Disusun Oleh
MOHAMMAD RIZQI DZUAZMI
C1011021
Disusun Oleh
MOHAMMAD RIZQI DZUAZMI
C1011021
PERNYATAAN
KEASLIAN
KARYA ILMIAH
NIM
: C1011021
2.
3.
4.
5.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Slawi, 10 Juni 2015
Yang Menyatakan
Pengesahan Skripsi
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA SMK DIPONEGORO LEBAKSIU
KABUPATEN TEGAL
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya peneliti masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi
ini dengan judul Hubungan Perilaku Merokok Dengan Motivasi Belajar Siswa
SMK Diponegoro Lebaksiu Tahun 2015. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir Program Studi Ilmu Keperawatan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi. Terimakasih juga
peneliti sampaikan kepada kedua orang tua penulis Bapak Drs. M. Talkhis dan Ibu
Yuni Astuti, S.Pd, juga adik kandung peneliti Arif Faiturrahman, Annisa Fatkhatur
Rizqi dan Bimo Asta Aulia yang peneliti sangat cintai dan sayangi yang telah
memberikan semangat, doa, bimbingan dan dukungan yang tak henti-hentinya,
baik berupa moril maupun riil yang belum tentu peneliti dapat membalasnya.
Dalam penulisan tugas ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,
khususnya kepada :
1
Tri Agustina , SST., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Bhakti Mandala Husada Slawi yang telah memberikan izin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian.
yang telah
membalas semuanya
10 Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu persatu, semoga kebaikannya dapat dibalas oleh
Allah S.W.T.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki peneliti. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
peneliti harapkan demi penyempurnaan pembuatan tugas ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kesehatan
dan juga dapat berguna bagi pembacanya, khususnya para mahasiswa mendatang
yang melakukan penelitian pada kajian yang sama.
Akhirnya peneliti berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan.
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...............................................................................................
iii
iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1.2 Tujuan Penenlitian.................................................................................
1.3 Manfaat Penenlitian ..............................................................................
1
4
5
6
11
14
25
31
32
32
33
33
35
36
36
37
37
41
BAB 4 PEMBAHASAN
Halaman
4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Hasil Penelitian ...................
42
4.2 Pembahasan...............................................................................
45
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan................................................................................
2. Saran...........................................................................................
52
52
10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
53
LAMPIRAN
Lampiran 1 (LEMBAR KUESIONER) .................................
57
60
62
63
64
67
71
76
78
CURRICULUM VITAE
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala..
Halaman
37
44
11
44
45
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
31
32
12
DAFTAR SINGKATAN
mm = millimeter
RF = Rokok Filter
RNF = Rokok Non Filter
SD = Sekolah Dasar
SKM = Sigaret Kretek Mesin
13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merokok sudah menjadi kebiasaan manusia di diunia sejak abad 16. Suku Maya
di benua Amerika yang menyebarkan kebiasaan merokok di sepanjang sungai
Mississipi. Akhirnya kebiasaan ini dilakukan oleh suku-suku lain yang menjadi
tetangga suku Maya. Jauh sebelum rokok menjadi barang industri, suku Indian di
14
15
(Fitriyani, 2013). Prevalensi perokok di Pulau Jawa, provinsi Jawa Barat memiliki
persentase tertinggi (30,39%) dengan 20% perokok aktif merupakan siswa SMP,
SMA, sampai Perguruan Tinggi, kemudian Jawa Tengah (25,3%), Daerah
Istimewa Yogyakarta (25,3%), Jawa Timur (25,1%) (Riskesdas dalam Sari, 2011).
Hal yang paling memprihatinkan adalah usia pertama kali merokok semakin lama
semakin muda. Jika dahulu orang mulai berani merokok biasanya pada SMP,
tetapi sekarang anak-anak SD kelas 5 sudah mulai merokok secara diam-diam.
(Laning, 2009) Kebiasaan merokok yang muncul selama ini menyebabkan sekitar
500 juta orang yang masih hidup akan dapat meninggal karena konsumsi rokok
dan lebih dari setengah dari mereka adalah anak-anak dan remaja. Di Indonesia
perokok pemula adalah mereka yang masih sangat muda. Perilaku merokok
terbesar berawal dari masa remaja dan meningkat menjadi perokokok tetap dalam
kurun waktu beberapa tahun. (Helmi, 2008).
Lebih dari 95% perokok tahu bahaya merokok. Bahaya merokok telah secara
massif dikampanyekan di berbagai media. Beberapa penelitian terakhir
menginformasi bahwa nikotin bertanggung jawab pada efek ketagihan akibat
rokok. (Yulianto, 2011). Apabila rokok dikonsumsi secara terus-menerus akan
berpengaruh terhadap fungsi otaknya. Jika remaja perokok terus-menerus
menghisap rokok, maka akan terjadi penumpukan nikotin di otak. (Abdullah
dalam Kumboyono, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prasadja
(2008), penumpukan nikotin tersebut akan berpengaruh secara tidak langsung
terhadap motivasi belajar remaja (Kumboyono, 2010).
