleh karena itu, perlu adanya dakwah yang i bagi para da’i dalam
menyampaikan risalah Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud materi dakwah ?
2. Apa saja yang termasuk dalam unsur-unsur dakwah?
3. Bagaimana konsep dasar materi dakwah tematik?
4. Apa saja ruang lingkup dakwah tematik ?
1
Abd. Rosyad Shaleh. Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1977), h. 1.
2
Agus Wahyu Triatmo, dkk, Dakwah Islam Antara Normatif dan Kontektual, (Semarang:
Fakda IAIN Walisongo, 2001), h. 13.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah
1. Untuk mengetahui apa saja materi dakwah.
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam unsur-unsur dakwah.
3. Agar mengetahui konsep dasar materi dakwah tematik.
4. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup dakwah tematik.
D. Kajian Pustaka
Icol Dianto dalam jurnal Tadbir dakwah merupakan kegiatan mengajak
kepada manusia ke jalan lurus berdasarkan panduan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Dakwah mendapatkan eksistensinya dalam Al-Qur’an yang muncul dengan
berbagai variannya. Artikel tersebut bertujuan mengungkap varian kata dakwah
dalam Al-Qur’an dengan menggunakan analisis tematik subjek dakwah dalam Al-
Qur’an. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an dakwah itu
dilakukan oleh Allah, malaikat, setan dan manusia. Subjek dakwah dari golongan
manusia dapat dilakukan oleh mukminin, musyrikin dan pendusta. Subjek dakwah
dari golongan manusia tampil dalam bentuk yang berkelompok, dan lembaga:
formal dan non formal.3
E. Metode
Makalah ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode
penelitian kepustakaan (library research). penelitian kepustakaan merupakan
kegiatan penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan data
dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti buku
referensi, hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, artikel, catatan, serta berbagai
jurnal yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan. Kegiatan dilakukan
secara sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data
dengan menggunakan metode/teknik tertentu guna mencari jawaban atas
permasalahan yang dihadapi.

3
Icol Dianto, Analisis Tematik Subjek Dakwah dalam Al-Qur’an, Tadbir, Vol. 1 No.1, Juni
2019, h.100-118.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Materi Dakwah


Materi dakwah (maddah ad da’wah) adalah pesan-pesan dakwah Islam,
yaitu keseluruhan ajaran Islam yang berasal dari Kitabullah maupun Sunnah
Rasul-Nya. Materi dakwah disampaikan kepada oleh da’i kepada objek dakwah
yang berisi pesan-pesan ajaran Islam. Meliputi bidang akidah, syariah (ibadah dan
muamalah) dan akhlak. Semua materi dakwah ini bersumber pada Alqur’an, As-
Sunnah Rasulullah Saw, hasil ijtihad ulama, dan sejarah peradaban Islam.4
Materi yang disampaikan oleh seorang da’i juga harus cocok dengan bidang
keahliannya, juga harus cocok dengan metode dan media serta objek dakwahnya.
Dalam hal ini, yang menjadi maddah (materi) dakwah adalah ajaran Islam itu
sendiri.5
Pesan merupakan salah satu unsur utama dalam dakwah. Tanpa ada pesan,
kegiatan dakwah tidak memiliki arti apa-apa. Pesan memiliki kekuatan yang luar
biasa. Seseorang bisa menangis, tertawa, marah dan bahkan bisa melakukan
tindakan yang radikal sekalipun akibat dari pesan yang disampaikan oleh seorang.
Keseluruhan materi dakwah, pada hakikatnya bersumber dari dua sumber,
yaitu: al-Qur‟an dan al-Hadits. Menurut Hasby al-Shiddiqiy, al-Qur‟an adalah
kalam Allah SWT yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan atau di wahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya merupakan suatu ibadah.
Sedangkan al-Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,pernyataan (taqrir), dan
sebagainya.6

