Makalah
A. PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama yang telah ada,
Islam merupakan agama rahmatan lil 'alamin untuk semua umat. Islam itu dibawakan oleh Nabi
Muhammad SAW yang mendapat wahyu dari Allah. Untuk mengetahui Islam lebih mendalam maka
muncullah ilmu yang dinamakan Studi Islam, akan tetapi Studi Islam itu sendiri merupakan bidang
kajian yang cukup lama. Ia telah ada bersama dengan adanya agama Islam maka dari itu Studi
Islam menimbulkan berbagai permasalahan yang umum diantaranya : apa pengertian Studi Islam,
bagaimana urgensi Studi Islam, apa tujuan Studi Islam, bagaimana pendekatan dan metode dalam
Studi Islam serta bagaimana kedudukan dan kawasan Studi Islam.
Seiring dinamika dan perkembangan zaman, kesempatan untuk mempelajari Studi Islam
dapat melalui segala hal, berkaitan dengan persoalan tentang mempelajari Studi Islam,Islam
memberikan kesempatan secara luas kepada manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara
maksimal untuk mempelajarinya, namun jangan sampai penggunaannya melampaui batas dan
keluar dari rambu-rambu ajaran Allah SWT.
Dan didalam makalah ini akan membahas permasalahan-permasal
permasalahan-permasalahan
ahan itu semua secara
lebih umum.
B. PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN STUDI ISLAM
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab Dirasah Islamiyah.
Sedangkan Studi Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka Studi Islam secara
harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Makna ini sangat umum
sehingga perlu ada spesifikasi pengertian terminologis tentang Studi Islam dalam kajian yang
sistematis dan terpadu. Dengan perkataan lain, Studi Islam adalah usaha sadar dan sistematis
untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau
hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah
maupun praktik-praktik pelaksanaannya
pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari
sehari-hari.[1]
.[1]
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa
pengertian, diantaranya adalah:
1. Berasal dari ‘salm’ (
)الyang berarti damai.
2. Berasal dari kata ‘aslama’ ( ) سyang berarti menyerah.
–mustaslimun (ن ت - )است: penyerahan total kepada Allah.
3. Berasal dari kata istaslama –mustaslimun
4. Berasal dari kata ‘saliim’ ( )سyang berarti bersih dan suci.
5. Berasal dari ‘salam’ (م )سyang berarti selamat.
Adapun dari segi istilah Islam merupakan ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Rasulullah Muhammad SAW guna dijadikan
pedoman hidup dan juga sebagai hukum/aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia
ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.
Definisi di atas, memuat beberapa poin penting, diantarany
diantaranyaa adalah:
a. Islam sebagai wahyu Ilahi (ي حي)ال
b. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) (
Rasulullah س وا )د
c. Sebagai pedoman hidup ( ة ج ا)
Al- Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW ( ه في كت مح
d. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an
ه رس)وس
e. Membimbing manusia ke jalan yang lurus. ( ت اط اص
)ال
f. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.( ةخ و ال)س
Usaha mempelajari agama Islam tersebut dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan
oleh kalangan umat Islam saja
saja,, melainkan juga dilaks
dilaksanakan
anakan oleh orang-orang di luar kala
kalangan
ngan
umat Islam. Studi keislaman di kalangan umat Islam sendiri tentunya sangat berb
berbeda
eda tujuan dam
motivasinya dengan yang dilakukan oleh orang-orang di luar kalangan umat Islam. Di kalangan
umat Islam, studi keislaman bertujuan untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-
ajaran -
ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar. Sedangkan
di luar kalangan umat Islam, studi keislaman bertujuan untuk mempelajari seluk-beluk agama dan
praktik-praktik keagamaan yang berlaku di kalangan mat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu
pengetahuan (Islamologi). Namun sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan pada
umumnya, maka ilmu pengetahuan tentang seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan
Islam tersebut bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik yang bersifat
positif maupun negative.
