Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

OBJEK STUDY ILMU DAKWAH

Dewasa ini pemikiran dakwah menjadi disiplin ilmu.


Dari tahun ketahun berkembang dan terus berkembang. Hal
ini ditunjukkan terjadinya perkembangan kurikulum dakwah
hingga kurikulum 1998. Belakangan terjadi kemajuan arah
perkembangan format epistimologi dakwah yang baru dan
khusus pembahasan tentang sejarah perkembangan ilmu
dakwah. Sejarah perkembangan ilmu dakwah akan di sajikan
dalam sub pembahasan tersendiri.

Kronologisasi dakwah dapat dipandang sebagai ilmu


dengan pertimbangan pemikiran sebagai berikut:

Pertama, dakwah dalam tataran teoritis dan praksis,


gerakan dakwah dapat dipandang sebagai objek pengetahuan,
karena setiap manusia (peneliti, da’i, para ahli dll)
memungkinkan untuk dapat mengetahui (to know) melalui
akal (ratio), hati (qolbu), akal, dan kalbu (intuisi) serta panca
indra (emperis) mengenai obyek yang dapat diamati,
dipikirkan atau dirasakan yang bersifat fisis dan non fisis
(metafisis).
Keterangan:

 Empirisme, suatu pengetahuan diperoleh melalui


pengalaman.
 Rasisonalisme, aliran yang berpendirian bahwa
sumber ilmu pengetahuan terletak pada akal.
 Intuisi, yaitu pengetahuan yang diperoleh tanpa
melalui proses penalaran tertentu: seseorang yang
sedang memusatkan pikirannya pada suatu masalah
tertentu, tiba-tiba saja menemukan jawaban dari
masalah itu tanpa melalui proses berfikir yang
berliku-liku.

Kedua, jika subyek itu telah mendapatkan banyak pe


tahuan, kemudian muncul prsepsi dalam rasionya dan
membentuk suatu pengetahuan, maka ia dikatakan memiliki
suatu pengetahuan.

Ketiga, suatu pengetahuan dapat dituangkan secara


ilmiyah dengan menggunakan kriteria keilmuan yang
berlaku. Lazimnya para ilmuan dengan menggunakan
pendekatan filsafat pengetahuan atau fisafat epistimologi atau
filsafat ilmu akan menjadi suatu ilmu dengan syarat: a.
Memiliki obyek sehingga bercorak obyektif, b. Sistimatis

Ilmu Dakwah | 89
artinya mempunyai sistem dalam obyek itu, sehingga menjadi
sistematis. c. Metode-metodenya jelas sehingga memiliki
metodelogi, d. Memiliki tujuan atau nilai, dan e. Validitas,
artinya mengandung kebenaran yang dapat dipertanggung
jawabkan.

Syarat utama ilmu pengetahuan adalah obyektif, yang


didalamnya mengandung pengertian : 1. Bahwa ilmu itu
harus memiliki obyek study yang menjadi lapangan
penyelidikan. Dalam hal, ini ada yang di sebut obyek materia
dan ada yang disebut obyek forma. Dalam obyek yang sama,
maka lapangan penyelidikan itu disebut obyek materi
sedangkan sudut pandang daripada obyek materia yang
disoroti disebut obyek formal. Obyek formalah yang
menentukan macam ilmu jika ada beberapa ilmu yang
mempunyai obyek materia yang sama. Beberapa ilmu bisa
sama dalam obyek materianya, akan tetapi harus berada dari
segi obyek formal. Obyek formal yang membedakan satu
ilmu dengan ilmu-ilmu lain. Obyektif juga berarti, bahwa
ilmu itu harus sesuai dengan keadaan obyeknya dan
persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya itulah yang
disebut kebenaran (Poedjawijatna, 1983:16).

Ilmu Dakwah | 90
Suatu ilmu harus juga metodik artinya untuk
mencapai kebenaran tersebut harus dipergunakan cara-cara
tertentu atau menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah
akan menghasilkan kebenaran dan kebenarannya harus
bersifat universal (validasi). Kebenaran dalam satu obyek
studi yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode
yang benar serta dirumuskan secara baik dan telah menjadi
pengetahuan umum diiringi dengan rangkaian susunan yang
utuh. Susunan yang ada hubungnannya satu sama lain secara
keseluruhan. Susunan inilah yang disebut sistem.

