Studi islam merupakan pandangan bagi setiap manusia karena studi islam
digunakan sebagai peninjau kemasyarakat dan pembelajaran tentang keagamaan.
Kedudukan studi islam ini sangat penting karena studi islam mempelajari
tentang kajian keagamaan. Bukan berarti mata kuliah yang lain tidak penting
tetapi stidi islam ini mempelajari lebih dalam tentang keislaman dengan sumber-
sumbernya yaitu al-quran dan hadis.
Untuk meneladani perkembangan tersebut, maka studi islam harus diarahkan
pada kebutuhan peralihan masyarakat pada zaman sekarang. Jangkauan bidang
studi islam ini sangat luas bukan hanya dari kajian dalam bidang keilmuan
semata, yang bersumber dari tafsir, fiqih, akidah, akhlak dsb. Namun seiring
munculnya kesadaran mengenai hubungan bidang-bidang keilmuan, maka studi
islam menemukan makna baru yang dilandasi dari khazanah peninggalan
kebudayaan dan peradaban islam.
Dalam menghadapi persoalan tersebut, studi islam belum mampu menempatkan
di posisi yang strategis. Bagi seorang muslim menguasai karakteristik di
kehidupan sekarang ini, diharapkan bisa mewujudkan ajaran agamanya tanpa
dihantui rasa takut, gelisah maupun perasaan bersalah sehingga tidak bersikap
fundamentalis.
2. Dalam sejarahnya, kajian studi islam dipetakan menjadi studi islam masa
klasik, kontemporer. Bagaimana perbedaan antara kajian studi islam
klasik dan kontemporer?
3. Secara geografis, kajian studi islam dipetakan menjadi kajian studi islam di
dunia timur dan kajian studi islam di dunia barat. Jelaskan bagian
fundamental yang menjadi perbedaan antara studi islam timur (khususnya
di Indonesia) dengan kajian studi islam di barat
Stagnansi studi Islam setidaknya dapat ditemukan dari berbagai unsur. Melalui
kajian sejarah pemikiran Islam, Abu Rabi’ berusaha menyingkap “penyakit”
yang meninabobokan ini. Selanjutnya, ia berusaha menyadarkan para intelektual
untuk memahami betul peran dan fungsinya dalam menggiatkan studi Islam
dengan perspektif keilmuan yang berkembang saat ini. Persoalan yang kian
menggurita dan semakin kompleks tidak dapat dijelaskan secara memuaskan
oleh teori Ulum al-Din klasik yang hanya terfokus pada teks, terlebih hanya
sebagian teks. Halal dan haram misalnya, dirasa tidak berdaya ketika
menghadapi persoalan kemasyarakatan yang kian variatif. Studi Islam mau tidak
mau harus terbuka dan membuka diri terhadap disiplin-disiplin keilmuan, tidak
monodisiplin.
Solusi untuk mengatasi problematika tersebut adalah :
- Menanamkan kebiasaan keagamaan ke peserta didik
- Praktik ibadah sesuai materi yang diajarkan
- Melaksanakan kegiatan keagamaan seminggu sekali
Nah dengan problematika tersebut kita bisa tahu menahu tentang resiko dan kita
juga bisa berkembang lebih jauh untuk mendukung perkembangan studi islam
tersebut.
5. Bagaimana cara untuk mendamaikan antara teori Islam Normatif dan
Islam Historis?
Islam normatif adalah Islam pada dimensi yang skral atau suci. Islam normatif
adalah suatu pendekatan yang lebih menekankan kepada aspek normatif dalam
ajaran Islam yang terdapat pada Alquran dan Sunnah (Hadits). Islam normatif
merupakan bentuk tekstual Islam yaitu pada Alquran dan Sunnah (Hadits). Islam
memiliki beberapa kajian, diantaranya yaitu: Teologi (Ilmu yang mengkaji
tentang ketuhanan), Tafsir (penjelas atau pemaknaan), Tasawuf (pendekatan diri
kepada Tuhan), Filsafat (pemikiran), Fiqh (tatana hukum). Pendeketan pada
Islam normatif yaitu suatu pendekatan yang melihat agama dari segi ajarannya
yang pokok dan asli dari Tuhan yang di dalamnya belum terdapat penalaran atu
pemikiran manusia.
Islam Historis adalah Islam yang sesungguhnya ada di kalangan masyarakat.
Islam historis muncul karena suatu pemahaman dari setiap individu atau diri
sendiri dalam masyarakat tentang kajian Islam secara menyeluruh, inilah yang
disebut sebagai pemikiran Islam. Islam historis merupakan budaya yang
dihasilkan setiap berpikir manusia dalam interpretasi atau pemahamannya
terhadap teks, maka Islam saat ini bahkan menjadi sebuah budaya. Melalui
pendekatan historis seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya
berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari sini, maka orang tidak akan
memahami agama keluar dari konteks sejarah atau historisnya, karena
pemahaman itu akan menyesatkan orang yang memahaminya. Islam historis
inilah yang dianut oleh Rasulullah SAW. Kajian Islam historis melahirkan
beberapa tradisi atau disiplin studi empiris, yaitu: Antropologi agama, Sosiologi
agama, dan Psikologi agama.
Menurut Ijtihad, Amin Abdullah, hubungan antara keduanya itu ibarat sebuah
koin sengan dua permukaan. Hubungan diantara keduanya tidak dapat
dipisahkan, tetapi secara tegas dan jelas dapat dibedakan. Hubungan keduanya
tidak berdiri sendiri-sendiri dan berhadap-hadapan, tetapi keduanya terjalin dan
terajut sedemikian rupa sehingga keduanya menyatu dalm satu keutuhan yang
kokoh dan kompak. Dalam memahami fenomena keberagaman manusia, makna
terdalam dan moralitas keagamaan harus tetap ada, maka secara otomatis ia
tidak bisa terhindar dari belenggu ruang dan waktu.