Para ahli studi keislaman di luar kalangan umat Islam tersebut dikenal dengan kaum orientalis
(istisyroqy ),
), yaitu orang-orang Barat yang mengadakan studi tentang dunia Timur, termasuk di
kalangan dunia orang Islam. Dalam praktiknya, studi Islam yang dilaukan oleh mereka, terutama
pada masa-masa awal mereka melakukan studi tentang dunia Timur, lebih mengarahkan dan
Kenyataan sejarah menunjukkan (terutama setelah masa keemasan Islam dan umat Islam sudah
memasuki masa kemundurannya) bahwa pendekatan studi Islam yang mendominasi kalangan
umat Islam lebih cenderung bersifat subjektif, apologi, dan doktriner, serta menutup diri terhadap
pendekatan yang dilakukan orang luar yang bersifat objektif dan rasional. Dengan pendekatan
yang bersifat subjektif apologi dan doktriner tersebut, ajaran agama Islam yang bersumber dari al-
Qur’an dan hadits –yang
–yang pada dasarnya bersifat rasional dan adaptif terhadap tuntutan
perkembangan zaman- telah berkembang menjadi ajaran-ajaran yang baku dan kaku serta tabu
terhadap sentuhan-sebtuhan rasional, tuntutan perubahan, dan perkembangan zaman. Bahkan
kehidupan serta keagamaan serta budaya umat Islam terkesan mandek, membeku dan
ketinggalan zaman. Ironisnya, keadaan yang demikian inilah yang menjadi sasaran objek studi dari
kaum orientalis dalam studi keislamannya.
Dengan adanya kontak budaya modern dengan budya Islam, mendorong para Ulama’ tersebut
untuk bersikap objektif dan terbuka terhadap pandangan luar yang pada gilirannya pendekatan
ilmiah yang bersifat rasional dan objektif pun memasuki dunia Islam, termasuk pula dalam studi
keislaman di kalangan umat Islam sendiri. Maka, dengan menampilkan kajian yang objektif dan
ilmiah, maka ajaran-ajaran Islam yang diklaim sebagai ajaran universal bisa menjadi berkembang
dan menjadi sangat relevan dan dibutuhkan oleh umat Islam serta betul-betul mampu menjawab
tantangan zaman
‘Sesungguhnya Bani Israil ( kaum yahudi dan nasrani )telah berpecah belah menjadi 72
aliran,dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 aliran. Mereka semua akan masuk neraka
kecuali satu aliran saja. Para sahabat bertanya,”Siapakah dia itu wahai Rosulullah?” Beliau
menjawab, “Siapa yang mengikuti jejakku dan para sahabatku.” ( HR.tirmidzi al -Hakim dan al-
Aajurri,diharuskan
Aajurri,diharuskan oleh Al-Alb
Al-Albani)
ani)
Dari hadist di atas kita tahu bahwa sejak jauh-jauh hari rosulullah telah menginformasikan
(mensinyalir) tentang adanya perpecahan umat hadist diatas bukanlah isapan jempol belaka.di
Indonesia saja ,telah muncul beberapa aliran agama baru yang muncul dari suatu agama --
terutama islam -- sejak puluhan tahun yang lalu.pada umumnya, pelopor sekaligus pemimpinnya
etimologi akidah bisa diartikan sebagai keimanan atau keyakinan, sedangkan secara terminologi
akidah adalah ikatan hati seseorang kepada sesuatu yang diyakini dan diimaninya dan ikatan
tersebut tidak boleh dilepaskan selama hidupnya.
Dengan demikian akidah merupakan sisi teoritis yang pertama kali harus diimani atau
diyakini dengan keyakinan yang mantap tanpa keraguan sedikitpun. Terlebih hal ini dibuktikan
dengan banyaknya nash-nash Al-Qur’an
Al-Qur’an maupun hadits mutawatir yang secara eksplisit
menjelaskan persoalan ini (enam rukun iman), disamping adanya dakwah-dakwah para ulama’
ulama’
sejak pertama kali ajaran Islam di dakwahkan oleh Rasulullah. Dan perkara itulah yang menjadi
inti ajaran Allah kepada para rasul sebelumnya.
