Anda di halaman 1dari 114

IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM

PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH


IBTIDAIYAH NEGERI 2 GUNUNGSITOLI

TESIS

Oleh:
AIDIRAHMAN TANJUNG
NIM. 3003194114

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Islam

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN

2022
PERSETUJUAN

Tesis berjudul:

IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN


AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 2 GUNUNG
SITOLI

Oleh

Aidirahman Tanjung
NIM. 3003194114

Dapat disetujui dan disahkan untuk diseminarkan pada Seminar Hasil Tesis
Program Magister (S2) pada Program Studi Pendidikan Islam
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan

Medan, 24 November 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Syamsu Nahar, M.Ag Dr. Azizah Hanum OK, M.Ag


NIP. 195807191990011001 NIP. 196903232007012030
NIDN. 2019075801 NIDN. 2023036901
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM
PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI
MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 2
GUNUNGSITOLI

AIDIRAHMAN TANJUNG

NIM : 3003194114
Prodi : Pendidikan Islam
Tempat/ Tgl Lahir : Idanondrawa, 01 Agustus 1981
Nama Ayah : Azis Tanjung
Nama Ibu : Nurhayani Aceh
No. Alumni :
IPK :
Yudisium :
Pembimbing : 1. Dr. Syamsu Nahar, M.Ag (Isi)
2. Dr. Azizah Hanum OK, M.Ag (Metodologi)
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis : 1) Penilaian Autentik
dalam Pembelajaran Akidah Akhlak kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Gunungsitoli dan 2) Analisis hasil penilaian autentik dalam mata pelajaran Akidah
Akhlak kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli. Penelitian tesis
ini ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomologi. Teknik-
teknik pengumpulan menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi
dukumen sedangkan untuk memperkuat kesahihan data hasil temuan dan
keotentikan penelitian, maka peneliti mengacu kepada penggunaan standar
keabsahan data terdiri dari creadibility, tranferability, dependability dan
comfirmability.
Hasil penelitian ini adalah: 1) Pelaksanaan penilaian autentik mata
pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli dilakukan
pada awal pembelajaran, selama pembelajaran, dan setelah pembelajaran
berlangsung. Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran Akidah Akhlak ini
dilakukan secara terpadu.
Penilaian ini dilakukan untuk mencapai kompetensi dalam Kurikulum
2013, dengan kegiatan mengajar yang mencakup tiga aspek penilaian yaitu, aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Proses penilaian autentik mata
pelajaran Akidah Akhlak dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik
penilaian yaitu tes tulis, tes lisan, penugasan, praktik, proyek, portofolio,
observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal guru, dan 2) Analisis
hasil penilaian dilakukan oleh guru untuk mengetahui seberapa berhasil siswa
menguasai materi yang telah disampaikan guru.
Apabila ada peserta didik yang belum mencapai nilai KKM, maka guru
melakukan program tindak lanjut dengan mengadakan remidi dan pengayaan bagi
peserta didik. Analisis hasil penilaian juga dilakukan pada keseluruhan hasil nilai
selama satu semester, serta pada setiap aspek.

iii
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF AUTHENTIC ASSESSMENT
IN THE LEARNING OF AKIDAH AKHLAK AT
MADRASAH IBTIDAIYAH OF STATE 2
GUNUNGSITOLI

AIDIRAHMAN TANJUNG

Student ID Number : 3003194114


Program : Islamic Studies (PEDI)
Date of Birth : Idanondrawa, 01 Agustus 1981
Parent’s Name (Father) : Azis Tanjung
(Mother) : Nurhayani Aceh
Supervisor : 1. Dr. Syamsu Nahar, M.Ag
2. Dr. Azizah Hanum OK, M.Ag

The purpose of this study is to analyze: 1) Authentic Assessment in The


Learning of Akidah Akhlak class IV in Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Gunungsitoli and 2) Analysis of the results of authentic assessments in the
subjects of Akidah Akhlak Class IV in Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Gunungsitoli. This thesis research uses a qualitative approach with
phenomological methods. The techniques of collection use the techniques of
interviewing, observation and dukumen studies while to strengthen the validity of
the findings and the authenticity of the research, the researcher refers to the use of
standard data validity consisting of creadibility, tranferability, dependability and
comfirmability.
The results of this study are: 1) The implementation of an authentic
assessment of Akhlak Akidah subjects in Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Gunungsitoli is carried out at the beginning of learning, during learning, and after
learning takes place. The assessment carried out in the learning of Akidah Akhlak
is carried out in an integrated manner.
This assessment was carried out to achieve competence in the 2013
Curriculum, with teaching activities covering three aspects of assessment, namely,
cognitive aspects, affective aspects, and psychomotor aspects. The authentic
assessment process of Akidah Akhlak subjects is carried out using several
assessment techniques, namely writing tests, oral tests, assignments, practices,
projects, portfolios, observations, self-assessments, assessments between friends,
and teacher journals, and 2) Analysis of assessment results is carried out by
teachers to find out how successfully students have mastered the material that has
been submitted by the teacher.
If there are students who have not achieved KKM values, then the teacher
conducts a follow-up program by holding remidi and enrichment for students.
Analysis of assessment results is also carried out on the overall results of the
grades during one semester, as well as on every aspect.

iv
‫ملخص‬
‫تنفيذ التقييم األصيل في تعليم عقيدة األخالق في المدرست‬
‫االبتدائيت الحكوميت ‪ 2‬غونونغسيتولي‬
‫عبد الزحمن تانجونغ‬

‫‪3003194114 :‬‬ ‫سلُ اٌم‪١‬ذ‬


‫‪:‬اٌّبجستشح ف‪ ٟ‬اٌتشث‪١‬خ اإلسالِ‪١‬خ‬ ‫اٌشعجخ‬
‫تبس‪٠‬خ اٌّ‪١‬الد ‪ :‬إ‪٠‬ذأ‪ٔٛ‬ذس‪ٚ‬ا‪ 01 ،‬آة‪/‬أغسطس ‪1891‬‬
‫‪ :‬عز‪٠‬ز تبٔج‪ٔٛ‬غ‬ ‫األة‬
‫‪ٛٔ :‬س٘‪١‬بٔ‪ ٟ‬آتش‪ٗ١‬‬ ‫األَ‬
‫‪ :‬اٌذوت‪ٛ‬س شّس ٔ‪ٙ‬بس اٌّبجستش‪.‬‬ ‫اٌّششف‬
‫اٌذوت‪ٛ‬سح عز‪٠‬زح ٘بٔ‪ َٛ‬ؤن ‪ ،‬اٌّبجستش‪.‬‬
‫اٌغشض ِٓ ٘زٖ اٌذساسخ ٘‪ ٛ‬تحٍ‪ )1 :ً١‬اٌتم‪ ُ١١‬األص‪ ً١‬ف‪ ٟ‬تعٍ‪ ُ١‬عم‪١‬ذح أخالق اٌصف اٌشاثع‬
‫ف‪ ٟ‬اٌّذسسخ االثتذائ‪١‬خ اٌحى‪١ِٛ‬خ ‪ 2‬غ‪ٔٛٔٛ‬غس‪١‬ت‪ )2 ٚ ٌٟٛ‬تحٍ‪ٔ ً١‬تبئج اٌتم‪ّ١١‬بد األص‪ٍ١‬خ ف‪ٟ‬‬
‫ِ‪ٛ‬ض‪ٛ‬عبد أخالن أخالن اٌفئخ اٌشاثعخ اٌّذسسخ االثتذائ‪١‬خ اٌحى‪١ِٛ‬خ ‪ 2‬غ‪ٔٛٔٛ‬غس‪١‬ت‪.ٌٟٛ‬‬
‫‪٠‬ستخذَ ثحج األطش‪ٚ‬حخ ٘زا ٔ‪ٙ‬جب ٔ‪ٛ‬ع‪١‬ب ِع األسبٌ‪١‬ت اٌف‪ٌِٕٛٛٛ١‬ج‪١‬خ‪ .‬تستخذَ تمٕ‪١‬بد اٌجّع‬
‫تمٕ‪١‬بد إجشاء اٌّمبثالد ‪ٚ‬اٌّالحظخ ‪ٚ‬دساسبد اٌذ‪ٚ‬و‪ ٓ١ِٛ‬ث‪ّٕ١‬ب ٌتعز‪٠‬ز صحخ إٌتبئج ‪ٚ‬صحخ‬
‫اٌجحج ‪٠ ،‬ش‪١‬ش اٌجبحج إٌ‪ ٝ‬استخذاَ صالح‪١‬خ اٌج‪١‬بٔبد اٌم‪١‬بس‪١‬خ اٌت‪ ٟ‬تتى‪ ِٓ ْٛ‬لبثٍ‪١‬خ اٌمشاءح‬
‫‪ٚ‬اٌتح‪ٚ ً٠ٛ‬االعتّبد‪٠‬خ ‪ٚ‬اٌمبثٍ‪١‬خ ٌٍت‪ٛ‬افك‪.‬‬
‫ٔتبئج ٘زٖ اٌذساسخ ٘‪ )1 :ٟ‬تٕف‪١‬ز تم‪ ُ١١‬أص‪ٌّٛ ً١‬ض‪ٛ‬عبد عم‪١‬ذح أخالق ف‪ ٟ‬اٌّذسسخ‬
‫االثتذائ‪١‬خ اٌحى‪١ِٛ‬خ ‪ 2‬غ‪ٔٛٔٛ‬غس‪١‬ت‪٠ ٌٟٛ‬تُ ف‪ ٟ‬ثذا‪٠‬خ اٌتعٍ‪ٚ ،ُ١‬أحٕبء اٌتعٍ‪ٚ ،ُ١‬ثعذ حذ‪ٚ‬ث اٌتعٍ‪.ُ١‬‬
‫‪٠‬تُ إجشاء اٌتم‪ ُ١١‬ف‪ ٟ‬تعٍ‪ ُ١‬عم‪١‬ذح أخالق ثطش‪٠‬مخ ِتىبٍِخ‪.‬‬
‫تُ إجشاء ٘زا اٌتم‪ٌ ُ١١‬تحم‪١‬ك اٌىفبءح ف‪ِٕٙ ٟ‬ج ‪ ، 2013‬ح‪١‬ج تغط‪ ٟ‬األٔشطخ اٌتعٍ‪١ّ١‬خ حالحخ‬
‫ج‪ٛ‬أت ِٓ اٌتم‪ ٟ٘ٚ ، ُ١١‬اٌج‪ٛ‬أت اٌّعشف‪١‬خ ‪ٚ ،‬اٌج‪ٛ‬أت اٌعبطف‪١‬خ ‪ٚ ،‬اٌج‪ٛ‬أت إٌفس‪١‬خ‬
‫اٌحشو‪١‬خ‪ .‬تتُ عٍّ‪١‬خ اٌتم‪ ُ١١‬األص‪ٍ١‬خ ٌّ‪ٛ‬اد أو‪١‬ذا أخالن ثبستخذاَ اٌعذ‪٠‬ذ ِٓ تمٕ‪١‬بد اٌتم‪،ُ١١‬‬
‫‪ ٟ٘ٚ‬اختجبساد اٌىتبثخ‪ٚ ،‬االختجبساد اٌشف‪٠ٛ‬خ‪ٚ ،‬اٌ‪ٛ‬اججبد‪ٚ ،‬اٌّّبسسبد‪ٚ ،‬اٌّشبس‪٠‬ع‪،‬‬
‫‪ٚ‬اٌّحبفظ‪ٚ ،‬اٌّالحظبد‪ٚ ،‬اٌتم‪ّ١١‬بد اٌزات‪١‬خ‪ٚ ،‬اٌتم‪ّ١١‬بد ث‪ ٓ١‬األصذلبء‪ِٚ ،‬جالد اٌّعٍّ‪ٚ ،ٓ١‬‬
‫‪٠ ) 2‬تُ تحٍ‪ٔ ً١‬تبئج اٌتم‪ ِٓ ُ١١‬لجً اٌّعٍّ‪ٌّ ٓ١‬عشفخ ِذ‪ٔ ٜ‬جبح اٌطالة ف‪ ٟ‬إتمبْ اٌّ‪ٛ‬اد اٌت‪ٟ‬‬
‫لذِ‪ٙ‬ب اٌّعٍُ‪.‬‬
‫إرا وبْ ٕ٘بن طالة ٌُ ‪٠‬حمم‪ٛ‬ا ل‪ ، KKM ُ١‬فإْ اٌّعٍُ ‪٠‬جش‪ ٞ‬ثشٔبِجب ٌٍّتبثعخ ِٓ خالي عمذ‬
‫‪ٚremidi‬إحشاء ٌٍطالة‪٠ .‬تُ أ‪٠‬ضب تحٍ‪ٔ ً١‬تبئج اٌتم‪ ُ١١‬عٍ‪ ٝ‬إٌتبئج اإلجّبٌ‪١‬خ ٌٍذسجبد خالي‬
‫فصً دساس‪ٚ ٟ‬احذ ‪ٚ ،‬وزٌه عٍ‪ ٝ‬وً جبٔت‪.‬‬

‫‪v‬‬
4

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur terucap kepada Allah SWT yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan Tesis ini.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang
mendapat syafa‟at beliau nanti diyaumil hisab.
Setelah melewati berbagai hambatan dan rintangan, akhirnya penulisan
Tesis dengan judul “IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM
PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH IBTIDAIYAH
NEGERI 2 GUNUNGSITOLI” ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan Tesis ini tidak terlepas dari dukungan semua pihak,
baik dalam bentuk bimbingan dan arahan serta motivasi sehingga tugas penulisan
ini dapat terselesaikan.
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis menyadari banyak mengalami
kendala dan kesulitan serta masih jauh dari kesempurnaan, namun berkat ikhtiar
dan pertolongan dari Allah Swt akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syahrin Harahap sebagai Rektor UIN Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Hasan Bakti Nasution, MA sebagai Direktur Pascasarjana
UIN Sumatera Utara yang telah banyak memberikan kemudahan kepada
penulis dalam urusan akademis.
3. Ibu Dr. Yusnaili Budianti, M.Ag sebagai Ketua Prodi Pendidikan Islam UIN
Sumatera Utara yang telah banyak membantu memberikan arahan penulis
untuk mendorong percepatan penyelesaian Tesis ini.
4. Bapak Dr. Syamsu Nahar, M.Ag sebagai Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan
dan saran-saran serta motivasi kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
5. Ibu Dr. Azizah Hanum OK, M.Ag sebagai Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan
dan saran-saran serta motivasi kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
5

6. Seluruh staf administrasi Pascasarjana UIN Sumatera Utara yang turut serta
membantu dan member kemudahan kepada penulis.
7. Bapak Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Gunungsitoli yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian pada MIN 2 Gunungsitoli
8. Ibu Kepala MIN 2 Gunungsitoli yang telah memberikan akses kepada penulis
dalam pelaksanaan penelitian ini
9. Kepada Guru Bidang study Akidah Akhlak MIN 2 Gunungsitoli yang telah
memberikan data dan membantu dengan senang hati selama pelaksanaan
penelitian ini.
10. Kepada seluruh Keluarga yang turut serta memberikan semangat dan doa
untuk kesuksesan penyelesaian tesis ini.
11. Seluruh rekan-rekan seperjuangan pada perkuliahan Pascasarjana UIN
Sumatera Utara yang telah membantu memberikan dorongan, semangat,
motivasi, saran kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini, semoga kita
semua sukses. Aamiin Ya Rabbal „alamin.

Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak, semoga


Allah selalu memberikan kekuatan kepada kita semua dalam upaya dan ikhtiar
kita memperkaya khasanah dunia pendidikan islam pada masa yang akan datang,
dan semoga tesis ini dapat berguna bagi penulis khususnya, agama, bangsa dan
negara sebagai bentuk kontribusi bagi dunia pendidikan.

Medan, Desember 2021


Penulis,

Aidirahman Tanjung
NIM. 300319411
6

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


ABSTRAK ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ...............................................................................................................7
C. Rumusan Masalah ............................................................................................................7
D. Tujuan Penelitian ..............................................................................................................8
E. Manfaat Penelitian ...........................................................................................................8
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................9
A. Kerangka Teori .................................................................................................................9
1. Penilaian (Assessment) ................................................................................................9
2. Penilaian Autentik (Authentic Assessment) ................................................................14
3. Penilaian Autentik Dalam Kurikulum 2013 ................................................................37
4. Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah ...............................................42
5. Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ............................................49
B. Kajian Penelitian terdahulu yang relevan. ......................................................................51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................58
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ...............................................................................58
B. Latar Penelitian..............................................................................................................58
C. Sumber data ...................................................................................................................58
D. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................................59
E. Teknik Analisis Data ........................................................................................................61
1. Analisis Pada Tingkat Awal.........................................................................................62
2. Analisis Data Pada Saat Pengumpulan Data ...............................................................62
3. Analisis Data Akhir ......................................................................................................63
F. Teknik Pencermatan Keabsahan Data ............................................................................64
1. Kredibilitas(credibility) ................................................................................................65
2. Keteralihan (transferability) .......................................................................................67
3. Dapat dipercaya atau dapat dipegang kebenarannya (dependability) .......................67
4. Dapat dikonfirmasikan (confirmability) .....................................................................68
7

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ............................69


A. Temuan Umum ..................................................................................................................69
1. Sekilas Tentang Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Kota Gunungsitoli……....................................................................... 69
2. Visi, Misi, Indikator dan Target MIN 2 Kota Gunungsitoli……….. 69
3. Keadaan Fisik dan Lingkungan MIN 2 Kota Gunungsitoli………….70
4. Keadaaan Siswa, Tenaga Pendidik dan Kependidikan MIN 2
Kota Gunungsitoli …………………………………………………. 71
5. Keadaan Sarana dan Prasarana MIN 2 Kota Gunungsitoli…………. 72
6. Jadwal Kegitan Ekstra Kurikuler MIN 2 Kota Gunungsitoli……….. 73
B. Temuan Khusus
1. Proses Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli………………………. 74
2. Analisis Hasil Penilaian Autentik Mata Pelajaran Akidah Akhlak… 77
C. Pembahasan Penelitian .....................................................................................................78
D. Keterbatasan Penelitian .....................................................................................................98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................99
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 99
B. Saran – Saran ........................................................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................100
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………………..101

LAMPIRAN……………………………………………………………………103
8

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hakikat penilaian adalah upaya sistematik dan sistemik yang
digunakan untuk mengumpulkan dan mengolah data atau informasi yang
sahih (valid) dan reliabel dalam rangka melakukan pertimbangan untuk
pengambilan kebijakan suatu program pendidikan. Menurut Rijal Firdaos
dalam bukunya mengemukakan bahwa salah satu kegiatan yang dilakukan
untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum diartikan sebagai
penilaian.1
Menurut UU Sidiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 35 ayat (1)
menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian yang harus ditingkatkan secara berencana dan
berkala.
Berdasarkan UU Sidiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 35 menyatakan
bahwa penilaian merupakan salah satu standar nasional pendidikan yang
harus dilaksanakan. Di Indonesia sudah mengalami beberapa pergantian
kurikulum. Mulai dari kurikulum 2004, 2006, ke kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum
sebelumnya yang terdapat beberapa perbedaan. Salah satu perbedaan yang
menonjol adalah dalam aspek penilaian. Pada kurikulum 2006, penilaian
terfokus pada wawasan pengetahuan tetapi aspek sikap tidak diperhatikan
secara maksimal. Sedangkan pada kurikulum 2013, penilaian dilakukan
secara seimbang antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada struktur
penilaian, aspek sikap merupakan hal pertama yang dilakukan kemudian
pengetahuan dan keterampilan. Hal ini dapat dilihat dari struktur dari
kompetensi inti.

