Anda di halaman 1dari 25

 

Makalah

Dasar Dasar Pemahaman Studi Islam

1. Della Yuwinsi ( 1930210


1930210042
042 )

2. Muhammad Alif Budiman ( 1930210138 )

3. Nurul Wathon ( 1930210


1930210136
136 )

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
2019/2020
 

 A.  PENDAHULUAN 

Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama yang telah ada,
Islam merupakan agama rahmatan lil 'alamin untuk semua umat. Islam itu dibawakan oleh Nabi
Muhammad SAW yang mendapat wahyu dari Allah. Untuk mengetahui Islam lebih mendalam maka
muncullah ilmu yang dinamakan Studi Islam, akan tetapi Studi Islam itu sendiri merupakan bidang
kajian yang cukup lama. Ia telah ada bersama dengan adanya agama Islam maka dari itu Studi
Islam menimbulkan berbagai permasalahan yang umum diantaranya : apa pengertian Studi Islam,
bagaimana urgensi Studi Islam, apa tujuan Studi Islam, bagaimana pendekatan dan metode dalam
Studi Islam serta bagaimana kedudukan dan kawasan Studi Islam. 
Seiring dinamika dan perkembangan zaman, kesempatan untuk mempelajari Studi Islam

dapat melalui segala hal, berkaitan dengan persoalan tentang mempelajari Studi Islam,Islam
memberikan kesempatan secara luas kepada manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara
maksimal untuk mempelajarinya, namun jangan sampai penggunaannya melampaui batas dan
keluar dari rambu-rambu ajaran Allah SWT. 
Dan didalam makalah ini akan membahas permasalahan-permasal
permasalahan-permasalahan
ahan itu semua secara
lebih umum. 
 

B.  PEMBAHASAN 
1.  PENGERTIAN STUDI ISLAM 
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab Dirasah Islamiyah.
Sedangkan Studi Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka Studi Islam secara
harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Makna ini sangat umum
sehingga perlu ada spesifikasi pengertian terminologis tentang Studi Islam dalam kajian yang
sistematis dan terpadu. Dengan perkataan lain, Studi Islam adalah usaha sadar dan sistematis
untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau
hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah
maupun praktik-praktik pelaksanaannya
pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari
sehari-hari.[1]
.[1] 
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa
pengertian, diantaranya adalah: 
1.  Berasal dari ‘salm’ ( 
 ‫ )ال‬yang berarti damai. 
2.  Berasal dari kata ‘aslama’ (  ‫ ) س‬yang berarti menyerah. 
 –mustaslimun (‫ن‬  ‫ت‬ -  ‫)است‬: penyerahan total kepada Allah. 
3.  Berasal dari kata istaslama –mustaslimun
4.  Berasal dari kata ‘saliim’ (   ‫ )س‬yang berarti bersih dan suci. 
5.  Berasal dari ‘salam’ (‫م‬  ‫ )س‬yang berarti selamat. 
 Adapun dari segi istilah Islam merupakan ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Rasulullah Muhammad SAW guna dijadikan
pedoman hidup dan juga sebagai hukum/aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia
ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.  
Definisi di atas, memuat beberapa poin penting, diantarany
diantaranyaa adalah: 
a.  Islam sebagai wahyu Ilahi (‫ي‬   ‫حي‬‫)ال‬ 
b.  Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) ( 
Rasulullah    ‫س‬ ‫ وا‬     ‫)د‬ 
c.  Sebagai pedoman hidup ( ‫ة‬  ‫ج ا‬) 
Al- Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW (  ‫ ه‬‫ في كت‬ ‫م‬‫ح‬
d.  Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an
 ‫ ه‬‫ رس‬‫)وس‬ 
e.  Membimbing manusia ke jalan yang lurus. (   ‫ت‬ ‫اط ا‬‫ص‬
 ‫ )ال‬ 
f.  Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.( ‫ة‬‫خ‬ ‫و‬  ‫ ال‬‫)س‬
Usaha mempelajari agama Islam tersebut dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan
oleh kalangan umat Islam saja
saja,, melainkan juga dilaks
dilaksanakan
anakan oleh orang-orang di luar kala
kalangan
ngan
umat Islam. Studi keislaman di kalangan umat Islam sendiri tentunya sangat berb
berbeda
eda tujuan dam
 

motivasinya dengan yang dilakukan oleh orang-orang di luar kalangan umat Islam. Di kalangan
umat Islam, studi keislaman bertujuan untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-
ajaran -
ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar. Sedangkan
di luar kalangan umat Islam, studi keislaman bertujuan untuk mempelajari seluk-beluk agama dan
praktik-praktik keagamaan yang berlaku di kalangan mat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu
pengetahuan (Islamologi). Namun sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan pada
umumnya, maka ilmu pengetahuan tentang seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan
Islam tersebut bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik yang bersifat
positif maupun negative. 

Para ahli studi keislaman di luar kalangan umat Islam tersebut dikenal dengan kaum orientalis
(istisyroqy ),
), yaitu orang-orang Barat yang mengadakan studi tentang dunia Timur, termasuk di
kalangan dunia orang Islam. Dalam praktiknya, studi Islam yang dilaukan oleh mereka, terutama
pada masa-masa awal mereka melakukan studi tentang dunia Timur, lebih mengarahkan dan

menekankan pada pengetahuan tentang kekurangan-kekurangandan kelemahan-kelemahan


ajaran agama Islam dan praktik-praktik pemgalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-
hari uamat Islam. Nmaun, pada masa akhir-akhir ini banyak juga di antara para orientalis yang
memberikan pandangan-pandangan
pandangan-pandangan yang objektif dan bersifat ilmiah terhadap Islam dan umatnya.
Tentu saja pandangan-pandangan yang demikian itu kan bisa bermanfaat bagi pengembangan
studi-studi keislaman di kalangan umat Islam sendiri. 

