TESIS
Oleh:
AIDIRAHMAN TANJUNG
NIM. 3003194114
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
PERSETUJUAN
Tesis berjudul:
Oleh
Aidirahman Tanjung
NIM. 3003194114
Dapat disetujui dan disahkan untuk diseminarkan pada Seminar Hasil Tesis
Program Magister (S2) pada Program Studi Pendidikan Islam
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan
Pembimbing I Pembimbing II
AIDIRAHMAN TANJUNG
NIM : 3003194114
Prodi : Pendidikan Islam
Tempat/ Tgl Lahir : Idanondrawa, 01 Agustus 1981
Nama Ayah : Azis Tanjung
Nama Ibu : Nurhayani Aceh
No. Alumni :
IPK :
Yudisium :
Pembimbing : 1. Dr. Syamsu Nahar, M.Ag (Isi)
2. Dr. Azizah Hanum OK, M.Ag (Metodologi)
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis : 1) Penilaian Autentik
dalam Pembelajaran Akidah Akhlak kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Gunungsitoli dan 2) Analisis hasil penilaian autentik dalam mata pelajaran Akidah
Akhlak kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli. Penelitian tesis
ini ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomologi. Teknik-
teknik pengumpulan menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi
dukumen sedangkan untuk memperkuat kesahihan data hasil temuan dan
keotentikan penelitian, maka peneliti mengacu kepada penggunaan standar
keabsahan data terdiri dari creadibility, tranferability, dependability dan
comfirmability.
Hasil penelitian ini adalah: 1) Pelaksanaan penilaian autentik mata
pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli dilakukan
pada awal pembelajaran, selama pembelajaran, dan setelah pembelajaran
berlangsung. Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran Akidah Akhlak ini
dilakukan secara terpadu.
Penilaian ini dilakukan untuk mencapai kompetensi dalam Kurikulum
2013, dengan kegiatan mengajar yang mencakup tiga aspek penilaian yaitu, aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Proses penilaian autentik mata
pelajaran Akidah Akhlak dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik
penilaian yaitu tes tulis, tes lisan, penugasan, praktik, proyek, portofolio,
observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal guru, dan 2) Analisis
hasil penilaian dilakukan oleh guru untuk mengetahui seberapa berhasil siswa
menguasai materi yang telah disampaikan guru.
Apabila ada peserta didik yang belum mencapai nilai KKM, maka guru
melakukan program tindak lanjut dengan mengadakan remidi dan pengayaan bagi
peserta didik. Analisis hasil penilaian juga dilakukan pada keseluruhan hasil nilai
selama satu semester, serta pada setiap aspek.
iii
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF AUTHENTIC ASSESSMENT
IN THE LEARNING OF AKIDAH AKHLAK AT
MADRASAH IBTIDAIYAH OF STATE 2
GUNUNGSITOLI
AIDIRAHMAN TANJUNG
iv
ملخص
تنفيذ التقييم األصيل في تعليم عقيدة األخالق في المدرست
االبتدائيت الحكوميت 2غونونغسيتولي
عبد الزحمن تانجونغ
v
4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur terucap kepada Allah SWT yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan Tesis ini.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang
mendapat syafa‟at beliau nanti diyaumil hisab.
Setelah melewati berbagai hambatan dan rintangan, akhirnya penulisan
Tesis dengan judul “IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM
PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH IBTIDAIYAH
NEGERI 2 GUNUNGSITOLI” ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan Tesis ini tidak terlepas dari dukungan semua pihak,
baik dalam bentuk bimbingan dan arahan serta motivasi sehingga tugas penulisan
ini dapat terselesaikan.
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis menyadari banyak mengalami
kendala dan kesulitan serta masih jauh dari kesempurnaan, namun berkat ikhtiar
dan pertolongan dari Allah Swt akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syahrin Harahap sebagai Rektor UIN Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Hasan Bakti Nasution, MA sebagai Direktur Pascasarjana
UIN Sumatera Utara yang telah banyak memberikan kemudahan kepada
penulis dalam urusan akademis.
3. Ibu Dr. Yusnaili Budianti, M.Ag sebagai Ketua Prodi Pendidikan Islam UIN
Sumatera Utara yang telah banyak membantu memberikan arahan penulis
untuk mendorong percepatan penyelesaian Tesis ini.
4. Bapak Dr. Syamsu Nahar, M.Ag sebagai Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan
dan saran-saran serta motivasi kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
5. Ibu Dr. Azizah Hanum OK, M.Ag sebagai Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan
dan saran-saran serta motivasi kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
5
6. Seluruh staf administrasi Pascasarjana UIN Sumatera Utara yang turut serta
membantu dan member kemudahan kepada penulis.
7. Bapak Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Gunungsitoli yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian pada MIN 2 Gunungsitoli
8. Ibu Kepala MIN 2 Gunungsitoli yang telah memberikan akses kepada penulis
dalam pelaksanaan penelitian ini
9. Kepada Guru Bidang study Akidah Akhlak MIN 2 Gunungsitoli yang telah
memberikan data dan membantu dengan senang hati selama pelaksanaan
penelitian ini.
10. Kepada seluruh Keluarga yang turut serta memberikan semangat dan doa
untuk kesuksesan penyelesaian tesis ini.
11. Seluruh rekan-rekan seperjuangan pada perkuliahan Pascasarjana UIN
Sumatera Utara yang telah membantu memberikan dorongan, semangat,
motivasi, saran kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini, semoga kita
semua sukses. Aamiin Ya Rabbal „alamin.
Aidirahman Tanjung
NIM. 300319411
6
DAFTAR ISI
LAMPIRAN……………………………………………………………………103
8
BAB I
PENDAHULUAN
1
Rijal Firdaos, Desain Instrumen Pengukuran Afektif (Bandar Lampung: Aura
Publishing, 2017), h. 2.
