Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN

PUSKESMAS KUTA SELATAN


TANGGAL 27 APRIL 2018

OLEH:
KELOMPOK II
1. Dr. Made Sukamertha
2. Ni Ketut Susilaningsih
3. Drg. Luh Made Indah Kusuma Dewi
4. Putu Sudarsana
5. Dr. Ketut Parining
6. Ni Wayan Sudani
7. I Putu Suarta,S.Sos
8. Dr. I Gusti Ngurah Gede Putra,M.Si
9. Komang Parmasita W. S.Kep.,Ners
10.Drg. I Made Puja Aryana

DINAS KESEHATAN PROPINSI BALI


UPT BPKKTK PROPINSI BALI
PELATIHAN MANAJEMEN PUSKESMAS
ANGKATAN I
TAHUN 2018
LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN
PUSKESMAS KUTA SELATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Menurut Peraturan yang mengatur tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya
kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas
bertanggung jawab atas satu wilayah administrasi pemerintahan, yakni
kecamatan atau bagian dari kecamatan.
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam
gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga-
keluarga di wilayah kerjanya.Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara
terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan data dan informasi dari Profil
Kesehatan Keluarga (Prokesga).
Untuk mewujudkan kecamatan sehat dan memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas puskesmas dituntut melakukan pendekatan
manajemen puskesmas.Manajemen puskesmas dilakukan melalui tahapan
fungsi perencanaan tingkat puskesmas, fungsi penggerakan dan
pelaksanaan, fungsi pengendalian dan penilaian.Sesuai dengan kebijakan
baru tentang program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga maka
pelaksanaan manajemen puskesmas harus berpedoman pada hasil indeks
keluarga sehat yang ada di kecamatan tersebut.
Praktik lapangan merupakan bagian dari rangkaian proses
pembelajaran, karena pada tahap ini dianggap sebagai suatu bentuk
pengkayaan dari materi yang telah diajarkan. Kegiatan praktik lapangan pada
pelatihan pelatih ini, bertujuan agar peserta dapat menggali situasi dan
kondisi di Puskesmas, melaksanakan perencanaan berdasarkan hasil analisis
situasi, melaksanakan penggerakan, pelaksanaan dan pengawasan,
pengendalian, penilaian kinerja Puskesmas. Melalui proses manajemen
Puskesmas, diharapkan keluarga mampu mengenali masalah kesehatannya,
upaya mengatasinya serta memotivasi agar keluarga di wilayah kerja
Puskesmas tersebut mampu melakukan upaya pencegahan serta
peningkatan status kesehatan keluarganya dengan mengoptimalkan potensi
atau kemampuan yang dimilikinya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai melakukan praktik lapangan, peserta mendapatkan
pengalaman nyata tentang penerapan manajemen di Puskesmas yang
dikunjungi, sebagai satu pengalaman (lesson learnt) yang didapat dari
proses pelatihan manajemen Puskesmas dengan pendekatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
Setelah selesai praktik lapangan, peserta dapat:
a. Menjelaskan bagaimana pelaksanaan manajemen puskesmas di
Puskesmas Kuta Selatan
b. Menjelaskan bagaimana hasil analisis data tersebut dimanfaatkan
oleh Puskesmas untuk menyusun rencana intervensi kegiatan, dengan
langkah-langkah perencanaan dalam manajemen Puskesmas
c. Menjelaskan bagaimana rencana intervensi tersebut dilaksanakan di
Puskesmas dengan prinsip Penggerakkan Pelaksanaan.
d. Menjelaskan bagaimana monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan
intervensi kegiatan di Puskesmas, dengan Prinsip Pengawasan dan
Pengendalian.
e. Menjelaskan bagaimana pelaksanaan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga di Puskesmas, kendala yang dihadapi,
dan tindak lanjut yang dilaksanakan.
f. Mendapatkan data dan Profil Puskesmas, sebagai bahan penyusunan
studi kasus untuk Microteaching.