Dalam hakikat dan maknanya, tauhid atau akidah berdiri diatas tiga kriteria yang talazum
(simbiosis mutualisme), satu sama lain tak terpisahkan.terjadinya kesenjangan pada salah satu
sendi diatas akan mengakibatkan kefatalan pada bagian yg lain, ketiga kriteria tersebut adalah
tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid hakimiyah.
dan hakiki oleh siapa pun, selain dari Allah SWT. dariNYA bersumber wujud (keberadaan) dan
segala sifat sifat yang sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk.
Tauhid uluhiyah adalah bahwa hanya allah semata-mata yang berhak diperlakukan
sebagai tempat khudhu’(tunduk merendah)oleh hambanya dalam beribadah dan taat. Dengan kata
lain, tak ada yang berhak dipatuhi secara mutlaq selain allah SWT. Semua manusia adalah hamba
allah, hamba yang betul betul berlaku dan berpenampilan sebagai hamba. Bukan hamba yang
berlagak sebagai raja. Manusia tidak berhak meperbudak manusia lainnya dengan alasan apapun
Tauhid al-hakimiyah yang mengandung arti hanya allah lah yang berhak membuat
ketentuan,peraturan, dan hukum. Setiap muslim berkeharusan menaati perintah dan larangan
allah.
Kata syari’ah berarti jalan tempat keluarnya air untuk minum, kemudian bangsa Arab pada
waktu itu menggunakan kata ini untuk konotasi jalan lurus. Sehingga ketika dipakai dalam
pembahasan hukum maka syari’ah ini mempunyai makna segala sesuatu yang di syari’atkan Allah
kepada hamba-hambanya sebagai jalan yang lurus untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Aspek hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan di sebut ibadah, Aspek
hukum yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam dan
lingkungan disebut muamalah. Selanjutnya disiplin
disiplin ilmu yang membahas masalah syari’ah adalah
Fiqh.
Secara etimologi kata akhlak mempunyai arti budi pekerti, peringai, tingkah laku atau
tabiat. Sedangkan secara terminologi banyak pakar yang mencoba mendefinisikan akhlak salah
satunya adalah Al-Ghazali. Akhlah menurut Al-Ghazali adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
Dengan demikian akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa manusia dan ia akan
muncul secara spontan bilamana diperlukan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih
Dengan demikian studi Islam dapat mempertegas dan memperjelas wilayah agama yang
tidak bisa dianalisis dengan kajian empiris yang kebenaraanya bersifat relatif maupun sebaliknya
terus melakukan kajian studi keislaman dalam tataran historisitas dengan tujuan menjadikan Islam
sebagai agama yang menjadi sasaran studi, baik itu dalam segi doktrinal, sosial dan budaya demi
mendapatkan kajian keislaman yang aktual.
Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan
tercela.sebagaimana karakteristik keseluruhan ajaran islam, maka sumber islam adalah alquran
dan hadist dan bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika
dan moral.
Ruang Lingkup Studi Islam Adalah Salah Satu Pembelajaran Yang Sangat Penting Untuk
Di Berikan Kepada Peserta Didik Sehingga Lebih Memahami Islam Dan Tidak Hanya Dengan Satu
Sisi, Karena Dengan Adanya Pembelajaran Ini Maka Dapat Kita Lihat Dari Tiga Sisi Dalam Melihat
Menyampaikan Bahwa Agama Memiliki Ruang Lingkup Bahasan Yang Sangat Umum Yaitu:
Seperti Aspek Spiritual Yang Berarti Menunjukkan Hubungan Antara Manusia Dengan Tuhannya.