9
2
Elliza Delviana, Implementasi Penilaian Autentik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlaq
Di Mts Negeri 1 Bandar Lampung (Skripsi: UIN Raden Intan Lampung, 2019), h. 5-6.
10
3
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010) h. 16.
4
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1
5
Ronald C. Doll, Curriculum Improvemet Decision Making And Process, (Boston:
Nallyn Bacon, 1996), h. 15.
11
6
Imas Kurisnasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan
(Surabaya: Kata Pena, 2014), h. 10.
7
M.Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013, Cet.1(Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2014),
h. 31.
8
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudaayaan Republik Indonesia: No 70. (Jakarta: Permendikbud, 2013), h. 3.
12
9
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Cet II; Bandung: Rosdakarya,
2007), h. 95.
13
kegiatan yang riil, fungsional, dan alami dengan harapan hasil asesmen
menggambarkan kemampuan anak yang sesungguhnya.10 Penilaian ini
mengharuskan pembelajaran berpusat pada siswa, sebab pelaku belajar adalah
siswa. Penilaian autentik dapat membantu peserta didik untuk menerapkan
informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata
untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi
peserta didik untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari setelah
proses belajar mengajar.11 Penilaian autentik ini mengajak para siswa untuk
menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan
yang bermakna.
Fokus penilaian autentik adalah keberhasilan belajar peserta didik
dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata
pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK)
atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).12 Untuk tingkat
satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah
standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Dalam pembelajarannya, pendidik di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Gunungsitoli sudah menggunakan kurikulum 2013 pada pembelajaran baik pada
perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaiannya. Pada penilaian autentik
mencoba menggabungkan kegiatan pendidik mengajar, kegiatan peserta didik
belajar, motivasi, dan keterlibatan peserta didik serta keterampilan belajar maka
dari itu kerja sama antar pendidik dan peserta didik sangat diperlukan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang penilaian autentik (Authentic assessment) yang menekankan pada tiga
aspek tersebut (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap), khususnya dalam mata
pelajaran Akidah Akhlak. Sehingga dapat mencetak siswa yang memiliki fondasi
nilai-nilai keimanan yang kokoh serta berilmu pengetahuan. Berdasarkan
observasi dan wawancara dengan kepala sekolah dan guru Akidah Akhlak di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli, telah didapatkan informasi yang
10
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, h. 113.
11
Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat
Publishing, 2005), h. 189.
12
Khaeruddin, dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, h. 203.
14
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang
menjadi fokus penelitian ini adalah: 1) proses penilaian autentik dalam
pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli;
dan 2) kendala dalam implementasi penilaian autentik dalam mata pelajaran
Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.
C. Rumusan Masalah
Fokus masalah tersebut dijabarkan menjadi masalah yang dijadikan
patokan dalam penelitian adalah:
1. Bagaimanakah proses penilaian autentik dalam pembelajaran Akidah
Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli?
2. Bagaimanakah kendala yang dihadapi dalam implementasi penilaian
autentik dalam mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 2 Gunungsitoli?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:
1. Untuk mengetahui Proses Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Akidah
Akhlak kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.
2. Untuk mendeskripsikan/menganalisis kendala dalam implementasi
penilaian autentik dalam mata pelajaran Akidah Akhlak kelas IV di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.
E. Manfaat Penelitian
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teori
1. Penilaian (Assessment)
a. Pengertian Penilaian
Pada pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada
saat ini, biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual,
sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes.
Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi
pelajaran. Oleh sebab itu, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan
oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan
seluruh aspek. Artinya, penilaian keberhasilan tidak hanya oleh aspek hasil
belajar seperti hasil tes akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian
nyata.13
Dalam hal ini, assessment atau penilaian didefinisikan sebagai istilah
umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai
unjuk kerja (performance) individu peserta didik atau kelompok.14 Pada
hakikatnya penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis, akurat, dan berkesinambungan
dengan menggunakan alat tertentu, seperti soal dan lembar pengamatan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan
berkaitan dengan pencapaian kompetensi peserta didik.15
Penilaian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari
kata dasar “nilai” yang artinya adalah proses, cara perbuatan menilai;
pemberian nilai (kadar mutu, biji, dan harga). Penilaian dalam bahasa
Inggris umumnya yang disebut dengan penilaian, berasal dari akar kata
13
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana, 2008), h. 122.
14
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2013), h. 132
15
Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h. 66.
17
ا ِْْ َوبَْ ِِخْمَب َيَٚ ئًب١ْ ش ْ ُ َّ ِخ فَ َال ت١ٰ َِ ْاٌ ِمْٛ َ١ٌِ َْٓ ْاٌ ِمسْظ٠ا ِصَٛ َّ ٌض ُع ْا
ٌ ظٍَ ُُ َٔ ْف
َ س َ ََٔٚ
َْٓ١ِ ثَِٕب ٰح ِسجٝ َو ٰفَٚ بَٙ َٕب ِث١ْ َ َحجَّ ٍخ ِِ ْٓ خ َْشدَ ٍي اَت
Artinya: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat,
Maka Tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan
itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan
cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”. (QS. Al Anbiya: 47)
16
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama: Panduan Penilaian oleh Pendidik
dan Satuan Pendidikan (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, 2017).
17
Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja (Yogyakarta: DIVA
Press, 2013), h. 22.
18
18
Musthafa Almaraghy, Tafsir Al Maraghy, jilid XVII (Mesir: Darul Fikrri, 1346 H), h.
40.
19
Sarwiji Suwandi, Model Assessmen dalam Pembelajaran (Surakarta: Panitia Sertifikasi
Guru Rayon FKIP Surakarta, 2009), h. 7.
20
Ibid., h. 9.