1
Rijal Firdaos, Desain Instrumen Pengukuran Afektif (Bandar Lampung: Aura
Publishing, 2017), h. 2.
9

Menurut Peraturan Pemerintah No.104 Tahun 2014 tentang penilaian


hasil belajar oleh pendidik sebagai berikut:
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi
bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap
dan spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan
setelah proses.
2. Penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta
didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi
yang sesungguhnya.
3. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan dalam bentuk penilaian
autentik dan non-autentik.
4. Bentuk penilaian autentik mencakup penilaian berdasarkan pengamatan,
tugas kelapangan, portofolio, projek, produk, jurnal, kerja laboratorium,
dan unjuk kerja, serta penilaian diri.2
Penyempurnaan kurikulum dilakukan sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional, yaitu membentuk manusia yang kreatif, inovatif, dan afektif serta
dapat berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan peradaban dunia.10 Dalam kurikulum 2013, penilaian dilakukan secara
autentik. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara signifikan
pada hasil belajar peserta didik dalam ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Pada penilaian autentik menggambarkan peningkatan prestasi peserta
didik baik proses belajar maupun hasil belajar untuk mengetahui apakah
tujuan pembelajaran sebagaimana yang terdapat dalam kurikulum sudah
tercapai atau belum. Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, pendidik
dalam melakukan penilaian hasil belajar harus memperhatikan penilaian
autentik. Pendidik tidak hanya menilai pada salah satu saja tetapi harus
menyeluruh. Sementara itu, pendidik yang mengajar bidang akidah akhlaq
sebagai pelaksana dan pengembangan pada mata pelajaran akidah akhlaq

2
Elliza Delviana, Implementasi Penilaian Autentik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlaq
Di Mts Negeri 1 Bandar Lampung (Skripsi: UIN Raden Intan Lampung, 2019), h. 5-6.
10

harus memahami penilaian autentik yang terdapat dalam kurikulum 2013


sesuai dengam standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Akidah akhlaq
merupakan mata pelajaran yang memberikan kontribusi dalam memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan
adab Islami dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan diseputar penilaian hasil pembelajaran siswa sejalan
dengan perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan
penilaian merupakan salah satu komponen yang terkait langsung dengan
kurikulum. Kurikulum itu sendiri merupakan rencana tertulis yang berisi
tentang ide-ide yang dirumuskan oleh pengembang kurikulum. Rencana
tertulis itu kemudian menjadi dokumen kurikulum yang membentuk suatu
sistem kurikulum yang terdiri dari komponen-komponen yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.3
Kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan peraturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.4
Sedangkan Ronald C. Doll mendefinisikan: “The curriculum of the
school is the formal and informal content and process by which learner gain
knowledgeunderstanding develop skiils and alter attitude appreciations and
values under the auspice of that school”.5 Hal ini berarti, kurikulum
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran.
Dari beberapa penjelasan tentang kurikulum diatas, dapat disimpulkan
bahwasannya kurikulum merupakan bagian yang sangat berperan penting
dalam mengembangkan ide dan rancangan menjadi proses pembelajaran
sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan selama ini.
Berdasarkan sejarah pendidikan di Indonesia telah terjadi sepuluh kali
perubahan kurikulum dari mulai kurikulum tahun 1947, kurikulum rentjana

3
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010) h. 16.
4
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1
5
Ronald C. Doll, Curriculum Improvemet Decision Making And Process, (Boston:
Nallyn Bacon, 1996), h. 15.
11

peladjaran terurai, rentjana peladjaran 1964, kurikulum 1984, kurikulum


1994, pada tahun 2004 dengan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK), kemudian berubah lagi pada tahun 2006 diberlakukanya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pada tahun 2013 dalam konsolidasi
program dan anggaran diketahui bahwa pemerintah melalui kemdikbud telah
mengimplementasikan kurikulum 2013 secara bertahap.6
Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, danketerampilan secara terpadu. Dengan kata
lain, hard skill dan softs skill berjalan secara seimbang dan berjalan secara
intergrasi.7 Selain itu penataan kurikulum pada Kurikulum 2013 dilakukan
sebagai amanah dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.8
Perubahan KTSP menjadi Kurikulum 2013 tanpa dipungkiri
menimbulkan berbagai respons dari para praktisi pendidikan. Kurikulum
2013 sedang menjadi pembicaraan yang cukup serius di semua kalangan
pendidikan di Indonesia.Banyak pihak yang pro dan kontra dengan
dirubahnya KTSP menjadi Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 menimbulkan adanya kekhawatiran dari praktisi
pendidikan karena dinilai belum siap untuk dilaksanakan.Kurikulum sebagai
program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, mengemban
peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa. Kalau kita analisis sifat
dari masyarakat dan kebudayaan, dimana sekolah sebagai institusisocial
melaksanakan operasinya, maka kita akan menentukan paling tidak tiga jenis
peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yakni peranan konservatif,
peranan kritis dan evaluasi, dan peranan kreatif. Ketiga peran ini sama

6
Imas Kurisnasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan
(Surabaya: Kata Pena, 2014), h. 10.
7
M.Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013, Cet.1(Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2014),
h. 31.
8
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudaayaan Republik Indonesia: No 70. (Jakarta: Permendikbud, 2013), h. 3.
12

pentingnya dan di antara ketiganya perlu dilaksanakan secara


berkesinambungan.9
Kurikulum 2013 membawa perubahan mendasar peran guru dalam
pembelajaran. Secara administratif, pemerintah pusat telah menyiapkan
perangkat pembelajaran yang tidak perlu lagi disiapkan oleh guru. Namun
demikian, guru dituntut berperan secara aktif sebagai motivator dan fasilitator
pembelajaran sehinggasiswa akan menjadi pusat belajar.
Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi para guru karena tidak semua
guru memiliki kompetensi tersebut. Selain itu, guru dituntut kesiapannya
untuk melaksanakan kurikulum dalam waktu yang relatif singkat sementara
perangkatnya belum disiapkan secara matang.
Dalam Kurikulum 2013, proses pembelajaran merupakan salah satu
elemen dari standar proses yang mengalami perubahan guna pencapaian
keberhasilan pembelajaran dan pembentukan kompetensi siswa. Pemerintah
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah
menjelaskan bahwa dalam mengimplementasikan proses pembelajaran
kurikulum 2013 pada satuan pendidikan harus diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis siswa.
Pelaksanaan kurikulum 2013 di dunia pendidikan di Indonesia
menuntut adanya penekanan penggunaan model penilaian pada kompetensi
kinerja siswa sesuai dengan mata pelajaran. Siswa tidak hanya dituntut untuk
memahami aspek pengetahuan, melainkan juga apa yang dapat dilakukan
dengan pengetahuannya itu. Salah satu model penilaian sesuai dengan konsep
tersebut adalah penilaian autentik.
Penilaian autentik (authentic assessment) adalah pengukuran yang
bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan.5 Penilaian autentik ini dilakukan melalui

9
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Cet II; Bandung: Rosdakarya,
2007), h. 95.
13

kegiatan yang riil, fungsional, dan alami dengan harapan hasil asesmen
menggambarkan kemampuan anak yang sesungguhnya.10 Penilaian ini
mengharuskan pembelajaran berpusat pada siswa, sebab pelaku belajar adalah
siswa. Penilaian autentik dapat membantu peserta didik untuk menerapkan
informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata
untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi
peserta didik untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari setelah
proses belajar mengajar.11 Penilaian autentik ini mengajak para siswa untuk
menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan
yang bermakna.
Fokus penilaian autentik adalah keberhasilan belajar peserta didik
dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata
pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK)
atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).12 Untuk tingkat
satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah
standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Dalam pembelajarannya, pendidik di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Gunungsitoli sudah menggunakan kurikulum 2013 pada pembelajaran baik pada
perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaiannya. Pada penilaian autentik
mencoba menggabungkan kegiatan pendidik mengajar, kegiatan peserta didik
belajar, motivasi, dan keterlibatan peserta didik serta keterampilan belajar maka
dari itu kerja sama antar pendidik dan peserta didik sangat diperlukan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang penilaian autentik (Authentic assessment) yang menekankan pada tiga
aspek tersebut (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap), khususnya dalam mata
pelajaran Akidah Akhlak. Sehingga dapat mencetak siswa yang memiliki fondasi
nilai-nilai keimanan yang kokoh serta berilmu pengetahuan. Berdasarkan
observasi dan wawancara dengan kepala sekolah dan guru Akidah Akhlak di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli, telah didapatkan informasi yang

10
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, h. 113.
11
Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat
Publishing, 2005), h. 189.
12
Khaeruddin, dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, h. 203.
14

menyatakan bahwa sekolah tersebut menerapkan penilaian autentik untuk


mengetahui pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik.
Berangkat dari pemikiran dan latar belakang di atas dipandang perlu
dilakukan penelitian yang lebih luas dan dalam yang bersifat eksplanatif. Maka
penulis bermaksud untuk dapat mengetahui informasi yang akurat tentang
berbagai permasalahan berkenaan dengan Implementasi Penilaian Autentik Dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang
menjadi fokus penelitian ini adalah: 1) proses penilaian autentik dalam
pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli;
dan 2) kendala dalam implementasi penilaian autentik dalam mata pelajaran
Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.

C. Rumusan Masalah
Fokus masalah tersebut dijabarkan menjadi masalah yang dijadikan
patokan dalam penelitian adalah:
1. Bagaimanakah proses penilaian autentik dalam pembelajaran Akidah
Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli?
2. Bagaimanakah kendala yang dihadapi dalam implementasi penilaian
autentik dalam mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 2 Gunungsitoli?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:
1. Untuk mengetahui Proses Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Akidah
Akhlak kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.
2. Untuk mendeskripsikan/menganalisis kendala dalam implementasi
penilaian autentik dalam mata pelajaran Akidah Akhlak kelas IV di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.

E. Manfaat Penelitian
15

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk keperluan teoritik


maupun secara praktis:
1. Manfaat Teoritik
a. Dapat memberi kontribusi pemikiran terhadap penerapan penilaian
autentik dalam pembelajaran Akidah Akhlak.
b. Dapat menambah wacana baru yang dapat mengembangkan khasanah
keilmuan.
c. Sebagai sumbangan terhadap perkembangan keilmuan, sebagai wacana
baru dalam bidang pendidikan khususnya mengenai penilaian autentik
bagi MI/SD.
2. Secara praktis
a. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli sebagai masukan
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
b. Memberikan masukan bagi guru Akidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli untuk lebih giat dalam
mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas dalam proses
pengajarannya agar hasil belajar siswa meningkat dan lebih baik lagi.
c. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan instansi
terkait dalam mengembangkan kualitas guru dengan penilaian autentik.
16

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori
1. Penilaian (Assessment)
a. Pengertian Penilaian
Pada pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada
saat ini, biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual,
sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes.
Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi
pelajaran. Oleh sebab itu, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan
oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan
seluruh aspek. Artinya, penilaian keberhasilan tidak hanya oleh aspek hasil
belajar seperti hasil tes akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian
nyata.13
Dalam hal ini, assessment atau penilaian didefinisikan sebagai istilah
umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai
unjuk kerja (performance) individu peserta didik atau kelompok.14 Pada
hakikatnya penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis, akurat, dan berkesinambungan
dengan menggunakan alat tertentu, seperti soal dan lembar pengamatan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan
berkaitan dengan pencapaian kompetensi peserta didik.15
Penilaian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari
kata dasar “nilai” yang artinya adalah proses, cara perbuatan menilai;
pemberian nilai (kadar mutu, biji, dan harga). Penilaian dalam bahasa
Inggris umumnya yang disebut dengan penilaian, berasal dari akar kata
13
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana, 2008), h. 122.
14
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2013), h. 132
15
Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h. 66.
17

value (nilai), yakni kualitas sesuatu. Sedangkan dalam bahasa Arab


penilaian disebut qiimah (harga). Pengertian menurut bahasa tersebut,
menggambarkan bahwa penilaian merupakan proses pemberian nilai atau
penetapan harga terhadap sesuatu.
Sedangkan menurut istilah penilaian pembelajaran adalah aktivitas
mengumpulkan, dan mengelola informasi untuk mengukur tingkat capaian
hasil belajar siswa. Pengumpulan informasi dilakukan dengan menempuh
berbagai metode penilaian, memakai berbagai alat serta berbagai metode
penilaian, memakai berbagai alat serta dari berbagai macam sumber.
Penilaian harus dilaksanakan secara efektif dan akurat untuk menghasilkan
sebuah keputusan.16
Sitiatava menjelaskan bahwa penilaian (assessment) merupakan
penerapan berbagai cara dan menggunakan beragam alat penilaian untuk
memperoleh informasi tentang seberapa jauh hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan). Hasil penilaian dapat
berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan kuantitatif
(berupa angka).17
Sebagai salah satu komponen kurikulum, penilaian memegang
peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga
keberadaan penilaian tidak dapat ditinggalkan. Hal ini sesuai dengan firman
Allah Swt.

‫ا ِْْ َوبَْ ِِخْمَب َي‬َٚ ‫ئًب‬١ْ ‫ش‬ ْ ُ ‫ َّ ِخ فَ َال ت‬١ٰ ‫ َِ ْاٌ ِم‬ْٛ َ١ٌِ ‫َْٓ ْاٌ ِمسْظ‬٠‫ا ِص‬َٛ َّ ٌ‫ض ُع ْا‬
ٌ ‫ظٍَ ُُ َٔ ْف‬
َ ‫س‬ َ ََٔٚ
َْٓ١ِ‫ ثَِٕب ٰح ِسج‬ٝ‫ َو ٰف‬َٚ ‫ب‬َٙ ‫َٕب ِث‬١ْ َ ‫َحجَّ ٍخ ِِ ْٓ خ َْشدَ ٍي اَت‬
Artinya: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat,
Maka Tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan
itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan
cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”. (QS. Al Anbiya: 47)

16
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama: Panduan Penilaian oleh Pendidik
dan Satuan Pendidikan (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, 2017).
17
Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja (Yogyakarta: DIVA
Press, 2013), h. 22.
18

Sebagaimana yang ditafsirkan oleh A. Musthafa Al-Maraghi:18


“Maka tidak seorang pun diperlakukan secara dzalim pahala yang dia
berhak menerimanya tidak akan dikurangi sedikitpun dan azabnya tidak
akan ditambahkan lebih dari ukuran perbuatan buruk yang dengan itu dia
mengotori dirinya”.
Kalau sikap itu dikembalikan dalam dunia pendidikan, maka tanpa
adanya kegiatan penilaian atau evaluasi, tidak akan diketahui sejauh mana
tingkat perkembangan proses pembelajaran.Penilaian dapat dilakukan
secara tepat jika tersedia data yang berkaitan dengan objek penilaian.
Untuk memperoleh data tersebut diperlukan alat penilaian yang berupa
pengukuran. Penilaian dan pengukuran merupakan dua kegiatan yang
saling berkaitan.19 Sementara itu, evaluasi sering disebut juga dengan tes,
pengukuran, dan penilaian.
Namun, evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian,
pengukuran, maupun tes. Evaluasi adalah penilaian keseluruhan program
pendidikan termasuk perencanaan suatu program substansi pendidikan
termasuk kurikulum dan penilaian (assessment) dan pelaksanaannya,
pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan (management)
pendidikan, serta reformasi pendidikan secara keseluruhan. Dengan
demikian, jelaslah bahwa penilaian merupakan bagian dari evaluasi
pendidikan. Berikut adalah hubungan antara evaluasi, penilaian,
pengukuran, dan tes:20
Tabel 1
Hubungan antara Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes
Evaluasi Penilaian Pengukuran Tes
Kegiatan Penerapan prosespemberi Cara
identifikasi untuk berbagai an angka dari penilaian
melihat apakah prosedur, cara, suatu tingkatan yang

18
Musthafa Almaraghy, Tafsir Al Maraghy, jilid XVII (Mesir: Darul Fikrri, 1346 H), h.
40.
19
Sarwiji Suwandi, Model Assessmen dalam Pembelajaran (Surakarta: Panitia Sertifikasi
Guru Rayon FKIP Surakarta, 2009), h. 7.
20
Ibid., h. 9.
19

suatu kegiatan dan penggunaan dimana peserta dirancang


pembelajaran yang beragam alat didik telah dan
telah direncanakan penilaian untuk mencapai dilaksanakan
telah tercapai atau memperoleh kompetensi kepada
belum informasi tertentu peserta didik
tentang pada waktu,
ketercapaian tempat, dan
hasil belajar syarat
peserta didik tertentu
Evaluasi Penilaian Pengukuran Himpunan
berhubungan menjawab berhubungan pertanyaan
dengan keputusan pertanyaan dengan proses yang harus
nilai tentang sebaik pencarian atau dijawab atau
apa hasil belajar penentuan nilai pertanyaan
peserta didik kuantitatif yang harus
tersebut ditanggapi

Ada beberapa pihak yang memiliki kepentingan dalam penilaian


kemampuan siswa, seperti guru, orang tua, pemerintah, dan tentu saja
siswa itu sendiri. Dalam konteks pendidikan, penilaian diartikan sebagai
suatu kegiatan untuk mengetahui perkembangan, kemajuan atau hasil
belajar siswa selama program pendidikan.21 Ciri-ciri penilaian dalam
pendidikan antara lain:
1. Penilaian dilakukan secara tidak langsung.
2. Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif, artinya menggunakan simbol
bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu
diinterpretasikan ke bentuk kualitatif.
3. Penilaian pendidikan bersifat relatif.22

21
Ibid., h. 8.
22
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h. 11-15.
20

Penilaian kelas merupakan bagian integral dari kegiatan


pembelajaran. Terdapat beberapa prinsip penilaian yang perlu diperhatikan
sebagai dasar dalam melaksanakan penilaian, di antaranya adalah:
a. Penilaian hendaknya didasarkan pada hasil pengukuran yang
komprehensif.
b. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian (grading).
c. Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua
macam orientasi, yaitu penilaian yang norms-referenced dan criterion-
referenced.23
d. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari
proses belajar mengajar.
e. Penilaian harus bersifat komparabel, artinya setelah tahap pengukuran
yang bersifat angka-angka dilaksanakan, maka prestasi-prestasi yang
menduduki skor sama harus memperoleh nilai yang sama pula.
f. System penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi
pengajar sendiri.24
Wina Sanjaya menegaskan bahwa pada saat guru melaksanakan
penilaian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Valid, artinya menilai apa yang seharusnya dinilai.
b. Mendidik, ada sumbangan positif terhadap pencapaian belajar peserta
didik.
c. Berorientasi pada kompetensi, artinya menilai kompetensi yang ada
pada kurikulum.
d. Adil, tidak membedakan latar belakang peserta didik.
e. Terbuka, artinya criteria dan acuannya jelas dan diinformasikan.
f. Berkesinambungan, artinya dilakukan terencana, bertahap dan continue.
g. Menyeluruh, artinya meliputi teknik, prosedur, materi maupun
aspeknya.
h. Bermakna, ditindaklanjuti oleh semua pihak.

23
Penilaian norms-referenced adalah penilaian yang diorientasikan kepada suatu
kelompok tertentu. Sedangkan criterion-referenced adalah penilaian yang diorientasikan kepada
suatu standar absolut, tanpa dihubungkan suatu kelompok tertentu. Lihat Ngalim Purwanto,
Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remadja Karya, 1988), h. 98-100.
24
Ibid.
21

2. Penilaian Autentik (authentic assessment)


Assessment dikenal dengan istilah penilaian autentik. Istilah autentik
berarti dapat dipercaya, asli, tulen, sah.15 Sedangkan penilaian autentik
(authentic assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan
atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.14 Penilaian autentik (authentic assessment) juga bisa diartikan
sebagai penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai
dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran yang
meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang menilai kesiapan
peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh.25
Peraturan Pemerintah dan Kebudayaan No. 104 Tahun 2014 tentang
penilaian hasil belajar oleh pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah, yang dimaksud dengan penilaian autentik adalah bentuk
penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.
Penilaian autentik dilakukan melalui kegiatan yang riil, fungsional,
dan alami dengan harapan hasil assessment menggambarkan kemampuan
anak yang sesungguhnya.26 Dalam penilaian autentik, para peserta didik
tidak hanya menyelesaikan dan menunjukkan perilaku tertentu yang
diinginkan sesuai rumusan tujuan pembelajaran, tetapi juga mampu
mengerjakan sesuatu yang terkait dengan konteks kehidupan nyata. Dengan
demikian, kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik
saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode pembelajaran, kurikulum,
fasilitas, dan administrasi sekolah.27
Jhon Mueller membandingkan perbedaan antara penilaian tradisional
dengan penilaian autentik sebagai berikut:
Tabel 3
Perbedaan Penilaian Tradisional dengan Penilaian Autentik

25
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 60.
26
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Gava
Media, 2014), h. 113.
27
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, h. 269.
22

Penilaian Tradisional Penilaian Autentik


Memilih satu tanggapan Mengerjakan tugas
Buatan Dunia nyata
Mengingat/mengenali Konstruksi/penerapan
Struktur oleh guru Struktur oleh siswa
Bukti tidak langsung Bukti langsung

Terdapat beberapa prinsip dalam penilaian autentik adalah sebagai


berikut:
1) Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari pembelajaran.
2) Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world
problems), bukan masalah dunia sekolah (school work kind of problems).
3) Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang
sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4) Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (afektif, kognitif, dan psikomotorik).28
Selain itu Berdasarkan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum, dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar
siswa pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah berdasarkan pada
beberapa prinsip yaitu:
1) Valid, yaitu penilaian yang berdasarkan pada data yang menggambarkan
kemampuan yang diukur.
2) Objektif, yaitu memberikan nilai kepada siswa berdasarkan pada kriteria
yang sudah ada, tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, yang
sifatnya subjektif.
3) Terpadu, artinya penilaian adalah salah satu komponen yang integral dari
aktivitas belajar mengajar.
4) Terbuka, yaitu semua prosedur, kriteria dan dasar dalam pengambilan
keputusan penilaian dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

28
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), h. 187.
23

5) Kontinyu, dan komprehensif, artinya penilaian dilakukan meliputi


seleruh aspek kemampuan dengan berbagai cara penilaian yang sesuai
dan dilakukan secara terus menerus.
6) Sistematis, yaitu penilaian dilaksanakan bertahap, tersencana dan
memngikuti prosedur yang ada.
7) Mengacu pada kriteria penilaian yang berdasarkan pada ukuran
pencapaian kemampuan yang ditentukan.
8) Akuntabel, artinya seluruh hal terkait penilaian hasil belajar dapat
dipertanggungjawabkan.
9) Edukatif, yaitu penilaian diselenggarakan demi untuk kepentingan dan
kemajuan siswa.
Penilaian autentik berbeda dengan penilaian tradisional. Hal ini
dikarenakan dalam penilaian tradisional peserta didik cenderung memilih respon
yang tersedia, sedangkan penilaian autentik peserta didik menampilkan atau
mengerjakan suatu tugas atau proyek.
Penilaian autentik selain menilai tiga aspek (sikap, pengetahuan dan
keterampilan) serta variasi instrumen yang digunakan juga harus memperhatikan
input, proses dan output peserta didik. Penilaian input merupakan penilaian yang
dilakukan sebelum proses pembelajaran dan bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal peserta didik tentang kompetensi yang akan dipelajari. Penilaian
input biasanya berupa pre tes.
Penilaian proses ialah penilaian yang dilakukan selama proses
pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengukur keaktifan dan perhatian peserta
didik pada saat pembelajaran berlangsung. Teknik penilaianya berupa soal latihan,
pengamatan waktu diskusi kelompok, PR serta mengerjakan lembar kerja.
Sedangkan penilaian output adalah penilaian hasil belajar atau setelah proses
pembelajaran berlangsung. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahuai tingkat
pencapaian kompetensi dari peserta didik untuk dibandingkan dengan KKM yang
telah ditentukan serta dianalisis berapa peserta didik yang sudah tuntas dan belum
tuntas.
Keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi yang telah
ditentukan merupakan fokus dari sebuah penilaian pendidikan. Peserta didik dapat
24

dikatakan kompeten apabila telah dilakukan penilaian dengan instrumen yang


sesuai sehingga memperoleh informasi yang akurat dan benar.
b. Karakteristik Penilaian Autentik
Keberhasilan dalam proses pengajaran dirancang sesuai prinsip-prinsip
yang mendasari maka dari itu harus dinilai secara autentik. Menurut Pierce dan
O‟Malley mengemukakan enam karakteristik yaitu:29
1. Constructed respons yaitu peserta didik merekonstruksi sebuah respon,
memberikan respon meluas, terlibat dalam kinerja atau menciptakan
produk.
2. Higher-order thinking yaitu peserta didik menggunakan pemikiran
tingkat tinggi dalam merekontruksi respon terhadap pertanyaan terbuka.
3. Authenticity yaitu tugas-tugas bermakna, menantang aktifitas
pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran baik atau konteks dunia
nyata lainnya di mana nantinya peserta didik diharapkan dapat
melakukannya.
4. Integrative yaitu tugas yang harus mengintegrasikan semua keterampilan
dan dalam beberapa hal, menyangkut integrasi pengetahuan serta
keterampilan lintas isi.
5. Process and product yaitu prosedur dan strategi yang digunakan untuk
mencari dan mendapatkan jawaban yang benar atau untuk
mengeksplorasi beragam solusi dari tugas-tugas yang kompleks sering
dinilai dan begitu juga produknya yang berupa jawaban yang benar.
6. Depth versus breadth yaitu memberikan informasi yang mendalam
tentang keterampilan peserta didik atau belajar tuntas dikontraskan
dengan tes pilhan ganda dengan cakupan yang luas tetapi kurang dapat
melatih keterampilan berpikir atau daya nalar tinggi.
c. Jenis-jenis Penilaian Autentik
1. Penilaian Kinerja
Penilaian autentik di dalam penilaiannya harus melibatkan peserta didik
untuk proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Pendidik meminta

29
Sri Tutur Martianingsih, Ika Maryani, Laila Fatmawati, “Modul Pelatihan Penilaian
Autentik” Universitas Ahmad Dahlan, Kemenristekdikti, Majelis Dikdasmen PDM Sleman dan
Bantul, 2015), h. 28.
25

peserta didik untuk menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan


digunakan untuk ditentukan kriteria penyelesaiannya dengan
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.30
Dengan menggunakan informasi ini, pendidik dapat memberikan umpan
balik kepada peserta didik dalam bentuk laporan kelas ataupun laporan
naratif. Terdapat beberapa cara untuk merekam hasil penilaian kinerja,
yaitu:
a. Daftar cek digunakan untuk melihat unsur-unsur tertentu yang berasal
dari indikator atau subindikator yang muncul dalam sebuah tindakan.
b. Catatan anekdot digunakan untuk menentukan seberapa baik peserta
didik dalam memenuhi standar penilaian dilakukan dengan cara
pendidik menuliskan laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh
peserta didik selama melakukan tindakan.
c. Skala penilaian digunakan dengan cara skala numerik
d. Memori atau ingatan digunakan dengan cara pendidik menggunakan
informasi dari ingatannya untuk menentukan apakah peserta didik
sudah berhasil atau belum. Pendidik mengamati peserta didik ketika
melakukan sesuatu tanpa membuat catatan. Cara ini baik tetapi tidak
cukup dianjurkan.
e. Rubrik yaitu alat untuk mengukur dengan mempunyai skala yang
tetap dan jelas untuk setiap indikator yang akan dinilai.
Sangat dianjurkan untuk menggunakan rubric yang terdiri dari 4 poin
skala.
Penilaian kinerja dilakukan dengan memiliki beberapa pertimbangan,
yaitu:
1) Peserta didik harus melalui langkah-langkah kinerja dengan
menampilkan kinerja yang nyata dalam beberapa kompetensi
tertentu.
2) Aspek kinerja yang akan dinilai adalah ketepatan dan kelengkapan.
3). Peserta didik harus mempunyai kemampuan-kemampuan khusus
dalam menyelesaikan tugas pembelajaran.

