Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Studi Islam

Istilah Studi Islam dalam bahasa Inggris adalah Islamic Studies, dan dalam bahasa Arab adalah
Dirasat al-Islamiyah. Ditinjau dari sisi pengertian, Studi Islam secra sederhana dimaknai sebagai
“kajian islam”. Pengrtian Studi Islam sebagai kajian islam sesungguhnya memiliki cakupan makna dan
penertian yang luas.Hal ini wajar adanya sebab sebuah istilah akan memiliki makna tergantung
kepada mereka yang menafsirkannya.Karena penafsir memiliki latar belakang yang berbeda satu
sama lainnya, baik latar belakang studi, bidang keilmuan, pengalaman, maupun berbagai perbedaan
lainnya, maka rumusan dan pemaknaan yang dihasilkannyapun juga akan berbeda.

Selain itu, kata Studi Islam sendiri merupakan gabungan dari dua kata, yaitu kata Studi dan kata
Islam. Kata studi memiliki berbagai pengertian.Rumusan Lester Crow dan Alice Crow menyebutkan
bahwa Studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperoleh
keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatu ketrampilan.

Sementara kata Islam sendiri memiliki arti dan makna yang jauh lebih kompleks. Kata Islam berasal
dari kata Aslama yang bararti patuh dan berserah diri. Kata ini berakar pada kata silm yang berarti
selamat, sejahtera, dan damai.

Adapun pengertian Islam secara terminologis sebagaimana yang dirumuskan para ahli ulama dan
cendikiawan bersifat sangat beragam tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Salah satu
rumusan definisi Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada nabi Muhammad Saw.

Sedangkan Studi Islam dibarat dikenal dengan istilah Islamic Studies, secara sederhana dapat
dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Usaha
mempelajari agama Islam tersebut dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan
umat islam saja, melainkan juga dilaksanakan oleh orang-orang diluar kalangan umat islam.

Studi keislaman dikalangn umat islam sendirinya tentunya sangat berbeda tujuan dan motivasinya
dengan yang dilakukan oleh orang-orang diluar kalangan umat islam. Dikalangan umat islam, studi
keislaman bertujuan untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran islam agar
mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar. Sedangkan diluar kalangna umat
islam, studi keislaman bertujuan untuk mempelajari seluk-beluk agama dan praktik-praktik agama
yang berlaku dikalangan umat islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan. Namun
sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan tentang seluk-beluk agama dan praktik-praktik
keagamaan islam tersebut bias dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik
yang bersifat positif maupun negative.

http://studi-agama-islam.blogspot.com/2016/04/pengertian-ruang-lingkup-tujuan-studi.html?m=1

B. Urgensi Studi Islam Dalam Kehidupan

Di era perang pemikiran atau

ghawzul fikri

seperti ini, para muslim seakan diguncang oleh deburan paham-


paham “asing” yang seakan menggeserkan nilai

-nilai kehakikian Islam. Banyak para muslim yang memang notabennya selalu mengerjakan ibadah
shalat, puasa Ramadhan dan mengeluarkan zakat, tergelincir pada paham-paham sekuler bahkan
liberal. Umat Islam saat ini berada dalam kondisi problematis, saat ini umat Islam masih berada
dalam posisi termarginalkan (pinggir) dan lemah dalam aspek kehidupan sosial budaya yang harus
berhadapan dengan dunia modern yang maju dan canggih untuk itu umat Islam harus melakukan
gerakan pemikiran yang menghasilkan konsep yang cemerlang dan operasional untuk mengantisipasi
perkembangan tersebut. Jika umat Islam hanya berpegang pada ajaran Islam penafsiran ulama -
ulama Islam terdahulu yang merupakan warisan turun temurun yang dianggapnya sudah paling
benar, maka mereka mengalami kemandekan intelektual, melalui pendekatan yang bersifat objektif
rasional studi Islam mampu memberi alternatif dari kondisi tersebut

. Umat manusia dan peradabannya saat ini sedang berada dalam keadaan yang problematis,
pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah membuka era baru dalam
perkembangan budaya dan peradaba umat manusia yang dikenal dengan era globalisasi. Pada era ini
ditandai dengan semakin dekatnya jarak dengan hubungan serta komunikasi antar bangsa dan
budaya umat manusia.

http://komunitaskalikidang.blogspot.co.id/2011/08/pengantar-metodologi-studi-islam.html

a.