19
21
Ibid., h. 8.
22
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h. 11-15.
20
23
Penilaian norms-referenced adalah penilaian yang diorientasikan kepada suatu
kelompok tertentu. Sedangkan criterion-referenced adalah penilaian yang diorientasikan kepada
suatu standar absolut, tanpa dihubungkan suatu kelompok tertentu. Lihat Ngalim Purwanto,
Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remadja Karya, 1988), h. 98-100.
24
Ibid.
21
25
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 60.
26
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Gava
Media, 2014), h. 113.
27
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, h. 269.
22
28
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), h. 187.
23
29
Sri Tutur Martianingsih, Ika Maryani, Laila Fatmawati, “Modul Pelatihan Penilaian
Autentik” Universitas Ahmad Dahlan, Kemenristekdikti, Majelis Dikdasmen PDM Sleman dan
Bantul, 2015), h. 28.
25
30
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 255.
26
31
Martianingsih, Modul Pelatihan, h. 33.
27
4. Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis dilakukan dengan memilih atau mensuplai
jawaban dan uraian. Memilih jawaban terdiri atas, pilihan ganda, pilihan
benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai
jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek,
dan uraian. Tes tertulis dalam bentuk uraian atau esai menuntut peserta
didik mampu mengingat, memahani, mengorganisaikan, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi atas materi yang diajarkan.
Tes tertulis harus mengambarkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik. Oleh karena itu harus bersifat menyeluruh.
Pada tes tertulis dalam bentuk esai, peserta didik diberikan keleluasaan
dalam mengutarakan jawaban sendiri yang berbeda dari teman-temannya
namun tetap mendapatkan nilai yang sama.
d. Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian Autentik
1. Penilaian Kompetensi Sikap
Penilaian kompetensi sikap dilakukan dengan cara observasi, penilaian
diri, penilaian teman sejawat dan jurnal. Instrumen yang digunakan ialah
daftar cek yang disertai rubrik penilaian, dan catatan pendidik.
a) Observasi ialah teknik yang dilakukan dengan berkesinambungan
menggunakan indera baik langsung maupun tidak langsung dengan
pedoman observasi yang terdapat sejumlah indikator perilaku yang
diamati.
b) Penilaian diri yaitu teknik yang dilakukan dengan cara meminta
peserta didik menemukan kelebihan dan kekurangan terhadap dirinya
sendiri dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian diri.
Terdapat tiga proses yang perlu dilakukan dalam penilaian diri
yaitu:
1) Peserta didik menghasilkan pernyataan sendiri yang berfokus pada
aspek sikap yang dirasakan dan ditampilkan dalam sehari-hari;
2) Dapat menentukan bagaimana sikap yang seharusnya dicapai
dengan membuat pertimbangan;
29
32
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 252.
31
33
Martianingsih, Modul Pelatihan, h. 105.
33
34
Elliza Delviana, Implementasi Penilaian Autentik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlaq
di MTs Negeri 1 Bandar Lampung (Skripsi: UIN Raden Intan Palembang, 2019), h. 40-41.
35
Putra, Desain Evaluasi, h. 22.
34
36
S. Eko Putro Yudoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), h,. 29.
37
Kunandar, Penilaian Autentik, h.38-39.
38
Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 18
35
39
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran, h. 115.
40
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
1996), h. 76.
37
41
Suwandi, Model Assessmen, h. 80-81.
42
Ibid.
43
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h.
60.
38
44
Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 25.
43
45
Kunandar, Penilaian Autentik, h. 26-27.
46
46
Ibid., h. 27-28.
47
47
Ibid., h. 263.
48
48
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning (Bandung: Mizan Learning
Center, 2009), h. 289.
49
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 173.
49
50
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2007),
h. 2-4.
50
51
Surawardi, Telaah Kurikulum Akidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal:
Guidance and Counseling, Volume 1, Issue 1, ISSN2442-403-X, h. 3.
51
marah, fasik, dan murtad, 3)Aspek adab Islami, meliputi: (a) Adab terhadap
diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang airbesar/kecil, berbicara,
meludah, berpakaian, makan, minum, bersin, belajar, dan bermain, (b) Adab
terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah, (c) Adab
kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, teman,dan tetangga,
(d) Adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang dan tumbuhan, di
tempat umum, dan dijalan.
Aspek kisah teladan, meliputi: Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan,
Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad Saw.,
masa remaja Nabi Muhammad Saw., Nabi Ismail, Kan‟an, kelicikan
saudara-saudara Nabi Yusuf AS, Tsa‟labah, Masithah, Ulul Azmi, Abu
Lahab, Qarun, Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus,
dan Nabi Ayub. Materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat
terhadap isi materi, yaitu akidah dan akhlak, sehingga tidak ditampilkan
dalam Standar Kompetensi, tetapi ditampilkan dalam Kompetensi Dasar dan
Indikator.
Lingkup materi aqidah akhlak MI sebagaimana yang telah
dipaparkan di atas dalam perspektif filosofis maka jika dilihat dari aliran
progressivisme yang menekankan kepada pelayanan maksimal terhadap
perbedaan individual anak didik dengan mengembangkan variasi
pembelajaran dan pengalaman pembelajaran, maka materi-materi seperti:
Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa
ilaahaillallaah, basmalah, alhamdulillah, subhanal-lah, Allahu Akbar,
ta‟awudz, maasya Allah, assalamu‟alaikum, salawat, tarji‟, laa haulawalaa
quwwata illa billah, dan istighfar. Penyajian materi ini dianggap menyahuti
pengalaman anak yang sudah pernah belajar pada kurikulum TK/TPA
sehingga ketika hal ini disajikan kembali di MI akan menjadi lebih
bermakna mengingat penyajianya tidak sekedar dihafal tetapi sudah kepada
tahap pemaknaan materi tersebut.