Melihat prevalensi perokok tersebut, maka diketahui bahwa perokok mempunyai
pengetahuan tentang bahaya merokok. Ini bisa dilihat dari usia dan kalangan
perokok yang kebanyakan dari siswa SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Padahal
merokok bisa mempengaruhi motivasi belajar siswa, karena penumpukan nikotin
di otak akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar siswa terbukti sangat mempengaruhi mutu pendidikan di
Indonesia. Salah satu permasalahan mutu pendidikan di Indonesia adalah
16
rendahnya mutu proses pembelajaran seperti metode mengajar guru yang tidak
tepat, kurikulum, manajemen sekolah yang tidak efektif dan kurangnya motivasi
siswa dalam belajar (Astuti, 2011). Motivasi belajar yang dimaksud adalah
semangat atau kemauan siswa untuk belajar. Apalagi motivasi belajar anak
sekolah saat ini terbilang rendah walaupun anak tersebut tidak merokok. Mereka
lebih memilih bermain game, menonton televisi, bermain bersama teman,
sehingga mereka yang awalnya tidak merokok akhirnya terbawa pergaulan
temannya yang merokok, dan kemudian motivasi untuk belajar semakin menurun,
karena mereka menganggap bergaul dengan teman sambil merokok lebih
mengasyikkan daripada belajar. Faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
merokok salah satunya adalah pengaruh atau pergaulan dengan teman sebaya
(Prawantiningtyas, 2012)
Menurut penelitian sebelumnya tentang hubungan perilaku merokok dengan
motivasi belajar di SMK Bina Bangsa Malang tahun 2010, bahwa tidak terdapat
hubungan antara perilaku merokok dan motivasi belajar anak usia remaja. Hal ini
disebabkan bahwa tidak hanya perilaku merokok yang mempengaruhi motivasi
belajar seorang remaja, namun banyak hal lain yang bisa mempengaruhi motivasi
belajar (Kumboyono, 2010).
Kasus siswa merokok sebagai akibat pengaruh teman sebaya banyak terjadi Di
SMK Diponegoro Lebaksiu, Kab. Tegal. Menurut salah satu guru BK SMK
Diponegoro Lebaksiu, dalam setahun saja telah banyak terjadi kasus merokok di
dalam toilet sekolah. Ini dianggap sangat memprihatinkan, sebab sekolah sendiri
sudah memberi sanksi tegas terhadap siswa yang merokok, yaitu memanggil
orang tua/wali ke sekolah untuk di beri pengarahan sekaligus peringatan agar
siswa tersebut tidak mengulanginya. Motivasi belajar siswa-siswa SMK
Diponegoro Lebaksiu juga bisa dibilang rendah. Dilihat dari kehadiran absensi
setiap harinya ada saja yang tidak berangkat tanpa keterangan, bahkan ada siswa
yang terpaksa dkeluarkan karena tidak pernah berangkat. Pada rapat pleno
kenaikan kelaspun banyak siswa yang didiskusikan untuk naik atau tinggal kelas
arena nilai yang dibawah rata-ratadan hampir setiap tahun ada murid yang
17
berhenti sekolah. Menurut penuturan Bapak Drs. M. Talkhis, salah satu guru SMK
Diponegoro yang tahun lalu menjadi wali kelas X.TKR 1, bahwa tahun kemarin
saja di kelas X.TKR 1 sebanyak 12 siswa berhenti sekolah dengan alasan yang
tidak jelas. Selain itu banyak siswa yang keluar masuk ruang BK karena jarang
berangkat sekolah tanpa alasan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti
tentang Hubungan Perilaku Merokok Dengan Motivasi Belajar Siswa SMK
Diponegoro Lebaksiu.
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Perilaku
Merokok Dengan Motivasi Belajar Siswa SMK Diponegoro Lebaksiu
1.2.2
Tujuan Khusus
Manfaat Aplikatif
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk siswa agar lebih bisa
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dan meningkatkan
motivasi belajarnya sehingga siswa bisa meraih prestasi setinggi-tingginya
1.3.2
Manfaat Keilmuan
Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi institusi mengenai pengetahuan siswa
tentang rokok dan motivasi belajarnya. Sehingga institusi bisa menciptakan
18
Manfaat Metodologi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ROKOK
2.1.1 Pengertian
Rokok terbuat dari daun tembakau yang sudah dikeringkan dan dicacah, lalu
dibungkus oleh kertas pembungkus khusus. (Hetti, 2009). Rokok adalah hasil
olahan tembakau terbungkus yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan (Sitopoe dalam Wulandari, 2014). Rokok berbentuk silinder dari
kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara)
dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah (id.wikipedia.org, 2015). Berdasarkan pengertian diatas bisa disimpulkan
19
bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau yang sudah dikeringkan lalu
dibungkus dengan kertas berbentuk silinder dengan diameter 10mm. Rokok
sendiri mengandung nikotin dan tar.
2.1.2 Komposisi Rokok
Satu-satunya negara di dunia yang menghasilkan rokok dengan bahan baku
tembakau dan cengkeh hanyalah indonesia, dengan sebutan rokok kretek dengan
perbandingan tembakau dan cengkeh adalah 60:40, sedangkan pembungkusan
rokok digulung dengan berbagai jenis pembungkus, ada yang menggunakan
kertas, misalnya rokok kretek dan rokok putih, daun nipah, pelepah tongkol
jagung atau disebut rokok klobot, dan dengan tembakau sendiri disebut rokok
cerutu. (Sitopoe dalam Wulandari, 2014). Lapisan pembungkus rokok kretek
dibuat dua lapis sehingga minyak cengkih ditahan oleh lapisan paling dalam,
sedangkan pembungkus lapisan luar tidak tembus oleh minyak cengkeh sehingga
warna rokok tetap putih. Rokok biasanya terdiri dari rokok dengan atau tanpa
filter. Filter digunakan untuk menyaring bahan-bahan yang berbahaya yang
didalam asap rokok yang dihisap (Wulandari dkk, 2014).
2.1.3 Kandungan Rokok
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 2000
diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok, yaitu
(Sukendro, 2007):
2.1.3.1 Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini
bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan.
Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga didalam tembakau yang tidak
dibakar. Nikotin diserap melalui paruparu dan kecepatan absorpsinya hampir sama
dengan masuknya nikotin secara intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan
cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan
diedarkan keseluruh bagian otak, kemudian menurun secara cepat, setelah beredar
keseluruh bagian tubuh dalam waktu 15- 20 menit pada waktu penghisapan
terakhir (Sukendro dalam Amelia, 2011). Di dalam otak, sebagai respon terhadap
20
Nikotin, otak akan memerintahkan tubuh untuk membuat zat endorphin lebih
banyak lagi. Endorphin adalah senyawa protein yang lebih tepat disebut sebagai
body's natural pain killer. Struktur kimia Endorphin tidaklah jauh berbeda dengan
painkiller kelas atas seperti morphine. Endorhpin dapat membuat seseorang
merasa relaks dan euphoria (www.sanglahhospitalbali.com, 2015).
2.1.3.2 Tar
Tar juga merupakan senyawa kimia dan kumpulan ribuan bahan kimia yang
terdapat dalam asap rokok. Senyawa ini juga bersifat karsinogen dalam tubuh.
Ketika rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat.
Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada
permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Tar dalam asap rokok juga
berpotensi memperbesar peluang terjadinya radang gusi, yaitu penyakit gusi yang
paling sering terjadi yang disebabkan oleh plak bakteri dan faktor lain yang dapat
menyebabkan bertumpuknya plak di sekitar gusi (Albustomi, 2012).
2.1.3.3 Karbon Monoxida
Karbon Monoxida adalah gas yang tidak berbau. Zat ini dihasilkan dari
pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat karbon. Jika karbon monoxida ini
masuk ke dalam tubuh dan dibawa oleh hemoglobin ke dalam otot-otot tubuh.
Satu molekul hemoglobin dapat membawa empat molekul oksigen. Apabila
didalam hemoglobin itu terdapat karbon monoxida, berakibat seseorang akan
kekurangan oksigen.
2.1.4 Jenis rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan
pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan
penggunaan filter pada rokok (Sirumapea, 2012).
2.1.4.1 Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
a. Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
b. Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
c. Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
d. Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
2.1.4.2 Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.
21
a. Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
b. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa
dan aroma tertentu.
c. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
22
3.1.1 Merokok
Sumarno menjelaskan 2 cara merokok yang umum dilakukan, yaitu: (1)
menghisap lalu menelan asap rokok ke dalam paru-paru dan dihembuskan; (2)
cara ini dilakukan dengan lebih moderat yaitu hanya menghisap sampai mulut lalu
dihembuskan melalui mulut atau hidung (Mulyadi dalam Sari, 2011)
Pendapat lainnya mengenai definisi merokok juga dikemukakan oleh Armstrong
(2007) yaitu menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh lalu
menghembuskannya keluar. Merokok adalah kegiatan membakar gulungan
tembakau lalu menghisapnya sehingga menimbulkan asap yang dapat terhirup
oleh orang-orang disekitarnya. (Sari, 2011) Berdasarkan definisi merokok yang
telah dikemukakan di atas, disimpulkan bahwa merokok merupakan suatu aktifitas
membakar gulungan tembakau yang berbentuk rokok ataupun pipa lalu
menghisap asapnya kemudian menelan atau menghembuskannya keluar melalui
mulut atau hidung sehingga dapat juga terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
Merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan
rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur sebatang rokok yang tengah
23
dibakar adalah 900 Celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 0 Celcius untuk
ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok (Istiqomah dalam Wulandari,
2014)
24
ringanyaitu apabila orang tersebut menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.
Sementara seorang pria dikatakan bukan perokok yaitu apabila ia tidak pernah
merokok satu batang rokok sama sekali (Smet dalam Ardini & Hendriani, 2012).
Istilah chippers adalah untuk menjelaskan perokok yang mengkonsumsi rokok
kurang dari 5 batang/ hari dan biasanya chippers tidak menjadi perokok berat
sehingga sangat kecil kemungkinan mengalami ketergantungan nikotin. Istilah
lainnya pada perokok adalah social smoker yaitu individu yang merokok hanya
pada situasi sosial atau situasi tertentu misalnya saat bertemu dengan teman lama
di suatu acara atau pesta. Situasi sosial tersebut bertindak sebagai isyarat atau
pemicu untuk merokok (Taylor dalam Amelia, 2009).
3.2.2 Tipe-Tipe Perilaku Merokok
Silvan Tomkins (Sarafino dalam Amelia, 2009) menyebutkan 4 tipe perilaku
merokok, yaitu:
3.2.2.1 Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect
smoking). Tujuannya untuk mendapatkan/ meningkatkan perasaan positif,
misalnya untuk mendapatkan rasa nyaman dan membentuk image yang
diinginkan.
3.2.2.2 Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif (negatif affect
smoking).
Tujuannya
untuk
mengurangi
perasaan
yang
kurang
25
26
27
Motivasi dapat timbul dari luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri.
Motivasi yang beraasal dari luar diri individu diberikan oleh motivator seperti
orangtuanya, guru, konselor, ustadz/ustadzah, orang dekat atau teman dekat, dan
lain-lain. Sedangkan motivasi yang berasal atau timbul dalam diri seseorang,
dapat disebabkan seseorang mempunyai keinginan untuk dapat menggapai sesuatu
(cita-cita) dan lain sebagainya (Prawira, 2014).
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini
mengandung elemen penting, yaitu:
3.3.1.1 Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada
organisasi manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia
(walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya
akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
3.3.1.2 Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa feeling, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3.3.1.3 Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal
ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi
memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena
terangsang /terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan
(Amaludin, 2013).