30
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 255.
26

4) Indikator esensial menjadi fokus utama dalam penilaian kinerja.


5) Keterampilann atau kemampuan peserta didik yang akan diamati.
Keterampilan yang akan dinilai meliputi beberapa macam, seperti
keterampilan berbicara dilakukan dengan melakukan wawancara,
berpidato, diskusi dan bercerita sehingga keterampilan berbicara
akan diperoleh. Instrumen yang digunakan yaitu penilaian sikap,
observasi perilaku, pertanyaan langsung atau pertanyaan pribadi.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan untuk menilai peserta didik dalam
menyelesaikan tugas dalam periode/waktu tertentu. Peserta didik
melakukan investigasi mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian pengolahan, analisis dan penyajian data dalam
menyelesaikan tugas.
Peserta didik dapat mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya selama mengerjakan sebuah proyek. Penilaian proyek,
terdapat tiga hal yang harus diperhatikan guru yaitu:
a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna
atau infomasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperlukan peserta didik.
c. Originalitas sebuah proyek pembelajaran yang dilakukan atau
dihasilkan oleh peserta didik.31
Perencanaan, pengerjaan dan proyek merupakan fokus dari
penilaian proyek. Pendidik dalam hal ini harus menyusun rancangan dan
instrument penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan menyiapkan
laporan. Instrumen yang digunakan dalam penilaian proyek yaitu, daftar
cek, skala penilaian atau narasi. Laporan penilaian dituangkan dalam
bentuk poster atau tertulis.
Penilaian proyek dilakukan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil
akhir secara seimbang dan analitis. Penilaian proyek meliputi penilaian

31
Martianingsih, Modul Pelatihan, h. 33.
27

yang dilakukan peserta didik dalam menghasilkan produk seperti


makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dll), barang-
barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, karet, plastik, dan karya logam.
Penilaian secara analitik melihat pada semua kriteria yang harus
dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Sedangkan penilaian
holistik melihat apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang
dihasilkan.
3. Penilaian Portofolio
Penilaian pada kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan
dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata dinamakan penilaian
portofolio. Kumpulan suatu karya peserta didik baik individu maupun
kelompok pada suatu periode pembelajaran tertentu merupakan fokus
penilaian portofolio. Penilaian dilakukan oleh pendidik. Penilaian
portofolio melihat perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik.
Misalnya, hasil karya dalam menyusun atau membuat karangan, puisi,
surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/literature,
laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Dengan begitu pendidik dapat
melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian portofolio
yaitu:
1) Pendidik memberikan penjelasan mengenai esensi dari penilaian
portofolio.
2) Menentukan jenis portofolio yang akan dibuat oleh peserta didik.
3) Penyusunan portofolio dilakukan oleh peserta didik itu sendiri atau
kelompok maupun dibawah bimbingan pendidik.
4) Portofolio akan disimpan oleh pendidik pada tempat yang sesuai
dengan mencatat tanggal pengumpulannya.
5) Portofolio peserta didik akan dinilai oleh pendidik dengan berbagai
kriteria tertentu.
6) Dokumen portofolio akan dibahas bersama-sama dengan peserta didik
apabila waktu memungkinkan.
7) Terdapat umpan balik antara pendidik dan peserta didik atas hasil
penilaian portofolio.
28

4. Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis dilakukan dengan memilih atau mensuplai
jawaban dan uraian. Memilih jawaban terdiri atas, pilihan ganda, pilihan
benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai
jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek,
dan uraian. Tes tertulis dalam bentuk uraian atau esai menuntut peserta
didik mampu mengingat, memahani, mengorganisaikan, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi atas materi yang diajarkan.
Tes tertulis harus mengambarkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik. Oleh karena itu harus bersifat menyeluruh.
Pada tes tertulis dalam bentuk esai, peserta didik diberikan keleluasaan
dalam mengutarakan jawaban sendiri yang berbeda dari teman-temannya
namun tetap mendapatkan nilai yang sama.
d. Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian Autentik
1. Penilaian Kompetensi Sikap
Penilaian kompetensi sikap dilakukan dengan cara observasi, penilaian
diri, penilaian teman sejawat dan jurnal. Instrumen yang digunakan ialah
daftar cek yang disertai rubrik penilaian, dan catatan pendidik.
a) Observasi ialah teknik yang dilakukan dengan berkesinambungan
menggunakan indera baik langsung maupun tidak langsung dengan
pedoman observasi yang terdapat sejumlah indikator perilaku yang
diamati.
b) Penilaian diri yaitu teknik yang dilakukan dengan cara meminta
peserta didik menemukan kelebihan dan kekurangan terhadap dirinya
sendiri dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian diri.
Terdapat tiga proses yang perlu dilakukan dalam penilaian diri
yaitu:
1) Peserta didik menghasilkan pernyataan sendiri yang berfokus pada
aspek sikap yang dirasakan dan ditampilkan dalam sehari-hari;
2) Dapat menentukan bagaimana sikap yang seharusnya dicapai
dengan membuat pertimbangan;
29

3) Melakukan reaksi terhadap dirinya, menafsirkan tingkat pencapaian


sikap dan perilaku, serta menghayati kepuasan hasil reaksi dirinya.
c) Penilaian antarteman yaitu teknik yang dilakukan dengan meminta
peserta didik menilai temannya ataupun sebaliknya yang berkaitan
dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunkan adalah
lembar penilaian antar teman.
d) Jurnal merupakan teknik yang dilakukan dengan cara, pendidik
mencatat perilkau peserta didik di dalam dan di luar kelas. Kelebihan
menggunakan jurnal dalam penilaian sikap dan perilaku adalah
pencatatan peristiwa dengan segera sehingga data lenih akurat dan
tidak terlupakan. Pengisian jurnal dilakukan di delam kelas maupun di
luar kelas. Oleh sebab itu, penggunaan jurnal lebih tepat digunakan
untuk penilaian sikap. Selain menggunakan jurnal, observasi juga bisa
menggunakan Checklists dan rating scale. Pendidik biasanya
menuliskan sejumlah sikap yang akan diukur dalam setiap tugas yang
diberikan, setelah itu dilakukan penilaian apakah sudah menujukkan
sikap yang dimaksud selama penyelesain tugas. Penilaian dapat
dilakukan dengan meminta bantuan orang lain seperti orang tua,
peserta didik itu sendiri, maupun temanteman sekelasnya. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang sikap dan perilaku
yang tidak diketahui oleh pendidik pada saat di kelas.
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tertulis, tes
lisan dan penugasan.
a. Instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban
singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrument uraian
dilengkapi dengan pdoman penskoran. Tes tertulis digunakan
untuk menilai kognitif peserta didik.
b. Instrumen lisan yaitu berupa daftar pertanyaan yang menghendaki
jawaban secara lisan. Tes lisan sangat dianjurkan apabila seorang
pendidik ingin mengukur kemampuan peserta didik dalam bentuk
hafalan atau mengingat.
30

c. Instrumen penugasan yaitu berupa pekerjaan rumah/proyek yang


dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan
karakteristik tugas.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik melakukan penilaian kompetensi keterampilan dengan
mengggunakan penilaian kinerja yang berarti penilaian yang
menuntut peserta didik menampilkan kompetensi dengan
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen
yang digunakan adalah berupa daftar cek yang dilengkapi rubrik
penilaian.
a. Tes praktik merupakan penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu kegiatan atau perilaku sesuai
dengan kompetensi.
b. Proyek yaitu tugas-tugas belajar yang meliputi perancangan,
pelaksanaan, dan pelaporan baik secara tertulis maupun lisan
dalam waktu tertentu.
c. Penilaian portofolio merupakan penilaian yang dilakukan dengan
menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang
tertentu. Karya tersebut mencerminkan tindakan yang nyata
berupa kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
e. Langkah-langkah Pelaksanaan Penilaian
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penilaian sebagai berikut:32
1. Penetapan Indikator dan Pencapaian Hasil Belajar
Indikator merupakan cirri-ciri, karakteristik yang menunjukkan
ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator pembelajaran disajikan
sesuai dengan kemampuan setiap peserta didik. Indikator pencapaian hasil
belajar digunakan sebagai acuan penilaian. Syarat indikator soal yang
baik adalah:
a) Memuat KD/indikator/materi yang hendak diukur
b) Memuat kata kerja operasioanal yang dapat diukur
c) Berkaitan dengan indikator/materi

32
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 252.
31

d) Dapat dibuatkan soalnya


2. Pemetaan Standar Kompetensi/Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar,
Indikator dan Teknik Penilaian
Pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
dilakukan untuk memudahkan guru dalam menentukan teknik penilaian
yang digunakan. Misalnya untuk menilai peserta didik melakukan
sesuatu, maka teknik penilaiannya menggunakan unjuk kerja (proyek).
Untuk mengukur pemahaman konsep maka teknik penilaiannya
menggunakan tertulis.
3. Menyusun Instrumen Penilaian
Menyusun instrumen penilaian merupakan hal yang sangat penting
dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan instrumen yang
tepat maka akan menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta
didik yang valid dan akurat. Menurut Suryabrata dalam buku Penilaian
Autentik menemukan beberapa kemampuan khusus yang harus dimiliki
bagi penulis soal:
a) Penguasaan pengetahuan yang diteskan
b) Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan
c) Memahami karakteristik individu yang dites
d) Kemampuan membahasakan gagasan e
e) Menguasai teknik penulisan soal
f) Menyadari kekuatan dan kekurangan dalam menulis soal
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan instrumen
penilaian sebagai berikut:
a). Harus memenuhi persyaratan substansi, konstruksi dan bahasa
b) Persyaratan substansi yaitu mempresentasikan kompetensi yang dinilai
c) Persyaratan konstruksi yaitu persyaratan teknik sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan
d) Persyaratan bahasa yaitu berhubungan dengan bahasa yang baik dan
komunikatif serta sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik
e) Dilengkapi dengan pedoman penskoran
4. Teknik Penilaian Hasil Belajar
32

Penilaian hasil belajar harus dinilai dengan instrumen yang tepat


dan akurat. Tepat berarti menilai hasil belajar sesuai dengan apa yang mau
dinilai berdasarkan karakteristik materi atau tuntutan kompetensi tertentu.
Instrumen yang digunakan untuk menilai sikap tentu berbeda dengan
instrumen yang digunakan untuk menilai pengetahuan dan keterampilan.
Akurat berarti dapat memberikan informasi yang benar tentang tingkat
pencapaian kompetensi peserta didik. Maka dari itu, guru harus
memahami dan terampil dalam menyusun berbagai teknik penilaian sesuai
dengan bidangnya.
f. Implementasi Penilaian Autentik Pada Pembelajaran
1. Persiapan Penilaian Auentik
Pendidik yang baik yaitu harus mempunyai persiapan sebelum
melakukan pembelajaran dalam kelas dengan menyusun perencanaan yang
baik. Hal-hal yang harus direncanakan yaitu program tahunan, program
semester, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Begitupun hal-
hal yang harus dipersiapkan yaitu:
a) Menentukan rencana penilaian yaitu menentukan kisi-kisi dalam
penilaian yang berbentuk materi pembelajaran yang akan disajikan dan
teknik untuk menilai keberhasilan dalam menguasai materi.
b) Membuat instrumen penilaian yaitu pendidik harus menyiapkan
instrumen untuk menilai kompetensi. Instrumen harus menggunakan
bahasa yang baik dan benar sesuai dengan perkembangan peserta
didik, subtansi yang sesuai dengan kompetensi yang dinilai dan
konstruksi yang memenuhi persyaratan teknik sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan. 33

2. Pelaksanaan Penilaian Autentik


Pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran dilakukan dengan
mengajak peserta didik untuk mengamati dan diakhiri dengan tes atau non
tes. Penilaian dilakukan dengan berpacuan ada perencanaan dan penilaian

33
Martianingsih, Modul Pelatihan, h. 105.
33

yang terdapat dalam RPP sehingga akan mendapatkan informasi sesuai


dengan indikator.
Data yang dikumpulkan harus objektif dan terbuka sehingga diperoleh
data yang dipercaya dan bermanfaat untuk meningkatkan proses
pembelajaran. Data yang dikumpulkan ini didapat pada akhir pembelajaran
agar mendapat hasil dari pembelajaran yang sudah dilakukan.
3. Pelaporan Penilaian Autentik
a) Laporan sebagai akuntabilitas publik yaitu laporan yang berisi
tentang kemajuan hasil belajar peserta didik sebagai
pertangungjawaban sekolah kepada orang tua/wali.
b) Bentuk Laporan Laporan kemajuan belajar ini berbentuk kuantitatif
dan kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk angka. Hasil
pembacaan angka ini menunjukkan apakah peserta didik sudah
mencapai kompetensi atau belum. Bentuk laporan harus
menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga orang tua/wali
dapat membaca hasil dari penilaiaan.
c) Jenis Administrasi dan Pelaporan
1) Leger yaitu laporan yang berisi pencapaian hasil belajar peserta
didik dalam satu kelas dan berisi kemampuan akademik
maupun catatan pribadi dalam waktuu 1 tahun.
2) Buku laporan (rapor) yitu laporan hasil belajar yang dilaporkan
setiap satu semester berisi semua mata pelajaran yang ditempuh
dengan tuntas.34
g. Ciri-Ciri dan Karakteristik Penilaian Autentik
Pada dasarnya, penilaian hasil belajar mempermasalahkan cara pengajar
mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus
mengetahui sejauh mana anak didik (learner) mengerti bahwa yang telah
diajarkan atau sejauh mana tujuan atau kompetensi pembelajaran yang
dikelola dapat dicapai.35

34
Elliza Delviana, Implementasi Penilaian Autentik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlaq
di MTs Negeri 1 Bandar Lampung (Skripsi: UIN Raden Intan Palembang, 2019), h. 40-41.
35
Putra, Desain Evaluasi, h. 22.
34

Penilaian yang dilakukan oleh pendidik secara berkesinambungan


bertujuan untuk membantu proses dan meningkatkan efektifitas
pembelajaran. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya.
Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan
strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar
yang lebih baik.36 Ciri-ciri penilaian autentik adalah sebagai berikut:
1) Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau
produk.
2) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
3) Menggunakan berbagai cara dan sumber.
4) Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.
5) Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan
bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka
harus dapat menceritakan kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.
6) Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian
peserta didik, bukan keluasannya (kuantitas).37
Selain ciri-ciri di atas, penilaian autentik memiliki beberapa
karakteristik, di antaranya adalah:38
1) Berpusat pada peserta didik.
Penilaian autentik berfokus pada penilaian terhadap pencapaian peserta
didik, mulai dari aspek kognitif; penerimaan materi ajar yang
disampaikan, aspek afektif; perubahan tingkah laku yang ditimbulkan
serta kemampuan yang dihasilkan dari proses pembelajaran yang
dilakukan.
2) Bagian integral dari proses pembelajaran.
Penilaian autentik merupakan integrasi dari segala aspek penilaian yang
dilaksanakan secara nyata dan menyeluruh, yaitu aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik. Ketiga aspek ini merupakan hal pokok yang harus
dijadikan acuan dan landasan dari proses penilaian dalam suatu proses
pembelajaran.

36
S. Eko Putro Yudoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), h,. 29.
37
Kunandar, Penilaian Autentik, h.38-39.
38
Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 18
35

3) Bersifat nyata dan tergantung pada isi pelajaran yang digunakan.


Penilaian autentik merupakan penilaian yang bergantung pada konten
pembelajaran yang penilaiannya dilakukan secara langsung, sehingga
dengan demikian penilaian dianggap baik apabila proses pembelajaran
yang diciptakan oleh guru/pendidik juga baik.
4) Merefleksikan kompleksitas belajar
Penilaian autentik mampu menggambarkan secara nyata keseluruhan
hasil yang menjadi kesulitan belajar yang dialami oleh peserta
didik/siswa maupun dalam proses pembelajaran.
5) Menggunakan prosedur/metode yang bervariasi,
Penilaian autentik mengguanakan cara penilaian yang bervariasi, seperti
observasi, tanya jawab, praktik, proyek, penilaian diri hingga penilaian
teman sejawat.
6) Menginformasikan program pengembangan atau cara pembelajaran yang
seharusnya dilakukan.
Penggunaan penilaian autentik merupakan salah satu cara untuk
menemukan berbagai kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik/
siswa, sehingga dapat dicarikan solusi perbaiakan seperti program
pengembangan atau cara pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh
guru.
7) bersifat kualitatif.
Penilaian autentik menggambarkan pembelajaran berdasarkan mutu atau
kualitas yang digunakan oleh seorang guru dalam instansi pendidikan.
h. Pendekatan Penilaian Autentik
Pendekatan penilaian yang digunakan dalam penilaian autentik
adalah Penilaian Acuan Kriteria (PAK) atau Penilaian Acuan Patokan
(PAP). PAK atau PAP merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang
didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan
kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar (KD) yang
akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Rambu-rambu
dalam penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah sebagai
berikut:
36

1) KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran oleh satuan pendidikan


berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan
pendidikan.
2) Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam
Kompetensi Dasar berkisar antara 0 – 100%
3) Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0 –
100.
4) Jika belum memungkinkan satuan pendidikan menetapkan KKM
dibawah nilai ketuntasan belajar maksimal, dan berupaya secara
bertahap meningkatkan untuk mencapai ketuntasan maksimal.
5) Nilai KKM harus dicantumkan dalam laporan hasil belajar peserta didik.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berfungsi sebagai:
1) Acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai
Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran yang diikuti.
2) Acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian
mata pelajaran.
3) Digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi
program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
4) Kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara
satuan pendidikan dengan masyarakat.
5) Target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi setiap mata
pelajaran.39
i. Jenis-jenis penilaian Autentik
Terdapat beberapa jenis penilaian autentik diantaranya adalah
pengamatan sikap, penilaian diri, tes tertulis, tes lisan, produk, unjuk kerja,
proyek, dan portofolio.40
1. Pengamatan Sikap
Secara umum, pengertian pengamatan adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-

39
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran, h. 115.
40
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
1996), h. 76.
37

fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.41 Sedangkan


sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Teknik penilaian sikap
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Teknik tersebut antara lain:
observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.42
2. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) merupakan suatu teknik penilaian
di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan
dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.43 Teknik penilaian diri
dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
3. Tes Tertulis
Teknik ini dapat dilakukan dengan cara uraian (essay) maupun
objektif, seperti: benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan
melengkapi.
4. Tes Lisan
Teknik ini menuntut jawaban lisan dari peserta didik. Untuk
itu, dalam pelaksanaannya pendidik harus bertatap muka secara
langsung dengan peserta didik. Pendidik juga harus membuat daftar
pertanyaan dan pedoman penskoran.26
5. Penilaian produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan
dan hasil (kualitas) suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian
kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni.
Teknik penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik dan
analitik.
a) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk,
biasanya dilakukan pada tahap appraisal