Demikian pula materi Al-asma‟ al-husna sebagai materi pembiasaan,
meliputi: al-Ahad, al-Khaliq, ar-Rahman, ar-Rahiim, as-Sami‟, ar-Razzaaq,
al-Mughnii, al-Hamid, asy-Sakuur, al-Qudduus, ash-Shamad, al-Muhaimin,
al-„Azhiim, al-Kariim, al-Kabiir, al-Malik, al-Bathiin, al-Walii, al-Mujiib,
53
52
Muahaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah dan Perguruan Tinggi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 88.
54
53
Imas Kurinasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013, h. 48-49.
55
2. Aspek Afektif
Penerimaan (mampu menunjukkan, mengakui, mendengarkan dengan
sungguh-sungguh), Partisipasi (mematuhi, ikut serta aktif),
Penilaian/penentuan sikap (mampu menerima suatu nilai menyukai,
menyepakati, menghargai, bersikap, mengakui), Organisasi (mampu
membentuk system nilai, menangkap relasi antar nilai, bertanggung jawab,
menyatukan nilai), Membentuk pola hidup (mampu menunjukkan,
mempertimbangkan, melibatkan diri)
3. Aspek Psikomotorik
Persepsi (mampu menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan,
mendiskriminasikan), Kesiapan (mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri,
yakni fisik dan mental), Gerakan terbimbing (mampu meniru contoh),
Gerakan terbiasa (mampu berketerampilan, berpegang pada pola), Gerakan
komplek (mampu berketerampilan secara lancar, luwes, supel, gesit,
lincah), Penyesuaian pola gerakan (mampu menyesuaikan diri, bervariasi),
Kreativitas (mampu menciptakan yang baru, inisiatif).
Penilaian autentik dalam pembelajaran Akidah Akhlak dilakukan
melalui: pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan psikomotorik, afeksi dan kepribadian peserta didik, ujian,
ulangan dan penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Untuk
menilai akhlak peserta didik, pendidik melakukan pengamatan terhadap
perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini
dimaksudkan untuk menilai perilaku peserta didik yang menyangkut
pengalaman agamanya seperti kedisiplinan, kebersihan, tanggung jawab, sopan
santun, hubungan sosial, kejujuran, dan pelaksanaan ibadah ritual.
Hasil dari penilaian autentik ini dapat digunakan oleh guru untuk
merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau
pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik juga dapat digunakan
sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar
Penilaian Pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam melakukan penilaian hasil
belajar peserta didik benar-benar memerhatikan segala minat, potensi, dan
prestasi secara komprehensif.
56
dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik
adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari,
mengolah, mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu,
pembelajaran haruslah memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya, agar benar-
benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, dengan tetap
diberikan dorongan dalam hal pemecahan masalah, menemukan segala
sesuatu yang ada pada dirinya, dan upaya keras dalam mewujudkan ide-
idenya.
Metode penilaian yang sesuai dengan pemberlakuan kurikulum 2013 ini
adalah Penilaian Autentik. Karena, asesmen semacam ini mampu
menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-
lain. Dalam konteks penilaian autentik setiap siswa akan dievaluasi
melalui tiga kompetensi yaitu kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Belum efektifnya penerapan penilaian autentik dalam
pembelajaran PAI, dipicu oleh ketidak siapan guru karena kurangnya
pemahaman terhadap teknis penilaian. Selain itu kendala guru dalam
menerapkan penilaian autentik di SDN Ploso I Pacitan adalah penyusunan
soal yang terlalu banyak, format penilaian yang terlalu rumit membuat
guru kerepotan dalam melakukan penilaian kepada setiap peserta didik.
Juga terdapat kendala lain yakni waktu untuk menyusun dan melaksanakan
penilaian autentik dirasa kurang cukup oleh guru.
3. Penelitian Siti Munawaroh (2018), dengan judul Implementasi Penilaian
Autentik dalam proses Pembelajaran pada Kurikulum 2013 Kelas V di
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hikmah Kota Jambi menunjukkan bahwa
Penelitian yang dilakukan peneliti menyimpulkan menggunakan beberapa
aspek penilaian antara lain sebagai berikut:
a. Aspek Sikap
b. Aspek Pengetahuan
c. Aspek Ketrampilan
Namun dalam mewujudkan hal tersebut di atas tentu dibutuhkan faktor
pendukung keberhasilan penerapan penilaian autentik tersebut yakni
58
biasanya seenaknya, jadi guru harus lebih detail dan jelas apa saja yang
dinilai dan sedang dinilai.
5. Penelitian Elliza Delviana (2019) yang berjudul Implementasi Penilaian
Autentik pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Negeri Bandar
Lampung menunjukkan bahwa setelah penerapan Penilaian Autentik di
MTs Negeri Bandar Lampung mengidentifikasi dan menentukan indicator
Pembelajaran, memilih suatu tugas autentik, menyusun instrumen
penilaian dan menciptakan rubrik. Ada tiga kompetensi yang harus
dilakukan yaitu Kompetensi sikap, kompetensi Pengetahuan dan
kompetensi Ketrampilan. Pada Kompetensi sikap penilaian yang
diterapkan berupa observasi, untuk kompetensi pengetahuan menggunakan
teknik dan instrumen penilaian tertulis, penugasan dan lisan. Disamping
itu guru aqidah akhlak menerapkan penggunaan penilaian lisan dengan
melakukan pretest untuk menilai hafalan Alqur‟an dan Hadist peserta
didik. Sedangkan untuk kompetensi keterampilan menggunakan teknik
dan instrumen unjuk kerja berupa presentasi kelompok.