Kenyataan sejarah menunjukkan (terutama setelah masa keemasan Islam dan umat Islam sudah
memasuki masa kemundurannya) bahwa pendekatan studi Islam yang mendominasi kalangan
umat Islam lebih cenderung bersifat subjektif, apologi, dan doktriner, serta menutup diri terhadap
pendekatan yang dilakukan orang luar yang bersifat objektif dan rasional. Dengan pendekatan
yang bersifat subjektif apologi dan doktriner tersebut, ajaran agama Islam yang bersumber dari al-
Qur’an dan hadits –yang
–yang pada dasarnya bersifat rasional dan adaptif terhadap tuntutan
perkembangan zaman- telah berkembang menjadi ajaran-ajaran yang baku dan kaku serta tabu
terhadap sentuhan-sebtuhan rasional, tuntutan perubahan, dan perkembangan zaman. Bahkan
kehidupan serta keagamaan serta budaya umat Islam terkesan mandek, membeku dan
ketinggalan zaman. Ironisnya, keadaan yang demikian inilah yang menjadi sasaran objek studi dari
kaum orientalis dalam studi keislamannya. 
 

Dengan adanya kontak budaya modern dengan budya Islam, mendorong para Ulama’ tersebut
untuk bersikap objektif dan terbuka terhadap pandangan luar yang pada gilirannya pendekatan
ilmiah yang bersifat rasional dan objektif pun memasuki dunia Islam, termasuk pula dalam studi
keislaman di kalangan umat Islam sendiri. Maka, dengan menampilkan kajian yang objektif dan
ilmiah, maka ajaran-ajaran Islam yang diklaim sebagai ajaran universal bisa menjadi berkembang
dan menjadi sangat relevan dan dibutuhkan oleh umat Islam serta betul-betul mampu menjawab
tantangan zaman 

2.  URGENSI STUDI ISLAM 


Dari segi tingkatan kebudayaan , agama merupakan universal cultural. Salah satu prinsip
fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi pasti akan lenyap dengan
sendirinya. Karenanya agama Islam dari dulu hingga sekarang dengan tangguh menyatakan
eksistensinya.
 Adapun urgensi
urgensi Studi Islam dapat dipaha
dipahami
mi sebagai bberikut.
erikut. 

a)  Umat Islam saat ini berada dalam kondisi problematic 


Umat Islam pada saat ini berada pada masa yang lemah dalam segala aspek kehidupan
sosial budaya yang mana harus berhadapan dengan dunia modern yang serba praktis dan maju.
Oleh karena itu, disinilah pentingnya Studi Islam yang dapat mengarahkan dan bertujuan untuk
mengadakan usaha-usaha pembaharuan
pembaharuan dan pemikiran kembali ajaran-ajaran agama Islam yang
merupakan warisan ajaran yang turun temurun agar mampu beradaptasi dan menjawab tantangan
serta tuntutan zaman dan dunia modern dengan tetap berpegang pada sumber ajaran Islam yang
murni dan asli, yaitu Al-Quran dan As Sunnah. Dan dalam satu hadistnya Rosulullah SAW
bersabda: 

‘Sesungguhnya Bani Israil ( kaum yahudi dan nasrani )telah berpecah belah menjadi 72
aliran,dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 aliran. Mereka semua akan masuk neraka
kecuali satu aliran saja. Para sahabat bertanya,”Siapakah dia itu wahai Rosulullah?” Beliau
menjawab, “Siapa yang mengikuti jejakku dan para sahabatku.” ( HR.tirmidzi al -Hakim dan al-
 Aajurri,diharuskan
 Aajurri,diharuskan oleh Al-Alb
Al-Albani)
ani)
Dari hadist di atas kita tahu bahwa sejak jauh-jauh hari rosulullah telah menginformasikan
(mensinyalir) tentang adanya perpecahan umat hadist diatas bukanlah isapan jempol belaka.di
Indonesia saja ,telah muncul beberapa aliran agama baru yang muncul dari suatu agama --
terutama islam -- sejak puluhan tahun yang lalu.pada umumnya, pelopor sekaligus pemimpinnya
 

mengaku sebagai ”orang


”orang pilihan”
pilihan” yang diutus oleh Tuhan sebagai juru selamat atau penyempurna
suatu agama bagi umat manusia.
Maraknya aliran-aliran baru tersebut mengindikasikan adanya kebutuhan besar terhadap
agama yang benar-benar bisa memenuhi kebutuhan rohaniah perubahan masyarakat akibat
modernisme, globalisme dan tahap era post industri yang menyebabkan krisis kemanusiaan serta
kurangnya pengetahuan tentang agamalah yang menjadi pangkal pangkal utama munculnya
berbagai macam aliran tersebut.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut tidak akan terjadi jika manusia khususnya umat
islam memahami dan menguasai metodelogi studi agama,yang dalam hal ini adalah metodologi
studi islam.

b)  Umat Islam dan peradabanny


peradabannyaa berada dalam suasana problematic 
Perkembangan IPTEK telah membuka era baru dalam perkembangan budaya dan
peradaban umat manusia. Umat manusia dalam sejarah peradaban dan kebudayaannya telah
berhasil menemukan aturan,
aturan, nilai, norma sebagai peganga
pegangann dan pedoman yang berupa: agama,
filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. 
Islam, sebagai agama yang Rahmatullah lil ‘alamin, tentunya mempunyai konsep atau ajaran yang
bersifat manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan umat manusia dan alam semesta
dari kehancurannya. Akan tetapi , umat islam sendiri saat ini berada dalam situasi yang serba
problematic. Kondisi kehidupan social budaya dan peradaban umat islam dalam keadaaan lemah
dan tidak berdaya berhadapan dengan budaya dan peradaban manusia dan dunia modern. Disinilh
urgensi nya studi islam, yaitu untuk menggali ajaran-ajaran islam yang asli ndan murni, dan yang
bersifat manusiawi. Dari situlah kemudian dididikkan dan ditransformasikan kepada generasi
penerusnya yang bisa menawarkan alternative pemecahan permaslahan yang dihadapi oleh umat
manusia dalam dunia modern.
 

