Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam bukanlah sekadar agama yang membangun spiritual sesuatu masyarakat,


Islam tidak cukup dengan menjalankan solat lima waktu, puasa, zakat dan Haji. Lebih
daripada itu Islam adalah cara hidup (way of life). Oleh karena itu, makalah ini secara
khusus membahas peran Islam dalam kehidupan manusia.
Membicarakan peran pada dasarnya membicarakan fungsi atau kegunaan. Peran
itu ada dalam struktur. Dalam masyarakat terdapat struktur kemasyarakatan yang antara
satu dengan yang lain saling memberikan fungsi. Fungsi salah satu komponen, baik
dalam masyarakat mekanis maupun masyarakat organis, terhadap komponen yang
lainnya disebut peran.
Dalam rangka membuktikan peran agama islam dalam kehidupan sosial, kita
memerlukan dua komponen pembahasan yang menurut kami penting : pertama,
hubungan antara perintah bertauhid dan cegahan syirik dengan ilmu pengetahuan; kedua,
paradigma ilmu islami yang kini sedang digalakkan oleh banyak cendekiawan Muslim.

B. Rumusan Masalah
a. Apa hubungan Tauhid dengan ilmu pengetahuan ?
b. Apa Paradigma Ilmu-ilmu islami ?
c. Apa Ilmu eksakta ditangan umat islam ?
d. Apa sains dunia islam masa kini ?
C. Tujuan
a. Mengetahui Apa hubungan Tauhid dengan ilmu pengetahuan ?
b. Mengetahui Apa Paradigma Ilmu-ilmu islami ?
c. Mengetahui Apa Ilmu eksakta ditangan umat islam ?
d. Mengetahui Apa sains dunia islam masa kini ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Tauhid Dengan Ilmu Pengetahuan


Dari segi unsur-unsur kebudayaan, agama merupakan universal cultural, yang
artinya terdapat di setiap daerah kebudayaan dimana saja masyarakat dan kebudayaan itu
berada. Salah satu prinsip teori fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak
berfungsi akan lenyap dengan sendirinya. Dengan kata lain, setiap kebudayaan memiliki
fungsi. Konsekuensinya, setiap yang tidak berfungsi akan hilang atau sirna. Karena sejak
dulu hingga sekarang agama dengan tangguh menyatakan eksistensinya, berarti ia
mempunyai dan memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat. (Djamari,
1993:79)
Menurut istilah Agama Islam, Tauhid itu ialah “Keyakinan tentang satu atau Esa-Nya
Tuhan”, dan segala fikiran dan teori berikut dalil-dalilnya yang menjurus kepada
kesimpulan bahwa Tuhan itu satu disebut ilmu Tauhid. Di dalamnya termasuk soal- soal
kepercayaan dalam Agama islam.1
Perintah yang sangat mendasar yang terdapat dalam ajaran Islam adalah
mengesakan Tuhan dan cegahan melakukan tindakan syirik. Tauhid dan syirik adalah
dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, meskipun antara yang satu dengan yang lainnya
sangat berbeda. Dalam Al-Qur’an (Q.S Al-Ikhlas [112]: 1-4).
Tauhid mendorong manusia untuk menguasai dan memanfaatkan alam karena
sudah ditundukkan untuk manusia, perintah mengesakan Tuhan dibarengi dengan
cegahan mempersekutukan Tuhan, jika manusia mempersekutukan tuhan berarti ia
dikuasai oleh alam, padahal manusia adalah yang harus menguasai bumi karena bumi
telah ditundukkan oleh Allah.
Pengetahuan dalam pandangan Islam sebenarnya hanya satu. Untuk kepentingan
pendidikan, pengetahuan yang satu itu harus diklasifikasikan; klasifikasi garis besar
ialah: pengetahuan yang diwahyukan dan pengetahuan yang diperoleh.
Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu
adalah teori. Maka isi ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan; ilmu
pendidikan Islam merupakan kumpulan teori tentang pendidikan berdasarkab ajaran
1
Arifin Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2010. Hal 32.