6. Penelitian Izar Maulana Burhanudin (2020) dengan judul Penerapan
Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di MTs NU
Raudhatul Muallimin Wedung Demak menunjukkan:
1. Penerapan Kurikulum 2013 di MTs NU Raudlatul Muallimin sudah
dilakukan meskipun dalam pelaksanaan penerapan dilakukan dengan
cara bertahap per-angkatan dan pada pembelajaran tahun ini sudah
menerapkan kurikulm 2013 disemua angkatan. Bentuk dukungan
penerapan kurikulum 2013 sudah dilakukan dengan mengikut sertakan
guru dalam pelatihan kurikulum 2013 dan mengadakan sosialisasi
penerapan kurikulum 2013 serta sekolah juga mempersiapkan
adminstrasi dan fasilitas pendukung dalam pembelajaran kurikulum
2013 meskipun ada kekurangan dalam fasilitas.
2. Penerapan penilaian autentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
MTs NU Raudlatul Muallimin sudah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan kurikulum 2013 meskipun terdapat kendala dan
kebingungan oleh guru dalam proses pelaksanaanya. Pada revisi
kurikulum 2013 pada tahun 2016 peraturan menteri pendidikan dan
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Latar Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli
dengan para kepala madrasah dan guru madrasah sebagai subjek penelitiannya.
Pemilihan tempat ini didasarkan atas pertimbangan kemudahan dalam
memperoleh data, peneliti lebih memfokuskan pada masalah yang akan diteliti
karena lokasi penelitian dekat dengan peneliti dan sesuai dengan kemampuan,
baik waktu dan juga keterbatasan dana.
C. Sumber data
Subjek penelitian ini diarahkan pada pencarian data. Pencarian data
dimulai dari unsur kepala madrasah sebagai informan kunci (key informant)
dengan menggunakan snow –ball sampling (bola salju). Pencapaian data akan
dihentikan manakala tidak ada lagi variasi data yang muncul atau ke
permukaan atau mengalami kejenuhan (naturation). Jadi jumlah informan
54
L.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1989), h. 52
63
penelitian ini tidak ditentukan secara pasti tergantung pada tingkat keperluan
data yang diperlukan.
Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Sumber data primer yang berarti bahwa data diperoleh dari
informan yang mengetahui secara jelas dan rinci tentang masalah
yang sedang diteliti dengan menggunakan wawancara. Informan
yang dijadikan sebagai data primer adalah:
1. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.
2. Waka kurikulum, sebagai pelaku aktif dalam pengembangan
kurikulum di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.
3. Guru bidang studi khususnya bidang studi Aqidah akhlak
b. Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur
maupun tertulis atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
penelitian pada saat studi kepustakaan.
55
Huberman, A.M. & Miles, M.B. “Data Management and Analysis Methods”. In
Denzin N.K. and Lincoln Y.S. (eds). (1994). Handbook of Qualitative Research (New Delhi:
Sage Publications, 1994), h. 132
66
56
Ibid, h. 136.
69
1. Krebilitas (credibility)
Adapun usaha untuk membuat lebih terpercaya (credible) proses,
interpretasi dan temuan dalam penelitian ini yaitu dengan cara:
a. Keterikatan yang lama dengan yang diteliti dalam berhubungan dengan
Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak
di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli, dilaksanakan dengan
tidak tergesa-gesa sehingga pengumpulan data dan informasi tentang
situasi sosial dan fokus penelitian akan diperoleh secara sempurna,
b. Ketekunan pengamatan terhadap manajemen peningkatan mutu kinerja
pengawas madrasah untuk memperoleh informasi yang sahih,
57
Lincol, Y.S and Guba, E.G, Naturalistic Inquiry (New Delhi: Sage Publication, 1985),
h. 123
70
2. Keteralihan (transferability)
Penelitian Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran
Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli diharapkan
mendapat gambaran yang jelas mengenai latar (situasi) yang berhubungan
dengan fokus penelitian yaitu manajemen kepala madrasah dan situasi yang
dianggap turut mempengaruhinya baik itu berhubungan dengan kebijakan,
ketentuan organisasi maupun hal-hal lain yang dianggap relepan dengan
upaya Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah
Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Temuan Umum
1. Sekilas Tentang Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kota Gunungsitoli
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kota Gunung Sitoli beralamat di Jalan
Arah Nias Utara Km. 10 Olora Kecamatan Gunung Sitoli Utara Kota
Gunungsitoli Provinsi Sumatera Utara. Kualifikasi jenjang Akreditasi yang
dimiliki MIN 2 Kota Gunungsitoli sudah berstatus Baik (B) yang ditetapkan
berdasarkan SK Nomor 704/BAP-SM/LL/XII/2012.
2. Visi, Misi, Indikator dan Target MIN 2 Kota Gunungsitoli
Setiap madrasah tentunya memiliki visi dan misi yang diharapkan
mampu dicapai secara maksimal.
a. Visi
Terwujudnya Madrasah yang unggul dalam prestasi cerdas, terampil dan
berakhlak mulia”
b. Misi MIN 2 Kota Gunungsitoli yaitu:
1) Menyiapkan guru yang berprestasi dan profesional
2) Meningkatkan anak didik yang berprestasi
3) Menciptakan anak yang cerdas dan terampil
4) Menciptakan anak yang berakhlak mulia
5) Melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran sesuai dengan
kemajuan teknologi
c. Indikator yang dituntut untuk mencapai visi dan misi tersebut di
antaranya:
1) Guru harus punya Pendidikan S1 dan Sertifikasi, dengan
melaksanakan PAIKEM
2) Siswa punya daya saing, cerdas, dan terampil
3) Mampu meningkatkan nilai UN dan UAM serta dapat melanjutkan
kejenjang MTs/SLTP.