3.  TUJUAN STUDI ISLAM 

Tujuan Studi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut


berikut:: 
a.  Untuk mempelajari secara mendalam apa sebenarnya (hakikat) agama Islam.  
 Allah menurunkan agama sebagai alat untuk membimbing dan mengarahkan seta
menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dan budaya umat manusia
dimuka bumi. Allah juga menurunkan ajaran Islam sebagai fase awal dari pertumbuhan dan
perkembangan akal dan budi daya manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ajaran
agama Islam telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan akal
fikiran dan budi daya serat agama. 
b.  Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang asli dan
operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islam
sepanjang sejarahnya. 
 Agama Islam adalah
adalah agam
agamaa fitrah seh
sehingga
ingga poko
pokok-pokok
k-pokok isi ajaran agama Is
Islam
lam tentuny
tentunyaa
sesuai dengan fitrah manusia. Fitrah adalah potensi manusia. Potensi fitrah inilah yang membuat
manusia hidup, tumbuh dan berkembang. Sebagai agama fitrah, pokok-pokok ajaran agama Islam
tersebut akan tumbuh dan berkembang secara operasional dan serasi bersama dengan
pertumbuhan dan perkembangan fitrah manusia tersebut. 
c.  Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam yang tetap abadi dan
dinamis. 
 Agama Islam sebagai agama samawi terakhir membawa ajaran-ajaran yang berifat final dan
mampu memecahkan masalah-masalah kehidupan manusia, menjawab tantangan dan
tuntutannya sepanjang zaman. 
 

d.  Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai –


nilai  –nilai
nilai dasar ajaran agam Islam ,
dan bagaimana membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan
peradaban manusia pada zaman modern. 
Nilai dan prinsip dasar ajaran agama Islam diharapkan menjadi alternatif yang mampu
mengarahkan, mengontrol, dan mengendalikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern serta faktor dinamika lainnya dari sistem budaya dan peradaban manusia menuju
terwujudnya kondisi kehidupan yang adil dan makmur. 

4. Pokok-Pokok Ajaran Islam Sebagai Dasar Studi Islam

1. Akidah Sebagai Dasar Studi Islam

 Akidah berasal dari bahasa Arab “aqada


“aqada--ya’qidu
ya’qidu--‘aqdan” yang artinya mengikat. Secara

etimologi akidah bisa diartikan sebagai keimanan atau keyakinan, sedangkan secara terminologi
akidah adalah ikatan hati seseorang kepada sesuatu yang diyakini dan diimaninya dan ikatan
tersebut tidak boleh dilepaskan selama hidupnya.

Dengan demikian akidah merupakan sisi teoritis yang pertama kali harus diimani atau
diyakini dengan keyakinan yang mantap tanpa keraguan sedikitpun. Terlebih hal ini dibuktikan
dengan banyaknya nash-nash Al-Qur’an
Al-Qur’an maupun hadits mutawatir yang secara eksplisit
menjelaskan persoalan ini (enam rukun iman), disamping adanya dakwah-dakwah para ulama’
ulama’
sejak pertama kali ajaran Islam di dakwahkan oleh Rasulullah. Dan perkara itulah yang menjadi
inti ajaran Allah kepada para rasul sebelumnya.

Dalam hakikat dan maknanya, tauhid atau akidah berdiri diatas tiga kriteria yang talazum
(simbiosis mutualisme), satu sama lain tak terpisahkan.terjadinya kesenjangan pada salah satu
sendi diatas akan mengakibatkan kefatalan pada bagian yg lain, ketiga kriteria tersebut adalah
tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid hakimiyah.

Tauhid rububiyah adalah melekatnya


melekatnya semua sifat sifat ta’tsir(yang mengandung unsur
dominasi atau pengaruh) pada allah SWT, umpamanya sifat pencipta, pemberi rizki,penga
rizki,pengatur
tur alam,
yang menghidupkan, yang mematian,pemberi petunjuk dan sebagainya. Dari sini dapat diketahui
bahwa makna rububiyah beserta segala konsekwensinya, tidak mungkin dimiliki secara sempurna
 

dan hakiki oleh siapa pun, selain dari Allah SWT. dariNYA bersumber wujud (keberadaan) dan
segala sifat sifat yang sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk.

Tauhid uluhiyah adalah bahwa hanya allah semata-mata yang berhak diperlakukan
sebagai tempat khudhu’(tunduk merendah)oleh hambanya dalam beribadah dan taat. Dengan kata

lain, tak ada yang berhak dipatuhi secara mutlaq selain allah SWT. Semua manusia adalah hamba
allah, hamba yang betul betul berlaku dan berpenampilan sebagai hamba. Bukan hamba yang
berlagak sebagai raja. Manusia tidak berhak meperbudak manusia lainnya dengan alasan apapun

Tauhid al-hakimiyah yang mengandung arti hanya allah lah yang berhak membuat
ketentuan,peraturan, dan hukum. Setiap muslim berkeharusan menaati perintah dan larangan
allah.

2. Syari’ah Sebagai Dasar Studi Islam 


Islam 

Kata syari’ah berarti jalan tempat keluarnya air untuk minum, kemudian bangsa Arab pada

waktu itu menggunakan kata ini untuk konotasi jalan lurus. Sehingga ketika dipakai dalam
pembahasan hukum maka syari’ah ini mempunyai makna segala sesuatu yang di syari’atkan Allah
kepada hamba-hambanya sebagai jalan yang lurus untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat.

Selanjutnya Mahmud Shaltout


Shaltout memberikan pengertian yang jelas mengenai syari’ah yakni
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah atau hasil pemahaman atas dasar ketentuan
tersebut untuk dijadikan pegangan oleh umat manusia baik hubungan dengan Tuhan, dengan
manusia lain, dengan alam dan dalam menata kehidupan yang lain.