Secara umum, materi dakwah diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok,


yaitu :
4
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h.
13
5
H.M. Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 26
6
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1972), h. 17
a. Masalah Aqidah (keimanan)
Aspek akidah adalah yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh
karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah
masalah aqidah atau keimanan.
b. Masalah Syari‟ah
Materi dakwah yang bersifat syari‟ah ini sangat luas dan mengikat seluruh
umat Islam. Disamping mengandung dan mencakup kemaslahatan sosial dan
moral, materi dakwah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang
benar dan kejadian secara cermat terhadap hujjah atau dalil-dalil dalam
melihat persoalan pembaruan, sehingga umat tidak terperosok kedalam
kejelekan, karena yang diinginkan dalam dakwah adalah kebaikan.7
c. Masalah Muamalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar
porsinya daripada urusan ibadah. Ibadah dalam muamalah disini diartikan
sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka
mengabdi kepada Allah SWT.
d. Masalah Akhlaq
Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun
yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabi‟at. Sedangkan
secara terminologi, pembahasan akhlaq berkaitan dengan masalah tabi‟at atau
kondisi temperature batin yang mempengaruhi perilaku manusia.

B. Unsur-Unsur Dakwah
1. Da’i (Subyek Dakwah)
Da’i diartikan sebagai orang yang melakukan kegiatan dakwah baik
secara lisan atau tulisan, individu atau kelompok, organisasi atau lembaga.
Da’i merupakan unsur penting dalam pelaksanaan dakwah, tanpa adanya da’i
atau orang yang menyampaikan dakwah maka kegiatan dakwah tidak akan
berjalan.

7
H.M. Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 26
Dakwah penting untuk mengikuti pola kehidupan umat yang selalu
berubah, sehingga tidak akan kehilangan relevansi dan akan mengena pada
sasaran atau obyek dakwah. Maka dari itu, diperlukan pendekatan dakwah
yang tepat. Subyek dakwah yang berwujud perorangan atau pun organisasi
harus memenuhi dua syarat, yaitu tafaqquh fid diin dan tafaqquh fin naas.
Tafaqquh fid diin yaitu memahami materi dakwah yang akan disampaikan dan
mampu menerapkan ajaran tersebut ke dalam realitas kemasyarakatan yang
kongkrit dalam konteks budaya setempat. Sedangkan tafaqquh fin naas yaitu
memahami keadaan sosio-kultural obyek atau sasaran dakwah dan juga
permasalahan yang dihadapinya. Da’i mampu untuk mengatasi masalah dan
kebutuhan kongkrit sasaran dakwah berdasar kepada cara-cara ilmiah yang
dibenarkan oleh Al-Qur’an dan Hadits.8
Selain syarat diatas, terdapat sifat-sifat yang harus dimiliki oleh da’i,
diantaranya yaitu9 :
a. Sanggup memerangi musuh dalam dirinya sendiri (hawa nafsu) untuk taat
sepenuhnya kepada Allah dan Rasul-Nya sebelum memerangi hawa nafsu
orang lain.
b. Sanggup berhijrah dari kemaksiatan yang dapat merendahkan dirinya di
hadapan Allah dan masyarakat.
c. Mampu menjadi hasanah dengan budi dan akhlaknya bagi masyarakat
yang menjadi mad’unya.
d. Memiliki persiapan mental (sabar, senang memberi pertolongan kepada
orang lain, memiliki semangat yang tinggi dalam mencapai tujuan,
menyediakan diri untuk bekerja terus-menerus secara teratur).
e. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang Al-Qur’an dan sunnah Rasul
serta ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya.
f. Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela dan mepertahankan
kebenaran.