4) Memiliki keterampilan sesuai bakat dan minatnya dalam menatap
kemajuan teknologi
73
SMU - - - - -
JLH 11 22 29 5 34
Tabel 4
Jadwal Kengiatan Ekstra / Pengembangan Diri
No Kengiatan Hari Tempat
1 Bola Kaki Sabtu L.Bola Lrg. 6
2 Nasyid Jum‟at MIN 2 Kota Gunungsitoli
3 Komputer Selasa Lab. Komputer
4 Pramuka Sabtu L. MIN 2 Kota Gunungsitoli
5 Dokter Kecil Rabu MIN 2 Kota Gunungsitoli
6 Dram Band Sabtu L. MIN 2 Kota Gunungsitoli
7 Tahfiz Kamis MIN 2 Kota Gunungsitoli
8 Seni Tari Kamis MIN 2 Kota Gunungsitoli
B. Temuan Khusus
1. Proses Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli
Hasil wawancara dengan guru guru Akidah Akhlak terkait penilaian
autentik ini didapatkan informasi sebagai berikut:
Penilaian memegang peran yang sangat penting dalam pembelajaran.
Penilaian berfungsi sebagai tagihan untuk tercapai atau tidaknya kegiatan
belajar mengajar.
Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaiannya,
yang dikenal dengan penilaian autentik. Dalam penilaian autentik, guru
dituntut menilai dengan benar. Selain itu, penilaian autentik juga merupakan
penilaian yang memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk
menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya.
Pada tahap penilaian, guru mata pelajaran Akidah Akhlak
mengarahkan pada indikator pencapaian kompetensi yang telah ditentukan
dalam silabus. Format penilaian memuat aspek ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Dalam pelaksanaan penilaian autentik untuk mata pelajaran Akidah
Akhlak Kelas IV, guru memang sedikit mengalami kesulitan, mengingat
77
Pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas untuk tes praktik ini
dilakukan misalnya pada saat praktik kejujuran dan kedisiplinan. Pada materi
ini penilaian praktik dianggap lebih autentik daripada tes tertulis karena apa
yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Untuk penilaian proyek, guru mata pelajaran Akidah Akhlak memberikan
suatu tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik, baik secara individu
maupun kelompok dalam waktu atau periode tertentu. Sedangkan untuk
penilaian portofolio, pada dasarnya guru menilai karya-karya siswa secara
individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode
tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik.
Hasil penelusuran pada dokumen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dimiliki guru Akidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli terlihat hal-hal yang terkait penilaian
autentik sebagaimana yang dikemukakan guru bidang studi ada dan
terdokumen dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumen yang dikemukakan
di atas tergambar bahwa pelaksanaan penilaian autentik mata pelajaran
Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli dilakukan pada
awal pembelajaran, selama pembelajaran, dan setelah pembelajaran
berlangsung. Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran Akidah Akhlak
ini dilakukan secara terpadu. Penilaian ini dilakukan untuk mencapai
kompetensi dalam Kurikulum 2013, dengan kegiatan mengajar yang
mencakup tiga aspek penilaian yaitu, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik.
Proses penilaian autentik mata pelajaran Akidah Akhlak dilakukan
dengan menggunakan beberapa teknik penilaian yaitu tes tulis, tes lisan,
penugasan, praktik, proyek, portofolio, observasi, penilaian diri, penilaian
60
Ibid.
79
antar teman, dan jurnal guru. Teknik tes tulis, tes lisan, dan penugasan
dilakukan oleh guru untuk menilai kompetensi pengetahuan peserta didik. Tes
praktik, proyek, dan portofolio dilakukan oleh guru untuk menilai kompetensi
psikomotorik peserta didik. Sedangkan untuk menilai kompetensi afektif
peserta didik, guru menggunakan teknik penilaian diri, penilaian antar teman,
observasi, dan jurnal guru. Guru mata pelajaran Akidah Akhlak dalam proses
pembelajarannya tetap melakukan penilaian formatif dan sumatif serta tugas-
tugas terstruktur (LKS) yang diselenggarakan setelah selesai satu satuan
pelajaran. Sedangkan tes sumatif dilaksanakan pada akhir catur wulan atau
semester. Nilai-nilai tersebut dicatat dalam buku daftar nilai dan dicatat pula
dalam portofolio siswa.
C. Pembahasan Penelitian
Dalam mengimplementasikan penilaian autentik kurikulum 2013
dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak tidak jauh berbeda dengan mata
pelajaran yang lainnya. Dalam setiap mata pelajaran penilaian autentik lebih
mengarah pada penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dalam penilaian sikap ada empat poin yang dinilai, yaitu: observasi,
percaya diri, teman, dan jurnal guru. Dari empat poin tersebut memiliki proses
penilaian tersendiri. Sedangkan dalam penilaian pengetahuan ada empat poin
yang dinilai, yaitu: ulangan harian, tugas, ulangan tengah semester, dan
ulangan akhir semerter. Dalam penilaian keterampilan ada tiga poin yang
harus dinilai, yaitu praktik, portofolio, dan project. Semua penilaian dan poin-
poin penilaian di atas masuk dalam hasil belajar peserta didik. Sehingga dalam
81
61
Penilaian otentik. http://akbar-iskandar.blogspot.com/2011/05/penilaian-otentik.html,
diakses tal 29 Oktober 2013.
62
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik (Jakarta:
Prenada, 2009), h 119.
84
63
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2014), h. 388-392.
64
Penilaian otentik. http://akbar-iskandar.blogspot.com/2011/05/penilaian-otentik.html,
diakses tanggal 29 Oktober 2021.
85
d. Berkesinambungan
e. Terintegrasi
f. Dapat digunakan sebagai umpan balik
g. Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas
Ringkasnya, penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang
menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara
bermakna, yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.
Penilaian autentik menekankan kemampuan pembelajar untuk
mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna.
Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan
yang telah diketahui pembelajar, melainkan kinerja secara nyata dari
pengetahuan yang telah dikuasai. Tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur
berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di
dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan.
Misalnya, penugasan kepada pembelajar untuk membaca berbagai teks
aktual-realistik, menulis topik-topik tertentu sebagaimana halnya di
kehidupan nyata, dan berpartisipasi konkret dalam diskusi atau bedah buku,
menulis untuk jurnal, surat, atau mengedit tulisan sampai siap cetak. Dalam
kegiatan itu, baik materi pembelajaran maupun penilaiannya terlihat atau
bahkan memang alamiah. Jadi, penilaian model ini menekankan pada
pengukuran kinerja, doing something, melakukan sesuatu yang merupakan
penerapan dari ilmu pengetahuan yang telah dikuasai secara teoretis.
Penilaian autentik lebih menuntut pembelajar mendemonstrasikan
pengetahuan, keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau
produk. Siswa tidak sekedar diminta merespon jawaban seperti dalam tes
tradisional, melainkan dituntut untuk mampu mengkreasikan dan
menghasilkan jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan teoretis.
Penilaian autentik juga dapat dimaknai sebagai suatu proses evaluasi
yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran yang berupa produk-produk dan
kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa, pencapaian, prestasi,
motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu Penilaian autentik dianggap mampu
untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil belajar dari siswa karena
86
penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi juga proses
dan dengan berbagai cara. Gulikers, Bastiaens & Kirschner dalam Rizfsdli
menjelaskan bahwa penilaian autentik menuntut siswa untuk menggunakan
kompetensi yang sama atau mengkombinasikan pengetahuan, kemampuan,
dan sikap yang dapat mereka aplikasikan pada kriteria situasi dalam
kehidupan professional.65 Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran
berpusat pada siswa sebab pelaku belajar adalah siswa.
Penilaian autentik memiliki beberapa sifat dan manfaat bagi peserta
didik. Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh asesmen otentik adalah sebagai
berikut:
a. Berbasis kompetensi yaitu penilaian yang mampu memantau kompetensi
siswa
b. Individual, dapat secara langsung mengukur kemampuan individu
c. Berpusat pada siswa, karena direncanakan, dilakukan dan dinilai oleh
siswa sendiri, mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan individu dan
juga kekurangannya
d. Tak terstruktur dan open-ended, penyelesaian tugas-tugas otentik tidak
bersifat uniformed dan klasikal. Juga kinerja yang dihasilkan tidak harus
sama antar individu di suatu kelompok atau kelas.
e. Terintegrasi dengan proses pembelajaran, sehingga siswa tidak selalu
dalam situasi tes yang menegangkan
f. Berkelanjutan, oleh karena itu penilaian harus secara langsung
dilaksanakan pada saat proses pembelajaran.
Selain itu juga, manfaat asesmen otentik bagi para peserta didik.
Dalam hal ini manfaat asesmen otentik bagi peserta didik adalah sebagai
berikut:
a. Menunjukkan secara lengkap seberapa baik pemahaman terhadap materi
akademik
b. Menunjukkan dan memperkuat kompetensi-kompetensi seperti
pengumpulan informasi, pemanfaatan sumber penanganan teknologi dan
pemikaran sistematik
65
Rizfadli. 2009. Asesmen Otentik. http://rizfadli.blogspot.com/2009/12/asesmen-
otentik.html. diakses pada tanggal 31 Oktober 2021.
87
66
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Gava
Media, 2014), h. 115.
89
3. Esai
Esai menghendaki peserta didik untuk mengorganisasikan, merumuskan,
dan mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti peserta didik tidak
memilih jawaban, akan tetapi memberikan jawaban dengan kata-katanya
sendiri secara bebas. Tes esai dapat digolongkan menjadi dua bentuk,
yaitu tes esai jawaban terbuka (extended-response) dan jawaban terbatas
(restricted-response) dan hal ini tergantung pada kebebasan yang
diberikan kepada peserta didik untuk mengorganisasikan atau menyusun
ide-idenya dan menuliskan jawabannya. Pada tes esai bentuk jawaban
90
67
Ibid., h. 120-121.
93
68
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia (Bandung: Kaifa, 2013 ), h. 155.
94
69
Rofiques, Penilaian Autentik pada proses Belajar,
http://rofiquez.wordpress.Com/2013/07/04/penilaian-autentik-pada-proses-dan-hasil-belajar/
diakses tanggal 30 Oktober 2021.
95
berdasarkan hasil akhir (produk) saja. Sejak pertama kali pengajar bertemu
dengan para peserta belajar, hendaknya penilaian sudah mulai dilakukan
hingga penilaian itu ditutup pada pertemuan terakhir. Amat banyak kinerja
siswa yang ditampilkan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
sehingga penilaiannya haruslah dilakukan selama dan sejalan dengan
berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran. Penekanan pada proses dan
produk dapat dikombinasikan terhadap tiga perspektif penilaian otentik
sebagaimana telah diuraikan di atas.
Kedua, Penekanan pada kondisi. Penilaian otentik juga ramah
terhadap kondisi kelas. Penilaian yang dilakukan harus selaras dan sesuai
dengan situasi di dalam kelas secara nyata. Penekanan kondisi juga
dikombinasikan terhadap tiga perspektif penilaian otentik. Latar belakang
agama, suku, ras, budaya, dan latar belakang sosial lain harus menjadi
pertimbangan yang kuat dari seorang pengajar (penilai) untuk membuat
proses penilaian dan merumuskan keputusan-keputusan.