C. Sasaran
1. Kepala Puskesmas
2. Sub Bagian Tata Usaha
3. Koordinator UKP
4. Koordinator UKM
5. Programer

D. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Jumat, 27 APRIL 2018
Tempat : Puskesmas Kuta Selatan

BAB II
PROSES KEGIATAN OBSERVASI LAPANGAN
Dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan observasi lapangan tahapan
yang dilakukan oleh kelompok adalah :
a. Penerimaan peserta PKL oleh tim Puskesmas Kuta Selatan dengan agenda
acara:
1. Pembukaan
2. Sambutan dari Kepala Puskesmas Kuta Selatan
3. Sambutan pendamping diklat
4. Pemaparan singkat oleh kepala Puskesmas tentang profil puskesmas
5. Tanya jawab

b. Proses observasi pelaksanaan manajemen di Puskesmas (perencanaan,


penggerakkan pelaksanaan, dan pengawasan, pengendalian dan penilaian
kinerja Puskesmas).
1. Kelompok dibagi menjadi 3 kelompok (perencanaan, penggerakan
pelaksanaan, dan pengawasan, pengendalian serta penilaian kinerja
puskesmas)
2. Masing-masing kelompok melakukan observasi, wawancara dengan staf
puskesmas yang terkait, studi dokumentasi, dan telusur data.

BAB III
HASIL KEGIATAN OBSERVASI LAPANGAN
Berdasaran hasil observasi lapangan diperoleh data sebagai berikut:

A. DATA UMUM
1. Batas Wilayah
 Sebelah Utara : Desa Kedonganan
 Sebelah Timur : Laut Teluk Benoa
 Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
 Sebelah Barat : Samudera Indonesia
2. Luas Wilayah
Kecamatan Kuta Selatan mempunyai luas wilayah 101,12 km², yang terdiri
dari 3 desa dan 3 kelurahan dengan jumlah 63 banjar/lingkungan dan jarak
tempuh terjauh 30km dan ke pusat pemerintahan sejauh 35 km.
Adapun rinciannya sebagai berikut :
 Desa Pecatu : 23, 54 km ²
 Desa Ungasan : 20,16 km ²
 Desa Kutuh : 9,7 km ²
 Kel. Jimbaran : 19,83 km ²
 Kel. Benoa : 18,5 km ²
 Kel. Tanjung Benoa : 9,4 km ²
3. Demografi
Jumlah Penduduk di wilayah Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2018
berjumlah: 103.764Jiwa, terdiri dari laki-laki 52.608Jiwa dan perempuan:
51.156Jiwa, sedangkan jumlah Kepala Keluarga: 25.996 KK.

B. DERAJAT KESEHATAN
1. Angka Kematian
a. Jumlah kematian bayi
Kematian bayi yang dimaksud adalah kematian yang terjadi pada bayi
sebelum mencapai usia satu tahun. Angka kematian bayi (AKB) atau Infan
Mortality Rate adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai
usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup. Selama tahun 2017 ada 2
kasus kematian bayi di Puskesmas Kuta Selatan akibat kelainan
komplikasi.

b. Jumlah Kematian Ibu Maternal


Selama tahun 2017 tidak ditemukan kasus kematian ibu di Puskesmas
Kuta Selatan. Kesenjangan antara K1 dan K4 ini diminimalisir oleh
Puskesmas Kuta Selatan dengan cara melaksanakan sweeping ibu hamil
K1 dan K4, mengingat ibu hamil yang merupakan penduduk pendatang
tidak menuntaskan pemeriksaan kehamilannya dan lebih memilih untuk
kembali ke daerah asalnya untuk melaksanakan persalinannya.
Sehingga cakupan persalinan yang didapatkan sebesar 99,17% (1556
orang) dai target 100% (1618 orang).
Deteksi terhadap 308 sasaran ibu hamil resiko tinggi oleh tenaga
kesehatan mencapai 66,65% (205 orang) dari target 40% (123 orang).
Sedangkan oleh masyarakat sebesar 72,72% (224 orang) dari target 60%
(185 orang).
Dengan dilaksanakannya deteksi dini tersebut tidak ditemukan kasus
kematian ibu melahirkan di tahun 2017.