 Aspek hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan di sebut ibadah, Aspek
hukum yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam dan
lingkungan disebut muamalah. Selanjutnya disiplin
disiplin ilmu yang membahas masalah syari’ah adalah
Fiqh.

3. Akhlak Sebagai Dasar Studi Islam

Secara etimologi kata akhlak mempunyai arti budi pekerti, peringai, tingkah laku atau
tabiat. Sedangkan secara terminologi banyak pakar yang mencoba mendefinisikan akhlak salah
satunya adalah Al-Ghazali. Akhlah menurut Al-Ghazali adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
 

menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran


dan pertimbangan.

Dengan demikian akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa manusia dan ia akan
muncul secara spontan bilamana diperlukan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih

dahulu serta tidak memerlukan adanya dorongan dari luar dirinya.

Dari ketiga pokok ajaran Islam di atas baik itu akidah,


akid ah, syari’ah dan akhlak merupakan
dasar bagi pemikiran studi Islam yang melakukan kajian Ilmiah terhadap Islam. Pada
umumnya Apabila konteks ajaran itu bersifat doktrinal normative maka ajaran itu dibangun,
diramu, dibakukan, dan ditelaah lewat pendekatan doctrinal-teologis, sedang Apabila konteks
ajaran itu bersifat historis-empiris maka studi Islam mempunyai peran untuk mengkaji konteks
ajaran Islam ini secara paripurna, ditelaah lewat berbagai sudut pendekatan keilmuan social-
keagamaan yang bersifat multi dan interdisipliner, baik lewat pendekatan histories, filosofis,
psikologis, sosiologis,
sosiologis, cultural maupun antropologis dengan mempertemukan dengan nilai agama
yang bersumber pada wahyu maupun hadits.

Dengan demikian studi Islam dapat mempertegas dan memperjelas wilayah agama yang
tidak bisa dianalisis dengan kajian empiris yang kebenaraanya bersifat relatif maupun sebaliknya
terus melakukan kajian studi keislaman dalam tataran historisitas dengan tujuan menjadikan Islam
sebagai agama yang menjadi sasaran studi, baik itu dalam segi doktrinal, sosial dan budaya demi
mendapatkan kajian keislaman yang aktual.

Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan
tercela.sebagaimana karakteristik keseluruhan ajaran islam, maka sumber islam adalah alquran

dan hadist dan bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika
dan moral.
 

5. Ruang lingkup studi islam

Ruang Lingkup Studi Islam Adalah Salah Satu Pembelajaran Yang Sangat Penting Untuk
Di Berikan Kepada Peserta Didik Sehingga Lebih Memahami Islam Dan Tidak Hanya Dengan Satu
Sisi, Karena Dengan Adanya Pembelajaran Ini Maka Dapat Kita Lihat Dari Tiga Sisi Dalam Melihat

Masalah Tentang Perbedaan


Perbedaan Dan Kesamaan Yang Ada, Ketika Manusia Yang Jiwanya Bersih
Bersih
Jauh Dari Noda-Noda Dosa Akan Merasakan Indahnya Ketenangan Dalam Menjalani Sebuah
Kehidupan, Hari-Harinya Akan Diisi Dengan Ketenangan Dalam Hubungannya Dengan Allah Dan
Mahluknya Yang Lain. Manusia Yang Bersih Dan Punya Tujuan Yang Bersih Juga Menciptakan
Kebaikan Kepada Sesama Sebab Keshalehannya Bukan Hanya Keshalehan Individu Tetapi Juga
Keshalehan Sosial. 
Salah Satu Ketentuan Yang Diberikan Allah Untuk Manusia Yang Dimiliki Manusia Dan
Hubungan Manusia Dengan Alam Semesta (Hewan, Tumbuhan, Serta Lingkungan Dimana
Manusia Hidup). Itu Merupakan Sesuatu Yang Sudah Mutlak Apa Adanya. Hasyim Hasanah

Menyampaikan Bahwa Agama Memiliki Ruang Lingkup Bahasan Yang Sangat Umum Yaitu:
Seperti Aspek Spiritual Yang Berarti Menunjukkan Hubungan Antara Manusia Dengan Tuhannya.  
Hubungan Antara Manusia Dengan Manusia, Maka Di Sini Kita Harus Memiliki Prilaku Yang
Baik, Sehingga Dalam Pergaulan Kita Tentram Dan Saling Mengasihi. Mengulang Pada Masa
Dahulu Antara Jazirah Arab Dengan Penduduk Indonesia Ini Terdapat Persamaan Yaitu
Multikultural Dan Sama Sama Mengalami Keadaan Yang Mengecewakan Banyaknya Permusuhan
Dan Kerusuhan Yang Terjadi. Dan Ini Ibarat Angin Yang Telah Berlalu, Sekarang Sudah Tidak
Berfikir Ke Sana Dan Itulah Yang Seharusnya Diubah Oleh Masyarakat Indonesia Sehingga Akan
Tercipta Kesatuan Yang Tidak Akan Terkalahkan. Karena Allah Telah Memberikan Peringatan

Untuk Saling Tolong Menolong Serta Mengasihi Sesama Manusia.  