41
Suwandi, Model Assessmen, h. 80-81.
42
Ibid.
43
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h.
60.
38

b) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya


dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap
proses pengembangan.
6. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian
ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang
menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di
laboratorium, praktek shalat, presentasi, dan lain-lain. Teknik penilaian
kinerja menggunakan daftar cek (check-list) dan skala penilaian (rating
scale).
7. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan
kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran
tertentu. Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses
pengerjaan, sampai hasil akhir proyek.
8. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
Informasi tersebut dapat berupa karya dari proses pembelajaran yang
dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk
informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu
mata pelajaran. Teknik penilaian portofolio di dalam kelas
memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio,
tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang
digunakan oleh pendidik untuk penilaian, tetapi dapat digunakan
juga oleh peserta didik sendiri untuk mengetahui kemampuan,
keterampilan, dan minatnya.
39

b) Bersama peserta didik, tentukan sampel-sampel portofolio apa saja


yang akan dibuat.
c) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik, dalam
satu map atau folder di rumah masing-masing atau di loker
masingmasing di madrasah.
d) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi
perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan
kualitas dari waktu ke waktu.
e) Sebaiknya tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan
bobotnya dengan para peserta didik sebelum mereka membuat
karyanya.
f) Meminta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio.
j. Ruang Lingkup Penilaian Autentik
Ruang lingkup yang menjadi aspek penilaian dalam penilaian
autentik adalah aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dilakukan
secara berimbang. Dalam penilaian setiap aspek disesuaikan dengan teknik
dan instrumen yang akan digunakan agar hasil yang diperoleh dapat valid
dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Teknik dan instrument yang
digunakan dalam setiap aspek adalah sebagai berikut:
1) Penilaian Pengetahuan (kognitif)
Kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir yang menurut
taksonomi Bloom secara hirarkis meliputi berbagai tingkah laku dari
tingkatan terendah sampai tertinggi, yaitu pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis
(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Pada tingkat
pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan
saja. Pada tingkat pemahaman, peserta didik dituntut untuk menyatakan
jawaban atas pertanyaan dengan katakatanya sendiri. Pada tingkat
aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan
konsepdalam suatu situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik
diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian,
menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan
40

hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut


merangkum suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau teorinya sendiri, dan
mensintesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta didik
mengevaluasi informasi seperti bukti sejarah, editorial, teori-teori, dan
termasuk di dalamnya melakukan pertimbangan (judgment) terhadap
hasil analisis untuk membuat keputusan.
Guru menilai kompetensi pengetahuan melalui: (a) Tes tertulis
dengan menggunakan butir soal, (b) Tes lisan dengan bertanya langsung
pada peserta didik menggunakan daftar pertanyaan, (c) Penugasan atau
proyek dengan lembar kerja tertentu yang harus dikerjakan peserta didik
dalam kurun waktu tertentu.
2) Penilaian Sikap (Afektif)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, afektif adalah
berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan,
perasaan, dan emosi serta mempunyai gaya atau makna yang
menunjukkan perasaan. Menurut taksonomi Kratwohl, ranah afektif ini
meliputi berbagai tingkah laku daritingkatan terendah sampai tertinggi,
yaitu penerimaan (receiving), partisipasi (responding), organisasi
(organization), dan pembentukan pola hidup (characterization by a
value or value complex).27
Kondisi afektif peserta didik berhubungan dengan sikap, minat,
dan nilai-nilai. Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat
diperoleh angket, inventory dan pengamatan yang sistematik dan
berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur
tertentu, sedangkan berkelanjutan memiliki arti pengukuran dan
penilaian yang dilakukan secara terus menerus.
Guru melakukan penilaian kompetensi sikap melalui: (a)
Observasi, (b) Penilaian diri, (c) Penilaianantar teman, (d) Jurnal, (e)
wawancara dengan alat panduan atau pedoman wawancara (pertanyaan-
pertanyaan) langsung. Instrumen yang digunakan untuk observasi,
penilaian diri dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau
skala penilaian yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa
catatan pendidik dan pada wawancara berupa daftar pertanyaan.
41

3) Penilaian Keterampilan (Psikomotorik)


Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
ketrampilan (skill). Kemampuan psikomotor adalah kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu yang
menurut taksonomi Simpson meliputi berbagai tingkah laku mulai dari
yang terendah sampai yang tertinggi, yaitu persepsi (perception),
kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided responses), gerakan terbiasa
(mechanical response), gerakan yang kompleks (complex response),
penyesuaian pola gerakan (adjustment), dan kreativitas
(creativity).Teknik dan instrumen penilaian yang ada dalam aspek
keterampilan berupa:
a) Penilaian unjuk kerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu menggunakan tes
praktik dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan
(observasi).
b) Penilaian Proyek dengan menggunakan instrumen lembar penilaian
dokumen laporan proyek.
c) Penilaian portofolio dengan menggunakan lembar penilaian dokumen
kumpulan portofolio dan penilaian produk dengan
menggunakaninstrumen lembar penilaian produk. Instrumen yang
digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi rubrik.
Penilaian autentik meningkatkan pembelajaran dalam banyak
hal. Beberapa keuntungan penilaian autentik bagi peserta didik
diantaranya adalah:
a) Mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi
akademik peserta didik.
b) Mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi peserta
didik seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya,
menangani teknologi, dan berfikir secara sistematis.
c) Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman peserta didik
sendiri, dunia mereka, dan masyarakat luas.
42

d) Mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat


peserta didik menganalisis, memadukan, mengidentifikasi masalah,
menciptakan solusi, dan mengikuti hubungan sebab akibat.
e) Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan.
f) Berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam
mengerjakan tugas.
3. Penilaian Autentik Dalam Kurikulum 2013
Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 104
Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. StandarPenilaian bertujuan
untuk menjamin: 1) Perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian; 2)
Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif,
efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya.
Penilaian autentik berbeda dengan penilaian tradisional. Penilaian
tradisional peserta didik cenderung memilih respon yang tersedia, sedangkan
dalam penilaian autentik peserta didik menampilkan atau mengerjakan suatu
tugas atau proyek. Peda penilaian tradisional kemampuan berfikir yang dinilai
cenderung pada level memahami dan fokusnya adalah guru. Pada penilaian autentik
kemampuan berpikir yang dinilai adalah level konstruksi dan aplikasi serta
fokusnya pada peserta didik. Standar penilaian pendidikan ini disusun sebagai
acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah pada satuan
pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Menurut Permendikbud tersebut standar penilaian pendidikan adalah kriteria
mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik
yang mencakup sebagai berikut: Penilaian autentik, penilaian diri, penilaian
berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
nasional, dan ujian sekolah/madrasah.44

44
Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 25.
43

Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik.


Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian
autentik, tetapi dalam implementasi di lapangan belum berjalan secara optimal.
Melalui kurikulum 2013 adalah penilaian autentik menjadi penekanan yang
serius dimana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik
benar-benar memperhatikan penilaian autentik. Sebelum mendefinisikan
pengertian penilaian autentik sebaiknya kita mendefinisikan terlebih dahulu
mendefnisikan pengertian penilaian. Penilaian adalah proses pengumpulan
berbagai data yang bisa memberikan perkembangan belajar siswa.
Dalam penilaian autentik memerhatikan keimbangan antara penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan
dengan perkembangan karakteristik peserta didik sesuai dengan
jenjangnya ciri- ciri penilaian autentik adalah:
a. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau
produk ;
b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung;
c. Menggunakan berbagai cara dan sumber;
d. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian;
e. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan
bagian-bagian kehidupan pesera didik yang nyata setiap hari, mereka harus
dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan
setiap hari;
f. Penilaian har us menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian
pesera didik, bukan keluasannya.
Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis
dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus
berbasis karakter yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap
dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan
tuntutan teknologi. Oleh karena itu, pada tahun 2013 pemerintah
(Kemendikbud) merevitalisasi pendidikan karakter dalam sejumlah jenis dan
jenjang pendidikan, termasuk dalam pengembangan Kurikulum 2013.
44

Kurikulum 2013 dengan tema “Kurikulum yang dapat menghasilkan


insan Indonesia yang; produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui pengaturan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi”. Melalui implementasi
Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan
pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
mengintegrasikan serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Karakteristik Kurikulum 2013
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut kedalam
Kompetensi Dasar (KD).
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas, dan mata pelajaran.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta
didik peserta didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.
4. Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan
psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata
pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD
pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisasi kompetensi bukan konsep,
generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan “disciplinary
based curriculum” dan “content based curriculum”.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.
Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi
pada tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten
kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas (mastery).
Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan
konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan
konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan
yang tidak langsung. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek
45

kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran


remidial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan
(Kriteria Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).45
Menurut Kemendikbud, pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis
karakter dan kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan
prinsip-prinsip berikut:
a. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan
daftar mata pelajaran.
b. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan,
jenjang pendidikan, dan program pendidikan.
c. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan
kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berfikir, dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
d. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk kemampuan
dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik sesuai dengan kaidah
kurikulum berbasis kompetensi.
e. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
f. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
g. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
budaya, teknologi, dan seni.
h. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
i. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
j. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

45
Kunandar, Penilaian Autentik, h. 26-27.
46

k. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki


pencapaian kompetensi.46
Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013,
dan Kurikulum 2013 ini sudah dilaksanakan pada tahun pelajaran 2013/2014
pada sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli. Perubahan
kurikulum tentu juga menghadirkan beberapa perbedaan dengan kurikulum
yang lama. Berikut adalah perbedaan Kurikulum 2013 dengan KTSP.
Tabel 2
Perbedaan Kurikulum 2013 dengan KTSP
No. Kurikulum 2013 KTSP
1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Standar isi ditentukan
ditentukan terlebih dahulu, melalui terlebih dahulu melalui
Permendikbud No. 54 Tahun 2013. Setelah Permendiknas No. 22
itu baru ditentukan standar isi, yang Tahun 2006. Setelah itu
berbentuk kerangka dasar kurikulum yang ditentukan SKL melalui
dituangkan dalam Permendikbud No. 67, Permendiknas No. 23
68, 69, dan 70 Tahun 2013 Tahun 2006.
2. Aspek kompetensi lulusan ada Lebih menekankan pada
keseimbangan soft skills dan hard skills aspek pengetahuan.
yang meliputi aspek kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
3. Di jenjang SD tematik terpadu untuk kelas Di jenjang SD tematik
I dan IV terpadu untuk kelas I dan
III
4. Jumlah jam pelajaran perminggu lebih Jumlah jam pelajaran
banyak dan jumlah mata pelajaran lebih lebih sedikit dan jumlah
sedikit disbanding KTSP mata pelajaran lebih
banyak disbanding
Kurikulum 2013.
5. Proses pembelajaran setiap tema di jenjang Standar proses dalam
SD dan semua mata pelajaran di jenjang pembelajaran terdiri dari

46
Ibid., h. 27-28.
47

SMP/SMA/SMKdilakukan dengan eksplorasi, elaborasi, dan


pendekatan ilmiah (scientific approach), konfirmasi.
yaitu standar proses dalam pembelajaran
terdiri dari mengamati, menanya,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan,
mencipta.
6. TIK bukan sebagai mata pelajaran, TIK sebagai mata
melainkan sebagai media pembelajaran. pelajaran.
7. Standar penilaian menggunakan penilaian Penilaiannya lebih
autentik, yaitu mengukur semua dominan pada aspek
kompetensi sikap, pengetahuan, dan pengetahuan.
keterampilan berdasarkan proses dan hasil.
8. Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib Pramuka bukan
ekstrakurikuler wajib
9. Penjurusan mulai kelas X pada SMA/MA Penjurusan mulai kelas XI
10. BK lebih menekankan mengembangkan BK lebih pada
potensi siswa. menyelesaikan masalah
siswa.

4. Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah


a. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak
Menurut Witherington belajar merupakan perubahan kepribadian,
yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk
ketrampilan, kebiasaan, pengetahuan,dan kecakapan. Pendapat yang hampir
sama dikemukakan oleh Craw and Craw dan Hilgard. Menurut Craw and
Craw belajar adalah diperolehnya kebiasaankebiasaan, pengetahuan, dan
sikap baru. Sedangkan menurut Hilgard, suatu proses dimana suatu perilaku
muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi.47
Berdasarkan pengertian belajar di atas, maka pembelajaran
(learning) dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku,
pengetahuan, dan keterampilan berfikir yang diperoleh melalui

47
Ibid., h. 263.
48

pengalaman.48 Pengertian lain menjelaskan bahwa pembelajaran pada


hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan
sehingga terjadi pendekatan perilaku ke arah 1yang lebih baik.Menurut
Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran pada Pendidian
Dasar dan Pendidikan Menengah, pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan RPP yang memuat:
1) Identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran/tema, kelas/semester, dan
alokasi waktu.
2) Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator
pencapaian kompetensi.
3) Materi pembelajaran.
4) Kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup.
5) Penilaian, pembelajaran remedial, dan pengayaan.
6) Media, alat, bahan, dan sumber belajar.
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku
peserta didik.49 Sedangkan Akidah Akhlak, secara bahasa akidah diartikan
sebagai simpulan, ikatan, dan sangkutan. Secara teknis diartikan juga
dengan iman, kepercayaan dan keyakinan. M. Hasby Ash Shiddiqi dalam
bukunya Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid mengatakan, akidah menurut
ketentuan bahasa (bahasa arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh dan
terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tidak dapat beralih daripadanya.
Jadi, secara bahasa akidah adalah sesuatu yang telah dipercayai
atau diyakini benar. Sementara akhlaq secara bahasa adalah bentuk jamak
dari khuluk (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,
atau tabiat. Akhlak disamakan dengan kesusilaan atau sopan santun. Khuluq
merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriyah
manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh
31
tubuh .sedangkan menurut istilah, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam

48
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning (Bandung: Mizan Learning
Center, 2009), h. 289.
49
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 173.
49

dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah,


dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran.
Jadi, pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah adalah satu mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang merupakan peningkatan dari
Akidah dan Akhlak yang telah dipelajari peserta didik di Madrasah Aliyah
(MA),Tsanawiyah(MTs)/SMP, Madrasah Ibtidaiyah (MI)/ Sekolah Dasar
(SD). Secara substansial, mata pelajaran Akidah Akhlak memiliki kontribusi
dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan
mempraktikkan aqidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan
akhlaq terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-
hari.50
Mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah (MA) berfungsi
sebagai:
1. Penanaman akidah yang benar sebagai pondasi dasar tegaknya ajaran
Islam guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt., serta
akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang sebelumnya pernah
ditanamkan pada pendidikan setingkat MI/SD dan lingkungan
keluarganya.
3. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial,
sehingga mereka kelak bisa mengarahkan masyarakatnya memiliki
aqidah yang benar.
4. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan peserta didik dalam
keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau
dari budaya asing yang dihadapinya.
6. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak,
serta sistem fungsionalnya.
7. Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami akidah dan akhlak pada
jenjang yang lebih tinggi.

50
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2007),
h. 2-4.
50

b. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak


Akidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata
pelajaran PAI yangmempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan
pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma‟ al-husna, serta penciptaan
suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji
dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara substansial mata pelajaran Akidah Akhlak memiliki
kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam kehidupan
sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta Qada dan
Qadar.
Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan
dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan
krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia. Mata
pelajaran Akidah Akhalak di Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana
dikemukakan Surawardi bertujuan untuk membekali peserta didik agar
dapat:
1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didiktentang akidah Islam sehingga
menjadimanusia muslim yang terus berkembangkeimanan dan
ketakwaannyakepada Allah Swt.
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari
akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan
individu maupunsosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai
akidah Islam.51
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak

51
Surawardi, Telaah Kurikulum Akidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal:
Guidance and Counseling, Volume 1, Issue 1, ISSN2442-403-X, h. 3.
51

Mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi


pelajaran yangdapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar
peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta
pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk
dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal
untuk jenjang pendidikan berikutnya.
Ruang lingkup mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah meliputi: Aspek akidah (keimanan) meliputi: 1) Kalimat
thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah,
basmalah, alhamdulillah, subhanallah, Allahu Akbar, ta‟awudz, maasya
Allah, assalamu‟alaikum, salawat, tarji‟, laa haulawalaa quwwata
illabillah, dan istighfar, 2) Al-asma‟ al-husna sebagai materi pembiasaan,
meliputi: al-Ahad, al-Khaliq, ar-Rahman, ar-Rahiim, as-Sami‟, ar-Razzaaq,
al-Mughnii, al-Hamid, asy-Sakuur, al-Qudduus, ash-Shamad, al-Muhaimin,
al-„Azhiim, al-Kariim, al-Kabiir, al-Malik, al-Bathiin, al-Walii, al-Mujiib,
al-Wahhab, al-„Aliim, ash-Zhaahir, ar-Rasyiid, al-Haadi, as-Salaam, al-
Mu‟min, al-Latiif, al-Baaqi, al-Bashiir, al-Muhyi, al-Mumiit, al-Qawii, al-
Hakiim, al-Jabbaar, al-Mushawwir, al-Qadiir, al-Ghafuur, al-Afuww, ash-
Shabuur,d an al-Haliim, 3) Iman kepada Allah dengan pembuktian
sederhana melalui kalimat tayyibah, al-asma‟ al-husna dan pengenalan
terhadap shalat lima waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah, 4)
Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-
kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan Hari akhir serta Qada dan Qadar Allah).
Aspek akhlak meliputi: 1) Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah)
secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu:
disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup
sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun,
tolong-menolong, hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah,
tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan,optimis,
qana‟ah, dan tawakal, 2) Mengindari akhlak tercela (madzmumah) secara
berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor,
berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri,
dengki, membangkang,munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa,
52

marah, fasik, dan murtad, 3)Aspek adab Islami, meliputi: (a) Adab terhadap
diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang airbesar/kecil, berbicara,
meludah, berpakaian, makan, minum, bersin, belajar, dan bermain, (b) Adab
terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah, (c) Adab
kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, teman,dan tetangga,
(d) Adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang dan tumbuhan, di
tempat umum, dan dijalan.
Aspek kisah teladan, meliputi: Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan,
Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad Saw.,
masa remaja Nabi Muhammad Saw., Nabi Ismail, Kan‟an, kelicikan
saudara-saudara Nabi Yusuf AS, Tsa‟labah, Masithah, Ulul Azmi, Abu
Lahab, Qarun, Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus,
dan Nabi Ayub. Materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat
terhadap isi materi, yaitu akidah dan akhlak, sehingga tidak ditampilkan
dalam Standar Kompetensi, tetapi ditampilkan dalam Kompetensi Dasar dan
Indikator.
Lingkup materi aqidah akhlak MI sebagaimana yang telah
dipaparkan di atas dalam perspektif filosofis maka jika dilihat dari aliran
progressivisme yang menekankan kepada pelayanan maksimal terhadap
perbedaan individual anak didik dengan mengembangkan variasi
pembelajaran dan pengalaman pembelajaran, maka materi-materi seperti:
Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa
ilaahaillallaah, basmalah, alhamdulillah, subhanal-lah, Allahu Akbar,
ta‟awudz, maasya Allah, assalamu‟alaikum, salawat, tarji‟, laa haulawalaa
quwwata illa billah, dan istighfar. Penyajian materi ini dianggap menyahuti
pengalaman anak yang sudah pernah belajar pada kurikulum TK/TPA
sehingga ketika hal ini disajikan kembali di MI akan menjadi lebih
bermakna mengingat penyajianya tidak sekedar dihafal tetapi sudah kepada
tahap pemaknaan materi tersebut.
Demikian pula materi Al-asma‟ al-husna sebagai materi pembiasaan,
meliputi: al-Ahad, al-Khaliq, ar-Rahman, ar-Rahiim, as-Sami‟, ar-Razzaaq,
al-Mughnii, al-Hamid, asy-Sakuur, al-Qudduus, ash-Shamad, al-Muhaimin,
al-„Azhiim, al-Kariim, al-Kabiir, al-Malik, al-Bathiin, al-Walii, al-Mujiib,
53

al-Wahhab, al-„Aliim, ash-Zhaahir, ar-Rasyiid, al-Haadi, as-Salaam, al-


Mu‟min, al-Latiif, al-Baaqi, al-Bashiir, al-Muhyi, al-Mumiit, al-Qawii, al-
Hakiim, al-Jabbaar, al-Mushawwir, al-Qadiir, al-Ghafuur, al-Afuww, ash-
Shabuur, dan al-Haliim. Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana
melalui kalimat tayyibah, al-asma‟ al-husnadan pengenalan terhadap shalat
lima waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah. Meyakini rukun iman
(iman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-
Nya, dan Hari akhir serta Qada dan QadarAllah). Materi-materi ini juga
tidak sekedar dihafal tetapi sudah menjurus kepada pemaknaan dari materi
Al-asma‟al-husna, shalat lima waktu serta rukun Iman.
Landasan filosofis dari progressivisme ini tentu saja sesuai dengan
prinsip pengembangan kurikulum yang menekankan kepada prinsip;
berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkunganya. Jika dilihat darimodel pemikiran Islam /filsafat
Islam maka materi semacam ini lebih cenderung kepada model intektual
Salafi yakni berusaha memahami ajaran-ajaran dan nilai-nilai mendasar
yang terkandung dalam Al-qur‟an dan al-Sunnah al-shahih dengan
melepaskan diri dari dan kurang mempertimbangkan situasi kongkret
dinamika pergumulan masyarakat Muslim dengan dinamika yang
mengitarinya.52

5. Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak


Penilaian autentik pada mata pelajaran Akidah Akhlak merupakan suatu
proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang proses dan
hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian,
pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten, serta
mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar pada mata pelajaran
Akidah Akhlak yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang
standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar
peserta didik dan pelaporannya.

52
Muahaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah dan Perguruan Tinggi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 88.
54

Selain itu, penilaian autentik dalam pembelajaran Akidah Akhlak


dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran Akidah Akhlak yang
telah dilakukan menghasilkan sesuatu yang berharga sesuai dengan kompetensi
yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD).
Penilaian ini dapat memberikan kesempatan yang luas kepada peserta
didik untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah
dimilikinya dalam bentuk-bentuk tugas (membaca dan meringkasnya,
eksperimen, mengamati, survey, projek, makalah, membuat multi media,
membuat karangan, dan diskusi kelas). Dalam pelaksanaannya, penilaian ini
dilakukan secara terpadu dengan proses pembelajaran, sehingga disebut dengan
penilaian kelas. Penilaian kelas pada mata pelajaran Akidah Akhlak yang
sesuai dengan Kurikulum 2013 memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Belajar tuntas
b. Autentik
c. Berkesinambungan
d. Menggunakan teknik yang bervariasi
e. Berdasarkan acuan kriteria.53
Adapun sasaran penilaian autentik mata pelajaran Akidah Akhlak
mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Masing-
masing aspek tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Aspek Kognitif
Pengetahuan (mengetahui tentang hal-hal khusus, peristilahan, fakta-fakta
khusus, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep), Pemahaman (mampu
menterjemahkan, menafsirkan, menentukan, memperkirakan,
mengartikan), Penerapan (mampu memecahkan masalah, membuat
grafik/bagan, menggunakan istilah atau konsep-konsep), Analisis (mampu
mengenali kesalahan, membedakan, menganalisis unsur-unsur, hubungan-
hubungan, dan prinsip-prinsip organisasi), Sintesis (mampu menghasilkan,
menyusun kembali, dan merumuskan), Evaluasi (mampu menilai
berdasarkan norma tertentu,mempertimbangkan, memilih alternatif).

