Jurusan/Kelas :ASR_1_C
kesatuan dalam satu wadah yang dimana untuk ilmu keagamaan dan untuk
ilmu umum.Wahdatul ulum merupakan satu kesatuan yang terciptanya suatu
wahdatul ulum yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu masalah yang bukan
hanya dari satu sudut pandang saja tetapi bisa dari berbagai macam-macam sudut
pandang.Dengan adanya suatu perbandingan antara ilmu agama dan ilmu umum
juga dapat melalui dari satu sumber kesumber lainnya.Sehingga kita dapat
memahami landasan-landasan tersebut dengan hal yang paling mendasar dan tidak
hanya menyelesaikan dari sutu ilmu pengetahuan saja tetapi juga bisa dari ilmu-
ilmu lainnya.
1.Wahdatu Ulum sebagai strategi konsep penerapan integrasi islami dan sains
Tuhan dan Alam Sebagai Ssumber Ilmu Pengetahuan Ayat Quraniyah dan
Kawniyah
Ditemukan bahwa ada lima dikotomi yang dihadapi dalam dunia keilmuan,
terutama dalam keilmuan Islam.
Pertama, dikotomi vertikal, saat ilmu pengetahuan terpisah dari Tuhan. Secara
antrophosentrik para ilmuan merasa dapat mencapai prestas keilmuan dan berbagai
penemuan tanpa terkait dengan Tuhan.
Kedua, dikotomi horizontal. Hal ini dapat terjadi dalam dua bentuk.
Ketiga, dikotomi aktualitas, saat terjadi jarak yang sangat jauh antara pendalaman
ilmu dan aktualisasinya dalam membantu dan mengembangkan kehidupan serta
peradaban umat manusia.
Keempat, dikotomi etis, terjadinya jarak antara penguasaan dan kedalaman ilmu
dengan etika dan kesalehan prilaku. Ilmu tidak sejajar dengan akhlak dan
spiritualitas para penekunnya.
Kelima, dikotomi intrapersonal, saat para penekun ilmu tidak menyadari kaitan
ruhnya dengan jasadnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Ada enam landasan filosofis yang senantiasa dan yang semestinya digunakan
civitas akademika Uinsu yaitu :
a) Allah
Jawabannya
1. Ada teyapi tdk byk namun hakikat wahdatululum adalah menyadarkan kpd
kita bhw berbagai keilmuan yg kita jumpa dan pelajari adalah mrpkn
kesatuan dari Allah Swt dan tujuannya satu mmbangun mns yg berakhlak
mulia dan beradab Ia lebih dekat dgn tasawuf dan filsafat islam juga tauhid
plg utama.
2. Kajian keilmuan yg dimunculkan selama ini terjelaskan dalam ketauhidan
atau keimanan, kefikihan atau keislaman, dan yg ketiga adalah ketasawufan
atau keihsanan. Tiga kupasan di atas menuju kpd pemahaman makrifat. Dlm
bahsa tasawuf sebelum menuju ke makrifah diawali dgn ilmu syariat (tauhid
dan khususnya fikih) lalu meningkat kpd tarekat (jalan yg membawa
penuntut/si pembelajar kpd jln yg jelas mengarah thdp penyelesaian masalah
tsb) dan akhirnya menuju makrifah alias pengetahuan tertinggi bila dalam
bahasa dilsafat islam disebut dgn akal mistafad, yaitu akal yg berfaedah. Dari
ketiga hal di atas akan membawa si pembelajar atau si pentutut ilmu atau si
mirid menuju kpd mahabbah. Ada slogan yg berkembang selama ini dari
dulu, yaitu lalmarifah lalalmarhamah wa lalmarhamah laulamahabbah. Atau
not know that we not dear and not dear that we not love bhs kitanya..tak
kenal makanya tak sayang tak syang makanya tak cinta. Ternyata CINTA
itulah yg menjadi kendaraan utama bagi manusia utk memperoleh
penyelesaian di dalam menghadapi berbagai permasalahan. Hubungan Allah
sbg sumber pengetahuan. Ilmu itu bagian dari 20 sifat Allah dan aalim adalah
bagian asmaulhusna Allah, keduanya (baik dari sifat dan asmanya) mengarah
kpd penjelasan bhw pertama Allah Swt sbg Tuhan Pencipta alam semesta
beserta isinya. Kedua, Dia sbg Pemilik alam semesta tersebut makanya kita
senantiasa mengatakan inna lillah wa inna ilaihi rojiun, semua milik Allah
dan kembali kpdNya. Artinya, tdk ada hal yg memusingkan kita dlm
menghadapi kenyataan hidup saat kita pulangkan kembali kod Dia oenciota
dan Pemilik alam semesta. Dan Ketiga, kesasaran kita bhw Allah pemilik
Daya dan Kuasa maka tiada daya dan kuasa kecualai milik Allah Swt dlm
bhs tarekat disebut doa surga yaitu laa haula walaa wuwwata illa billah.