Studi Islam Merupakan Ilmu Yang Membahas Tentang Bagaimana Memahami Islam Secara
Sederhana Dan Elastis Tanpa Mendoktrin Antara Satu Sama Lain Walaupun Mengalami
Perbedaan Dan Berfikir Sangat Beda Dalam Memahami Islam Secara Konseptual. Islam Agama
Yang Indah Yang Mengatur Semua Yang Terjadi Di Dalam Kehidupan Yang Memiliki Pedoman Al-
Qur’an Dan Hadis. Ruang 
Ruang  Lingkup Metodologi Studi Islam Merupakan Suatu Pemikiran Yang
Mengajak Untuk Berfikir Secara Kritis Dan Sistematis. Ruang Lingkup Metodologi Studi Islam
Merupakan Suatu Hal Yang Membahas Bagaimana Cara Mencari Solusi Dari Masalah-Masalah
Yang Terkait Dalam Masyarakat Dengan Memecahkan Masalah Tersebut Dengan Kajian-Kajian

Yang Mempunyai Bermacam-Macam Analisis Yang Dijadikan Satu Kesatuan Melalui Pendapat-
 

Pendapat Pemikiran Yang Kemudian Dianalisis Agar Mendapatkan Pemecahan Masalah-


Masalah Dengan Baik Sehingga Tidak Menimbulkan Permusuhan Dan Perselisih
P erselisihan.
an.
Dalam pengertiannya, agama memiliki dua dimensi atau ruang lingkup bahasan yang sangat
umum yaitu :
1.   Aspek spiritual
spiritual yang mana dalam artiaann
artiaannya
ya menunjuk
menunjukkan
kan hubung
hubungan
an antara ma
manusia
nusia denga
dengann
tuhannya. Lebih dalamnya aspek ini berarti mewujudkan adanya ikatan yang harus dipegang dan
ditaati oleh para penganutnya, sebagai bentuk penghambaan dan kepatuhan terhadap segala
ketentuan yang telah di gariskan oleh Allah. 

2.   Aspek horizontal


horizontal 
a.  Hubungan antara manusia dengan manusia yang merupakan salah satu fitrah insaniah yang
dimiliki manusia, karena manusia hidup di dunia bukan hanya sebagai manusia individual,
melainkan makhluk social. 
Islam memiliki konsep dasar mengenai hubungan ini yaitu dalam bingkai kekeluargaan,
kemasyarakatan,
kemasyarakatan, keanekarag
keanekaragaman
aman dan lain-lain. 
Konsep ini memberikan landasan dan acuan baggi manusi untuk menjalin hubungan yang baik
dengan manusia yang lainnya sebagai wujud eksistensi kemanusiaan dan gambaran mengenai
ajaran kemasyarakatan, baik yang berbentuk nilai, moral, etika.  
b.  Hubungan manusia dengan alam semesta termasuk didalamnya hewan dan tumbuhan serta
lingkungan dimana manusia hidup. Yang mana Manusia diberikan wewenang dalam
memanfaatkan, mengelola menjaga, merawat dan bertanggung jawab terhadap ciptaan Allah.
Karena itu manusia dibekali akal sebagai satu kelebihan. 
Lebih dalamnya aspek Horizontal mengacu pada keadaan sosial, mengenai bagaimana para
penganut ajaran agama menjalin relasi secara positif dan harmonis dengan makhluk ciptaan lain. 
 

6. Pendekatan dan Metodologi studi Islam.

1. Pendekatan Studi Islam


Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.Agama tidak boleh hanya sekedar

menjadi lambing kesalehan atau berhenti sekedar konsepsional menunjukkan cara-cara yang
paling efektif dalam memecahkan masalah.
Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab manakala pemahaman agama
yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis normatif dilengkapi dengan
pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain yang secara operasional konseptual
dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, maka kita akan mengkaji berbagai pendekatan
yang dapat digunakan dalam memahami agama. Adapun yang dimaksud pendekat
pendekatan
an di sini adalah
cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan

dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa agama
dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigm.[8]
paradigm.[8]
Untuk lebih jelasnya berbagai pendekatan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan sebagai
upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari
suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar
dibandingkann dengan yang lainnya.
dibandingka
Dengan demikian tersebut di atas, dapt diketahui bahwa pendekatan teologi dalam

pemahaman agama adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol
keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau symbol-simbol keagamaan tersebut
mengklaim dirinya sebagai yang paling benar sedangkan yang lainnya sebagai salah. Aliran teologi
yang satu begitu yakin dan fanatic bahwa pahamnyalah yang paling benar sedangka
sedangkann paham yang
lainnya salah, sehingga memandang bahwa paham orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan
seterusnya. Demikian pula paham yang dituduh keliru, sesat dan kafir itupun menuduh kepada
lawannya sebagai yang sesat dan kafir. Dalam keadaan demikian, maka terjadilah proses saling
mengkafirkan, salah menyalahkan dan seterusnya. Dengan demikian antara satu aliran dan aliran
lainnya tidak terbuka dialog atau saling menghargai. Yang ada hanyalah ketutupan

(eksklusifisme
eksklusifisme).Sehingga
).Sehingga yang terjadi adalah pemisahan.
 

Berkenaan dengan pendekatan teologi tersebut, Amin Abdullah mengatakan bahwa


pendekatan teologi semata-mata tidk dapat memecahkan masalah esensial pluralitas agama saat
sekarang ini.Terlebih-lebih lagi kenyataan demikian harus ditambahkan bahwa doktrin teologi,
pada dasarnya memang tidak pernah berdiri sendiri, terlepas dari jaringan institusi atau
kelembagaan social kemasyarakatan yang mendukung keberadaannya. Kepentingan ekonomi,
sosial, politik, pertahanan selalu menyertai pemikiran teologis yang sudah mengelompok dan
mengkristal dalam satu komunitas masyarakat tertentu.
Berkenaan dengan hal di atas, maka saat ini muncul apa yang disebut dengan istilah teologi
masa kritis,yaitu suatu usaha manusia untuk memahami penghayatan imannya atau penghayatan
agamanya,suatu penafsiran atas sumber-sumber aslinya dan tradisinya dalam konteks
permasalahan masa kini. Yaitu teologi yang bergerak antara dua kutub, yaitu teks dan situasi masa
lampau dan masa kini.Hal yang demikian mesti ada dalam
da lam setiap agama meskipun dalam bentuk
dan fungsinya yang berbeda-beda.
Salah satu ciri dari teologi masa kini adalah sifat kritisnya.Sifat kritis ini ditujukan pertama-tama
pada agamanya sendiri. Telogi sebagai kritik agama berarti antara lain mengungkapkan berbagai
kecenderungan dalam institusi agama yang menghambat panggilannya, menyelamatkan manusia
dan kemanusiaan.
Teologi kritis bersifat kritis pula terhadap lingkungannya.Hal ini hanya dapat terjadi jika agama
terbuka terhadap ilmu-ilmu social dan memanfaatkan ilmu tersebut bagi pengembangan
teologinya.Dengan
teologinya.Dengan demikian teologi ini bukan hanya berhenti pada pemahaman mengenai ajaran
agama, tetapi mendorong terjadinya transpormasi social.Maka beberapa kalangan menyebut
teologi kepedulian social itu teologi transformatif.
 Adapun Aliran-aliran
Aliran-aliran pentin
pentingg yang timbul dalam islam ant
antara
ara lain:
1.   Aliran Khawarij
Khawarij
Kaum Khawarij adalah kaum yang terdiri atas pengikut Ali ibn Thalib yang meninggalkan
barisannya, karna tidak setuju dengan sikap Ali ibn Thalib dalam menerima arbitrase sebagai jalan
persengketaan tentang khilafah dengan Mu’awiyah ibn Abi Sufyan. 
Sufyan. 
2.   Aliran Murji’ah
Murji’ah  
Kaum Murji’ah merupakan golongan yang tidak mau turut campur dalam pertentangan yang terjadi
ketika itu dan mengambil sikap menyerahkan penentuan hukum kafir atau tidak kafirnya orang
orang yang bertentangan itu kepada tuhan.
 

