Anda di halaman 1dari 10

Laporan Individu Kegiatan Field Lab

Blok Kulit

PELAKSANAAN KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN


EDUKASI POLA HIDUP BERSIH SEHAT
DI DUKUH MLOKOLEGI

Oleh :
Bety Nurhajat Jalanita
G0007045
Kelompok 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009

7
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Pelaksanaan Komunikasi, Informasi, dan


Edukasi Pola Hidup Bersih Sehat di
Dukuh Mlokolegi
2. Bidang Kegiatan : Field Lab
3. Pelaksana
a. Nama lengkap : Bety Nurhajat Jalanita
b. NIM : G0007045
c. Jurusan : Pendidikan Dokter
d. Universitas : Universitas Sebelas Maret Surakarta
e. Alamat : Jl. Ki Hajar Dewantara 61C, Kentingan,
Surakarta
4. Tempat Pelaksanaan : Puskesmas Kedawung II, Sragen
5. Waktu Pelaksanaan : Rabu, 11 dan 18 November 2009

Surakarta, 20 November 2009


Menyetujui,
Kepala Puskesmas Kedawung II,

dr. H. Joko Puryanto, M. Kes.


NIP 19661225 199903 1 004

7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
BAB II KEGIATAN YANG DILAKUKAN....................................................................... 3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................. 4
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 7
LAMPIRAN

7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat,
prilaku sehat, dan pelayanan kesehatan bermutu adil serta merata. Untuk dapat mencapai
Indonesia Sehat 2010, ditetapkan sebuah kebijakan nasional promosi kesehatan sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat 2010 (Manda, 2006).
Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi, dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina
suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya
untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri dalam tatanan
rumah tangga agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara, dan meningkatkan kesehatannya (Departemen Kesehatan RI, 2001).
Pola Hidup Bersih Sehat di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Jenis kegiatan PHBS di rumah tangga
meliputi berbagai bidang seperti gizi, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak (KIA)
serta keluarga berencana (KB), pemeliharaan kesehatan, gaya hidup sehat (GHS), obat dan
farmasi, dan sebagainya. Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga
dalam rumah tangga yang meliputi pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui,
anak dan remaja, usia lanjut, dan pengasuh anak (Departemen Kesehatan RI, 2001).
Untuk menilai rumah tangga sehat, digunakan 10 alat ukur (indikator) PHBS yang terdiri
dari 7 indikator PHBS dan 3 indikator GHS. Tujuh indikator PHBS yaitu pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI eksklusif, kepemilikan jaminan pemeliharaan
kesehatan, ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan
jumlah penghuni, dan lantai rumah bukan tanah. Tiga indikator GHS yaitu tidak merokok di
dalam rumah, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan makan buah dan sayur setiap hari
(Departemen Kesehatan RI, 2001).
Dengan melaksanakan PHBS di rumah tangga, setiap anggota keluarga akan meningkat
kesehatannya dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas, produktivitas kerja anggota
keluarga meningkat, pengeluaran biaya rumah tangga dapat difokuskan untuk pemenuhan gizi

7
keluarga, pendidikan, dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga. Visi Indonesia
Sehat 2010 akan dapat dicapai apabila telah tercapai secara keseluruhan Kabupaten/Kota
Sehat. Oleh karena itu, selain harus dikembangkan sistem kesehatan Kabupaten/Kota yang
merupakan subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional, harus ditetapkan pula kegiatan minimal
yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota (Departemen Kesehatan RI, 2002).
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa kedokteran dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kedokteran komunitas. Berdasarkan standar kompetensi
dokter, daftar masalah komunitas yang sering dijumpai adalah Pola Hidup Bersih Sehat
(PHBS). Oleh karena itu, mahasiswa perlu berlatih untuk menguasai kompetensi tersebut
melalui kegiatan field fab KIE PHBS.

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan dasar pelaksanaan KIE PHBS di masing-masing wilayah kerja Puskesmas
masing-masing kelompok mahasiswa
2. Merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS pada keluarga yang memiliki bayi
dan balita maupun pada keluarga yang tidak memiliki bayi dan balita di wilayah kerja
masing-masing Puskesmas (Tim Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,
2009).