53
Imas Kurinasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013, h. 48-49.
55

2. Aspek Afektif
Penerimaan (mampu menunjukkan, mengakui, mendengarkan dengan
sungguh-sungguh), Partisipasi (mematuhi, ikut serta aktif),
Penilaian/penentuan sikap (mampu menerima suatu nilai menyukai,
menyepakati, menghargai, bersikap, mengakui), Organisasi (mampu
membentuk system nilai, menangkap relasi antar nilai, bertanggung jawab,
menyatukan nilai), Membentuk pola hidup (mampu menunjukkan,
mempertimbangkan, melibatkan diri)
3. Aspek Psikomotorik
Persepsi (mampu menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan,
mendiskriminasikan), Kesiapan (mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri,
yakni fisik dan mental), Gerakan terbimbing (mampu meniru contoh),
Gerakan terbiasa (mampu berketerampilan, berpegang pada pola), Gerakan
komplek (mampu berketerampilan secara lancar, luwes, supel, gesit,
lincah), Penyesuaian pola gerakan (mampu menyesuaikan diri, bervariasi),
Kreativitas (mampu menciptakan yang baru, inisiatif).
Penilaian autentik dalam pembelajaran Akidah Akhlak dilakukan
melalui: pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan psikomotorik, afeksi dan kepribadian peserta didik, ujian,
ulangan dan penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Untuk
menilai akhlak peserta didik, pendidik melakukan pengamatan terhadap
perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini
dimaksudkan untuk menilai perilaku peserta didik yang menyangkut
pengalaman agamanya seperti kedisiplinan, kebersihan, tanggung jawab, sopan
santun, hubungan sosial, kejujuran, dan pelaksanaan ibadah ritual.
Hasil dari penilaian autentik ini dapat digunakan oleh guru untuk
merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau
pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik juga dapat digunakan
sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar
Penilaian Pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam melakukan penilaian hasil
belajar peserta didik benar-benar memerhatikan segala minat, potensi, dan
prestasi secara komprehensif.
56

B. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan.


Beberapa kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
di antaranya :
1. Penelitian Muhammad Saman Syafi‟i, (2016) yang berjudul Implementasi
Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013 pada Mata pelajaran Aqidah
Akhlak di MTsN Tamban Kecamatan Tamban Kabupaten Barito Kuala,
menunjukkan bahwa penerapan penilaian autentik di MTs Tamban
berdasarkan pada hasil wawancara bahwa guru hanya mempersiapkan
lembar penilaian yang sudah diberikan sekolah untuk menilai seluruh
aspek kompetensi mulai dari aspek kompetensi sikap, keterampilan dan
juga pengetahuan. Adapun teknik penilaian yang digunakan tidak
seluruhnya digunakan dalam setiap proses pembelajaran, teknik penilaian
disesuaikan dengan materi pembelajaran. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa tidak semua teknik penilaian yang dicantumkan dalam
lembar penilaian yang diberikan oleh sekolah harus semuanya digunakan.
Instrumen yang digunakan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari
aspek Kompetensi pengetahuan adalah:
a. Tes tertulis
b. Tes lisan
c. Penugasan
Instrumen yang digunakan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari
aspek Kompetensi Ketrampilan adalah:
a. Praktek
b. Proyek
c. Portofolio
Instrumen yang digunakan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari
aspek Kompetensi Sikap adalah:
a. Observasi
b. Jurnal
2. Penelitian Efi Tri Astuti, (2017) yang berjudul Problematika Implementasi
Penilaian Autentik Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SD Negeri Ploso I Pacitan menunjukkan bahwa
Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak
57

dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik
adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari,
mengolah, mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu,
pembelajaran haruslah memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya, agar benar-
benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, dengan tetap
diberikan dorongan dalam hal pemecahan masalah, menemukan segala
sesuatu yang ada pada dirinya, dan upaya keras dalam mewujudkan ide-
idenya.
Metode penilaian yang sesuai dengan pemberlakuan kurikulum 2013 ini
adalah Penilaian Autentik. Karena, asesmen semacam ini mampu
menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-
lain. Dalam konteks penilaian autentik setiap siswa akan dievaluasi
melalui tiga kompetensi yaitu kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Belum efektifnya penerapan penilaian autentik dalam
pembelajaran PAI, dipicu oleh ketidak siapan guru karena kurangnya
pemahaman terhadap teknis penilaian. Selain itu kendala guru dalam
menerapkan penilaian autentik di SDN Ploso I Pacitan adalah penyusunan
soal yang terlalu banyak, format penilaian yang terlalu rumit membuat
guru kerepotan dalam melakukan penilaian kepada setiap peserta didik.
Juga terdapat kendala lain yakni waktu untuk menyusun dan melaksanakan
penilaian autentik dirasa kurang cukup oleh guru.
3. Penelitian Siti Munawaroh (2018), dengan judul Implementasi Penilaian
Autentik dalam proses Pembelajaran pada Kurikulum 2013 Kelas V di
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hikmah Kota Jambi menunjukkan bahwa
Penelitian yang dilakukan peneliti menyimpulkan menggunakan beberapa
aspek penilaian antara lain sebagai berikut:
a. Aspek Sikap
b. Aspek Pengetahuan
c. Aspek Ketrampilan
Namun dalam mewujudkan hal tersebut di atas tentu dibutuhkan faktor
pendukung keberhasilan penerapan penilaian autentik tersebut yakni
58

tersedianya wadah pelatihan dan pendidikan bagi guru serta tersedianya


media internet dan buku paket.
4. Penelitian Muhammad Khairul Al Anshori (2019) yang berjudul
Implementasi Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013 di MA
Darunnajah Kebonagung menunjukkan bahwa Setelah mengumpulkan,
mengolah, dan menganalisis data yang diperoleh dari penelitian tentang
pelaksanaan Penilaian Otentik di MA Darunnajah Kebonagung diambil
kesimpulan:
a. Pelaksanaan Penilaian Otentik dalam menggunakan teknik dan
instrumen di MA Darunnajah Kebonagung. Pembuatan teknik yang
ada dalam aspek pengetahuan sudah sesuai, namun hanya terdapat
beberapa kesalahan dalam pengetikan dan penulisan. Untuk itu guru
harus lebih teliti dalam pembuatan setiap instrumen yang ada dalam
teknik penilaian.
b. Aspek yang kedua Aspek ketrampilan pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam Materi tentang Alqur‟an dengan praktek hafalan surat
yang ditentukan, dalam tahap selanjutnya penilaiannya mengacu pada
rubrik penilaian. Untuk instrumen dalam portofolio merupakan
kumpulan dari berbagai tugas dengan membuat karya ilmiah tindak
kekerasan dalam kehidupan sehari-hari mencari data-data yang
berkaitan baik secara individu dan kelompok meliputi solusi, hikmah.
Biasanya dilakukan secara individual dikarenakan lebih otentik
dibandingkan dengan kelompok.
c. Khusus pelaksanaan portofolio dilaksanakan berdasarkan bab tertentu.
kekurangan dalam portofolio Sulit cari referensi di sekolah, solusinya
dengan mencari diperpustakaan yang lebih besar atau download.
d. Untuk aspek yang terakhir Aspek Sikap untuk penilaian dengan jurnal
berupa pernyataan yang dinilai oleh guru semisal kehadiran ada batas
minimal, peserta didik disarankan meninggalkan kelas dalam bentuk
ijin ada surat meninggalkan kelas, juga ada tanda tangan dari guru
mapel disertai dengan alasan.
e. Dalam aspek penilaian teman sejawat yang ditemukan dilapangan
kurang sesuai, dikarenakan peserta didik dalam menilai temannya
59

biasanya seenaknya, jadi guru harus lebih detail dan jelas apa saja yang
dinilai dan sedang dinilai.
5. Penelitian Elliza Delviana (2019) yang berjudul Implementasi Penilaian
Autentik pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Negeri Bandar
Lampung menunjukkan bahwa setelah penerapan Penilaian Autentik di
MTs Negeri Bandar Lampung mengidentifikasi dan menentukan indicator
Pembelajaran, memilih suatu tugas autentik, menyusun instrumen
penilaian dan menciptakan rubrik. Ada tiga kompetensi yang harus
dilakukan yaitu Kompetensi sikap, kompetensi Pengetahuan dan
kompetensi Ketrampilan. Pada Kompetensi sikap penilaian yang
diterapkan berupa observasi, untuk kompetensi pengetahuan menggunakan
teknik dan instrumen penilaian tertulis, penugasan dan lisan. Disamping
itu guru aqidah akhlak menerapkan penggunaan penilaian lisan dengan
melakukan pretest untuk menilai hafalan Alqur‟an dan Hadist peserta
didik. Sedangkan untuk kompetensi keterampilan menggunakan teknik
dan instrumen unjuk kerja berupa presentasi kelompok.
6. Penelitian Izar Maulana Burhanudin (2020) dengan judul Penerapan
Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di MTs NU
Raudhatul Muallimin Wedung Demak menunjukkan:
1. Penerapan Kurikulum 2013 di MTs NU Raudlatul Muallimin sudah
dilakukan meskipun dalam pelaksanaan penerapan dilakukan dengan
cara bertahap per-angkatan dan pada pembelajaran tahun ini sudah
menerapkan kurikulm 2013 disemua angkatan. Bentuk dukungan
penerapan kurikulum 2013 sudah dilakukan dengan mengikut sertakan
guru dalam pelatihan kurikulum 2013 dan mengadakan sosialisasi
penerapan kurikulum 2013 serta sekolah juga mempersiapkan
adminstrasi dan fasilitas pendukung dalam pembelajaran kurikulum
2013 meskipun ada kekurangan dalam fasilitas.
2. Penerapan penilaian autentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
MTs NU Raudlatul Muallimin sudah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan kurikulum 2013 meskipun terdapat kendala dan
kebingungan oleh guru dalam proses pelaksanaanya. Pada revisi
kurikulum 2013 pada tahun 2016 peraturan menteri pendidikan dan
60

kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang standar


penilaian pendidikan, pada penilaian kompetensi sikap guru tidak
melakukannya, hanya melakukan observasi secara langsung di dalam
kelas dan di luar kelas tanpa membuat instrumen penilaian, sehingga
penilaiannya tidak dimasukkan kedalam raport peserta didik. Guru
lebih ditekankan pada penilaian kompetensi pengetahuan dan
ketrampilan.
3. Persiapan penilaian autentik yang dilakukan guru mata pelajaran
bahasa Indonesia pada kompetensi pengetahuan yaitu guru
mempersiapan indikator penilaian, menjabarkan indikator telah dibuat
dari hasil belajar peserta didik atau RPP, membuat kisi-kisi, membuat
soal dan kuci jawaban, menentukan sistem penilaian, menyiapkan
daftar hadir ujian dan daftar penilaian, melakukan evaluasi
pembelajaran materi yang akan dinilai, mentukan waktu pelaksanaan
penilaian. Sehingga penilaian dapat mencapai kompetensi yang telah
ditentukan.
4. Pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia
pada kompetensi pengetahuan menggunakan teknik tes tulis, tes lisan,
dan penugasan dalam pelaksanaannya dilakukan untuk mengukur
kemampuan pengetahuan peserta didik dengan teknik dan instrumen
yang telah dibuat oleh guru seperti ulangan harian (UH), penilaian
tengan semester (PTS), dan ujian akhir semester (UAS). Apabila tidak
mencapai kompetensi yang telah ditentukan, maka akan dilakukan
remedial dan melakukan pengayaan materi. Pelaksanaan penilaian
keterampilan pada penilain kinerja yaitu menerapkan pengetahuan
dengan cara mempersentasikan didepan kelas secara trampil. Penilaian
portofolio merupakan penilaian sekumpulan karya peserta didik yang
tersusun secara sitematis pada kurun waktu satu semester, peserta didik
menyimpan hasil karya dan tugas-tugas yang telah peserta didik
kerjakan.
5. Pelaporan penilaian autentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
dilakukan guru pada penilaian kompetensi pengetahuan, dan
keterampilan dalam bentuk nilai dengan KKM yang sudah disepakati.
61

Setelah guru-guru selesai melakukan penilaian pengetahuan dan


keterampilan, guru akan mendapatkan hasil penilaian dengan begitu
guru melakukan pencatat penilaian pada buku pedoman penilaian,
selanjutnya guru memberikan/menginformasikan hasil penilaian pada
peserta didik dibarengi dengan umpan balik (feed back) pada peserta
didik. Selanjutnya, Setelah mendapatkan hasil penilaian guru akan
melakukan pelaporan kepada pihak-pihak terkait sehingga dapat
dijadikan sebagai motivasi bagi peserta didik agar dalam pembelajaran
dapat mengikuti dengan baik.
62

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
dengan fenomenologi, hal itu didasarkan pada maksud untuk mendeskripsikan
perilaku informan yaitu terkait dengan Implementasi Penilaian Autentik
Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Gunungsitoli sesuai situasi sosial yang ada. Menurut Bogdan dan Taylor dalam
Moleong bahwa penelitian kualitatif menghasilkan deskripsi/uraian berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku para aktor yang dapat diamati dalam
suatu situasi sosial.54 Dalam konteks ini peneliti berusaha memahami
Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli. Dalam menafsirkan data atas
makna perilaku informan maka digunakan penafsiran fenomenologi dengan
pola maksud, tujuan dan pemaknaan.

B. Latar Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli
dengan para kepala madrasah dan guru madrasah sebagai subjek penelitiannya.
Pemilihan tempat ini didasarkan atas pertimbangan kemudahan dalam
memperoleh data, peneliti lebih memfokuskan pada masalah yang akan diteliti
karena lokasi penelitian dekat dengan peneliti dan sesuai dengan kemampuan,
baik waktu dan juga keterbatasan dana.

C. Sumber data
Subjek penelitian ini diarahkan pada pencarian data. Pencarian data
dimulai dari unsur kepala madrasah sebagai informan kunci (key informant)
dengan menggunakan snow –ball sampling (bola salju). Pencapaian data akan
dihentikan manakala tidak ada lagi variasi data yang muncul atau ke
permukaan atau mengalami kejenuhan (naturation). Jadi jumlah informan

54
L.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1989), h. 52
63

penelitian ini tidak ditentukan secara pasti tergantung pada tingkat keperluan
data yang diperlukan.
Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Sumber data primer yang berarti bahwa data diperoleh dari
informan yang mengetahui secara jelas dan rinci tentang masalah
yang sedang diteliti dengan menggunakan wawancara. Informan
yang dijadikan sebagai data primer adalah:
1. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.
2. Waka kurikulum, sebagai pelaku aktif dalam pengembangan
kurikulum di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.
3. Guru bidang studi khususnya bidang studi Aqidah akhlak
b. Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur
maupun tertulis atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
penelitian pada saat studi kepustakaan.

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam metode penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen
utama (key instrument) dengan berpegang pada dua pertanyaan pokok
penelitian ini: 1) Bagaimanakah proses penilaian autentik dalam pembelajaran
Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli?, dan 2)
Bagaimanakah analisis hasil penilaian autentik dalam mata pelajaran Akidah
Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli?. Dengan demikian,
kedua pertanyaan penelitian ini menjadi fokus dalam pengumpulan data
lapangan. Pengumpulan data selanjutnya bergerak dari fokus yang tercermin
dalam kedua pertanyaan penelitian itu.
Sementara itu hakikat peneliti sebagai instrumen kunci diaplikasikan
dalam penggunaan teknik pengumpulan data kualitatif yang terdiri dari:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi yang berkaitan dengan
implementasi penilaian autentik pada mata pelajaran akidah akhlak di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli. Wawancara baik yang
terstruktur maupun yang tidak terstruktur dilakukan terhadap para
informan. Proses wawancara dilakukan dalam lima tahapan: (1)
64

menentukan informan yang akan diwawancarai, (2) mempersiapkan


kegiatan wawancara sifat pertanyaan, alat bantu, menyesuaikan waktu dan
tempat, membuat janji, (3) langkah awal, menentukan fokus permasalahan,
membuat pertanyaan-pertanyaan pembuka (bersifat terbuka dan
terstruktur), dan mempersiapkan catatan sementara, (4) pelaksanaan
melakukan wawancara sesuai dengan persiapan yang dikerjakan, dan (5)
menutup pertemuan. Dalam kesempatan ini peneliti akan melakukan
wawancara dengan beberapa informan yang terlibat dalam kegiatan
Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung dalam situs
penelitian, dimulai dengan rentang pengamatan yang bersifat umum atau
luas, kemudian terfokus pada permasalahan dan penyebab baik situs utama
yakni informan atau ruang, peralatan yang terlibat secara langsung dalam
kegiatan pengawasan madrasah.
Pada tahap awal pengumpulan data, fokus penelitian masih melebar
dan belum tampak jelas, sedangkan observasi masih bersifat umum dan
luas. Setelah fokus semakin jelas maka peneliti menggunakan observasi
yang lebih berstruktur untuk mendapatkan data yang lebih spesifik.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis observasi tak
berstuktur, yaitu observasi tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa
yang akan diobservasi. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung
dan mencatat hal-hal yang diperlukan. Dalam hal ini, peneliti melihat secara
langsung keberadaan dan kegiatan yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 2 Gunungsitoli, berkenaan dengan penilaian autentik. Penulis
mengamati implementasi penilaian autentik pada mata pelajaran akidah
akhlak.
3. Dokumen.
Adapun dokumentasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah suatu
tulisan atau catatan yang berupa laporan, arsip, atau catatan lain, tidak
dipersiapakan secara khusus untuk merespon permintaan peneliti. Dokumen
yang tergolong sumber informasi dalam penelitian ini antara lain
65

menyangkut peraturan-peraturan, kelengkapan madrasah atau hal-hal


lainnya yang dianggap mendukung penelitian ini. Data yang berasal dari
studi dokumentasi ini untuk selanjutnya dikelompokkan pada temuan umum
maupun khusus dalam penelitian ini.
Dokumen merupakan catatan kejadian yang sudah lalu. Dokumen
bisa berbentuk gambar, tulisan, dan karya-karya dari sesorang. Untuk
memperoleh gambaran dari pemahaman mendalam, peneliti akan
mengumpulkan semua dokumen seperti RPP, format penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan serta berbagai dokumen lainnya yang
bertujuan untuk menganalisis dokumen secara mendalam dan secara rinci
dari penelitian yang ditemukan.
Penggunaan ketiga teknik pengumpulan data di atas didukung
dengan menggunakan alat bantu berupa audio record, dan kamera foto.
Akan tetapi tidak ada penggunaan secara khusus, satu dan lainnya saling
melengkapi.

E. Teknik Analisis Data


Bagian yang sangat penting dalam penelitian salah satunya adalah
menganalisis data. Karena analisis data digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah yang ditemukan. Dalam hal ini, Peneliti menggunakan teknik
analisis data deskriptif kualitatif yaitu dengan menguraikan dan mengumpulkan
data dengan kata-kata yang bertujuan untuk memudahkan dalam
menggambarkan keadaan yang terjadi dan bisa dipahami oleh masyarakat
umum.
Dalam penelitian kualitatif analisis data secara umum dibagi menjadi
tiga tingkat; analisis pada tingkat awal, analisis pada saat pengumpulan data
lapangan, dan analisis setelah selesai pengumpulan data.55 Esensi analisis data
dalam penelitian kualitatif adalah mereduksi data, karena dalam penelitian
kualitatif data dikumpulkan harus mendalam dan mencukupi sesuai fokus dan
tujuan penelitian.

55
Huberman, A.M. & Miles, M.B. “Data Management and Analysis Methods”. In
Denzin N.K. and Lincoln Y.S. (eds). (1994). Handbook of Qualitative Research (New Delhi:
Sage Publications, 1994), h. 132
66

1. Analisis Pada Tingkat Awal


Tahap awal analisis data dimulai sejak pengembangan desain
penelitian kualitatif. Pengembangan desain pada dasarnya untuk
mempersiapkan reduksi data, semua langkah pada fase ini merupakan
rancangan untuk mereduksi data, memilih kerangka konseptual, membuat
pertanyan-pertanyaan penelitian, memilih dan menentukan informan,
penentuan kasus, dan instrumentasi. Kegiatan di atas berfungsi untuk
mengarahkan dan memfokuskan ruang lingkup penelitian. Pada tahap ini
analisis dilakukan untuk memilih dan memperjelas variabel-variabel,
hubungan-hubungan, serta memperhatikan pemilihan kasus-kasus lain.
Upaya ini disebut dengan kerja kreatif peneliti kualitatif. Oleh karena itu,
desain kualitatif senantiasa dapat diperbaiki.
Dalam proses penelitian ini dimulai dengan merumuskan latar
belakang masalah, menegaskan fokus, pertanyaan penelitian, tujuan serta
manfaat penelitian, sampai kepada penulisan acuan teoretis dan metodologi
penelitian. Untuk itu, data awal sudah mulai dikumpulkan dari studi
pendahuluan dengan berkunjung dan mengamati berbagai objek serta
aktivitas yang berhubungan dengan Implementasi Penilaian Autentik Dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Gunungsitoli.

2. Analisis Data Pada Saat Pengumpulan Data


Dalam penelitian kualitatif, analisis data berlangsung sejak awal
pengumpulan data sampai selesai. Dengan membawa surat permohonan izin
penelitian dari Direktur Pascasarjana UIN Sumatera Utara kepada Kepala
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli, selanjutnya peneliti
mengumpulkan data. Adapun proses analisis data pada saat pengumpulan
data terdiri dari: 1) kegiatan dimulai dari proses penelusuran data dengan
teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi, 2) data atau informasi
yang diperoleh diidentifikasi satuan analisisnya dan alternatif kategori yang
mungkin untuk satuan analisis itu, dan 3) satuan analisis atau alternatif
kategori itu diuji keabsahannya melalui triangulasi, memperhatikan
kemungkinan adanya kasus negatif dan kasus ekstrim. Apabila data yang
67

diperoleh sudah dianggap jenuh, selanjutnya data didokumentasikan ke


dalam kartu-kartu kode satuan analisis atau kartu kategori. Semua kegiatan
ini dilakukan secara terstruktur dan terdokumentasi.
Analisis data tahap pengumpulan data dilakukan dengan cara
mencatat data hasil wawancara, hasil observasi, dan studi dokumentasi pada
buku atau lembaran catatan lapangan. Kemudian peneliti mengelompokkan,
menggolongkan data/informasi yang diperoleh dalam satu fokus tertentu
sesuai jumlah fokus penelitian. Data dari kepala madrasah dan guru
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli, serta pihak-pihak lain yang
dianggap dapat memberikan jawaban atas masalah penelitian dihubungkan
dan diuraikan sehingga benar-benar tidak ada lagi variasi data.