3.   Aliran Mu’tazilah


Mu’tazilah  
Kaum Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan persoalan teologi yang mendalam
dan bersifat filosofis daripada persoalan persoalan yang dibawa kaum Khawarij dan Mur’jiah.
Dalam pembahasan, mereka banyak memakai akal sehingga mereka mendapat nama ‘Kaum
Rasionalis Islam’ 
Islam’ 

b. Pendekatan Antropologi
Antropologiss
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya
memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat. Melalui penekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-
masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
 jawabannya.Antropologi
 jawabannya.Antropologi dalam kaitan ini sebagaim
sebagaimana
ana dikatakan Dawam Rahardjo, lebih
mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif ..[10]
[10]
Dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan positif
antara keparcayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Golongan masyarakat yang
kurang mampu dan golongan miskin pada umumnya, lebih tertarik kepada gerakan-gerakan
keagamaan yang bersifat mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan social
kemasyarakatan. Sedangkan golongan orang kaya lebih cenderung mempertahankan tatanan
masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungk
menguntungkan
an pihaknya.
Melalui pendekatan antropologis, kita melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos
kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat.S
masyarakat.Selanjutnya
elanjutnya melalui pendekatan antropologis
ini, kita dapat melihat agama dalam hubungannya dengan mekanisme pengorganisasian juga tidak
kalah menarik untuk diketahui oleh para peneliti sosial keagamaan.Melalui pendekatan
antropologis fenomenologis ini kita juga dapat melihat hubungan antara agama dan negara.Selain
itu pendekatan antropologis juga dapat ditemukan agama dengan psikoterapi.Pendekatan
antropologis juga memiliki hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia, dan
dengan itu pula agama terlihat akrab dan fungsional dengan berbagai fenomena kehidupan
manusia.
Pendekatan anropologis seperti itu diperlukan, sebab banyak hal yang membicarakan agama
yang hanya bias dijelaskan dengan tuntas dengan pendekata
pendekatann antropologi
antropologis.
s. Pendekatan
antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena dalam ajaran agama
 

tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi
dengan cabang-cabangnya.
c. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki
ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan
maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan
hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup
bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Sementara itu Soerjono Soekanto mengartikan sosiologis sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian. Sosiologi tidak menetapkan ke arah mana
sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut
kebijaksanaan,
kebijaksanaan, kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut.
Sehingga dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang
menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai
gejala sosial lainnya yang saling berkaitan.Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu
pendekatan dalam memahami agama.
Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami agama sebagaimana disebutkan di atas,
dapat dipahami, karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah
social.Besarnya perhatian agama terhadap masalah social ini selanjutnya mendorong kaum
agama memahami ilmu-ilmu social sebagai alat untuk memahami agamanya.
d. Pendekatan Filosofis
Secara harfiah kata filsafat berasal dari kata philo
kata  philo yang berarti cinta kepada kebenaran, ilmu
dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan
sebab dan akibat serta berusaha menafsirka
menafsirkanpengalaman-pengal
npengalaman-pengalaman
aman manusia.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti,
hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik obyek formanya.Filsafat mencari
sesuatu yang mendasar, asas dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriah.Kegiatan berpikir
untuk menemukan hakikat itu dilakukan secara mendalam.Louis O. Kattsof mengatakan, bahwa
kegiatan kefilsafatan ialah merenung.Tetapi merenung bukanlah melamun, juga bukan berpikir
secara kebetulan yang bersifat untung-untung
untung-untungan,
an, melainkan dilakukan secara mendalam.
 