Apa sebenarnya yang menjadi obyek studi ilmu


dakwah? Dari hasil studi ilmu dakwah yang berkembang
sampai saat ini dapat dikemukakan, bahwa obyek ilmu
dakwah terbagi menjadi dua yaitu obyek material dan formal.
Beberapa sarjana mencoba membuat rumusan objek material
dan objek formal ilmu dakwah :

1. Obyek material ilmu dakwah adalah semua aspek ajaran


Islam yang didalamnya dapat dibagi menjadi dua materi
pokok, yaitu al-Quran dan sunnah atau hasil ijtihad ulama
dan materi penunjang (ilmu-ilmu bantu). Materi dakwah
ini sebagaimana di tulis Abdul Karim Zaidan dalam kitab

Ilmu Dakwah | 91
al-Ushul al-Dad’wah, bahwa sumber ushlub materi
dakwah dan al-Qur’an, as-Sunah. Shiratussalaf yang
shaleh, istimbat para ulama dan refleksi dakwah yang
telah dilakukan. Obyek formal ilmu dakwah adalah proses
penyampaian (ajakan) manusia supaya masuk kejalan
Allah (sistem Islam) secara keseluruhan (kaffah) dalam
segala aspek kehidupan guna mencari ridha Allah SWT.
Bentuk kegiatan mengajak terdiri dari: mengajak dengan
lisan dan tulisan (dakwah bi lisan dan bi al-kitabah),
mengajak dengan perbuatan (dakwah bi al haal), dan aksi
sosial Islam.1
2. Cik Hasan Bisri mengatakan objek material ilmu dakwah
adalah unsur substansial ilmu dakwah yang terdiri dari 6
komponen yaitu da’i, mad’u, metode, materi, media, dan
tujuan dakwah. Sedangkan objek formal imu dakwah
adalah sudut pandang tertentu yang dikaji dalam disiplin
utama ilmu dakwah, yaitu Disiplin Tabligh,
Pengembangan Masyarakata Islam dan Manajemen
Dakwah.2

1
Abd. Karim Zaidan: 1975 : 394)
2
Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah , ( Semarang,
Pustaka pelajar, 2003), h. 58

Ilmu Dakwah | 92
3. Menurut Amrullah Ahmad, objek material ilmu dakwah
adalah semua aspek ajaran Islam (al-quran dan al-sunnah),
hasil istihat dan realisasinya dalam sistem pengetahuan,
teknologi, sosial, hukum, ekonomi, pendidikan dan
lainnya, khususnya lembaga Islam. Sedangkan objek
formal ilmu dakwah yaitu kegiatan mengajak umat
manusia supaya kembali kepada fitrahnya yang muslim
dalam seluruh aspek kehidupannya.3
4. Imam Sayuti Farid, berpendapat bahwa objek material
ilmu dakwah adalah semua aspek ajaran Islam yang
disampaikan dalam proses dakwah Islam. Sedangkan
objek formalnya adalah proses penyampaian ajaran Islam
kepada umat manusia yang terdiri dari:
a. Proses penyampaian agama Islam.
b. Hubungan antar unsur-unsur dakwah.
c. Proses keagamaan dalam diri manusia.4
5. Asep Muhidin berpendapat objek material ilmu dakwah
adalah semua aspek ajaran Islam yang bersumber pada al-
Qur’an dan as-Sunnah serta produk ijtihad. Sedangkan