8
M. Rosyid Ridla, Afif Rifa’i, Suisyanto, Pengantar Ilmu Dakwah (Sejarah, Perspektif,
dan Ruang Lingkup), (Yogyakarta: Samudra Biru, 2017), h. 35.
9
Mohammad Hasan, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah, (Surabaya: Salsabila Putra
Pratama, 2013), h. 59.
g. Tidak bersikap materialistis
h. Seorang da’i harus menyediakan waktu untuk diisi dengan ibadah yang
menghampirkannya kepada Allah.
2. Mad’u (Obyek Dakwah)
Mad’u atau obyek dakwah yaitu manusia yang menjadi sasaran
dakwah atau penerima dakwah, baik individu maupun kelompok, manusia
yang beragama Islam atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.
Masyarakat sebagai obyek atau sasaran dakwah dengan segala
kompleksitasnya harus dipelajari terlebih dahulu. Karena berdakwah di
kalangan anak-anak akan berbeda penyampaiannya dengan remaja atau orang
tua. Semua perlu dipelajari karena setiap sasaran dakwah dengan
karakteristiknya memerlukan pendekatan yang berbeda.
Dalam menyampaikan dakwahnya, seorang da’i harus memperhatikan
karakteristik obyek dakwah, yang meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan,
status sosial, hingga pada level geografis atau area tempat hidupnya umat.
Karena perlu diketahui bahwa sasaran dakwah adalah masyarakat yang selalu
berubah, berubah aspirasinya, pandangan hidupnya, cita rasanya, sehingga
materi dakwah yang disampaikan pada waktu yang lalu mungkin tidak relevan
lagi untuk disampaikan pada saat ini.10
3. Maddah (Materi) Dakwah
Materi dakwah yaitu pesan atau isi dakwah yang disampaikan oleh
da’i kepada mad’u. Sumber dari materi dakwah adalah Al-Qur’an dan Hadits,
sejarah perjuangan Nabi, dan ilmu pengetahuan umum. Materi dakwah secara
global dapat diklasifikasikan menjadi 3 bahasan utama, yaitu akidah (iman),
syari’ah (Islam), dan akhlak (Ihsan). Ketiga materi tersebut merupakan
akumulasi dari keseluruhan ajaran Islam yang ada dalam Al-Qur’an dan
Sunnah. Dalam pelaksanaannya, masing-masing materi tersebut dapat
dijabarkan secara proporsional sesuai dengan kebutuhan obyek dakwah.11

10
M. Rosyid Ridla, Afif Rifa’i, Suisyanto, Op.Cit., h. 38.
11
M. Rosyid Ridla, Afif Rifa’i, Suisyanto, Op. Cit., h. 39.
Materi dakwah yang baik yaitu materi yang sesuai denga napa yang
dibutuhkan oleh obyek dakwah, dengan demikian mereka mendapat manfaat
dari materi yang disampaikan. Materi dakwah tidak hanya membahas masalah
akhirat saja, namun juga masalah keduniaan yang sedang dihadapi. Karena
risalah dibawakan justru untuk memecahkan persoalan-persoalan hidup yang
nyata di berbagai aspek.
4. Wasilah (Media) Dakwah
Media dakwah yaitu alat yang digunakan untuk menyampaikan materi
dakwah kepada mad’u. untuk menyampaikan materi dakwah kepada mad’u,
dakwah dapat menggunakan wasilah, yaitu :
a. Lisan, dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, dan sebagainya.
b. Tulisan, dapat berupa buku majalah, surat kabar, surat menyurat,
spanduk, pamflet, dan sebagainya.
c. Lukisan, gambar, karikatur, mural, dan sebagainya.
d. Audio visual, seperti televisi, film, slide, video, dan sebagainya.
e. Akhlaq, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan perbuatan
baik dan benar yang dapat diamati serta dimengerti oleh mad’u.
5. Thariqah (Metode) Dakwah
Allah Swt. berfirman :