Hubungan Antara Manusia Dengan Manusia, Maka Di Sini Kita Harus Memiliki Prilaku Yang
Baik, Sehingga Dalam Pergaulan Kita Tentram Dan Saling Mengasihi. Mengulang Pada Masa
Dahulu Antara Jazirah Arab Dengan Penduduk Indonesia Ini Terdapat Persamaan Yaitu
Multikultural Dan Sama Sama Mengalami Keadaan Yang Mengecewakan Banyaknya Permusuhan
Dan Kerusuhan Yang Terjadi. Dan Ini Ibarat Angin Yang Telah Berlalu, Sekarang Sudah Tidak
Berfikir Ke Sana Dan Itulah Yang Seharusnya Diubah Oleh Masyarakat Indonesia Sehingga Akan
Tercipta Kesatuan Yang Tidak Akan Terkalahkan. Karena Allah Telah Memberikan Peringatan
Yang Mempunyai Bermacam-Macam Analisis Yang Dijadikan Satu Kesatuan Melalui Pendapat-
menjadi lambing kesalehan atau berhenti sekedar konsepsional menunjukkan cara-cara yang
paling efektif dalam memecahkan masalah.
Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab manakala pemahaman agama
yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis normatif dilengkapi dengan
pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain yang secara operasional konseptual
dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, maka kita akan mengkaji berbagai pendekatan
yang dapat digunakan dalam memahami agama. Adapun yang dimaksud pendekat
pendekatan
an di sini adalah
cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan
dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa agama
dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigm.[8]
paradigm.[8]
Untuk lebih jelasnya berbagai pendekatan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan sebagai
upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari
suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar
dibandingkann dengan yang lainnya.
dibandingka
Dengan demikian tersebut di atas, dapt diketahui bahwa pendekatan teologi dalam
pemahaman agama adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol
keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau symbol-simbol keagamaan tersebut
mengklaim dirinya sebagai yang paling benar sedangkan yang lainnya sebagai salah. Aliran teologi
yang satu begitu yakin dan fanatic bahwa pahamnyalah yang paling benar sedangka
sedangkann paham yang
lainnya salah, sehingga memandang bahwa paham orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan
seterusnya. Demikian pula paham yang dituduh keliru, sesat dan kafir itupun menuduh kepada
lawannya sebagai yang sesat dan kafir. Dalam keadaan demikian, maka terjadilah proses saling
mengkafirkan, salah menyalahkan dan seterusnya. Dengan demikian antara satu aliran dan aliran
lainnya tidak terbuka dialog atau saling menghargai. Yang ada hanyalah ketutupan
(eksklusifisme
eksklusifisme).Sehingga
).Sehingga yang terjadi adalah pemisahan.
b. Pendekatan Antropologi
Antropologiss
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya
memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat. Melalui penekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-
masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya.Antropologi
jawabannya.Antropologi dalam kaitan ini sebagaim
sebagaimana
ana dikatakan Dawam Rahardjo, lebih
mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif ..[10]
[10]
Dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan positif
antara keparcayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Golongan masyarakat yang
kurang mampu dan golongan miskin pada umumnya, lebih tertarik kepada gerakan-gerakan
keagamaan yang bersifat mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan social
kemasyarakatan. Sedangkan golongan orang kaya lebih cenderung mempertahankan tatanan
masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungk
menguntungkan
an pihaknya.
Melalui pendekatan antropologis, kita melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos
kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat.S
masyarakat.Selanjutnya
elanjutnya melalui pendekatan antropologis
ini, kita dapat melihat agama dalam hubungannya dengan mekanisme pengorganisasian juga tidak
kalah menarik untuk diketahui oleh para peneliti sosial keagamaan.Melalui pendekatan
antropologis fenomenologis ini kita juga dapat melihat hubungan antara agama dan negara.Selain
itu pendekatan antropologis juga dapat ditemukan agama dengan psikoterapi.Pendekatan
antropologis juga memiliki hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia, dan
dengan itu pula agama terlihat akrab dan fungsional dengan berbagai fenomena kehidupan
manusia.