3
Ibid, h. 59
4
Muhammad Ali Aziz, llmu dakwah, (jakarta : Kencana, 2004), h.
194-195

Ilmu Dakwah | 93
objek formalnya adalah kegiatan dakwah itu sendiri yang
terkait interaksi dan analisis antar unsur dakwah.5
6. Nursam merumuskan objek kajian ilmu dakwah yaitu
setiap bentuk dari proses merealisasikan ajaran Islam pada
dataran kehidupan manusia melalui strategi metodologi,
sistem yang relevan dengan mempertimbangkan aspek
relegio, politik, kultur, sosio, fisikologi umat.6
7. Sukriadi Sambas objek material ilmu dakwah adalah
prilaku ke-Islaman dalam berislam. Dan objek formal ilmu
dakwahnya berupa prilaku keislaman dalam melakukan
tabligh (penyampaian), irsyad (bimbingan) tadbir
(manajemen), dan takwir (pengembangan).7

Mengajak dengan lisan dan tulisan, dikenal dengan


tabligh Islam yang didalamnya mengandung dua dimensi
kekuatan yakni komunikasi dan penyaran Islam serta
bimbingan penyiaran Islam. Dimensi kegiatan komunikasi
dan penyiaran Islam bersasaran massal atas dasar pola
kecenderungan masalah yang berkembang dalam masyarakat

5
Asep Muhidin, Dakwah dalam Prespektif a-Qquran, (Bandung:
Pustaka Setia, 2002), h. 231
6
Nursam, Filsafat Dakwah Pemahaman Filosofis Tentang Ilmu
Dakwah, (Suarbaya: Pustaka Utama, 2003), h. 15-16
7
Aep Kusnawan, Ilmu Dakwah Kajian Berbagai Aspek,
(Bandung : Pustaka Bani Kuraisi, 2004), h. 135

Ilmu Dakwah | 94
secara umum dalam semua segi kehidupan yang berdampak
pada arah perkembangan sistem dan sejarah kehidupan
jama’ah dan ummat Islam. Dimensi kegiatan bimbingan dan
penyuluhan Islam bersasaran individual dan kelompok kecil
atas dasar masalah khusus (kausuistik) dalam semua
kehidupan yang berdampak pada kehidupan individu dan
keluarga.

Mengajak dengan tindakan nyata (haal) disebut


sebagai kegiatan dakwah dalam pengembangan masyarakat
Islam atau aksi sosial ekonomi dan lingkungan Islam adalah
sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model
pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi
dan lingkungan dalam prespektif Islam. Dalam tradisi
dakwah Nabi SAW dikenal dengan Uswatun Hasanah yang
mengidentifikasikan model-model (contoh) Nabi SAW.
dalam memecahkan masalah yang dihadapi ummat. Hal-hal
yang dipandang bersifat doktrinal dan konseptual dinyatakan
secara empirik yang hasilnya dapat dirasakan oleh ummat
manusia sebagai rahmat alam dijagat raya (rahmatan
lil’alamin).

Ilmu Dakwah | 95
Sedangkan mengorganisir dan mengelola kegiatan
mengajak dan hasil dari ajaran itu di sebut sebagai
manajemen dakwah Islam. Dimensi ini merupakan aspek
oganisiasional kegiatan mengajak yang berlingkup mengelola
kegiatan mengajak itu sendiri (bil-lisan, bil-qalam dan bil-
hal) dan mengelola dalam rangka memelihara dan membina
kembangkan hasil ajakan dalam bentuk lembaga-lembaga
Islam yang mengembang misi dakwah Islam.

Ketiga kegiatan tersebut disebut kegiatan dakwah


Islam. Dengan kata lain ilmu dakwah memiliki aspek kajian
khusus yang terdiri dari: 1) kajian masalah yang berkaitan
dengan kegiatan tabligh Islam: Komunikasi dan Penyiaran
Islam (KPI) serta Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI). 2)
kajian masalah yang berkaitan dengan Pengembangan
Masyarakat Islam (PMI), dan 3) kajian masalah yang
berkaitan dengan Manajemen Dakwah Islam (MDI).

