Anda di halaman 1dari 178

EFEKTIVITAS TERAPI AL-QURAN BAGI PENYAKIT STRES DALAM BELAJAR

SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA


DI SMP NEGERI 3 PANGKAH KABUPATEN TEGAL

TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam
Pada Program Studi Pendidikan Islam
Konsentrasi Psikologi Pendidikan Islam

Oleh:

AHMAD SYAEKHUDIN
NIM: 505720055

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2010

EFEKTIVITAS TERAPI AL-QURAN BAGI PENYAKIT STRES DALAM BELAJAR


SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
DI SMP NEGERI 3 PANGKAH KABUPATEN TEGAL

TESIS
Diajukan Oleh

AHMAD SYAEKHUDIN
NIM: 505720055

Telah disetujui pada tanggal 15 Januari 2010

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Abdus Salam Dz. MM

Prof. Dr. Hj. Mintarsih D, MPd.

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2010
ii

EFEKTIVITAS TERAPI AL-QURAN BAGI PENYAKIT STRES DALAM BELAJAR


SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
DI SMP NEGERI 3 PANGKAH KABUPATEN TEGAL
Disusun oleh:

AHMAD SYAEKHUDIN
NIM: 505720055
Telah diperbaiki dan diujikan pada tanggal 4 Mei 2010
dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan Islam (MPd.I)
Cirebon,

4 Mei 2010,

Dewan Penguji,
Ketua/Anggota,

Sekretaris/Anggota,

Prof. Dr. H. Adang Djumhur S, MAg.

Prof. Dr. H. Abdullah Ali, MA.

Pembimbing I/Penguji,

Pembimbing II/ Penguji,

Prof. Dr. H. Abdus Salam Dz. MM

Prof. Dr. Hj. Mintarsih D, MPd.


Penguji,

Prof. Dr. H. Abdullah Ali, MA.


Direktur,

Prof. Dr. H. Adang Djumhur S, MAg.


NIP. 19590321 198303 1 002
iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama

: Ahmad Syaekhudin

NIM

: 505720055

Program Studi : Pendidikan Islam


Konsentrasi

: Pskologi Pendidikan Islam

Menyatakan bahwa tesis ini secara keseluruhan adalah benar-benar hasil penelitian saya
sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya, dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Pernyataan ini dibuat dengan sejujurnya dan dengan penuh kesungguhan hati, disertai
kesiapan untuk menanggung segala resiko yang mungkin diberikan, sesuai dengan peraturan
yang berlaku apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Cirebon, 15 Januari 2010


Yang menyatakan,

Ahmad Syaekhudin
NIM: 505720055

iv

Prof. Dr. H. Abdus Salam Dz. MM.


Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon

NOTA DINAS
Lamp : 5 eksemplar
Hal
: Penyerahan Tesis

Kepada Yth.
Direktur Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Di
CIREBON

Assalamu`alaikum wr. wb.


Setelah membaca, meneliti dan merevisi seperlunya, kami berpendapat bahwa tesis
saudara Ahmad Syaekhudin NIM: 505720055 berjudul: Efektivitas Terapi AlQuran bagi Penyakit Stres dalam Belajar serta Dampaknya terhadap Prestasi
Belajar Siswa Di SMPN 3 Pangkah Kabupaten Tegal telah dapat diujikan.
Bersama ini Kami kirimkan naskahnya untuk segera dapat diujikan dalam sidang
ujian tesis Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Atas perhatian Saudara, saya sampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum wr. wb.

Cirebon, 15 Januari 2010


Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Abdus Salam Dz. MM.

Prof. Dr. Hj. Mintarsih D, MPd.


Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon

NOTA DINAS
Lamp : 5 eksemplar
Hal
: Penyerahan Tesis

Kepada Yth.
Direktur Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Di
CIREBON

Assalamu`alaikum wr. wb.


Setelah membaca, meneliti dan merevisi seperlunya, kami berpendapat bahwa tesis
saudara Ahmad Syaekhudin NIM: 505720055 berjudul:

Efektivitas Terapi Al-

Quran bagi Penyakit Stres dalam Belajar serta Dampaknya terhadap Prestasi
Belajar Siswa Di SMPN 3 Pangkah Kabupaten Tegal telah dapat diujikan.
Bersama ini Kami kirimkan naskahnya untuk segera dapat diujikan dalam sidang
ujian tesis Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Atas perhatian Saudara, saya sampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum wr. wb.

Cirebon, 15 Januari 2010


Pembimbing II,

Prof. Dr. Hj. Mintarsih D, MPd.

vi

ABSTRAKSI

Ahmad Syaekhudin: Efektivitas Terapi Al-Quran bagi Penyakit Stres dalam Belajar
serta Dampaknya terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMPN 3
Pangkah Kabupaten Tegal
Ujian nasional (UN) sering kali dianggap sebagai tolak ukur keberhasilan siswa
dalam melaksanakan belajar secara tuntas di sekolah. Pertanyaan yang muncul kemudian
adalah apakah keberhasilan siswa dalam belajar selama bersekolah hanya ditentukan oleh
beberapa hari dalam ujian nasional? Kenyataan yang berkembang selama ini seolah-olah
membenarkan pendapat tersebut. Hal ini memunculkan perasaan yang meresahkan di kalangan
siswa, orang tua bahkan para guru di sekolah yang bersangkutan. Situasi seperti itu,
adakalanya memunculkan perasaan tegang atau stres terutama terhadap diri siswa yang akan
menjalani Ujian Nasional. UN seringkali dianggap sebagai ajang mempertaruhkan reputasi
diri, selama siswa tersebut menimba ilmu sekian tahun di sekolah masing-masing, dan yang
paling mengkhawatirkan, munculnya fenomena penyimpangan stres yang terjadi terhadap
siswa yang gagal dalam menempuh Ujian Nasional maupun kegiatan-kegiatan ujian dan
ulangan lainnya. Kondisi stress dapat mengganggu kesehatan mental, dan mental yang tidak
sehat dapat mengganggu prestasi belajar siswa.
Berdasarkan beberapa pandangan dan hasil-hasil penelitian, terutama yang
menyangkut Al-quran dapat dikatakan bahwa Al-Quran dapat menjadi terapi bagi perilaku
stres dalam belajar yang berakibat rendahnya prestasi belajar di kalangan para siswa di
sekolah. Hal ini mendorong timbulnya pertanyaan; bagaimana Al-Quran dapat dijadikan
terapi bagi penyembuhan perilaku stress dan gangguan mental, khususnya di kalangan siswa
SMPN 3 Pangkah kabupaten Tegal?
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menggambarkan proses terapi Al-Quran yang
diterapkan oleh guru agama dalam menanggulangi gejala stres para siswa di
SMP Negeri
3 Pangkah Kabupaten Tegal? 2.Menjelaskan respon siswa yang mengalami gejala stress
terhadap terapi Al-Quran yang dilakukan oleh guru agama dalam menanggulangi gejala stress
di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal ? 1. Membuktikan terapi Al-Quran yang
diterapkan oleh guru agama berdampak terhadap keberhasilan belajar dan dapat mengurangi
gejala stres para siswa SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal?
Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yakni penelitian yang
menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, dengan alat bantu pedoman
wawancara dan observasi. Pengumpulan data digunakan observasi dan wawancara. Analisis
data dilakukan secara langsung melalui: pengorganisasian data, kategorisasi dan analisis.
Hasil penelitian dapat disimpulkan: (1 Proses terapi Al-Quran yang diterapkan
oleh guru agama dalam menanggulangi gejala stres para siswa di SMP Negeri 3 Pangkah
Kabupaten Tegal sebagian besar ( 85 % ) bisa diterima oleh siswa. Terapi dilaksanakan dengan
cara menyuruh para siswa untuk sering membaca Al-Quran dan mengamalkannya dengan
baik di sekolah maupun di rumah. 2. Siswa yang mengalami gejala stres sebagian besar ( 85
% ) memberikan respon positif terhadap pelaksanaan terapi Al -Quran yang dilakukan oleh
guru agama dalam menanggulangi stres di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal. 3. Terapi
Al-Quran yang diterapkan oleh guru agama sangat berdampak positif terhadap keberhasilan
belajar siswa dengan dibuktikan perolehan hasil nilai Ujian Nasional menjadi baik. Sebelum
mendapatkan terapi Al-Quran rata-rata siswa memperoleh nilai 14,91. Tetapi setelah
mendapatkan Terapi Al-Quran rata-rata siswa memperoleh nilai 30,7 dan dapat mengurangi
gejala stres para siswa di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal.
vii

ABSTRACT

Ahmad Syaekhudin: Al-Quran Terapy Efektivity for Disease Stress on Learning and its
impact to student Achievent of the SMPN 3 Pangkah Tegal
National examination (UN) is often regarded as a benchmark of success in
implementing student learning in the school completely. The question arises then is whether
the success of students in learning in school is determined only by a few days in the national
exams? The fact developed during this condition seemed to justify this opinion. This raises a
disturbing feeling among students, parents and even teachers at the school. Situations like that,
sometimes led to feelings of tension or stress, especially for the student who will lead the
National Exam. UN is often seen as risking the reputation of the event itself, as long as these
students studying in the school years respectively, and the most worrying, the stress distortion
phenomenon that happens to students who failed in taking the National Exam and the activities
of other examinations and tests. Stress conditions can interfere with mental health, and mental
health may interfere with students' learning achievement.
Based on some of the views and research findings, particularly those involving Al
Qur'an can be said that the Al Qur'an can be a therapy for stress behaviors that result in low
learning achievement study among students in schools. This led to the emergence of the
question, how the Al Qur'an can be used as a healing therapy for stress behavior and mental
disorders, especially among students of SMPN 3 Pangkah Tegal ?
This study aims to: 1) Assess students' learning conditions are experienced stress and
mental disorders, (2) Find a model of Al Qur'an therapy done by the teachers to the students
who experience stress and mental disorders in their study; and (3) Assess the results of the Al
Qur'an therapy which have an impact on student learning achievement in SMP 3 Pangkah
Tegal regency.
This research using a qualitative descriptive approach, which produces research and
data processing descriptive, with the aid of interviews and observation. The collection of data
used observation and interviews. Data analysis is done directly through: organizing,
categorization, and analysis data.
The results can be concluded: (1) The condition of the student learning experience
stress in SMPN 3 Pangkah Tegal quite disturbed and had difficulty in learning. This is
because plagued by lack of concentration in thinking. Lack of concentration of students in
learning is caused by facing with problems of mental disturbances students caused by too
much weight classes, family life at home, past experiences in MOS activities, the number of
tasks and enrichment, and the very high fear in national exams that considered crucial to the
future of his life. (2) The efforts of teachers do terapy by requiring reading the Al Qur'an in an
attempt to reduce students' stress behavior, and understand and appreciate of its contents. (3)
By doing the Al Qur'an terapy can reduce stress on students, and reduced feelings of stress can
be learned well, which eventually succeeded in learning achievement, ie a high score on the
national exam up of the graduation standards.
viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayahNya, tesis ini selesai penulis susun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister
Pendidikan Islam (MPd.I) pada Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Dalam menyusun tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu proses penelitian tesis ini hingga terwujud. Secara khusus ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Matsna HS, MA.; Pjs. Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon beserta para
Pembantu Rektor dan segenaf staf.
2. Prof. Dr. H. Adang Djumhur S., M.Ag.; Direktur Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati
Cirebon beserta para Asisten Direktur dan segenap staf.
3. Prof. Dr. H. Abdus Salam Dz. MM dan Prof. Dr. Hj. Mintarsih D,

MPd selaku

Pembimbing I dan II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga
bagi penulisan tesis ini.
4. Kepala SMPN 3 Pangkah Kabupaten Tegal beserta guru-guru Agama dan seluruh guru
beserta para staf tenaga kependidikan lainnya, yang ikut serta mendorong dalam studi.
Atas segala bantuan dan budi baik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan penelitian guna penyusunan Tesis ini. Semoga mendapat imbalan pahala
yang berlimpah dari Allah SWT. Tesis yang penulis susun ini, semoga bermanfaat dan dapat
menjadi setitik sumbangan bagi pengembangan keilmuan.
Cirebon, 15 Januari 2010
ix

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN

ii

LEMBAR PENGESAHAN ..

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

iv

NOTA DINAS

ABSTRAKSI.

vii

ABSTRACT

viii

KATA PENGANTAR

ix

DAFTAR ISI ..

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .

B. Perumusan Masalah

14

C. Tujuan Penelitian

15

D. Manfaat Hasil Penelitian

15

E. Kerangka Pemikiran .....

16

F. Penelitian Yang Relev an

25

BAB II FUNGSI TERAPI AL-QURAN DALAM MENANGGULANGI STRES


DAN GANGGUAN MENTAL
A. TerapiAl-Quran .

27
27

1. Konsep Dasar

27

2. Nama-nama Al Quran

30

3. Fungsi dan Kedudukan Al Quran

32

4. Al-Qurn Sebagai Terapi

40

5. Etika dalam Membaca Al- Quran

50

B. Stress dan Gangguan Mental


1. Batasan

52
52

2. Sumber Stres

60

3. Stres dan Depresi ; Akibat Tidak Menjalankan Agama.............


C. Prestasi Belajar.

62
69

1. Pengertian..

69

2. Faktot-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.......................

74

3. Fase dan Teknik yang Efektif Dalam Belajar................................

83

4. Jenis jenis Prestasi Belajar

89

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

94

A. Obyek Penelitian

94

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

95

1. Pendekatan.

95

2. Subjek Penelitian

95

3. Tahap-tahap Penelitian

96

4. Teknik Pengumpulan Data.

97

5. Alat Bantu Pengumpulan Data .....................................................

100

6. Keabsahan Penelitian...

101

7. Teknik Analisis Data

103

BAB IV DAMPAK TERAPI AL QURAN DALAM MENGATASI STRES


SISWA DI SMP NEGERI 3 PANGKAH KABUPATEN TEGAL

BAB V

A. Proses Terapi Al-Quran

106
106

B. Respon Siswa Terhadap Terapi Al Quran

127

C. Prestasi Belajar Hasil Terapi Al-Quran

143

PENUTUP
A. Kesimpulan .

152

B. Rekomendasi

152

DAFTAR PUSTAKA ..
LAMPIRAN-LAMPIRAN

160

ABSTRAKSI

Ahmad Syaekhudin: Efektivitas Terapi Al-Quran bagi Penyakit Stres dalam Belajar
serta Dampaknya terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMPN 3
Pangkah Kabupaten Tegal
Ujian nasional (UN) sering kali dianggap sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam
melaksanakan belajar secara tuntas di sekolah. Situasi seperti itu, adakalanya memunculkan
perasaan tegang atau stres terutama terhadap diri siswa yang akan menjalani Ujian Nasional.
Dalam ramgka menghadapi ujian nasional, siswa SMP Negeri 3 Pangkah juga banyak yang
mengalami stres. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah sejauh mana efektivitas Al-Quran
dapat dijadikan terapi bagi penyembuhan perilaku stres sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajarnya, khususnya di kalangan siswa SMPN 3 Pangkah kabupaten Tegal. Persoalan ini
akan dikaji melalui penelitian mendalam untuk membuktikan bahwa Al-Quran sebagai kitab
suci, selain sebagai pedoman hidup bagi umat manusia, juga benar-benar menjadi penawar
bagi penyakit fisik maupun psikhis yang harus diyakini oleh para siswa sebagai seorang
muslim, yang diharapkan mampu menjadi salah satu cara untuk mengatasi kondisi stres
khususnya di kalangan siswa SMP Negeri 3 Pangkah menjelang ujian nasional, sekaligus
sebagai pendorong untuk mampu meningkatkan prestasi hasil belajarnya.
Berdasarkan beberapa pandangan dan hasil-hasil penelitian, terutama yang menyangkut
Al-quran dapat dikatakan bahwa Al-Quran dapat menjadi terapi bagi perilaku stres dalam
belajar yang berakibat rendahnya prestasi belajar di kalangan para siswa di sekolah. Hal ini
mendorong timbulnya pertanyaan; bagaimana Al-Quran dapat dijadikan terapi bagi
penyembuhan perilaku stress dan gangguan mental, khususnya di kalangan siswa SMPN 3
Pangkah kabupaten Tegal?
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.Menggambarkan proses terapi Al-Quran yang
diterapkan oleh guru agama dalam menanggulangi gejala stres para siswa di
SMP Negeri
3 Pangkah Kabupaten Tegal? 2.Menjelaskan respon siswa yang mengalami gejala stress
terhadap terapi Al-Quran yang dilakukan oleh guru agama dalam menanggulangi gejala stress
di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal ? 1. Membuktikan terapi Al-Quran yang
diterapkan oleh guru agama berdampak terhadap keberhasilan belajar dan dapat mengurangi
gejala stres para siswa SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal?
Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yakni penelitian yang
menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, dengan alat bantu pedoman
wawancara dan observasi. Pengumpulan data digunakan observasi dan wawancara. Analisis
data dilakukan secara langsung melalui: pengorganisasian data, kategorisasi dan analisis.
Hasil penelitian dapat disimpulkan: 1. Proses terapi Al-Quran yang diterapkan oleh
guru agama dalam menanggulangi gejala stres para siswa di SMP Negeri 3 Pangkah
Kabupaten Tegal sebagian besar (85 %) bisa diterima oleh siswa. Terapi dilaksanakan dengan
cara menyuruh para siswa untuk sering membaca Al-Quran dan mengamalkannya dengan
baik di sekolah maupun di rumah. 2. Siswa yang mengalami gejala stres sebagian besar (80 %)
memberikan respon positif terhadap pelaksanaan terapi Al -Quran yang dilakukan oleh guru
agama dalam menanggulangi stres di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal. 3. Terapi AlQuran yang diterapkan oleh guru agama sangat berdampak positif terhadap keberhasilan
belajar siswa dengan dibuktikan perolehan hasil nilai Ujian Nasional menjadi baik. Sebelum
mendapatkan terapi Al-Quran rata-rata siswa memperoleh nilai 14,91. Tetapi setelah
mendapatkan Terapi Al-Quran rata-rata siswa memperoleh nilai 30,7 dan dapat mengurangi
gejala stres para siswa di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal.
Vii

ABSTRACT
Ahmad Syaekhudin: Therapeutic Effectiveness of the Qur'an for Disease Stress in
Learning and Its Impact on Student Achievement in Tegal
regency Pangkah SMP 3
National Examination (Examination) are often regarded as a benchmark for student
success in implementing learning in the school completely. Situations like that, sometimes led
to feelings of tension or stress, especially for students who will undergo self-National
Examination. In ramgka national exams, the students of SMP Negeri 3 Pangkah too much
stress. Question that arises then is how far the effectiveness of the Qur'an can be used as a
therapy for healing of stress behaviors that lead to better academic achievement, particularly
among junior high school students three Pangkah Tegal regency. This issue will be
investigated through in-depth research to prove that the Qur'an as scripture, other than as a
guide to life for mankind, is also truly be an antidote for the disease, both physical and psikhis
to be believed by the students as a Muslim, which is expected could be one way to cope with
stressful conditions, especially among students of SMP Negeri 3 Pangkah ahead of the national
exams, as well as a motivator to be able to improve the achievement of learning outcome.
Based on some of the views and research results, especially with regard to Al-qur'an
can be said that the Qur'an can be a therapy for stress behavior that resulted in low learning
achievement among students in schools. This encouraged the emergence of the question, how
the Qur'an can be used as therapies for the treatment of behavioral stress and mental disorders,
particularly among junior high school students three Pangkah Tegal district?
This study aims to: 1.Menggambarkan Qur'an therapy process applied by the teachers of
religion in coping with stress symptoms among students at Junior High School 3 Pangkah
Tegal regency? 2.Menjelaskan response of students who experience symptoms of stress to
therapy Qur'an made by teachers of religion in coping with stress symptoms in SMP Negeri 3
Pangkah Tegal regency? 1. Proving the Qur'an therapy applied by the religious teacher impact
on learning success and can reduce symptoms of stress the students of SMP Negeri 3 Pangkah
Tegal regency?
Research using qualitative descriptive approach, ie research that produces and manages
data descriptive nature, with the tool guides the interview and observation. The data collection
used by observation and interviews. Data analysis was done directly through: organizing data,
categorization and analysis.
The research concluded: 1. Qur'an therapy process applied by the teachers of religion
in coping with stress symptoms among students at Junior High School 3 Pangkah Tegal
regency majority (85%) could be accepted by students. Therapy conducted in a manner
ordered the students to regularly read the Qur'an and mengamalkannya well in school and at
home. 2. Students who are experiencing symptoms of stress, a majority (80%) gave positive
response to the implementation of the therapeutic al-Qur 'an are made by teachers of religion
in coping with stress in SMP Negeri 3 Pangkah Tegal regency. 3. Qur'an therapy applied by
the teachers of religion is a positive impact on student learning with the proven success of the
acquisition of National Exam results to be good value. Before getting therapy Qur'an students
gain an average of 14.91 value. But after getting the Qur'an therapy an average of 30.7
students gain value and can reduce symptoms of stress among students at Junior High School 3
Pangkah Tegal regency.
vii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara nasional penguasaan materi pelajaran siswa di Indonesia masih
sangat rendah. Indonesia menduduki posisi tiga terbawah dalam penguasaan fisika,
matematika, biologi dan bahasa dari 50 negara di dunia (Bambang Sudibyo,
Mendiknas: 2008) Kendati cukup menggembirakan, pencapaian prestasi beberapa
pelajar di ajang internasional ternyata tak mencerminkan kondisi pendidikan
Indonesia yang sebenarnya. Kondisi ini mencerminkan dunia pendidikan di
Indonesia masih sangat tertinggal. Kalangan pendidik serta pemerintah perlu
melakukan upaya pembenahan secara komprehensif dan terus menerus untuk
meningkatkan kualitas intelektual siswa.
Pada saat hasil ujian nasional (UN) SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK tahun
2007 diumumkan serentak di seluruh tanah air, maka kekhawatiran sejumlah
kalangan tentang adanya dampak dari kebijakan kenaikan batas minimum UN
yang harus dicapai siswa, ada benarnya. Secara umum, angka ketidak lulusan
peserta UN dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Berdasarkan data di
Departemen Pendidikan Nasional, untuk tingkat SLTA/MA saja, jika tahun
sebelumnya angka ketidaklulusan hanya 9,22 persen, maka pada tahun 2007
mencapai 20,96 persen. (Data Depdiknas: 2007)
Walaupun demikian, jika dilihat dari rata-rata kelulusan siswa di tanah air
1

cukup meningkat Angka kelulusan siswa SLTA secara nasional tahun pada tahun
2007 melebihi 90 persen. Sebuah angka di luar dugaan banyak pihak, mengingat
aturan main Ujian Nasional 2006-2007 justru lebih ketat dari tahun sebelumnya,
dimana siswa harus mendapatkan nilai (asli) minimal 4, 26 untuk semua mata
pelajaran yang diujikan secara nasional dan dengan nilai rata-rata minimal harus 4,
51 untuk ketiga mata pelajaran itu.
Ujian nasional (UN) sering kali dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan
siswa dalam melaksanakan belajar secara tuntas di sekolah. Pertanyaan yang
muncul kemudian adalah apakah keberhasilan siswa dalam belajar selama
bersekolah hanya ditentukan oleh beberapa hari dalam ujian nasional. Kenyataan
yang berkembang selama ini seolah-olah membenarkan pendapat tersebut. Hal ini
memunculkan perasaan yang meresahkan di kalangan siswa, orang tua bahkan
para guru di sekolah yang bersangkutan.
Situasi seperti itu, adakalanya memunculkan perasaan tegang atau stres
terutama terhadap diri siswa yang akan menjalani Ujian Nasional. Dalam ramgka
menghadapi ukian nasional, siswa SMP Negeri 3 Pangkah juga banyak yang
mengalami stres. Siswa banyak yang konsultasi kepada guru BP dan guru agama
berkaitan dengan ujian nasional. UN seringkali dianggap sebagai ajang
mempertaruhkan reputasi diri, selama siswa tersebut menimba ilmu sekian tahun
di sekolah masing-masing, dan yang paling mengkhawatirkan, munculnya
fenomena penyimpangan stres yang terjadi terhadap siswa yang gagal dalam
menempuh Ujian Nasional maupun kegiatan-kegiatan ujian dan ulangan lainnya.

Para siswa di SMP Negeri 3 Pangkah yang diduga mengalami stres


dikumpulkan oleh guru agama kemudian diberi tugas untuk membaca al Quuran
baik dimushola sekolah maupun di rumah untuk banyak membaca al Quran.
Fenomena penyimpangan stres di kalangan siswa, orang tua, dan para guru ketika
menjelang dan setelah ujian, harus menjadi bahan renungan dan evaluasi diri
secara menyeluruh. Bagaimana tidak, hal-hal yang tidak diinginkan dan tak
sepatutnya muncul menjadi penyimpangan perilaku, sebagai konpensasi dari
tekanan yang dirasakan.
Penyimpangan stres di kalangan siswa, orang tua dan para guru ketika
menjelang dan sesudah ujian tersebut, antara lain: siswa berbuat curang dengan
cara mencontek, orang tua ada yang berani membeli bocoran soal dengan harga
yang cukup tinggi, maupun ada oknum guru yang menjadi tim sukses dengan
menyediakan jawaban soal. Karena apabila mereka tidak lulus dalam ujian, akan
terjadi penyimpangan, antara lain: siswa yang tidak lulus menjadi minder, merusak
gedung sekolah bahkan hingga bunuh diri.
Stres dapat dialami oleh setiap orang, tidak mengenal usia, jenis kelamin,
kedudukan maupun jabatan. Gejala-gejala stres mencakup mental, sosial dan fisik.
Hal-hal ini meliputi kelelahan, kehilangan atau meningkatnya napsu makan, sakit
kepala, sering menangis, sulit tidur dan tidur berlebihan. Menggunakan alkohol,
narkoba, atau perilaku kompulsif lainnya sering merupakan indikasi-indikasi dari
gelaja stres. Perasaan was-was, frustrasi, atau kelesuan dapat muncul bersamaan
dengan stres.

Sebagian besar, perasaan stres atau tegang yang dialami oleh siswa ketika
akan menghadapi ujian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang cukup memeras otak
serta adanya konlik di rumah merupakan respons (reaksi) yang berupa perasaan
tidak nyaman atau tertekan terhadap tuntutan, bahwa ujian nasional adalah penentu
kelulusan. Dari beberapa siswa yang dijadikan sampel oleh penulis untuk dimintai
pendapatnya mengenai masalah ini, terutama stres menghadapi UN, tercatat
sebagian besar siswa mengalami ketegangan saat akan menghadapi ujian nasional
dengan beberapa alasan, antara lain takut tidak lulus, takut soalnya susah, takut
hasilnya tidak memuaskan walaupun lulus ujian, takut tidak bisa melanjutkan ke
sekolah favorit dsb. Dengan gejala ini dapat dikatakan bahwa stres hanya akan
menambah beban dan mengganggu konsentrasi belajar saat menghadapi ujian
(Muhanna Sofiati Utami, 2003: 139)
Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang
sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan
dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi
belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan
dibutuhkan proses belajar. Proses belajar yang terjadi pada individu memang
merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal
lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya.
Menurut Irwanto (1997:105) belajar merupakan proses perubahan dari
belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan
belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan.Belajar akan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui

sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Begitu juga
dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu
diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang
siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang
disebut sebagai prestasi belajar.
Prestasi belajar menurut Yaspir Gandhi Wirawan dalam Murjono
(1996:178) adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya
sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar
seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam
belajar. Dengan kata lain bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai
oleh seorang siswa dari kegiatan belajar mengajar dalam bidang akademik di
sekolah dalam jangka waktu tertentu.
Rendahnya mutu prestasi belajar siswa sudah lama diidap oleh dunia
pendidikan di Indonesia. Ironisnya gejala penyakit ini mulai muncul ketika gencar
mengadakan pembaruan pendidikan. Kondisi sekolah pada saat ini banyak yang
tidak memenuhi persyaratan, sehingga menyebabkan timbulnya kesulitan-kesulitan
batin dan macam macam konflik pada anak didik (siswa).
Menurut penelitian Baker dkk (1987), stress dan gangguan mental yang
dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para
peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stress dan gangguan mental akan
menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara
menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung
sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhan

nya, karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun selsel antibodi banyak yang kalah.
Penemuan mutakhir yang amat mengagumkan ialah diketahuninya sentra
di otak yang aktif disebabkan keimanan dan ibadah yang berfungsi untuk
menyeimbangkan peran kejiwaan dan fisik. Hal tersebut menetapakan prinsip
penciptaan bahwa iman adalah fitrah yang tertanam dalam jiwa manusia. Jiwa
yang khusyuk akan mempengaruhi kesehatan jiwa dan fisik. (Dadang Hawari,
2005: 11-13).
Para ahli jiwa amat konsentrasi meneliti kaitan antara fisik dan psikis
manusia dan pengaruh masing-masing di antara keduanya. Akhirnya diketahuilah
bahwa penyakit fisik memungkinkan terjadinya tekanan jiwa atau kemungkinan
berakar dari masalah kejiwaan (psikis). Lalu lahir sebuah cabang ilmu jiwa dengan
nama Psychosomatic (Dadang Hawari, 2005: 11-13).
Dokter Badar Al-Anshori (Aminuddin Imam Muhayi, 2007:23) menjelas
kan sebagian peneliti memastikan bahwa pessimism (pesimis) menambah
kemungkinan besarnya manusia ditimpa penyakit fisik seperti kangker sebagai
mana pesimis juga erat kaitannya dengan berbagai goncangan jiwa seperti stress,
putus asa dan depresi.
Pendidikan

merupakan

aktivitas

yang

sengaja

dilakukan

untuk

mengaktualisasikan segala potensi yang ada pada diri peserta didik, baik yang
menyangkut ranah afektif, kognitif maupun psikomotorik; ruh, jiwa (nafs), hati
(qalb), dan intelek (aql). Pendidikan yang merupakan usaha sadar untuk
mengembangkan individu secara penuh tersebut sarat akan norma dan nilai-nilai.

Oleh karena itu, norma dan nilai-nilai menjadi penting dalam semua perencanaan
pendidikan; baik itu norma sekularis, humanis, marxis maupun religius. Islam
memberikan sebuah norma obyektif untuk semua pelaksana pendidikan. Islam
yang memberikan norma obyektif tersebut bersumber pada al-Qur'an dan al-Hadits
(Musthafa Mahmoud, 2005: 34-35).
Hidup manusia ditandai oleh usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, baik
fisik, mental-emosional, material maupun spiritual. Bila kebutuhan dapat dipenuhi
dengan baik, berarti tercapai keseimbangan dan kepuasan. Tetapi pada
kenyataannya

seringkali

usaha

pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan

tersebut

mendapat banyak rintangan dan hambatan. Tekanan-tekanan dan kesulitankesulitan hidup ini sering membawa manusia berada dalam keadaan stres. Stres
dapat dialami oleh segala lapisan umur.
Stres dapat bersifat fisik, biologis dan psikologis. Kuman-kuman penyakit
yang menyerang tubuh manusia menimbulkan stres biologis yang menimbulkan
berbagai reaksi pertahanan tubuh. Sedangkan stress psikologis dapat bersumber
dari beberapa hal yang dapat menimbulkan gangguan mental dan keseimbangan
hidup (Zakiah Daradjat, 2005:16)
Al Quran menjawab perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai
konsekuensi modernisasi, industrialisasi dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) yang berdampak pada kehidupan masyarakat. Terhadap
perubahan sosial tersebut yang sering diiringi oleh ketidakpastian fundamental di
bidang hukum, norma, moral dan nilai kehidupan, tidak semua orang mampu
menyesuaikan diri, sehingga pada gilirannya yang bersangkutan dapat jatuh sakit

karenanya. Atas dasar Al Quran dan Al Hadits itulah, permasalahan kehidupan


manusia di zaman modern ini seperti stres, kehidupan berumah tangga, aids,
NAZA (Narkotika, Alkohol, Zat Adiktif) dan lain sebagainya akan dapat
ditanggulangi (Manaul Quthan, 1993:7)
Sesungguhnya dalam kitab suci Al-Quran banyak sekali terdapat ayat-ayat
yang berkenaan dengan proses jiwa atau keadaan jiwa seseorang karena pengaruh
agama. Dalam al-Quran misalnya, banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan
keadaan jiwa orang yang beriman dan sebaliknya orang kafir, setiap tingkah laku
doa-doa, bahkan mengenai kesehatan mental sekalipun. Banyak terdapat ayatayat yang berbicara tentang penyakit dan gangguan kejiwaan, serta kelainankelainan sifat yang terjadi karena kegoncangan kepercayaan dan sebagainya. Di
samping itu dapat pula ditemukan ayat-ayat yang berbicara tentang perawatan
jiwa. Al-Quran menegaskan (QS.Al-Maidah [5]:32) bahwa:

Terjemah: "Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang
itu (membunuh) orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan
dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya[412]. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul
Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui
batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi (QS.Al-Maidah [5]:32).