3. Analisis Data Akhir


Data atau informasi yang diperoleh dari lokasi penelitian akan
dianalisis secara kontiniu setelah dibuat catatan lapangan untuk menemukan
tema budaya mengenai Implementasi Penilaian Autentik Dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Gunungsitoli. Analisis data dalam penelitian kualitatif bergerak secara
induktif yaitu data/fakta dikategorikan menuju ke tingkat abstraksi yang
lebih tinggi, melakukan sistesis dan mengembangkan teori bila diperlukan.
Setelah data dikumpulkan dari lokasi penelitian melalui wawancara,
observasi dan dokumen maka dilakukan pengelompokan dan pengurangan
yang tidak penting. Setelah itu dilakukan analisis penguraian dan penarikan
kesimpulan tentang makna perilaku dari kepala madrasah maupun guru,
serta pihak-pihak lain yang dianggap dapat memberikan jawaban atas
masalah penelitian yang berhubungan dengan fokus penelitian. Pada
mulanya data yang didapat dari informan sesuai dari sudut pandang
informan/responden (emic). Peneliti mendeskripsikan apa yang diungkapkan
oleh subjek penelitian yang dikelompokkan berdasarkan fokus, tanpa
disertai pendapat peneliti. Selajutnya data yang sudah dipaparkan sesuai
sudut pandang peneliti dianalisis dan kemudian dikemukakan tema budaya
atau makna perilaku informan oleh peneliti (etic). Untuk itu data yang
68

didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif


model interaktif dari Miles dan Huberman yang terdiri dari: 56
a. Reduksi Data
Reduksi data digunakan untuk untuk memilah hal-hal pokok sesuai
dengan fokus penelitian. Hal ini dilakukan karena banyak data dari masing-
masing informan yang tidak relevan dengan fokus penelitian sehingga perlu
dikurangi.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
mengungkapkan hal-hal yang penting, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak dibutuhkan dan mengorganisasikan data agar lebih
sistematis sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan yang bermakna. Adapun
data yang telah direduksi akan dapat memberikan gambaran yang lebih
tajam tentang Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah
Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses pemberian sekumpulan informasi
yang sudah disusun yang memungkinkan untuk penarikan kesimpulan.
Proses penyajian data ini adalah mengungkapkan secara keseluruhan dari
sekelompok data yang diperoleh agar mudah dibaca. Penyajian data dapat
berupa matriks, grafik, jaringan kerja dan lainnya. Dengan adanya penyajian
data maka peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi dalam kancah
penelitian dan apa yang akan dilakukan peneliti dalam mengantisipasinya.
Penyajian data sebagai gambaran dari hasil pengamatan di lapangan.
Dalam penelitian kualitatif data disajikan dalam bentuk naratif.
c. Kesimpulan
Data penelitian pada pokoknya berupa kata-kata, tulisan dan tingkah
laku sosial para aktor yang terkait dengan Implementasi Penilaian Autentik
Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Gunungsitoli. Kesimpulan pada awalnya masih longgar namun kemudian
meningkat menjadi lebih rinci dan mendalam dengan bertambahnya data
dan akhirnya kesimpulan merupakan suatu konfigurasi yang utuh.

56
Ibid, h. 136.
69

F. Teknik Pencermatan Keabsahan Data


Untuk memperkuat kesahihan data hasil temuan dan keotentikan
penelitian, maka peneliti mengacu kepada penggunaan standar keabsahan data
yang disarankan oleh Lincoln & Guba, yang terdiri dari creadibility,
tranferability, dependability dan comfirmability.57

1. Krebilitas (credibility)
Adapun usaha untuk membuat lebih terpercaya (credible) proses,
interpretasi dan temuan dalam penelitian ini yaitu dengan cara:
a. Keterikatan yang lama dengan yang diteliti dalam berhubungan dengan
Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak
di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli, dilaksanakan dengan
tidak tergesa-gesa sehingga pengumpulan data dan informasi tentang
situasi sosial dan fokus penelitian akan diperoleh secara sempurna,
b. Ketekunan pengamatan terhadap manajemen peningkatan mutu kinerja
pengawas madrasah untuk memperoleh informasi yang sahih,

c. Melakukan triangulasi (triangulation), yaitu informasi yang diperoleh


dari beberapa sumber diperiksa silang dan antara data wawancara dari
Kepala madrasah maupun guru, serta pihak-pihak lain yang dianggap
dapat memberikan jawaban atas masalah penelitian, kemudian data
wawancara dengan data pengamatan dan dokumen. Dalam hal ini
triangulasi atau pemeriksaan silang terhadap data yang diperoleh dapat
dilakukan dengan membandingkan data wawancara dengan data
observasi atau pengkajian dokumen yang terkait dengan aktivitas
Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak
di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli yang telah berlangsung
selama ini.

d. Mendiskusikan dengan teman sejawat yang tidak berperan serta dalam


penelitian, sehingga penelitian akan mendapat masukan dari orang lain,

57
Lincol, Y.S and Guba, E.G, Naturalistic Inquiry (New Delhi: Sage Publication, 1985),
h. 123
70

e. analisis kasus negatif yaitu menganalisis dan mencari kasus atau


keadaan yang menyangggah temuan penelitian, sehingga tidak ada lagi
bukti yang menolak temuan penelitian.
Kasus di sini menjadi kekuatan atau satuan analisis dalam
pengumpulan data baik dalam satu kasus maupun berbagai kasus, bahkan
sub kasus. Dalam pengumpulan data kasus-kasus ini menjadi fokus
sekaligus satuan analisis (mencakup satuan sosial, fisik dan waktu atau
rangkaian waktu). Adapun kasus-kasus dalam penelitian ini dibedakan atas
kasus utama, kasus negatif dan kasus ekstrim.
Keberadaan kasus utama adalah kasus-kasus yang menjadi perhatian
utama. Kreteria utama penentuan kasus adalah informasi penting yang
diperlukan dan sesuai dengan fokus serta dapat digunakan sebagai satuan
analisis atas kasus terpilih. Informasi-informasi yang diperoleh dari kasus
utama ini merupakan data induk, data yang harus diperiksa lagi
keabsahannya melalui kasus negatif atau kaidah-kaidah keabsahan lainnya.
Kasus negatif adalah kasus-kasus yang memunculkan data tidak
mendukung data utama, data yang diperoleh sebelum dan sesudahnya.
Peneliti secara sungguh-sungguh mengamati ada atau tidaknya kasus
negatif pada setiap kasus yang diperhatikan. Dalam pengumpulan data kasus
negatif ini digunakan untuk mencapai tingkat kepercayaan tinggi data dan
hasil penelitian.
Adapun kasus ekstrim merupakan kasus yang berada di luar kasus
yang diperlihatkan. Peneliti juga secara sungguh-sungguh mengidentifikasi
kasus yang berada pada dua bagian sebagai kasus ekstrim. Dalam penelitian
ini kasus ekstrim dipilah atas dua tipe, yaitu situasi, sesuatu yang seharusnya
ada pada situasi tertentu dimana dalam penelitian ini situasi yang
diperhatikan adalah situasi yang turut mempengaruhi Implementasi
Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli hal ini dapat berupa kebijakan dari
kementerian agama, maupun kebijakan lain yang mengikat dan bias
informan, sesuatu yang diingkari kebenarannya oleh informan keduanya
ditinjau atas dasar nilai positif dan negatif.
71

Dalam proses pengumpulan dan analisis data peneliti mengenai


Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli dengan memperhatikan kasus-
kasus negatif dan ekstrim bertujuan agar bukti-bukti yang diperoleh benar-
benar dapat dipercaya. Mekanismenya terpadu dalam proses pengumpulan
data.

2. Keteralihan (transferability)
Penelitian Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran
Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli diharapkan
mendapat gambaran yang jelas mengenai latar (situasi) yang berhubungan
dengan fokus penelitian yaitu manajemen kepala madrasah dan situasi yang
dianggap turut mempengaruhinya baik itu berhubungan dengan kebijakan,
ketentuan organisasi maupun hal-hal lain yang dianggap relepan dengan
upaya Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah
Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli.

3. Dapat dipercaya atau dapat dipegang kebenarannya (dependability)


Peneliti mengusahakan konsistensi dalam keseluruhan proses
penelitian ini agar dapat memenuhi persyaratan yang berlaku. Semua
aktivitas penelitian mengenai Implementasi Penilaian Autentik Dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli
harus ditinjau ulang terhadap data yang telah diperoleh dengan
memperhatikan konsistensi dan dapat dipertanggungjawabkan baik itu
dokumen, hasil wawancara maupun hasil observasi yang telah dilaksanakan
sebelumnya.

4. Dapat dikonfirmasikan (confirmability)


Data harus dapat dipastikan keterpercayaannya atau diakui oleh
banyak orang (objektivitas) sehingga kualitas data dapat dipertanggung
jawabkan sesuai spektrum, fokus dan latar alamiah penelitian yang
dilakukan mengenai Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran
Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli. Oleh karena
itu selama proses pengumpulan data hingga laporan penelitian ini harus
jelas sumber yang digunakan.
72

BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Temuan Umum
1. Sekilas Tentang Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kota Gunungsitoli
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kota Gunung Sitoli beralamat di Jalan
Arah Nias Utara Km. 10 Olora Kecamatan Gunung Sitoli Utara Kota
Gunungsitoli Provinsi Sumatera Utara. Kualifikasi jenjang Akreditasi yang
dimiliki MIN 2 Kota Gunungsitoli sudah berstatus Baik (B) yang ditetapkan
berdasarkan SK Nomor 704/BAP-SM/LL/XII/2012.
2. Visi, Misi, Indikator dan Target MIN 2 Kota Gunungsitoli
Setiap madrasah tentunya memiliki visi dan misi yang diharapkan
mampu dicapai secara maksimal.
a. Visi
Terwujudnya Madrasah yang unggul dalam prestasi cerdas, terampil dan
berakhlak mulia”
b. Misi MIN 2 Kota Gunungsitoli yaitu:
1) Menyiapkan guru yang berprestasi dan profesional
2) Meningkatkan anak didik yang berprestasi
3) Menciptakan anak yang cerdas dan terampil
4) Menciptakan anak yang berakhlak mulia
5) Melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran sesuai dengan
kemajuan teknologi
c. Indikator yang dituntut untuk mencapai visi dan misi tersebut di
antaranya:
1) Guru harus punya Pendidikan S1 dan Sertifikasi, dengan
melaksanakan PAIKEM
2) Siswa punya daya saing, cerdas, dan terampil
3) Mampu meningkatkan nilai UN dan UAM serta dapat melanjutkan
kejenjang MTs/SLTP.
4) Memiliki keterampilan sesuai bakat dan minatnya dalam menatap
kemajuan teknologi
73

5) Dapat menjadi tauladan dalam kehidupan sehari–hari, baik


dilingkungan keluarga, maupun masyarakat.
d. Target yang diharapkan adalah:
1) Tamatan MIN 2 Kota Gunungsitoli dapat melanjutkan kesekolah yang
lebih tinggi dengan nilai prestasi yang baik
2) Tamatan MIN 2 Kota Gunungsitoli mempunyai keterampilan yang
sesuai dengan bakatnya
3) Tamatan MIN 2 Kota Gunungsitoli menjadi contoh dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat
4) Pendidik/Tenaga Kependidikan bekerja Profesional sesuai bidang
masing-masing.
3. Keadaan Fisik dan Lingkungan MIN 2 Kota Gunungsitoli
MIN 2 Kota Gunungsitoli didesain dengan bangunan berlantai 1.
Bangunan yang ada terdiri dari bangunan utama terdapat 1 ruang kepala
madrasah, 1 ruang bendahara dan TU, 1 ruang galeri dan UKS, 1 ruang guru
dan 7 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan. Kondisi fisik bangunan sebagian
berupa bangunan permanen dan sebagian lainnya berupa bangunan semi
permanen dan dalam kondisi fisik baik. Bangunan fisik MIN 2 Kota
Gunungsitoli walaupun terkesan kecil ternyata sangat bermanfaat dan dapat
menjalankan kegiatan akademik, kokurikuler dan ekstrakurikuler madrasah.
MIN 2 Kota Gunungsitoli dikelilingi oleh bangunan pemukiman
penduduk, dengan bangunan yang permanen. Keadaan masyarakat di sekitar
merupakan golongan menengah ke bawah, dan beberapa terkategori
golongan atas. Di halaman gedung pertama terdapat sebuah Pendopo Baca
yang digunakan para siswa untuk membaca buku-buku yang disediakan
pada waktu senggang seperti pada saat istirahat. Pada bagian depan
madrasah terdapat jalan raya yang tidak begitu ramai dilalui kendaraan
karena merupakan jalan anternatif, baik pengendara sepeda motor maupun
mobil. Pada lantai dasar bangunan kedua, terdapat sebuah lapangan yang
digunakan sebagai tempat melaksanakan upacara, olah raga, dan tempat
bermain bagi para siswa.
4. Keadaaan Siswa, Tenaga Pendidik dan Kependidikan MIN 2 Kota
Gunungsitoli
74

Siswa merupakan sentral dalam proses pembelajaran. Siswalah yang


menjadi pokok persoalan dan sebagai tujuan perhatian dalam proses belajar-
mengajar. Mengenai keadaan siswa/ siswi yang mengecap pendidikan di
MIN 2 Kota Gunungsitolisesuai dengan data yang diperoleh sebagai berikut:
Tabel 1
Keadaan Siswa MIN Medan Barat TP. 2020 / 2021
Jumlah
No Kelas Laki - laki Perempuan
Siswa
1 Kelas I 79 46 125
2 Kelas II 43 36 79
3 Kelas III 46 48 94
4 Kelas IV 34 42 76
5 Kelas V 45 41 86
6 Kelas VI 41 33 74
Jumlah 288 248 534

Beradasarkan data di atas kepercayaan masyarakat terhadap MIN 2


Kota Gunungsitoli cukup tinggi, sebagaimana terlihat setiap tahun jumlah
siswa/siswi yang belajar di madrasah ini semakin meningkat.
Selanjutnya dari observasi peneliti, di MIN 2 Kota
Gunungsitolisaat ini memiliki tenaga pendidik / guru dan tenaga
kependidikan / TU sebanyak 34 orang.
Tabel 2
Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan TP. 2020/ 2021

Tingkat Jenis Kelamin NON Jumlah


PNS
Pendidikan PNS
Laki-laki Perempuan
S2 1 2 3 - 3
S1 10 20 26 5 31
D III - - - - -
DII - - - - -
75

SMU - - - - -
JLH 11 22 29 5 34

Sesuai dengan tuntutan kompetensi dan profesionalisme, guru yang


ada di MIN 2 Kota Gunungsitoli, semuanya sudah memiliki latar belakang
pendidikan sarjana strata satu (S1), bahkan ada beberapa yang sudah
menyelesaikan jenjang pendidikan srata dua (S2) dan satu orang sedang
mengikuti pendidikan program S2 di UIN Sumatera Utara. Namun guru
yang memiliki sertifikat sertifikasi baru 26 orang (PNS) dan 5 orang (Non
PNS), sedang 3 orang (PNS) sampai saat ini belum tersertifikasi.
5. Keadaan Sarana dan Prasarana MIN 2 Kota Gunungsitoli
Sarana dan prasarana dalam suatu lembaga pendidikan penting sekali
untuk diperhatikan karena merupakan penunjang dalam proses
pembelajaran, baik kegiatan ko-kurikuler maupun ekstra-kurikuler.
Tabel 3
Keadaan Sarana dan Prasarana
No Sarana Jumlah Keterangan
1 Ruang Kepsek 1 Baik
2 Ruang Tata Usaha/ Bendahara 1 Baik
3 Ruang Belajar 7 Baik
4 Ruang Perpustakaan 1 Baik
5 Ruang UKS 1 Baik
6 Ruang Praktek Komputer 1 Baik
7 Kamar Mandi 4 Baik
8 Gudang 1 Baik

6. Jadwal Kegitan Ekstra Kurikuler MIN 2 Kota Gunungsitoli


Salah satu daya tarik agar MIN 2 Kota Gunungsitoli diminati
masyarakat karena madrasah ini telah melaksanakan berbagai kegiatan
ekstra kurikuler. Kegiatan ini merupakan kerjasama dengan pengurus
komite yang ada. Berikut jadwal kegiatan ektra kurikuler tersebut:
76

Tabel 4
Jadwal Kengiatan Ekstra / Pengembangan Diri
No Kengiatan Hari Tempat
1 Bola Kaki Sabtu L.Bola Lrg. 6
2 Nasyid Jum‟at MIN 2 Kota Gunungsitoli
3 Komputer Selasa Lab. Komputer
4 Pramuka Sabtu L. MIN 2 Kota Gunungsitoli
5 Dokter Kecil Rabu MIN 2 Kota Gunungsitoli
6 Dram Band Sabtu L. MIN 2 Kota Gunungsitoli
7 Tahfiz Kamis MIN 2 Kota Gunungsitoli
8 Seni Tari Kamis MIN 2 Kota Gunungsitoli

B. Temuan Khusus
1. Proses Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli
Hasil wawancara dengan guru guru Akidah Akhlak terkait penilaian
autentik ini didapatkan informasi sebagai berikut:
Penilaian memegang peran yang sangat penting dalam pembelajaran.
Penilaian berfungsi sebagai tagihan untuk tercapai atau tidaknya kegiatan
belajar mengajar.
Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaiannya,
yang dikenal dengan penilaian autentik. Dalam penilaian autentik, guru
dituntut menilai dengan benar. Selain itu, penilaian autentik juga merupakan
penilaian yang memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk
menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya.
Pada tahap penilaian, guru mata pelajaran Akidah Akhlak
mengarahkan pada indikator pencapaian kompetensi yang telah ditentukan
dalam silabus. Format penilaian memuat aspek ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Dalam pelaksanaan penilaian autentik untuk mata pelajaran Akidah
Akhlak Kelas IV, guru memang sedikit mengalami kesulitan, mengingat
77

penilaian harus meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta


didik. Meskipun demikian, kesulitan tersebut bisa teratasi.
Terkait dengan Bagaimana pelaksanaan penilaian autentik yang
dilaksanakan berdasarkan prosedur yang telah direncanakan dalam RPP,
berikut hasil wawancara peneliti dengan guru aqidah akhlak:
Pelaksaannya penilaian autentik untuk mata pelajaran aqidah
akhlak terkadang terlaksana sesuai rencana dan terkadang juga
tidak, dilihat dari situasi dan kondisi saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Secara garis besar, sebelum melaksanakan penilaian,
tentu saja saya harus merencanakan penilaian apa yang akan saya
ambil, misalnya ketika materinya tentang akhlak terpuji, saya akan
lihat sedalam apa materinya, kemudian saya lihat juga
ketersediaan bukunya, selanjutnya saya tentukan apakah aspek
kognitif, afektif atau psikomotor yang akan saya nilai saat itu,
kemudian baru saya tentukan instrument apa yang cocok untuk
materi tersebut. Dan sesudah penilaian autentik biasanya saya
berikan remedial atau pengayaan bagi peserta didik yang rendah dan
yang tinggi nilainya.58

Sementara untuk penilaian aspek kognitif guru Aqidah Akhlak


menjelaskan:
Dalam melaksanakan penilaian mata pelajaran Aqidah Akhlak
aspek kognitif, biasanya dilakukan selama proses pembelajaran dan
bersifat berlangsung. Dalam ranah ini, saya menggunakan tes tulis,
tes lisan, dan tugas. Tugas-tugas tersebut seperti siswa disuruh
mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), memberikan Pekerjaan
Rumah (PR), ulangan harian yang dilakukan secara periodik setelah
satu materi pokok disampaikan, serta mengadakan ulangan umum
semester.59

Sedangkan untuk penilaian afektif:


Selain menekankan pada sikap siswa, penilaian juga saya lakukan
dengan cara mengamati kedisiplinan, sopan santun siswa selama di
sekolah, kehadiran, kerjasama dengan teman dalam menyelesaikan
tugas, serta kerapian siswa. Dari tiap-tiap komponen tersebut, guru
memberikan nilai sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa. Nilai
yang diberikan berupa angka yang memiliki simbol misalnya, 1
kurang, 2 cukup, 3 baik, 4 sangat baik.

Untuk penilaian aspek psikomotorik:


Sebenarnya digunakan untuk mengukur perubahan sikap peserta
didik dan kemampuan dalam mengaplikasikan jenis keterampilan
58
Wawancara dengan guru Aqidah Akhlak, Hasan Jamil Telaumbanua, S.Pd.I
59
Ibid.
78

tertentu. Pada mata pelajaran Akidah Akhlak, penilaian aspek


psikomotorik ini dilakukan dengan menggunakan tes praktik,
proyek, dan portofolio. Penilaian praktik merupakan penilaian yang
meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan
mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan.60

Pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas untuk tes praktik ini
dilakukan misalnya pada saat praktik kejujuran dan kedisiplinan. Pada materi
ini penilaian praktik dianggap lebih autentik daripada tes tertulis karena apa
yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Untuk penilaian proyek, guru mata pelajaran Akidah Akhlak memberikan
suatu tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik, baik secara individu
maupun kelompok dalam waktu atau periode tertentu. Sedangkan untuk
penilaian portofolio, pada dasarnya guru menilai karya-karya siswa secara
individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode
tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik.
Hasil penelusuran pada dokumen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dimiliki guru Akidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli terlihat hal-hal yang terkait penilaian
autentik sebagaimana yang dikemukakan guru bidang studi ada dan
terdokumen dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumen yang dikemukakan
di atas tergambar bahwa pelaksanaan penilaian autentik mata pelajaran
Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli dilakukan pada
awal pembelajaran, selama pembelajaran, dan setelah pembelajaran
berlangsung. Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran Akidah Akhlak
ini dilakukan secara terpadu. Penilaian ini dilakukan untuk mencapai
kompetensi dalam Kurikulum 2013, dengan kegiatan mengajar yang
mencakup tiga aspek penilaian yaitu, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik.
Proses penilaian autentik mata pelajaran Akidah Akhlak dilakukan
dengan menggunakan beberapa teknik penilaian yaitu tes tulis, tes lisan,
penugasan, praktik, proyek, portofolio, observasi, penilaian diri, penilaian

60
Ibid.
79

antar teman, dan jurnal guru. Teknik tes tulis, tes lisan, dan penugasan
dilakukan oleh guru untuk menilai kompetensi pengetahuan peserta didik. Tes
praktik, proyek, dan portofolio dilakukan oleh guru untuk menilai kompetensi
psikomotorik peserta didik. Sedangkan untuk menilai kompetensi afektif
peserta didik, guru menggunakan teknik penilaian diri, penilaian antar teman,
observasi, dan jurnal guru. Guru mata pelajaran Akidah Akhlak dalam proses
pembelajarannya tetap melakukan penilaian formatif dan sumatif serta tugas-
tugas terstruktur (LKS) yang diselenggarakan setelah selesai satu satuan
pelajaran. Sedangkan tes sumatif dilaksanakan pada akhir catur wulan atau
semester. Nilai-nilai tersebut dicatat dalam buku daftar nilai dan dicatat pula
dalam portofolio siswa.