2
Islam.
Konsekuensi dari tauhid adalah bahwa manusia harus menguasai alam dan haram
tunduk kepada alam. Menguasai alam, berarti menguasai hukum alam, dan dari hukum
alami ini, ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan. Sebaliknya, syirik berarti
tunduk kepada alam (manusia dikuasai oleh alam). Dimana akan melahirkan kebodohan,
kemiskinan, dan keterbelakangan. Jadi, terdapat hubungan timbale balik antara tauhid
dengan dorongan pengembangan ilmu pengetahuan, juga ada hubungan timbal balik
antara syirik dengan kebodohan.
Tauhid sebagai landasan pijak pengembangan sains dapat dilacak pada
terbentuknya geneologinya konsepsi tentang Tuhan dalam pengertian yang spesifik.
Bahwa Tuhan adalah pengetahuan tantang alam semesta sebagai salah satu efek tindak
kreatif ilậhi. Pengetahuan tentang hubungan antara Tuhan dan dunia, antara pencipta dan
ciptaan, atau antara prinsip Ilahi dengan manifestasi kosmik, merupakan basis paling
fundamental dari kesatuan antara sains dan pengetahuan spiritual.2
Berilmu pengetahuan menurut Islam lalu sama dan sebangun maknanya dengan:
menyatakan ketertundukan pada tauhid dan elaborasi pemahaman secara sainstifik
terhadap dimensi-dimensi kosmik alam semesta. Itulah sebabnya Alqur’ankemudian
berperan sebagai sumber inteleketualitas dan spiritualitas Islam.
Alqur’an berfungsi sebagai basis bukan hanya bagi agama dan pengetahuan
spiritual, tetapi bagi semua jenis pengetahuan. Alqur’an sebagai kalam Allah merupakan
sumber utama inspirasi pandangan Muslim tentang keterpaduan sains dan pengetahuan
spiritual.Gagasan keterpaduan ini bahkan merupakan konsekuensi dari gagasan
keterpaduan semua jenis pengetahuan.

B. Paradigma Ilmu-ilmu Islami


Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara tradisi Islam dan tradisi sekuler
dalam memandang ilmu pengetahuan. Dalam tradisi Islam, sebagaimana dibahas
dalam ushul fiqih, ada dua garis besar ilmu, yaitu 1) ilmu makhluk dan 2) ilmu Allah
Ta’ala.

2
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Pendidikan, Ar- Ruzz Media, Yogyakarta, 2012. Hal 59.

3
Prof. Wahbah Zuhaili dalam kitab beliau yang fenomenal, yaitu Tafsir Al-Munir
menjelaskan konsep ilmu manusia dan makhluk lainnya sebagai bekal dalam kehidupan
ini. Saat menjelaskan tafsir surat al-Fatihah ayat 6 beliau menerangkan bahwa makhluk
memiliki lima tingkatan ilmu.

a. Fitrah atau ilham

Contohnya adalah apa yang dilakukan oleh hewan mamalia yang baru saja dilahirkan
oleh induknya. Dia akan segera mendekat untuk menyusu kepada induknya. Inilah ilham
yang Allah Ta’ala tanamkan kepada hewan.

b. Panca indera

Panca indera dimiliki oleh hewan dan manusia. Bahkan pada awal kehidupan, panca
indera hewan lebih berfungsi daripada manusia.3

c. Akal
Dengan akal inilah manusia mengelola informasi yang diterima oleh panca inderanya.
Dengan akal manusia menelurkan konsep-konsep dan pemikiran yang berpengaruh ke
tingkah laku dan peradabannya sebagai manusia. Maka dengan akal inilah peradaban
manusia berkembang dan tidak statis sebagaimana hewan.
d. Hidayah agama
Akal manusia memiliki keterbatasan. Terlebih lagi, akal sering dikaburkan dengan
keinginan hawa nafsu. Hal ini membuat manusia rentan melakukan kesalahan dalam
tingkah lakunya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan panduan baku yang bersih dari
polusi hawa nafsu. Ialah hidayah/ilmu agama. Ilmu agama berasal dari Allah Ta’ala dan
terbebas dari hawa nafsu, subhanallah. Ilmu agama sudah pasti kebenarannya, dan
seharusnya digunakan oleh makhluk untuk mengatur tingkah lakunya.
e. Hidayah taufik
Banyak orang mendapatkan nasihat dan arahan agama. Namun pada kenyataannya,
seringkali manusia berpaling dari ilmu yang telah datang kepadanya tersebut. Hal ini
terjadi karena tidak semua manusia mendapatkan hidayah taufik dari Allah Ta’ala. Taufik
adalah kecocokan hati seseorang untuk tunduk dan menerima nasihat/ilmu agama yang

3
Hamdani, Ihsan, dan Fuad Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka, Bandung,2007. Hal 90.

4
datang kepadanya. Inilah hidayah yang sering kita minta dengan lafadz ihdinash shirathal
mustaqim.