Konsep penting lain dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada
pada diri manusia adalah motivasi prestasi menurut Mc Clelland seseorang
dianggap mempunyai apabila dia mempunyai keinginan berprestasi lebih baik
daripada yang lain pada banyak situasi Mc. Clelland menguatkan pada tiga
kebutuhan menurut Reksohadiprojo dan Handoko (1996) (Amaludin, 2013) yaitu:
28
3.3.1.4 Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan mengambil tugas yang dapat
dipertanggung jawabkan secara pribadi atas perbuatan-perbuatannya. Ia
menentukan tujuan yang wajar dapat memperhitungkan resiko dan ia
berusaha melakukan sesuatu secara kreatif dan inovatif.
3.3.1.5 Kebutuhan afiliasi, kebutuhan ini ditujukan dengan adanya bersahabat.
3.3.1.6 Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang ingin
mempunyai pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh
antar pribadi dan ia mencoba menguasai orang lain dengan mengatur
perilakunya dan membuat orang lain terkesan kepadanya, serta selalu
menjaga reputasi dan kedudukannya (Syafitri, 2010).
3.3.2 Jenis Dan Sifat Motivasi
Para ahli psikologi berusaha menggolong-golongkan motif-motif yang ada dalam
diri manusia atau suatu organisme, ke dalam beberapa golongan menurut
pendapatnya masing-masing. Woodworth menggolongkan dan membagi motifmotif tersebut menjadi tiga jenis :
3.3.2.1 Kebutuhan-kebutuhan organis (Organic Motive)
Motif ini berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam tubuh
(kebutuhan-kebutuhan organis), seperti : lapar/haus, kebutuhan bergerak dan
beristirahat/tidur, dan sebagainya.
3.3.2.2 Motif-motif darurat (Emergency Motive)
Motif ini timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan yang cepat dan kuat
karena perangsang dari luar yang menarik manusia atau suatu organisme. Contoh
motif ini antara lain : melarikan diri dari bahaya, berkelahi dan sebagainya.
3.3.2.3 Motif-motif obyektif (Objective Motive)
Motif obyektif adalah motif yang diarahkan/ditujukan ke suatu obyek atau tujuan
tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri
kita (kita menyadarinya). Contoh : motif menyelidiki, menggunakan lingkungan
(Syafii, 2009).
3.3.3 Prinsip-Prinsip Motivasi
Prinsip-prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan antara lain:
29
30
Dalam uraian diatas, telah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang
merupakan balikan dari apa yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat
memberikan motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses
yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan
meningkatkan kerja agar terus menjadi lebih baik lagi (Amaludin, 2012).
Pengetahuan tentang balikan, memiliki kaitan erat dengan kepuasan yang dicapai.
Sehubungan dengan hal tersebut, para pengajar seyogyanya selalu memberikan
balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap siswa.
Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan nilai dan
komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti ini akan sangat bermanfaat untuk
mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan untuk keperluan perbaikan
dan peningkatan selanjutnya. Para siswa hendaknya selalu dipupuk untuk
memiliki rasa sukses dan terhindar dari berkembangnya rasa gagal (Harfi, 2013).
3.3.3.6 Pengernbangan Minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi
suatu objek. Prinsip dasarnya adalah motivasi seseorang cenderung akan
meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam
melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan
jalan menimbulkan atau mengemhangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan
belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang
baik. Pada akhimya dapat menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan
produktif (Amaludin, 2012).
31
3.3.3.8 Keteladanan
Perilaku pengajar secara langsung atau tidak langsung, mempunyai pengaruh
terhadap perilaku siswa yang baik, yang sifatnya positif maupun negatif. Perilaku
pengajar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan sebaliknya dapat
menurunkan motivasi belajar siswa. sehubungan dengan itu, maka sangat
diharapkan agar perilaku pengajar dapat menjadi sumber keteladanan bagi para
siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswanya dapat lebih
meningkatkan motivasi belajarnya dan pada gilirannya dapat meningkatkan
produktivitas belajar mereka (Harfi, 2013).
3.3.4
Teori-Teori Motivasi
Teori-Teori Motivasi Dalam psikologi dikenal ada beberapa teori motivasi, mulai
dari teori motivasi fisiologis, teori aktualisasi diri dari Maslow, teori motivasi dari
Murray, teori motivasi hasil, teori motivasi dari psikoanalisis dan teori motivasi
intrinsik dan teori motivasi belajar. Berikut penjelasan masing-masing teori
motivasi tersebut:
3.3.4.1 Teori Motivasi Fisiologis : Teori ini dikembangkan oleh Morgan dengan
sebutan Central Motive State (CMS) atau keadaan motif sentral. Teori ini
bertumpu pada proses fisiologis yang dipandang sebagai dasar dari
perilaku manusia atau pusat dari semua kegiatan manusia. Ciri-ciri CMS
adalah bersifat tetap, tahan lama bahwa motif sentral itu ada secara terus
menerus tanpa bisa dipengaruhi oleh faktor luar maupun dalam diri
individu yang bersangkutan (Prawira, 2014).
3.3.4.2 Kebutuhan akan rasa aman : Kebutuhan rasa aman, keselamatan, bebas
dari rasa takut dan kecemasan.
3.3.4.3 Kebutuhan akan cinta kasih atau kebutuhan sosial: Kebutuhan kasih, rasa
diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah,
kelompok)
32
3.3.4.4 Kebutuhan akan penghargaan : Kebutuhan percaya diri dan harga diri
maupun kebutuhan akan pengakuan orang lain.