ُ‫س ۗن‬ َ ‫ع اِ ٰلى‬


َ ‫ل َربِّكَ بِا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِعظَ ِة ا ْل َح‬Vِ ‫سبِ ْي‬
َ ‫سنَ ِة َو َجا ِد ْل ُه ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَ ْح‬ ُ ‫اُ ْد‬
َ‫سبِ ْيلِ ٖه َو ُه َو اَ ْعلَ ُم بِا ْل ُم ْهتَ ِديْن‬ َ ْ‫اِنَّ َربَّكَ ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َمن‬
َ ْ‫ض َّل عَن‬

Artinya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. (Q.S. An-Nahl ayat 125)
Dari ayat tersebut, terdapat tiga metode dakwah yang dikemukakan,
diantaranya yaitu :
a. Al hikmah, yaitu perkataan yang jelas (tegas) disertai dengan dalil yang
dapat memperjelas kebenaran dan menghilangkan keragu-raguan. Metode
ini merupakan metode dakwah yang praktis bagi para juru dakwah yang
bermaksud mengajak manusia ke jalan yang benar serta mengajak manusia
untuk menerima dan mengikuti petunjuk agama dan akidah yang benar.
b. Al mau’izah hasanah, yaitu nasihat atau pelajaran yang baik. Metode ini
merupakan suatu metode dakwah yang memberikan kesan kepada obyek
dakwah bahwa peranan juru dakwah adalah sebagai teman dekat yang
menyayanginya serta mencari segala hal yang dapat bermanfaat baginya
dan membahagiakannya.
c. Al mujadalah, yaitu bertukar pikiran guna mendorong supaya berpikir
secara sehat dengan cara yang lebih baik.
6. Atsar (Efek) Dakwah
Atsar (efek) dakwah atau sering disebut dengan feedback dari
proses dakwah seringkali dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian
da’i. evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilakukan secara
radikal dan menyuruh. Para da’i harus memiliki jiwa keterbukaan untuk
pembaharuan dan perubahan disamping bekerja dengan menggunakan
ilmu.

C. Konsep dasar dakwah tematik


Dakwah merupakan konsep yang sepenuhnya mengandung pengertian
menyeru kepada hal yang baik menurut nilai dan norma agama Islam. Baik dan
buruk adalah batasan normatif yang membedakan berbagai hal dari perilaku
manusia kepada apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak
dilakukan. Hal-hal yang baik seharusnya dilakukan karena ia akan menghantar
manusia kepada kemashlahatan dan kesejahteraan umum terwujudkan.

Menurut Nasruddin Harahap tujuan dakwah adalah perwujudan


kemaslahatan dan kesejahteraan umum, dengan menghindari kemudharatan dan
mencegah kesengsaraan. Sebagai suatu konsep, dakwah merupakan kumpulan
dari berbagai fenomena yang bertujuan untuk mengajak orang kepada hal-hal
yang baik dan mencegah dari hal-hal yang buruk, dalam rangka perwujudan
kemashlahatan dan kesejahteraan umum. Dakwah sebagai ajakan pada kebaikan
dan menghindari larangan terhadap keburukan dapat muncul dalam berbagai
bentuk, cara dan model pendekatan. diantaranya Tarbiyah, ta’lim, tadzkir,
nashihah.12
da’i dan da’iyah tradisional menyampaikan dakwah dalam bentuk lisan,
melalui ceramah dan pengajian. Da’i dan da’iyah tersebut berpindah dari satu
majelis ke majelis lain, Perkembangan masyarakat yang semakin meningkat dan
tuntutan yang semakin beragam membuat dakwah tidak bisa lagi dilakukan secara
tradisional. Dakwah sekarang sudah berkembang menjadi profesi, yang menuntut
skill, planning, dan manajemen yang handal.
Mengajak dan menyeru orang lain untuk menerima ajaran agama Islam dan
meyakini ajaran Islam, memerlukan cara tersendiri. Cara penyampaian dan cara
menyeru tersebut haruslah sesuai dengan masyarakat mad’unya. Hal ini
menunjukan bahwa metode berdakwah lebih penting dari materi dakwahnya
sendiri. Bisa dilihat penyampaian dakwah dengan lengkap, sempurna dan aktual,
tetapi disampaikan dengan cara yang kurang baik, tidak sistematis dan
serampangan akan menimbulkan kesan yang tidak menyenangkan. Tetapi
sebaliknya walaupun materi kurang sempurna, bahan sederhana dan issu-issu
yang disampaikan kurang aktual, namun disajikan dengan cara yang menarik dan
menggugah, maka akan menimbulkan kesan yang mendalam bagi mad’u.
Dakwah adalah bagaimana tata cara (upaya) Islam dalam membina insan
baik secara umum maupun khusus, ditujukan kepada semua golongan manusia
dalam seluk beluk kehidupannya. Dakwah pada hakekatnya adalah segala aktifitas
dan kegiatan yang mengajak orang untuk berubah dari satu situasi yang
mengandung nilai kehidupan yang bukan Islami kepada nilai kehidupan yang
Islami.
Hal-hal yang menjadi melandasi dakwah dengan pendekatan tematik yaitu