2. Angka Kesakitan
1. Penyakit Tuberkulosis
Jumlah pasien TB BTA + di Puskesmas Kuta Selatan sebanyak 44
orang. Dari capaian penemuan kasus TB tersebut diatas 9 diantaranya
merupakan kasus TB dengan HIV positif. Dan yang ditemukan TB HIV
kasus baru sebanyak 2 orang. Masalah yang ditemukan dalam
penanganan program TB adalah tidak tercapainya cakupan
penjaringan suspect Tuberkulosa (TB). Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya untuk
memeriksakan diri, kurangnya keperdulian masyarakat tentang
informasi TB yang diberikan baik itu melalui media cetak maupun
penyuluhan, perhatian terhadap sanitasi rumah tangga kurang,
kurangnya peran lintas sektor, belum adanya petugas penjangkau di
masyarakat dan belum maksimalnya peran praktisi swasta dalam
pengiriman suspect TB.
2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita sebanyak 12 kasus
(11,3%) dari target 2,05% ( 106 balita).
Cakupan penemuan kasus ISPA non pneumonia pada balita sebanyak
1541 kasus (30%) dari target 5136 balita.
Dari indikator diatas, cakupan penemuan kasus pneumonia pada
balita masih rendah dikarenakan keterbatasan petugas terutama di
Puskesmas Pembantu untuk mengidentifikasi kasus pneumonia.
3. Penyakit diare
Kasus diare dalam golongan semua umur yang ditemukan sebanyak
852 kasus dan telah ditangani sesuai standar pengobatan. Tidak
ditemukan kasus diare dengan Dehidrasi Berat dan kasus kematian
akibat diare. Meningkatkan jejaring dengan praktisi swasta dalam hal
pelaporan diharapkan mampu menambah informasi kejadian kasus
yang terjadi di wilayah Kuta Selatan sehingga kemungkinan terjadinya
wabah juga dapat tertangani dengan cepat. Serta melakuka
penyuluhan tentang diare di posyandu.
4. Penyakit kusta
Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium leprae.
Target penemuan kasus penderita kusta pada tahun 2017 adalah 9
orang. Pada penemuan kasus secara pasif didapatkan penderita kusta
yang datang ke Puskesmas Kuta Selatan dengan membawa surat
rujukan dari rumah sakit pemerintah dengan therapy pengobatan
MDT ( Multi Drug Therapy ) sebanyak 2 orang ( 0,25 %).
5. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Angka kejadian kasus DBD tahun 2017 di Puskesmas Kuta Selatan
adalah :
 Kel. Benoa : 82 kasus
 Kel. Tanjung Benoa : 7 kasus
 Desa Kutuh : 0 kasus
 Desa Ungasan : 20 kasus
 Desa Pecatu : 11 kasus
 Kelurahan Jimbaran : 55 kasus

