Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI ILMU DAKWAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ilmu


Dakwah
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Khadijah M.A.

Disusun Oleh Kelompok 2


Nurul Lutfiah Najla 11210510000170
Nafilah Putri Samhah 11210510000168
Azriel Difitra Failaka 11210510000181

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji, dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT, yang telah memberikan limpahan ridho, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Ilmu Dakwah yang dibimbing oleh Dosen
D.r.Khadijah M.A . Tidak lupa pula sholawat serta salam kita curahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga-Nya, sahabat-Nya dan umat-
Nya yang setia sampai akhir zaman.

Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Dakwah.Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca untuk
menambah wawasan, informasi, ataupun referansi. Dengan begitu, pembuatan
makalah diharapkan pembaca memiliki pemahaman yang kritis, inovatif dan
komprehensif dalam memahami tentang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Ilmu Dakwah.

Demikian kata pengantar yang kami sampaikan dengan harapan semoga


makalah sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua
ini kami mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga, semoga segala bantuan
dari semua pihak mudah-mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Allah
SWT.

Bogor, 9 Maret 2022

iii
Penulis

DAFTAR ISI

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara mengenai filsafat ilmu pasti tidak akan terlepas dari pembahasan Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi yang ketiganya adalah cabang dari filsafat. Ontologi
membicarakan pengetahuan itu. Membicarakan apa sebenarnya dari sesuatu. Epistemologi
membicarakan cara memperoleh sesutau pengetahuan. Bagaimana kita memperoleh suatu
pengetahuan. Sedangkan aksiologi nilai yang membicarakan apa manfaat atau guna dari
pengetahuan yang sebelumnya telah kita ketahui hakikat dan cara memperolehnya.

Secara ontologi, makna dakwah pada mulanya dipahami sebagai perintah Allah yang
tertuang dalam al-Qur’an.1 Bagi setiap Muslim yang taat kepada Allah, maka perintah
berdakwah itu wajib dilaksanakan. Ketika dakwah dilaksanakan dengan baik, lalu disadari
bahwa dakwah merupakan suatu kebutuhan hidup manusia. Ketika dakwah disadari sebagai
suatu kebutuhan hidup, maka dakwah menjadi suatu aktivitas setiap muslim kapan pun dan di
manapun mereka berada. Kemudian, aktivitas dakwah pun berkembang dalam berbagai
situasi dan kondisi dengan berbagai dinamikanya. Sekarang ini dakwah juga memiliki
perspektif keilmuan Islam dengan pendekatan pada filsafat, sehingga secara aksiologi ilmu
dakwah lebih dinamis dan bergerak sesuai dengan situasi perkembangan zaman.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian Ontology dakwah ?
b. Apa pengertian Epitimologi dakwah?
c. Apa pengertian Aksiologi dakwah ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui pengertian dari Ontologi dakwah
b. Untuk mengetahui pengertian Epistimologi dakwah
c Untuk mengetahui pengertian Aksiologi dakwah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dakwah dari sudut pandang ilmiah

Setelah mempelajari filsafat ilmu, struktur atau kerangka ilmu adalah Ontologi
(bentuk, bentuk alur pengetahuan), Epistemologi (proses menuju tujuan ilmu melalui
tujuan ilmu), dan Aksiologi (nilai ilmu) .

Sebagaimana Wilarjo juga dikutip oleh Muzairi, ciri atau karakteristik ilmu
pengetahuan mencerminkan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiomatik atau
teologis.

1. Ontologi Ilmu Dakwah

Pada dasarnya, ketika kita berbicara tentang ontologi ilmu Dakwah, berbicara tentang
ada tidaknya ilmu Dakwah. Selanjutnya, yang menjawab pertanyaan apakah Ilmu
Dakwah memiliki esensi atau hanya ada, adalah apakah Ilmu Dakwah itu unik sebelum
melanjutkan pembahasan wilayah keberadaannya. Oleh karena itu, sistematika gagasan
harus konsisten, dimulai dengan pencarian ontologi dakwah dan sebelum melompat ke
pencarian ontologi dakwah.

Dalam mengungkap ontologi dakwah, ada tiga hal: yang dapat membuktikan bahwa
dakwah memiliki subjek, objek, masalah dan tujuan yang jelas.

Ketiga hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

● Manusia adalah pelaku (da'i) dan dakwah (mad'u).