3.3.4.5 Kebutuhan aktualisasi diri : Kebutuhan unttuk mewujudkan diri sendiri,
yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang
tertentu (Hamzah B & Uno dalam Amaludin, 2013).
Menurut Maslow apabila kebutuhan dasar manusia terpenuhi maka akan timbul
kebutuhan yang lebih tinggi lagi. Jika kebutuhan yang lebih tinggi tersebut pun
dapat terpenuhi lagi, manusia akan mempunyai keinginan yang lebih tinggi dari
sebelumnya, demikian seterusnya. Gilford berpandangan bahwa rasa beprestasi
pada seseorang merupakan sumber kebanggaan. Rasa berprestasi akan mendorong
untuk berkompetisi dan merasa butuh untuk memperoleh hasil yang tertinggi
(Prawira, 2012).
Menurut Murray, kebutuhan adalah suatu konstruk, konsep, dan kekuatan
hipotesis. Semua hal itu merupakan suatu kekuatan yang memiliki dasar fisikokemis yang tidak diketahui pada bagian otak. Kekuatan tersebut mengorganisasi
persepsi,
apersepsi,
inteleksi,
kemauan
dan
tindakan.
Kekuatan
itu
mentransformasi arah tertentu yang ada pada situasi yang tidak memuaskan. Jadi
Murray mengajukan teori tentang motivasi didasarkan kepada kebutuhan
(Prawira, 2012).
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan
mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat
melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan.
Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga
komponen,
yaitu
ekspektasi
(harapan)
keberhasilan
pada
suatu
tugas.
Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam
melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi
33
34
Teori Atribusi
Teori Harapan
Salah satu teori motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi
berprestasi, yakni kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan
melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan (Ariyanto, 2013).
3.3.5
3.3.5.1 Faktor Internal; faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri atas:
a. Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang termotivasi atau
tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses
kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri
akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk
bertindak;
35
mendapatkan
kebutuhan
akan
nilai-nilai
kebenaran,
36
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak
(move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu,
membuat
mereka
tetap
melakukannya,
dan
membantu
mereka
dalam
(usaha,
berkelanjutan),
dan
penyelesaian
atau
prestasi
yang
37
Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock
(2007), yaitu (Damanik, 2010):
3.4.2.1 Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu
yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering
dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.
Misalnya,
murid
belajar
keras
dalam
menghadapi
ujian
untuk
mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu
sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah
mengontrol
perilaku
siswa,
dan
mengandung
informasi
tentang
penguasaan keahlian.
3.4.2.2 Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi
sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar
menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.
38
Seorang siswa yang mempunyai motivasi cenderung tidak cepat puas dengan apa
yang telah didapatnya. Ia akan selalu berusaha mendapatkan yang lebih baik dari
apa yang telah dicapai. Untuk itu, mereka membutuhkan ketekunan dan keuletan
supaya tidak cepat bosan dalam belajar. Menurut Sardiman (dalam Rohmah,
2010) seorang yang termotivasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
3.4.3.1 Tekun menghadapi tugas. Maksudnya dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai.
3.4.3.2 Ulet menghadapi kesulitan. Ulet dapat diartikan dengan tidak mudah putus
asa.
3.4.3.3 Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan.
3.4.3.4 Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin.
39
Hakikat motivasi belajar menurut Uno (2007) adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Uno dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
3.4.4.1 Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
3.4.4.2 Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3.4.4.3 Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
3.4.4.4 Adanya penghargaan dalam belajar.
3.4.4.5 Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
3.4.4.6 Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seseorang belajar dengan baik (Hamzah B. Uno, 2007).
3.4.5
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam belajar. Tidak ada seorang
mahasiswa yang belajar tanpa motivasi. Agar peranan motivasi lebih optimal
maka prinsip-prinsip motivasi tidak hanya sekedar diketahui tetapi harus
diterapkan
dalam
belajar
mengajar. Djamarah
(dalam
Rohmah,
2010)
40
41
mencurahkan segala tenaga, pikiran dan waktu untuk hal yang disukainya
tanpa ada beban sehingga lebih mudah menguasai materi pelajaran
(Rohmah, 2010).
3.4.6
Terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siwa, yaitu
harapan guru, intruksi langsung, umpanbalik (feedback) yang tepat, penguatan dan
hadiah serta hukuman (Brophy dalam Kumboyono, 2011)
Sebagai pendukung kelima faktor di atas, Sardiman (dalam Ariyanto, 2013)
menyatakan bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar adalah:
3.4.6.1 Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan
tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.
3.4.6.2 Persaingan/kompetisi.
3.4.6.3 Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.
3.4.6.4 Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat
belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
3.4.6.5 Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat
belajar terutama kalau terjadi kemajuan.
3.4.6.6 Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal
ini merupakan bentuk penguatan positif (Sardiman dalam Ariyanto, 2013).
Sedangkan faktor internal motivasi belajar yaitu faktor-faktor yang berasal dari
diri sendiri yang meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis. Faktor fisiologis
itu terdiri dari kondisi umum mengenai organ tubuh dan faktor psikologis terdiri
dari kecerdasan intelegensi, bakat, minat dan kebutuhan.
Kumboyono, 2011).