7
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan laboratorium lapangan (field lab) kelompok 1 pada blok kulit dengan tema
KIE PHBS dilakukan di Puskesmas Kedawung II Sragen pada tanggal 11 dan 18 November
2009. Kegiatan hari pertama diawali dengan pengarahan dan penjelasan singkat dari dr. Djoko
Puryanto tentang program promosi kesehatan PHBS yang dilaksanakan di Puskesmas
Kedawung II Sragen. Kami merencanakan untuk melakukan penyuluhan PHBS dan atau survei
door to door ke rumah penduduk pada hari kedua pelaksanaan field lab.
Pada hari kedua pelaksanaan field lab, mahasiswa telah menyiapkan materi dan media
yang akan digunakan dalam penyuluhan PHBS di Posyandu. Sesampainya di Puskesmas
Kedawung II Sragen, mahasiswa diajak untuk mengunjungi lokasi tempat pelaksanaan
penyuluhan dan atau survei PHBS di Dukuh Mlokolegi dengan dipandu oleh Bapak Yana,
petugas promosi kesehatan Puskesmas Kedawung II Sragen.
Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah survei door to door ke rumah penduduk
mengenai PHBS. Mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok dengan jumlah anggota tiap
kelompok sebanyak empat orang. Masing-masing kelompok melakukan survei ke tempat yang
berbeda. Kelompok pertama, kedua, dan ketiga masing-masing melakukan survei ke rumah-
rumah penduduk di RT 03, RT 04, dan RT 05 RW 11 Dukuh Mlokolegi. Penulis termasuk
dalam kelompok pertama dan melakukan survei ke beberapa rumah penduduk di RT 03 RW 11
Dukuh Mlokolegi.
Setiap mahasiswa telah membawa Kartu Rumah Program PHBS Tatanan Rumah
Tangga untuk menilai pelaksanaan indikator-indikator PHBS di tiap rumah yang dikunjungi.
Namun, bulan November merupakan musim tanam padi bagi para petani sehingga keadaan di
dukuh Mlokolegi sangat sepi karena sebagian besar warga sedang pergi untuk bekerja di sawah.
Oleh karena itu, kami hanya mengunjungi beberapa rumah penduduk yang masih berpenghuni
saat itu. Penulis mendapat kesempatan mengunjungi empat rumah untuk menilai dan
memberikan edukasi singkat mengenai PHBS kepada penghuni rumah tersebut.
Setelah melakukan survei door to door ke rumah-rumah penduduk, kami berencana
untuk mengadakan penyuluhan PHBS di Posyandu dukuh Mlokolegi. Akan tetapi, tanpa diduga
hujan turun sangat deras sehingga kegiatan penyuluhan pun dibatalkan karena sebagian besar
warga telah pulang ke rumah masing-masing. Survei yang kami lakukan di Dukuh Mlokolegi
berlangsung dari pukul 08.00 hingga pukul 10.30. Selanjutnya, kami kembali ke Puskesmas
Kedawung II Sragen dan kegiatan field lab kelompok 1 diakhiri dengan evaluasi singkat dari
Bapak Yana. Secara keseluruhan, kegiatan field lab berjalan cukup baik dan lancar.

7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Mlokolegi merupakan salah satu dukuh di Desa Celep Kecamatan Kedawung