Manusia adalah makhluk Allah SWT yang terdiri dari tubuh fisik dan
memiliki jiwa-jiwa ilahi (inilah yang membedakan manusia dengan binatang), sangat
manusiawi mampu berpikir, merasa, dan bertindak.

Kedua ini berfungsi mengembangkan dan mengendalikan naluri atau pemikiran tubuh
manusia dan dzikir, serta proporsi dan rasa.

2
● Islam mengandung pesan atau dokumen yang dapat ditransmisikan.

Tubuh manusia terdiri dari dua komponen, tubuh dan pikiran. Kedua
komponen ini memiliki 4.444 atraksi untuk ditampilkan keberadaannya. Untuk
memiliki pilihan antara baik dan jahat, rendah dan tinggi, kotor dan suci, manusia
membutuhkan apa yang disebut ajaran agama.

Ajaran agama ini akan datang kepada manusia melalui jalur dakwah. Agama
dianggap mampu memberikan jawaban atas pertanyaan tentang manusia, manusia
sebagai pelayan pribadi, atau manusia sebagai masyarakat yang perlu berinteraksi
dengan orang lain, diatur oleh agama dan hukum masyarakat.

● Dakwah adalah proses penyampaian ajaran Islam kepada manusia.

Islam memiliki tips dan ajaran bagi orang-orang untuk menjalani hidup
mereka. Ketika digabungkan dengan pertanyaan orientasi (dorongan untuk
mengamalkan ajaran agama), muncul pertanyaan apakah orientasi menyusup ke
dalam orang segera setelah agama atau muncul dari 'mainstream'. Jika instruksi
muncul secara spontan tanpa sebab sebelumnya, maka dakwah dianggap tidak
relevan dan pengetahuan tentang dakwah tidak diperlukan. Namun jika pengajaran
merupakan proses, maka dalam proses manusia memperoleh hidayah, lahirlah dakwah
Islam dan ilmu dakwah memiliki peran penting (lokasi strategis).

Posisi dakwah dalam hal ini adalah upaya atau proses untuk mengajak dan menyeru
umat manusia untuk kembali, bertahan atau meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah
SWT. Dalam hidup akan dikenal orang baik, yang bersatu menjadi masyarakat adalah
kiarul ummah. Dengan, dakwah Islam merupakan jembatan yang memungkinkan
manusia mendapatkan hidayah Allah. Dalam proses pemberian undangan (dakwah Islam)
pada tahap selanjutnya, dibutuhkan dengan apa yang dikenal sebagai ilmu dakwah.

2. Epistimologi Ilmu Dakwah

Epistemologi adalah ilmu yang mempelajari sumber-sumber (asal), struktur, metode


dan nilai pengetahuan.

Menurut Koenta Wibisana, kebenaran epistemologis menyangkut sumber, sarana dan


prosedur yang menggunakan sarana ini untuk memperoleh pengetahuan. Epistemologi

3
adalah cabang filsafat yang membahas tentang otentisitas pengetahuan, struktur, metode,
dan validitas ilmu.

Tentang epistemologi ilmu dakwah atau mengetahui caranya Memperoleh ilmu ilmu
dakwah, Andi Dermawan menelusurinya dari konsepsi hingga formulasi Filsafat
pengetahuan Islam. Sebutkan kajian Muhammad `Abid Al-Jabiri dalam karyanya Bunyah
al'Aql al'Arabi (1993), dan titik tolak metodologis untuk membangun epistemologi
keilmuan dakwah. Untuk

Penjelasan khusus adalah sebagai berikut:


● Dengan ilmu bayani atau yang biasa disebut dengan epistemologi bayani.

Bayani (menjelaskan), secara epistemologis, berarti menjelaskan, menyatakan,


tekad. Sedangkan secara epistemologis, bayani berarti keadaan pikiran dari teks, ijma`
dan ijtihad.

Epistemologi Bayani adalah ilmu yang mempelajari pendekatan filosofis


terhadap struktur pengetahuan, yang menempatkan teks (wahyu) sebagai sebuah
kebenaran mutlak. Sementara akal hanya menempati tingkat kedua dan karakter
menafsirkan teks yang bersangkutan. Tradisi Bayani seolah tak terpisahkan Tradisi
tekstual telah berkembang dalam ajaran Islam. Memiliki setidaknya 50 ayat

Al-Qur'an mengungkapkan kata bayani. Dalam dakwah Islam, teks atau teks
Al-Qur'an adalah sumber utama sebagai referensi dan titik awal untuk semua kegiatan
dakwah yang dilakukan oleh pelaku dakwah.