"Menghidupkan" di sini bukan saja yang berarti "memelihara kehidupan", tetapi


juga dapat mencakup upaya "memperpanjang harapan hidup" dengan cara apa pun
yang tidak melanggar hukum. Demikian, satu contoh, bagaimana ayat-ayat AlQuran dipahami dalam

konteks

peristiwa

paling

mutakhir dalam bidang

kesehatan. Namun dalam ajaran Islam juga ditekankan bahwa obat dan upaya
hanyalah "sebab", sedangkan penyebab sesungguhnya di balik sebab atau upaya
itu adalah Allah Swt., seperti ucapan Nabi Ibrahim a.s. yang diabadikan AlQuran dalam surat Al-Syu'ara' (26): 80


Artinya: Apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku.

Dalam Al-Quran tidak kurang dari sebelas kali disebut istilah fi


qulubihim maradh () , Kata qalb atau qulub dipahami dalam dua
makna, yaitu akal dan hati. Sedang kata maradh biasa diartikan sebagai
penyakit. Secara rinci pakar bahasa Ibnu Faris mendefinisikan kata tersebut
sebagai

"segala

sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas

keseimbangan/kewajaran dan mengantar kepada terganggunya fisik, mental,


bahkan kepada tidak sempurnanya amal seseorang." (Manaul Quthan, 1993:87).
Islam mendorong manusia agar memiliki kalbu yang sehat dari segala macam
penyakit dengan jalan bertobat, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Sebagaimana
dijelaskan dalam (QS Al-Ra'd [13]: 28):

10

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. (QS Al-Ra'd [13]: 28)
Gangguan jiwa berupa stres teramati pada orang-orang yang taat beragama
dengan tingkat rendah. Menurut penemuan di Universitas Rush di Chicago
(Dadang Hawari, 2005: 11-13), tingkat kematian dini di kalangan orang-orang
yang beribadah dan berdoa secara teratur adalah sekitar 25% lebih rendah
dibandingkan pada mereka yang tidak memiliki keyakinan agama. Penelitian lain
yang dilakukan terhadap 750 orang, yang menjalani pemeriksaan angiocardiography (jantung dan pembuluh darah), membuktikan secara ilmiah "kekuatan
penyembuhan dari doa" telah diakui bahwa tingkat kematian di kalangan pasien
penyakit jantung yang berdoa menurun 30% dalam satu tahun pasca operasi yang
mereka jalani. Diantara contoh doa yang disebutkan dalam Al Quran (QS. Al
Anbiyaa, 21:83-84) adalah:

Terjemah: dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya


Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau
adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang
Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan
penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya
kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu
rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang
menyembah Allah.

11

Kondisi stres dapat mengganggu kesehatan mental, dan mental yang tidak
sehat dapat menggaganggu prestasi belajar siswa. Sebuah penelitian di Eropa
mengindikasikan bahwa buruknya prestasi anak di sekolah dapat menjadi salah
satu indikator akan hadirnya tanda-tanda awal serta peningkatan risiko mengidap
penyakit gangguan mental atau skizofrenia di kemudian hari.
Diungkapkan para ahli dari Institute of Psychiatry di King's College
London dan Karolinska Institute di Stockholm berdasarkan riset yang melibatkan
900 ribu anak yang lahir antara 1973 hingga 1983. Hasil studi mengungkapkan,
bahwa siswa yang nilai pelajarannya paling buruk secara umum risikonya empat
kali lebih besar mengalami skizofrenia ketika menginjak dewasa. Sedangkan
mereka yang memperoleh nilai E pada salah satu dari 16 ujian mata pelajaran
mengalami peningkatan risiko hingga dua kali lipat mengidap skizofrenia. Dimuat
dalam jurnal The Psychological Medicine, penelitian dilakukan dengan cara
menganalisis data hasil ujian para pelajar berusia 15-16 tahun yang mengikuti
program sekolah menengah (General Certificate Secondary Education/GCSE) di
Swedia.
Hasil Penelitian Ilmiah di Universitas al-Imam Muhammad bin Sa'ud alIslamiyyah membuktikan ketika kadar hafalan al-Qur'an siswa meningkat maka
akan meningkat pula kesehatan jiwanya. Penelitian yang dilakukan oleh Shalih bin
Ibrahim, professor ilmu Kesehatan Jiwa, terdiri dari dua kelompok. Kelompok
pertama, para mahasiswa-mahasiswi Universitas Malik abdul Aziz di Jeddah.
Jumlah mereka 170 orang. Kelompok kedua, Para mahasiswa Ma'had al-Imam
asy-Syatibi li ad-Dirasah al-Qur'aniyyah, filial Universitas al-Khairiyah Litahfidzil

12

Qur'an al Karim di Jeddah. Jumlah mereka sama, yaitu 170 orang. Para mahasiswa
yang memiliki hafalan yang bagus memiliki kesehatan jiwa yang jauh lebih tinggi.
Ada 70 penelitian umum dan Islam, seluruhnya menguatkan pentingnya dien untuk
meningkatkan kesehatan dan ketentraman jiwa.
Sebuah penelitian di di Saudi juga menunjukkan peran al-Qur'an dalam
meningkatkan kecerdasan bagi anak-anak sekolah dasar dan Pengaruh positif
hafalan al Qur'an bagi kesuksesan akademik para mahasiswa (PurWd/m3com).
Penelitian ini sebagai bukti nyata adanya hubungan antara agama dengan
berbagai fenomena hidup. Di antaranya yang paling urgen adalah menghafal alQur'an. Siswa yang memiliki hafalan al-Qur'an memiliki kesehatan jiwa yang lebih
baik dibandingkan dengan siswa-siswa yang tidak beragama dengan baik, atau
tidak menghafalkan al-Qur'an sedikitpun atau hafalan mereka hanya surat-surat
dan ayat-ayat pendek.
Penelitian tersebut berpesan agar menghafalkan al-Qur'an dengan
sempurna bagi para siswa-siswi di tingkat universitas, untuk menghasilkan nilai
positiv bagi kehidupan dan akademik mereka. Mendorong mereka melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan hal itu merupakan sarana
terpenting untuk memperoleh kesehatan jiwa yang tinggi.
Penelitian itu juga menasihatkan kepada para guru agar meningkatkan
standar hafalan bagi murid-murid mereka, walau dijadikan sebagai kegiatan ekstra
kurikuler, karena memiliki manfaat dan pengaruh yang bagus untuk kesuksesan
belajar dan kesehatan jiwa mereka.

13

Berdasarkan beberapa pandangan dan hasil-hasil penelitian di atas,


terutama yang menyangkut Al-Quran dapat dikatakan bahwa Al-Quran dapat
menjadi terapi bagi perilaku stres dan gangguan mental yang berakibat rendahnya
prestasi belajar di kalangan para siswa di sekolah.
Berdasarkan pengamatan penulis, di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten
Tegal banyak diduga siswa yang terkena gejala stres. Ini di buktikan para siswa ini
banyak yang konsultasi kepada guru BP dan guru agama menyampaikan
permasalahan yang sedang mereka alami. Permasalahan yang disampaikan oleh
para siswa itu antara lain, takut tidak lulus dalam Ujian Nasional karena mereka
merasa tidak dapat belajar dengan baik atau konsentrasi, sulit menerima materi
pelajaran dan banyaknya beban atau tugas yang diberikan oleh guru dan lain-lain.
Guru agama di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal menyikapi dari
permasalahan para siswa yang diduga mengalami gejala stres tersebut
dikumpulkan dan diberikan pengarahan. Selanjutnya para siswa tersebut di
beritugas untuk membaca dan mendalami arti dari surat dan ayat ayat Al-Quran
yang dibacanya. Kegiatan ini dilakukan oleh guru agama dengan berulang kali
dan terjadwal, bertempat dikelas maupun dimushola sekolah saat beristirahat atau
setelah jam pelajaran terakhir. Kemudian guru agama menugaskan dan menyuruh
kepada siswa agar sering membaca Al-Quran di rumah masing-masing.
Hal ini mendorong timbulnya pertanyaan; sejauh mana efektivitas AlQuran dapat dijadikan terapi bagi penyembuhan perilaku stres sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajarnya, khususnya di kalangan siswa SMPN 3 Pangkah
kabupaten Tegal?

14

Persoalan ini akan dikaji melalui penelitian mendalam untuk membuktikan


bahwa Al-Quran sebagai kitab suci, selain sebagai pedoman hidup bagi umat
manusia, juga benar-benar menjadi penawar bagi penyakit fisik maupun psikhis
yang harus diyakini oleh para siswa sebagai seorang muslim, yang diharapkan
mampu menjadi salah satu cara untuk mengatasi kondisi stres khususnya di
kalangan siswa SMP Negeri 3 Pangkah

menjelang ujian nasional, sekaligus

sebagai pendorong untuk mampu meningkatkan prestasi hasil belajarnya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan sebagaimana diuraikan di atas, akan dilakukan


penelitian dengan seksama melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah

proses terapi Al-Quran yang diterapkan oleh guru agama

dalam menanggulangi gejala stres para siswa di SMP

Negeri

Pangkah

Kabupaten Tegal?
2. Bagaimanakah respon siswa yang mengalami gejala stress terhadap terapi AlQuran yang dilakukan oleh guru agama dalam menanggulangi gejala stress di
SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal ?
3. Apakah terapi Al-Quran yang diterapkan oleh guru agama berdampak terhadap
keberhasilan belajar dan dapat mengurangi gejala stres para siswa SMP Negeri
3 Pangkah Kabupaten Tegal?

15

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menggambarkan proses terapi Al-Quran yang diterapkan oleh guru agama
dalam menanggulangi gejala stres para siswa di SMP

Negeri

Pangkah

Kabupaten Tegal?
2. Menjelaskan respon siswa yang mengalami gejala stress terhadap terapi AlQuran yang dilakukan oleh guru agama dalam menanggulangi gejala stress di
SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal ?
3. Membuktikan terapi Al-Quran yang diterapkan oleh guru agama berdampak
terhadap keberhasilan belajar dan dapat mengurangi gejala stres para siswa
SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal?

D. Manfaat hasil penelitian


Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain:
1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada serta
dapat memberi gambaran mengenai efektivitas model terapi Al-Quran dengan
prestasi belajar.
2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
informasi khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam
upaya membimbing dan memotivasi siswa untuk meraih prestasi belajar dan
cara-cata menanggulangi gangguan-gangguan yang dapat menghambat kegiatan
dan proses belajar, seperti penyakit stres dan gangguan mental.

16

3. Kepala sekolah dan instansi-instansi terkait untuk menjadi perhatian dan bahan
kebijakan dalam bidang pendidikan, sehingga menghasilkan pendidikan
bermutu yang selalu menjadi tuntutan masyarakat maupun pemerintah. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai bahan pertimbangan dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah sebagai upaya membentuk manusia
Indonesia yang berilmu dan beramal sesuai dengan ajaran Islam.

E. Kerangka Pemikiran
Pendidikan dapat pula menyumbang bagi pencapaian kesehatan mental,
terbukti adanya usaha-usaha dalam praktek pendidikan modern yang berusaha
menuju ke arah tercapainya kepribadian yang harmonis bagi siswanya.
Stres dan gangguan mental, yang menimpa begitu banyak orang termasuk
siswa di sekolah adalah suatu keadaan batin yang diliputi kekhawatiran akibat
perasaan seperti takut, tidak aman, ledakan perasaan yang berlebihan, cemas dan
berbagai tekanan lainnya, yang merusak keseimbangan tubuh. Ketika seseorang
menderita stres, tubuhnya berreaksi dan membangkitkan tanda bahaya, sehingga
memicu terjadinya beragam reaksi biokimia di dalam tubuh: Kadar adrenalin
dalam aliran darah meningkat; penggunaan energi dan reaksi tubuh mencapai titik
tertinggi; gula, kolesterol dan asam-asam lemak tersalurkan ke dalam aliran darah;
tekanan darah meningkat dan denyutnya mengalami percepatan. Ketika glukosa
tersalurkan ke otak, kadar kolesterol naik, dan semua ini memunculkan masalah
bagi tubuh (Aminuddin Imam Muhayi, 2007: 90).

17

Kenyataan bahwa mereka yang tidak mengikuti nilai-nilai ajaran agama


mengalami "stres" dinyatakan oleh Allah dalam Al Quran:


Artinya: "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta" (QS. Thaahaa, 20:124)

Dalam sebuah ayat lain, Allah telah menyatakan bahwa:


Artinya: " hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal
bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh
mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari
(siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja" (QS. At Taubah, 9:118)

Firman Allah dalam surah Fushshilat ayat 44 :

:
}
Artinya: Katakanlah, Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orangorang mukmin. (QS. Fushshilat : 44)

Dari semua cabang ilmu kedokteran, maka cabang ilmu kedokteran jiwa
(psikiatri) dan kesehatan jiwa (mental health) adalah yang paling dekat dengan
agama, bahkan di dalam mencapai derajat kesehatan yang mengandung arti
keadaan kesejahteraan (well being) pada diri manusia, terdapat titik temu antara
kedokteran jiwa / kesehatan jiwa di satu pihak dan agama di lain pihak.

18

Organisasi kesehatan se-dunia (WHO, 1959) memberikan kriteria jiwa atau


mental yang sehat, adalah sebagai berikut: (1) Dapat menyesuaikan diri secara
konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk baginya, (2)
Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya, (3) Merasa lebih puas
memberi daripada menerima, (4) Berhubungan dengan orang lain secara tolongmenolong dan saling memuaskan, (5) Menerima kekecewaan untuk dipakainya
sebagai pelajaran untuk di kemudian hari, (6) Menjuruskan rasa permusuhan
kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif, dan (7) Mempunyai rasa kasih
sayang yang besar.
WHO (1984) telah menyempurnakan batasan sehat dengan menambahkan
satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang ini yang dimaksud dengan sehat
adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik, psikologik dan sosial, tetapi juga sehat
dalam arti spiritual / agama (empat dimensi sehat : biopsikososiospiritual).
Perhatian ilmuwan di bidang kedokteran umumnya dan kedokteran jiwa
(psikiatri) khususnya terhadap agama semakin besar. Tindakan kedokteran tidak
selamanya berhasil, seorang ilmuwan kedokteran berkata: Dokter yang mengobati
tetapi Tuhan yang menyembuhkan. Pendapat ilmuwan tersebut sesuai dengan
hadits Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dan
Ahmad (dari Jabir bin Abdullah r.a) sabdanya :

{ } .
Artinya: Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat mengenai sasarannya,
maka dengan izin Allah penyakit itu, akan sembuh. (Dikeluarkan oleh
Muslim)

19

Dalam hubungan antara agama dan kesehatan jiwa, Cancellaro, Larson,


dan Wilson (1982) telah melakukan penelitian terhadap tiga kelompok, yaitu: (a)
Kronik alkoholik, (b) Kronik drug addict dan (c) chizophrenia. Ketiga kelompok
ini dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dari kelompok gangguan jiwa dan
kelompok kontrol ini yang hendak diteliti adalah riwayat keagamaan mereka
(religious histories).
Hasil penelitiannya sungguh mengejutkan, bahwa ternyata pada kelompok
kontrol lebih konsisten dalam keyakinan agamanya dan pengamalannya, bila
dibandingkan dengan ketiga kelompok tersebut di atas. Temuan ini menunjukkan
bahwa agama dapat berperan sebagai pelindung daripada sebagai penyebab
masalah (religion may have been protective than problem producing).
Pentingnya faktor agama / psikoreligius di bidang psikiatri dan kesehatan
jiwa, dapat kita lihat dari pernyataan Prof. Daniel X. Freedman mantan ketua
umum APA, guru besar di UCLA dan selaku editor Archives of General
Psychiatry antara lain beliau mengatakan bahwa di dunia ini ada 2 lembaga besar
yang berkepentingan dengan kesehatan manusia, yaitu profesi kedokteran di mana
kedokteran jiwa (psikiatri) merupakan salah satu cabang ilmu dan lembaga
keagamaan. Lembaga ini dapat bekerjasama secara konstruktif dan merupakan
potensi guna peningkatan taraf kesejahteraan dan kesehatan jiwa baik secara
perorangan maupun kelompok masyarakat.
Manfaat pendekatan keagamaan / psikoreligius di bidang pelayanan
kesehatan jiwa, oleh para pakar antara lain dr. D.B. Larson, dkk, (2005) dalam

20

berbagai penelitiannya, menyimpulkan antara lain bahwa di dalam memandu


kesehatan manusia yang serba kompleks ini dengan segala keterkaitannya,
hendaknya komitmen agama sebagai sesuatu kekuatan jangan diabaikan begitu
saja. Adapun obyektif kurikulum agama dalam pendidikan psikiatri ini adalah
calon psikiater mampu mengenali betapa pentingnya pengetahuan agama sebagai
bagian dari pelatihan didaktik oleh calon psikiater. Pemahaman psikodinamik
penghayatan keagamaan pasien ini amat penting agar psikiater tidak salah
diagnosa serta terapinya.
Kritik yang sering dikeluhkan oleh pasien adalah bahwa pada umumnya
psikiater lebih senang hanya memberikan obat, obat dan sekali lagi obat, dan
kurang memperhatikan akan kebutuhan pasien terhadap waktu untuk konsultasi,
sehingga pasien merasa kurang puas terhadap pelayanan yang diterimanya.
Bahkan sebagian orang berpendapat bahwa dokter tidak lebih dari tukang obat.
Tidak jarang pasien dengan keluhan-keluhan kejiwaan yang berkaitan dengan
problem psikoreligius/ spikospiritual tidak dapat ditangani oleh psikiater karena
pengetahuan psikiater terhadap bidang ini masih minim. Sehingga banyak di antara
pasien-pasien ini yang meminta tolong ke orang pintar dukun, bahkan ke
paranormal.
Oleh karenanya tidak mengherankan kalau stigma terhadap psikiater
sukar dihilangkan, yaitu seolah-olah psikiater itu hanya mengobati pasien yang
gila (psikosis) saja khususnya gangguan jiwa skizofrenia.
Firman Allah surat Yunus ayat 57 :

21



Artinya: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Istilah stres, cemas dan depresi seringkali digunakan untuk menggambar


kan seseorang yang sedang mengalami problem kehidupan (stresor psikososial)
yang dapat berdampak pada gangguan fungsi organ tubuh dan mental emosional.
Ketiga istilah tersebut seringkali batasannya tidak jelas dan tumpang tindih.
Dalam psikiatri dikenal bentuk terapi yang disebut terapi holistic. Dalam
terapi holistic dimaksudkan bentuk terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan
ditujukan hanya kepada bentuk gangguan jiwanya saja, melainkan juga mencakup
aspek-aspek lain dari pasien. Terapi holistic adalah bentuk terapi yang memandang
pasien secara keseluruhan (sebagai manusia seutuhnya).
Dua orang peneliti lain, yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil
menemukan hubungan antara stres dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang
untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmunenya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood
seseorang sedang datang.
Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses dan hasil
belajar siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang menyangkut materi pelajaran
dan perilaku yang diharapkan dari siswa. Menurut Bloom (dalam Slavin, 1994)

22

prestasi akademik/ prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan
menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya
analisis, sintesis dan evaluasi.
Siswa yang berorientasi berprestasi, memiliki harapan yang besar untuk
berhasil daripada yang takut akan kegagalan. Atkinson dan Dianor dalam Santrok
1992. Hasrat berprestasi menunjukkan keinginan untuk mencapai yang terbaik.
Hal ini dapat ditunjang dengan adanya hubungan kerjasama yang baik antara guru
di sekolah, melalui pembimbingan yang terus menerus secara berkesinambungan.
Prestasi belajar menurut Yaspir Gandhi Wirawan dalam Murjono (1996
:178) adalah: Hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya
sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar
seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam
belajar.
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan
menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang
tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang
tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan
dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang
optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel (1997:529) hakikat inteligensi adalah
kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk
mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai
keadaan diri secara kritis dan objektif.

23

Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan


siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan
inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi
memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun
kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif
tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.
Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang
20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatankekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient
(EQ) dan spiritual, yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar
harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan.

Sehubungan

dengan

prestasi

belajar,

Poerwanto

(1986:28)

memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang
dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.

24

Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah


suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan
menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang
dicapai seseorang dalam berpikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan
sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor,
sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu
memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu
dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka
perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain;
faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari
luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat
biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor
keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

25

F. Penelitian Yang Relevan

1. Dian Maya Shofiana.2008. Profesionalisme Guru dan Hubungannya


dengan Prestasi belajar siswa Di MTs Al-Jamiiah Tegallega Cidolog
Sukabumi
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan
signifikan antara profesionalisme guru dalam bidang studi Fiqih dengan prestasi
belajar siswa di MTs Al-Jamiiah Tegallega Cidolog Sukabumi. Kontribusi
profesionalisme guru Fiqih terhadap prestasi belajar siswa adalah 50%. Dengan
kata lain, prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamiiah Tegallega Cidolog Sukabumi
ditentukan atau dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme guru sebanyak 50%, dan
50% lagi ditentukan oleh faktor yang lain.

2. Yuliarahman, Taufik (2008) Hubungan Keaktifan Anak Mengikuti Kegiatan


Taman Pendidikan Al-Quran Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama
Islam Di Sdn 2 Jarakan Panggungharjo Sewon Bantul.
Adapun

hasil

pembelajaran

Pendidikan

Agama

Islam

dapat

dikategorikan baik, dengan indikator nilai yang dicapai siswa berkisar 60 90.
Dalam proses analisis data menempuh beberapa langkah, yaitu: membuat tabel
koefisien korelasi, mencari nilai korelasi, tes signifikansi dan interpretasi hasil
analisis data. Melalui pengolahan data diperoleh rxy = 0,539, kemudian angka
tersebut dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan N=30. Pada taraf
signifikansi 5%, didapat nilai 0,361. Hasil akhir diperoleh r hitung lebih besar dari

26

r tabel atau 0,539 > 0,361. Berarti terdapat hubungan yang positif antara keaktifan
anak mengikuti kegiatan Taman Pendidikan Al-Quran dengan prestasi Pendidikan
Agama Islam, dan hubungan antar kedua variabel tersebut berada pada tingkat
agak rendah.

3. Seyv. 2008. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar


Pada Siswa Kelas Ii Smu Lab School Jakarta Timur
Hasil analisis data penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,248 dengan p 0,002 (<0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada hubungan antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar pada siswa kelas II SMU Lab School Jakarta Timur.

BAB II
FUNGSI TERAPI AL-QURAN
DALAM MENANGGULANGI STRES DAN GANGGUAN MENTAL

A. Terapi Al-Quran
1. Konsep Dasar
Diantara karunia Allah kepada umat manusia ialah, manusia itu diberi
fitratus salimah (hati nurani) yang tenteram ke dalam jiwa orang untuk menuntun
manusia ini ke arah yang baik dalam mendayungkan bahtera hidupnya. Fitrah
inilah yang menuntun hidup seseorang. Di antara zaman fitrah (kekosongan
Rasul) Allah mengutus seorang Rasul yang membawa kitab dari Allah Swt.
Hampir pada setiap kitab suci dari suatu agama terdapat ayat-ayat yang
berkenaan dengan proses jiwa atau keadaan jiwa manusia. Al-Quran misalnya,
banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan keadaan jiwa orang yang beriman.
Bahkan mengenai kesehatan mentalpun, banyak terdapat ayat-ayat yang berbicara
tentang penyakit dan gangguan kejiwaan, serta kelainan-kelainan sifat yang terjadi
karena kegoncangan kepercayaan dan sebagainya. Di samping itu dapat pula
ditemukan ayat-ayat yang berbicara tentang perawatan jiwa.
Para ulama tafsir Al-Qur'an dalam berbagai kitab ulumul quran, ditinjau
dari segi bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa kata Al-Qur'an merupakan
bentuk mashdar dari kata qoroa yaqrouu qirooatan wa qoran wa
quraanan. Kata qoroa berarti menghimpun dan menyatukan; Al-Qur'an pada
hakikatnya merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi satu
27

ayat, himpunan ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf alQur'an. Di samping itu, mayoritas ulama mengatakan bahwa al-Qur'an dengan
akar kata qoroa, bermakna tilawah: membaca. Kedua makna ini bisa dipadukan
menjadi satu, menjadi al-Qur'an itu merupakan himpunan huruf-huruf dan katakata yang dapat dibaca.
Al-Quran menurut tata bahasa adalah masdar. Raghib Asfahani
mengatakan :

:
.
Berkata Raghib Asfahani pada kitab mufradaat kata-kata al-Quran menurut
asal adalah mashdar seperti kufran, rujhan. (Salim. www.hidayatullah.com;
Jumat 18 Pebruari 2005
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa Al-Quran adalah mashdar
yang diartikan dengan arti isim maful yaitu yang dibaca. Penamaan kitab alQuran merupakan nama khusus bahwa al-Quran yang mengandung semua ilmu
pengetahuan, peraturan-peraturan, pelajaran dan sebagainya harus dibaca dan
dipelajari. Sebab dengan membaca dan mempelajarinya akan dapat diambil isi
kandungannya dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan al-Quran menurut istilah adalah beberapa pendapat ulama, di
antaranya; Para ulama tafsir al-Qur'an dalam berbagai kitab ulumul quran,
ditinjau dari segi bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa kata al-Qur'an
merupakan bentuk mashdar dari kata qoroa yaqrouu qirooatan wa qoran
wa quraanan. Kata qoroa berarti menghimpun dan menyatukan; al-Qur'an

pada hakikatnya merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi


satu ayat, himpunan ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf alQur'an. Di samping itu, mayoritas ulama mengatakan bahwa al-Qur'an dengan
akar kata qoroa, bermakna tilawah: membaca. Kedua makna ini bisa dipadukan
menjadi satu, menjadi al-Qur'an itu merupakan himpunan huruf-huruf dan katakata yang dapat dibaca. (Ash Shiddieqy.2000: 8)
Hasbi ash-Shiddieqy (2000: 10) mengatakan bahwa Al-Quran itu ialah
wahyu Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah
disampaikan kepada kita umatnya dengan jalan mutawatir yang dihukum kafir
orang yang mengingkarinya.
Hanafi mengatakan, Al-quran ialah kumpulan firman Allah Swt yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan dinukilkan dengan jalan mutawatir
dan dengan bahasa Arab. Dalam pengertian yang lain Al-Quran adalah sebuah
dokumen untuk umat manusia. Al-Quran juga kitab tentang masa lalu, masa kini
dan masa depan yang mampu memberikan petunjuk kepada manusia untuk
mengembangkan diri dalam rangka mengenal hakikat ciptaan Allah Swt. AlQuran mengisyaratkan formula kehidupan manusia yang penuh dengan
perjuangan (baik struktural maupun kultural) guna meraih kesempurnaan dan
keridlaan Allah Swt. Dalam perjuangannya itu manusia kadangkala melakukan
kesalahan-kesalahan dikarenakan pada dasarnya mereka itu diciptakan sebagai
makhluk yang lemah.
Dari beberapa definisi di atas terdapat lima bagian penting:
a) Al-Qur'an adalah firman Allah SWT (QS 53:4), wahyu yang datang dari Allah
Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (al-Qur'an) pun

menjadi mulia dan agung juga, yang harus diperlakukan dengan layak, pantas,
dimuliakan dan dihormati.
b) Al-Qur'an adalah mujizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai
dengan al-Qur'an, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.
c) Al-Qur'an itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS
(QS 26:192). Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Qur'an masuk ke
dalam hati kita. Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya.
Jika hati terisi dengan al-Qur'an, maka al-Qur'an akan mendorong kita untuk
menerapkannya dan memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri
Rasululullah SAW, ketika al-Qur'an diturunkan kepada beliau. Ketika Aisyah
ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau menjawab: Kaana khuluquhul
quran; akhlak Nabi adalah al-Qur'an.
d) Al-Qur'an disampaikan secara mutawatir. Al-Qur'an dihafalkan dan ditulis oleh
banyak sahabat. Secara turun temurun al-Qur'an itu diajarkan kepada generasi
berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu,
keaslian al-Qur'an terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap
keabadian al-Qur'an. (QS 15:9).
e) Membaca al-Qur'an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT.

2. Nama-nama Al-Qur'an
Di dalam al-Qur'an terdapat banyak nama-nama al-Qur'an. Dibalik nama
itu dapat memahami fungsi al-Qur'an.
1) Al-Qur'an Nama yang paling populer adalah Al-Qur'an itu sendiri, Allah
menyebutkannya 58 kali. Penyebutan berulang-ulang itu menjadi peringatan

bagi manusia agar dapat memfungsikan Al-Qur'an sebagai bacaan agar


mendapatkan petunjuk dalam hidup (QS 2: 185)
2) Al-Kitab. Artinya, wahyu yang tertulis. Menurut Syaikh Abdullah Ad Diros,
penamaan dengan Al-Kitab menunjukkan bahwa Al-Qur'an tertulis dalam
mushaf dan hendaknya melekat di dalam hati. Rasulullah bersabda: Orang
yang di dalam hatinya tidak ada sedikitpun Al-Qur'an, bagaikan rumah yang
rusak (al-Hadist).
3) Al-Huda; Artinya, petunjuk (QS 2:2). Sebagai petunjuk (al-Huda) merupakan
fungsi utama dari diturunkannya Al-Qur'an (QS 2:185). Kita tidak dapat
menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk jika kita tidak membaca dan
memahaminya, mengamalkannya dengan baik.
4) Rahmah berarti rahmat, terutama bagi orang-orang yang beriman (QS 17:82).
5) Nur; berarti cahaya penerang. Konsekuensi dari pemahaman ini adalah dengan
menjadikan Al-Qur'an sebagai cahaya yang menerangi jalan hidup kita (QS
5:15-16). Kita melihat tuntunan Al-Qur'an, kemudian melangkah dengan
tuntunan itu.
6) Ruh; berarti ruh sebagai penggerak (QS 16:2). Ruh menggerakkan jasad
manusia. Dengan nama ini Allah SWT ingin agar Al-Qur'an dapat
menggerakkan langkah dan kiprah manusia. Terutama perannya untuk
memberikan peringatan kepada seluruh manusia bahwa tidak ada Ilah selain
Allah.
7) Syifa; berarti obat (QS 10:57). Al-Qur'an merupakan obat penyakit hati dari
kejahiliyahan, kemusyrikan, kekafiran dan kemunafikan.
8) Al-Haq; berarti kebenaran (QS 2:147).

9) Bayan; berarti penjelasan atau penerangan (QS 3:138; 2:185).