Inilah perbedaan besar antara paradigma ilmu sekuler dengan paradigma ilmu
peradaban Islam. Paradigma sekuler mengingkari keberadaan “ilmu Tuhan”. Mereka
menganut empirisme untuk mengakui ilmu. Empirisme adalah suatu prinsip bahwa semua
pengetahuan didapatkan dengan pengalaman. Apa yang tidak dialami atau tidak bisa
dijelaskan dengan akal mereka, tidak diakui sebagai ilmu. Pada akhirnya dibuanglah
segala konsep agama dari bahasan ilmu pengetahuan dalam paradigma sekuler.

Hal ini jelas bertentangan dengan pandangan ilmu dalam tradisi Islam. Sebagaimana
yang telah dijelaskan di atas, hasil olahan akal manusia hanyalah tingkat ketiga dari lima
tingkatan ilmu. Adapun ilmu Allah Ta’ala yang sampai kepada manusia sampai pada
tingkat keempat dan kelima. Maka ketika seseorang membatasi ilmu dengan empirisme,
maka sebenarnya dia membatasi ilmunya hanya sampai pada tingkat ketiga, yaitu tingkat
akal.4

Pembatasan ilmu hanya sampai ke tingkat akal akan membatasi ilmu itu sendiri.
Padahal, banyak informasi dari wahyu yang telah Allah sampaikan namun belum dapat
dipahami oleh manusia. Begitu pula pembatasan ilmu dengan empirisme dapat
meniadakan keimanan. Demikian karena salah satu rukun iman adalah beriman kepada
yang ghaib. Padahal, banyak hal ghaib yang belum dialami oleh manusia. Maka
pembatasan ilmu dengan empirisme membuat seseorang mengingkari hal yang ghaib.
Pembatasan ilmu dengan empirisme akan meniadakan iman kepada hari akhir karena
belum ada manusia di zaman ini yang pernah mengalami kehidupan akhirat.

Oleh karena itulah Islam tidak membatasi ilmu dengan empirisme insani. Dalam
Islam, kebenaran bukan hanya apa yang pernah dialami oleh manusia. Selain pengalaman
manusia, ada sumber ilmu lain dalam tradisi keilmuan Islam yang disebut dengan khabar
shadiq.

C. Ilmu Eksakta di tangan umat islam


4
Hadirah Ira, Dasar-dasar Kependidikan, UIN Alauddin.Makassar,2008. Hal 82.

5
Ilmu eksakta yang dimaksud disini adalah ilmu-ilmu yang membahas tentang
masalah yang bersifat empiris dan bersifat"qathi'i",seperti juga yang talah dinyatakan oleh
pakar ilmu Oesman Bakar.karena itu ajaran isalam adalah agama yang mempunyai peran
besar dalam memberikan sumbang ilmu eksakta.diantaranya seperti ilmu
matematika,astronomi,kimia dan optik.
Dalam pengetahuan ilmu matematikayang paling masyhur dan ahli adalah al-
Khawarizmi.Dialah yang pertama menulis buku ilmu hitung dan aljabar.Teks asli buku
tersebut telah hilang ,yang ada hanyalah terjemahanya dalam bahasa Latin.istilah al-
gorisme atau  al-goritme berasal dari nama al-Khawarizmi.
   Umar al-Khayam dan at-Thusi adalah ulama yang terkenal dalam bidang ilmu
matematika.Angka nol adalah ciptaan umat islam.Dan pada tahun 873M ,angka nol telah
dipakai di Dunia Islam.Angka-angka yang dipakai ulama islam dibawa para ilmuwan ke
Eropa pada tahun 1202M.Oleh karena itu,angka nol sampai angka sembilan yang dipakai
sekarang,di Eropa ,disebut dengan angka arab.
   Jasa atau fungsi umat islam terhadap peradaban dunia adalah ditemukanya angka
arab dan dengan angka nol dan rentetan tersebut matematika menjadi efektif karena
sebelumnya matematika dinilai lambat karena menggunakan angka romawi seperti
I,II,III,IV dan seterunya.
Dan juga ilmu Astronomi yang telah dikarang oleh ilmuwan-ilmuawan Yunani
seperti Plotomeus dan Archimedes yang telah diterjemahkan kedalam bahasa
Arab.Ilmuwan Astronomi dari umat islam yang terkenal diantaranya Umar Khayam dan
al-Farizi.Mereka menulis buku-buku astronomi yang kemudian diterjemahkan kedalam
bahasa Latin untuk kemudian diajarkan di Eropa.Kemajuan ilmu astronomi juga
sebelumnya dilakukan observasi di Baghdad,Kairo,Damaskus dan Andalusia.5
Kalander yang telah dibuat oleh Umar al-Khayam ternyat dinilai lebih akurat
daripada yang telah dibuat oleh Gregorius.Gregorius yang membuat kalender 1 hari dalam
330 tahun,sedangkan Umar al-Khayam dalam 500 tahun..
Begitu juga ahli kimia adalh Jabir al-Hayyan dan Zakariya al-razi,namun dua pakar
tersebut terkenal di Eropa dengan nama Gaber dan Rhazes.
Pada kejayaan yunani kimia dibangun berdasarkan spekulasi atau
dugaan,sedangkan setelah adanya ilmuwan islam,maka ilmu kimia dibangun berdasarkan
5
Ihsan Fuad. Ilmu Pendidikan, Cet. III, Rineka Cipta, Semarang, 2003. Hal 28.