Kabupaten Sragen yang telah menjadi daerah percontohan PHBS. Petugas Puskesmas
Kedawung II Sragen telah secara rutin (setiap bulan) memberikan penyuluhan kesehatan
kepada kader-kader di dukuh tersebut. Para kader adalah sukarelawan yang sebelumnya
diberikan bimbingan oleh petugas Puskesmas tentang dasar-dasar pelaksanaan PHBS dan
berfungsi sebagai tangan panjang dari Puskesmas dalam menyosialisasikan PHBS kepada
warga setempat. Pendataan rumah tangga sehat (rumah tangga yang telah menerapkan PHBS)
dilakukan juga dilakukan oleh para kader. Dalam hal ini, petugas Puskesmas dan tenaga
kesehatan yang lain hanya berperan sebagai fasilitator.
Berdasarkan acuan dari pusat, penilaian rumah tangga sehat adalah dengan
menggunakan 10 alat ukur (indikator) PHBS. Namun, program PHBS di Kabupaten Sragen
mengikuti acuan dari Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah yang menggunakan 16 indikator
PHBS sebagai tolak ukur rumah tangga sehat karena pelaksanaan rumah tangga sehat dirasa
belum cukup efektif jika hanya menggunakan 10 indikator. Enam indikator tambahan tersebut
adalah menimbangkan balita secara teratur (minimal delapan kali dalam satu tahun),
membuang sampah pada tempatnya, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, menggosok gigi
minimal dua kali sehari, tidak minum minuman keras dan menyalahgunakan Narkoba, serta
melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali.
Berdasarkan survei yang kami lakukan, sebagian besar warga Dukuh Mlokolegi telah
mempunyai kesadaran yang tinggi dalam pelaksanaan PHBS dan tergolong dalam strata sehat
utama (nilai 11 -- 15) atau sehat paripurna (nilai 16). Hal ini mungkin disebabkan oleh sering
dilakukannya penyuluhan mengenai PHBS di dukuh tersebut. Selain itu, dukuh Mlokolegi telah
menjadi daerah percontohan PHBS dan telah berhasil menjuarai lomba PHBS tingkat provinsi
Jawa Tengah.
Dalam rangka mewujudkan rumah tangga sehat di Dukuh Mlokolegi, Puskesmas
Kedawung II Sragen mewajibkan kepada setiap warga di dukuh tersebut yang berkemampuan
ekonomi menengah ke atas untuk memiliki kran air di depan rumah. Permasalahan PHBS yang
paling mencolok di dukuh Mlokolegi adalah mengenai kebiasaan merokok dan membuang
samapah pada tempatnya. Meninggalkan kebiasaan merokok merupakan hal yang sulit untuk
dilakukan dalam waktu singkat meskipun warga telah diberi edukasi mengenai bahaya rokok.
Namun, warga dukuh Mlokolegi telah berkomitmen untuk melaksanakan hari bebas rokok
setiap hari Jumat. Puskesmas Kedawung II Sragen terus berupaya untuk menekan jumlah
7
perokok di dukuh Mlokolegi dengan cara melakukan edukasi kesehatan yang intensif dan
kontinu. Puskesmas Kedawung II Sragen juga berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya dengan memberikan fasilitas berupa
tempat sampah (minimal tiga buah untuk tiap kepala keluarga) kepada warga dukuh Mlokolegi.
Sebagian besar dana pembelian tempat sampah tersebut didapatkan dari uang hasil lomba
PHBS yang berhasil dimenangkan oleh dukuh Mlokolegi. Kekurangan dana selanjutnya
ditanggung secara swadana oleh warga.
Jaminan pemeliharaan kesehatan di dukuh Mlokolegi diwujudkan dengan adanya iuran
sosial warga setiap bulan. Dana yang terkumpul digunakan untuk membantu warga yang sakit
dan harus dirawat inap.
Dukuh Mlokolegi merupakan salah satu daerah bebas demam berdarah dengue (DBD)
di Kabupaten Sragen. Puskesmas Kedawung II Sragen mempunyai Tim Epidemiologi
Puskesmas yang akan segera melakukan KIE atau pemberantasan DBD jika ditemukan jumlah
jentik nyamuk DBD meningkat di suatu daerah.
Kendala yang kami temui dalam pelaksanaan survei door to door ke rumah penduduk
adalah bahasa dan sikap warga yang terkadang cenderung menutup-nutupi keadaan yang
sebenarnya sehingga hasil penilaian indikator PHBS menjadi kurang valid. Ada beberapa warga
dukuh Mlokolegi yang hanya bisa berbahasa Jawa dan tidak mengerti sama sekali bahasa
Indonesia, sedangkan ada beberapa mahasiswa yang justru tidak bisa berbahasa Jawa. Keadaan
ini terkadang dapat menyebabkan tersendatnya pengambilan informasi dari warga. Menyikapi
kendala yang kedua, Bapak Yana mengatakan bahwa dalam melakukan wawancara mengenai
indikator PHBS kepada warga, kita tidak boleh percaya begitu saja terhadap jawaban-jawaban
yang diberikan warga. Kita perlu melakukan observasi secara langsung terhadap kondisi
lingkungan tempat tinggal warga. Dalam hal ini, kita dituntut untuk lebih kritis dan mampu
menyiasati sikap warga tersebut.

7
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Pelaksanaan kegiatan field lab kelompok 1 yang bertemakan KIE PHBS di Puskesmas
Kedawung II Sragen telah berjalan dengan baik dan lancar. Selama kegiatan berlangsung,
penulis mendapatkan begitu banyak pengetahuan dan pengalaman berharga.
Berdasarkan kegiatan field lab yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat kesadaran warga Dukuh Mlokolegi tentang PHBS sudah cukup tinggi
2. Masalah PHBS yang masih cukup mencolok di Dukuh Mlokolegi adalah tentang kebiasaan
merokok dan membuang sampah pada tempatnya
3. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang PHBS sangat perlu untuk diberikan secara
intensif dan kontinu kepada masyarakat luas sebagai salah satu langkah untuk menuju
Indonesia sehat.
Keberhasilan kegiatan field lab ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh petugas baik yang berasal dari
Puskesmas Kedawung II Sragen, khususnya dr. Djoko Puryanto dan Bapak Yana, maupun dari
tim field lab FK UNS yang turut membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan field lab kali ini.
Penulis sebagai mahasiswa memohon maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan selama
pelaksanaan maupun dalam penulisan laporan. Semoga kekurangan tersebut dapat menjadi
pembelajaran bagi mahasiswa untuk pelaksanaan field lab selanjutnya.

B. Saran
Mahasiswa yang melakukan survei PHBS hendaknya mampu berkomunikasi secara
efektif dengan warga, bersikap kritis, dan mampu menyiasati berbagai sikap warga yang kurang
kooperatif dalam menjawab pertanyaan sehingga hasil penilaian indikator PHBS merupakan
data yang valid.

7
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2001. Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di Tatanan Rumah Tangga. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat .
Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan.

Manda, Syamsur. 2006. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program


Prilaku Hidup Bersih dan Sehat. Makassar : Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi
Selatan.

Tim Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2009. Buku Panduan Field
Lab: Komunikasi, Informasi, Edukasi Pola Hidup Bersih Sehat. Surakarta: FK UNS.

Anda mungkin juga menyukai