Pendekatan anropologis seperti itu diperlukan, sebab banyak hal yang membicarakan agama
yang hanya bias dijelaskan dengan tuntas dengan pendekata
pendekatann antropologi
antropologis.
s. Pendekatan
antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena dalam ajaran agama
tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi
dengan cabang-cabangnya.
c. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki
ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan
maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan
hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup
bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Sementara itu Soerjono Soekanto mengartikan sosiologis sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian. Sosiologi tidak menetapkan ke arah mana
sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut
kebijaksanaan,
kebijaksanaan, kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut.
Sehingga dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang
menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai
gejala sosial lainnya yang saling berkaitan.Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu
pendekatan dalam memahami agama.
Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami agama sebagaimana disebutkan di atas,
dapat dipahami, karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah
social.Besarnya perhatian agama terhadap masalah social ini selanjutnya mendorong kaum
agama memahami ilmu-ilmu social sebagai alat untuk memahami agamanya.
d. Pendekatan Filosofis
Secara harfiah kata filsafat berasal dari kata philo
kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran, ilmu
dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan
sebab dan akibat serta berusaha menafsirka
menafsirkanpengalaman-pengal
npengalaman-pengalaman
aman manusia.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti,
hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik obyek formanya.Filsafat mencari
sesuatu yang mendasar, asas dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriah.Kegiatan berpikir
untuk menemukan hakikat itu dilakukan secara mendalam.Louis O. Kattsof mengatakan, bahwa
kegiatan kefilsafatan ialah merenung.Tetapi merenung bukanlah melamun, juga bukan berpikir
secara kebetulan yang bersifat untung-untung
untung-untungan,
an, melainkan dilakukan secara mendalam.
Berpikir secra filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam memahami ajaran agama,
dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti Dan dipahami
secara seksama.
Pentingnya pendekatan
pendekatan filosofis ini, maka kita menjumpai bahwa filsafat telah digunakan untuk
memahami berbagai bidang lainnya selain agama.Kita misalnya membaca filsafat hokum Islam,
filsafat sejarah, filsafat kebudayaan, filsafat ekonomi, dan lain sebagainya.
Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengalaman agama yang
bersifat formalistik, yakni mengamalkan
mengamalkan agama dengan susah payahtapi tidak memiliki makna apa
apa--
apa, kosong tanpa arti. Yang mereka dapatkan dari pengalaman agama tersebut hanyalah
pengakuan formalistik, misalnya sudah haji,sudah menunaikan rukun Islam yang kelima dan
berhenti sampai di situ. Mereka tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang terkandung di
dalamnya.
Namun demikian, pendekatan filosofis ini tidak berarti menyepelekan bentuk pengalaman
agama yang bersifat formal.Filsafat mempelajari segi batin yang bersifat esoterik, sedangkan
bentuk (forma) memfokuskan segi lahiriah yang bersifat eksoterik.
Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya mempergunakan akal pikiran
sudah dapat dipastikan sangat memerlukan pendekatan filosofis dalam memahami ajaran
agamanya.Namun demikian pendekatan
pendekatan seperti ini masih belum diterima secara merata terutama
oleh kaum tradisionalis formalistis yang cenderung memahami agam terbatas pada ketepatan
melaksanakan aturan-aturan
aturan-aturan formalistic dari pengalaman agama.
e. Pendekatan Historis
Sejarah atau Historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.
Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa ini terjadi, di mana,
apa sebabnya siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Melalui pendekatan sejarah seorang diajak menukik dari alam idealis kea lam yang bersifat
empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seorang akan melihat adanya kesenjangan atau
keselarasan antara yang terdapat
terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan sejarah ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri
turun dalam situasi Yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.Dalam
hubungan ini Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal
ini Islam, menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari al-Qur’an,
al-Qur’an, ia sampai pada suatu
agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan ilmu ini agama akan
menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.