6
percobaan atau eksperimen.Dan yang terakhir adalah ilmu optik yang telah berlaku seperti
Ibnu Haitsan yang telah menentang  Euklid dan Ptolomeus  yang berpendapat tentang
benda dapat dilihat karena mata sendiri mengirimkan cahaya pada benda tersebut tetapi
Ibnu Haitsan sebaliknya dengan beranggapan bendalah yang mengirimkan cahaya ke mata
sehingga benda tersebut bisa terlihat oleh mata.
   Dengan banyaknya pakar ilmuwan dari kalangan umat islam yang telah banyak
sekali peran ilmunya sehingga peradaban menjadi lebih nyata untuk agama islam.Jadi
yang ingin saya sendiri inginkan adalah mencari karangan buku tentang ilmu alam yang
Eksakta karangan pakar ilmuwan yang mungkin belum ditemukan atau hilang.

D. Sains di Dunia Islam masa kini

Perkembangan sains dalam dunia Islam adalah suatu hal yang perlu kita ketahui,
karena seperti kita tahu bahwa ilmu pengetahuan khususnya sains merupakan ilmu yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia hingga saat ini. Awal mula kemunculan dan
perkembangan sains dalam dunia Islam beriringan dengan ekspansi Islam itu sendiri.
Dalam kurang lebih 25 tahun setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW (632 M),
kaum muslim pada waktu itu telah berhasil menaklukkan seluruh jazirah Arabia dari
selatan hingga utara. Belum sampai satu abad, pada 750 M, wilayah Islam telah meliputi
hampir seluruh luas jajahan di Asia dan Afrika Utara. Pembukaan llllnegeri-negeri ini
berlangsung sangat pesat dan tak terbendung. Satu persatu kerajaan demi kerajaan berhasil
ditaklukkan.6

Pada abad ke-8 hingga dengan abad 12 M, umat Islam berada pada zaman
keemasan. Zaman dimana ilmu pengetahuan dan peradaban Islam berkembang pesat
mencapai puncaknya. Pada saat itu umat Islam menjadi pemimpin dunia karena
perhatiannya yang sangat besar tidak hanya dari sisi ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-
ilmu umum, dan ilmu-ilmu murni.

Para ilmuwan tersebut oleh Sayyed Hossein Nasr, disebut sebagai figur-figur
universal ilmu pengetahuan Islam. Hal tersebut tidak terlepas dari peran pemerintahan

6
Ratna Wilis Dahar, Teori Belajar dan Pembelajaran, Erlangga, Jakarta, 2006. Hal 74-75.

7
dinasti Abbasiyah. Peralihan kekuasaan pemerintahan Islam dari Dinasti Umaiyah ke
Dinasti Abbasiyah (750 M) merupakan peristiwa terpenting dalam sejarah peradaban
Islam, yang tidak mungkin dapat dilupakan oleh insan akademik khususnya para
sejarawan muslim. Hal tersebut karena dikemudian hari tidak hanya mampu memunculkan
sebuah zaman keemasan, akan tetapi juga merupakan titik balik dalam perputaran sejarah
dunia, yang mana dengan ditandai adanya penaklukan wilayah Afrika pada tahun 710 M,
dan wilayah Spanyol pada tahun 711 M2 . Masa pemerintahan Abbasiyah mencapai
puncak kejayaannya dibawah pemerintahan Raja Harun al-Rosyid yang cukup terkenal
dalam sejarah peradaban Islam. Pemerintahan Dinasti Abbasiyah dianggap sebagai  pilar
utama perkembangan sains dalam Islam, karena pada masa ini banyak bermunculan
ilmuwan dan berbagai karya dalam ilmu pengetahuan.