10) Mauizhoh; berarti pelajaran dan nasehat (QS 3:138).
11) Dzikr; berarti yang mengingatkan (QS 15:9).
12) Naba; berarti berita (QS 16:89). Di dalam Al-Qur'an memuat berita-berita
umat terdahulu dan umat yang akan datang.

3. Fungsi dan kedudukan Al-Qur'an


Sesungguhnya merupakan nikmat Allah yang terbesar adalah diutusnya
Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam dan diturunkannya Al-Qur'an
kepadanya

untuk

memberi

petunjuk

kepada

manusia,

mengajari

dan

mengingatkan mereka tentang segala yang bermanfaat bagi mereka di dunia dan
di akhirat. Atas dasar inilah Allah memuliakan umat ini.
Al-Qur'an adalah kalam (firman) Allah Ta'ala, baik huruf maupun
maknanya, dia bukan makhluk. Dari Allah Al-Qur'an berasal dan kepada-Nya dia
akan kembali. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman dalam QS. 26 [Asy
Syu'araa] ayat 19:

Terjemah: Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb


semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke
dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab
yang jelas. (QS. Asy Syu'araa:195)
Al-Qur'an merupakan kitab yang universal untuk seluruh manusia,
bahkan untuk bangsa jin, untuk memberikan kabar gembira dan peringatan kepada

mereka. Al-Quran diturunkan kepada manusia dengan memiliki fungsi yang amat
banyak. Diantara fungsi diturunkannya Al-Qur'an adalah sebagai berikut:
1) Sebagai Petunjuk (Huda)
Allah Ta'ala telah berfirman:

Terjemah: Alif laam miim. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (QS. 2 [al- Baqarah]:1-2)
Di awal surat Al-Baqarah tersebut Allah Ta'ala menyebut Al-Qur'an
sebagai

petunjuk bagi orang yang bertakwa sedangkan di pertengahannya

disebutkan sebagai petunjuk bagi manusia, dan ini sifatnya umum baik bagi yang
bertakwa maupun yang tidak bertakwa. Adapun petunjuk bagi orang bertakwa,
mempunyai arti bahwa mereka mampu mengambil manfaat dan mengambil
faedah dari Al-Qur'an itu, serta mereka mampu manjadikan cahaya Al-Qur'an
sebagai penerang bagi mereka. Sedangkan petunjuk bagi manusia, artinya AlQur'an memberi penjelasan bagi mereka mana jalan yang lurus terbimbing, jika
mereka menghendaki jalan lurus tersebut bagi diri mereka.
Al-Qur'an merupakan petunjuk dilalah dan irsyad (penjelasan dan
bimbingan) bagi seluruh manusia, dan petunjuk taufiq bagi orang yang bertakwa,
khususnya mereka yang memenuhi panggilan Al-Qur'an. Hidayah itu ada dua
macam, yaitu hidayah taufiq wa 'amal (respon dan aksi). Ini khusus bagi orang
yang beriman, dan hidayah dilalah wa irsyad (bimbingan dan penjelasan) yang
bersifat informatif untuk seluruh umat manusia.
2) Al Qur'an sebagai Ruh.

Di dalam ayat yang lain Allah menyebut Al-Qur'an dengan ruh, dan
salah satu makna ruh di sini adalah segala yang menjadikan hati hidup penuh
dengan makna. Sebagaimana halnnya tubuh, jika di dalamnya ada ruh maka dia
akan hidup dan berfirman, artinya,jika ruh keluar dari badan maka dia akan mati.
Allah berfirman:

Terjemah: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu/ Al-Qur'an)


dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah
Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi
Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia
siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan
sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus. (QS. 26 [Asy Syura]:52)
Al-Qur'an adalah ruh bagi hati, dan ruh hati lebih khusus daripada ruh
badan. Allah menamainya dengan ruh karena dengan Al-Qur'an itu hati menjadi
hidup. Maka apabila Al-Qur'an telah bertemu dengan hati pasti dia akan hidup dan
bercahaya. Dia akan mengenal Rabbnya, menyembah Allah di atas dasar bashirah
(ilmu), takut kepada-Nya, bertakwa, mencintai-Nya, meninggikan serta mengagungkanNya. Ini dikarenakan Al-Qur'an merupakan ruh yang menggerakkkan
hati sebagaimana ruh (nyawa) yang menggerakkan badan.Jika nyawa masuk ke
dalam badan maka dia akan menggerakkan badan itu serta menjadikannya
hidup.Demikian pula Al-Qur'an, jika masuk ke dalam hati maka akan
menghidupkan serta menggerakkan hati untuk takut kepada Allah serta mencintai-

Nya. Sebaliknya jika hati tidak dimasuki Al-Qur'an maka akan mati, sebagaimana
badan yang tidak punya ruh.
Maka di sini ada dua kehidupan dan dua kematian. Dua kematian adalah
matinya jasmani dan matinya hati sedang dua kehiduan adalah hidupnya jasmani
dan hidupnya hati. Hidupnya badan berlaku bagi mukmin dan kafir, orang takwa
dan orang fasik, bahkan seluruh manusia dan hewan tidak ada bedanya. Yang
membedakan adalah hidupnya hati, dan ini tidak didapati kecuali pada hamba
Allah yang mukmin dan muttaqin. Adapun orang kafir dan binatang ternak maka
mereka kehilangan hidupnya hati, meskipun badan dan jasmani mereka hidup.

3) Al Qur'an sebagai Cahaya (Nur)


Allah menamai Al-Qur'an dengan Nur (cahaya), yaitu sesuatu yang
menerangai jalan yang terbentang di hadapan manusia sehingga tampak segala
yang ada di hadapannya. Apakah ada lobang, ataukah duri lalu menghindarinya,
dan kelihatan pula jalan yang selamat sehingga dia manempuh jalan itu. Orang
yang tidak mempunyai cahaya maka dia berada di dalam kegelapan, tidak bisa
melihat lobang serta duri, tidak mengetahui adanya bahaya karena memang tidak
mampu untuk melihat. Kita semua tahu adanya cahaya yang mampu kita lihat,
seperti cahaya matahari, lampu,lentera dan cahaya yang lain. Dengan adanya
cahaya inilah kita tahu bagaimana sebaiknya berjalan di jalanan, di pasar, di
rumah dan kita tahu dengan cahaya itu apa yang perlu untuk kita jauhi dan
waspadai.
Akan tetapi cahaya Al Qur'an adalah cahaya maknawi yang
memperlihatkan kepada anda apa yang bermanfaat bagi anda dalam urusan agama

maupun dunia, menjelaskan kepada anda yang hak dan yang batil, menunjukkan
jalan menuju surga sehingga anda menempuhnya berdasarkan cahaya dan
bimbingan Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Al-Qur'an

adalah

nur

maknawi

yang

dengannya

anda

dapat

membedakan jalan yang terang dari jalan yang gelap, membedakan jalan surga
dari jalan neraka. Dengannya engkau akan tahu mana yang bermanfaat dan mana
yang berbahaya, engkau tahu kebaikan dan keburukan. Maka Al-Qur'an adalah
cahaya semesta alam untuk menuju jalan kesuksesan, kebahagiaan dan
kemenangan di dunia dan di akhirat.

4) Al Qur'an sebagai Pembeda (Furqaan)


Allah Ta'ala juga menyifati Al Qur'an sebagai Furqaan (pembeda)
sebagai mana firman-Nya:

Terjemah: Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu AlQur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan
kepada seluruh alam. (QS. 25 [Al Furqaan]:1)
Artinya Al-Qur'an membedakan antara yang haq dengan yang batil,
antara yang lurus dengan yang sesat, yang bermanfaaat dan yang berbahaya. Dia
menyuruh kita semua mengerjakan kebaikan dan melarang kita dari perbuatan
buruk dan dia memperlihat kan segala apa yang kita perlukan untuk urusan dunia
dan akhirat, maka dia adalah furqan dalam arti membedakan antara yang hak
dengan yang batil.

5) Al Qur'an sebagai Obat Penawar


Allah

menyebut

Al-Qur'an

ini

sebagai

syifa'(obat

penawar),

sebagaimana dalam firmannya:

Terjemah: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari


Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS.
10 [Yunus]:57)
Dia merupakan obat bagi penyakit yang bersifat hakiki (yang menimpa
badan) dan penyakit yang sifatnya maknawi (yang menimpa hati). Merupakan
obat bagi penyakit badan, dengan cara membacakannya untuk orang yang sakit
atau terkena ain (hipnotis), kesurupan jin dan semisalnya.Dengan izin Allah orang
yang sakit akan menjadi sembuh jika bacaan tersebut berasal dari hati seorang
mukmin yang yakin kepada-Nya. Apabila keyakinan yang kuat berkumpul antara
orang yang membacakannya dengan yang di bacakan untuknya maka Allah akan
memberikan kesembuhan bagi si sakit.
Al-Qur'an juga merupakan obat bagi penyakit maknawi, seperti penyakit
ragu-ragu (syak), syubhat (kerancuan), kufur dan nifak. Penyakit-penyakit ini jauh
lebih berbahaya daripada penyakit badan. Penyakit hati lebih berbahaya daripada
penyakit badan karena penyakit badan ujung penghabisannya adalah mati
sedangkan mati itu pasti terjadi dan tidak mungkin dapat ditolak. Penyakit hati
jika dibiarkan terus menerus maka akan menyebabkan matinya hati , rusak secara

total sehingga si empunya hati menjadi seorang kafir, condong kepada kaburukan,
fasik. Dan tidak ada obat baginya selain daripada Al-Qur'an yang telah diturunkan
oleh Allah sebagai obat. Allah swt berfirman:

Terjemah: Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. 17
[Al Israa']:82)
Allah la menjadikan Al-Qur'an sebagai obat bagi orang mukmin dan
mengkhususkan itu untuk mereka karena hanya orang mukmin saja yang mampu
mengambil manfaat dan mengambil petunjuk dengan Al-Qur'an itu sehingga
hilang dari mereka segala was-was, keraguan dan syubhat dari dalam hati mereka.
Sedang orang-orang munafik dan orang-orang kafir serta pelaku kemusyrikan
maka mereka tidak dapat mengambil faedah dari Al Quran selagi mereka masih
terus menerus berada di atas kemusyrikan, kemunafikan dan kekufuran mereka.
Kecuali jika mau behenti dari semua itu dan bertobat kepada Allah Subhannahu
wa Ta'ala. (Syaikh Shalih bin Fauzan. Tadabbur Al-Quran: www.alsofwah.or.id)
Selain fungsi Al-Quran sebagaimana disebutkan di atas, juga fungsi
utama dari Al-Qur'an adalah kitab petunjuk (kitabul hidayah). Di samping itu AlQur'an juga memiliki fungsi-fungsi yang lain, antara lain:
a) Kitab berita (An-Naba wal akhbar) (QS 78:1-2)
b) Kitab hukum dan aturan (Al-hukmu wasy syariah) (QS 5:49-50).

c) Kitab berjuang (Kitabul Jihad)(QS 29:69)


d) Kitab pendidikan (Kitabut tarbiyyah)(QS 3: 79)
e) Kitab ilmu pengetahuan (Kitabul Ilm)
f) Secara Bahasa (Etimologi)
Al-Qur'an adalah wahyu Allah (7:2) yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi
Rasulullah Muhammad saw (17:88; 10:38 ) sebagai pedoman hidup bagi setiap
Muslim (4:105; 5:49,50; 45:20) dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap
kitab-kitab Allah yang sebelumnya (5:48,15; 16:64), dan bernilai abadi.
Sebagai mu'jizat, Al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi
masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan
menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan (insya
Allah) pada masa-masa yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan
ilmu pengetahuan dapat meyakinkan umat manusia bahwa Al-Qur'an adalah
firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi
Muhammad saw yang ummi (7:158) yang hidup pada awal abad ke enam Masehi
(571 - 632 M). Diantara ayat-ayat tersebut umpamanya: 39:6; 6:125; 23:12,13,14;
51:49; 41:11-41; 21:30-33; 51:7,49 dan lain-lain.
Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang
kekuasaan di Mesir, Negeri Saba'. Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam,
Musa dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa Al-Qur'an
adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang berhubungan dengan
ramalan-ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang
bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi
kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT. (30:2,3,4;5:14).

Bahasa Al-qur'an adalah mu'jizat besar sepanjang masa, keindahan bahasa


dan kerapihan susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa
Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan
ciri dari gaya bahasa Al-Qur'an. Karena gaya bahasa yang demikian itulah Umar
bin Khattab masuk Islam setelah mendengar Al-Qur'an awal surat Thaha yang
dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Walid, diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa
cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang
dikemukakan Rasulullah sebagai jawaban atas usaha-usaha bujukan dan
diplomasinya.

4. Al-Qur'an Sebagai Terapi


Bersama dengan mahasiswa-mahasiswanya dari University of Haifa, ahli
psikologi klinis Ofer Grosbard; Bushra, mengumpulkan sebuah koleksi nasihat
dari ayat-ayat Al -Qur'an tentang cara membesarkan anak-anak. Wartawan
Hisham Adem berbincang dengan dosen berkebangsaan Israel itu tentang ilmu
pedagogik praktis dari Kitab Suci tersebut (Hisham Adem,11 Juli 2008).
Bushra berkata bahwa ketika ia menjadi pembimbing pendidikan kelak,
seorang ayah atau ibu mungkin mendatanginya dan berkata, "Iblis telah merasuki
anak saya," atau hal-hal sejenis itu. "Apakah Anda pikir apa yang telah Anda
ajarkan kepada kami di sini akan membantu ketika itu terjadi?" Ia menjawab, "AlQuran." Ia mengatakan bahwa, dalam konteks yang tepat, sebuah kutipan dari
sebuah ayat Al Quran memiliki dampak yang besar terhadap Muslim. Saya
membawa sebuah kitab Al -Quran pada kuliah kami berikutnya. Saya membagi
bab-bab di antara para mahasiswa dan meminta mereka untuk mencari ayat-ayat

yang bersifat pendidikan dan pengobatan. Ada banyak ayat seperti itu dalam AlQuran, yang mendorong setiap orang untuk bertanggung jawab, mempelajari
kebenaran, menghormati orang lain, dsb. Saya juga meminta mereka menulis
sebuah cerita singkat yang diangkat dari kehidupan sehari-hari bagi setiap ayat
untuk menggambarkan bagaimana cara orang tua atau guru dapat memanfaatkan
ayat tersebut untuk menyampaikan sebuah pesan kepada anak mereka. Bersamasama mereka telah mengumpulkan lebih dari 300 cerita, dan saya menambahkan
penjelasan psikologi pendidikan yang sederhana dan singkat bagi setiap cerita
tersebut. Begitulah awalnya Quranet dilahirkan.
Pengguna memilih sebuah isu tertentu dari sebuah daftar isi dan menerima
ayat Al -Qur'an yang sesuai. Ia kemudian dapat mempelajari deskripsi ringkas dari
suatu peristiwa keseharian yang menggambarkan bagaimana ayat tersebut dapat
digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan. Bagian tersebut berakhir dengan
sebuah penjelasan psikologi pendidikan singkat tentang prosesnya. Quranet
mengangkat Al -Quran sebagai sarana pendidikan yang khas bagi para orang tua
dan guru, dengan membuat kebaikan-kebaikan Al -Quran dapat dijangkau secara
luas. Lebih jauh, Quranet menyingkap keindahan Al -Quran dan penghormatan
nya terhadap martabat manusia, dengan memberikan sebuah tanggapan yang keras
kepada mereka yang memanfaatkan Al -Quran untuk membenarkan terorisme.
Saya seorang Yahudi, dan walaupun saya mengajarkan mahasiswamahasiswa saya kuliah psikologi, mereka mengajarkan saya tentang Al -Quran,
yang tidak saya pahami sebelumnya. Mereka menunjukkan kepada saya
keindahan dan caranya menangani hubungan antar sesama manusia yang begitu
baik. Intisari dari Al -Quran sesungguhnya merupakan hubungan antar manusia

dan martabat manusiayang berlawanan dengan terorisme. Kami menggunakan


nya untuk memperlihatkan kepada para orang tua dan guru apa arti cinta dalam
Al-Quran.
Walaupun kami mengerjakan bahannya (dari Al -Quran), kami tidak
bekerja sama dengan para kiai atau imam. Kami hanyalah pendidik, dan saya
ingin menekankan ini setegas mungkin. Para mahasiswa tidak ingin mencoba
menjadi penafsir Al -Quran. Mereka sekedar ingin membawa Al -Quran kepada
anak dan keluarga. Seorang ayah yang membacakan Al -Quran bagi anaknya
tidak lantas berarti menjadi seorang penafsir Al -Quran. Mengutip sebuah frasa
dari Al -Quran bagi seorang anak bahwa seseorang harus menyampaikan
kebenaran, misalnya tidak membuat Anda menjadi seorang penafsir Al -Quran.
Saya menekankan ini karena kami menerima banyak tanggapan dari dunia
Arab yang bicara tentang konspirasi dan keangkuhan kami untuk menafsirkan AlQuran tanpa benar-benar membaca bukunya karena buku tersebut dalam bahasa
Hebrew, dan mereka hanya melihat situs webnya. Setelah kami menyelesaikan
pekerjaan kami, kami memaparkannya kepada para kiai terkenal di Israel, Inggris,
dan India, dan memperoleh masukan yang sangat baik.
Pertama-tama, prakarsanya berasal dari mahasiswa-mahasiswa Badui,
yang mengerjakan hampir semua pekerjaan di bawah bimbingan saya, dan itu
tidak ada hubungan apa pun dengan Negara Israel. Saya memahami bahwa di
negara-negara bukan demokrat mungkin sulit bagi orang untuk mempercayai
bahwa tidak semua hal bersifat politis dan diatur oleh pemerintah.
Benar bahwa Negara Israel bangga dengan proyek ini, yang menampilkan
keindahan Al- Quran. Kenapa tidak? Muslim juga percaya bahwa Al -Quran

diturunkan bagi kemaslahatan umat manusia. Apakah merupakan hal yang


terlarang kalau saya, seorang Yahudi, misalnya, mempelajarinya? Saya ingin
mendorong setiap orang yang merasakan hal itu untuk membaca bukunya dan
membuat penilaian yang jujur. Kemudian mereka akan memiliki jawaban yang
benar. Proyek ini merupakan sebuah produk cinta, bukan konspirasi.
Bagi Muslim, Al- Quran adalah sebuah jembatan antara cara pikir Muslim
dan Barat. Non-Muslim mungkin menemukan keindahan Al- Quran. Itulah yang
sesungguhnya terjadi pada saya. Al- Quran membangun sebuah jembatan cinta
antara saya dan para mahasiswa saya. Mereka menunjukkan saya keindahan
budaya mereka, suatu hal yang tak akan pernah saya lupakan.
Terapi Al-Qur'an adalah sebuah terapi suara dengan menggunakan suara
murattal Al-Qur'an sebagai sumber suaranya. Memang telah ada (banyak) terapi
suara yang dipraktekan di lingkungan kita,

seperti menggunakan suara musik

(biasanya menggunakan musik klasik atau musik istrumentalia), suara alam (suara
angin, air mengalir, air mancur/terjun, suara burung), gabungan suara musik dan
suara alam, suara mono-tone (humming dan binaural beat) dan lain-lain. Tapi
semuanya dimaksudkan sebagai media pengantar yang dipakai terapist (orang
yang melakukan terapi) untuk memperoleh ketenangan atau relaksasi.
Sama seperti terapi suara yang lain, Terapi Al-Qur'an pun menggunakan
ayat-ayat tertentu (seperti halnya judul lagu pada terapi musik) sebagai sumber
suaranya. Ayat-ayat tersebut dapat diambil dari berbagai surat yang berbeda
sesuai dengan keperluan dan tujuan dari sesi terapi yang dilaksanakan. Efektivitas
dan efesiensi Terapi Al-Qur'an ini dijamin lebih baik dari terapi-terapi suara lain

yang sudah ada, bahkan untuk orang yang tidak mengerti bahasa Al-Qur'an
ataupun non-Muslim sekalipun.
Dalam bahasa sehari-hari, orang sering membaurkan pengertian antara
jiwa dan ruh. Kadang orang berkata, bahwa ruh si fulan naik, atau ruhnya
menghendaki sesuatu, atau ruhnya di siksa atau ruhnya was-was, gelisah, tenang,
resah, susah, putus asa, atau yang lebih sadis lagi dikatakan ruhnya seperti ruh
iblis. Semua itu perumpamaan yang keliru. Semua itu adalah hal-ihwal jiwa, dan
bukan ruh. Dan sesungguhnya yang keluar dari tubuh manusia di saat dia mati dan
di saat dia dikeluarkan dari kuburnya pada hari kiamat adalah jiwa, dan bukan
ruhnya. Berkatalah malaikat dalam Al-Quran kepada orang yang penuh dosa, di
saat dicabut jiwanya. Jadi yang merasakan mati itu jiwa, bukan ruh. Allah
berfirman :



Terjemah: Tiap-tiap jiwa akan mengalami mati (QS. 2. (Ali Imron) : 185)
Jiwa merasakan kematian tetapi tidak mati. Dia merasakan kematian pada
saat keluar dari badan. Jiwa itu terlebih dulu sudah ada sebelum dilahirkan, dan
dia akan tetap ada selama ada kehidupan. Demikian pula ia akan tetap ada sesudah
mati. Allah berfirman dalam surat QS. 7 [Al-Araaf]: 172.

Itulah kesaksian jiwa akan Rububiah Allah, sehingga seseorang kelak


tidak akan diterima alasannya, bahwa ia menjadi kafir disebabkan ayahnya juga
kafir. Itulah satu fenomena kehadiran jiwa sebelum diberi tubuh dan dilahirkan di
dunia. Tak seorang pun bisa berasalan, Aku kufur karena ayahku juga kufur.
Sebetulnya setiap jiwa telah menyaksikan sendiri dengan kesaksian yang
jelas tentang sifat Rububiah Allah Swt. Dengan demikian, setiap diri telah
memiliki hakikat pengertian, bahwa konsep dasar Rububiah telah ada sebelum ia
dilahirkan. Sekali lagi, bahwa ruh itu tidak pernah was-was, tidak berkehendak,
tidak bisa disebut dekadensi, tidak resah, tidak sedih, tidak merasa disiksa dan
tidak tahu apa itu yang dinamakan kejatuhan atau kebangkitan. Itu semua
pengalaman jiwa, bukan ruh. Al-Quran menjelaskan :

...

...
Terjemh: dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta
mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa)
Allah. (QS. At-Taubah : 118)
Di dalam Al-Quran, jiwa itulah yang tertuduh dengan tuduhan-tuduhan
kebakhilan, was-was, ragu, jujur, dan cenderung kepada perbuatan buruk. Namun
ia pun mampu menjadi bersih. Maka ada sifat lawwamah, muthmainnah, radhiah
dan mardhiah.

.
.

.
Terjemah: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hambahamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS. Al-Fajr : 27-30)
Firman Allah dalam surah Fushshilat ayat 44 :


Terjemah: Katakanlah: "Al -Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi
orang-orang mukmin. (QS. Fushshilat : 44)
Dari semua cabang ilmu kedokteran, maka cabang ilmu kedokteran jiwa
(psikiatri) dan kesehatan jiwa (mental health) adalah yang paling dekat dengan
agama, bahkan di dalam mencapai derajat kesehatan yang mengandung arti
keadaan kesejahteraan (well being) pada diri manusia, terdapat titik temu antara
kedokteran jiwa / kesehatan jiwa di satu pihak dan agama di lain pihak.
Organisasi kesehatan se-dunia (WHO, 1959) memberikan kriteria jiwa
atau mental yang sehat, adalah sebagai berikut:
a) Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun
kenyataan itu buruk baginya.
b) Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya
c) Merasa lebih puas memberi daripada menerima
d) Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling
memuaskan
e) Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk di kemudian
hari
f) Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif.
g) Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
WHO (1984) telah menyempurnakan batasan sehat dengan menambahkan
satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang ini yang dimaksud dengan sehat

adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik, psikologik dan sosial, tetapi juga sehat
dalam arti spiritual / agama (empat dimensi sehat: bio-psiko-sosio-spiritual).
Perhatian ilmuwan di bidang kedokteran umumnya dan kedokteran jiwa
(psikiatri) khususnya terhadap agama semakin besar. Tindakan kedokteran tidak
selamanya berhasil, seorang ilmuwan kedokteran berkata: Dokter yang mengobati
tetapi Tuhan yang menyembuhkan. Pendapat ilmuwan tersebut sesuai dengan
hadits Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dan
Ahmad (dari Jabir bin Abdullah r.a) sabdanya :

{ } .

Terjemah: Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat mengenai sasarannya,
maka dengan izin Allah penyakit itu, akan sembuh (Hadits dikeluarkan
oleh Muslim).
Dalam hubungan antara agama dan kesehatan jiwa, Cancellaro, Larson,
dan Wilson (1982) telah melakukan penelitian terhadap tiga kelompok, yaitu :
a. Kronik alkoholik
b. Kronik drug addict
c. Schizophrenia
Ketiga kelompok tadi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dari
kelompok gangguan jiwa dan kelompok kontrol ini yang hendak diteliti adalah
riwayat keagamaan mereka (religious histories).
Hasil penelitiannya sungguh mengejutkan, bahwa ternyata pada kelompok
kontrol lebih konsisten dalam keyakinan agamanya dan pengamalannya, bila
dibandingkan dengan ketiga kelompok tersebut di atas. Temuan ini menunjukkan

bahwa agama dapat berperan sebagai pelindung dari pada sebagai penyebab
masalah (religion may have been protective than problem producing).
Pentingnya faktor agama / psikoreligius di bidang psikiatri dan kesehatan
jiwa, dapat kita lihat dari pernyataan Prof. Daniel X. Freedman mantan ketua
umum APA, guru besar di UCLA dan selaku editor Archives of General
Psychiatry antara lain beliau mengatakan bahwa di dunia ini ada 2 lembaga besar
yang berkepentingan dengan kesehatan manusia, yaitu profesi kedokteran di mana
kedokteran jiwa (psikiatri) merupakan salah satu cabang ilmu dan lembaga
keagamaan. Lembaga ini dapat bekerjasama secara konstruktif dan merupakan
potensi guna peningkatan taraf kesejahteraan dan kesehatan jiwa baik secara
perorangan maupun kelompok masyarakat.
Manfaat pendekatan keagamaan / psikoreligius di bidang pelayanan
kesehatan jiwa, oleh para pakar antara lain dr. D.B. Larson, dkk, dalam berbagai
penelitiannya, menyimpulkan antara lain bahwa di dalam memandu kesehatan
manusia yang serba kompleks ini dengan segala keterkaitannya, hendaknya
komitmen agama sebagai sesuatu kekuatan jangan diabaikan begitu saja.
Adapun obyektif kurikulum agama dalam pendidikan psikiatri ini adalah
calon psikiater mampu mengenali betapa pentingnya pengetahuan agama sebagai
bagian dari pelatihan didaktik oleh calon psikiater. Pemahaman psikodinamik
penghayatan keagamaan pasien ini amat penting agar psikiater tidak salah
diagnosa serta terapinya.
Sebagian masyarakat memahami Al-Qur'an sebagai obat (syifa), maka
mereka memfungsikannya sebagai penyembuh. Al-Qur'an sebenarnya lebih
dibutuhkan oleh orang-orang yang sehat. Sebagian yang lain hanya memahami

Al-Qur'an sebagai kitab bacaan yang pahalanya besar. Pemahaman yang terbatas
ini mendorong masyarakat merasa puas setelah hanya membaca Al-Qur'an.
Pemfungsian Al-Qur'an oleh masyarakat sangat dipengaruhi oleh pengetahuan
(tashawur) dan persepsi mereka terhadap Al-Qur'an itu sendiri. Hal inilah yang
membuat pengenalan terhadap Al-Qur'an menjadi sangat penting.
Al Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw
sebagai salah satu rahmat yang tidak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya
terkumpul wahyu ilahi yang menjadi petunjuk pedoman dan pelajaran bagi siapa yang
mempercayai serta mengamalkannya.
Setiap mumin yakin, bahwa membaca Al -Qur'an saja, sudah termasuk amal
yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya
itu adalah kitab suci ilahi. Al -Qur'an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mumin, baik
di kala senang maupun di kala susah, di kala gembira atau di kala sedih. Malahan
Al -Qur'an itu bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar
bagi orang yang gelisah jiwanya.
Pada suatu ketika datanglah seseorang kepada sahabat Rasulullah yang bernama
Ibnu Masud ra meminta nasihat kepadanya: Wahai Ibnu Masud, berilah nasehat yang
dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini aku
merasa tidak tenteram, jiwaku gelisah, pikiranku kusut, makan tidak enak tidur pun tak
nyenyak. Maka Ibnu Masud menasihatinya, katanya: Kalau penyakit itu yaitu
menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, atau engkau dengan baikbaik orang yang membacanya, atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya,
atau engkau pergi ke majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah, atau
engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, di sana engkau berkhalwat menyembah Allah,
umpama di waktu tengah malam buta, di saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun
mengerjakan shalat malam, meminta kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum juga

terobati dengan cara ini, engkau minta kepada Allah, agar diberi-Nya hati yang lain,
sebab hati yang kamu pakai itu bukan lagi hatimu.
Setelah orang itu kembali ke rumahnya, diamalkanlah nasihat Ibnu Masud ra itu.
Dia memanggil wudhu kemudian diambilnya Al -Qur'an, terus dia baca dengan hati yang
khusyu. Selesai membaca Al -Qur'an berubahlah kembali jiwanya, menjadi jiwa yang
aman dan tenteram, pikirannya tenang, kegelisahannya hilang sama sekali. Selanjutnya
apabila mendengarkan bacaan Al -Qur'an dengan baik, dapat menghibur perasaan sedih,
menenangkan jiwa yang gelisah dan melunakkan hati yang keras, serta mendatangkan
petunjuk. Itulah yang dimaksudkan dengan rahmah Allah, yang diberikan kepada orang
yang mendengarkan bacaan Al-Qur'an dengan baik.

Bagi seorang mumin, membaca Al -Qur'an telah menjadi kecintaannya. Pada


waktu membaca Al- Qur'an, ia sudah merasa seolah-olah jiwanya menghadap ke hadirat
Allah yang maha kuasa, menerima amanat dan hikmat suci, memohon limpah karunia
serta rahmat dan pertolongan-Nya. Membaca Al -Qur'an telah menjadi wiridnya
(kebiasaannya) yang tertentu, baik siang ataupun malam. Dibacanya sehalaman demi
sehalaman, satu surat demi satu surat dan satu jus demi satu jus, akhirnya sampai khatam
(tamat). Tidak ada suatu kebahagiaan di dalam hati seseorang mumin melainkan bila dia
dapat membaca Al-Qur'an sampai khatam. Bila sudah khatam, itulah puncak dari segala
kebahagiaan hatinya.

5) Etika dalam membaca Al-Qur'an


Etika dalam membaca Al-Qur'an dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Etika yang berhubungan dengan batin. Yang termasuk di dalam etika ini adalah:
a. Memahami arti / asal kalimat
b. Cara hati membesarkan kalimat Allah
c. Menghadirkan hati di kala membaca sampai ke tingkat memperluas

d. Memperluas perasaan dan membersihkan jiwa


Dengan demikian kandungan Al-Qur'an yang dibaca dengan perantaraan lidah,
dapat bersemi dalam jiwa dan meresap ke dalam hati sanubari. Kesemuanya ini adalah
etika yang berhubungan dengan batin, yaitu dengan hati dan jiwa.
2. Etika yang berhubungan dengan lahir.
Adapun yang termasuk dalam etika ini adalah:
a. Disunnatkan membaca Al -Qur'an sesudah berwudlu, dalam keadaan bersih, sebab
yang dibaca adalah wahyu Allah.
b. Disunnatkan membaca Al- Qur'an di tempat yang bersih, seperti di rumah, surau, di
mushalla dan ditempati-tempat lain yang dianggap bersih, tapi yang paling utama ialah
di masjid.
c. Disunnatkan membaca Al -Qur'an menghadap kiblat. Membacanya dengan khusyu
dan tenang, sebaiknya dengan berpakaian yang pantas.
d. Ketika membaca Al -Qur'an, mulut hendaknya bersih, tidak berisi makanan, sebaiknya
sebelum membaca Al -Qur'an mulut dan gigi dibersihkan terlebih dahulu
e. Sebelum membaca Al-Qur'an, disunnatkan membaca taawudl, kemudian baru
membaca basmalah.
f. Disunnatkan membaca Al-Qur'an dengan tartil
g. Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al-Qur'an, disunatkan
membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yang dibacanya
itu.
h. Sedapat-dapatnya membaca Al-Qur'an janganlah diputuskan hanyalah karena hendak
berbicara dengan orang lain.