Ketiga, Penekanan pada konteks figuratif. Penilaian otentik
menekankan suatu konteks yang bersifat lambang atau kiasan. Yang
dimaksud dengan lambang atau kiasan adalah dimana penilaian otentik
ditekankan sebagai prototipe permasalahan dunia nyata yang dibawa ke
dalam kelas. Kejadian-kejadian besar di luar sekolah/ madrasah yang
memberikan aspek-aspek penting dapat di „capture‟ oleh seorang pengajar
di dalam melakukan proses penilaian pembelajaran.
Temuan kedua penelitian ini menunjukkan bahwa analisis hasil
penilaian dilakukan oleh guru untuk mengetahui seberapa berhasil siswa
menguasai materi yang telah disampaikan guru. Apabila ada peserta didik
yang belum mencapai nilai KKM, maka guru melakukan program tindak
lanjut dengan mengadakan remidi bagi peserta didik. Pengajaran remedial
adalah upaya guru (dengan atau tanpa bantuan pihak lain) untuk menciptakan
suatu situasi (kembali/bari/berbeda dari yang biasa) yang memungkinkan
individu atau kelompok siswa dengan karakteristik tertentu lebih mampu
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi
kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, melalui kegiatan berencana,
96
70
Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran
Modul. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 45.
71
Trianto Ibnu Badar at–Taubany, Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di Madrasah
(Jakarta: Kencana, 2017), h. 360.
72
Ibid., h. 365.
97
D. Keterbatasan Penelitian
Sebagai manusia yang tak luput dari sifat silap dan lupa serta
memiliki kekurangan, menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih
memiliki keterbatasan-keterbatasan di antaranya:
73
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, (2016), Panduan Penilaian di Sekolah Dasar
(Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Kemendikbud RI), h. 8-9.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan hasil
penelitian ini sebagai berikut:
1. Pelaksanaan penilaian autentik mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli dilakukan pada awal pembelajaran,
selama pembelajaran, dan setelah pembelajaran berlangsung. Penilaian yang
dilakukan dalam pembelajaran Akidah Akhlak ini dilakukan secara terpadu.
Penilaian ini dilakukan untuk mencapai kompetensi dalam Kurikulum 2013,
dengan kegiatan mengajar yang mencakup tiga aspek penilaian yaitu, aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Proses penilaian autentik
mata pelajaran Akidah Akhlak dilakukan dengan menggunakan beberapa
teknik penilaian yaitu tes tulis, tes lisan, penugasan, praktik, proyek,
portofolio, observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal guru.
2. Analisis hasil penilaian dilakukan oleh guru untuk mengetahui seberapa
berhasil siswa menguasai materi yang telah disampaikan guru. Apabila ada
peserta didik yang belum mencapai nilai KKM, maka guru melakukan
program tindak lanjut dengan mengadakan remidi dan pengayaan bagi
peserta didik.Analisis hasil penilaian juga dilakukan pada keseluruhan hasil
nilai selama satu semester, serta pada setiap aspek.
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian, maka
disarankan:
1. Pengawas Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli diharapkan mampu
mengefektifkan komunikasi interpersonal dikalangan guru agar memiliki
disiplin kerja yang tinggi yang pada gilirannya dapat mendorong
peningkatan kemampuan profesionalisme dan kinerjanya untuk masa-masa
yang akan datang terutama terkait penguasaan penilaian autentik dan
analisisnya.
102
DAFTAR PUSTAKA
Huberman, A.M. & Miles, M.B. “Data Management and Analysis Methods”. In
Denzin N.K. and Lincoln Y.S. (eds). (1994). Handbook of Qualitative
Research. New Delhi: Sage Publications, 1994.
Johnson, Elaine B., Contextual Teaching & Learning, Bandung: Mizan Learning
Center, 2009.
RANGKA PENELITIAN
Judul :
GUNUNG SITOLI
1. Sudah berapa lama bapak/Ibu menjabat sebagai Kepala MIN 2 Gunung Sitoli ini!
Mohon dijelaskan!
2. Apa yang menjadi visi dan misi dari MIN 2 Gunung Sitoli, mohon diceritakan!
3. Apakah di MIN 2 Gunung Sitoli ada komite madrasahnya, mohon
diceritakan!
7. Apakah setiap guru di MIN 2 Gunung Sitoli ini dapat melaksanakan penilaian
autentik ini, mohon diceritakan!
8. Apakah setiap guru di MIN 2 Gunung Sitoli ini juga melaksanakan analisis
penilaian autentik ini, mohon diceritakan!
9. Apakah setiap guru di MIN 2 Gunung Sitoli ini menerapkan kurikulum 2013
ini pada dokumen RPP nya, mohon diceritakan!
10. Apakah setiap guru di MIN 2 Gunung Sitoli ini juga melengkapai analisis
penilaian autentik ini di RPP mereka, mohon diceritakan!
1. Sudah berapa lama bapak/Ibu menjadi guru Akidah Akhlak di MIN 2 Gunung Sitoli
ini! Mohon dijelaskan!
106
2. Apa yang menjadi visi dan misi dari MIN 2 Gunung Sitoli, mohon diceritakan!
3. Apakah di MIN 2 Gunung Sitoli ada komite madrasahnya, mohon
diceritakan!
9. Apakah bapak/ibu menerapkan kurikulum 2013 ini pada dokumen RPP nya,
mohon diceritakan!
10. Apakah bapak/ibu juga melengkapai analisis penilaian autentik ini di RPP
mereka, mohon diceritakan!
Peneliti
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
PASCASARJANA
Jl. IAIN 1 Medan 20253 Telp. 061-4560271-8474458, Fax. (061) 8465290
Website: www.pascasarjana.uinsu.ac.id, Email: pascasarjana@uinsu.ac.id
Kepada
Yth. : 1. Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Gunungsitoli
2. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli
di-
Tempat
an. Direktur,
Wakil Direktur,
Tembusan:
Direktur Pascasarjana UIN Sumatera Utara Medan