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Perencanaan (P1)
Perencanaan merupakan proses penyusunan rencana tahunan puskesmas
untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan beserta target yang ingin dicapai oleh UPT
Puskesmas Kuta Selatan disebut Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP).
Kegiatan yang melibatkan seluruh staf Puskesmas ini didahului
dengananalisa kasus kegiatan untuk mengetahui masalah, hambatan dan
kendala di tahun kerja sebelumnya sehingga dapat diantisipasi pada tahun
2018. Kemudian disusun rencana dan target kegiatan, baik itu kegiatan rutin
maupun kegiatan tambahan yang diperkirakan terjadi seperti di tahun kerja
sebelumnya. Indikator dari perencanaan ini adalah tersusunnya RPK
(Rencana Pelaksanaan Kegiatan ) tahunan puskesmas sebagai pedoman
kerja selama satu tahun. Masalah – masalah yang tidak terpecahkan
diusulkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Badung melalui RUK (
Rencana Usulan Kegiatan ). Dan RUK tersebut oleh Dinas Kesehatan
dijadikan sebagai materi dalam Raker Kesda.
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) dilaksanakan melalui langkah-
langkah:
1. Mengumpulkan dan mengolah data
Penyusunan rencana Puskesmas perlu dikumpulkan data umum dan
khusus. Data umum mencakup: peta wilayah kerja Puskesmas, data
sumber daya, data peran serta masyarakat, serta data penduduk dan
sasaran program. Data khusus mencakup: status kesehatan, kejadian
luar biasa, cakupan program pelayanan kesehatan, dan hasil survei.
Data umum dan khusus diolah dengan mengikuti kaidah-kaidah
pengolahan data, yaitu misalnya dengan menghitung rerata, moda,
cakupan, dan lain-lain. Hasil observasi dilapangan secara umum tidak
terdapat perbedaan antara teori dengan apa yang dilakukan di
puskesmas. Pada tahapan pengumpulan data, puskesmas menggunakan
data capaian indikator tiap program pada tahun sebelumnya,
menggunakan profil puskesmas
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan potensi pemecahannya,
Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan, masalah sumber daya, dan masalah-masalah lain
yang berkaitan.Masalah kesehatan dapat di identifikasi pada tingkat
keluarga, RW atau Desa/kelurahan dan di Tingkat Puskesmas.
3. Menentukan prioritas masalah kesehatan,
Puskesmas dapat menentukan prioritas masalah kesehatan, baik yang
dihadapi oleh masing-masing keluarga, desa/kelurahan, maupun
kecamatan dengan memperhatikan masalah-masalah kesehatan yang
telah diidentifikasi. Penentuan prioritas masalah dengan
mempertimbangkan faktor-faktor berikut : tingkat urgensinya (U), yakni
apakah masalah tersebut penting untuk segera diatasi, keseriusannya
(S), yakni apakah masalah tersebut cukup parah, potensi
perkembangannya (G), yakni apakah masalah tersebut akan segera
menjadi besar dan/atau menjalar, kemudahan mengatasinya (F), yakni
apakah masalah tersebut mudah diatasi mengacu kepada
kemampuankeluarga/RT/RW/Kelurahan/Desa/Kecamatan dan
Puskesmas. Masing-masing faktor diberi nilai 1–5 berdasarkan skala
likert (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil), dan
nilai total tiap masalah kesehatan diperoleh.
Studi dokumensi di Puskesmas Kuta Selatan didapatkan hasil :
puskesmas sudah melakukan prioritas masalah. Kompoenen yang
digunakan untuk prioritas masalah dengan menggunakan tingkat
urgensinya (U), yakni apakah masalah tersebut penting untuk segera
diatasi, keseriusannya (S), yakni apakah masalah tersebut cukup parah,
potensi perkembangannya (G), yakni apakah masalah tersebut akan
segera menjadi besar dan/atau menjalar.
4. Membuat rumusan masalah kesehatan,
Rumusan setiap masalah (masalah kesehatan atau masalah lain)
mencakup pernyataan tentang apa masalahnya, siapa yang terkena
masalah, besarnya masalah, di mana terjadinya, dan bilamana
terjadinya.
5. Mencari penyebab masalah kesehatan,
Akar penyebab setiap masalah kesehatan prioritas dicari dengan
memperhatikan Penyebab Masalah hasil identifikasi masalah dan
potensi (baik dari data keluarga, data umum, maupun data khusus),
dengan menggunakan alat (1) diagram Ishikawa (diagram tulang ikan)
atau (2) pohon masalah.
Setelah semua masalah teridentifikasi tahap selanjutnya
Puskesmas Kuta Selatan juga telah mencari penyebab masalah
kesehatan. Penyebab masalah kesehatan diidentifikasi dengan