Banyak para ulama berpendapat bahwa beberapa ayat Al-Qur'an memiliki


keutamaan/khasiat

tersendiri. Ayat-ayat

tersebut

apabila dibaca

mampu

memberikan ketenangan jiwa, terhindar dari berbagai godaan dan ancaman,

bahkan bisa menyembuhkan penyakit. Pada hakikanya, surat Al -Fatihah, apabila


dibaca menyebabkan tertolaknya murka Allah swt. Nabi bersabda: Barang siapa
yang membaca sepuluh ayat tertentu: Empat ayat dalam permulaan surat AlBaqarah ayat 2-5 dan ayat kursi (surat Al- Baqarah ayat 255, lalu dua ayat 284,
285, 286) maka setan (keburukan) tidak akan memasuki; rumah hingga pagi hari.
(diriwayatkan oleh hakim dan juga riwayat Thabrani, dari Ibnu Masud ra).

B. Stres dan Gangguan Mental


1. Batasan
Kehidupan manusia berkisar antara kesuksesan, prestasi, kesenangan,
kegembiraan dan kegagalan, penderitaan, dan kecemasan. Banyak penderitaan dan
kegagalan dapat dicegah atau diobati, tentu saja dengan upaya keras. Jelaslah,
manusia bertanggung jawab menundukkan alam dan mengubah kemalangan hidup
menjadi keberuntungan hidup. Namun demikian, banyak kejadian pahit tidak
dapat dicegah atau juga tidak dapat ditentang.
Hidup manusia ditandai oleh usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, baik
fisik, mental-emosional, material maupun spiritual. Bila kebutuhan dapat dipenuhi
dengan baik, berarti tercapai keseimbangan dan kepuasan. Tetapi pada
kenyataannya seringkali usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut
mendapat banyak rintangan dan hambatan. Tekanan-tekanan dan kesulitankesulitan hidup ini sering membawa manusia berada dalam keadaan stres . Stres
dapat dialami oleh segala lapisan umur.
Stress is a term in psychology and biology, first coined in the 1930s, which
has in more recent decades become a commonplace of popular parlance. It refers

to the consequence of the failure of an organism human or animal to respond


appropriately to emotional or physical threats, whether actual or imagined Stress
symptoms commonly include a state of alarm and adrenaline production, shortterm resistance as a coping mechanism, and exhaustion, as well as irritability,
muscular tension, inability to concentrate and a variety of physiological reactions
such as headache and elevated heart rate. (Hans Selye, 1956: 112).
Stres adalah istilah dalam psikologi dan biologi, pertama kali diciptakan
pada 1930-an, yang memiliki lebih beberapa dekade terakhir menjadi wacana
populer biasa. Ini mengacu kepada konsekuensi dari kegagalan suatu organisme manusia atau hewan untuk merespons dengan tepat untuk emosional atau fisik
ancaman, baik aktual atau dibayangkan. Umumnya gejala stres termasuk keadaan
alarm dan produksi adrenalin, resistensi jangka pendek sebagai mekanisme, dan
kelelahan, serta mudah tersinggung, ketegangan otot, ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi dan berbagai reaksi fisiologis seperti sakit kepala dan peningkatan
denyut jantung.
Stress is a feeling that's created when we react to particular events. It's the
body's way of rising to a challenge and preparing to meet a tough situation with
focus, strength, stamina, and heightened alertness.The events that provoke stress
are called stressors, and they cover a whole range of situations everything
from outright physical danger to making a class presentation or taking a
semester's worth of your toughest subject.
The human body responds to stressors by activating the nervous system
and specific hormones. The hypothalamus signals the adrenal glands to produce
more of the hormones adrenaline and cortisol and release them into the

bloodstream. These hormones speed up heart rate, breathing rate, blood pressure,
and metabolism. Blood vessels open wider to let more blood flow to large muscle
groups, putting our muscles on alert. Pupils dilate to improve vision. The liver
releases some of its stored glucose to increase the body's energy. And sweat is
produced to cool the body. All of these physical changes prepare a person to react
quickly and effectively to handle the pressure of the momen (Seligman, M.E.P:
1995)
Stres adalah perasaan yang tercipta ketika kita bereaksi terhadap kejadian
tertentu. Ini adalah cara tubuh naik ke sebuah tantangan dan bersiap-siap untuk
memenuhi situasi yang sulit dengan fokus, kekuatan, stamina, dan peningkatan
kewaspadaan. Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan stres disebut stresor, dan
meliputi berbagai macam situasi-mulai dari bahaya fisik langsung untuk membuat
presentasi kelas atau mengambil nilai semester terberat Anda subjek.
Tubuh manusia merespons stres dengan mengaktifkan sistem saraf dan hormon
tertentu. Sinyal hipotalamus kelenjar adrenal untuk memproduksi lebih banyak
hormon adrenalin dan kortisol dan melepaskan mereka ke dalam aliran darah.
Hormon-hormon ini mempercepat denyut jantung, laju pernafasan, tekanan darah,
dan metabolisme. Pembuluh darah terbuka lebih lebar untuk membiarkan lebih
banyak darah mengalir ke kelompok otot besar, menempatkan otot kita waspada.
Pupil melebar untuk memperbaiki penglihatan.
Melepaskan hati sebagian disimpan glukosa untuk meningkatkan energi
tubuh. Dan keringat dihasilkan untuk mendinginkan tubuh. Semua perubahan fisik
ini mempersiapkan seseorang untuk bereaksi dengan cepat dan efektif untuk
menangani tekanan saat itu.Stres dapat bersifat fisik, biologis dan psikologis.

Kuman-kuman penyakit yang menyerang tubuh manusia menimbulkan stres


biologis yang menimbulkan berbagai reaksi pertahanan tubuh. Sedangkan stres
psikologis dapat bersumber dari beberapa hal yang dapat menimbulkan gangguan
rasa sejahtera dan keseimbangan hidup.
Tanda-tanda stres dapat berbentuk kognitif, emosional, fisik atau perilaku.
Tanda-tanda meliputi penilaian buruk, pandangan negatif umum, cemas
berlebihan, kemurungan, mudah marah, agitasi, ketidakmampuan untuk bersantai,
merasa kesepian, terisolasi atau tertekan, sakit dan nyeri, diare atau sembelit,
mual, pusing, nyeri dada, denyut jantung yang cepat, makan terlalu banyak atau
tidak cukup, tidur terlalu banyak atau tidak cukup, penarikan sosial, sikap
menunda-nunda atau mengabaikan tanggung jawab, peningkatan alkohol, nikotin
atau konsumsi obat, dan gugup kebiasaan seperti mondar-mandir tentang atau
menggigit kuku.
Stres adalah bagaimana tubuh bereaksi terhadap stres, nyata atau khayalan,
stimulus yang menyebabkan stres. Stres akut mempengaruhi organisme dalam
jangka pendek; stres kronis dalam jangka panjang. Selye meneliti efek stres pada
tikus dan binatang lain dengan mengekspos mereka untuk tidak menyenangkan
atau rangsangan berbahaya (Selye, Hans: 1950). Ia menemukan bahwa semua
binatang menampilkan urutan reaksi serupa, termanifestasi dalam tiga tahap yang
berbeda. Dia diberi label universal ini respon terhadap tekanan sindrom adaptasi
umum.
Kelelahan adalah yang ketiga dan tahap terakhir dalam model GAS. Pada
titik ini, semua sumber daya tubuh pada akhirnya akan habis dan tubuh tidak
mampu mempertahankan fungsi normal. Pada titik ini sistem saraf otonom awal

gejala muncul kembali (berkeringat, mengangkat denyut jantung dll). Jika tahap
ketiga diperpanjang, jangka panjang dapat mengakibatkan kerusakan sebagai
kapasitas kelenjar, terutama kelenjar adrenal, dan sistem kekebalan tubuh dan
fungsi kelelahan mengakibatkan gangguan decompensation.
Hasilnya dapat memanifestasikan dirinya dalam jelas penyakit seperti
bisul, depresi, diabetes, masalah dengan sistem pencernaan atau bahkan masalah
jantung, bersama dengan penyakit mental lainnya. Selye diterbitkan pada tahun
1975 model membagi stres menjadi Eustress dan kesusahan (Selye: 1975). Di
mana fungsi meningkatkan stres (fisik atau mental, seperti melalui pelatihan atau
menantang kekuatan pekerjaan) itu mungkin dianggap Eustress. Terus-menerus
menekankan bahwa tidak diselesaikan melalui mengatasi atau adaptasi, dianggap
kesulitan, dapat menyebabkan kecemasan atau penarikan (depresi) perilaku.
Perbedaan antara pengalaman yang mengakibatkan Eustress atau tekanan
ditentukan oleh perbedaan antara pengalaman (nyata atau khayalan), harapan
pribadi, dan sumber daya untuk mengatasi stres. Mengkhawatirkan pengalaman,
baik yang nyata maupun yang dibayangkan,dapat memicu respons stres (Holsboer
F. (2005: 463).
Lazarus (1966) berpendapat bahwa agar suatu situasi psikososial menjadi
stres, hal itu harus dinilai seperti itu. Ia berpendapat bahwa penilaian prosesproses kognitif adalah sentral dalam menentukan apakah suatu situasi yang secara
potensial mengancam, merupakan suatu kerugian / loss, sebuah tantangan, atau
jinak. Penilaian utama ini dipengaruhi oleh kedua orang dan faktor-faktor
lingkungan, dan memicu proses seleksi mengatasi. Mengatasi masalah-fokus
diarahkan pada mengelola masalah, sementara emosi yang berfokus pada proses

mengatasi diarahkan mengelola emosi negatif. Penilaian sekunder mengacu pada


evaluasi sumber daya yang tersedia untuk mengatasi masalah, dan mungkin
mengubah penilaian utama.
Dengan kata lain, penilaian utama juga termasuk persepsi tentang
bagaimana stres masalahnya adalah; menyadari bahwa satu memiliki lebih dari
atau kurang dari sumber daya yang memadai untuk menangani masalah
mempengaruhi penilaian terhadap stressfulness. Lebih jauh lagi, fleksibel dalam
bertahan adalah bahwa individu biasanya memeriksa efektivitas penanggulangan
pada situasi; jika tidak memiliki efek yang diinginkan, s / ia akan secara umum
mencoba strategi yang berbeda (Aldwin, Carolyn: 2007).
Sistem saraf otonom yang cepat memberikan respon terhadap stres
umumnya dikenal sebagai berkelahi-atau-lari, melibatkan sistem saraf simpatik
dan mencairkan sistem saraf parasimpatis, dengan demikian memberlakukan
kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, ginjal, dan perubahan endokrin
(Chrousos, G.P, 2002: 865). Bagian utama dari sistem neuroendokrin melibatkan
interaksi dari hipotalamus, kelenjar pituitari, dan kelenjar adrenal, juga diaktifkan
oleh pelepasan CRH dan AVP. Hal ini menyebabkan pelepasan adrenocorti
cotropic hormon (ACTH) dari pituitari ke dalam aliran darah umum, yang
menyebabkan sekresi kortisol dan Glukokortikoid lain dari korteks adrenal.
Senyawa terkait, kortison, sering digunakan sebagai kunci komponen antiinflamasi dalam obat-obatan yang memperlakukan ruam kulit dan dalam hidung
semprotan yang memperlakukan asma dan sinusitis.
Baru-baru ini, para ilmuwan menyadari otak juga menggunakan kortisol
untuk menekan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi peradangan di dalam

tubuh corticoids ini melibatkan seluruh tubuh di organisme respons terhadap stres
dan akhirnya memberikan kontribusi pada penghentian respon melalui
penghambatan umpan balik (Chrousos:2002).
Stress dapat secara signifikan mempengaruhi banyak sistem kekebalan
tubuh, seperti dapat suatu persepsi individu, dan reaksi terhadap stres. Istilah
psikoneuroimunologi digunakan untuk menggambarkan interaksi antara keadaan
mental, syaraf dan sistem kekebalan, serta penelitian mengenai interkoneksi
sistem ini. Perubahan sistem kekebalan tubuh dapat menciptakan lebih banyak
kerentanan terhadap infeksi, dan telah diamati untuk meningkatkan potensi wabah
psoriasis untuk orang-orang dengan kelainan kulit.
Stres kronis juga telah terbukti mengganggu pertumbuhan perkembangan
pada

anak-anak

oleh

kelenjar

hipofisis

menurunkan

produksi

hormon

pertumbuhan, seperti pada anak-anak yang berhubungan dengan lingkungan


rumah yang melibatkan perselisihan rumah tangga serius, alkoholisme, atau
pelecehan anak (Blizzard, 1967)
Positif maupun negatif stres dapat mengakibatkan stres. Beberapa kategori
umum dan contoh dari stres meliputi: input sensoris seperti nyeri, cahaya terang,
atau isu-isu lingkungan seperti kurangnya kontrol atas keadaan lingkungan,
seperti

makanan,

perumahan,

kesehatan,

kebebasan,

atau

mobilitas.

Isu-isu sosial juga dapat menyebabkan stres, seperti perjuangan dengan


conspecific atau sulit kekalahan individu dan sosial, atau hubungan konflik,
penipuan, atau mematahkan up, dan peristiwa-peristiwa besar seperti kelahiran
dan kematian, perkawinan, dan perceraian.Pengalaman hidup seperti kemiskinan,
pengangguran, depresi, obsesif kompulsif, berat minum (Glavas MM, Weinberg J:

2006) atau kurang tidur juga dapat menyebabkan stres. Mahasiswa dan pekerja
mungkin menghadapi stres dari ujian, deadline proyek, dan proyek-proyek
kelompok.
Pengalaman buruk selama perkembangan (misalnya paparan pralahir ibu
stres, miskin lampiran sejarah, pelecehan seksual adalah memberikan kontribusi
pemikiran untuk defisit dalam kematangan individu sistem respons stres. Sebuah
evaluasi dari berbagai tekanan dalam kehidupan manusia adalah Holmes dan Rahe
skala stres.
Mengukur tingkat stres independen perbedaan dalam kepribadian
masyarakat telah secara inheren sulit. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
beberapa orang dapat memproses banyak stres secara simultan, sementara yang
lain hampir tak dapat alamat beberapa. Trier tes seperti Stres Sosial Test berusaha
untuk mengisolasi efek dari kepribadian pada kemampuan untuk menangani stres
di lingkungan laboratorium. Psikolog lain, bagaimanapun, mengusulkanmengukur
stres secara tidak langsung, melalui tes diri. Karena jumlah stres dalam kehidupan
seseorang sering (walaupun tidak selalu) berhubungan dengan jumlah orang stres
pengalaman, mereka menggabungkan hasil stres dan kejenuhan tes diri. Stress test
membantu menentukan jumlah stres dalam kehidupan seseorang, sedangkan uji
kelelahan-sampai sejauh mana orang tersebut dekat dengan keadaan kelelahan.
Menggabungkan

kedua

membantu

peneliti

mengukur

seberapa

besar

kemungkinan tekanan tambahan pada orang ingin membuat dia mengalami


kelelahan mental (Truby, William, 2009).

2. Sumber Stres
Sumber stress dapat digolongkan dalam bentuk-bentuk:
1. Krisis, yaitu perubahan/peristiwa yang timbul mendadak dan menggoncangkan
keseimbangan seseorang diluar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari.
Misalnya: krisis di bidang usaha, hubungan keluarga dan sebagainya.
2. Frustrasi, yaitu kegagalan dalam usaha pemuasan kebutuhankebutuhan/dorongan naluri, sehingga timbul kekecewaan. Frustrasi timbul bila
niat atau usaha seseorang terhalang oleh rintangan-rintangan (dari luar:
kelaparan, kemarau, kematian, dan sebagainya dan dari dalam: lelah, cacat
mental, rasa rendah diri dan sebagainya) yang menghambat kemajuan suatu
cita-cita yang hendak dicapainya.
3. Konflik. Konflik adalah pertentangan antara 2 keinginan/dorongan yaitu antara
kekuatan dorongan naluri dan kekuatan yang mengendalikan dorongandorongan naluri tersebut.
4. Tekanan. Stres dapat ditimbulkan tekanan yang berhubungan dengan tanggung
jawab yang besar yang harus ditanggungnya. (Dari dalam diri sendiri: cita-cita,
kepala keluarga, dan sebagainya dan dari luar: istri yang terlalu menuntut,
orang tua yang menginginkan anaknya berprestasi).
Akibat stres tergantung dari reaksi seseorang terhadap stress. Umumnya
stres yang berlarut-larut menimbulkan perasaan cemas, takut, tertekan, kehilangan
rasa aman, harga diri terancam, gelisah, keluar keringat dingin, jantung sering
berdebar-debar, pusing, sulit atau suka makan dan sulit tidur). Kecemasan yang
berat dan berlangsung lama akan menurunkan kemampuan dan efisiensi seseorang
dalam

menjalankan

fungsi-fungsi

hidupnya

dan

pada

akhirnya

dapat

menimbulkan berbagai macam gangguan jiwa.


Menurut Dadang Harawi Reaksi seseorang terhadap stres berbeda-beda
tergantung dari tingkat kedewasaan kepribadian dan pendidikan dan pengalaman
hidup seseorang. Reaksi psikologis yang mungkin timbul dalam menghadapi stres
1. Menghadapi langsung dengan segala resikonya.
2. Menarik diri dan tak tahu menahu tentang persoalan yang dihadapinya/lari dari
kenyataan.
3. Menggunakan mekanisme pertahanan diri.

Sedangkan untuk penanggulangan stres dapat dilakukan dengan:


1. Mengenal dan menyadari sumber-sumber stres .
2. Membina kedewasaan kepribadian melalui pendidikan dan pengalaman hidup.
3. Mengembangkan hidup sehat. Antara lain dengan cara: merasa cukup dengan
apa yang dimilikinya, tidak tergesa-gesa ingin mencapai keinginannya,
menyadari perbedaan antara keinginan dan kebutuhan, dan sebagainya.
4. Mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk segala sesuatu yang
terjadi dengan tetap beriman kepada-Nya.
5. Minta bimbingan kepada sahabat dekat, orang-orang yang lebih dewasa,
psikolog, orang yang dewasa rohaninya, dan sebagainya).
6. Hindarkan sikap-sikap negatif antara lain: memberontak terhadap keadaan,
sikap apatis, marah-marah. Hal-hal tersebut tidak menyelesaikan masalah tetapi
justru membuka masalah baru.

Firman Allah surat Yunus ayat 57 :

.
Terjemh: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Istilah

stres,

cemas

dan

depresi

seringkali

digunakan

untuk

menggambarkan seseorang yang sedang mengalami problem kehidupan (stresor


psikososial) yang dapat berdampak pada gangguan fungsi organ tubuh dan mental
emosional. Ketiga istilah tersebut seringkali batasannya tidak jelas dan tumpang
tindih.

Dalam psikiatri dikenal bentuk terapi yang disebut terapi holistic. Dalam
terapi holistic dimaksudkan bentuk terapi yang tidak hanya menggunakan obat
dan ditujukan hanya kepada bentuk gangguan jiwanya saja, melainkan juga
mencakup aspek-aspek lain dari pasien. Terapi holistic adalah bentuk terapi yang
memandang pasien secara keseluruhan (sebagai manusia seutuhnya).
Dalam hal terapi pada gangguan stres dapat diberikan terapi yang meliputi:
1. Psikoterapi psikiatrik
2. Psikoterapi keagamaan
3. Psikofarmaka
4. Terapi somatic
5. Terapi relaksasi
6. Terapi perilaku

3. Stres dan Depresi: Akibat Tidak Menjalankan Agama


Stres dan depresi, yang dianggap sebagai penyakit zaman saat ini, tidak
hanya berbahaya secara kejiwaan, tapi juga mewujud dalam berbagai kerusakan
tubuh. Gangguan umum yang terkait dengan stres dan depresi adalah beberapa
bentuk penyakit kejiwaan, ketergantungan pada obat terlarang, gangguan tidur,
gangguan pada kulit, perut dan tekanan darah, pilek, migrain [sakit kepala
berdenyut yang terjadi pada salah satu sisi kepala dan umumnya disertai mual dan
gangguan penglihatan] , sejumlah penyakit tulang, ketidakseimbangan ginjal,
kesulitan bernapas, alergi, serangan jantung, dan pembengkakan otak. Tentu saja
stres dan depresi bukanlah satu-satunya penyebab semua ini, namun secara ilmiah

telah dibuktikan bahwa penyebab gangguan-gangguan kesehatan semacam itu


biasanya bersifat kejiwaan.
Stres, yang menimpa begitu banyak orang, adalah suatu keadaan batin
yang diliputi kekhawatiran akibat perasaan seperti takut, tidak aman, ledakan
perasaan yang berlebihan, cemas dan berbagai tekanan lainnya, yang merusak
keseimbangan tubuh. Ketika seseorang menderita stres, tubuhnya bereaksi dan
membangkitkan tanda bahaya, sehingga memicu terjadinya beragam reaksi
biokimia di dalam tubuh: Kadar adrenalin dalam aliran darah meningkat;
penggunaan energi dan reaksi tubuh mencapai titik tertinggi; gula, kolesterol dan
asam-asam lemak tersalurkan ke dalam aliran darah; tekanan darah meningkat dan
denyutnya mengalami percepatan. Ketika glukosa tersalurkan ke otak, kadar
kolesterol naik, dan semua ini memunculkan masalah bagi tubuh. Allah SWT
berfirman:

Terjemah: "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya


baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta..." (QS. 20 [Thaahaa]:124)

Terjemah: "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya


petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama)
Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya,
niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia

sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada


orang-orang yang tidak beriman. " (QS. Al An'aam, 6:125)
Keengganan orang-orang yang jauh dari agama untuk taat kepada Allah
menyebabkan mereka terus-menerus menderita perasaan tidak nyaman, khawatir dan
stres. Akibatnya, mereka terkena berbagai ragam penyakit kejiwaan yang mewujud pada
keadaan raga mereka. Tubuh mereka lebih cepat mengalami kerusakan, dan mereka
mengalami penuaan yang cepat dan melemah. Sebaliknya, karena orang-orang beriman
sehat secara kejiwaan, mereka tidak terkena stres, atau berkecil hati, dan jasmani mereka
senantiasa prima dan sehat. Pengaruh baik akibat ketundukan mereka kepada Allah,
tawakal mereka kepada-Nya dan kepribadian kokoh mereka, kemampuan melihat
kebaikan dalam segala hal, dan ridha dengan apa yang terjadi sembari berharap akan
janji-Nya, tercermin dalam penampilan raga mereka. Hal ini tentu saja dialami oleh
mereka yang menjalani hidupnya sesuai ajaran Al Qur'an, dan yang benar-benar
memahami agama. Tentu saja mereka pun dapat menderita sakit dan pada akhirnya
mengalami penuaan, namun proses alamiah ini tidak disertai dengan kerusakan pada sisi

kejiwaan sebagaimana yang dialami oleh selainnya.


Oleh karena stres yang parah, khususnya, mengubah fungsi-fungsi normal
tubuh, hal ini dapat berakibat sangat buruk. Akibat stres, kadar adrenalin dan
kortisol di dalam tubuh meningkat di atas batas normal. Peningkatan kadar
kortisol dalam rentang waktu lama berujung pada kemunculan dini gangguangangguan seperti diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, luka
pada permukaan dalam dinding saluran pencernaan, penyakit pernapasan, eksim
dan psoriasis [ sejenis penyakit kulit yang ditandai oleh pembentukan bintik-bintik
atau daerah berwarna kemerahan pada kulit, yang tertutupi oleh lapisan tanduk

berwarna perak] . Kadar kortisol yang tinggi dapat berdampak pada terbunuhnya
sel-sel otak.
Terdapat kaitan penting antara stres dan tegang [penegangan], serta rasa
sakit yang ditimbulkannya. Penegangan yang diakibatkan stres berdampak pada
penyempitan pembuluh darah nadi, gangguan pada aliran darah ke daerah-daerah
tertentu di kepala dan penurunan jumlah darah yang mengalir ke daerah tersebut.
Jika suatu jaringan mengalami kekurangan darah hal ini akan langsung berakibat
pada rasa sakit, sebab suatu jaringan yang di satu sisi mengalami penegangan
mungkin sedang membutuhkan darah dalam jumlah banyak dan di sisi lain telah
mendapatkan pasokan darah dalam jumlah yang kurang akan merangsang ujungujung saraf penerima rasa sakit. Di saat yang sama zat-zat seperti adrenalin dan
norepinefrin, yang mempengaruhi sistem saraf selama stres berlangsung, juga
dikeluarkan. Hal ini secara langsung atau tidak langsung meningkatkan dan
mempercepat penegangan otot. Demikianlah, rasa sakit berakibat pada
penegangan, penegangan pada kecemasan, dan kecemasan memperparah rasa
sakit.
Akan tetapi, salah satu dampak paling merusak dari stres adalah serangan
jantung. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang agresif, khawatir, cemas,
tidak sabar, dengki, suka memusuhi dan mudah tersinggung memiliki peluang
terkena serangan jantung jauh lebih besar daripada orang yang tidak memiliki
kecenderungan sifat-sifat tersebut.Alasannya adalah bahwa rangsangan berlebihan
pada sistem saraf simpatetik yakni sistem saraf yang mengatur percepatan denyut
jantung, perluasan bronkia, penghambatan otot-otot halus sistem pencernaan
makanan, dsb.], yang dimulai oleh hipotalamus, juga mengakibatkan pengeluaran

insulin yang berlebihan, sehingga menyebabkan penimbunan kadar insulin dalam


darah. Ini adalah permasalahan yang teramat penting. Sebab, tak satu pun keadaan
yang berujung pada penyakit jantung koroner memainkan peran yang sedemikian
paling penting dan sedemikian berbahaya sebagaimana kelebihan insulin dalam
darah.
Para ilmuwan telah mengetahui bahwa semakin parah tingkat stres, maka
akan semakin lemahlah peran positif sel-sel darah merah di dalam darah. Menurut
sebuah penelitian yang dikembangkan oleh Linda Naylor, pimpinan perusahaan
alih teknologi Universitas Oxford, pengaruh negatif berbagai tingkatan stres pada
sistem kekebalan tubuh kini dapat diukur.
Terdapat kaitan erat antara stres dan sistem kekebalan tubuh. Stres
kejiwaan memiliki dampak penting pada sistem kekebalan dan berujung pada
kerusakannya. Saat dilanda stres, otak meningkatkan produksi hormon kortisol
dalam tubuh, yang melemahkan sistem kekebalan. Atau dengan kata lain, terdapat
hubungan langsung antara otak, sistem kekebalan tubuh dan hormon. Para pakar
di bidang ini menyatakan:
Pengkajian terhadap stres kejiwaan atau stres raga telah mengungkap
bahwa selama stres berat berlangsung terjadi penurunan pada daya kekebalan
yang berkaitan dengan keseimbangan hormonal. Diketahui bahwa kemunculan
dan kemampuan bertahan dari banyak penyakit termasuk kanker terkait dengan
stres. Singkatnya, stres merusak keseimbangan alamiah dalam diri manusia.
Mengalami keadaan yang tidak normal ini secara terus-menerus akan merusak
kesehatan tubuh, dan berdampak pada beragam gangguan fungsi tubuh. Para ahli

menggolongkan dampak buruk dari stres terhadap tubuh manusia dalam sejumlah
kelompok utama sebagaimana berikut:
1) Cemas dan Panik: Suatu perasaan yang menyebabkan peristiwa tidak
terkendali.
2) Mengeluarkan keringat yang semakin lama semakin banyak,
3) Perubahan suara: Berbicara secara gagap dan gugup
4) Aktif yang berlebihan: Pengeluaran energi yang tiba-tiba, pengendalian
diabetik yang lemah.
5) Kesulitan tidur: Mimpi buruk
6) Penyakit kulit: Bercak, bintik-bintik, jerawat, demam, eksim dan psoriasis .
7) Gangguan saluran pencernaan: Salah cerna, mual, luka pada permukaan dalam
dinding saluran pencernaan
8) Penegangan otot: gigi yang bergesekan atau terkunci, rasa sakit sedikit tapi
terus-menerus pada rahang, punggung, leher dan pundak.
9) Infeksi berintensitas rendah: pilek, dsb.
10) Denyut jantung dengan kecepatan yang tidak wajar, rasa sakit pada dada,
tekanan darah tinggi.
11) Perasaan bersalah dan hilangnya percaya diri
12) Bingung, ketidakmampuan menganalisa secara benar, kemampuan berpikir
yang rendah, daya ingat yang lemah
13) Rasa putus asa yang besar, meyakini bahwa segalanya berlangsung buruk
14) Kesulitan melakukan gerak atau diam, memukul-mukul dengan irama tetap
15) Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau kesulitan melakukannya
16) Mudah tersinggung dan sangat peka

17) Bersikap yang tidak sesuai dengan akal sehat.


18) Perasaan tidak berdaya atau tidak berpengharapan

Kenyataan bahwa mereka yang tidak mengikuti nilai-nilai ajaran agama


mengalami "stres" dinyatakan oleh Allah dalam Al Qur'an:

Terjemah: "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya


baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta..." (QS. Thaahaa, 20:124)

Dalam sebuah ayat lain, Allah telah menyatakan bahwa:

Terjemah: " hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal
bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh
mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari
dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja" (QS. At Taubah, 9:
118)

Kehidupan yang "gelap dan sempit" ini, atau stres, nama yang diberikan di
masa kini, adalah akibat ketidakmampuan orang-orang tak beriman untuk menaati
nilai-nilai akhlak yang diajarkan agama. Kini, para dokter menyatakan bahwa jiwa
yang tenang, damai dan penuh percaya diri sangatlah penting dalam melindungi

pengaruh stres. Kepribadian yang tenang dan damai hanya dimungkinkan dengan
menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Sungguh, telah dinyatakan dalam banyak
Al Qur'an bahwa Allah akan memberikan "ketenangan" dalam diri orang-orang
beriman. (Al Qur'an , 2:248, 9:26, 40, 48:4, 18) Janji Tuhan kita terhadap orangorang beriman telah dinyatakan sebagaimana berikut:

Terjemah: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan. (QS, An Nahl, 16: 97

C. Prestasi Belajar
1. Pengertian
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan
mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para
ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam
Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in behavior
as a result of experience. Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam
perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
2) Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to
initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction. Belajar
adalah

mengamati,

membaca,

berinisiasi,

mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.

mencoba

sesuatu

sendiri,

3) Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of


practice. Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.
Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau
melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu
sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya
oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan
oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan
lingkungan.
Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2)
dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan
yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.
Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini
berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang

diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan


seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak
mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang
tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia
mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi
internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam
diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi
eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang
belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut:
To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as
well and as quickly as possible. Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi
hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik
dan secepat mungkin.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan
kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi
lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110)
bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.

Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada
saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam
penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan
bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar
merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993:77) mengemukakan
bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil
pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes
prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes
prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan
sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes

yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek


dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan
pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes
formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa
dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam
belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi
yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun
prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah
dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan
belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar
harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan.Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28)memberikan
pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha
belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar
adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan
menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang

dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan
sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor,
sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu
memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu
dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari
evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar
siswa.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,
maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang
terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain
adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri,
adapun

yang

dapat

digolongkan

ke

dalam

faktor

intern

yaitu

kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.


a. Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan
diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh
tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan
sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini
ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak
yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya.
Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak
diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan salah satu aspek yang
penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau
seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka
secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan
lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah semakin tinggi
kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk
meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang
siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan
yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam
usaha belajar.
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai
kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa bakat dalam hal ini lebih dekat
pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai
kesanggupan-kesanggupan tertentu.
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa bakat adalah potensi atau kemampuan
kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi
kecakapan yang nyata. Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan
bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada
seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan
bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang
studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat
memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang
baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan
sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak
tersebut.
c. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai

beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus


menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat
adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada
bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Selanjutnya

Slameto

(1995:57)

mengemukakan

bahwa

minat

adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa


kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai
dengan rasa sayang.
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah suatu kondisi
yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya
sendiri.
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya
terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa
lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.
Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah
siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.
Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang
tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan
sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
d. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.

Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur


agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar
mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk
belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah segala daya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan Sardiman (1992:77)
mengatakan bahwa motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan
sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
(1) motivasi instrinsik dan (2) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik
dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang
atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar.
Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya
dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan
kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala
kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran
tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif
dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan
motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan
kehendak sendiri dan belajar secara aktif.

2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman,
keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern
yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan
lingkungan masyarakat.
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang
dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa:
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng
sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam
ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong
untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan
pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: Keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak
pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama
dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi
pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.

Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari
keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan
pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang
baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan
hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua
harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah.
Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak
dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan
keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting
dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah
yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini
meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat
pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan
mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan guru dituntut untuk menguasai
bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat
dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan
pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak
sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan
pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya

terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak


akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat: Lingkungan masyarakat dapat
menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya.
Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka
anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak
di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada
menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian
anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan
dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila
seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar
maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya,
sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa
dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam
belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi
yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun
prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah
dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan
belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.
Belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang
terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila
tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.prestasi belajar

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan
belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak
kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan
pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut.
Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.
Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian
prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar
sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar
adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan
menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang
dicapai seseorang dalam berpikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan
sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor,
sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu
memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu
dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari

evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar


siswa.

3. Fase dan Teknik yang Efektif dalam Belajar


The Liang Gie (1983:12) membagi fase belajar ke dalam dua fase yaitu
fase persiapan belajar dan fase proses belajar. Dalam tiap-tiap fase tersebut cara
atau teknik belajar tersendiri.
a. Fase Persiapan Belajar
Fase ini merupakan fase sebelum belajar, landasar utama bagi
pembentukan cara belajar yang baik adalah sikap mental yang baik, yaitu sikap
mental yang ditumbuhkan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya agar siswa
mempunyai kesadaran berupa kesediaan mental. Tanpa kesediaan mental siswa
dalam belajar tidak akan bertahan menghadapi berbagai macam kesukaran,
terutama pada saat siswa dihadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan.
Sikap mental yang perlu diusahakan oleh setiap siswa dalam rangka persiapan
belajar sekurang-kurangnya mencakup empat segi, yaitu: Tujuan belajar, minat
terhadap pelajaran, kepercayaan paa diri sendiri dan keuletan.
Belajar di sekolah perlu diarahkan pada suatu cita-cita tertentu, cita-cita
yang diperjuangkan dengan berbagai macam kegiatan belajar. Tujuan belajar
perlu diketahui oleh siswa, agar siswa siap menerima materi pelajaran, seperti apa
yang dijelaskan Winarno Surachman (1994:99) bahwa: Tujuan itu penting anda
ketahui terlebih dahulu, sebab jika anda sudah mengetahui tujuan itu maka mental
anda pun akan siap menerima, mengolah dan mengatur semua mata pelajaran
sesuai dengan tujuan itu.

Setiap siswa seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata


pelajaran yang mereka ikuti, karena minat selain memusatkan pikiran juga akan
menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar, seperti yang kemukakan oleh
The Liang Gie (1983:12) adalah keriangan hati akan memperbesar kemampuan
belajar seseorang dan juga membentunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya
itu.
Materi pelajaran dapat dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan
pikirannya dan menyenangi materi pelajaran tersebut. Siswa kurang berhasil
dalam menerima materi pelajaran itu disebabkan siswa itu tidak tertarik dengan
materi pelajaran yang disampaikan.
Setiap siswa perlu yakin mereka mempunyai kemampuan kepercayaan
kepada diri sendiri perlu dipupuk sebagai salah satu kesiapan sepenuhnya bahwa
tidak ada mata pelajaran yang tidak dapat dipahami bila ia mau belajar dengan
giat setiap hari.
Hidup seorang siswa selama belajar di sekolah penuh kesukarankesukaran, oleh karena itu setiap siswa perlu memiliki keuletan baik jasmani
maupun rohani. Untuk memupuk keuletan tersebut hendaknya siswa selalu
menganggap setiap persoalan muncul sebagai tantangan yang harus diatasi.
Materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah masih mengharuskan siswa
melaksanakan aktifitas mental, untuk menanamkan konsep pelajaran yang lebih
baik. Untuk itu Herman Hudoyo (1989:15) menyarankan bahwa: Belajar
haruslah aktif, tidak sekedar pasif saja menerima apa yang diberikan. Dapat
mengharapkan jika siswa aktif melibatkan diri dalam menemukan suatu prinsip

dasar, anak itu akan mengerti konsep yang lebih baik, ingatannya lebih lama dan
akan mampu menggunakan konsep tersebut dikonteks yang lain.
b. Fase Proses Belajar
Fase ini sangat menentukan seorang siswa berhasil tidaknya di sekolah,
pada fase proses belajar ini dituntut kepada siswa untuk menerapkan cara-cara
belajar yang sebaik mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fase ini
antara lain:
1) Pedoman dalam belajar
Pedoman dalam belajar perlu dibuat untuk menjadi petunjuk dalam
melakukan kegiatan belajar. Karena setiap usaha apapun tentu ada azas-azas yang
dijadikan sebagai pedoman demi suksesnya usaha tersebut. Demikian pula dalam
belajar, The Liang Gie (1983:13) mengemukakan bahwa: Prinsip-prinsip belajar
itu sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal, yaitu keteraturan, disiplin dan
konsentrasi.
Keteraturan dalam belajar sangat penting artinya, bila siswa ingin belajar
dengan baik, maka hendaknya siswa dapat menjadikan keteraturan di dalam
belajar itu sebagai hal pokok sesuai dengan saran Al-Falasany (1992:15) bahwa:
Keteraturan belajar adalah pangkal utama dari cara belajar yang baik.
Di dalam belajar siswa akan berhadapan dengan bermacam-macam
rintangan

yang

dapat

menangguhkan

usaha

belajarnya,

tetapi

dengan

mendisiplinkan dirinya sendiri ia akan dapat mengatasi semua hal itu, Al-Falasany
(1992:15) mengemukakan bahwa dengan kemauan yang keras dan dengan disiplin
ia akan dapat menjauhi godaan dan gangguan yang mendorongnya malas belajar,
ogah-ogahan dan menunda-nunda studi. Setelah faktor keteraturan dan displin di

dalam belajar, maka konsentrasi juga sangat diperlukan pada saat berada dalam
proses belajar perlu konsentrasi, tanpa konsentrasi ia tidak mungkin dapat
menguasai materi pelajaran.
2) Cara mengikuti pelajaran
Untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik di sekolah, maka diharapkan
kepada siswa agar dapat memusatkan pikiran dan perhatiannya pada materi
pelajaran yang sedang disajikan oleh guru. Karena seperti ET Ruseffendi
(1982:18) mengemukakan bahwa: Anak-anak harus belajar berbuat sendiri dan
merasakan sendiri. Makin banyak indera yang dipakai makin efesien anak
belajar.
Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih banyak bila ia
dapat mengikuti pelajaran dengan tertib, penuh perhatian, mencatat dengan baik,
serta mau bertanya jika ada penjelasan yang kurang dimengerti. Dengan demikian
dapat diharapkan, jika siswa aktif melibatkan diri dalam menemukan prinsipprinsip dasar siswa itu akan mengerti konsep yang lebih baik.
Namun untuk mempermudah siswa memahami konsep-konsep yang
diajarkan di sekolah, sebaiknya siswa sudah mempersiapkan dirinya dengan
pengetahuan tentang materi-materi sebelumnya, karena Herman Hudoyo
(1989:18) menekankan bahwa: Pada waktu siswa mempelajari sesuatu konsep
yang benar-benar baru, untuk mudah memahami konsep-konsep tersebut, siswa
perlu berorientasi dengan pengalaman yang lampau.
3) Cara mengulangi materi pelajaran/membaca buku
Setelah di sekolah siswa mengikuti pelajaran dengan baik, tentu usaha
siswa untuk mendapat pengertian tentang konsep materi pelajaran dengan baik

tidak cukup sampai di sini, tetapi siswa perlu lagi mengkaji, mengulangi dan
membaca kembali materi tersebut. Belajar memang tidak lepas dari membaca dan
ternyata membaca sebenarnya tidak sesederhana yang kita bayangkan. Membaca
mempunyai teknik-teknik tersendiri, sebagaimana juga menulis. Dengan
mengikuti teknik membaca sistimatis dan cepat, kita dapat menghemat waktu dan
belajar lebih banyak.
Banyak siswa sekolah menengah maupun mahasiswa masih mempunyai
kebiasaan yang jelek. Mereka membaca sangat lamban, kurang memahami makna
kata dan ungkapan-ungkapan tertentu lebih-lebih dengan bacaan yang berat. Di
samping itu tidak dapat merefleksikan apa yang telah dibaca. Kesukaran belajar
banyak ditentukan oleh keterampilan membaca. Memang banyak faktor yang
menentukannya. Hal pertama kali yang harus diperhatikan adalah jarak mata
dengan buku atau tulisan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sudarmanto (1993:35) yaitu: Jarak membaca yang baik adalah 16 inci (+ 30 cm).
Bila dalam membaca jarak itu tidak dapat dijangkau maka ada ketidak-beresan
dengan mata.
Adapun tujuan yang dihadapkan dalam usaha mengulangi kembali
pelajaran di rumah itu adalah untuk memperkuat ingatan siswa terhadap materi
pelajaran yang akan digunakan untuk memecahkan masalah atau soal-soal. Dalam
hal ini Herman Hudoyo (1989:27) menegaskan bahwa: Ingatan memegang
peranan penting di dalam belajar jika siswa harus mencari jalan untuk
menyelesaikan suatu masalah.

4. Prinsip-prinsip Belajar
Dalam mengerjakan sesuatu seseorang harus mempunyai prinsip-prinsip
tertentu, begitu juga halnya dengan belajar. Untuk menertibkan diri dalam belajar
harus mempunyai prinsip sebagaimana yang diketahui prinsip belajar memang
kompleks tetapi dapat juga dianalisis dan diperinci dalam bentuk-bentuk prinsip
atau azas belajar sebagaimana yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik (9183:23)
meliputi:
Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan mempengaruhi
secara dinamis antara siswa dan lingkungan. Belajar harus senantiasa bertujuan,
searah dan jelas bagi siswa. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh
dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri.
Senantiasa ada hambatan dan rintangan dalam belajar, karena itu siswa harus
sanggup menghadapi atau mengatasi secara tepat. Belajar memerlukan bimbingan
baik itu dari guru atau tuntutan dari buku pelajaran itu sendiri. Jenis belajar yang
paling utama ialah belajar yang berpikiran kritis, lebih baik daripada pembentukan
kebiasaan-kebiasaan mekanis.
Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pembentukan pemecahan
masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah tersebut disadari bersama.
Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari, sehingga diperoleh
pengertian-pengertian. Belajar memerlukan latihan dan ulangan, agar apa-apa
yang dipelajari dapat dikuasai. Belajar harus disertai dengan keinginan dan
kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan. Belajar dianggap berhasil apabila si
pelajar telah sanggup menerapkan dalam prakteknya.

Banyak siswa yang telah belajar dengan giat tetapi usahanya itu tidak
memberikan hasil yang diharapkan, dan sering kali mengalami kegagalan, bekerja
keras belum tentu menjamin seseorang dapat belajar dengan berhasil. Di samping
itu seorang siswa perlu memperhatikan syarat-syarat dapat belajar secara efesien
atau belajar dengan baik. Di antara syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
Kesehatan jasmani, badan yang sehat berarti tidak mengalami gangguan penyakit
tertentu cukup dengan vitamin dan seluruh fungsi badan berjalan dengan baik.
Rohani yang sehat, tidak berpenyakit syaraf, tidak mengalami gangguan
emosional, senang dan stabil
Lingkungan yang tenang, tidak ribut, serasi bila mungkin jauh dari
keramaian dan gangguan lalu lintas dan tidak ada gangguan yang lainnya.
Tempat belajar menyenangkan, cukup udara, cukup matahari, penerangan yang
memadai.Tersedia cukup bahan dan alat-alat yang diperlukan, bahan-bahan dan
alat-alat itu menjadi sumber belajar dan alat sebagai pembantu belajar.

4. Jenis-jenis Prestasi Belajar


Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan
tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang
terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun
karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah
mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar)
dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur.

Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom, dikemukakan


mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan
untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga
ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil
pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan
kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam
penguasaan ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, penulis

akan

menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang


terdapat dalam teori Bloom berikut:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan

aspek

intelektual,

seperti

pengetahuan,

pengertian,

dan

keterampilan berpikir.
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri
dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan (kategori 1) dan
bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).
1). Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,
definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan
sebagainya. Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan halhal yang pernah dipelajaridan disimpan dalam ingatan.
2). Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna
dan arti yang dari bahan yang dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari

kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram,


arahan, peraturan, dan sebagainya.
3). Aplikasi (Application)
Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan suatu
kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru.
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,
prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja.
4). Analisis (Analysis)
Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat
dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario
yang rumit.
5). Sintesis (Synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan
atau pola baru.Sintesis satu tingkat di atas analisis. Seseorang di tingkat sintesis
akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang
sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
6). Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban

pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dikenali dari


kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi,
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk
memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
b. Affective Domain (Ranah Afektif)
Ranah ini berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan
emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan
pendidikan ranah afektif adalah hail belajar atau kemampuan yang berhubungan
dengan sikap atau afektif.Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari
aspek:
1). Penerimaan (Receiving/Attending)
Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan
kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau
penjelasan yang diberikan oleh guru.
2). Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya.
Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
3). Penghargaan (Valuing)
Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.mulai
dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan
dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin.

4). Pengorganisasian (Organization)


Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya,
dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Pengorganisasian juga
mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan
pegangan dalam kehidupan. Nilai- nilai yang diakui dan diterima ditempatkan
pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana
yang tidak begitu penting.
5). Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value
Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga
menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Karakterisasinya mencakup kemampuan
untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikin rupa, sehingga menjadi milik
pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur
kehidupannya sendiri.
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.

94

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Obyek Penelitian
Penelitian dilakukan pada siswa dan guru SMPN 3 Pangkah kabupaten Tegal.
Lokasi di Jl. Salak-grobog kulon Pangkah Tegal. Kepala sekolah Masnun, SPd.
Penelitian dilakukan terhadap para siswa yang mengalami kondisi stres dalam belajar.
Penelitian terhadap siswa ini dilakukan dengan mengambil sampel dari siswa yang
belajar dan mengikuti ujian nasional pada tahun pelajaran 2008-2009. Jumlah siswa
seluruhnya adalah 696 orang, terdiri dari Kelas I: 241 orang terdiri dari 6 rombongan
belajar. Kelas II: 232 orang, terdiri dari 6 rombel, dan kelas III: 219 orang terdiri dari 6
rombel.
Adapun guru yang mengajar di SMPN 3 Pangkah tersebut berjumlah 29 orang,
PNS = 25 orang dan guru honorer sekolah 4 orang, staf tata usaha berjumlah 10 orang,
dan satu orang kepala sekolah. Sedangkan guru yang mengajar PAI adalah 2 (dua)
orang: Dra.Nur Alami dan Margi Mursuci, SAg. Kedua orang inilah yang melaksanakan
terapi Al-Quran kepada para siswa yang mengaku merasa stres dalam belajarnya.
Adapun siswa yang diteliti adalah 20 orang diambil dari kelas III tahun ajaran 2008-2009.
Alasan peneliti yang diteliti itu diambil dari kelas akhir, dengan asumsi bahwa disamping
mereka yang sesungguhnya objek yang benar-benar sesuai dengan unit analisis
masalah yang diteliti, yakni mengalami
94

stres dalam

belajarnya, juga

untuk

95

memudahkan

dalam

melakukan

penilaian

akhir dari prestasi belajarnya,

yakni

menggunakan standar nilai hasil ujian nasional. Kedua puluh orang tersebut adalah:
Akhmad Irfani, Listiani, Evi Nurasih, Mitra Agung Nursetiyawan, Rizki Nopianto, Desi
Setiowati, Ayunita, Arju Khusnaeni, Siti Marifatun, Syaefudin, Novi Puspita Herviana,
Yuliaputri, Mohammad. Rizki Nofriyanto, Panji Sutra Setiwi jaya, Erlina Purnama
Ningrum, Ade Sucipto, Ahmad Riyanto, Siska Listiayani, Syaepudin, Moh. Khafiddudin
Zuhri.

B. Pendekatan dan Metode Penelitiaan


1. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif
kualitatif Pendekatan ini diarahkan pada telaah gejala stres dan gangguan mental pada
siswa, sekaligus menganalisis tentang dampak dari terapi Al-Quran terhadap prestasi
belajar siswa. Menurut Poerwandari (1998) penelitian deskriptif kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti
transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain.
Dalam penelitian kualitatif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orangorang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman yang jelas tentang
realitas dan kondisi kehidupan nyata.( Patton dalam Poerwandari, 1998)

2.SubjePenelitian
Dalam penelitian ini, karakteristik subjek penelitian ini adalah para siswa kelas III

96

SMPN 3 Pangkah kabupaten Tegal, terutama yang diketahui pernah mengalami stress
yang disebabkan oleh berbagai faktor gangguan mental akibat menghadapi ujian
nasional yang menjadi standar nasional untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya
yakni SLTA.

3. Tahap-tahap penelitian
Dalam penelitian terdapat dua tahap penelitian, yaitu :
a. Tahap Persiapan Penelitian
Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan
demensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang dihadapi subjek.
Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan
berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, ditunjukan
kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembibing penelitian untuk mendapat
masukan mengenai isi pedoman wawancarara. Setelah mendapat masukan dan koreksi
dari pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan
mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara.
Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti membuat pedoman observasi yang
disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan
observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap
perilaku subjek dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat peneliti melakukan
observasi. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin
mencatatnya setelah wawancara selesai.

97

Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek


penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya kepada subjek
tentang kesiapanya untuk diwawancarai. Setelah subjek bersedia untuk diwawancarai,
peneliti membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan temapat untuk
melakukan wawancara.
b. Tahap pelaksanaan penelitiaan
Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat untuk
melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah wawancara dilakukan,
peneliti memindahakan hasil rekaman berdasarkan wawancara dalam bentuk verbatim
tertulis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan interfrestasi data sesuai dengan
langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis data di akhir bab ini.
setelah itu, peneliti membuat dinamika psikologis dan kesimpulan yang dilakukan,
peneliti memberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

4. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan data, yaitu :
a. Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan data dengan
cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakapcakap secara tatap muka.
Pada penelitian ini wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses wawancara dengan

98

menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara


yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tampa menentukan
urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai
aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah
aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian
interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara
kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks
actual saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998)
Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode
wawancara :
1) Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika
mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan
penjelasan.
2) Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.
3) Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan di saat teknik lain sudah tidak dapat
dilakukan.
Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki
kelemahan, yaitu:
1) Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya
kurang baik.
2) Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.

99

3) Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat.
4) Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh
interviwer.
b. Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut
Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek
penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi
yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama
wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga
dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut

Patton

(dalam

Poerwandari

1998)

tujuan

observasi

adalah

mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orangorang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perspektif mereka
yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting, namun
sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan
demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena :
a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang
diteliti akan atau terjadi.

100

b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada


penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati
masalah secara induktif.
c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri
kurang disadari.
d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena
berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam
wawancara.
e. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap
penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari
data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.

5. Alat Bantu pengumpulan Data


Menurut Poerwandari (1998) penulis sangat berperan dalam seluruh proses
penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data,
hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian.
Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat Bantu (instrumen
penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu :
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang
dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian,
tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

101

2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai
dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan hasil observasi
terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau
setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang
muncul pada saat berlangsungnya wawancara.
3. Alat Perekam
Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat
berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus berhenti untuk mencatat
jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat
dipergunakan setelah mendapat izin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut
pada saat wawancara berlangsung.

6. Keabsahan Penelitian
Dalam pendekatan kualitatif,Yin (2003) mengajukan empat kriteria keabsahan
dan keajegan yang diperlukan dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal
tersebut adalah Sebagai berikut :
a. Keabsahan Konstruk (Construct validity)
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang berukur
benar- benar merupakan variabel yang ingin diukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai
dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses
triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

102

lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Menurut Patton (dalam Sulistiany 1999) ada 4 macam triangulasi Sebagai teknik
pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :
1) Triangulasi data
Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil
observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap
memeiliki sudut pandang yang berbeda.
2) Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data.
Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak sebagai pengamat
(expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.
3) Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang
dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah
dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.
4) Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan
metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang
ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancra dilakukan.
b. Keabsahan Internal (Internal validity)
Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan
hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Keabsahan ini dapat

103

dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan
penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari
penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada
kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda.
c. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)
Keabsahan

ekternal

mengacu

pada

seberapa

jauh

hasil

penelitian

dapat

digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memeiliki


sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi dapat dikatakan
memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki
konteks yang sama.
d. Keajegan (Reabilitas)
Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya
akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang sama, sekali lagi.
Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya
memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang
sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain menekankan
pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan dan pengolahan data.

7. Teknik Analisis Data


Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk proses
analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisis penelitian kualitatif terdapat

104

beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman dalam


Kabalmay, 2002), diantaranya:
b. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam
(indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape recorder dibantu alat tulis
lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk
rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca
berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.

c. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban


Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data, perhatian
yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali.
Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah
kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan
pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan
coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang
relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan
berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti
menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan
oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk
dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga

105

peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada
subjek.

d.Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data


Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut
terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang
telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah
dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan
teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis
tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan
antara konsep-konsep dan factor-faktor yang ada.
e. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti
masuk ke dalam tahap penjelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari
kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatu alternatif penjelasan lain tentang
kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada
alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang
menyimpang dari asumsi atau tidak terpikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan
dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat
berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.

106
BAB IV
DAMPAK TERAPI AL-QURAN DALAM MENGATASI STRES SISWA
DI SMP NEGERI 3 PANGKAH KABUPATEN TEGAL

A. Proses Terapi Al-Quran


Berdasarkan data dari hasil pengamatan di lapangan dan wawancara, dapat
digambarkan bahwa adanya kecenderungan di kalangan para siswa SMPN 3
Pangkah kabupaten Tegal yang mengalami perilaku stres. Kondisi demikian
menyebabkan timbulnya gejala kesulitan belajar di kalangan siswa tersebut. Hal
ini ditandai oleh perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas
yang kurang menunjukkan adanya kegairahan dalam mengikuti pembelajaran.
Situasi tersebut terlihat mengalami hambatan belajar bagi sebagian siswa pada
tiap kelas dimana proses pembelajaran berlangsung.
Kesulitan belajar merupakan kondisi dalam proses belajar mengajar yang
ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.
Kesulitan belajar itu adalah adanya jarak antara prestasi akademik yang
diharapkan dengan prestasi akademik yang tampak sekarang (prestasi actual).
Juga siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa yang mempunyai
intelegensi normal tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan yang
penting dalam proses belajar mengajar, baik dalam persepsi, ingatan, perhatian
ataupun fungsi motoriknya. Kekurangan ini dapat berwujud verbal ataupun

106

107
non verbal. Sekolah sebagai tempat para siswa belajar menuntut ilmu seharusnya
tidak menjadi beban. Namun saat ini kebanyakan pelajar menganggap sekolah itu
sebagai beban karena harus memenuhi mata pelajaran yang cukup padat dan
sesuai dengan kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP).
Timbulnya gejala perilaku stres di kalangan para siswa tersebut diterangai
disebabkan oleh beberapa gangguan psikologis yang melebihi kemampuan yang
ditanggung oleh siswa, diantaranya adalah karena tekanan dari lingkungan
keluarga, faktor ekonomi keluarga, terlalu banyak pekerjaan rumah (PR), sering
ulangan/Test, pengalaman mengikuti MOS, akibat sering dihukum/dipermalukan,
harus tampil di depan kelas dan terutama perasaan was-was dan kekhawatiran
yang berlebihan meghadapi ujian nasional bagi kelas III.
Lingkungan keluarga yang kurang kondusif dapat menimbulkan tekanantekanan mental siswa sehingga dapat mengganggu pikiran dalam belajar. Kondisi
demikian sebagaimana dirasakan oleh beberapa orang siswa di SMPN 3 Pangkah
ketika ditanyakan:
Apakah orang tua kamu mendukung cita-cita yang kamu inginkan itu?
Kelihatannya orang tua sih maunya melanjutkan sekolah ke sekolah
kejuruan, katanya agar bisa dengan cepat bekerja untuk membantu beban
orangtua mencari uang.
Bagaimana keadaan ekonomi di keluarga kamu?
Bapak saya buruh petani, keadaan ekonomi keluarga hanya cukup untuk
kebutuhan sehari-hari.
Apakah kamu hidup tenteram di dalam lingkungan keluarga kamu?
Ya cukup tenteram sih, walaupun sering juga ada pertengkaran orang tua di
rumah
Apakah orang tua kamu juga ikut membantu kesulitan belajar kamu di
rumah?

108
Seperti tadi sudah saya katakan, orang tua saya buruh tani, jadi ga bisa apaapa. Tapi kalau ada kesulitan saya minta bantuan pada kakak saya.
Apakah kamu sering mempunyai masalah di rumah?
Masalah selalu ada, terutama kalau saya melihat keluarga di rumah, kadang
saya ingin keluar saja dari sekolah, ingin membantu orang tua mencari uang.
Apalagi saya anak perempuan, katanya buat apa sekolah tinggi-tinggi.
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat merupakan
lingkungan budaya pertama dan utama dalam rangka menanamkan norma dan
mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang dianggap penting bagi
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Dalam buku The National Studi on Family Strength, Nick dan De Frain
(1998) mengemukakan beberapa hal tentang pegangan menuju hubungan keluarga
yang sehat dan bahagia, yaitu: (1) terciptanya kehidupan beragama dalam
keluarga, (2) Tersedianya waktu untuk bersama keluarga, (3) Interaksi segitiga
antara ayah, ibu dan anak, (4) saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu dan
anak, dan (5) Keluarga menjadi prioritas utama dalam setiap situasi dan kondisi
Seiring kriteria keluarga yang diungkapkan diatas, Sujana memberikan
beberapa fungsi pada pendidikan keluarga yang terdiri dari fungsi biologis,
edukatif, religius, protektif,sosialisasi dan ekonomis. Dari beberapa fungsi
tersebut, fungsi religius dianggap fungsi paling penting karena sangat erat
kaitannya dengan edukatif, sosialisasi dan protektif. Jika fungsi keagamaan dapat
dijalankan, maka keluarga tersebut akan memiliki kedewasaan dengan pengakuan
pada suatu sistem dan ketentuan norma beragama yang direalisasikan di
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

109
Kemudian ketika ditanyakan:
Keinginan siapakah kamu sekolah di SMPN 3 Pangkah ini?
Keinginan sendiri dan disetujui orang tua.
Bagaimana kamu bisa masuk ke sekolah ini, apakah melalui test/seleksi
atau didasarkan pada NEM?
Saya masuk sekolah ini melalui test, disamping nem hasil ujian SD
Apakah setelah diterima di sekolah ini kamu mengikuti kegiatan MOS yang
diselenggarakan sekolah?
Ya, selama 3 hari secara terus menerus
Bagaimana perasaan kamu sewaktu mengikuti kegiatan MOS?
Ada senang, serem, dan sedih menakutkan
Bagaimana perasaan kamu sekolah di sini?

Ya

tentunya merasa senang.