Jadi, Epistemologi Bayani merupakan salah satu bentuk sumber pengetahuan


ilmu dakwah sendiri

● Sepanjang metode pengetahuan itu disebut `irfani atau epistemologi` irfani.

. 'Ilfani, Secara etimologis artinya alma'rifah, al'ilm, alhikmah.

Epistemologi "Ilfani" Sebuah zauq, qalb, atau makhluk berbasis intuisi, yang
Pemandangan pencahayaan yang berakar pada tradisi Herms.

Aturan normatif dalam "irfani" praktis sama seperti dalam rumusan perjalanan
spiritual melalui banyak waktu. Di dataran ini, terkait dengan dakwah Islam tanpa
banyak berdampak pada sumber pengetahuannya, Dakwah pada dasarnya adalah
tentang perubahan dan transformasi sosial nilai-nilai Islam yang spesifik dan rasional.
4
● Dengan ilmu burhani atau biasa dikenal dengan epistemologi burhani.

Burhani (tunjukkan) secara harfiah berarti argumen yang jelas. Sedangkan


menurut istilah yang mengacu pada aktivitas intelektual dalam menetapkan kebenaran
suatu proposisi dengan

metode deduktif, yaitu dengan mengasosiasikan satu proposisi dengan proposisi


lainnya sifat aksiomatik lainnya atau aktivitas intelektual apa pun untuk menentukan

kebenaran suatu proposisi.

Burhani mendasarkan pengetahuan dan visinya pada dasar potensi bawaan


manusia, yaitu kemampuan untuk melakukan proses mendeteksi, pengujian atau
konseptualisasi.

Metode ini pertama kali dikembangkan pada tahun Yunani melalui proses
yang panjang dan berakhir dengan Aristoteles. Cara konvensional ini Aristoteles
menyebutnya analisisi, menggambarkan sains atas dasar aturan. Tampaknya
epistemologi Burhani ini lebih kental dengan sumber dakwah Islam menurut
epistemologi (teks/teks) bayani.

Mengenai prosedur dan metode ilmiah, kajian dapat dilakukan dengan metode
ijtihadiyah, istinbatiyah, qiyas dan abstraksi. Selama ini keilmuan dakwah lebih dinamis,
berdasarkan rasio episteme, di mana ditemukan alasan untuk mencoba beroperasi pada
teks atau wahyu. Ilmu-ilmu penunjang seperti psikologi, sosiologi, antropologi, sejarah
peradaban modern, dan filsafat memiliki peran utama dalam setiap studi sastra dan
penelitian. Di sinilah sebenarnya ilmu dakwah memiliki jaringan interdisipliner dengan
ilmu. Namun, ini tidak berarti bahwa sains dapat langsung disebut "ilmu interdisipliner".
struktur ilmu tertentu serta ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu lainnya.

3. Aksiologi Ilmu Dakwah

Aksiologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat nilai dalam masyarakat
bidang filosofis. Dalam bahasa umum, nilai biasanya dikaitkan dengan baik atau buruk,
keuntungan bukanlah keuntungan. Suatu benda dikatakan berharga jika memiliki unsur
baik dan bermanfaat bagi kehidupan. Misalnya nilai pisau, nilai kesehatan, nilai orang,
nilai suatu barang, dll.

5
membahas aksiologi dakwah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencoba
menemukan aksiologi dari dakwah itu sendiri.

Untuk melihat aksiologi dakwah atau nilai dakwah, maka pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan empiris. Dakwah dianggap sebagai Proses aktif melibatkan beberapa
komponen yaitu hubungan antara da`i sebagai penyampai ajaran, ajaran atau pesan
dakwah, kemanusiaan adalah tujuannya dakwah dan segala hal yang mendukung
berfungsinya dakwah. Ada dua Hal-hal penting untuk mengetahui nilai dakwah atau
aksioma dakwah adalah: kekurangan dan nilai rahmat lil alamin.