Kenpa kajian manajemen dakwah menjadi kajian


tersendiri? Karena dakwah Islam adalah kegiatan yang
akhirnya bukan hanya ditentukan oleh pengelola ketika
dakwah sedang berlangsung dengan hasil melembaganya
nilai-nilai Islam akan bertahan lama dan membudaya jika

Ilmu Dakwah | 96
terjadi pemeliharaan dan pembina kembangkan dengan
organisasi dan manajemen yang rapi. Secara obyektif juga
dapat kita saksikan bahwa memudarnya lembaga-lembaga
Islam yang menjadi faktor utama pemudarannya adalah
masalah kepemimpinan, organsasi dan manajemen.
Lembaga-lembaga Islam dan nilai-nilai Islam yang melekat
sepanjang sejarahnya dikelola dengan manajemen yang tidak
memiliki akar nilai pada Islam, bahkan cendrung liberalis dan
kapitalistik. Konsep-konsep dasar kepemimpinan,
pengorganiasian dan pengelolaan yang bersumber dari ajaran
Islam tidak termanefestasikan dalam kegiatan lembaga-
lembaga Islam dan prinsip efisien dan efektif dalam
mencapai tujuan dan sasaran lembaga Islam. Padahal,
masalah efesiensi dan efektivitas dalam mencapai sasaran dan
tujuan adalah sunnatullah yang bersumber dari Allah dan
tentunya prinsip-prinsip efesiensi dan efektivitas dalam
doktrin Islam tidak akan bertentangan dengan sunatullah,
sejauh sunattullah masih dilihat dalam presfektif Islam bukan
paradigma lain. Contoh dari model manajemen organisasi
dakwah yang berhasil dapat kita lihat pada manajemen
organisasi dakwah Ikhwanul-Muslimin.

Ilmu Dakwah | 97
Dalam hal lingkup kajian yang pertama, terdiri dari
satu akar epistemologis disiplin ilmu tabligh yang dibedakan
dari segi lingkup sasaran dan spesifikasi masalah dan
dampaknya. Kerangka pemikiran inilah dasar pemekaran
disiplin ilmu tabligh menjadi ilmu komunikasi dan penyiaran
Islam serta ilmu bimbingan dan penyuluhan, yang dapat kita
kembangkan dengan nama Ilmu komunkasi Dakwah.

Berdasarkan obyek formal diatas, ilmu dakwah akan


memiliki unsur-unsur kegiatan. Dari hubungan dan interaksi
antar unsur-unsur.

Obyek material Ilmu komunikasi dakwah hampir


sama dengan ilmu komunikasi, namun obyek formalnya
berbeda yaitu proses pesan yang disampaikan adalah pesan
nilai-nilai ajaran Islam untuk kehidupan yang hamonis dalam
rangka mencari ridla illahi.

Berdasarkan obyek formal diatas ilmu dakwah akan


memiliki unsur-unsur kegiatan. Dari hubungan dan interaksi
antar unsur-unsur tersebut secara luas menjadi kajian ilmu
dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah yang dimaksud ialah:
(1) Da’i (2). Mad’u (3). Materi (4). Media (5). Metode (6).
Effek/Hasil.

Ilmu Dakwah | 98
Interaksi antar unsur dakwah akan menimbulkan
beberapa permasalahan pokok dakwah. Pertama, interaksi
antara da’i dengan Mad’u akan melahirkan masalah, yakni (a)
pemahaman pesan dakwah (ajaran Islam) dan asensi pesan
apa bagaimana/materi yang harus diselesaikan. (b) interaksi
psikologis (gaya, penampilan, tatabahasa), sosiologis,
intelektual, kultur, politis dan ekonomis. (c) Interaksi
terhadap pencapaian tujuan dakwah menimbulkan saling
berhubungan antar unsur dakwah sehingga membentuk suatu
sistem dakwah yang saling berinteraksi, masalah tersebut
membutuhkan kajian melalui disiplin ilmu pengetahuan
sendiri, sehingga membutuhkan hadirnya disiplin ilmu
psikologi dakwah, sosiologi dakwah/agama. Sejarah dakwah,
politik Islam, ekonomi Islam, dan filsafat dakwah.

Kedua, interaksi antara media dakwah yang


digunakan Da’i dengan Mad’u akan menimbulkan masalah
teknologi informasi yang harus segera di tanggulangi,
mengingat makin luasnya jangkauan pengembangan dakwah
Islam di era informasi global, yang sekaligus mampu
menguasai perkembangan teknologi informasi dewasa ini.