(Brophy dalam
42
Perilaku Merokok
1. Perokok
a. Ringan (1-4 batang/hari)
b. Sedang (5-19 batang/hari)
c. Berat (>20 batang/hari)
2. Bukan Perokok
(Hendriani, 2012)
DAMPAK MEROKOK:
1. Positif
: - Merasa bahagia
- Tenang
2. Negatif
: - Mudah sakit
- Mengurangi Konsentrasi
(Hahn & Payne dalam Amelia, 2009)
43
Faktor
internal
yang
mempengaruhi Motivasi belajar:
1. Faktor fisiologis
2. Faktor psikologis (Brophy dalam
Kumboyono, 2011)
Motivasi Belajar
1. Tinggi
2. Rendah
(Syafii, 2009)
VARIABEL TERIKAT
Perilaku Merokok
Motivasi Belajar
44
3.7.1
3.7.2
kelompok.
Hipotesis nol (H0) merupakan suatu hipotesis yang menyatakan tidak
adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel
X dan Y (Arikunto, 2010: 113).
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
Pemahaman akan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila juga disertai
dengan tabel, grafik, bagan dan gambar (Arikunto, 2006)
Penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif korelasi untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas yaitu perilaku merokok dan variabel terikat yaitu
motivasi belajar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan belah lintang (Cross Sectional), dimana variabel sebab yaitu perilaku
45
merokok dan variabel akibat yaitu motivasi belajar diukur dalam waktu yang
bersamaan dan sesaat (Notoatmodjo, 2005).
3.2 ALAT PENELITIAN DAN CARA PENGUMPULAN DATA
3.2.1
Alat Penelitian
3.2.2
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2008).
Setelah mendapat surat ijin dari kampus Stikes Bhamada Slawi peneliti
melakukan Uji Validitas Kuesioner Motivasi Belajar di SMA Diponegoro
Lebaksiu dengan jumlah responden 20 orang. Sebanyak 22 pertanyaan diuji
validitas dan hasilnya hanya dua pertanyaan yang tidak valid, sehingga jumlah
kuesioner yang valid adalah 20 pertanyaan. Kemudian peneliti melaksanakan
studi pendahuluan dengan tujuan mencari permasalahan yang muncul di SMK
Diponegoro Lebaksiu berkaitan dengan Perilaku Merokok dan Motivasi Belajar
Siswa SMK Diponegoro Lebaksiu. Sebelum dilakukan pengumpulan data dengan
membagikan kuesioner pada responden peneliti terlebih dahulu peneliti
menjelaskan tentang permasalahan penelitian dan memberikan informasi tentang
46
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek peneliti atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2005). Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2006).
Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa SMK Diponegoro Lebaksiu sebanyak
696 siswa
3.3.2
Sampel
Sampel merupakan bagian yang diteliti atau sebagian dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Dalam melakukan penelitian, dapat menggunakan seluruh
objek atau dapat juga hanya dengan mengambil sebagian dari seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2005). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Teknik dalam pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling, didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti,
berdasarkan ciri-ciri, sifat-sifat populasi atau karakteristik tertentu yang sudah
47
N
1+ N ( d2 )
696
1+696 ( 0.12 )
696
1+696 ( 0.01 )
696
1+6.96
48
696
7.96
Variabel
Definisi Operasional
Alat ukur
Variabel
Bebas:
Perilaku
Merokok
Perilaku
seseorang Observasi
menghisap tembakau langsung
dan dapat diamati
secara langsung.
Hasil
ukur
Perokok
dan
bukan
Perokok
Variabel
Semangat
Tinggi
Skala
Nominal
2
atau Kuesioner
Ordinal
49
Terikat:
Motivasi
Belajar
dorongan
siswa Motivasi
dalam belajar yang belajar
berasal
dari
diri
sendiri atau dari luar
Sedang
Rendah
50
3.7.1.5 Scoring
Melakukan pemberian skor pada masing-masing item.
3.7.1.6 Cleaning
Cleaning adalah mengecek kembali data yang sudah di entry apakah ada
kesalahan atau tidak, membuang data yang sudah tidak dipakai.
3.7.2
Uji validitas adalah alat pengumpul data merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi sebelum alat tersebut digunakan. Validitas adalah suatu indeks yang
menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,
2005). Pengujian kuesioner yaitu dengan uji kolerasi antara skor (nilai) tiap-tiap
pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Menurut Notoatmodjo (2005),
teknik korelasi yang dipakai adalah product moment dengan rumus :
rxy
N ( XY) - ( X. Y)
{N X 2 ( X ) 2 }{( N Y 2 ) ( Y ) 2 }
Keterangan :
r = Koefisien korelasi product moment
X = Nilai dan item valid nomor ganjil
Y = Nilai dari total item nomor genap
N = Banyaknya anggota sampel
Setelah dihitung seluruh kolerasi tiap pertanyaan kemudian di lihat pada tabel
nilai product moment untuk mengetahui apakah nilai korelasinya signifikan.
Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap pertanyaan itu signifikan maka perlu
dibandingkan dengan harga r tabel yaitu 0,444 dengan taraf kesalahan 5%. Uji
validitas dilakukan pada 20 responden, kemudian untuk mengetahui valid
51
N ( XY) - ( X. Y)
{N X ( X ) 2 }{( N Y 2 ) ( Y ) 2 }
2
Keterangan :
r = Koefisien korelasi product moment
X = Nilai dan item valid nomor ganjil
Y = Nilai dari total item nomor genap
N = Banyaknya anggota sampel
Untuk mencari koefisien reliabilitasnya, koefisien korelasi yang didapatkan dari
rumus di atas dimasukkan dalam Spearman Brown sebagai berikut :
52
2.rxy
R11 =
(1 rxy )
Keterangan :
R11 = Koefisien korelasi antara item ganjil dan item genap
Rxy = Korelasi reliabilitas
Hasil perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan pada r product moment. Bila
koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan harga r tabel maka telah
memenuhi syarat reliabilitas.