Menurut kamu, bagaimana sikap dan perilaku teman-teman di sekolah ini?
Ya, namanya teman, ada yang baik dan ada pula yang lucu dan
menyebalkan
Setiap memasuki tahun pelajaran baru, pada umumnya hampir di setiap
sekolah menyelenggarakan kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS), yang wajib
diikuti oleh setiap calon siswa. Secara teoritis, kegiatan orientasi memang
memiliki tujuan yang positif, yakni membantu para calon siswa untuk mengenal
dan memahami lingkungan sekolahnya yang baru, baik lingkungan fisik, seperti:
ruang kelas, tempat ibadah, laboratorium dan fasilitas belajar lainnya, maupun
lingkungan sosio-psikologis, seperti guru-guru, teman dan iklim serta budaya
yang dikembangkan sekolah, sehingga diharapkan para calon siswa dapat segera
mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di sekolahnya
Tetapi, pada realita prakteknya hingga saat ini, pada beberapa sekolah
masih ditemukan kegiatan MOS yang masih terjebak dalam praktek perpeloncoan,
yang kerapkali mengabaikan aspek-aspek kemanusiaan, seperti mewajibkan para

110
calon siswa untuk mengenakan atribut dan membawa berbagai kelengkapan yang
aneh-aneh. Jika melanggar ketentuan-ketentuan yang aneh-aneh itu, mereka
harus siap-siap menerima sanksi tertentu, bahkan mungkin ada pula yang disertai
dengan pemberian hukuman yang bersifat fisik.
Boleh jadi, akibat dari praktek orientasi semacam itu bukannya
menjadikan para calon siswa terpahamkan dan dapat memperoleh well
adjustment, namun malah mungkin justru sebaliknya, keruntuhan harga diri dan
kerusakan mental hingga stres yang mereka dapatkan. Tentu saja, hal ini
merupakan awal yang buruk bagi kelangsungan belajar siswa ke depannya.
Jika merujuk pada pemikiran Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snook
(1999), praktek orientasi semacam itu sudah menunjukkan ciri-ciri dari sekolah
berbahaya (dangerous school), yang dapat mendatang perilaku stres bagi para
siswa.
Kegiatan orientasi pada dasarnya merupakan sebuah proses pembelajaran
dan apabila dikaitkan dengan beberapa prinsip pembelajaran modern yang saat ini
sedang dikembangkan di Indonesia, seperti pembelajaran menyenangkan,
pembelajaran humanistik, pembelajaran demokratis, dan sejenisnya, maka model
orientasi yang bercirikan pengingkaran hak-hak martabat kemanusiaan seperti di
atas agaknya menjadi sangat kontradiktif dan kontraproduktif.
Penyebab stres yang lain adalah menyangkut masalah padatnya kegiatan
pembelajaran yang berlebihan,juga dapat memberi andil timbulnya perilaku stres
. Hal ini sebagaimana diakui oleh siswa:
Menurut kamu, apakah pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah ini
dirasakan sulit untuk diterima? Sebagian besar menjawab:

111
Pada mulanya ya, tapi setelah lama kelamaan cukup menarik, walaupun ada
juga yang dirasakan sulit terus menerus.
Apakah pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah ini menjadi beban
yang dirasakan berat bagi kamu?
Ya, beban juga, karena terlalu banyaknya pelajaran yang harus diikuti.
Belum lagi harus mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di luar jam pelajaran.
Kondisi ini tentu saja membawa berbagai efek kurang baik. Siswa yang
ingin mengejar prestasi harus berusaha keras menguasai beban kurikulum, bahkan
sampai harus mengikuti berbagai les tambahan serta tugas-tugas lainnya.
Sedangkan pelajar remaja yang enggan mempelajari hal-hal yang tidak
disukainya, seringkali berbuat hal yang buruk di luar jam sekolah seperti
berkelahi/tawuran. Belajar adalah proses pematangan psikologis anak, bukan
sebaliknya, anak merasa dijajah dan tertekan. Karena itu, diperlukan pendekatan
yang seimbang antara perkembangan intelegensi anak, psikologisnya dengan cara
pendekatan guru yang simpatik.
Menurut mereka, pemberian tugas latihan dan PR dibebankan kepada
siswa di hari-hari yang bersamaan oleh guru dari masing-masing bidang studi
menyebabkan anak mereka malas, takut bahkan stres. Karena itu hendaknya para
guru memahami permasalahan yang dihadapi siswa dan tidak menambah beban
lagi dengan pelajaran yang kurang efektif. Kadang siswa stres bukan dari diri dia
sendiri tetapi dari pengelolaan pembelajaran yang kurang memperhatikan
kejiwaan siswa. Berikut ini, beberapa sumber stres siswa dalam bersekolah. PR
banyak

tidak

akan

menimbulkan

stres

jika

ada

jadwal

rutin

untuk

mengerjakannya. orang tua harus membantu anak mengatur prioritas jadwal

112
rutinnya di rumah. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh kebanyakan siswa ketika
ditanyakan:
Apa yang kamu lakukan kalau ada tugas-tugas yang diberikan guru untuk
diselesaikan di luar kelas?
Cukup merepotkan juga sih, tapi karena harus dikerjakan, yaah apa boleh
buat, makanya jadi membuat pusing.
Pada bagian lain, guru sebenarnya diperbolehkan memberikan sanksi
sesuai aturan, tetapi guru tak boleh mengolok-olok anak didiknya. Olok-olok akan
membuat anak merasa terhina tanpa dapat mengimbanginya, karena yang
melakukan adalah pihak yang memiliki otoritas atas dirinya.
Apakah setiap kesulitan yang dirasakan kamu diselesaikan sendiri?
Sebisa mungkin diselesaikan sendiri, tapi kalau engga bisa ya terpaksa
minta bantuan kakak atau teman
Bagaimana kalau kesulitan atau masalah itu tidak dapat kamu selesaikan?
Cukup bingung juga, tapi karena harus dikerjakan, terpaksa walaupun
bingung diusahakan juga sebisanya.
Apakah kamu pernah dihukum/diberi sanksi yang cukup memalukan karena
melakukan pelanggaran di sekolah?
Pernah juga sih cuma sekali, waktu itu saya tidak dapat mengerjakan tugas
yang diberikan guru untuk menulis di depan
Bagaimana perasaan kamu ketika mendapat hukuman atau sanksi tersebut?
Malu, panik dan takut
Apakah materi pelajaran yang diberikan di sekolah ini sesuai dengan minat
dan bakat kamu?
Beberapa pelajaran memang ya, seperti fisika dan IPS, tapi kalau
matematika dan bahasa Inggris ya cukup sulit juga.
Dorongan dan perhatian orang tua dan kondisi sosial ekonomi keluarga
menjadi penting bagi terhindarnya perilaku stres anak/siswa. Karena orang tua
yang kurang mendukung pengembangan diri siswa akan dapat menghambat bagi
masa depannya. Dorongan atau dukungan tersebut diantaranya memfasilitasi

113
kebutuhan anak, membantu kesulitan dan memberikan motivasi yang sangat
berharga.
Beberapa temuan kebutuhan khusus peserta didik yang mengalami stres
adalah penggunaan metode pengajaran yang bervariasi oleh guru bidang studi. Hal
ini dikarenakan siswa yang mengalami stres merasakan adanya stagnasi dari
rutinitas proses pembelajaran yang monoton. Menurut Dilts (2002) pembelajaran
akan semakin efektif jika melibatkan modalitas belajar individu (visual, auditori
dan kinestetik).
Hal lain yang menjadi kebutuhan khusus siswa adalah kelengkapan
fasilitas sekolah. Kelengkapan fasilitas sekolah akan memudahkan siswa untuk
belajar secara mandiri sehingga ia tidak bergantung pada guru bidang studi.
Selain itu fasilitas sekolah akan menunjang ketercapaian tujuan pendidikan,.
Kecenderungan umum peta kognitif stres. Peta kognitif stres peserta didik
pada intinya berkenaan dengan bagaimana cara peserta didik mengelola informasi
yang datang dari luar dirinya. Tad (2003) mengungkapkan bahwa mekanisme
berfikir individu sangat dipengaruhi oleh pilihan kata yang digunakan (language),
keyakinan yang dimiliki (belief), sikap (attitude), memory, kesiapsediaan (time).
Peserta didik yang mengalami stres pada jenjang pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi memiliki kesamaan pola dalam mekanisme berfikirnya yakni
cenderung menggunakan bahasa yang destruktif, memiliki kepercayaan diri yang
rendah, tidak siap menerima perubahan, memiliki sikap yang negatif. Maka dari
itu pengembangan model lebih diarahkan pada pembentukan mekanisme berpikir
yang positif dan efektif. Bagi siswa yang mengalami stres pada jejang pendidikan

114
SMP, bidang bimbingan yang diperlukan adalah bimbingan sosial karena dapat
membantu siswa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, terutama dengan
teman-teman sebayanya.
Secara umum faktor penyebab stres peserta didik terbagi atas dua yakni
aspek internal dan aspek eksternal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
dominan penyebab stres adalah faktor internal. Faktor-faktor eksternal yang
merupakan sumber distres pada siswa, diantaranya:
a) faktor keluarga, meliputi gangguan mental dan kepribadian orang tua,
ketidakharmonisan pernikahan orang tua, kurangnya kasih sayang, kontrol dan
disiplin, orangtua yang menaruh harapan tinggi dan tidak realistis terhadap
anak, persaingan yang tidak sehat antar saudara kandung dengan kata lain
terjadinya disharmonisasi antara anggota keluarga khususnya antara saudara
kandung;
b) faktor sekolah dan kurikulum, meliputi; pengharapan yang tingi dari sekolah,
disiplin di sekolah, dan kegiatan ujian-ujian;
c) faktor masyarakat, meliputi pengaruh buruk dari masyarakat di sekitar tempat
tinggal, penolakan dari masyarakat, dan ejekan dari teman.
Ketika ditanyakan: Apa cita-cita kamu setelah lulus dari sekolah ini?
Inginnya sih masuk SMA, tapi ga tahu bagaimana orang tua saya.
Apakah orang tua kamu mendukung cita-cita yang kamu inginkan itu?
Kelihatannya orang tua sih maunya melanjutkan sekolah ke sekolah
kejuruan, katanya agar bisa dengan cepat bekerja untuk membantu beban
orang tua mencari uang.
Bagaimana keadaan ekonomi di keluarga kamu?
Bapak saya buruh petani, keadaan ekonomi keluarga hanya cukup untuk
kebutuhan sehari-hari.
Apakah kamu hidup tenteram di dalam lingkungan keluarga kamu?

115
Ya cukup tenteram sih, walaupun sekali-kali namanya orang ya suka juga
ada pertengkaran di rumah
Apakah sering terjadi pertengkaran dalam keluarga kamu?
Kadang-kadang
Apakah orang tua kamu juga ikut membantu kesulitan belajar kamu di
rumah?
Seperti tadi sudah saya katakan, orang tua saya buruh tani, jadi ga bisa
apa-apa. Tapi kalau ada kesulitan saya minta bantuan pada kakak saya.
Apakah kamu sering mempunyai masalah di rumah?
Masalah selalu ada, terutama kalau saya melihat keluarga di rumah,
kadang saya ingin keluar saja dari sekolah, ingin membantu orangtua
mencari uang. Apalagi saya perempuan, buat apa sekolah tinggi-tinggi.
Penyebab yang paling sering dan dirasakan sangat dominan bagi
munculnya perilaku stres di kalangan siswa, terutama siswa yang memasuki kelas
akhir adalah ujian nasional. Setiap menjelang ujian nasional, para siswa dilanda
stres yang luar biasa. Tidak hanya karena peningkatan aktivitas belajar, tetapi
yang paling berat adalah beban psikologis yang diletakkan di pundak mereka;
yakni apakah mereka akan lulus atau tidak. Seolah pertanyaan ini menentukan
harga diri mereka, yang dari hasil ujian tersebut masyarakat akan menentukan
label pintar bagi yang berhasil dan bodoh (atau bahkan tidak berguna) bagi
yang gagal, atau paling tidak siswa akan dihantui perasaan semacam ini.

Sekarang kamu sudah kelas III, bagaimana perasaan kamu dalam


menghadapi pelajaran di kelas III ini?
Ya memang, pada kelas III ini beban belajar bertambah banyak, apalagi
untuk menghadapi ujian nasional; yang mengerikan itu. Engga tahu saya
harus bagaimana.
Di akhir kelas III ini akan mengikuti ujian, baik ujian sekolah maupun ujian
nasional. Bagaimana perasaan kamu?

116
Perasaan saya sangat khawatir, takut dan engga tahu harus bagaimana.
Apalagi standar nilainya katanya naik. Saya berusaha untuk bisa berhasil
dalam menempuh ujian, walaupun engga tahu hasilnya seperti apa. Yang
penting untuk menenangkan pikiran dan hati saya, saya berusaha berdoa dan
membaca Al-Quran sebagaimana yang diajarkan oleh guru agama di
sekolah ini. Tentunya sambil berusaha keras untuk menggunakan waktu
sebaik-baiknya untuk belajar.
Kekhawatiran ini nampaknya tidak hanya menginfeksi siswa, tetapi juga
mengepidemi pada orang tua siswa dan sekolahnya. Hal ini rupanya mendorong
orang tua untuk mendaftarkan putra-putrinya ke tempat kursus sepulang
sekolahnya, membuat jam lembur setelah belajarnya di sekolah. Hal mana yang
ditangkap sebagai peluang bisnis yang tak akan kekurangan pasar. Tak jauh beda
dengan apa yang terjadi di sekolah. Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih
spesial, meski kadang diskriminatif, dengan dibentuknya kelas-kelas khusus,
pelajaran-pelajaran tambahan, semua menambah ketegangan menjelang ujian
nasional.
Terkadang maksud baik menampilkan hitungan mundur di halaman depan
sekolah dirasakan siswa di sekolah berkualitas rendah sebagai ancaman
kegagalan. Menyadari bahwa sulit bagi siswa-siswa tersebut mengejar
ketertinggalannya, maka semakin mendekat ke hari-H, mereka banyak yang
keluar jalur. Cara yang kemudian banyak ditoleransi oleh siswa adalah dengan
berbuat membantu orang tua, dengan tidak jujur alias curang: mencontek.
Bahkan cenderung ditanamkan oleh pihak sekolah sendiri dengan pesan-pesan
eufemis bantulah temanmu kepada siswa yang lebih pandai di kelas dan pesan
jangan terlalu ketat, bijaksanalah kepada pengawas ujian yang kita semua tahu
maksudnya apa.

117
Fenomena yang paling sering dialami para siswa terutama di kelas akhir
adalah menghadapi ujian nasional. Ujian nasional (UN) sering kali dianggap
sebagai tolok ukur keberhasilan siswa dalam melaksanakan belajar secara tuntas
di sekolah. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah keberhasilan siswa
dalam belajar selama bersekolah hanya ditentukan oleh beberapa hari dalam ujian
nasional? Kenyataan yang berkembang selama ini seolah-olah membenarkan
pendapat tersebut. Hal ini memunculkan perasaan yang meresahkan di kalangan
siswa, orang tua bahkan para guru di sekolah yang bersangkutan.
Situasi seperti itu, adakalanya memunculkan perasaan tegang, gelisah atau
stres terutama terhadap diri siswa yang akan menjalani Ujian Nasional. UN sering
kali dianggap sebagai ajang mempertaruhkan reputasi diri, selama siswa tersebut
menimba ilmu sekian tahun di sekolah masing-masing, dan yang paling
mengkhawatirkan, munculnya fenomena penyimpangan stres yang terjadi
terhadap siswa yang gagal dalam menempuh Ujian Nasional maupun kegiatankegiatan ujian dan ulangan lainnya. Ujian nasional (UN) yang berlangsung pada
setiap akhir tahun seharusnya tidak menjadi beban siswa. Sekolah dan orang tua
diimbau lebih memotivasi siswa dalam mengoptimalkan kemampuan belajar
mereka daripada menargetkan kelulusan dengan standar nilai yang tinggi.
Apakah kamu sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian nasional?
Yah sudah siap sih, walaupun memang menghadapi ujian nanti harus
belajar, tapi ya tadi, saya selalu berusaha membaca Al-Quran setelah shalat
maupun ketika ada di sekolah. Karena saya yakin, kalau sering atau banyak
membaca Al-Quran dapat menanagkan hati dan pikiran saya.
Apakah yang menjadi kekhawatiran kamu dalam menghadapi ujian nanti?
Saya khawatir tidak lulus, kasrena akan kecewa dan bisa stres, malu saya
teman-teman, dan orang tua akan kecewa. Itu yang saya takutkan.

118
Nanti saya harus bagaimana. Maka kadang saya merasa stres kalau sudah
banyak mikirin ujian nasional yang dilakukan secara serentak itu.
Apa yang akan kamu lakukan jika seandainya kamu tidak lulus dalam ujian
nasional tersebut?
Yah mudah-mudahan sih lulus. Tapi, kalau memang nantinya tidak lulus,
yaitu tadi saya kecewa dan malu, kasihan sama orangtua pasti akan kecewa.
Adapun apa yang akan saya lakukan nanti jika seandainya benar-benar tidak
lulus, ga tahu, belum ada pikiran, yang pasti sekarang saja saya sudah stres
untuk mempersiapkan ujian ini. Banyak tugas-tugas, harus ikut pengayaan
hampir tiap hari, terutama untuk pelajaran yang akan diujikan secara
nasional, sampai-sampai pelajaran yang lainnya kurang begitu dipikirkan,
terlalu dikonsentrasikan pada pelajaran-pelajaran yang diujikan, seperti
bahasa Inggris, matematika, bahasa Indonesia dan IPA.
Ujian nasional (UN) sering kali dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan
siswa dalam melaksanakan belajar secara tuntas di sekolah. Pertanyaan yang
muncul kemudian adalah apakah keberhasilan siswa dalam belajar selama
bersekolah hanya ditentukan oleh beberapa hari dalam ujian nasional? Kenyataan
yang berkembang selama ini seolah-olah membenarkan pendapat tersebut.Tingkat
stres dan gangguan kesehatan mental pelajar dan mahasiswa dewasa ini
meningkat lima kali lebih tinggi dibandingkan kondisi yang diderita pelajar dan
mahasiswa pada era depresi besar 1938 silam. Pemicunya berasal dari sekolah dan
budaya populer dalam kehidupan sehari-hari.
Harapan yang terlalu muluk menyebabkan kegagalan dan rasa frustasi
meningkat. Orang tua yang terlalu mengekang anak memperoleh keterampilan
tertentu dalam bergaul dan konfrontasi dengan guru dan dosen merupakan sumber
stres lain yang dialami para pelajar.
Keberhasilan mengajar merupakan idaman dan cita-cita setiap guru. Oleh
karena itu, seorang guru dituntut untuk dapat mengatasi dan mengantisipasi agar
tidak mengalami kegagalan, apalagi menghadapi situasi dan kondisi siswa yang

119
bermacam-macam. Guru haruslah memiliki mental yang kuat serta memiliki jiwa
kesabaran yang tinggi terlebih lagi dalam menghadapi UAN.
Jika memperhatikan tayangan di televisi, banyak sekali siswa yang stres
menghadapi UAN, bahkan pingsan saat mengikuti ujian. Apalagi ketika
dinyatakan tidak lulus. Bukan hanya sekedar stres, tapi sudah sampai pada frustasi
dan berbuat nekat untuk bunuh diri.
Penentuan target kelulusan UN, hanya akan memperburuk kondisi
kejiwaan siswa dan menurunkan kesiapan mereka menghadapi ujian. Di beberapa
sekolahpun banyak yang menceritakan kondisi siswa-siswa mereka yang stres
menjelang UN. Pemicunya, antara lain, standar nilai kelulusan 5,50 untuk setiap
mata pelajaran dan jadwal pelaksanaan UN yang maju dari April ke Maret.
Kondisi ini memaksa siswa harus siap sedini mungkin.
Belum lagi beban tuntutan siswa wajib lulus UN. Sebab, kalau tak lulus,
akan dianggap memalukan sekolah, keluarga, juga diri mereka sendiri. Ujian
Nasional SLTP digelar pada Maret hingga April setiap tahunnya. Tahun ini
pemerintah mengambil kebijakan untuk melaksanakan UN ulangan bagi siswa
yang tidak lulus. Kepala SMPN 3 Pangkah; Masnun mengatakan, pihaknya sudah
cukup membekali siswa untuk menghadapi Ujian Nasional. Hampir setiap hari
238 siswa kelas IX di sekolah ini mengerjakan soal-soal latihan yang sudah
disesuaikan dengan standar kompetensi lulus nasional. Siswa juga dibebaskan
bertanya kepada guru mengenai kesulitan yang dihadapi. Mereka bisa berdiskusi
mengenai cara mengerjakan soal. Para guru selalu memotivasi siswa yang dalam
latihan masih sulit mencapai standar nilai lulus 5,50. Motivasi itu disesuaikan

120
dengan karakter setiap siswa. Guru berharap cara itu bisa membuat semua siswa
kami lulus.
Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) sejauh ini sesuai rencana yang
digulirkan oleh Depdiknas, yaitu Maret 2010. Siswa pun sudah dipersiapkan sejak
dini dan secara intensif untuk menghadapi pelaksanaannya. Try out mulai
intensif dilakukan, karena buat sekolah hal ini sifatnya untuk menggembleng
kemampuan mereka, bahkan kepala sekolah sampai terjun langsung untuk
meninjau persiapan mereka sampai ke kelas-kelas. Setiap hari seusai jam
pelajaran, siswa dibekali dengan pendalaman materi selama dua jam setengah.
Khusus di hari Sabtu, yang biasanya dijadikan waktu untuk menjalani kegiatan
ekstrakurikuler, kini sudah langsung dijatahkan hanya khusus untuk bimbingan
belajar siswa.
Dari tahun ke tahun memang selalu begitu, tetapi anak-anak yang sekarang
ini tampaknya lebih serius belajarnya. Pelaksanaan UN sejauh ini masih sesuai
rencana dari Depdiknas, yaitu biasanya pada bulan maret. Siswa sudah
dipersiapkan sejak dini dan secara intensif untuk menghadapi pelaksanaannya.
Beberapa siswa-siswa mengakui, jadwalnya sejak duduk di kelas tiga kian
padat. Mereka mengatakan, sekolah memang menyiapkan siswa kelas III
khusus untuk menghadapi UN. Ekstrakurikuler pun ditiadakan. Pukul 06.30
sampai 13.00 mereka belajar untuk mata pelajaran seperti biasanya. Jika
biasanya ia langsung pulang ke rumah, kali ini tidak. Karena sesudah itu
harus mengikuti bimbingan belajar selama satu jam di sekolah. Lumayan
stres, belajar melulu, ujar mereka. Khusus hari selasa dan sabtu, jam
tambahan itu juga harus diambilnya untuk pendalaman materi pelajaran dan
latihan soal. Pada dua hari tersebut mnereka mulai mengikuti jam tambahan
sejak pukul 13.00 sampai 16.30. Kalau capek dan bosan paling main,
ujarnya.Tiap malam juga mengulang pelajaran, tapi kalau sedang datang
malasnya paling cuma setengah jam, tuturnya.

121
Menurut guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Widya
Mandala Surabaya Anita Lie, tetap diselenggarakannya UN, apalagi dengan
dimajukan jadwal pelaksanaannya, yaitu dari awalnya April menjadi Maret,
terlalu dipaksakan. Depdiknas terlalu memaksakan, siswa tentu saja stres,
ujarnya.
Sehubungan dengan UN itu akan dilaksanakan, mulai dari sekolah, guru,
pengajar di bimbingan belajar, bahkan sampai orang tua pun menjejali anak
didiknya dengan soal-soal tes dan persiapan UN. Padahal sebaliknya, lanjut Anita,
hal itu justru membuang waktu dan perhatian yang seharusnya digunakan untuk
proses belajar mengajar.Semua pihak (sekolah) terjebak dan berubah seperti
halnya sebuah bimbingan belajar. Tak ada lagi suasana belajar yang kondusif bagi
anak-anak itu, ujar Anita. Anita mencontohkan dan sekaligus sangat
menyayangkan bahwa terkait persiapan UN, rata-rata sekolah menyetop kegiatan
ekstrakurikuler bagi anak-anak didik yang akan menghadapi UN. Padahal, justru
di situlah dinamika mereka menuntut ilmu di sekolah, (sumber:kompas.com).
Dimajukannya Ujian Nasional (UN) pada tahun 2010 ini, tak pelak
membuat kalangan guru dan anak didik khususnya tingkat SMA kini kalang
kabut. UN dimajukan bikin stres, takut nggak lulus, kata siswa.
Terhadap siswa yang tidak lulus diberi jeda waktu selama satu bulan untuk
mempersiapkan- diri mengikuti UN ulangan. "Yang diulang boleh mata pelajaran
yang tidak lulus, atau boleh mata pelajaran secara keseluruhan," katanya. "Dengan
adanya ujian utama, UN susulan dan UN ulang ini, dianggap sudah

122
mengakomodasi apa yang menjadi perhatian, konsentrasi masyarakat secara
keseluruhan terkait UN".
Dalam kesempatan berbeda, Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP), Djemari Mardapi, menuturkan UN ulang memang diberikan sebagai hak
bagi siswa yang tidak lulus UN. Syaratnya, seperti yang disampaikan Mendiknas.
"Nanti akan dilihat nilai mata pelajaran yang tidak lulus. Hanya siswa yang
nilainya di bawah 5,5 saja yang berhak mengulang. Sekali lagi, UN ulang ini
bukan untuk perbaikan nilai yang di atas atau sama dengan standar nilai UN, yaitu
5,5. (dieni/us/j)
"Biar pun ada ujian ulang bagi mata pelajaran yang tidak lulus, tetap saja
UN membuat kami stres," kata Tika, salah satu siswa. "UN susulan
diberikan kepada siswa yang berhalangan karena sakit atau sebab-sebab
lainnya, sedangkan UN ulang diadakan untuk siswa yang tidak lulus.
Fenomena penyimpangan stres di kalangan siswa, orang tua, dan para guru
ketika menjelang dan setelah ujian, harus menjadi bahan renungan dan evaluasi
diri secara menyeluruh. Bagaimana tidak, hal-hal yang tidak diinginkan dan tak
sepatutnya muncul menjadi penyimpangan perilaku, sebagai konpensasi dari
tekanan yang dirasakan. Penyimpangan stres di kalangan siswa, orang tua dan
para guru ketika menjelang dan sesudah ujian tersebut, antara lain: siswa berbuat
curang dengan cara mencontek, orang tua ada yang berani membeli bocoran soal
dengan harga yang cukup tinggi, maupun ada oknum guru yang menjadi tim
sukses dengan menyediakan jawaban soal. Karena apabila mereka tidak lulus
dalam ujian, akan terjadi penyimpangan, antara lain: siswa yang tidak lulus
menjadi minder, merusak gedung sekolah bahkan hingga bunuh diri.

123
Stres dapat dialami oleh setiap orang, tidak mengenal usia, jenis kelamin,
kedudukan maupun jabatan. Gejala-gejala stres mencakup mental, sosial dan fisik.
Hal-hal ini meliputi kelelahan, kehilangan atau meningkatnya napsu makan, sakit
kepala, sering menangis, sulit tidur dan tidur berlebihan. Menggunakan alkohol,
narkoba, atau perilaku kompulsif lainnya sering merupakan indikasi-indikasi dari
gelaja stres. Perasaan was-was, frustrasi, atau kelesuan dapat muncul bersamaan
dengan stres.
Sebagian besar, perasaan stres atau tegang yang dialami oleh siswa ketika
akan menghadapi ujian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang cukup memeras otak
serta adanya konflik di rumah merupakan respons (reaksi) yang berupa perasaan
tidak nyaman atau tertekan terhadap tuntutan, bahwa ujian nasional adalah
penentu kelulusan.
Dari beberapa siswa yang dijadikan sampel oleh penulis untuk dimintai
pendapatnya mengenai masalah ini, terutama stres menghadapi UN, tercatat
sebagian besar siswa mengalami ketegangan saat akan menghadapi ujian nasional
dengan beberapa alasan, antara lain takut tidak lulus, takut soalnya susah, takut
hasilnya tidak memuaskan walaupun lulus ujian, takut tidak bisa melanjutkan ke
sekolah favorit dsb. Dengan gejala ini dapat dikatakan bahwa stres hanya akan
menambah beban dan mengganggu konsentrasi belajar saat menghadapi ujian
(Muhanna Sofiati Utami, 2003: 139)
Kesulitan belajar atau hambatan yang muncul dalam kegiatan belajar dapat
bermacam-macam. Ada yang bersifat fisiologis misalnya waktu belajar sering
merasa pusing, cepat mengantuk, mata sakit bila membaca dll. Hambatan yang

124
bersifat psikologis misalnya tidak minat belajar, kemampuan tidak menunjang
dalam kondisi stres, ada juga hambatan yang bersifat sosial kehadiran teman
waktu belajar, situasi keluarga yang ramai, keluarga tidak harmonis, dan
sebagainya.Hambatan tersebut baik disadari atau tidak disadari sangat
mengganggu proses belajar sehinga anak tidak dapat mencapai hasil prestasi
belajar dengan baik.
Salah satu tantangan pembelajaran di kelas adalah permasalahan belajar
siswa yang tidak boleh dibiarkan begitu saja guru akan tetap secara efektif
berusaha

membantu,

membimbing siswa

untuk

mencapai

tujuan-tujuan

perkembangannya; sekaligus mengatasi permasalahannya. Permasalahan belajar


yang sering dihadapi siswa antara lain; yaitu; (1) kasus individualitas, seperti
prestasi rendah, dan kurang minat belajar, (2) kasus sosialitas antara lain pendiam,
melanggar tata tertib, membolos, sering terlambat, sering bertengkar, dimanja,
sulit beradaptasi, pemalu, penakut, canggung, penyendiri, kurang bergaul, berlaku
kasar, berbicara kotor, dan diperlakukan sangat keras, (3) kasus moralitas; yakni:
melanggar tata tertib, membolos, terlambat jarang masuk sekolah, berbicara tidak
senonoh, nakal, kasar, dan lain sebagainya, dan (4) kasus keterlambatan
akademik; misal keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang
cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkan secara optimal, ketercepatan dalam
belajar dengan bakat akademik cukup tinggi I Q 130 atau lebih tetapi masih
memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan
belajarnya yang amat tinggi, sangat lambat dalam belajar; yakni siswa yang
memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk

125
mendapatkan pendidikan atau pembelajaran khusus, kurang motifasi dalam
belajar; merupakan keadaan siswa yang kurang semangat dalam belajar, mereka
seolah-olah tampak jera dan malas, bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar
kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik
dengan yang seharusnya, suka menunda waktu, mengulur waktu, tugas, membenci
guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui, dan sebagainya, serta
siswa yang belum menguasai baham pelajaran sesuai patok yang ditetapkan,
dikatakan belum menguasai tujuan-tujuan pengajaran.
Digolongkan siswa yang mengalami masalah dalam belajar dan
memerlukan bantuan khusus. Sedang siswa yang sudah menguasai secara tuntas
semua bahan yang disajikan sebelum batas waktu yang ditetapkan berakhir,
digolongkan sebagai yang cepat dalam belajar. Mereka ini patut mendapat tugastugas tambahan sebagai pengayaan orang tua di rumah, guru agama dan guru-guru
lain di sekolah bahkan masyarakat kiranya perlu menciptakan suasana kondusif
sebagai tempat membesarkan siswa di rumah, di sekolah ataupun di masyarakat
yang ramah, peduli terhadap permasalahan belajar dan berusaha untuk
mengentaskan permasalahan belajar siswa, sehingga siswa tidak menjadikan ujian
sekolah sebagai suatu beban yang mengakibatkan timbulnya perilaku stres, tetapi
ujian itu hanya dipandang sebagai suatu prosedur formal dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah pada setiap jenjangnya.
Kecemasan dapat dialami siapapun dan di mana pun, termasuk juga oleh
para siswa di sekolah. Kecemasan yang dialami siswa di sekolah bisa berbentuk
kecemasan realistik, neurotik atau kecemasan moral. Karena kecemasan

126
merupakan proses psikis yang sifatnya tidak tampak ke permukaan maka untuk
menentukan apakah seseorang siswa mengalami kecemasan atau tidak, diperlukan
penelaahan yang seksama, dengan berusaha mengenali simptom atau gejalagejalanya, beserta faktor-faktor yang melatarbelangi dan mempengaruhinya.
Kendati demikian, perlu dicatat bahwa gejala-gejala kecemasan yang bisa diamati
di permukaan hanyalah sebagian kecil saja dari masalah yang sesungguhnya,
ibarat gunung es di lautan, yang apabila diselami lebih dalam mungkin akan
ditemukan persoalan-persoalan yang jauh lebih kompleks.
Di sekolah, banyak faktor-faktor pemicu timbulnya kecemasan pada diri
siswa. Target kurikulum yang terlalu tinggi, iklim pembelajaran yang tidak
kondusif, pemberian tugas yang sangat padat, serta sistem penilaian ketat dan
kurang adil dapat menjadi faktor penyebab timbulnya kecemasan yang bersumber
dari faktor kurikulum. Begitu juga, sikap dan perlakuan guru yang kurang
bersahabat, galak, judes dan kurang kompeten merupakan sumber penyebab
timbulnya kecemasan pada diri siswa yang bersumber dari faktor guru. Penerapan
disiplin sekolah yang ketat dan lebih mengedepankan hukuman, iklim sekolah
yang kurang nyaman, serta sarana dan pra sarana belajar yang sangat terbatas juga
merupakan faktor-faktor pemicu terbentuknya kecemasan pada siswa.yang
bersumber dari faktor manajemen sekolah.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa kondisi belajar siswa yang
mengalami stress di SMPN 3 Pangkah Tegal cukup terganggu dan mengalami
kesulitan dalam belajar. Hal itu karena dihinggapi oleh kurang konsentrasinya
dalam berpikir. Kurang konsentrasinya berpikir siswa dalam belajar tersebut

127
karena dihadapkan pada persoalan-persoalan terganggunya psikis siswa yang
disebabkan oleh terlalu beratnya beban pelajaran, kehidupan keluarga di rumah,
pengalaman masa lalu kegiatan MOS, banyaknya tugas-tugas pengayaan dan
kekhawatiran yang sangat tinggi dalam menghadapi ujian nasional yang dianggap
sangat menentukan masa depan hidupnya. Kecemasan dan perasaan khawatir
yang menghinggapi para siswa dianggap sebagai salah satu faktor penghambat
dalam belajar yang dapat mengganggu belajar fungsi-fungsi kognitif seseorang,
seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan
masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk
gangguan fisik (psikomatik).