Munculnya Perbedaan Pandangan Antara Insider (Muslim) dan Outsider (Non Muslim)

Sebelum lebih jauh membahas problem insider dan outsider maka akan dijelaskan terlebih dahulu
mengenai pengertian insider dan outsider. Insider adalah para pengkaji agama yang berasal dari
agamanya sendiri (orang dalam). Sedangkan outsider adalah para pengkaji non Muslim yang
mempelajari Islam dan menafsirkannya dalam berbagai analisis dan pembacaan dengan metodologi
tertentu (orang luar). Problem insider dan outsider muncul pasca jatuhnya kejayaan Islam, lalu ilmu
pengetahuan pindah ke Barat. Dari sini orang-orang Barat kemudian mulai mempelajari Islam yang
pada akhirnya muncul kajian orientalisme. Pada saat itu studi Islam di Barat didorong oleh
kebutuhan akan kekuasaan koloni untuk belajar dan memahami masyarakat yang mereka kuasai.
Sehingga studi Islam di Barat juga perlu diuji.

b.

Umat Islam Saat ini Berada dalam Kondisi Problematik

Seperti yang kita ketahui, saat ini umat Islam berada dalam posisi yang terpinggirkan dan lemah
dalam berbagai aspek kehidupan, sementara di sisi lain dunia terus berkembang dengan
modernisasinya. Di satu sisi, jika umat Islam hanya berpegang pada ajaran-ajaran Islam hasil
penafsiran ulama terdahulu yang dianggap sebagaia ajaran yang sudah mapan, sempurna, dan
paten, serta tidak ada keberanian untuk melakukan kajian ulang, berarti umat Islam mengalami
kemandegan intelektual dan akan berdampak pada masa depan yang suram. Sementara jika mereka
bersikap kritis dan berani melakukan pembaharuan rasional guna menyesuaikan dengan tuntutan
perkembangan zaman, mereka akan dituduh sebagai umat yang tidak lagi setia dengan ajaran Islam
dari pendahulunya. Melalui pendekatan yang bersifat objektif rasional, studi Islam diharapkan
mampu memberikan alternatif pemecahan masalah atau jalan keluar dari kondisi yang problematik
tersebut. Studi Islam diharapkan dapat mengarah dan bertujuan untuk mengadakan usaha-usaha
pembaharuan dan pemikiran kembali ajaran-ajaran Islam, agar mampu beradaptasi dan menjawab
tantangan serta tuntutan zaman, dengan tetap berpegang teguh pada sumber dasar ajaran Islam
yaitu Al-Quran dan As-Sunnah.

https://www.academia.edu/35132776/URGENSI_DAN_TUJUAN_STUDI_ISLAM_Makalah_ini_di_susu
n_untuk_memenuhi_tugas_kelompok

C. Tujuan Studi Islam

Studi Islam sebagai usaha untuk mempelajari secara mendalam tentang islam dan segala seluk beluk
yang berhubungan dengan agama islam sudah barang tentu mempunyai tujuan yang jelas, yang
sekaligus menunjukan kemana Studi Islam tersebut diarahkan. Dengan arah dan tujuan yang jelas
itu, maka dengan sendirinya Studi Islam akan merupakan usaha sadar dan tersusun secara
sistematis.

Adapun arah dan tujuan Studi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakikat) agam islam itu, dan
bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia.

Sehubungan dengan ini, Studi Islam dilaksanakan berdasarkan asumsi bahwa sebenarnya agama
islam diturunkan oleh Allah adalah untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan
pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dan budaya umat dimuka bumi.

2. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama islam yang asli, dan
bagaimana penjabaran dan operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya
peradaban islam sepanjang sejarahnya. Studi ini berasumsi bahwa agama islam adalah fitrah
sehingga pokok-pokok isi ajaran agama islam tentunya sesuai dan cocok dengan fitrah manusia.
Fitrah adalah potensi dasar, pembawaan yang ada, dan tercipta dalam proses pencipataan manusia.

3. Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama islam yang tetap abadi dan
dinamis, dan bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya. Studi ini berdasarkan asumsi bahwa
agama islam sebagai agama samawi terakhir membawa ajaran yang bersifat final dan mampu
memecahkan masalah kehidupan manusia, menjawab tantangan dan tuntutannya sepanjang
zaman.Dalam hal ini sumber dasar ajaran agama islam akan tetap actual dan fungsional terhadap
permasalahan hidup dan tantangan serta tuntutan perkembangan zaman tersebut.

4. Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama islam,
dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan
budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini. Asumsi dari studi ini adalah, islam yang
meyakini mempunyai misi sebagai rahmah li al-‘alamin tentunya mempunyai prinsip dasar yang
bersifat universal, dan mempunyai daya dan kemampuan untuk membimbing, mengarahkan dan
mengendalikan factor-faktor potensial dari pertumbuhan dan perkembangan system budaya dan
peradaban modern.