menggunakan diagram Ishikawa (diagram tulang ikan). Komponen yang
ada dalam diagram ini adalah masalah kesehatan, dan 4 komponen
sebagai akar penyebab masalah meliputi orang, lingkungan metode dan
alat bantu.
6. Menetapkan cara pemecahan masalah,
Penetapan cara untuk memecahkan masing-masing masalah
dengan memperhatikan penyebab dari masing-masing masalah dan
potensi/peluang untuk mengatasi masalah tersebut. Cara memecahkan
masalah kesehatan kecamatan adalah melalui rapat Tim Manajemen
Puskesmas untuk (a) merumuskan alternatif pemecahan masalah
kesehatan, serta (b) memilih dan menetapkan pemecahan masalah
kesehatan yang paling sesuai (misalnya melalui metode pembobotan
dan penilaian).
7. Memasukkan pemecahan masalah kesehatan ke dalam Rencana Usulan
Kegiatan (RUK),
Langkah ini berupa menuangkan kegiatan-kegiatan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan (masalah kesehatan keluarga,
desa/kelurahan, dan kecamatan) ke dalam bentuk matriks RUK
manajemen Puskesmas. Kegiatan yang akan dilakukan perlu ditetapkan
target sasaran dan indikator kinerja untuk melakukan pengawasan,
pengendalian dan penilaian. Target sasaran dan indikator kinerja
dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kegiatan yang
dilakukan dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik
kebijakan daerah (kabupaten/kota dan provinsi), kebijakan nasional,
maupun kesepakatan global.
Penyusunan RUK dilakukan dengan memperhatikan siklus
pelaksanaan manajemenPuskesmas. Rencana Usulan Kegiatan
pelaksanaan Pendekatan Keluarga yang telahdisusun akan dibahas
selanjutnya pada pembahasan RUK tahunan Puskesmas.Rencana Usulan
Kegiatan Puskesmas yang telah disusun, akan disampaikan ke
DinasKesehatan Kabupaten/Kota untuk pembahasan lebih lanjut.
Studi dokumentasi di Puskesmas Kuta Selatan, RUK sudah
disusun berdasarkan masalah kesehatan dan alternatif pemecahan
masalah yang sudah disusun. Rencana usulan kegiatan disusun
berdasarkan pada jenis pelayanan kesehatan yang diberikan baik UKP
maupun UKM.
Sumber pembiayaan yang digunakan sebagai dasar dalam
pembuatan rencana usulan kegiatan di Puskesmas Kuta Selatan adalah
dari APBD, APBN, Kapitasi dan BOK.
8. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Perencanaan kegiatan
dalam rangka keluarga sehat, terintegrasi dalam RUK/RPKPuskesmas.
Rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas disusun setelah RUK
Puskesmas ditetapkan. Rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas telah
disusun yang selanjutnya akan disusun RPK Puskesmas dengan
Pendekatan Keluarga sesuai dengan format pada pelaksanaan
manajemen Puskesmas.
Hasil observasi pada dokumen yang ada didapatkan data
Puskesmas Kuta Selatan sudah membuat rencana pelaksanaan kegiatan
baik tahunan maupun bulanan.
B. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
Penggerakan–Pelaksanaan (P2) dari RPK puskesmas yang telah
disusun dan disepakati bersama dalam berbagai bentuk kegiatan di
Puskesmas, diantaranya adalah rapat dinas, pengarahan pada saat apel
pegawai, dan kunjungan rumah untuk melakukan intervensi atas segala
permasalahan kesehatan ditingkat keluarga sehingga indikator keluarga
sehat dapat dipertahankan/ditingkatkan.
Pelaksanaan kegiatan dari setiap program sesuai penjadwalan pada
RPK bulanan, tribulanan dilakukan melalui forum yang dibentuk khusus
dinamakan Forum Lokakarya Mini Puskesmas. Penggerakan melalui lokmin
dan upaya lain juga dapat ditingkatkan dengan adanya penggerakan UKM
yang lebih tepat sasaran dan efektif, termasuk penggerakan secara lintas
sektor.
Kepala puskesmas akan menyusun strategi atas pelaksanaan RPK
untuk menanggulangi segala permasalahan kesehatan prioritas dengan
memanfaatkan seluruh potensi sumberdaya yang ada di dalam dan luar
lingkungan kerjanya, membagi habis tugas kepada seluruh petugas
puskesmas sesuai dengan kapasitasnya, mengatur waktu pelaksanaan
kunjungan rumah, berkoordinasi dengan lintas sektor dalam pelaksanaan
kunjungan rumah.
1. Pelaksanaan Program Kesehatan
Masalah-masalah kesehatan lingkup kecamatan telah
dimasukkan ke dalam perencanaan program kesehatan di Puskesmas
(dalam RUK dan RPK).
Pelaksanaan program kesehatan dilakukan secara langsung oleh
puskesmas yang berada di kelurahan, peran puskesmas kecamatan lebih
ke aspek pembinaan, pengawasan kecuali pada saat bersamaan