Di sisi lain menurut Charis Zubair, ada beberapa masalah yang muncul dari pemahaman
dakwah sebagai ilmu adalah:

 Kedudukan dakwah sebagai ilmu menimbulkan masalah sebagai berikut:


1. Sejauh mana dakwah memiliki argumentasi untuk struktur ilmu yang jelas.
2. .kejelasan keilmuan dakwah yang dapat dijelaskan secara sistematis.
3. tanggung jawab metodologis dakwah sebagai ilmu.
4. sejauh mana dakwah sebagai ilmu dapat dipertanggung jawabkan. Produknya
dimulai dengan proses logis yang jelas terkait dengan premis dan kesimpulan.

● Soal dakwah hanya satu mata pelajaran. Ini adalah Kebutuhan akan banyak manusia.
Dari masalah kedua ini Ciptakan dinamisme dalam beragama.

Menurut Suisyanto, dari segi ilmiah, Nilai kebenaran mengetahui dakwah (aksiologi
dakwah) dapat dilihat dari banyak sudut. aspek berikut:

a) Koheren
Hal ini terlihat dari hubungan antar konsep dalam pengetahuan.
b) Korespondensi
yaitu sesuatu itu berharga jika sesuai dengan kenyataan.
c) Empiris
suatu ilmu akan dianggap benar (valid) jika didukung oleh bukti empiris atau
nyatanya. Sehingga ilmu dakwah akan memiliki nilai kebenarannya jika teori
atau konsep dakwah dapat dikorelasikan dengan acara eksperimental

d) Pragmatis

6
suatu ilmu akan dinilai benar jika ada kelebihannya. Ilmu Dakwah bisa
berkata nilai pragmatis jika ilmu dakwah bermanfaat bagi kehidupan
Manusia. Sejauh ilmu dakwah dapat menunjukkan manfaatnya bagi manusia,
kemudian pengetahuan Dakwah memiliki nilai pragmatis

Dari sudut pandang empiris dan pragmatis, bagian Perlu ditegaskan bahwa
keberadaan ilmu dakwah dapat dikatakan lengkap tingkat ilmiah (dari sudut pandang
aksiologi), bagaimanapun, keberadaan

Eksperimental dan pragmatis dalam ilmu dakwah harus terus dipelajari, agar status
keduanya semakin eksis dan dapat diterima secara wajar oleh semua.

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditegaskan, bahwa yang menjadi landasan aksiologi
ilmu dakwah adalah nilai-nilai kebenaran teologisyang bersumber dari al-Qur’an dan al-
Sunnah yang harus diimplementasikan dalam realitas kehidupan sosial, sehingga nilai-
nilai tersebut menjelma sebagi ‘’rahmatan li al-alamin’’

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Espitemologi Dakwah

Epistimologi dakwah suatu kajian filosofis tentang terhadap sumber, metode, esensi,
dan validitas (kebenaran ilmu) dakwah, Sumber menjelaskan asal usul ilmu dakwah,
sedangkan metode menguraikan cara memperoleh ilmu tersebut dari sumbernya.

Ketiga model epistimologi Islam, Bayani, Irfani, dan Burhani, harus diikat dalam
sebuah jalinan kerjasama untuk saling mendukung dan mengisi kekurangan masing-
masing sehingga terciptalah Islam yang 'Shalih li Kulli Zaman wa Makan', Islam yang
aktual dan kontekstual dalam semua tingkat peradaban. Kita harus mengambil filsafat,
bukan sekedar sejarahnya melainkan lebih pada aspek metodologinya dengan dibantu
ilmu-ilmu kontemporer sehingga ia mampu memberikan sumbangan yang signifikan
terhadap perkembangan keilmuan Islam kedepan.

7
Ontologi Dakwah

Ontologi Dakwah Islam adalah pemahaman atau pengkajian tentang wujud hakikat
dakwah Islam dari segi hakikat dakwah islam dalam mengkaji problem ontologism
dakwah yang juga menjadi perhatian filsafat dakwah selain ilmu-ilmu lainnya. Hakikat
da’wah islam ialah proses Internalisasi (pendalaman/penghayatan), transmisi
(pemindahan), difusi(perpindahan), institusionalisasi dan transformasi dien al islam
dalam totalitas kehidupan manusia mukallaf guna mencapai tujuan hidup dunia akhirat.

8
DAFTAR PUSAKA

2017_-_B_-_Pengantar_Ilmu_Dakwah-with-cover-page-v2 (4).pdf

rangkuman materi dakwah .docx

http://sofwatillahamin.blogspot.com/2015/11/ontologi-epistemologi-dan-
aksiologi.html

Anda mungkin juga menyukai