12
Rahayu Tresna Yumiana, Kartini Rosmalah Dewi, Strategi Program Radio dalam
Mempertahankan Eksistensinya, Jurnal Makna, Vol. 4, 2019.
seruan ayat ayat al-Qur’an terhadap manusia untuk beriman dan mengabdi dengan
penuh kepada Allah SWT. Dalam menjaga keimanannya manusia diseru
menunaikan amanah dan tanggung jawab khusu yaitu mengurus, mentadbir dan
mengatur penghidupan di dunia yang dapat menjamin kebaikan dan kebajikan.
Dalam kajian tematik memiliki beberapa konsep dasar agar tercapainya strategi
dalam perkembangan dakwah sesuai dengan zaman masa kini, diantaranya;
1. Memilih tema yang aktual
Dalam menyiapkan materi dakwah, seorang da’i atau da’iyah hendaknya
melihat perkembangan tren dan fenomena, tema-tema aktual juga dicari
berdasarkan materi keilmuan yang dibutuhkan dan sangat penting untuk
diketahui oleh pendengar. Dengan memilih tema akan menentukan seberapa
daya tarik pendengar, sehingga jika temanya sesuai, mad’u bersedia
mendengarkan. Pendengar biasanya sangat antusias mendengarkan karena
tema-tema kajian yang menurutnya sudah sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
Pendengar menilai bahwa tema-tema tersebut menarik bagi mereka karena
momennya sangat pas dengan peristiwa yang sedang terjadi atau dialami.
2. Narasumber yang memiliki kompetensi
Narasumber dalam berdakwah (da’i atau da’iyah) harus berkompeten dalam
bidang dakwah. Narasumber harus memiliki keahlian dalam bidang dakwah,
seperti bidang akidah, fikih, ushul fikih, hadits, dan lainnya. Sehingga dapat
menyampaikan ide dan materi yang baik dengan harapan dapat diterima oleh
masyarakat dixaman ini.
3. Mengumpulkan ide
Gagasan baru yang relevan dengan perkembangan zaman saat diperlukan
untuk menopang keberhasilan dalam berdakwah, mengumpulkan ide bisa
dilakukan oleh da’i atau da’iyah itu sendiri, selain ini dapat juga menyebar
angket, membuka kolom komentar untuk saran dimedia sosial dan lain-lain.
4. Melakukan inovasi
Inovasi diperlukan agar dakwah yang disampaikan tidak monoton, kegiatan
dakwah yang dilakukan dengan warna dan nuansa baru disetiap pertemuanya
pastilah akan menjadi strategi dalam pembangan kegiatan berdakwah.
5. Memiliki ciri khas yang diperlihatkan dengan konsisten
Ciri khas program Kajian Tematik adalah program ini disiarkan dengan
membahas tema-tema yang berbeda setiap tayangnya. Kemudian kemasan
program juga berperan penting. Program Kajian Tematik dikemas dengan
ceramah dan dialog interaktif. Pendengar sangat membutuhkan interaksi, inilah
mengapa format program Kajian Tematik dibuat secara dialog interaktif.
6. Memperluas distribusi dalam berdakwah
7. Pada saat ini dakwah tidak hanya dimasjid-masjid atau mushola saja, tapi
sudah menyebar dengan jangkauan yang sangat luas, pendistribusian
dakwahpun dapat dilakukan melalui saluran televise, channel youtube dan
berbagai media sosial lainya, agar dapat merambah kesemua kalangan yang
dituju.13