terdapat banyak kegiatan sehingga sumber daya manusia di puskesmas
kelurahan tidak mampu maka sumber daya yang ada di puskesmas
kecamatan akan membantu dalam pelaksanaan program tersebut.
Pada pelaksanaan program sudah ada integrasi antar satu
program satu dengan yang lain, misalnya ketika mendapatkan pasien TB
yang drop out obat maka pemegang program penyakit menular,
pemegang program puskesmas, pemegang program promkes dan
pemegang program kesling akan turun bersama untuk menganalisa
permasalahan yang dihadapi oleh keluarga.
2. Penggerakan Melalui Lokakarya Mini
Penggerakan untuk pelaksanaankegiatan-kegiatan yang
tercantum dalam RPK (termasuk Kunjungan Rumah dan
Pengorganisasian Masyarakat) dilakukan melalui penyelenggaraan
lokmin.Lokakarya Mini dilaksanakan sebulan sekali sebagai pertemuan
internal Puskesmas (lokmin bulanan). Peserta lokmin diperluas dengan
mengundang pihak-pihak lintas sektor terkait setiap tiga bulan (lokmin
tribulanan).
Lokakarya mini yang dilakukan meliputi lokakarya mini bulanan
pertama, lokakarya mini rutin, lokakarya tribulan pertama dan lokakarya
mini tribulain rutin. Pelaksanaan lokakarya mengikuti jadual yang sudah
dibuat namun kadang ada pergesaran waktu walaupun masih di minggu
yang sama pelaksanaanya.
Lokakaryan mini bulanan dilakukan secara berjenjang, pertama
dilakukan lokakarya mini bulanan di tingkat puskesmas kelurahan,
setelah semua puskesmas melakukan lokakarya mini bulanan tingkat
puskesmas dilanjutkan dengan lokakarya mini bulanan tingkat
puskesmas kecamatan. Kepala puskesmas kelurahan yang mengikuti
lokakarya mini bulanan di tingkat puskesmas kecamatan.
Lokakarya mini tribulan di tingkat puskesmas dilakukan dengan
menggundang lintas sektor di kelurahan seperti pegawai yang ada di
kelurahan, bapak/ibu guru mulai dari PAUD,TK,SD, tokoh agama, tokoh
masyarakat, pondok/panti yang ada. Hasil dari lokakarya mini tribulan
puskesmas kecamatan dibawa ke puskesmas kecamatan.
Lokakarya mini tribulan tingkat puskesmas kecamatan dilakukan
dengan mengundang lintas sektor yang ada di kecamatan seperti camat,
kapolsek, koramil, dinas pendidikan,kepala kelurahan, dan lintas sektor
lainnya.
C. Pengawasan Pengendalian dan Penilaian (P3)
Lokakarya mini juga dimanfaatkan untuk Pengawasan-Pengendalian
(Wasdal) dan Penilaian selain untuk Penggerakan-Pelaksanaan.
Pengawasan-Pengendalian-Penilaian melalui lokmin dan upaya lain pun
dapat ditingkatkan, termasuk Pengawasan-Pengendalian-Penilaian secara
lintas sektor.
1. Pengawasan Dan Pengendalian (Wasdal) Melalui Loka Karya Mini
Lokakarya mini dapat digunakan sebagai sarana wasdal baik melalui
lokmin bulanan, maupun triwulanan.Pengawasan Puskesmas dibedakan
menjadi dua, yaitu pengawasan internal dan eksternal. Pengawasan
internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh Puskesmas sendiri, baik
oleh Kepala Puskesmas, tim audit internal maupun setiap penanggung
jawab dan pengelola/pelaksana program. Adapun pengawasan eksternal
dilakukan oleh instansi dari luar Puskesmas antara lain dinas kesehatan
kabupaten/kota, institusi lain selain Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
dan/atau masyarakat.
Puskesmas Kuta Selatan sudah rutin melakukan Lokakarya mini
bulanan maupun triwulan, rapat tinjauan manajemen dan rapat pada
masing-masing pokja upaya kesehatan. Pada saat lokakarya disampaikan
pencapaian program yang telah berjalan, kendala dan dibahas bagaimana
pemecahan terhadap program yang belum mencapai target.
2. Penilaian Melalui Lokakarya Mini
Penilaian terhadap keberhasilan pelaksanaan RPK, termasuk
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pendekatan keluarga,
dilaksanakan sebanyak dua kali dalam setahun.Penilaian pertama
dilakukan pada pertengahan tahun berupa tinjauan tengah tahun
(midterm review).Tinjauan tengah tahun ini dilakukan pada bulan Juli.
3. Penilaian Oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Kinerja Puskesmas
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat memacu kinerja
Puskesmas melalui hasil penilaian kinerja Puskesmas. Dinas kesehatan
secara rutin melakukan penilaian terhadap kinerja puskesmas kecamatan
secara rutin. Penilaian yang dilakukan masih mengacu kepada SPM yang
telah ditetapkan. Dinas kesehatan belum melakukan penilaian kinerja
puskesmas kecamatan berdasarkan pencapaian indikator program
keluarga sehat.