3.7.3
Analisa Data
53
X2 =
f 0 f1
f1
Keterangan :
X2
: chi-square
F0
f1
Otonomi
Beneficience
54
Peneliti akan selalu berupaya agar segala perlakuan dalam penelitian ini
mengandung prinsip kebaikan (promote good). Penelitian ini bersifat efisien
dalam penggunaan waktu, pengambilan data di lakukan pada hari aktif belajar
mengajar (bukan hari libur).
3.8.3
Nonmaleficence
Veracity
Peneliti akan menjelaskan secara jujur tentang manfaat, efek, dan apa yang
didapat jika responden dilibatkan dalam penelitian.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Gambaran Umum Penelitian dan Hasil Penelitian
4.1.2 Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa SMK Diponegoro Lebaksiu, Kab.Tegal. SMK
Diponegoro berlokasi di Desa Dukuhlo, berbatasan langsung dengan SMA
Diponegoro di sebelah utara, di sebelah selatan berbatasan dengan SMK
Entrepreneur Lebaksiu, di sebelah timur berbatasan dengan sungai dan sebelah
barat berbatasan dengan Puskesmas pembantu Dukuhlo.
Di SMK Diponegoro Lebaksiu memiliki 696 siswa. Luas wilayah SMK
Diponegoro Lebaksiu adalah 20.000 m2 dan berada di dekat persawahan desa
Dukuhlo.
4.1.3
Hasil Penelitian
55
Pengukuran
untuk
mengetahui
variabel
perilaku
merokok
Jumlah
44
44
88
Prosentase (%)
50
50
100
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 88 responden
yang diteliti, jumlah siswa SMK Diponegoro seimbang antara yang merokok dan
tidak merokok.
b. Motivasi Belajar
Hasil pengkajian data motivasi belajar dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:
56
Jumlah
18
58
12
88
Prosentase (%)
20.5
65.9
13.6
100
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar
siswa SMK Diponegoro Lebaksiu mempunyai motivasi belajar yang sedang yaitu
sebesar 65.9%.
Jumlah
Tidak
Merokok Prosentase
Jumlah
Merokok
Prosentase
Jumlah
Prosentase
Tinggi
10
22.7%
8
18.2%
18
20.5%
Sedang
27
61.4%
31
70.5%
58
65.9%
Rendah
7
15.9%
5
11.4%
12
13.6%
value
TOTAL
44
100%
0,
44
43
100%
4
88
100.0%
57
value> yaitu (0.434> 0.05), yang berarti H0 diterima dan artinya tidak ada
hubungan perilaku merokok dengan motivasi belajar siswa SMK Diponegoro
Lebaksiu Tahun 2015.
4.2 Pembahasan
4.2.2 Analisa Univariat
4.2.2.1 Perilaku Merokok
Hasil penelitian yang dilakukan kepada dari 88 responden yang diteliti yaitu
sebanyak 44 siswa yang tidak merokok dan 44 lainnya adalah siswa yang
merokok.
Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan
kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan
asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Kumpulan teman sebaya
dan anggota keluarga yang merokok menimbulkan persepsi bahwa merokok tidak
berbahaya sehingga meningkatkan dorongan untuk merokok. (Taylor, 2009)
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Wulandari, dalam penelitiannya yang
berjudul gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
mahasiswa ekstansi FKM UI angkatan 2012. Jumlah perokok dan bukan perokok
hampir seimbang yaitu sebesar 47.5% untuk perokok dan bukan perokok sebesar
52.5%. Wulandari menyimpulkan bahwa pada kelompok perokok, responden
memilih berperilaku merokok dan menjadi perokok aktif disebabkan karena
adanya dorongan kuat dari teman. (Wulandari, 2014)
Peneliti berpendapat bahwa angka perilaku merokok siswa SMK Diponegoro
terbilang tinggi, karena dari 88 responden, 44 (50%) diantaranya adalah perokok.
Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok mereka adalah teman sebaya,
dikarenakan di SMK Diponegoro terdapat lebih banyak laki-laki dibanding
perempuan. Karena pergaulan laki-laki lebih luas dibanding perempuan. Mereka
suka menghabiskan waktu untuk bergaul bersama teman-temannya, sehingga
siswa yang tadinya tidak merokok secara otomatis mengikuti temannya yang
merokok. Banyaknya perokok di kalangan siswa SMK Diponegoro Lebaksiu juga
dipengaruhi oleh lingkungan sekolah yang tidak terlalu ketat dalam mengawasi
siswanya, sehingga siswa bisa mencuri kesempatan untuk merokok di dalam
58
lingkungan sekolah, seperti misalnya merokok di toilet. Di dalam toilet tidak ada
penjagaan khusus sehingga siswa bisa dengan bebas merokok di tempat itu.
4.2.2.2 Motivasi Belajar
Hasil penelitian yang dilakukan kepada dari 88 responden yang diteliti mayoritas
mempunyai motivasi belajar yang sedang yaitu sebanyak 58 siswa (65.9%) Data
tersebut menunjukan bahwa sebagian besar siswa SMK Diponegoro Lebaksiu
memiliki motivasi belajar sedang.
Motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa
untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba
untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan,
membaca materi sehingga bisa memahaminya dan menggunakan strategi-strategi
belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan
yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari
bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik dan menyelesaikan
tugas yang diberikan. (Syafii, 2009)
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Setyowati.