B. Respon Siswa terhadap Terapi Al-Quran


Manusia berhubungan dan menerima pengaruh dari dunia luar melalui
visual (penglihatan), audio (pendengaran), kinestetik (perabaan), gustatori
(pengecapan) dan olfaktori (bau, penciuman). Dari lima sarana tersebut yang
paling kuat pengaruhnya adalah pendengaran. Suara yang didengar bisa berupa
musik, suara alam, atau kata-kata yang mengandung pesan (masage) tertentu.
Kata-kata yang berisi pesan tertentu akan diserap oleh pikiran bawah sadar, dan
tertanam didalamnya menjadi sikap hidup.
Sandy Mc Gregor dalam bukunya Peace of Mind (1977) menyatakan
bahwa tindakan dan perbuatan manusia sebagian besar dipengaruhi oleh pikiran
bawah

sadarnya. Pikiran

bawah sadar berperan 88% sedang fikiran sadarnya

128
hanya 12 %. Nyaris kehidupan seseorang dibentuk oleh apa yang tertanam
didalam pikiran bawah sadarnya. Pikiran sadar yang bersifat kritis tidak mampu
menghadapi pikiran bawah sadar yang mempunyai kekuatan jauh lebih besar dari
padanya. Dalam kehidupan sehari hari banyak logika seseorang yang dikalahkan
oleh pikiran bawah sadar. Walaupun orang belum pernah melihat hantu, namun
ketika orang itu melalui pekuburan yang diisukan sangat angker di tengah malam,
pasti orang itu akan merasa takut dan ingin segera berlalu dari tempat itu. Pikiran
sadar dia dikalahkan oleh pikiran bawah sadar yang menginginkannya segera
berlalu dari tempat itu. Pikiran bawah sadar anda terlanjur meyakini bahwa hantu
itu ada, dan dapat mencelakakannya, walaupun kenyataannya dia belum pernah
bertemu atau melihat hantu.
Pikiran bawah sadar yang sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang
tersebut ternyata tidak mampu membedakan antara baik dan buruk, salah dan
benar. Apa saja informasi, atau saran yang masuk kedalam pikiran bawah sadar
akan diterima sebagai suatu kebenaran mutlak yang harus dilaksanakan. Tidak
peduli informasi atau saran itu baik atau buruk, salah atau benar. Pertimbangan
baik, buruk, salah atau benar terdapat pada pikiran sadar. Pikiran sadarlah yang
berfungsi sebagai filter bagi sesuatu informasi atau saran yang boleh masuk
kedalam pikiran bawah sadar. Jika karena sesuatu dan lain hal pikiran bawah
sadar dalam keadaan lemah, atau sibuk maka informasi atau saran yang didengar
dan dilihat akan nyelonong masuk kedalam pikiran bawah sadar, tanpa difilter
oleh pikiran sadar. Saran atau informasi itu diyakini oleh pikiran bawah sadar
sebagai kebenaran mutlak yang harus dilaksanakan, mekanisme tubuhpun akan

129
bekerja melaksanakan saran atau informasi tersebut. Inilah kondisi yang terjadi
pada orang yang berada dalam pengaruh hypnotis.
Salah satu akibat dari perbuatan bawah sadar adalah stres. Seringkali stres
didefinisikan dengan hanya melihat dari stimulus atau respon yang dialami
seseorang. Definisi stres dari stimulus terfokus pada kejadian di lingkungan
seperti misalnya bencana alam, kondisi berbahaya, penyakit, atau berhenti dari
kerja. Definisi ini menyangkut asumsi bahwa situasi demikian memang sangat
menekan tapi tidak memperhatikan perbedaan individual dalam mengevaluasi
kejadian. Sedangkan definisi stres dari respon mengacu pada keadaan stres, reaksi
seseorang terhadap stres, atau berada dalam keadaan di bawah stres (Lazarus &
Folkman, 1984).
Definisi stres dengan hanya melihat dari stimulus yang dialami seseorang,
memiliki keterbatasan karena tidak memperhatikan adanya perbedaan individual
yang mempengaruhi asumsi mengenai stresor. Sedangkan jika stres didefinisikan
dari respon, maka tidak ada cara yang sistematis untuk mengenali mana yang akan
jadi stresor dan mana yang tidak. Untuk mengenalinya, perlu dilihat terlebih
dahulu reaksi yang terjadi. Selain itu, banyak respon dapat mengindikasikan stres
psikologis yang padahal sebenarnya bukan merupakan stres psikologis. Dari
penjelasan tersebut, terlihat bahwa respon tidak dapat secara reliabel dinilai
sebagai reaksi stres psikologis tanpa adanya referensi dari stimulus (Lazarus &
Folkman, 1984).
Singkatnya, semua pendekatan stimulus-respon mengacu pada pertanyaan
krusial mengenai stimulus yang menghasilkan respon stres tertentu dan respon

130
yang mengindikasikan stresor tertentu. Yang mendefinisikan stres adalah
hubungan stimulus-respon yang diobservasi, bukan stimulus atau respon. Stimulus
merupakan suatu stresor bila stimulus tersebut menghasilkan respon yang penuh
tekanan, dan respon dikatakan penuh tekanan bila respon tersebut dihasilkan oleh
tuntutan, deraan, ancaman atau beban. Oleh karena itu, stres merupakan hubungan
antara individu dengan lingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau
melebihi kekuatannya dan mengancam kesehatannya (Lazarus & Folkman, 1984).
Stres merupakan persepsi yang dinilai seseorang dari sebuah situasi atau
peristiwa. Sebuah situasi yang sama dapat dinilai positif, netral atau negatif oleh
orang yang berbeda. Penilaian ini bersifat subjektif pada setiap orang. Oleh karena
itu, seseorang dapat merasa lebih stres daripada yang lainnya walaupun
mengalami kejadian yang sama. Selain itu, semakin banyak kejadian yang dinilai
sebagai stresor oleh seseorang, maka semakin besar kemungkinan seseorang
mengalami stres yang lebih berat.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa kondisi stres yang diderita
para siswa di SMPN 3 Pangkah Tegal disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal. Stres dapat ditimbulkan tekanan yang berhubungan dengan tanggung
jawab yang besar yang harus ditanggungnya dari dalam diri sendiri: seperti
mempunyai cita-cita yang terlalu tinggi, kondisi keluarga yang kurang sejahtera,
pergaulan dengan teman-teman yang tidak memberikan ruang keamanan dan
sebagainya. Sedangkan penyebab yang datang dari luar berasal tuntutan yang
terlalu besar dari orang tua yang menginginkan anaknya berprestasi, dampak dari
kegiatan MOS waktu masuk sekolah, tekanan ekonomi keluarga, dan diliputi

131
perasaan cemas yang berlebihan dalam menghadapi ujian nasional yang terlalu
menuntut nilai kelulusan yang tinggi.
Untuk mengatasi semua fenomena stres di kalangan siswa tersebut salah
satunya dilakukan oleh guru agama melalui terapi yang diajarkan dalam AlQuran. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah Penyembuh
bagi segala penyakit.
Pada dasarnya, setiap pengobatan harus menggunakan Al-Qur'an,
setelahnya barulah menggunakan obat-obatan sekalipun pada penyakit jasmani.
Al-Qur'an adalah penawar dan obat bagi hati, penyehat badan dan penyembuh
baginya , sebagaimana Allah berfirman: yang artinya:
: "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar". QS.
Kata penawar dalam bahsa Indonesia, dan tidak dengan menggunakan kata
(yang berarti obat) sebab hasilnya nyata, sementara obat, mungkin dengan sebab
obat tersebut orang bisa sembuh atau terkadang tidak mempunyai pengaruh. Ibnul
Qyyim dalam kitabnya Zadul Ma'ad mengatakan: Al-Qur'an sebagai penawar total
bagi semua penyakit, baik penyakit hati dan penyakit badan, di dunia dan ahkirat.
Dan tidak semua orang diberikan kesiapan dan kemudahan untuk sembuh dengan
Al-Qur'an, jika orang yang sakit berobat dengan cara yang baik (dengan ruqyah),
dan mengobati penyakitnya dengan keyakinan yang mantap, iman yang kuat,
penerimaan yang sempurna, keyakinan yang teguh, dan memenuhi semua
syaratnya.
Lantunan ayat Quran yang dibacakan oleh seorang Qori dengan tartil dan
lantunan irama yang syahdu mampu menurunkan gelombang otak hingga masuk

132
kedalam kondisi Alfa. Ketika itu seseorang akan masuk ke dalam keadaan
Hypnosis, dimana pikiran sadarnya menjadi lemah dan gerbang fikiran sadarnya
terbuka lebar. Pikiran bawah sadar siap menerima semua pesan yang dibawakan
oleh ayat Al-Quran yang dibaca tersebut. Pesan Al-Quran yang disampaikan
akan terhunjam kuat kedalam pikiran bawah sadar, ia akan terbawa hanyut oleh
ayat yang dibaca. Keadaan seperti ini banyak disebutkan didalam Al-Quran
antara lain pada surat Al Israa ayat 106:

Terjemah: Dan Al- Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur
agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan
Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al Israa ayat 106)
Dibawah pengaruh Al-Quran seseorang kadangkala bisa menangis,
histeris bahkan tersungkur sujud. Hal ini banyak dialami oleh para sahabat dan
orang saleh sesudah Rasulullah. Keadaan seperti ini juga banyak disebutkan di
dalam Al-Quran. Orang yang berhasil mencapai kondisi seperti ini pikiran bawah
sadarnya akan dipenuhi saran, informasi dari Al-Quran. Sikap dan perilakunya
akan dibentuk oleh Al-Quran. Setiap orang bisa menterapi diri sendiri untuk
memperbaiki ahlak, perilaku, meningkatkan iman dan ketakwaan dengan
mentadabburi

ayat

Al-Quran. Orang bisa

juga menterapi

diri

untuk

membangkitkan motivasi, meraih sukses dan kemenangan dengan ayat Al-Quran.


Untuk terapi meraih sukses bisa di baca Surat Ali Imran 26,27. Fathir 1-4, An-Nur
55-56. Tentunya ayat tersebut dibaca dengan mentadabburinya.
Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad saw sebagai salah satu rahmat yang tidak ada taranya bagi alam

133
semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu ilahi yang menjadi petunjuk pedoman
dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta mengamalkannya. Setiap
mumin yakin, bahwa membaca Al-Qur'an saja, sudah termasuk amal yang sangat
mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya itu
adalah kitab suci Ilahi. Al -Qur'an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mumin,
baik di kala senang maupun di kala susah, di kala gembira atau di kala sedih.
Malahan Al -Qur'an itu bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi
obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.

Apakah kamu mengikuti juga pelajaran Al-Quran yang diajarkan oleh guru
Agama?
Ya, saya berusaha aktif mengikutinya, agar saya bisa membaca Al-Quran
dengan baik disamping saya merasakan ada kedamaian di hati saya ketika
membaca Al-Quran dengan benar dan baik. Pikiran saya menjadi terbuka,
yaah ada ketenangan batin lah

Dengan membaca Al-Quran, tekanan hidup seringkali mengguncang


keyakinan terhadap keadilan, kebenaran dan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang
berujung dapat mengahncurkan pegangan hidup. Al -Qur'an menyediakan
penjelasan dan jawaban kejadian kehidupan jauh lebih lengkap dan dalam dari
sekedar mendengarkan musik, membaca novel, atau cerpen. Bagi yang sering
mengulang-ulang membaca Al-Quran dengan maknanya akan menemukan
nasihat, penguatan bathin dan solusi terhadap semua persoalan hidup. Sebaliknya,
bagi yang tidak menjadikan Al -Qur'an sebagai penasehat akan menemukan
kesunyian hidup dan kegersangan hati yang dalam.

134
Adapun terapi Al-Quran yang dilakukan oleh guru Agama kepada para
siswa yang mengalami stres di SMPN 3 Pangkah Tegal ini, dilakukan upayaupaya sebagai berikut:

Menurut Ibu bagaimana kondisi ekonomi keluarga siswa di sekolah ini?


Para siswa di SMPN 3 ini pada umumnya berada dalam kondisi ekonomi
orang tuanya pada level menengah ke bawah, sedikit sekali yang orang
tuanya pada ekonomi tinggi.
Bagaimana tanggapan siswa terhadap pelajaran yang Ibu berikan?
Dibanding dengan pelajaran umum lainnya, terutama mata-mata pelajaran
yang akan diujikan kelas III, maka terhadap PAI dan membacaAl-Quran
memang kurang begitu disikapi dengan baik. Karena bagi mereka
mempelajari PAI tidak ada sanksi nilai kelulusan kalaupun tidak juga
mengikutinya dengan baik.
Bagaimana tanggapan siswa terhadap pelajaran yang Ibu berikan?
Pada awalnya mereka agak kesulitan untuk mengikuti kegiatan ini, namun
lama-kelamaan telah menjadi kebiasaan.
Apakah mereka dapat menerima pelajaran yang Ibu berikan pada setiap
kali mengajar?
Ya, karena selain atas kesadaran mereka sendiri, juga merupakan kegiatan
yang wajib diikuti oleh seluruh siswa, baik pada kegiatan intra, ko-kurikuler
maupun ekstra kurikuler.
Kendala apa saja yang bapak rasakan dalam menyampaikan pelajaran
kepada siswa? Diantara kendala yang paling dirasakan adalah:
1. Masih banyak siswa yang belum mampu membaca Al-Quran pada awal
masuk sekolah ini.
2. Kurangnya waktu untuk mengajarkan PAI. Karena Al-Quran
merupakan bagian dari materi PAI.
3. Kurangnya komitmen beberapa teman guru lain untuk memberikan
kesempatan kepada para siswa belajar Al-Quran.
Sudah berapa lama Ibu mengajar PAI di sekolah ini?
Kurang lebih 10 tahun
Apa yang Ibu ajarkan tentang agama kepada siswa?
Dalam silabus KTSP sudah ditetapkan tentang materi-materi PAI yang
harus diajarkan pada setiap semester, yakni meliputi Aqidah, ibadah,
muamalah, akhlak dan Al-Quran
Apakah di sekolah ini sering diajarkan Al-Quran?

135
Ya, pengajaran Al-Quran porsinya lebih banyak dibanding materi-materi
bidang lainnya. Karena sebagian besar siswa dari kelas I sampai kelas III
kurang bisa membaca, menulis dan menghafal al-Quran dengan baik dan
benar. Karena itu pengajaran membaca Al-Quran harus banyak diberikan,
terutama di luar jam pelajaran wajib. Karena jam PAI diajarkan hanya 2 jam
dalam satu minggu, sementara materi PAI sangat banyak dan luas,
walaupun membaca dan menulis Al-Quran juga merupakan bagian dari
materi PAI, namun waktunya sangat terbatas.
Bagaimana cara bapak mengajarkan al-quran tersebut?
Dalam mengajarkan Al-Quran dilaksanakan dengan beberapa cara:
1. Pertama-tama melakukan pengelompokan kemampuan baca maupun tulis
al-quran dari tiap-tiap kelas, dengan kriteria:
a. dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar
b. dapat membaca dengan benar
c. dapat membaca tapi kurang benar
d. tidak dapat membaca dengan benar
2. Menentukan jadwal belajar untuk masing-masing kelompok
3. Pelaksanaan pembelajaran sesuai jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan
belajar dilakukan di mushola sekolah
4. Bagi siswa siswi diajarkan oleh dua guru agama perempuan.
5. waktu pembelajaran selama 120 menit setiap minggu
6. Setelah mampu membaca Al-quran dengan benar, guru agama
mendorong siswa untuk selalu membacanya pada setiap selesai shalat
wajib baik di sekolah maupun di rumah
7. Pada setiap kali selesai belajar Al-Quran diberikan penjelasan dan
renungan tentang hikmah dan manfaat belajar serta pentingnya membaca
Al-Quran. Hal ini merupakan pemberian motivasi agar para siswa selalu
dekat dengan Al-Quran dengan sedapat mungkin sambil memahami isi
yang terkandung di dalamnya sesuai dengan kemampuan siswa.

Apakah pelajaran Al -Qur'an ini diajarkan untuk memenuhi tuntutan


kurikulum semata, atau ada tujuan lain?
Ya, target utamanya adalah dalam rangka memberantas buta huruf AlQuran di kalangan siswa sesuai KTSP. Namun ternyata mereka juga
banyak antusias membaca Al -Qur'an bukan hanya sekedar mampu
membaca, namun banyak pula diantara siswa yang memiliki keyakinan
bahwa dengan sering membaca Al-Quran ada kesan yang menyentuh hati
mereka, merasakan adanya ketenangan jiwa dan pikiran jika selalu
membaca Al-Quran. Dengan adanya pengakuan dari beberapa siswa yang
mengalami hal itu, kemudian membaca Al -Qur'an secara rutin baik di
sekolah maupun di rumah menjadi suatu yang diwajibkan bagi para siswa,
terutama bagi siswa kelas III. Alasannya, berdasarkan pengakuan mereka
merasakan ada tuntutan lain dalam jiwa mereka mereka, yaitu berupa beban
terutama untuk

136
menghadapi ujian nasional yang demikian ketat, baik pelaksanaan maupun
penentuan kelulusannya. Para siswa yang serius untuk mengikuti pelajaran
dengan baik dan berkeinginan agar dapat lulus dengan baik, semua tuntutan
itu terasakan sebagai suatu beban yang menghimpit jiwa mereka, sehingga
dapat menimbulkan perasaan stres di kalangan siswa-siswa yang sungguh
serius ingin berhasil dan meraih prestasi dari hasil belajarnya. Nah, dalam
kondisi ini mereka memerlukan obat penawar yang mampu meredam atau
minimal mengurangi ras was-was, cemas dan stres tersebut. Salah satu yang
dilakukannya adalah dengan membaca Al-Quran. Hal ini mereka lakukan
selain karena dianjurkan oleh guru Agama, juga telah merasakannya sendiri
setelah mereka mencoba melakukannya. Akhirnya mereka berkesimpulan
bahwa untuk menghilangkan rasa was-was, khawatir, cemas dll selain
dilakukan dengan berusaha belajar secara lebih dari biasanya, juga
menyempatkan diri untuk selalu membaca Al-Quran, terutama ketika
mereka berada di rumahnya.
Jika ada tujuan lain, bagaimana cara Ibu mengajarkan Al-quran ini?
Ya, karena dengan banyak membaca Al-Quran dirasakan oleh mereka ada
manfaatnmya, terutama dapat memberikan ketenangan baik jiwa maupun
dalam berfikir, maka dalam pembelajaran Al -Qur'an lebih banyak
memberikan motivasi agar para siswa sering-sering membacanya,
disamping dianjurkan sambil mempelajari arti dan maksud yang terkandung
di dalamnya. Walaupun begitu, untuk meningkatkan kemampuan agar
menjadi lebih baik lagi dalam membacanya, maka ditingkatkan
kemampuannya dengan mempelajari ilmu tajwid maupun aturan-aturan
membaca lainnya.

Al -Qur'an adalah penawar kekedihan dan kecemasan. Dengan membaca


Al -Qur'an dan tahu artinya maka kecemasan dan ketakutan kita terhadap segala
hal akan hilang, misalnya ketika kita sedang sakit dan kita membaca Al -Qur'an,
surat Asy-Syuaraa: 80-81, Allah berfirman

Terjemah: Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan yang
akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali).
Zikir dan membaca Al -Qur'an adalah bagian dalam mengingat Allah,
bersyukur kepada-Nya disetiap waktu, dengan sebanyak-banyaknya. Dengan

137
mengingat Allah, kita akan merasakan penjagaan dan pengawasan Allah terhadap
kita, hingga makin besarlah tertanam dalam hatinya keridhaan, keiklasan
kelapangan hati dan ketenangan. Ketenangan menjaga kita dari penyakit hati dan
fisik.
Dalam Al -Qur'an Surat Al-Ahzab 41, Allah berfirman:

Terjemah: Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama)


Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.Mengingat Allah dalam
kondisi apapun baik sedang duduk, berbaring. Dalam Al -Qur'an surat
Selanjutnya dalam surat Ali-Imran 3:191, Allah berfirman:

Terjemah:(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk


atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit danbumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.
Allah Taala mencela orang yang tidak mau mengambil pelajaran dari
mahluk-mahluk-Nya yang menunjukan kepada zat, sifat, syariat, takdir, dan
tanda-tanda kebesarannya. Allah Taala berfirman, dan betapa banyaknya tandatanda kebesaran-Nya yang terdapat di langit dan bumi, sedang mereka
menyekutukan Allah,Allah memuji hamba-hambanya yang beriman,yang
mengingat Allah ketika duduk, berdiri berbaring. Mereka merenungkan
penciptaan langit dan bumi sambil berkata., Ya Tuhan kami, tidaklah engkau

138
ciptakan ini dengan sia-siaYakni , tidaklah engkau ciptakan mahluk ini dengan
main-main , namun secara hak agar engkau membalas orang-orang yang beramal
buruk sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan serta membalas orang yang
berbuat baik dengan balasan kebaikan. (Tafsir Ibnu Katsir Jilid I: 635) Dengan
banyak berzikir kita akan selalu mengingat Allah, kita berharap hanya kepada
Allah yang selalu dekat kepada kita, yang akan mengabulkan permohonan
hambanya yang ikhlas dan taat kepada perintah Allah dan selalu berada dalam
kebenaran. Qs. Al-Baqarah :186.

Terjemah: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka


(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.
Al-Qur'an memberi pencerahan kepada umat islam. Tidak saja bagi
pembacanya tapi juga bagi yang mendengarkannya (QS Al-Israa :82). Allah
menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi yang membaca dan mendengarkan
ayat-ayat suci Al-Qur'an. Al-Qur'an bisa menjadi petunjuk untuk semua urusan
yang dihadapi umat manusia. Untuk penyembuhan pnyakit juga terapi kesehatan
fisik dan mental.
Al-Qur'an diturunkan untuk memecahkan berbagai problem kehidupan
manusia. Untuk urusan rohani juga urusan jasmani. Allah menegaskan dalam
sebuah ayat bahwa Al-Qur'an merupakan obat dan penawar penyakit. Al-Qur'an

139
menjadi obat salah satunya bagi penderita Insomania. Dr Rashid dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa insomania dapat disembuhkan dengan shalat
subuh,isya dan membaca Al-Qur'an. Dengan begitu siklus jam tubuh (human body
clock) bisa seimbang. Bagi penderita tekanan darah tinggi pun mendengarkan
lantunan Al-Qur'an bisa menjadi terapi alternatif untuk proses penyembuhan. AlQur'an pun bisa berdampak positif untuk kesehatan kejiwaan. Orang stres bisa
sembuh dengan mendengarkan lantunan ayat Al-Qur'an.
Dalam kumpulan-kumpulan eksperimen awal yang dilakukan pada tahun
1988 telah mengesahkan adanya pengaruh yang sangat mengesankan pada AlQuran dalam 97 % percobaan-percobaan dalam bentuk perubahan-perubahan
kejiwaan yang menunjukkan adanya penurunan tingkat kekejangan syaraf atau
stres secara langsung.Beberapa eksperimen dilakukan antaranya adalah:

Yayasan Kedokteran Islam telah melakukan 210 percobaan pada lima orang
sukarelawan yang sehat,tiga laki-laki dan dua wanita yang usianya 22
tahun.masing-masing sukarelawan terdiri dari orang-orang yang bukan
beragama Islam dan tidak berbicara bahasa arab pada kali ini. Kemudian
dibacakan pada mereka becaan-bacaan Al-Quran dengan bahasa arab yang
dilagukan dan memakai tajwid sebanyak 85 percobaan.lalu pada 40
percobaan lainnya yang dikenal dengan percobaan diam,sukarelawan
tersebut tidak diperdengarkan padanya bunyi bacaan apapun. Lalu
pemantauan secara detail pada alat-alat komputer tersebut mampu
mengetahui hasil-hasil secara nyata.hasilnya positif sekitar 65 % di dalam
percobaan-percobaan dengan menggunakan bacaan-bacaan Al-Quran. Ini
menunjukkan bahwa daya listrik pada otot-otot tersebut lebih banyak
berkurang,sebagai bukti adanya pengaruh berarti terhadap kekejangan
tersebut.
Mukjizat ilmiah dalam aspek kejiwaan maupun syaraf yang terdapat pada
lafaz-lafaz Al-Quran di dalam mengatasi ketegangan-ketegangan kejiwaan

140
maupun syaraf. Terbuktilah ayatnya yang menyatakan bahwa : Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram (Qs.Ar-Rad:28).
Bahkan menurut Dedhi Suharto: Al-Quran memiliki dimensi ruh yaitu
mampu menghidupkan obyek yang disusupinya, dengan melaksanakan tilawah
terhadap Al-Quran secara terjadwal dan terus menerus dilakukan maka ruh kita
akan tercerahkan. Hem..makin nyata saja ajaibnya Al-Quran.
Sebuah Studi di Univesitas di Washington menyebutkan bahwa 65%
eksperimen mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur'an memiliki pengaruh cukup
signifikan terhadap gejala stres. Sedangkan pada bacaan-bacaan lain misal buku,
novel dll hanya berpengaruh sekitar 35% untuk menghilangkan gejala stres
Banyak ayat Al-Qur'an yang dipercayai dapat menjadi penawar racun diantaranya
Al-Fatihah surat yang dijuluki Ummul Qur'an (Induknya Al-Qur'an) diakui
menyimpan banyak keistimewaan. Bermanfaat untuk urusan medis.
Terungkap lewat hadist yg diriwayatkan oleh Abu Syaikh, dari Abu Said
al-Khudri dan Abu Hurairah. Menceritakan bahwa Nabi pernah bersabda.
"Fatikhatul Kitab (srt Al-Fatikhah) itu merupakan syifa' (penyembuh) setiap racun
Mengucapkan kata Amiin dengan suara tinggi dan panjang seusai baca AlFatikhah, saat shalat atau bukan dapat menghilangkan ketegangan dalam tubuh.
Merupakan terapi bagi tekanan darah tinggi, lemah jantung, saraf ,serta dapat
memperbarui vitalitas, membersihkan darah dan melegakan hati.
Selanjutnya apabila mendengarkan bacaan Al -Qur'an dengan baik, dapat
menghibur perasaan sedih, menenangkan jiwa yang gelisah dan melunakkan hati
yang keras, serta mendatangkan petunjuk. Itulah yang dimaksudkan dengan

141
rahmah Allah, yang diberikan kepada orang yang mendengarkan bacaan Al Qur'an dengan baik.
Bagi seorang mumin membaca Al-Qur'an telah menjadi kecintaannya.
Pada waktu membaca Al-Qur'an, ia sudah merasa seolah-olah jiwanya menghadap
ke hadirat Allah yang maha kuasa, menerima amanat dan hikmat suci, memohon
limpah karunia serta rahmat dan pertolongan-Nya. Membaca Al-Qur'an telah
menjadi wiridnya (kebiasaannya) yang tertentu, baik siang ataupun malam.
Dibacanya halaman demi halaman, satu surat demi satu surat dan satu jus demi
satu jus, akhirnya sampai khatam (tamat). Tidak ada suatu kebahagiaan di dalam
hati seseorang mumin melainkan bila dia dapat membaca Al-Qur'an sampai
khatam. Bila sudah khatam, itulah puncak dari segala kebahagiaan hatinya.
Banyak para ulama berpendapat bahwa beberapa ayat Al-Qur'an memiliki
keutamaan/khasiat tersendiri. Ayat-ayat tersebut apabila dibaca mampu memberi
kan ketenangan jiwa, terhindar dari berbagai godaan dan ancaman, bahkan bisa
menyembuhkan penyakit, baik penyakit jasmani maupun rohani.
Pada

hakikanya,

surat

Al-Fatihah,

apabila

dibaca

menyebabkan

tertolaknya murka Allah swt. Nabi bersabda: Barang siapa yang membaca
sepuluh ayat tertentu: Empat ayat dalam permulaan surat Al-Baqarah ayat 2-5 dan
ayat kursi (surat Al Baqarah ayat 255, lalu dua ayat 284, 285, 286) maka setan
(keburukan) tidak akan memasuki; rumah hingga pagi hari. (Diriwayatkan oleh
Hakim dan juga riwayat Thabrani, dari Ibnu Masud ra).
Menurut Ibnu Abbas, hakikat dari perintah Iqra pada ayat pertama itu
adalah perintah untuk membaca basmalah, dan basmalah merupakan satu-satunya

142
ayat yang hanya diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan Nabi Sulaiman
AS, seperti disebutkan dalam surat An-Naml (27) ayat 30. Utsman BiniAffan
pernah bertanya tentang basmalah, maka beliau saw menjawab: Sesungguhnya ia
adalah salah satu dari nama-nama Allah yang agung, begitu dekatnya nama Allah
seperti dekatnya biji mata yang hitam dengan biji mata yang putih.
Moh. Sholeh dalam bukunya yang berjudul Terapi Salat Tahajud, halaman
104, menulis: Malik Badri melaporkan hasil penelitian Al-Qadi di Klims Besar,
Florida, Amerika Serikat. penelitian itu berhasil membuktikan bahwa sekedar
mendengarkan bacaan Al-Qur'an, seorang muslim-baik mereka yang berbahasa
Arab maupun bukan-dapat merasakan perubahan fisiologis yang besar, seperti
penurunan depresi, kesedihan, bahkan dapat memperoleh ketenangan dan
menolak berbagai penyakit. penemuan Qadi ini diperoleh dengan bantuan
peralatan elektronik mutakhir untuk mendeteksi detak jantung, ketahanan otot,
dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. penemuan itu menunjukkan bahwa
bacaan Al-Qur'an berpengaruh besar, hingga 97 %, dalam memberikan
ketenangan dan penyembuhan penyakit baik penyakit fisik maupun psykhis.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa guru agama di SMPN 3
Pangkah kabupaten telah melakukan terapi dengan membaca Al-Quran dalam
usaha mengurangi perilaku stres para siswa. Cara yang dilakukan adalah dengan
memperbanyak membaca Al-Quran baik di sekolah pada jam pelajaran dan luar
jam pelajaran maupun di rumah. Disamping mewajibkan banyak membaca AlQuran kepada para siswa, terutama bagi mereka yang mengalami stres dalam
belajar, juga dianjurkan untuk memahami dan menghayati kandungan isinya. Cara

143
yang dilakukan oleh guru agama tersebut diterapkan oleh para siswa terutama bagi
mereka yang merasakan stres.
Berdasarkan dari hasil angket yang telah ditulis oleh 20 siswa yang
mengalami gejala stres terhadap penerimaan terapi Al-Quran yang dilakukan o;eh
guru agama di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.1.
Penerimaan Siswa Terhadap Terapi Al-Quran

No.

Indikator

Frekuensi

Prosentase (%)

1.

Menerima

17

85 %

2.

Kurang Menerima

15 %

3.

Tidak Menerima

0%

Jumlah

20

100 %

Berdasarkan data penerimaan siswa terhadap terapi Al-Quran yang telah


dilakukan oleh guru agama terhadap 20 siswa yang mengalami gejala stres di
SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal sebagian besar ( 85 % ) siswa sudah
bisa menerima proses terapi Al- Quran sebagai upaya menyembuhkan gejala
stres.
Adapun respon para siswa terhadap pelaksanaan terapi Al-Quran yang
telah dilakukan oleh guru agama terhadap 20 siswa yang mengalami gelaja stres
di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal sebagian

besar ( 85% ) siswa

memberikan respon positif. Seperti yang tertulis pada tabel dibawah ini:

144
Tabel .4.2.
Respon Siswa Terhadap Terapi Al-Quran
No.

Indikator

Frekuensi

Prosentase ( % )

Sering

17

85 %

Kurang senang

15 %

Tidak senang

0%

Jumlah

20

100 %

C. Prestasi Belajar Hasil Terapi Al-Quran


Kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh guru melainkan oleh juga
intake (siswa), sarana, dan faktor-faktor eksternal lainnya, sesuai dengan
pendekatan pembelajaran holistik, pembelajaran sebagai proses terpadu
memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan orang tua. Guru dan orang
tua sama-sama memandang pentingnya pengembangan potensi anak secara
optimal.
Siswa dapat berhasil dalam pendidikan apabila proses pendidikannya itu
berlangsung terus menerus baik di sekolah maupun di dalam keluarga. Tetapi
pada akhirnya tidak terlepas pada kompetensi yang dimiliki setiap guru dalam
proses pembelajaran.
Upaya guru terhadap pembimbingan siswa harus didasari hati yang ikhlas,
rela berkorban, tanpa pamrih, apapun hasil yang diperoleh, guru harus tetap
menghargai usaha siswa baik belum berhasil apalagi jika berhasil, semua harus

145
dijadikan proses pembelajaran agar tidak cepat puas dengan hasil yang sudah
diperoleh.
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu
setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi
belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang
dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan.
Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh
seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu
kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk
mencapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat
dimasukkan ke dalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (ability).
Prestasi belajar sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah siswa yang
bersangkutan adalah memperoleh kecakapan nyata (actual) bukan kecakapan
potensial. Menurut Nilai prestasi siswa pada mata pelajaran matematika
dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa yang belajar yang meliputi IQ, motivasi,
minat, bakat, kesehatan dan faktor luar siswa yang belajar yang meliputi guru
pengajar, materi ajar, latihan, sarana kelengkapan belajar siswa, tempat di sekolah
atau di rumah serta di lingkungan sosial siswa.
Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah
mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar
merupakan suatu alat untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari siswa misalnya
pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.