Kita misalnya dapat mengetahui pengaruh dari salat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya
dengan melalui Ilmu Jiwa.Dengan pengetahuan ini, maka dapat disusun langkah-langkah baru
yang lebih efisienlagi dalam menanamkan ajaran agama.Itulah sebabnya ilmu jiwa ini banyak
digunakan sebagai alat untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan seseorang.
Dari uraian diatas kita melihat ternyata agama dapat dipahami melalui berbagai pendekatan.
Dengan pendekatan itu semua orang akan sampai pada agama. Seorang teolog, sosiolog,
antropolog, sejarawan, ahli ilmu jiwa dan budayawan akan sampai pada pemahaman agama yang
benar. Di sini kita melihat bahwa agama bukan hanya monopoli kalangan teolog dan normative
belaka, melainkan agama dapat dipahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan
kesanggupan yang dimilikinya. Dari keadaan demikian seseorang akan memiliki kepuasan dari
agama, karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan dari agama.
H. Pendekatan Hukum Islam
Dalam penbahasan hukum islam tidak dapat di pisahkan dengan fiqih dan syari’at atau
biasa dipahami dengan hukum syara’. Hal itu membahas tentang aturan dasar tentang tingkah laku
manusia secara umum yang terdapat hukum di dalamnya dan dinyatakan oleh Allah dan Rosul-
Nya. Aturan dasar yang bersifat umum itu tidak lain ialah al- Qur’an dan hadis. Perkembangan
hukum islam sendiri terbagi menjadi empat periode yaitu:
Periode Rosulullah
o Tumbuh dan berkembangnya syari’at islam atau fiqih terjadi pada periode ini. Nabi mempunyai
wewenang untuk mentasyirkan hukum dan berakhir dengan wafatnya nabi. Meskipun periode ini
tidak lama tapi periode ini meninggalkan banyak kesan dan pengaruh bagi perkembangan hukum
islam.
Periode Sahabat
o Periode ini dimulai dsejak wafatnya Rosulullah SAW sampai akhir abad pertama hijriah. Terjadi
masalah-masalah baru oleh karena itu dalam bidang hukum ditandai dengan penafsiran para
sahabat dan ijtihadnya dalam kasus yang tidak ada nash-nya
nash-nya.. Ijtihad yang dilakukan dengan cara
bermusyawarah di antara para sahabat yang bersifat khusus dan musyawarah dengan penduduk
yang bersifat umum.
Periode Ijtihad
o Pada periode ini islam mengalami kejayaan pada tahun 700-1000 M dan juga disebut sebagai
periode pengumpulan hadis, ijtihad atau fatwah sahabat dan tabi’in. Karena semakin luasnya
daerah islam dan berbagai bangsa masuk dengan membawa adat istiadat mereka masing-masing.
Problematika hukum menjadi beragam. Para ulama berijtihad bedasarkan al-Qur’an
al-Qur’an dan hadis.
Kemudian muncul ahli hukum yang di sebut imam dan terbentuklah 4 madzhab diantaranya:
madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Hambali.
Periode Taqlid
o Dalam periode ini masyarakat tidak tertuju pada sumber hukum melainkan tertuju dalam
mempertahankan hukum menurut madzhab masing-masing. Taqlid sendiri ialah mengikuti orang
lain tanpa berfikir. Yang dimaksud dengan orang lain di sini ialah imam. Jadi mereka atau individu
mengikuti hukum islam atau menjalankan aturan yang bersumber dari imam masing-masing tanpa
berfikir sumber hukum dari imam yang lainnya.
Mata kuliah Metodologi Studi Islam(MSI) didudukkan sebagai salah satu perangkat
kelompok Mata Kuliah Umum(MKU). Dalam posisi semacam ini, berarti mata kuliah MSI berfungsi
sebagai dasar pembentukan Sarjana Agama Islam yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, memiliki wawasan dasar keislaman yang kompreherensif, integral(utuh), dan
terbuka, yang di wujudkan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan, baik dalam kehidupan pribadi,
masyarakat, maupun dalam melaksanakan pembangunan nasional.