Kesuksesan itu berlangsung sekitar lima abad lamanya, ditandai dengan


produktifitas yang tinggi. Sebagai contoh, al-Battani yang mengoreksi dan memperbaiki
sistem astronomi Ptolemy, mengamati mengkaji pergerakan matahari dan bulan, membuat
kalkulasi baru, mendesain katalog bintang, merancang pembuatan pelbagai instrumen
observasi, termasuk desain jam matahari (sundial) dan alat ukur mural quadrant. Seperti
buku-buku lainnya, karya al-Battani pun diterjemahkan ke bahasa Latin, yaitu De scientia
stellarum, yang dipakai sebagai salah satu bahan rujukan oleh Kepler dan Copernicus.
Kemudian dalam bidang fisika ada , Ibn Bajjah  yang mengantisipasi Galileo dengan
kritiknya terhadap teori Aristoteles tentang daya gerak dan kecepatan. Demikian pula
dalam bidang-bidang lainnya.7

Seiring berjalannya waktu perjalanan sains dalam dunia islam seolah-olah


mendadak berhenti. Menurut Al-Buthi, setidaknya ada dua factor yang menjadikan
kemunduran umat Islam saat itu. Pertama, terpesonanya umat Islam terhadap revolusi
yang terjadi di Barat sebagai tanda kebangkitan peradaban Barat pada waktu itu. Kedua,
terpengaruh dengan keberhasilan Barat dalam melepaskan dirinya dari cengkeraman
doktrin-doktrin gereja. Lebih lanjut, ketertinggalan umat Islam di abad ini diakibatkan
oleh penyakit kronis kebanyakan umat Islam yaitu keterpikatan umat Islam terhadap
peradaban Barat secara membabi buta. Dalam karyanya yang berjudul Ala Thariqi Al-

7
Ratna Wilis Dahar, Dasar-Dasar Pendidikan Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2009. Hal 39.

8
Audah Ila Islam; Rasm Li Manhaj Wa Hallu Li Musykilat dan Hiwar Haula Musykilat
Hadhariyah, Al-Buthi menolak sikap inferioritas peradaban Barat. Tetapi beliau
menanamkan optimisme dan sikap superioritas Islam bagi kaum muda. Di sisi lain, Al-
Buthi juga mengakui adanya saling ketergantungan di era pasca modern antara Islam dan
Barat. Oleh karenanya, umat Islam mempunyai hak untuk mengadopsi peradaban barat
yang terbukti baik dan bermanfaat secara selektif. Begitu juga dengan orang Barat  juga
dapat mengadopsi dari Islam apa yang mereka butuhkan untuk bebas dari kehancuran
spiritual.

Umat Islam seharusnya bangkit bukan hanya dari sikap keterpikatan terhadap
peradaban Barat, tetapi juga bangkit dari dialektika internal yang masih berdebat
membahas antara halal haram, bid’ah dan tidak bid’ah, kafir dan tidak kafir. Peradaban
lain sudah mencoba untuk meneliti kelayakan manusia untuk tinggal di Mars, umat Islam
justru masih sibuk berdebat dan saling mengkafirkan satu sama lainnya. Pada akhirnya
perlu kembali merenungi sebuah kaidah yang berbunyi Al-Mukhafadzotu Alal Qodim As-
Sholih Wal Akhdzu Bil Jadid Ashlah. Menjaga warisan lama yang masih relevan dan
mengadopsi sesuatu yang baru yang dianggap baik dan membawa maslahah, kalau perlu
justru menciptakan sesuatu yang baru tersebut. Sebagaimana yang dilakukan oleh
ilmuwan-ilmuwan muslim di masa kejayaan peradaban Islam, salah satu contohnya
dengan mengadopsi filsafat-filsafat Yunani Kuno dengan membawa semangat
keingintahuan ilmiah.8

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peran dan fungsi agama bagi manusia sangatlah berpengaruh terhadap

8
Ratna Wilis Dahar, Dasar-Dasar Pendidikan Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2009. Hal 38 – 39.

9
kehidupannya,karena agama adalah suatu pedoman hidup seseorang untuk mencapai
kebahagiaan dunia maupun akhiratnya
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab
yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama
sudah sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan
benar serta dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama
dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta
membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk
agama.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2010.

10
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Pendidikan, Ar- Ruzz Media,
Yogyakarta, 2012

Hamdani, Ihsan, dan Fuad Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka, Bandung,2007

Hadirah Ira, Dasar-dasar Kependidikan, UIN Alauddin.Makassar,2008

Ihsan Fuad. Ilmu Pendidikan, Cet. III, Rineka Cipta, Semarang, 2003

Ratna Wilis Dahar, Teori Belajar dan Pembelajaran, Erlangga, Jakarta, 2006

Ratna Wilis Dahar, Dasar-Dasar Pendidikan Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta,
2009

11

Anda mungkin juga menyukai