Selama ini yg menjadi permaslahan bagi kita dan tdk tuntasnya masalah kita
adalah krn menuhan kan harta dan tahta, jadi krnnya manakala harta dan
tahta itu tiada maka gelisah lah hidup kita. Semua itu menyebabkan pikiran
kita terbodohi sebab harta dan tahta seyognya adlah alat untuk kita bahagi
kenyataannya menjadikan kita sengsara disebabkan ketiadaan keduanya pada
diri kita. Padahal, bila kita paham bhw keduanya adalah bagian dari ciptaan
Allah yg disuguhkan ke manusia maka tdk ada masalah disana. Oleh krn itu,
kelucuan yg terjadi selama ini disebabkan krn kita tdk menyadari bhw Allah
Swt adalah Sumber pengetahuan. Halikatnya Allah sbg smber pengetahuan
adlah penyelesaian maslaha yg sejati. Ilustrasi saat harta dan tahta itu kita
bawa ke dlm tengah hutan sementara kita kelaparan,maka tdk pernah terpikir
kita bhw harta dan tahta itu segala galanya krnndipikiran kita adalah 'apa yg
bisa kita makan di tengah hutan ini'. Pertanyaan yersebut akanterjawab
manaka seseorg yg ditengah hutan tadi menyadari bhw Allah Swt segalanya
sehingga kesadaran tsbt memberikan solusi dan akhirnya kita mengerti
sisebabkan ketenangan pikiranndan hatinshgg jumpa makannan yang bisa
disantap di tengah hutan tsbt, Hakikat dari Allah sbg Sumber Pengetahuan
adalah Penyelesaian masalah yg sejati,yaitu bhw kunci penyelesaian masalah
itu yah di Allah Swt. Hakikat masalah itu ada dua, pertama harta dan kedua
tahta, maka keberadaan pengetahuan dan keilmuan adalah utk memahami
bhw dua hal di atas sejatinya adalah alat utk menanggulangi masalh dgn
mengarahkan kita kpd kunci penyelesaiannya yaitu Allah Swt, makanya
disebut dgn Allah sbg Sumber Pengetahuan. Dlm kajian keislaman terutama
Tasawuf,bhw marifah (akal mustafad;akal yg berfaedah, di dlm kajian
filsafat islam) adalah mengarahkan kota kpd kedekatan diri kod Allah Swt
shgg semua permasalahan dapat teratasi. Masalah mslh tsb teratasi dgn
menulangkan bhw Allah Swt ada pencipta langit bumi bsrta isinya shgg tdk
ada permasalahan sejatinya yg tdk teratasi. Kedua, Allah adalah pemilik
langit dan bumi bsrta isinya shgg sangat Tahu akar permasalahan dan
penyelesaiannya. Ketiga adalah daya dan kuasa itu hanya milikNya maka
masalah masalah tsbt akan sirna dgn daya dan kuasaNya krn tdk ada daya
dan kuasa kecuali milik Allah Swt. Laa haula walaa quwwata.