Ilmu Dakwah | 99
Ketiga, interaksi antar unsur dakwah secara
keseluruhan dalam rangka membuahkan kegiatan dakwah
jama’i yang hasilnya bisa memadai perlu manajemen modern
bagi organisasi dakwah.

Seluruh pembahasan tersebut merupakan cakupan


(ruang lingkup) ilmu dakwah. Dengan demikian, dapat kita
simpulkan bahwa ilmu dakwah itu terdiri dari ilmu teoritis
dakwah dan ilmu terapan dakwah (praktis). Ilmu teoritis
dakwah diperoleh melalui pendekatan normatif dari ajaran
Islam baik dari sumber pokok yaitu Al-Quran dan Hadits
maupun ilmu bantu lainnya. Sedangkan ilmu terapan dakwah
diperoleh dari hasil penelitian dakwah dan pengalaman
empeiris yang telah dilakukan oleh organisasi dakwah
dewasa ini. Sebagaimana yang dialami oleh kebanyakan
disiplin ilmu yang selalu mempunyai bagian teoritis dan
bagian praktis, ilmu dakwahpun demikian adanya, karena
kedua-duanya saling melengkapi. Pembagian ilmu menjadi
dua yaitu teoritis dan praktis bila dilihat dari tujuan ilmu itu
sendiri. Dengan demikian dapat dirumuskan sebagai berikut:

Teoritis ilmu spesikulasi, yakni ilmu yang menuju ke


pengertian yang benar demi pengertian itu sendiri, jadi hanya

Ilmu Dakwah | 100


ingin mengerti keadaan yang sebenarnya saja, bukan
pertama-tama dan terutama diusahakan untuk dipakai.

Praktis/positif (ilmu terapan), yaitu ilmu yang menuju


ke pengertian yang benar, tidak hanya demi pengertian itu
sendiri, tetapi demi sesuatu yang praktis, langsung diarahkan
pada pemakaian pengetahuan itu sendiri. Jadi, menentukan
bagaimana orang harus berbuat atau membuat sesuatu.

Dari rumusan tersebut dapat dipahami bahwa normatif


itu sebatas bagaimana seharusnya berbuat atau menjadikan
keharusan, kewajiban. Misalnya, ilmu hukum, ilmu etika.
Dan. untuk ilmu teoritis dakwah adalah hukum berdakwah,
etika berdakwah dan moral da’i.

Sedangkan positif/terapan, dalam arti sempit


menyatakan bagaimana orang harus berbuat sesuatu,
mencapai dan atau mendapatkan suatu hasil tertentu,
misalnya ilmu pertanian, kedokteran, teknik sipil dan lain-
lainnya. Kedua macam ilmu (teoritis dan terapan) saling
melengkapi. Dan kebanyakan ilmu mempunyai bagian
spekulatif (teoritis) disamping bagian praktis, sehingga sering
sukar menentukan untuk mengklasifikasikan suatu ilmu. Ilmu
spekulatif (teroritis) biasanya dapat berdiri sendiri, terlepas

Ilmu Dakwah | 101


dari ilmu praktis. Tetapi ilmu praktis selalu mempunyai dasar
teoritis. Atau dengan perkataan lain setiap ilmu praktis selalu
mempunyai dasar ilmu teoritis sama dengan setiap ilmu.
Sebagai ilmu selalu spekulatif dan teoritis. Demikian halnya
yang dialami ilmu dakwah. Ilmu teoritis dakwah adalah
dasar-dasar teori dakwah yang diproleh secara nomatif dari
sumber ajaran Islam. Ilmu praktis dakwah adalah ilmu yang
diperoleh dari terapan dakwah dilapangan baik yang
diperoleh dari hasil penelitian dakwah maupun dari hasil
kajian terhadap perbagai penerapan dakwah yang telah di
praktekkan oleh organiasi dakwah di perbagai kawasan,
seperti Dakwah Ikhwanul-Muslimin, Dewan Dakwah
Indonesia, Jama’ah Islami, Majelis Tabligh dan lain
sebagiannya.

Ilmu Dakwah | 102

Anda mungkin juga menyukai