D. Rasa Ingin Tahu Manusia (Human Quest For Knowledge)

Manusia dikarunia fitrah (naluri atau sifat dasar) mengetahui nama-nama segala sesuatu yang ada di
alam semesta ini. "'alama" (diajarkan) kepada Adam semua nama-nama di alam semesta ini
menunjukkan proses dalam hidup manusia yang diawali dengan rasa ingin tahu (curiosity) yang kuat
dimiliki oleh manusia sejak lahirnnya. Pendekatan psikologis memperlihat ada tiga aspek potensi
dasar yang dimiliki manusia, yaitu: aspek kognisi (pengetahu), aspek afeksi (penentuan keputusan),
aspek motorik (pelaksanaan atau eksekusi). Rasa ingin tahu manusia mendasari segala dari aspek
kognisi manusia yang senantiasa menanyakan segala sesuatu yang ada di sekitar dirinya, bahkan
keberadaan diri manusia sendiri senantiasa menjadi permasalahan yang muncul dari rasa ingin tahu
manusia. Rasa ingin tahu yang dimiliki oleh manusia merupakan tanda utama dari adanya masalah.
Masalah senantiasa ada dalam kehidupan manusia. Tidak adanya rasa ingin tahu berarti tidak ada
masalah, tidak ada masalah berarti manusia telah tiada dalam kehidupan ini alias mati.
Permasalahan yang muncul dari rasa ingin tahu manusia memerlukan jawaban. Sesungguhnya
hakekat sejarah manusia adalah rangkaian tanya jawab atau dialektika yang dilakukan manusia. Rasa
ingin tahu mengawali terisinya berbagai pengetahuan dalam otak manusia. Hal ini menyiratkan
aspek kognisi yang kuat dari rasa keingintahuan yang dimiliki manusia. Keingintahuan manusia
merupakan emosi yang dimiliki manusia dalam mendorong terwujudkan perilaku seperti eksplorasi,
investigasi dan belajar. Hal ini termasuk sebagai mekanisme kejiwaan manusia dalam upaya mencari
dan menemukan informasi dari interaksi kehidupan manusia dengan lingkungannya dan makhluk-
makhluk lainnya.[3]

[3] Kusumamihardja.Supan., et al.1978.Studia islamica.Bogor.Team Pendidikan Agama Islam Institut


Pertanian Bogor.

E. Doktrin Kepercayaan Agama

1. Iman kepada Allah

Kalimat lailaha illa Allah atau sering disebut kalimat thoyyibah adalah suatu pernyataan pengakuan
terhadap keberadaan Allah yang Maha Esa, tiada tuhan selain Dia (Allah). Ia merupakan bagian
lafadz dari syahadatain yang harus diucapkan ketika akan masuk Islam yang merupakan refleksi dari
tauhid Allah yang menjadi inti ajaran Islam.

2. Argumen keberadaan Allah

Pengakuan terhadap keberadaan Allah berarti menolak keberadaan tuhan-tuhan lainnya yang dianut
oleh para pengikut agama lain. Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang
mendukung keberadaaan tuhan. Pertama, paham yang menyatakan bahwa alam semesta ini ada
dari yang tidak ada, ia terjadi dengan sendirinya. Kedua, paham yang menyatakan bahwa alam
semesta ini berasal dari sel yang merupakan inti. Ketiga, paham ynag mangatakan bahwa alam
semesta itu ada yang menciptakan.

3. Kemustahilan menemukan zat Allah

Akal yang merupakan ciri keistimewaan manusia, sekaligus sebagai pembeda antara manusia dan
makhluk lainnya, belum bisa digunakan untuk mengetahui persoalan yang tidak dapat diselesaikan
oleh akal yaitu menemukan zat Allah, karena pada hakekatnya manusia berada dalam dimensi yang
berbeda dengan Allah.

4. Iman kepada malaikat kitab dan rasul Allah

a. Malaikat Allah

Malaikat merupakan makhluk tuhan yang diciptakan dari nur cahaya, ia adalah makhluk langit yang
mengabdi kepada Allah dengan bermacam-macam tugas yang diembannya, jumlahnya sangatlah
banyak, namun yang harus kita imani hanyalah 10 (nama) malaikat beserta tugas-tugasnya.

b. Kitab-kitab Allah

Iman kepada kitab Allah adlah wajib dan itu merupakan konsekuensi logis dari pembenaran
terhadap adanya Allah, oleh karena itu tidak sepantasnya seorang mukmin mengingkari kitab-kitab
Allah yaitu al-Qur’an, Injil, Taurat, dan Zabur.

c. Rasul-rasul Allah

Doktrin islam mengajarkan agar setiap muslim beriman kepad rasul yang diutus oleh Allah tanpa
membedakan antara satu dengan yang lainnya.[4]

[4] Dr. Atang Abdul Hakim, MA, Dr. Jaih Mubarok Mubarok.2009.Metodologi Studi Islam,Bandung:
Remaja Rosdakarya, halaman 190.

Anda mungkin juga menyukai