2. Analisis Hasil Penilaian Autentik Mata Pelajaran Akidah Akhlak


Analisis hasil penilaian dilakukan oleh guru untuk mengetahui
seberapa berhasilkah siswa menguasai materi yang telah disampaikan guru.
Analisis yang dilakukan dengan cara guru mengamati hasil nilai yang telah
diperoleh peserta didik. Apabila ada peserta didik yang belum mencapai nilai
KKM, maka guru melakukan program tindak lanjut dengan mengadakan
remidi bagi peserta didik. Selain itu, bagi peserta didik yang sudah mampu
mencapai nilai KKM dilakukan kegiatan pengayaan.
Untuk tindak lanjut yang berupa remidi dilakukan pada kemampuan
kognitif siswa, yaitu dari hasil nilai kognitif siswa berupa hasil tugas-tugas
yang diberikan oleh guru, hasil pekerjaan rumah siswa, serta ulangan harian
yang dilakukan setiap akhir dari materi pokok.
Analisis hasil penilaian dilakukan pada keseluruhan hasil nilai selama
satu semester, serta pada setiap aspek. Analisis ini dilakukan untuk
menemukan sebagian peserta didik yang belum berhasil dalam kegiatan
belajar mengajar, sehingga dikaji kembali apakah instrumen penilaiannya
terlalu sulit, apakah sudah sesuai dengan indikator, atau apakah metode,
media, dan teknik yang digunakan kurang tepat.
Hasil penelusuran pada dokumen yang ada pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dimiliki guru Akidah Akhlak di Madrasah
80

Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli terlihat pada lembar lampiran, terdapat hasil


analis penilaian lengkap dari guru dan terdokumen dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil obsevasi menunjukkan bahwa
guru Akidah Akhlak melakukan analisis penilaian autentik untuk mata
pelajaran ini. Analisis hasil penilaian dilakukan oleh guru untuk mengetahui
seberapa berhasil siswa menguasai materi yang telah disampaikan guru.
Apabila ada peserta didik yang belum mencapai nilai KKM, maka guru
melakukan program tindak lanjut dengan mengadakan remidi bagi peserta
didik. Selain itu, bagi peserta didik yang sudah mampu mencapai nilai KKM
dilakukan kegiatan pengayaan. Untuk tindak lanjut yang berupa remidi
dilakukan pada kemampuan kognitif siswa, yaitu dari hasil nilai kognitif
siswa berupa hasil tugas-tugas yang diberikan oleh guru, hasil pekerjaan
rumah siswa, serta ulangan harian yang dilakukan setiap akhir dari materi
pokok. Di samping itu juga, analisis hasil penilaian dilakukan pada
keseluruhan hasil nilai selama satu semester, serta pada setiap aspek. Analisis
ini dilakukan untuk menemukan sebagian peserta didik yang belum berhasil
dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga dikaji kembali apakah instrumen
penilaiannya terlalu sulit, apakah sudah sesuai dengan indikator, atau apakah
metode, media, dan teknik yang digunakan kurang tepat.

C. Pembahasan Penelitian
Dalam mengimplementasikan penilaian autentik kurikulum 2013
dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak tidak jauh berbeda dengan mata
pelajaran yang lainnya. Dalam setiap mata pelajaran penilaian autentik lebih
mengarah pada penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dalam penilaian sikap ada empat poin yang dinilai, yaitu: observasi,
percaya diri, teman, dan jurnal guru. Dari empat poin tersebut memiliki proses
penilaian tersendiri. Sedangkan dalam penilaian pengetahuan ada empat poin
yang dinilai, yaitu: ulangan harian, tugas, ulangan tengah semester, dan
ulangan akhir semerter. Dalam penilaian keterampilan ada tiga poin yang
harus dinilai, yaitu praktik, portofolio, dan project. Semua penilaian dan poin-
poin penilaian di atas masuk dalam hasil belajar peserta didik. Sehingga dalam
81

laporan hasil akhir angka-angka penilaian dan deskripsi penilaian menjadi


penting untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Dalam pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 guru dibuat
lebih aktif karena kurikulum 2013 serta penilaiannya berbeda dengan
kurikulum KTSP. Di mana dalam penilaian autentik kurikulum 2013
mengarah pada sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian tersebut lebih
ditekankan dalam keaktifan peserta didik untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran, karena pada setiap langkah dan perbuatan peserta didik akan
menjadi portofolio sendiri dalam penilaian guru, menjadikan para peserta
didik lebih hati-hati dalam proses pembelajaran.
Dalam implementasinya proses penilaian autentik sedikit rumit
dikarenakan semuanya memakai data online dalam implementasinya, serta
kurangnya pelatihan, workshop, dan informasi tentang penilaian autentik
kurikulum 2013. Deskripsi penjelasan setiap model penilaiannya berperan
penting dalam penilaian autentik, guru juga kesulitan dalam penilaian portofolio
di mana semua peserta didik dinilai dalam waktu yang bersamaan dengan
waktu jam pelajaran yang begitu singkat atau dinamakan kelas gemuk. Lambat
laun penilaian autentik menjadi terbiasa oleh guru karena sudah terbiasa,
sehingga memudahkan para guru menilai peserta didik sesuai peran aktif, sikap dan
pengetahuannya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Dengan demikian, peserta didik tidak akan jenuh dalam proses
pembelajaran, dikarenakan penilaian autentik menggunakan model
pembelajaran scientific. Peserta didik lebih aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran sehingga pada akhirnya bisa dilihat dari sikap serta hasil belajar
peserta didik yang lebih baik.
Dalam implementasinya penilaian autentik kurikulum 2013 lebih
menekankan pada tiga kompetensi, yaitu kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Pada kompetensi sikap
penilaiannya melalui obser vasi, penilaian diri, penilaian antar peserta
didik (peer evaluation), jurnal dan wawancara. Kelima teknik penilaian
tersebut berjalan dengan baik dalam implementasinya, karena didukung dengan
peran aktif serta perilaku para peserta didik dan pendidik baik dalam kelas
maupun di luar kelas.
82

Penilaian kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan


penugasan. Ketiga teknik penilaian tersebut berjalan dengan sa ngat baik,
karena dengan teknik penilaian tersebut pendidik dapat mengetahui
kemampuan serta kecerdasan para peserta didik dalam mencermati dan
memahami mata pelajaran yang telah diajarkan oleh pendidik.
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian unjuk
kerja, penilaian bentuk proyek, penilaian bentuk portofolio, dan penilaian
bentuk produk. Keempat penilaian tersebut berjalan dengan baik, karena
dalam implentasinya para peserta didik lebik aktif dan kreatif dalam
mengembangkan tugas-tugas yang diberikan oleh pendidik, baik tugas dalam
kelas maupun tugas yang dikerjakan di rumah.
Dengan penyajian data di atas, antara teori penilaian autentik kurikulum
2013 dengan implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 sudah berjalan
dengan baik meskipun kedepannya diperlukan inovasi agar lebih sempurna.
Banyak faktor yang mendukung implementasi kurikulum 2013 baik yang
bersangkutan dengan pendidik maupun yang bersangkutan dengan peserta
didik. Sedangkan faktor penghambatnya kurangnya pelatihan dan workshop yang
dilakukan oleh departemen pendidikan nasional.
Pembahasan penelitian ini dilakukan untuk memberi penjelasan dari
hasil penelitian ini.
Temuan pertama penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
penilaian autentik mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 2 Gunungsitoli dilakukan pada awal pembelajaran, selama
pembelajaran, dan setelah pembelajaran berlangsung.Penilaian yang
dilakukan dalam pembelajaran Akidah Akhlak ini dilakukan secara terpadu.
Penilaian ini dilakukan untuk mencapai kompetensi dalam Kurikulum 2013,
dengan kegiatan mengajar yang mencakup tiga aspek penilaian yaitu, aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Proses penilaian autentik
mata pelajaran Akidah Akhlak dilakukan dengan menggunakan beberapa
teknik penilaian yaitu tes tulis, tes lisan, penugasan, praktik, proyek,
portofolio, observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal guru.
Temuan ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
83

perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta


didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan
atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar
dikuasai dan dicapai.61 Penilaian nyata (authentic assessement) menilai
pengetahuan dan keterampilan (performance) yang diperoleh siswa. Penilaian
tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Karakteristik
penilaian nyata (authentic assessment) sebagai berikut: a) Dilaksanakan
selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; b) Bisa digunakan
untuk formatif atau sumatif; c) Yang diukur keterampilan dan performansi,
bukan mengingat fakta; d) Berkesinambungan; dan e) Terintegrasi, dan
dapat digunakan sebagai feedback. Sedangkan prinsip yang harus diterapkan
dalam penilaian autentik adalah sebagai berikut: a) Penilaian autentik
mengacu pada ketercapaian standar nasional (didasarkan pada indikator) dan
b) Penilaian autentik harus menyeimbangkan tiga ranah. Penilaian yang
dilakukan cukup member cakupan terhadap aspek pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) secara seimbang. 62
Penilaian sikap merupakan penilaian yang digunakan seorang guru
unutk menilai perilaku pesrta didik saat pembelajaran berlangsung atau di luar
kelas. Penilaian sikap mengacu pada KI-1 tentang spiritual dan KI-2 tentang
sikap sosial. Penilaian pengetahuan pada KI-3 dilakukan untuk mengukur
penguasaan peserta didik yang mencakup dimensi pengetahuan faktual,
prosedural, konseptual dan metakognisi dalam berbagai tingkatan proses
berfikir. Sedangkan penilaian keterampilan (KI-4) dilakukan dengan teknik
penilaian kinerja, penilaian proyek dan portofolio.Ketiga aspek tersebut
menjadi acuan dalam penilaian secara imbang. Tidak menitik beratkan pada
salah satu aspek saja. Rublik penilaian menggambarkan penilaian yang
digunakan berdasarkan indikator yang digunakan di jabarkan secara rinci
dalam rublik penialain, sehingga memudahkan guru dalam menilai dari ketiga
aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.

61
Penilaian otentik. http://akbar-iskandar.blogspot.com/2011/05/penilaian-otentik.html,
diakses tal 29 Oktober 2013.
62
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik (Jakarta:
Prenada, 2009), h 119.
84

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan


ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013, karena
penilaian/asesemen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil
belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada
tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik.
Karenanya, penilaian authentiksangat relevan dengan pendekatan tematik
terpadu dalam pembelajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk
mata pelajaran yang sesuai.
Penilaian autentik terdiri atas berbagai teknik penilaian. Pertama,
pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan
hasil jangka panjang pendidikan, seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua,
penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan
kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk
menghasikan respons peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang ada.63 Lebih lanjut di tegaskan bahwa karakteristik
penilaian otentik menurut Santoso adalah sebagai berikut:
a. Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran.
b. Penilaian mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata.
c. Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode
yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
d. Penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua
aspek dari tujuan pembelajaran.64
Nurhadi mengemukakan bahwa karakteristik authentic assesment
adalah sebagai berikut:
a. Melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience)
b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
c. Mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi yang diukur
keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta

63
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2014), h. 388-392.
64
Penilaian otentik. http://akbar-iskandar.blogspot.com/2011/05/penilaian-otentik.html,
diakses tanggal 29 Oktober 2021.
85

d. Berkesinambungan
e. Terintegrasi
f. Dapat digunakan sebagai umpan balik
g. Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas
Ringkasnya, penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang
menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara
bermakna, yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.
Penilaian autentik menekankan kemampuan pembelajar untuk
mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna.
Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan
yang telah diketahui pembelajar, melainkan kinerja secara nyata dari
pengetahuan yang telah dikuasai. Tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur
berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di
dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan.
Misalnya, penugasan kepada pembelajar untuk membaca berbagai teks
aktual-realistik, menulis topik-topik tertentu sebagaimana halnya di
kehidupan nyata, dan berpartisipasi konkret dalam diskusi atau bedah buku,
menulis untuk jurnal, surat, atau mengedit tulisan sampai siap cetak. Dalam
kegiatan itu, baik materi pembelajaran maupun penilaiannya terlihat atau
bahkan memang alamiah. Jadi, penilaian model ini menekankan pada
pengukuran kinerja, doing something, melakukan sesuatu yang merupakan
penerapan dari ilmu pengetahuan yang telah dikuasai secara teoretis.
Penilaian autentik lebih menuntut pembelajar mendemonstrasikan
pengetahuan, keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau
produk. Siswa tidak sekedar diminta merespon jawaban seperti dalam tes
tradisional, melainkan dituntut untuk mampu mengkreasikan dan
menghasilkan jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan teoretis.
Penilaian autentik juga dapat dimaknai sebagai suatu proses evaluasi
yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran yang berupa produk-produk dan
kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa, pencapaian, prestasi,
motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu Penilaian autentik dianggap mampu
untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil belajar dari siswa karena
86

penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi juga proses
dan dengan berbagai cara. Gulikers, Bastiaens & Kirschner dalam Rizfsdli
menjelaskan bahwa penilaian autentik menuntut siswa untuk menggunakan
kompetensi yang sama atau mengkombinasikan pengetahuan, kemampuan,
dan sikap yang dapat mereka aplikasikan pada kriteria situasi dalam
kehidupan professional.65 Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran
berpusat pada siswa sebab pelaku belajar adalah siswa.
Penilaian autentik memiliki beberapa sifat dan manfaat bagi peserta
didik. Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh asesmen otentik adalah sebagai
berikut:
a. Berbasis kompetensi yaitu penilaian yang mampu memantau kompetensi
siswa
b. Individual, dapat secara langsung mengukur kemampuan individu
c. Berpusat pada siswa, karena direncanakan, dilakukan dan dinilai oleh
siswa sendiri, mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan individu dan
juga kekurangannya
d. Tak terstruktur dan open-ended, penyelesaian tugas-tugas otentik tidak
bersifat uniformed dan klasikal. Juga kinerja yang dihasilkan tidak harus
sama antar individu di suatu kelompok atau kelas.
e. Terintegrasi dengan proses pembelajaran, sehingga siswa tidak selalu
dalam situasi tes yang menegangkan
f. Berkelanjutan, oleh karena itu penilaian harus secara langsung
dilaksanakan pada saat proses pembelajaran.
Selain itu juga, manfaat asesmen otentik bagi para peserta didik.
Dalam hal ini manfaat asesmen otentik bagi peserta didik adalah sebagai
berikut:
a. Menunjukkan secara lengkap seberapa baik pemahaman terhadap materi
akademik
b. Menunjukkan dan memperkuat kompetensi-kompetensi seperti
pengumpulan informasi, pemanfaatan sumber penanganan teknologi dan
pemikaran sistematik

65
Rizfadli. 2009. Asesmen Otentik. http://rizfadli.blogspot.com/2009/12/asesmen-
otentik.html. diakses pada tanggal 31 Oktober 2021.
87

c. Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka, dunia mereka


maupun masyarakat yang lebih luas
d. Meningkatkan keterampilan berfikir tinggi seperti analisis, sintesis,
identifikasi permasalahan, menemukan solusi, serta mengikuti hubungan
sebab-akibat
e. Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan-pilihan.
f. Menghubungkan mereka dengan orang lain, termasuk berkolaborasi dalam
tugas
g. Belajar mengevaluasi tingkat kinerja mereka sendiri.
Sedangkan manfaat penilaian autentik bagi para peserta didik. Dalam
hal ini manfaat asesmen otentik bagi peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Menunjukkan secara lengkap seberapa baik pemahaman terhadap materi
akademik
b. Menunjukkan dan memperkuat kompetensi-kompetensi seperti
pengumpulan informasi, pemanfaatan sumber penanganan teknologi dan
pemikaran sistematik
c. Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka, dunia mereka
maupun masyarakat yang lebih luas
d. Meningkatkan keterampilan berfikir tinggi seperti analisis, sintesis,
identifikasi permasalahan, menemukan solusi, serta mengikuti hubungan
sebab-akibat
e. Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan-pilihan.
f. Menghubungkan mereka dengan orang lain, termasuk berkolaborasi dalam
tugas
g. Belajar mengevaluasi tingkat kinerja mereka sendiri.
Temuan penelitian ini juga menemukan bahwa proses penilaian
autentik mata pelajaran Akidah Akhlak dilakukan dengan menggunakan
beberapa teknik penilaian yaitu tes tulis, tes lisan, penugasan, praktik, proyek,
portofolio, observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal guru.
Teknik tes tulis, tes lisan, dan penugasan dilakukan oleh guru untuk menilai
kompetensi pengetahuan peserta didik. Tes praktik, proyek, dan portofolio
dilakukan oleh guru untuk menilai kompetensi psikomotorik peserta didik.
Sedangkan untuk menilai kompetensi afektif peserta didik, guru
88

menggunakan teknik penilaian diri, penilaian antar teman, observasi, dan


jurnal guru. Guru mata pelajaran Akidah Akhlak dalam proses
pembelajarannya tetap melakukan penilaian formatif dan sumatif serta tugas-
tugas terstruktur (LKS) yang diselenggarakan setelah selesai satu satuan
pelajaran. Sedangkan tes sumatif dilaksanakan pada akhir catur wulan atau
semester. Nilai-nilai tersebut dicatat dalam buku daftar nilai dan dicatat pula
dalam portofolio siswa.
Temuan ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Daryanto yang
menegaskan bahwa penilaian autentik terdiri atas: penilaian kinerja, evaluasi
diri, esai, proyek dan portofolio.66
1. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus.
Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis
kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang
dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh
peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat,
fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial
yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keerampilan
peserta didik yang akan diamati. Pengamatan atas kinerja peserta didik
perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat
pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa
peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat
mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi,
bercerita, dan wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai
keterampilan berbicara dimaksud. Untuk mengamati kinerja peserta didik
dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi
perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi. Ada beberapa cara
berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:

66
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Gava
Media, 2014), h. 115.
89

a. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau


tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang
harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
b. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan
cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh
masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan
tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi
standar yang ditetapkan.
c. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan
menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik
sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.
d. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan
cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa
membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk
menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara
seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.
2. Evaluasi diri
Evaluasi diri adalah suatu cara untuk melihat kedalam diri sendiri. Melalui
evaluasi diri peserta didik dapat melihat kelebihan maupun
kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan
perbaikan (improvement goal). Dengan demikian, peserta didik lebih
bertanggungjawab terhadap proses dan pencapaian tujuan belajarnya.

3. Esai
Esai menghendaki peserta didik untuk mengorganisasikan, merumuskan,
dan mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti peserta didik tidak
memilih jawaban, akan tetapi memberikan jawaban dengan kata-katanya
sendiri secara bebas. Tes esai dapat digolongkan menjadi dua bentuk,
yaitu tes esai jawaban terbuka (extended-response) dan jawaban terbatas
(restricted-response) dan hal ini tergantung pada kebebasan yang
diberikan kepada peserta didik untuk mengorganisasikan atau menyusun
ide-idenya dan menuliskan jawabannya. Pada tes esai bentuk jawaban
90

terbuka atau jawaban luas, peserta didik mendemonstrasikan


kecakapannya untuk:
a. menyebutkan pengetahuan faktual,
b. menilai pengetahuan faktualnya,
c. menyusun ide-idenya, dan
d. mengemukakan idenya secara logis dan koheren.
Sedangkan pada tes esai jawaban terbatas atau terstruktur, peserta didik
lebih dibatasi pada bentuk dan ruang lingkup jawabannya, karena secara
khusus dinyatakan konteks jawaban yang harus diberikan oleh peserta
didik. Esai terbuka/tak terstruktur merupakan bentuk asesmen otentik. Tes
esai memiliki potensi untuk mengukur hasil belajar pada tingkatan yang
lebih tinggi atau kompleks. Butir tes esai memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menyusun, menganalisis, dan mensintesiskan ide-ide,
dan peserta didik harus mengembangkan sendiri buah pikirannya serta
menuliskannya dalam bentuk yang tersusun atau terorganisasi. Kelemahan
esai adalah berkaitan dengan penskoran. Ketidakkonsistenan pembaca
merupakan penyebab kurang objektifnya dalam memberikan skor dan
terbatasnya reliabilitas tes.
4. Penilaian proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan olehpeserta didik menurut periode /
waktu tertentu. penyelesaian tugas di maksud berupa investigasi yang
dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan
demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman,
mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain. Selama mengerjakan sebuah
proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk
mengaplikasikan sikap, keterampilan dan pengetahuannya. Karena itu,
pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan
perhatian khusus dari guru, yaitu: a) Keterampilan peserta didik dalam
memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan
menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis
laporan; b) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan
91

pengembangan sikap, keterampilan, pengetahuan yang dibutuhkan oleh


peserta didik; c) Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran
yang dikerjakan atau dihasilakn oleh peserta didik. Penilaian proyek
berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek. Dalam kaitan
ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan
rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen
daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan
dalam bentuk poster atau tertulis. Produk akhir dari sebuah proyek sangat
mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah
proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara
holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas
kemampuan peserta didik menghasilkan produk. Penilaian secara analitik
merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan
produk tertentu. penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau
kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
5. Penilaian portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara
perseorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi
peserta didik, dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. Penilaian
portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu. informasi tersebut dapat berupa
karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil
tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata
pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya
peserta didik secara individu kelompok pada satu periode pembelajaran
tertentu. penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh
92

peserta didik sendiri.67 Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui


perkembangan atas kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya
mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi
musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/literatur, laporan penelitian,
sinopsis dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan atau peserta didik
dapat melakukan perbaikan sesuai tuntutan pembelajaran. Penilaian
portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut
ini:
a. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio
b. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang
akan dibuat
c. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau dibawah
bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran
d. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya
e. Guru menilai portofolio pserta didik dengan kriteria tertentu
f. Jika memungkinkan, guru bersama peserat didik membahas bersama
dokumen portofolio yang dihasilkan.
g. Guru memberi umpan balik pada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.
Atas dasar argumen di ataslah menjadi pembeda yang sangat
kentara antara penilaian autentik dengan penilaian tradisional. Penilaian
tradisional (PT) ini mengacu pada forced-choice ukuran tes pilihan ganda,
fill-in-the-blank, true-false, menjodohkan dan semacamnya yang telah
digunakan dalam pendidikan umumnya. Tes ini memungkinkan
distandarisasi atau dikreasi oleh guru. Mereka dapat mengatur setingkat
lokal, nasional atau secara internasional. Latar belakang penilaian autentik
dan tradisional adalah suatu kepercayaan bahwa misi utama sekolah/
madrasah adalah untuk membantu mengembangkan warganegara yang
produktif. Itu adalah intisaridari misi yang sering dengarkan.