Berpikir secra filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam memahami ajaran agama,
dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti Dan dipahami
secara seksama.
Pentingnya pendekatan
pendekatan filosofis ini, maka kita menjumpai bahwa filsafat telah digunakan untuk
memahami berbagai bidang lainnya selain agama.Kita misalnya membaca filsafat hokum Islam,
filsafat sejarah, filsafat kebudayaan, filsafat ekonomi, dan lain sebagainya.
Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengalaman agama yang
bersifat formalistik, yakni mengamalkan
mengamalkan agama dengan susah payahtapi tidak memiliki makna apa
apa--
apa, kosong tanpa arti. Yang mereka dapatkan dari pengalaman agama tersebut hanyalah
pengakuan formalistik, misalnya sudah haji,sudah menunaikan rukun Islam yang kelima dan
berhenti sampai di situ. Mereka tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang terkandung di
dalamnya.
Namun demikian, pendekatan filosofis ini tidak berarti menyepelekan bentuk pengalaman
agama yang bersifat formal.Filsafat mempelajari segi batin yang bersifat esoterik, sedangkan
bentuk (forma) memfokuskan segi lahiriah yang bersifat eksoterik.
Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya mempergunakan akal pikiran
sudah dapat dipastikan sangat memerlukan pendekatan filosofis dalam memahami ajaran
agamanya.Namun demikian pendekatan
pendekatan seperti ini masih belum diterima secara merata terutama
oleh kaum tradisionalis formalistis yang cenderung memahami agam terbatas pada ketepatan
melaksanakan aturan-aturan
aturan-aturan formalistic dari pengalaman agama.
e. Pendekatan Historis
Sejarah atau Historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.
Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa ini terjadi, di mana,
apa sebabnya siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Melalui pendekatan sejarah seorang diajak menukik dari alam idealis kea lam yang bersifat
empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seorang akan melihat adanya kesenjangan atau
keselarasan antara yang terdapat
terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan sejarah ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri
turun dalam situasi Yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.Dalam
hubungan ini Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal
ini Islam, menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari al-Qur’an,
al-Qur’an, ia sampai pada suatu
 

kesimpulan bahwa pada dasarnya kandungan al-Qur’an


al-Qur’an itu terbagi menjadi dua
bagian. Bagian pertama,
Bagian pertama,berisi
berisi konsep-konsep, dan bagian yang kedua berisi kisah-kisah sejarah
dan perumpamaan.
Melalui pendekatan sejarah ini seseorangdia
seseorangdiajak
jak untuk memasu
memasuki
ki keadaan yang sebenarnya
berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa.dari sini maka seseorang tidak akan memahami
agama keluar dari konteks memahaminya, karena pemahaman demikian itu akan menyesatkan
orang yang memahaminya.
f. Pendekatan Kebudayaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 
Indonesia,   kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan
penciptaan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan kegiatan (usaha) batin
(akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan. Sementara
itu Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks,
yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,
moral, adat istiadat dan segala kecakapan lain, yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.. Dengan ddemikian
masyarakat emikian kebudayaan adalah hasil daya cipt
ciptaa manus
manusia
ia den
dengan
gan
menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya
dimilikinya..
g. Pendekatan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku
yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat,[16]
Daradjat ,[16]bahwa
bahwa perilaku seseorang yang Nampak
lahiriyah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Seseorang ketika berjumpa
saling mengucapkan salam, hormat pada kedua orang tua, kepada guru, menutup aurat, rela
berkorban untuk kebenaran dan sebagainya adalah merupakan gejala-gejala keagamaan yang
dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa agama. Ilmu jiwa agama sebagaimana dikemukakan Zakiah
Daradjat tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang,
melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhya
dalam perilaku penganutny
penganutnya.
a.
Dalam ajaran agama banyak kita jumpai istilah-istilah yangbmenggambarkan sikap batin
seseorang.Misalnya sikap beriman dan bertakwa kepada Allah, sebagai orang yang sleh, orang
yang berbuat baik, orang yang sadil (jujur) dan sebagainya.Semua itu adalah gejala-gejala
kejiwaan yang berkaitan dengan agama.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati,
dipahami, dan diamalkan seseorang, juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan
 

agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan ilmu ini agama akan
menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.
Kita misalnya dapat mengetahui pengaruh dari salat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya
dengan melalui Ilmu Jiwa.Dengan pengetahuan ini, maka dapat disusun langkah-langkah baru
yang lebih efisienlagi dalam menanamkan ajaran agama.Itulah sebabnya ilmu jiwa ini banyak
digunakan sebagai alat untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan seseorang.
Dari uraian diatas kita melihat ternyata agama dapat dipahami melalui berbagai pendekatan.
Dengan pendekatan itu semua orang akan sampai pada agama. Seorang teolog, sosiolog,
antropolog, sejarawan, ahli ilmu jiwa dan budayawan akan sampai pada pemahaman agama yang
benar. Di sini kita melihat bahwa agama bukan hanya monopoli kalangan teolog dan normative
belaka, melainkan agama dapat dipahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan
kesanggupan yang dimilikinya. Dari keadaan demikian seseorang akan memiliki kepuasan dari
agama, karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan dari agama.
H. Pendekatan Hukum Islam
Dalam penbahasan hukum islam tidak dapat di pisahkan dengan fiqih dan syari’at atau
biasa dipahami dengan hukum syara’. Hal itu membahas tentang aturan dasar tentang tingkah laku
manusia secara umum yang terdapat hukum di dalamnya dan dinyatakan oleh Allah dan Rosul-
Nya. Aturan dasar yang bersifat umum itu tidak lain ialah al- Qur’an dan hadis. Perkembangan
hukum islam sendiri terbagi menjadi empat periode yaitu:

 
 Periode Rosulullah
o   Tumbuh dan berkembangnya syari’at islam atau fiqih terjadi pada periode ini. Nabi mempunyai

wewenang untuk mentasyirkan hukum dan berakhir dengan wafatnya nabi. Meskipun periode ini
tidak lama tapi periode ini meninggalkan banyak kesan dan pengaruh bagi perkembangan hukum
islam.
 
 Periode Sahabat
o   Periode ini dimulai dsejak wafatnya Rosulullah SAW sampai akhir abad pertama hijriah. Terjadi

masalah-masalah baru oleh karena itu dalam bidang hukum ditandai dengan penafsiran para
sahabat dan ijtihadnya dalam kasus yang tidak ada nash-nya
nash-nya.. Ijtihad yang dilakukan dengan cara
bermusyawarah di antara para sahabat yang bersifat khusus dan musyawarah dengan penduduk
yang bersifat umum.
 
 Periode Ijtihad
 

o   Pada periode ini islam mengalami kejayaan pada tahun 700-1000 M dan juga disebut sebagai

periode pengumpulan hadis, ijtihad atau fatwah sahabat dan tabi’in. Karena semakin luasnya
daerah islam dan berbagai bangsa masuk dengan membawa adat istiadat mereka masing-masing.
Problematika hukum menjadi beragam. Para ulama berijtihad bedasarkan al-Qur’an
al-Qur’an dan hadis.
Kemudian muncul ahli hukum yang di sebut imam dan terbentuklah 4 madzhab diantaranya:
madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. 
Hambali.  
 