13
Nurshabrina Qonita, Dakwah Nabi Nuh ‘Alaihissalam: Studi Tafsir Tematik Dakwah
Nabi Nuh dalam Surat Nuh, Tafsir al-Munir, Vol. 15, 2009.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Materi dakwah merupakan pesan pesan dakwah islam yaitu keseluruhan
ajaran islam yang berasal dari Kitabulllah maupun Sunnah-Nya. Materi
dakwah disampaikan oleh dai kepada mad`u yang berisi pesan pesan ajaran
islam. Materi dakwah hakikatnya bersumber dari dua sumber yaitu Al Quran
dan Al Hadist.dalam materi dakwah terdapat enam unsur, yaitu Dai
merupakan orang yang melakukan kegiatan dakwah baik secara lisan maupun
tulisan, mad`u merupakan objek dakwah artinya yang menjadi objek dalam
dakwah itu manusia, maddah artinya pesan atau isi dakwah yang disampaikan
oleh dai kepada mad`u yang bersumber dari Al quran dan Al hadist, wasilah
yaitu alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada mad`u,
dan thariqah (metode dakwah).
Dalam dakwah terdapat tiga metode yaitu Al hikmah, Al mau`izah dan Al
mujadalah. Atsar (efek) dawkah atau disebut feedback dari proses dakwah
tersebut. Dalam dakwah, dakwah merupakan konsep yang sepenuhnya
mengandung pengertian menyeru kepada hal yang baik menurut nilai dan
norma agama islam. Mengajak dan menyeru orang lain untuk menerima ajaran
islam dan meyakini ajaran islam memerlukan cara tersendiri. Dalam hal ini
metode dakwah lebih penting dari materi dakwahnya sendiri, bisa dilihat
penyampaian dakwah dengan lengkap, sempurna dan aktual.
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.


Jakarta: Bulan Bintang. 1972.
Dianto, Icol. Analisis Tematik Subjek Dakwah dalam Al-Qur’an. Tadbir.
Vol. 1 No.1. Juni 2019.
Hasan, Mohammad. Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah. Surabaya:
Salsabila Putra Pratama. 2013.
Qonita, Nurshabrina. 2009 Dakwah Nabi Nuh ‘Alaihissalam: Studi Tafsir
Tematik Dakwah Nabi Nuh dalam Surat Nuh. Tafsir al-Munir. Vol. 15
Ridla, Muhammad Rosyid. Afif Rifa’i. Suisyanto. Pengantar Ilmu Dakwah
Sejarah. Perspektif. dan Ruang Lingkup. Yogyakarta: Samudra Biru. 2017.
Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta. PT. Rajagrofindo
Persada. 2011.
Shaleh, Abd. Rosyad. Manajemen Dakwah Islam.Jakarta : Bulan Bintang.
1977.
Triatmo, Agus Wahyu. dkk. Dakwah Islam Antara Normatif dan
Kontektual. Semarang: Fakda IAIN Walisongo. 2001.
Yumiana, Rahayu Tresna. kartini Kartini Rosmalah Dewi. 2019 . Strategi
Program Radio dalam Mempertahankan Eksistensinya. Jurnal Makna Vol. 4
Yusuf, H.M. Yunan. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana. 2006.

Anda mungkin juga menyukai