67
Ibid., h. 120-121.
93

Dari permulaan umum ini, muncul dua perpektif pada penilaian


yang berbeda/menyimpang. Esensi penilaian tradisional didasarkan pada
filosofi bidang pendidikan yang mengadopsi pemikiran yang berikut: (1).
Suatu misi sekolah adalah untuk mengembangkan warganegara produktif,
(2) Untuk menjadi warganegara produktif setiap orang harus memiliki
suatu kopetensi tertentu dari pengetahuan dan ketrampilan (3) Oleh karena
itu sekolah harus mengajarkan kopetensi ketrampilan dan pengetahuan ini:
(4) Untuk menentukan kopetensi itu sukses, kemudian sekolah menguji
para siswa, untuk melihat apakah mereka memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan.
Di dalam penilaian tradisional, kurikulum memandu penilaian.
Kompetensi pengetahuan ditentukan lebih dulu. Pengetahuan itu menjadi
kurikulum yang ditransferkan. Sesudah itu penilaian dikembangkan dan
diatur untuk menentukan jika suatu saat kurikulum tersebut
diterapkan.Kontras dengan penilaian autentik yang mendasarka pada
alasan praktek berikut: (1) Suatu misi sekolah adalah untuk
mengembangkan warga negara produktif, (2) Untuk menjadi warga negara
yang produktif, seseorang harus mampu untuk melakukan
/menyelenggarakan tugas yang bermakna di dalam dunia yang nyata; (3)
Oleh karena itu, sekolah harus membantu para siswa menjadi pandai untuk
melakukan /menyelenggarakan tugas yang mereka hadapi ketika mereka
lulus; (4) Untuk menentukan kompetensi itu sukses, (5) kemudian sekolah
meminta para siswa untuk melaksanakan tugas penuh arti yang replicate
dengan dunia nyata dalam menghadapi tantangan, untuki melihat para
siswa adalah mampu untuk melakukannya.68
Berikut ini dikemukakan juga perbandingan antara penilaian
autentik (PA) dan penilaian tradisional (PT) menurut Frazee dan
Rudnitski, Mueller, dan Corebima:

68
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia (Bandung: Kaifa, 2013 ), h. 155.
94

Penilaian Tradisional (PT)


a. Periode waktu khusus
b. Mengukur kecakapan tingkat rendah
c. Menerapkan driil dan kecakapan
d. Memiliki perspektif sempit
e. Mengungkap fakta
f. Menggunakan standar kelompok
g. Bertumpu pada ingatan
h. Hanya satu solusi yang benar
i. Mengungkap kecakapan
j. Mengajar untuk ujian
Penilaian Autentik (PA)
a. Waktu ditentukan oleh guru dan siswa
b. Mengukur kecakapan tingkat tinggi
c. Menerapkan strategi-strategi kritis dan kreatif
d. Memiliki perspektif menyeluruh
e. Mengungkap konsep
f. Menggunakan standar individu
g. Bertumpu pada internalisasi
h. Solusi yang benar banyak / banyak cara selesaikan
i. Mengungkap proses
j. Mengajar demi kebutuhan69

Selain itu perlu menjadi catatan bersama, pentingnya penerapan


penilaian otentik dalam semuan kegiatan pembelajaran termasuk
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dikarenakan pertimbangan tiga hal,
Pertama, Penekanan pada proses dan produk (hasil). Penilaian
otentik mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Dengan
demikian seluruh tampilan di dalam rangkaian kegiatan pembelajaran
dapat dinilai secara objektif, apa adanya, dan tidak semata-mata hanya

69
Rofiques, Penilaian Autentik pada proses Belajar,
http://rofiquez.wordpress.Com/2013/07/04/penilaian-autentik-pada-proses-dan-hasil-belajar/
diakses tanggal 30 Oktober 2021.
95

berdasarkan hasil akhir (produk) saja. Sejak pertama kali pengajar bertemu
dengan para peserta belajar, hendaknya penilaian sudah mulai dilakukan
hingga penilaian itu ditutup pada pertemuan terakhir. Amat banyak kinerja
siswa yang ditampilkan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
sehingga penilaiannya haruslah dilakukan selama dan sejalan dengan
berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran. Penekanan pada proses dan
produk dapat dikombinasikan terhadap tiga perspektif penilaian otentik
sebagaimana telah diuraikan di atas.
Kedua, Penekanan pada kondisi. Penilaian otentik juga ramah
terhadap kondisi kelas. Penilaian yang dilakukan harus selaras dan sesuai
dengan situasi di dalam kelas secara nyata. Penekanan kondisi juga
dikombinasikan terhadap tiga perspektif penilaian otentik. Latar belakang
agama, suku, ras, budaya, dan latar belakang sosial lain harus menjadi
pertimbangan yang kuat dari seorang pengajar (penilai) untuk membuat
proses penilaian dan merumuskan keputusan-keputusan.
Ketiga, Penekanan pada konteks figuratif. Penilaian otentik
menekankan suatu konteks yang bersifat lambang atau kiasan. Yang
dimaksud dengan lambang atau kiasan adalah dimana penilaian otentik
ditekankan sebagai prototipe permasalahan dunia nyata yang dibawa ke
dalam kelas. Kejadian-kejadian besar di luar sekolah/ madrasah yang
memberikan aspek-aspek penting dapat di „capture‟ oleh seorang pengajar
di dalam melakukan proses penilaian pembelajaran.
Temuan kedua penelitian ini menunjukkan bahwa analisis hasil
penilaian dilakukan oleh guru untuk mengetahui seberapa berhasil siswa
menguasai materi yang telah disampaikan guru. Apabila ada peserta didik
yang belum mencapai nilai KKM, maka guru melakukan program tindak
lanjut dengan mengadakan remidi bagi peserta didik. Pengajaran remedial
adalah upaya guru (dengan atau tanpa bantuan pihak lain) untuk menciptakan
suatu situasi (kembali/bari/berbeda dari yang biasa) yang memungkinkan
individu atau kelompok siswa dengan karakteristik tertentu lebih mampu
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi
kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, melalui kegiatan berencana,
96

terorganisasi dan terkontrol.70 Pengajaran remedial ini merupakan bentuk


pengajaran yang bersifat kuratif (penyembuhan) atau perbaikan (korektif).71
Tujuan pengajaran remedial: 1) Tujuan Umum: untuk membantu peserta didik
mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
berdasarkan kurikulum yang berlaku, dan 2) Tujuan khusus: Agar peserta
didik dapat: a) memahami prestasi belajarnya sendiri sehingga bisa mengenali
kelemahannya sendiri dalam mempelajari materi, b) memperbaiki atau
mengubah cara belajar yang lebih baik, c) memilih materi dan fasilitas belajar
secara tepat, d) mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong
tercapainya hasil belajar yang lebih baik, e) melaksanakan tugas-tugas belajar
yang diberikan kepadanya, setelah mereka mampu mengatasi hambatan-
hambatan yang menjadi penyebab kesulitan belajarnya, dan f)
72
mengembangkan sikap dan kebiasaan baru dalam belajar.
Selain itu, bagi peserta didik yang sudah mampu mencapai nilai
KKM dilakukan kegiatan pengayaan. Program pengayaan merupakan bagian
penting dalam proses pembelajaran. Pada konteks Kurikulum 2013, program
pengayaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka pencapaian
tujuan nasional. Di dalam Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa
setiap satuan pendidikan dituntut untuk memiliki kriteria ketuntasan
minimal.Kriteria Ketuntasan Minimal inilah yang selanjutnya menjadi
indikator terhadap hasil capaian pembelajaran. Peserta didik yang dinyatakan
memiliki kemampuan di bawah standar atau belum mencapai KKM
membutuhkan program remedial. Sedangkan peserta didik yang telah
mencapai ketuntasan atau memiliki kemampuan di atas KKM membutuhkan
program pengayaan. Secara umum, pemberian program pengayaan bertujuan
untuk memperkaya pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik
kelompok cepat, sehingga mereka memiliki penguasaan lebih mendalam
terhadap materi pelajaran dan kompetensi yang dipelajari.

70
Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran
Modul. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 45.
71
Trianto Ibnu Badar at–Taubany, Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di Madrasah
(Jakarta: Kencana, 2017), h. 360.
72
Ibid., h. 365.
97

Pelaksanaan program pengayaan dapat dilakukan melalui cara-cara


berikut:
a. Belajar Kelompok
Belajar kelompok adalah sekelompok peserta didik yang memiliki minat
tertentu diberikan tugas untuk memecahkan permasalahan, membaca di
perpustakaan terkait dengan KD yang dipelajari pada jam pelajaran
sekolah atau di luar jam pelajaran sekolah. Pemecahan masalah yang
diberikan kepada peserta didik berupa pemecahan masalah nyata. Selain
itu, secara kelompok peserta didik dapat diminta untuk menyelesaikan
sebuah proyek atau penelitian ilmiah.
b. Belajar Mandiri
Belajar Mandiri adalah secara mandiri peserta didik belajar mengenai
sesuatu yang diminati, menjadi tutor bagi teman yang membutuhkan.
Kegiatan pemecahan masalah nyata, tugas proyek, atau pun penelitian
ilmiah juga dapat dilakukan oleh peserta didik secara mandiri jika kegiatan
tersebut diminati secara individu.
c. Pembelajaran Berbasis Tema
Pembelajaran berbasis tema adalah pembelajaran dengan cara memadukan
kurikulum di bawah tema besar, sehingga peserta didik dapat mempelajari
hubungan antar berbagai disiplin ilmu.
d. Pemadatan Kurikulum
Pemadatan kurikulum dilakukan dengan memberikan pembelajaran hanya
pada bagian materi yang belum diketahui peserta didik. Dengan demikian
akan tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh materi baru atau
bekerja proyek secara mandiri sesuai kapasitasnya.
Untuk tindak lanjut yang berupa remidi dilakukan pada
kemampuan kognitif siswa, yaitu dari hasil nilai kognitif siswa berupa
hasil tugas-tugas yang diberikan oleh guru, hasil pekerjaan rumah siswa,
serta ulangan harian yang dilakukan setiap akhir dari materi pokok.Hal ini
menunjukkan bahwa proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 menitik
beratkan pada perubahan pola pikir. Perubahan itu berpengaruh pada
sistem penilaian sehingga lahirlah lima karakteristik penilaian kurikulum
2013 yang wajib dikuasai oleh tenaga pendidik dalam melaksanakan
98

penilaian terhadap anak didiknya. Kelima karakteristik penilaian tersebut


adalah:
1) Belajar Tuntas
Ketuntasan belajar merupakan pencapaian minimal dari kompetensi
setiap muatan pelajaran yang harus dikuasai peserta didik dalam kurun
waktu belajar tertentu. Ketuntasan aspek sikap (KI-1 dan KI-2)
ditunjukkan dengan perilaku baik peserta didik. Jika perilaku peserta
didik belum menunjukkan kriteria baik maka dilakukan pemberian
umpan balik dan pembinaan sikap secara langsung dan terus
menerussehingga peserta didik menunjukkan perilaku baik.
Ketuntasan belajar aspek pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4)
ditentukan oleh satuan pendidikan. Peserta didik yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kesempatan untuk perbaikan (remedial
teaching), dan peserta didik tidak diperkenankan melanjutkan
pembelajaran kompetensi selanjutnyasebelum kompetensi tersebut
tuntas. Kriteria ketuntasan dijadikan acuan oleh pendidik untuk
mengetahui kompetensi yang sudah atau belum dikuasai peserta didik.
Melalui caratersebut pendidik mengetahui sedini mungkin kesulitan
peserta didik sehingga pencapaian kompetensi yang kurang optimal
dapat segera diperbaiki.
2) Otentik
Penilaian dilakukan untuk mengukur kompetensi secara holistik.
Aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan dinilai secara bersamaan
sesuai dengan kondisi nyata. Penilaian dilaksanakan untuk mengetahui
pencapaian kompetensi peserta didik yang dikaitkan dengan situasi
nyata bukan dunia sekolah. Oleh karena itu dalam melakukan penilaian
digunakan berbagai bentuk dan teknik penilaian. Penilaian otentik
tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi
lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta
didik.
3) Berkesinambungan
Penilaian berkesinambungan dimaksudkan sebagai penilaian yang
dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan selama pembelajaran
99

berlangsung. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang


utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dengan
menggunakan berbagai bentuk penilaian.
4) Menggunakan bentuk dan teknik penilaian yang bervariasi
Penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan menggunkan berbagai
teknik penilaian yang sesuai dengan karakteristis kompetensi yang
akan diukur atau dinilai. Berbagai metode atau teknik penilaian dapat
digunkan seperti tes tertulis, tes lisan, penugasan, penilaian kinerja
(praktek dan produk), penilaian proyek, portofolio, dan pengamatan
atau observasi.
5) Berdasarkan acuan kriteria
Penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan menggunakan acuan
kriteria. Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap
kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap ketuntasan yang
ditetapkan. Kriteria ketuntasan ditetapkan oleh satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan dengan karakteristik peserta didik,
karakteristik mata pelajaran dan kondisi satuan pendidikan.73
Analisis hasil penilaian dilakukan pada keseluruhan hasil nilai
selama satu semester, serta pada setiap aspek. Analisis ini dilakukan untuk
menemukan sebagian peserta didik yang belum berhasil dalam kegiatan
belajar mengajar, sehingga dikaji kembali apakah instrumen penilaiannya
terlalu sulit, apakah sudah sesuai dengan indikator, atau apakah metode,
media, dan teknik yang digunakan kurang tepat.

D. Keterbatasan Penelitian
Sebagai manusia yang tak luput dari sifat silap dan lupa serta
memiliki kekurangan, menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih
memiliki keterbatasan-keterbatasan di antaranya:

73
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, (2016), Panduan Penilaian di Sekolah Dasar
(Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Kemendikbud RI), h. 8-9.
100

1. Instrumen yang dirancang dan disusun mungkin belum sempurna seperti


apa yang diharapkan untuk dapat menjawab seluruh permasalahan dalam
penelitian ini.
2. Keterbatasan pengetahuan, tenaga, waktu dan biaya juga merupakan faktor
yang turut mempengaruhi tidak optimalnya pelaksanaan penelitian
sehingga belum dapat mengungkap secara mendalam, utuh dan
menyeluruh tentang strategi komunikasi pengawas dalam meningkatkan
kemampuan profesionalisme guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Gunungsitoli.
3. Keterbatasan penelitian yang berasal dari responden, dimungkinkan tidak
memberikan tanggapan atau jawaban sebagaimana yang diharapkan, dan
kemungkinan terjadi bias dalam penelitian ini.
101

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan hasil
penelitian ini sebagai berikut:
1. Pelaksanaan penilaian autentik mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli dilakukan pada awal pembelajaran,
selama pembelajaran, dan setelah pembelajaran berlangsung. Penilaian yang
dilakukan dalam pembelajaran Akidah Akhlak ini dilakukan secara terpadu.
Penilaian ini dilakukan untuk mencapai kompetensi dalam Kurikulum 2013,
dengan kegiatan mengajar yang mencakup tiga aspek penilaian yaitu, aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Proses penilaian autentik
mata pelajaran Akidah Akhlak dilakukan dengan menggunakan beberapa
teknik penilaian yaitu tes tulis, tes lisan, penugasan, praktik, proyek,
portofolio, observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal guru.
2. Analisis hasil penilaian dilakukan oleh guru untuk mengetahui seberapa
berhasil siswa menguasai materi yang telah disampaikan guru. Apabila ada
peserta didik yang belum mencapai nilai KKM, maka guru melakukan
program tindak lanjut dengan mengadakan remidi dan pengayaan bagi
peserta didik.Analisis hasil penilaian juga dilakukan pada keseluruhan hasil
nilai selama satu semester, serta pada setiap aspek.

B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian, maka
disarankan:
1. Pengawas Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli diharapkan mampu
mengefektifkan komunikasi interpersonal dikalangan guru agar memiliki
disiplin kerja yang tinggi yang pada gilirannya dapat mendorong
peningkatan kemampuan profesionalisme dan kinerjanya untuk masa-masa
yang akan datang terutama terkait penguasaan penilaian autentik dan
analisisnya.
102

2. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli sebagai masukan dan


evaluasi untuk masa yang akan datang.
3. Kepada para guru mata pelajaran Akidah Akhlak dapat meningkatkan
kemampuan profesionalismenya dalam penyelenggaraan tugas dan
fungsinya untuk masa-masa yang akan datang.
Peneliti menyadari banyak keterbatasan dalam penelitian ini, baik ditinjau
dari penentuan fokus penelitian, waktu pengumpulan data, keterbatasan dalam
teknik pengumpulan data, penganalisaan data, dan keterbatasan dalam membuat
konstruksi penelitian maka diharapkan adanya penelitian selanjutnya yang lebih
mengembangkan dan memperdalam kajian dalam latar situs penelitian lain.
103

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al Qur‟an, Jakarta: Amzah,


2007

Arifin, Zaenal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,


2009

At- Taubany, TriantoIbnuBadar, Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di


Madrasah. Jakarta: Kencana, 2017.

Chatib Munif. Sekolahnya Manusia, Bandung : Kaifa, 2013.

Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, Yogyakarta: Gava


Media, 2014

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, Undang-Undang


dan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan, Jakarta: Departemen
Agama RI, 2006.

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Panduan Penilaian di Sekolah Dasar,


Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Kemendikbud RI, 2016.

Fadlillah, M. Implementasi Kurikulum 2013, Cet.1; Yogyakarta: AR-Ruzz Media,


2014.

Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum,Cet II; Bandung: Rosda-


karya, 2007.

Huberman, A.M. & Miles, M.B. “Data Management and Analysis Methods”. In
Denzin N.K. and Lincoln Y.S. (eds). (1994). Handbook of Qualitative
Research. New Delhi: Sage Publications, 1994.

Husamah dan Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian


Kompetensi, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013.

Ilyas, Yunahar, Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI. 2001.

Johnson, Elaine B., Contextual Teaching & Learning, Bandung: Mizan Learning
Center, 2009.

Khaeruddin, dkk, Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan, Yogyakarta: Pilar Media,


2007.
104

Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan Kurikulum 2013, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014

Kurniasih, Imas, dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsepdan


Penerapan, Surabaya: Kata Pena, 2014.

Makmun, Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem


Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi


Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar, Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Peraturan Menteri


Pendidikandan Kebudaayaan Republik Indonesia: No 70. Jakarta:
Permendikbud, 2013.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 1993.

Muhaimin. Dimensi-Dimensi Studi Islam. Surabaya: Karya Aditama. 2006.

Mulyasa, E., Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK,


Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:


Remadja Karya, 1988.

Rofiques, Penilaian Autentik Pada Proses Belajar, http :// rofiquez .


wordpress.Com /2013/07/04/ penilaian-autentik-pada-proses-dan-hasil-
belajar/ diakses tanggal 30 Okltober 2021.

Sanjaya, Wina, Kurikulumdan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2010.

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo


Persada,1996.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008.

Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta:


Bumi Aksara, 2009.
105

PEDOMAN WAWANCARA DAN CATATAN LAPANGAN UNTUK


PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI DALAM

RANGKA PENELITIAN

Judul :

IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI


MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 2

GUNUNG SITOLI

I. Wawancara dengan Kepala Madrasah

1. Sudah berapa lama bapak/Ibu menjabat sebagai Kepala MIN 2 Gunung Sitoli ini!
Mohon dijelaskan!
2. Apa yang menjadi visi dan misi dari MIN 2 Gunung Sitoli, mohon diceritakan!
3. Apakah di MIN 2 Gunung Sitoli ada komite madrasahnya, mohon
diceritakan!

4. Apakah MIN 2 Gunung Sitoli Menerapkan Kurikulum 2013, mohon


diceritakan!

5. Apakah MIN 2 Gunung Sitoli juga menerapkan penilaian autentik untuk


seluruh mata pelajaran yang ada, mohon diceritakan!

6. Bagaimana pelaksanaannya, mohon diceritakan!

7. Apakah setiap guru di MIN 2 Gunung Sitoli ini dapat melaksanakan penilaian
autentik ini, mohon diceritakan!

8. Apakah setiap guru di MIN 2 Gunung Sitoli ini juga melaksanakan analisis
penilaian autentik ini, mohon diceritakan!

9. Apakah setiap guru di MIN 2 Gunung Sitoli ini menerapkan kurikulum 2013
ini pada dokumen RPP nya, mohon diceritakan!

10. Apakah setiap guru di MIN 2 Gunung Sitoli ini juga melengkapai analisis
penilaian autentik ini di RPP mereka, mohon diceritakan!

II. Wawancara dengan Guru Akidah Akhlak

1. Sudah berapa lama bapak/Ibu menjadi guru Akidah Akhlak di MIN 2 Gunung Sitoli
ini! Mohon dijelaskan!
106

2. Apa yang menjadi visi dan misi dari MIN 2 Gunung Sitoli, mohon diceritakan!
3. Apakah di MIN 2 Gunung Sitoli ada komite madrasahnya, mohon
diceritakan!

4. Apakah MIN 2 Gunung Sitoli Menerapkan Kurikulum 2013, mohon


diceritakan!

5. Apakah MIN 2 Gunung Sitoli juga menerapkan penilaian autentik untuk


seluruh mata pelajaran yang ada, mohon diceritakan!

6. Bagaimana pelaksanaannya, mohon diceritakan!

7. Apakah bapak/ibu melaksanakan penilaian autentik ini, mohon diceritakan!

8. Apakah bapak/ibu juga melaksanakan analisis penilaian autentik ini, mohon


diceritakan!

9. Apakah bapak/ibu menerapkan kurikulum 2013 ini pada dokumen RPP nya,
mohon diceritakan!

10. Apakah bapak/ibu juga melengkapai analisis penilaian autentik ini di RPP
mereka, mohon diceritakan!

III. Data Catatan Lapangan

1. Sejarah Berdirinya MIN 2 Gunung Sitoli.


2. Data keadaan guru, pegawai dan siswa
3. Foto gedung dan sarana
4. Prestasi yang diperoleh guru maupun siswa
5. Dokumen-dokumen lain yang dianggap penting dan perlu sesuai dengan
kebutuhan penelitian.

Gunung Sitoli, 2021

Peneliti
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
PASCASARJANA
Jl. IAIN 1 Medan 20253 Telp. 061-4560271-8474458, Fax. (061) 8465290
Website: www.pascasarjana.uinsu.ac.id, Email: pascasarjana@uinsu.ac.id

Nomor : B.2034/PS.WD/PS.III/PP.00.9/12/2021 1 Desember 2021


Sifat : Biasa
Lamp. :-
Hal : Mohon Bantuan Informasi/
Data Untuk Penelitian

Kepada
Yth. : 1. Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Gunungsitoli
2. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Gunungsitoli
di-
Tempat

Dengan hormat, sehubungan dengan permohonan meneliti dari mahasiswa


yang tersebut dibawah ini dalam rangka penyusunan Tesis guna melengkapi
syarat untuk menyelesaikan gelar Magister pada Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara Medan, yaitu:

Nama : Aidirahman Tanjung


NIM : 3003194114
Program Studi : Pendidikan Islam
Judul Tesis : “Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran
Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Gunungsitoli”.

Sehubungan dengan itu, kami mohon bantuan saudara untuk memberikan


informasi/data yang diperlukan guna penyelesaian Tesis mahasiswa tersebut.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama yang baik kami
ucapkan terima kasih.

an. Direktur,
Wakil Direktur,

Dr. Phil. Zainul Fuad, MA


NIP. 196704231994031004

Tembusan:
Direktur Pascasarjana UIN Sumatera Utara Medan

Anda mungkin juga menyukai