 Periode Taqlid
o   Dalam periode ini masyarakat tidak tertuju pada sumber hukum melainkan tertuju dalam

mempertahankan hukum menurut madzhab masing-masing. Taqlid sendiri ialah mengikuti orang
lain tanpa berfikir. Yang dimaksud dengan orang lain di sini ialah imam. Jadi mereka atau individu
mengikuti hukum islam atau menjalankan aturan yang bersumber dari imam masing-masing tanpa
berfikir sumber hukum dari imam yang lainnya.
 

7. Kedudukan dan kawasan studi islam dalam mata kuliah

Mata kuliah Metodologi Studi Islam(MSI) didudukkan sebagai salah satu perangkat
kelompok Mata Kuliah Umum(MKU). Dalam posisi semacam ini, berarti mata kuliah MSI berfungsi
sebagai dasar pembentukan Sarjana Agama Islam yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, memiliki wawasan dasar keislaman yang kompreherensif, integral(utuh), dan
terbuka, yang di wujudkan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan, baik dalam kehidupan pribadi,
masyarakat, maupun dalam melaksanakan pembangunan nasional.  
Mempelajari metodologi studi islam diharapkan dapat mengarahkan kita untuk untuk
mengadakan usaha-usaha pembaharuan dalam pemikiran ajaran-ajaran islam yang merupakan
warisan doktriner yang dianggap sudah mapan dan sudah mandek serta ketinggalan zaman
tersebut, agar mampu beradaptasi serta menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan
modernisasi dunia dengan tetap berpegang terhadap sunber agama islam yang asli, yaitu al-qur’an
al-qur’an
dan as-sunnah. Mempelajari metodologi studi islam juga diharapkan mampu memberikan

pedoman dan pegangan hidup bagi umat islam agar tetap menjadi muslim yang sejati yang mampu
menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era-globalisas
era -globalisasii sekarang ini. 
Maka dari itu kedudukan studi islam sangatlah penting peranannya dari semua disiplin ilmu
lain yang menyangkut tentang aspek islam, karena studi islam merupakan disiplin ilmu yang
menerangkan dasar seseorang dalam beragama. Oleh karenanya diharapkan mata kuliah ini harus
ada dalam setiap studi ilmu khususnya di Indonesia. 
Dengan mempelajari studi islam, Mahasiswa diharapkan mempunyai pegangan hidup yang pada
akhirnya dapat menjadi muslim sejati. 
Seiring berkembangnya zaman, mempelajari metodologi studi islam diharapkan dapat

mengarahkan kita untuk untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan dalam pemikiran aiaran-
ajaran islam yang merupakan warisan doktriner yang dianggap sudah mapan dan sudah mandek
serta ketinggalan zaman tersebut, agar mampu beradaptasi serta menjawab tantangan serta
tuntutan zaman dan modernisasi dunia dengan tetap berpegang terhadap sunber agama islam
yang asli, yaitu al-qur’an
al-qur’an dan as-sunnah.
as-sunnah. Mempelejari metodologi studi islam juga diharapkan
mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi umat islam agar tetap menjadi muslim
yang sejati yang mampu menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era-
globalisasi sekarang ini.
 

Maka dari itu kedudukan studi islam sangatlah penting peranannya dari semua disiplin
ilmu lain yang menyangkut tentang aspek islam, karena studi islam merupakan disiplin ilmu yang
menerangkan dasar seseorang dalam beragama. Oleh karenanya diharapkan mata kuliah ini harus
ada dalam setiap studi ilmu khususnya di Indonesia. 
Dengan mempelajari studi islam, Mahasiswa diharapkan mempunyai pegangan hidup
yang pada akhirnya dapat menjadi muslim sejati. 
 

8. Kesimpulan
Pengertian studi islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari agama islam yang
dipraktekkan dalam sejarah dan kehidupan manusia. Sedang pengetahuan agama adalah
pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari ajaran-ajaran Allah dan rosul-Nya secara murni tanpa
dipengaruhi sejarah, seperti ajaran tentang akidah,ibadah, membaca al-
a l-qur’an
qur’an dan akhlak. 

Studi islam juga memiliki tujuan yaitu untuk menunjukkan relasi islam dengan berbagai aspek
kehidupan manusia, menjelaska
menjelaskann spirit ( jiwa ) berupa pesan moral dan value
value yang
 yang terkandung di
dalam berbagai cabang studi islam, respons islam terhadap berbagai paradigm baru dalam
kehidupan sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta munculnya filsafat
dan ideologi baru serta hubungan islam dengan visi, misi dan tujuan ajaran islam.  
Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai
paradigma antara lain: 
a.  Pendekatan Teologis Normatif  

b.  Pendekatan Antropologis 


c.  Pendekatan Sosiologis 
d.  Pendekatan Filosofis 
e.  Pendekatan Historis 
f.  Pendekatan Kebudayaan 
g.  Pendekatan Psikologi
h. Pendekatan Hukum Islam
 

9. Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami presentasikan, apabila ada kesalahan penulis mohon maaf.
Kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk pembangun penulis menjadikan lebih baik. Sifat sempurna
hanyalah milik Allah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
 

10. Daftar Pustaka


M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Semarang: Pustaka Nuun,2010, hlm. 29
 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, Jakarta:
Komprehensif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2011, hlm. 11
 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, hlm.
Komprehensif, hlm. 22
 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm. 104
Hasyim Hasanah, Pengantar Studi Islam,
Islam, Yogyakarta :Penerbit Ombak, 2010, hlm. 4
Hasyim Hasanah, Pengantar Studi Islam,
Islam, 24-26

Anda mungkin juga menyukai