146
Berikut ini daftar nilai

prestasi belajar (try out) siswa yang mengalami

gangguan belajar akibat mengalami stres sebelum diterapi dengan membaca AlQuran .
(Tabel 4.3.), dan daftar nilai prestasi belajar siswa (UN) tahun 2008/2009
setelah diterapi Al-Quran (Tabel 4.4.)
Tabel 4.3.

Tabel 4.4.

Sebelum diterapi Al-Quran

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Nama
Akhmad Irfani
Listiani
Evi Nurasih
Mitra Agung N
Rizki Novianto
Desi Setiowati
Ayunita
Arju Khusnaeni
Siti Marifatun
Syaefudin
Nofi Pupita H
Yulia Putri
M. Rizki N
Panji Sutra S
Erlina P
Ade Sucipto
Ahmad Riyanto
Siska Listiyani
Syaepudin
M. Khafiddudin
Jumlah
Rata-rata

Jumlah
Nilai
15,95
14,75
14,05
14.95
14.85
13.65
13.60
13.45
13.10
13.10
12.95
12.95
12.90
12.80
12.75
12.60
12.55
12.30
12.30
15,95
44,75
14,91

Sesudah diterapi Al-Quran

No

Nama

Jumlah Nilai

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Akhmad Irfani
Listiani
Evi Nurasih
Mitra Agung N
Rizki Novianto
Desi Setiowati
Ayunita
Arju Khusnaeni
Siti Marifatun
Syaefudin
Nofi Pupita H
Yulia Putri
M. Rizki No
Panji Sutra S
Erlina P
Ade Sucipto
Ahmad Riyanto
Siska Listiyani
Syaepudin
M. Khafiddudin
Jumlah
Rata-rata

33,05
30,95
29,75
29,05
28.95
28.85
28.65
28.60
28.45
28.10
28.10
27.95
27.95
27.90
27.80
27.75
27.60
27.55
27.30
27.30
89,75
30,7

147
Berdasarkan data prestasi belajar siswa yang mengalami gangguan belajar
akibat mengalami stres, setelah diterapi dengan membaca Al-Quran ternyata
prestasinya rata-rata baik. Indikator yang paling mudah dilihat adalah dengan
perolehan nilai hasil ujian nasional dari 20 (dua puluh) siswa yang diteliti
menunjukkan memperoleh hasil nilai yang signifikan.

Terapi dengan banyak membaca Al-Quran ternyata memberi beberapa


efek nyata yang dapat dirasakan dalam kehidupan sehari hari antara lain:
1. Membersihkan hati serta pikiran dari berbagai penyakit dan sifat buruk seperti
Musyrik, sombong, bangga, ujub, ria, angkuh, iri, dengki, khianat dan lain
sebagainya.
2. Menghilangkan rasa gelisah, sedih, takut, cemas, was-was, jengkel, kecewa,
putus asa, dan stress serta rasa tertekan yang berkepanjangan
3. Membangkitkan motivasi dan semangat juang untuk meraih kemenangan dan
sukses
4. Membangkitkan rasa optimis, gairah dan semangat yang tinggi dalam
menghadapi dan mengatasi berbagai masalah yang muncul.
5. Membangkitkan rasa bahagia, nyaman, tenang, tentram dan sejuk didalam hati
6. Mengokohkan Iman dan keyakinan kepada Allah dan kehidupan akhirat
7. Membangkitkan rasa syukur yang mendalam kepada Allah swt
8. Membangkitkan semangat untuk mengerjakan amal saleh dan berbagai
kebaikan
9. Selalu istighfar mohon ampun kepada Allah atas segala dosa dan
kekeliruannya.

148
10. Merasa akrab dan selalu dekat dengan Allah penguasa alam semesta yang
maha tinggi.
Hal ini juga pernah dilakukan ujicoba oleh Sayyid Quthaib dengan
menggunakan bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur'an seperti obat yang tidak
manjur dalam bentuk mirip seperti Al-Qur'an, padahal mereka tidak bisa
membedakan mana yang bacaan Al-Qur'an dan mana yang bacaan berbahasa Arab
bukan Al-Qur'an. Dan tujuannya adalah utuk mengetahui apakah bacaan AlQur'an bisa berdampak fisiologis kepada orang yang tidak bisa memahami
maknanya. Apabila dampak ini ada (terlihat), maka berarti benar terbukti dan
dampak tidak ada pada bacaan berbahasa Arab yang dibaca murottal (seperti
bacaan Imam Shalat) pada telinga responden. (fadhil_za@yahoo.co.id.)
Sungguh sudah terlihat jelas hasil-hasil awal penelitian tentang dampak
Al-Qur'an pada penelitian terdahulu bahwasanya Al-Qur`an memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap syaraf. dan mungkin bisa dicatat pengaruh ini
sebagai satu hal yang terpisah, sebagaimana pengaruh inipun terlihat pada
perubahan energi listrik pada otot-otot pada organ tubuh. dan perubah-perubahan
yang terjadi pada kulit karena energi listrik, dan perubahan pada peredaran darah,
perubahan detak jantung, volume darah yang mengalir pada kulit, dan suhu badan.
Dan semua perubahan ini menunjukan bahwasanya ada perubahan pada
organ-organ syaraf otak secara langsung dan sekaligus mempengaruhi organ
tubuh lainnya. Jadi, ditemukan sejumlah kemungkinan yang tak berujung (tidak
diketahui sebab dan musababnya) terhadap perubahan fisiologis yang mungkin
disebabkan oleh bacaan Al-Qur`an yang didengarkannya. Oleh karena itu sudah

149
diketahui oleh umum bahwasanya ketegangan-ketegangan saraf akan berpengaruh
kepada dis-fungsi organ tubuh yang dimungkinkan terjadi karena produksi zat
kortisol atau zat lainnya ketika merespon gerakan antara saraf otak dan otot. Oleh
karena itu pada keadaan ini pengaruh Al-Qur`an terhadap ketegangan saraf akan
menyebabkan seluruh badannya akan segar kembali, dimana dengan bagusnya
stamina tubuh ini akan menghalau berbagai penyakit atau mengobatinya. Dan hal
ini sesuai dengan keadaan penyakit tumor otak atau kanker otak.
Hasil uji coba penelitian ini menunjukan bahwa kalimat-kalimat AlQur`an itu sendiri memeliki pengaruh fisiologis terhadap ketegangan organ tubuh
secara langsung, apalagi apabila disertai dengan mengetahui maknanya. Dan perlu
untuk disebutkan disini bahwasanya hasil-hasil penelitian yang disebutkan di atas
adalah masih terbatas dan dengan responden yang juga terbatas.
Pada perinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal

meliputi segenap

ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman proses belajar siswa.
Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah,
khususnya ranah rasa murid, sangat sulit karena perubahan hasil belajar itu ada
yang bersifat intangible (tidak dapat diraba) oleh karena itu, yang dapat dilakukan
oleh guru dalam hal ini adalah mengambil indikator yaitu cuplikan atau gambaran
perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencermin
kan perubahn yang terjadi sebagai hasil belajar siswa baik yang berdimensi cipta,
rasa, ataupun karsa.
Diantara indikator-indikator hasil belajar siswa berdasarkan ketiga dimensi
tersebut adalah. Indikator ranah cipta (kognitif) meliputi

150
1) Pengamatan: dapat menunjukan,membandingkan,dan menghubungkan.
2) Ingatan: dapat menyebutkan dan menunjukan kembali
3) Pemahaman: dapat menjelaskan dan mendefinisikan dengan lisan sendiri
4) Penerapan: dapat memberikan contoh dan mengungkapkan secara tepat
5) Sintesis (pemeriksaan dan pemilihan secara teliti): dapat menguraikan dan
mengklasifikasikan
6) Analisis (membuat paduan baru dan utuh): dapat menghubungkan,
menyimpulkan, dan menggeneralisasikan (membuat perinsip baru)
Indikator ranah rasa (afektif) meliputi:
1) Penerimaan : menunjukan sikap menerima dan menolak
2) Sambutan : Kesediaan berpartisipasi/terlibat dan memanfaatkan
3) Apresiasi (sikap menghargai) : menganggap penting dan bermanfaat,indah dan
harmonis,serta mengagumi
4) Internalilsasi (pendalaman) : mengakui dan meyakini atau mengingkari
5) Karakterisasi (penghayatan): melambangkan atau meniadakan dan menjelma
kan atau berperilaku dalam sehari-hari.
Sedangkan indikator ranah karsa (psikomotor) mencakup dalam:
1) Keterampilan bergerak dan bertindak : mengkoordinasikan gerakan seluruh
anggota tubuh
2) Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal : mengucapkan dan membuat mimik
serta gerakan jasmani.
Efektifitas terapi Al-Quran dalam mereduksi stres dapat menghasilkan
prestasi yang terbaik. Menurut Selye (2004: 1-2) stres dapat menguntungkan,

151
namun juga stres dapat merusak. Stres yang merusak dikenal dengan istilah
distres. Menurut Lazarus & Folkman (1984:19) stres diartikan sebagai tekanan
yang kuat dari rasa sakit atau duka, kesedihan yang mendalam, kelelahan atau
keletihan yang amat sangat. Gejala yang tampak pada individu yang mengalami
distres diantaranya terlihat pada kondisi fisik, pikiran, emosi dan perilaku.
Berdasarkan analisis hasil penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa sesuai
pengakuan yang dirasakan oleh para siswa yang dengan intensif membaca AlQuran sesuai yang dianjurkan oleh para guru agama, ternyata merasakan adanya
perubahan pada dirinya, baik perasaan tenang, berpikir dalam belajar serta
berkurangnya perasaan was-was, bimbang dan kekhawatiran yang tinggi, terutama
menjelang dan saat melaksanakan ujian nasional tahun ajaran 2008-2009.
Pengakuan ini didasarkan pada perbedaan kondisi psikis yang dirasakan
mulai saat memasuki kelas akhir di sekolah. Kemudian menjelang pelaksanaan
ujian nasional sudah dekat, mereka yang merasakan adanya tekanan psikhis
melaksanakan apa yang diajarkan dan ditekankan oleh para guru agama, yakni
memperbanyak membaca Al-Quran baik di sekolah maupun di rumah. Selama itu
pula diyakini adanya perubahan baik dalam perasaan maupun pikiran, yakni
adanya ketenangan dan belajar, mudahnya berkonsentrasi dalam melaksanakan
tugas-tugas untuk mempersiapkan ujian nasional serta dapat berkonsentrasi penuh
dalam mengikuti ujian nasional yang ditakutkan itu.
Dengan keadaan hilangnya perasaan stres tersebut, ternyata berhasil dalam
meraih prestasi akademik, yakni memperoleh nilai hasil ujian nasional di atas
standar sebagaimana yang ditampilkan dalam tabel 4.1.dan 4.2. di atas. Hal ini

152
diyakini sebagai dampak dari diterapkannya terapi melalui membaca dan
mempelajari Al-Quran oleh para siswa.
Setelah mengetahui dampak dari diterapkannya terapi melalui membaca
dan mempelajari Al Quran oleh para siswa di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten
Tegal, penulis berkeyakinan penuh bahwa Al Quran sebagai kitab suci selain
sebagai pedoman umat Islam dalam mengamalkan kehidupan dan sebagai sumber
dari segala sumber hukum juga bisa menjadi penawar ( obat ) / terapi kita umat
Islam apabila kita mengalami perubahan jiwa yang tidak setabil lagi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut


1. Proses terapi Al-Quran yang diterapkan oleh guru agama dalam menanggulangi
gejala stres para siswa di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal sebagian
besar ( 85 % ) bisa diterima oleh siswa. Terapi dilaksanakan dengan cara
menyuruh para siswa untuk sering membaca Al-Quran dan mengamalkannya
dengan baik di sekolah maupun di rumah.
2. Siswa yang mengalami gejala stres sebagian besar ( 85 % ) memberikan respon
positif terhadap pelaksanaan terapi Al -Quran yang dilakukan oleh guru agama
dalam menanggulangi stres di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal.
3. Terapi Al-Quran yang diterapkan oleh guru agama sangat berdampak positif
terhadap keberhasilan belajar siswa dengan dibuktikan perolehan hasil nilai
Ujian Nasional menjadi baik. Sebelum mendapatkan terapi Al-Quran rata-rata
siswa memperoleh nilai 14,91. Tetapi setelah mendapatkan Terapi Al-Quran
rata-rata siswa memperoleh nilai 30,7 dan dapat mengurangi gejala stres para
siswa di SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal.

153

B. Rekomendasi
1. Kepada orang tua siswa agar selalu memberikan sikap dan dukungan serta
motivasi Terhadap putra putrinya untuk aktif dan giat belajar di sekolah,
sebagai bekal kehidupan se lanjutnya setelah dewasa agar dapat mandiri.
2 . Kepada guru PAI sebagai unsur strategis peningkatan kualitas pendidikan
agama

untuk lebih banyak memberikan pengarahan serta memperbanyak

peluang waktu
pelajaran dan

kepada siswa untuk membaca Al-Quran pada


di luar

jam

jam

pelajaran maupun di rumah. Sehingga anak

akan merasakan bahwa dengan

membaca Al Quran dapat memberikan

ketenangan jiwa dan terhindar dari stres serta mampu memotivasi belajar
untuk mencapai prestasi belejar yang lebih baik
3. Profesi guru merupakan tugas mulia. Untuk itu agar tidak
kesan

memberikan

yang berlebihan terhadap siswa , guru tidak memberikan tugas

tugas yang

banyak dan yang tidak mungkin terjangkau oleh siswa. Serta

tidak memberikan kesan

yang galak . Sebaliknya guru lebih banyak

memberikan motivasi belajar

dengan pendekatan agamis. Diharapkan

dengan motivasi belajar dengan pendekatan

agamis anak belajar dengan

tenang, terarah dan prestasi belajar dapat diupayakan


maksimal .

mencapai tingkat

DAFTAR PUSTAKA
Abu Muhammad bin Khallad Ad-Dimyati, Hadits Shahih Keutamaan Amal Shalih,
(Jakarta: Najla Press, 2003), Cet. Ke-1, h. 11.
Abu Muhammad Ibnu Abdullah. 2008. Prestasi Belajar, (Online) (http://spesialistorch. com, diakses 22 Januari 2009).
Adam Publisher New delhi-110002, edition 2006
Adi Satrio. 2005. Kamus Ilmiah Populer. Visi7
Agus Hikmat Syaf. 2008. Pengembangan Sistim Evaluasi Pembelajaran. Bandung:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati.
Ahmad Tafsir. 2007. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Cet. ke -7.
----------------. 2008. Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di
Sekolah. Bandung: Maestro.
Ahmad, 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Reality Publisher,
Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi, 1999. Tanbihul Ghafilin, Nasehat Bagi yang
lalai, Penerjeman Abu Juhaidah, Pustaka Amani , Jakarta.
Al-Magraghi, Tafsir Al-Quran. jilid 16
Andreas, S & Faulkner C. 1998. NLP The New Technology of Achievement. Alih
Bahasa. Jakarta: Pustaka Delapratasa.
Arikunto, S, 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,
Rineka Cipta

Jakarta:

--------------. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Aris Nurbawani, 2006. Tugas Ulumul Qur'an dan Hadits . Surabaya: STAIL PP
Hidayatullah, 8
Ar-Rifai M. N , 1999. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jilid 1, Jakarta: Penerbit Gema
Insani Press,
Ash Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi; Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur'an
dan tafsir; PT. Pustaka Rizki Putra; Semarang; 2000

Ash-Shawi, A.J, 2006. Terapi Puasa, Manfaat Puasa Ditinjau dari Perspektif Sains
Modern, Penerjemah Aan Wahyudin, Penerbit Republika, Jakarta
Astiyanti, N, et.al. 2003. Aplikasi Camp Counseling untuk Mengatasi Kejenuhan
Belajar Siswa SMA. Bandung: tidak diterbitkan.
Azis Rani. E Mudjaddid, Hamzah Shatri dkk, 2000. Pedoman Diagnosa dan Terapi
di Bidang Ilmu Penyakit Dalam, Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia.
Az-Zahrani, Musfir, 2005. Konseling Terapi, Jakarta: Penerbit Gema Insani.
Babu,

S. 2000. NLP. Artikel [Online] tersedia di http://www.


Lifepositive.com/mind/ personal-growth/nlp/nlp-effect.asp. Up date: 29 Maret
2006.

Bahar Azwar, 2001. Manfaat Haji dan Umrah bagi Kesehatan, Qultum Media,
Jakarta
Bandler, R. 1997. Faqs About NLPTM. Artikel [Online] tersedia di http://www.
Nlp.net.com. Up date: 21 Maret 2001.
Bastaman, H.D. 1995. Integrasi Psikologi Dengan Islam, Menuju Psikologi Islam.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, 2000. Rujukan Ringkas Dari PPDGJ III,
editor Rusdi maslim,
Cavanagh, M. 2000. The Counseling Experience: A Theoritical and Practical
Aproach.California: Wadsworth, Inc.
Chaplin, J.P. 1993. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan. Jakarta: Rajawali Press.
Dadang Hawari, Psikiater, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
PT. Amanah Bunda Sejahtera, Solo, hal. 11-13
------------. 1998. Al-Quran, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Jakarta:
Dana Bhakti Primayasa.
Dedhi suharto. 2007. Quranic Intelligence Quotient, Jakarta: Pustaka Gramedia.
Desller, G. 2003. Human Resource Management. Flirida: Prentice International,
Inc.
Dilts, R. & Delozier, J A. 2000. Ensyclopedia of Sistemic Neuro-Linguistic
Programming and NLP New Coding. USA: NLP University press.

Endang Saifuddun Anshari M. A. Ilmu, 1979. Filsafat dan Agama, Jakarta: Penerbit
Bina Ilmu.
Farhati, F. et.al. 1996. Karakterisik Pekerjaan, Dukungan Sosial, dan Tingkat
Burnout Pada Non Human Service Corporation. Jurnal Psikologi No. 1, 112.
Frager R (Syekh Ragib al-Jerahi). 2003. Hati Diri dan Jiwa, Psikologi Sufi untuk
Transformasi, (Heart, sefl, & Soul). Penerjemah Hasmiyah Rauf, Jakarta,
Penerbit Serambi,
Ginanjar Ary, 2003. ESQ, Jakarta: Penerbit Arga.
Goleman, Daniel, 1997. Emotional Intelligence, Alih Bahasa T. Hermaya, Jakarta:
Gramedia
Guyton, Hall. 1997. Text Book of Medical Physiology ed 9, Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran, Alih Bahasa dr. Irawati Setiawan dkk, Jakarta: Penerbit
EGC,
Harefa, A. 2002. Sekolah Saja Tak Pernah Cukup. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Harun Nasution , 1995. Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran Prof. DR. Harun
Nasution . Bandung, Penerbit Mizan.
Hasan Langgunung. 1992. Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka Al Husna,
Hawari, Dadang, 1997. Doa dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis, Jakarta:
Dana Bhakti Primayasa.
http://ditptksd.go.id. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Anak, (Online) (http://ditptksd.go.id, diakses 2 Pebruari 2009).
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/. .
http://www. Moslem Sourcess.com.id/NEWS/detail.php.cet I dan II = 100
http://www. Sinar Harapan.co.id/ekonomi/mandiri.2002/03/3/manol.html
http://www.angelfire.com/mt/matrixs/psikologi.htm#Mengenal%20Schizophrenia
http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
http://www.moslemsourcess.com.id/NEWS/detail.php.cetIdanII=100

http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri.2002/03/3/manol.html
Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Jalal. Saour: Does Ramadan Fasting Complicate Antcoagulant Therapy? Fasting:
Its Efects on health and Diseases Basic Priniciples and Clinical Practive
(Abstracts). College of Medicine King Saud University , Riyadh, December
1990 .
Jalaluddin Rakhmat, 2004. Psikologi Agama sebuah pengatar. Bandung: Mizan.
Kartadinata, S. 2005. Arah dan Tantangan Bimbingan dan Konseling Profesional:
Proposisi Historik-Futuristik. Kumpulan Makalah Seminar Bimbingan dan
Konseling Dalam Rangka Purnabakti Prof. Dr. H. Moh. Djawad Dahlan.
Bandung: Tidak Diterbitkan.
Khadem Yamani, Jafar, 2005. Kedokteran Islam, Sejarah Dan Perkembangannya,
Alih Bahasa Tim Dokter IDAVI editor A.D El Marzdedeq, DIM, Av. Dzikra .
Kroth, J. 1973. Conseling, Psychology and Guidance. USA: Charles C. Thomas
Publisher.
Lazarus RS (1993). "From psychological stress to the emotions: a history of
changing outlooks". Annual Review of Psychology 44: 1-22.
----------------------. 1976. Pschology Of Adjustment. New York: Springer Publishing
Comapany.
Lowe, E. 2004. Student stress levels build up to burn out. Artikel [Online]
tersedia di http://www.isubengal.com/home Up date: 21 April 2006.
Lukman Saksono, Panca Daya dalam Empat Dimensi Filsafat, PT. Grafikatama
Jaya, Jakarta, 1993.
M. Yudhie R. Haryono, Bahasa Politik al-Quran, Gugus Pres, Bekasi, 2002, hal.
281.
M.Mahmud Abdullah, 2006. Mukjizat Gerak dan Bacaan Shalat, serta Aplikasi
Khusu, penerjemah, Sari Narulita, Jakarta: Pustaka Iman.
Maimunah Hasan, al Qur'an dan Pengobatan Jiwa, Yogyakarta, Bintang
Cemerlang, cet. II, 2001, hlm. 127
Makmun, A. 2000. Psikologi Kependidikan. Edisi Revisi. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya

Manaul Quthan, Pembahasan Ilmu al-Quran, alih bahasa : Halimuddin, SH, PT.
Rineka Cipta, Jakarta, 1993.
Maramis, W. F. Ilmu Kedokteran Jiwa, Penerbit Air langga Press ,198
Martin,David W,(et al) 1987. Biokimia. Harpers Reviem of Biochemistry, alih
bahasa Iyan Darmawan, Jakarta:EGC, Microsof Encarta. 2006
Maulana Muhammad Al-Kandahlawi Rah.a., 2003. Fadhilah Amal, Penerjemah Ust
A.Abdurrahman Ahmad, Yogyakarta: Penerbit Ash-Shaff,
Maumana Amjad, et al, editor Zafar Afaq Ansari, Quranic Consepts of Human
Psyche,
Miller, FW. 1978. Guidance: Principles and Services. Columbus Ohio: Charles E.
Merrill Books, Inc.
Mudjaddid, Shatri. 2007.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II , Edisi III, Jakarta:
Balai Penerbit FK UI ,
Muhammad Izzuddun Taufiq. 2006. Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi (AyatAyat Tentang Penciptaan manusia) , Darussalam Kairo, Penerjemah
Muhammad Arifin Dkk, editor,Ch Al-Qois, Fiedha L Hasim, Solo: Penerbit
Tiga Serangkai,
Muhammad Jawad Mughniyah, 2005. Fiqh Lima Mazhab, (Jafari, Hanafi, Maliki,
Syafii, Hambali).Penerjemah Syihabuddin, Jakarta: Penerbit Lentera,
Muhammad kamil Abdushshamad. 2004. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Quran,
(Terjemah) Jakarta: Pustaka Ilmu.
Muhammad Nasir Ar-rifai, 2000. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir (Kemudahan Dari
Allah), Jilid 1, Jakarta: Gema Insani ,
Muhanna Sofiati Utami, 2003, Psikoterapi Pendekatan
danKontemporer, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, cet 1,

Konvensional

Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya. Cet. ke -14.
------------------, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 150.
Muslim. 1983. Shahih Muslim, penerjemah Mamur Daud, Jakarta: Widjaya,
Muzam MG,. Ali M. N. and Husain A. (1963): Observations on the Effects Of
Ramadan Fasting On Gastric Acidity, the Medicus 25: 228 .

Nggermanto, A. 2001. Quantum Quotient. Bandung: Nuansa.


Nn. 2005. Anak Saya Bukan Anak Jenius. Artikel [Online] tersedia di
www.kompas.com. Up date: 8 Maret 2006.
Noehi Nasution dkk. 1998. Materi Pokok Psikologi Pendidikan, Modul Program
Penyetaraan D-II Guru PAI SD dan MI. Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.
Notoatmojo, Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta ,2005.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Panduan Pelayanan
Medik, Penerbit Departemen IPD FK UI, 2006
Price, Wilson. 2002. Patofisiologi. Edisi 6 vol.2, Alih Bahasa dr. Brahm dkk,
Penerbit
EGC, Jakarta
Quraish Shihab, Membumikan AL-Quran, Penerbit Mizan, Bandung, 1992
Rahayu Ardani, 2007. Sholichatun, Psikologi Klinis, Yogyakarta,Graha Ilmu.
Rippetoe-Kilgore, Mark and Lon.. Practical Programming for Strength Training.
2006
Riyad Albiby and Ahmed Elkadi: A preliminary Report on Effects of Islamic
Fasting on Lipoprotens and Immunity. JMA, vol , 17 188 page 84
Robbins, A. 2000. Unlimited Power. Terjemahan. Jakarta: Pustaka Delapratasa.
Ron de Kloet, E; Joels M. & Holsboer F. (2005). "Stress and the brain: from
adaptation to disease". Nature Reviews Neuroscience 6 (6): 463-475.
Ronodirjo, R. 2005. Hipnotis dan NLP- dari Penyembuh Fobia, Percepatan
Belajar
Hingga
Kesaktian.
Artikel
[Online]
tersedia
di
htttp://enjoysharing.multiply.com. Up date: 5 Juni 2006.
Rose, C. 2002. Accelerated learning. Bandung: Nuansa.
Salim, Lc, Fahmi; Al-Quran, Manusia dan Takwil; www.hidayatullah.com; Jumat
18
Pebruari 2005
Santrock, J. 1995. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.

Sayyid Qutbh, 2000. Tafsir Fi Zhilalil Quran jilid 1, Penerbit Gema Insani Press ,
Jakarta
Sholeh M, 2006. Terapi Salat Tahajud, Menyembuhkan berbagai Penyakit, Penerbit
Hikmah Populer. Bandung: Mizan.
Soraya Hasan Behbehani, Ada Nabi dalam Diri, diterjemahkan oleh Cecep Fandi
Bihar Anwar, Jakarta, PT. Serambi Alam Semesta, cet I, 2003, hlm. 189
Soy, Susan K., The Case Study as a Research Method, Uses and Users of
Information LIS 391D.1 Spring 1997,
Suherman, U. 1998. Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Bandung: PPB UPI.
Sulaiman al Kumaya, Kecerdasan dengan Cara Meraih Kemenangan dan
Ketenangan Lewat Penerapan Dengan Nama Allah, Bandung, Hikmah, cet. 1,
2003, hlm. 79
Sulimami R. A. Famuyiwa F. O. Laaga M. A. (1988): Diabetes Mellitus and
Ramadan Fasting: the Need for Critical Appraisal.Diabetes Medicine 8: 549552 .
Sulistia Gan dkk, 1997. Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi Falkutas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,
Suliswati, Tjie Anita, Jeremia, Yenny, Sumijatun, 2005. Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta: EGC,
Surya, M.(2003). Peluang dan Tantangan Global bagi Profesi Bimbingan dan
Konseling: Implikasinya bagi Strategi Organisasi dan Stadarisasi Bimbingan
dan Konseling. Kumpulan makalah Konvensi Nasional XIII
ABKIN.Bandung: Tidak diterbitkan.
Suryabrata, S. 1999. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suryaman, M. 2005. Pendidikan dan Kenaikan Harga BBM. Artikel [Online]
tersedia di www.bayhaqi.blogpspot.com. Up to date: 29 Maret 2006.
Sutanto Priyo Hastono, Modul Analisis Data, Falkutas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia .Jakarta 2001
Syamsu Yusuf, 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung:
Penerbit Rosda,

Syaodih, N. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.


Tad, J. 2003. What is NLP : A Model of Comunication and Personality. Artikel.
[Online]. Tersedia di : www.nlp.com.. Up date: 13 Januari 2006.
Tellis, Winston, Application of a Case Study Methodology, The Qualitative
Report,
Volume
3,
Number
3,
September,1997,(http://www.nova.edu/sss/QR/QR3-3/tellis2.html).
Tracy, B. 2001. Techniques of Accelerated Learning. Artikel [Online] tersedia
di www.cultureshift.com. Up date: 21 Maret 2001.
Utami,. Muhanna Sofiati, Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, cet 1, 2003.
Waringin, T. 2003. Financial Revolution. Jakarta: Gramedia.
Winkel, WS. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: G
rasindo.
----------------, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. Ke-4, h
Yin, Robert K.; (1984), Case Study Research: Design and Methods, (Beverly
Hills: Sage Publica-tion, 1984), h. 78.
Yulizar Darwis, Dkk. 2004. Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Dasar Di
purkesmas, Departemen Kesehatan RI, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat Jakarta.
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, PT. Bulan Bintang, Jakarta, 2005

Lampiran 1.

PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara dengan guru agama
1.Dra. Nurul Alami
2. Margi Nursuci S.Ag
Wawancara dengan siswa.

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Nama
Akhmad Irfani
Listiani
Evi Nurasih
Mitra Agung N
Rizki Novianto
Desi Setiowati
Ayunita
Arju Khusnaeni
Siti Marifatun
Syaefudin
Nofi Pupita H
Yulia Putri
M. Rizki N
Panji Sutra S
Erlina P
Ade Sucipto
Ahmad Riyanto
Siska Listiyani
Syaepudin
M. Khafiddudin

RIWAYAT

HIDUP

ENI WACHYUNISIH Lahir di Tegal , 7 September


1966
Anak ke - 10 ( sepuluh ) dari sepuluh bersaudara.
Pasangan
Sudarmo (Alm) dan Suharti (Alm ).Desa Kesuben Rt 03
/ Rw 03 Kesuben Lebaksiu Tegal . Menikah tahun 1993 dengan Hadyanto .
Dikaruni 2 anak 1. Okky Rizki Adipratama 2. Riris Dwi Desyiyanti
Riwayat Pendidikan: Memulai pendidikan formal di SD Negeri5
Balapulang Wetan . Tahun 1981, SMP Negeri 1 Balapulang tahun 1984 . SMA
Negeri Balapulang tahun 1987 . Kemudian melanjutkan ke IKIP Semarang D 3
Jurusan IPA athun 2001. STAIC Cirebon SI PAI tahun 2005
Pengalaman bekerja : Guru SMP Negeri 2 Balapulang 1989-1990 ,
Guru MTS Negeri Babakan 1990-1998 ,
Guru MIN Model 1998 sampai sekarang

Anda mungkin juga menyukai