Mempelajari metodologi studi islam diharapkan dapat mengarahkan kita untuk untuk
mengadakan usaha-usaha pembaharuan dalam pemikiran ajaran-ajaran islam yang merupakan
warisan doktriner yang dianggap sudah mapan dan sudah mandek serta ketinggalan zaman
tersebut, agar mampu beradaptasi serta menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan
modernisasi dunia dengan tetap berpegang terhadap sunber agama islam yang asli, yaitu al-qur’an
al-qur’an
dan as-sunnah. Mempelajari metodologi studi islam juga diharapkan mampu memberikan
pedoman dan pegangan hidup bagi umat islam agar tetap menjadi muslim yang sejati yang mampu
menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era-globalisas
era -globalisasii sekarang ini.
Maka dari itu kedudukan studi islam sangatlah penting peranannya dari semua disiplin ilmu
lain yang menyangkut tentang aspek islam, karena studi islam merupakan disiplin ilmu yang
menerangkan dasar seseorang dalam beragama. Oleh karenanya diharapkan mata kuliah ini harus
ada dalam setiap studi ilmu khususnya di Indonesia.
Dengan mempelajari studi islam, Mahasiswa diharapkan mempunyai pegangan hidup yang pada
akhirnya dapat menjadi muslim sejati.
Seiring berkembangnya zaman, mempelajari metodologi studi islam diharapkan dapat
mengarahkan kita untuk untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan dalam pemikiran aiaran-
ajaran islam yang merupakan warisan doktriner yang dianggap sudah mapan dan sudah mandek
serta ketinggalan zaman tersebut, agar mampu beradaptasi serta menjawab tantangan serta
tuntutan zaman dan modernisasi dunia dengan tetap berpegang terhadap sunber agama islam
yang asli, yaitu al-qur’an
al-qur’an dan as-sunnah.
as-sunnah. Mempelejari metodologi studi islam juga diharapkan
mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi umat islam agar tetap menjadi muslim
yang sejati yang mampu menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era-
globalisasi sekarang ini.
Maka dari itu kedudukan studi islam sangatlah penting peranannya dari semua disiplin
ilmu lain yang menyangkut tentang aspek islam, karena studi islam merupakan disiplin ilmu yang
menerangkan dasar seseorang dalam beragama. Oleh karenanya diharapkan mata kuliah ini harus
ada dalam setiap studi ilmu khususnya di Indonesia.
Dengan mempelajari studi islam, Mahasiswa diharapkan mempunyai pegangan hidup
yang pada akhirnya dapat menjadi muslim sejati.
8. Kesimpulan
Pengertian studi islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari agama islam yang
dipraktekkan dalam sejarah dan kehidupan manusia. Sedang pengetahuan agama adalah
pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari ajaran-ajaran Allah dan rosul-Nya secara murni tanpa
dipengaruhi sejarah, seperti ajaran tentang akidah,ibadah, membaca al-
a l-qur’an
qur’an dan akhlak.
Studi islam juga memiliki tujuan yaitu untuk menunjukkan relasi islam dengan berbagai aspek
kehidupan manusia, menjelaska
menjelaskann spirit ( jiwa ) berupa pesan moral dan value
value yang
yang terkandung di
dalam berbagai cabang studi islam, respons islam terhadap berbagai paradigm baru dalam
kehidupan sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta munculnya filsafat
dan ideologi baru serta hubungan islam dengan visi, misi dan tujuan ajaran islam.
Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai
paradigma antara lain:
a. Pendekatan Teologis Normatif
9. Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami presentasikan, apabila ada kesalahan penulis mohon maaf.
Kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk pembangun penulis menjadikan lebih baik. Sifat sempurna
hanyalah milik Allah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.