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Puskesmas Kuta Selatan telah melakukan manajemen puskesmas dengan
baik, mulai dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan)
serta P3 (Pengawasan, Pengendalian serta Penilaian) dengan baik.
Luaran yang dihasilkan dari masing-masing tahapan perencanaan telah
sesuai dengan yang diharapkan dan semua terdokumentasi dengan baik
2. Puskesmas Kuta Selatan telah melakukan survey PIS PK di satu wilayah
kelurahan dan telah total coverage. Jumlah KK yang disurvey di satu
kelurahan tersebut sebanyak 1200 KK dan semuanya telah di entry
namun hasil IKS nya termasuk dalam kategori tidak sehat.

B. Rekomendasi
1. Survey PIS PK agar tetap dilanjutkan mengingat tahun 2019 semua
wilayah sudah harus total coverage sementara jumlah KK dan wilayah
kerja Puskesmas Kuta Selatan sangat luas.
2. Notulen lokmin agar dibuat terpisah dalam satu buku begitu pula dengan
notulen rapat tinjauan manajemen
3. Rencana kerja 3 bulan ke depan dalam lokakarya mini lintas sektor agar
dicantumkan sehingga bisa di review saat lokakarya mini lintas sektor
berikutnya
4. Usulan untuk Musrenbangcam agar dimuat di laporan Lokakarya Mini
Tribulanan pertama

Anda mungkin juga menyukai