Dengan adanya motivasi, maka siswa akan terdorong untuk belajar mencapai
sasaran dan tujuan karena yakin dan sadar akan kebaikan tantang kepentingan dan
manfaatnya dari belajar. Bagi siswa, motivasi itu sangat penting karena dapat
menggerakkan perilaku siswa ke arah yang positif sehingga mampu menghadapi
segala tuntutan, kesulitan serta mampu menanggung resiko dalam studinya.
Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati dengan judul pengaruh
motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang bahwa
sebagian besar motivasi belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang dikatakan
dalam kategori cukup yaitu sebanyak 59 dari 75 anak (78,67%), dan sisanya
masuk kategori motivasi belajar rendah yaitu sebanyak 16 anak (21,33%).
(Setyowati, 2007). Sejalan dengan pendapat Setyowati, hasil penelitian yang
dilakukan oleh Miru dengan judul hubungan antara motivasi belajar terhadap
prestasi belajar mata diklat instalasi listrik siswa SMK Negeri 3 Makassar
59
menunjukkan skor rata-rata (mean) yang diperoleh adalah 173,0625 dari skor total
5538,00 dengan nilai standar deviasi 15,59. untuk pengkategorian motivasi belajar
siswa, yang berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 9,3 % (skor
149,67) atau dinyatakan siswa sebanyak 3 orang. Pada kategori sedang memiliki
persentase 46,8% (skor 149,67 173,06) dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang,
pada kategori cukup tinggi memiliki persentase 34,32% (skor 173,06 196,445)
dengan jumlah siswa sebanyak 11 orang. Untuk kategori tinggi memiliki
persentase 9,3% (skor 97,91) dengan jumlah siswa sebanyak 3 orang. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa berada pada kategori
sedang. (Miru, 2009)
Peneliti berpendapat bahwa motivasi belajar siswa SMK Diponegoro Lebaksiu
tergolong pada kategori motivasi belajar yang sedang. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat motivasi belajar siswa SMK Diponegoro Lebaksiu,
diantaranya adalah faktor kecerdasan intelegensi, bakat, minat dan kebutuhan.
Dilihat dari nilai akhir semester genap tahun ajaran 2014/2015 pada semua mata
pelajaran, bahwa tidak semua siswa mendapat nilai yang bagus, bahkan beberapa
diantaranya tidak memenuhi KKM/tidak kompeten pada beberapa mata pelajaran.
Meskipun ada beberapa siswa yang mempunyai catatan kurang baik pada nilai
mata pelajaran, di SMK Diponegoro juga banyak siswa yang berprestasi setiap
tahunnya. Pernyataan ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap diadakan suatu
lomba kejuaraan nasional tingkat SLTA, SMK Diponegoro selalu mengirimkan
beberapa wakilnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan intelegensi
sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Selain tingkat kecerdasan
intelegensi, motivasi belajar juga dipengaruhi oleh minat siswa pada suatu
pelajaran. Sebagai contoh siswa yang dari dulu memang menyukai pelajaran
matematika maka motivasi siswa tersebut untuk mempelajari matematika akan
semakin tinggi. Mereka secara otomatis akan termotivasi untuk belajar.
Sebaliknya, siswa yang dari dulu tidak menyukai pelajaran matematika, maka
mereka enggan untuk sekedar membuka buku matematika sehingga motivasi
untuk belajarpun menurun. Kondisi fisik yang kurang baik juga bisa
60
mempengaruhi motivasi belajar, seseorang yang sedang sakit tentu akan menurun
motivasi belajarnya. Mengantuk juga bisa dikatakan dalam kondisi fisik yang
kurang baik, sehingga pada siswa yang suka mengantuk cenderung sulit untuk
memotivasi dirinya sendiri untuk belajar di sekolah.
4.2.3
Analisa Bivariat
Hubungan perilaku merokok dengan motivasi belajar
Hasil penelitian yang dilakukan kepada 88 responden yang telah mengisi
kuesioner menunjukan bahwa motivasi belajar siswa SMK Diponegoro termasuk
kategori motivasi belajar yang sedang. Pada responden yang tidak merokok yang
berjumlah 44 didapatkan data bahwa 10 diantaranya mempunyai motivasi belajar
yang tinggi, 27 responden dengan tingkat motivasi belajar yang sedang dan 7
lainnya mempunyai tingkat motivasi belajar yang rendah. Sedangkan pada
responden yang merokok yang berjumlah 44 didapatkan data bahwa hanya 8 anak
dengan kategori tingkat motivasi belajar yang tinggi, 31 responden dengan tingkat
motivasi belajar yang sedang, dan pada tingkat motivasi belajar yang rendah
justru hanya berjumlah 5 responden. Fakta bahwa seseorang yang merokok akan
berpengaruh pada motivasi belajarnya tidak terbukti, karena faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar tidak hanya pada konsumsi nikotin saja, akan
tetapi masih banyak faktor yang lainnya yang lebih berpengaruh. Hasil dari data
tersebut setelah dilakukan uji pearson chi-square dengan menggunakan program
komputer didapatkan p value >
bahwa H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan perilaku
merokok dengan motivasi belajar siswa SMK Diponegoro Lebaksiu.
Bahaya merokok telah secara massif dikampanyekan di berbagai media. Beberapa
penelitian terakhir menginformasi bahwa nikotin bertanggung jawab pada efek
ketagihan akibat rokok. Apabila rokok dikonsumsi secara terus-menerus akan
berpengaruh terhadap fungsi otaknya. Jika remaja perokok terus-menerus
menghisap rokok, maka akan terjadi penumpukan nikotin di otak, penumpukan
nikotin tersebut akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap motivasi belajar
remaja. (Yulianto, 2011). Motivasi belajar secara tidak langsung juga dipengaruhi
61
oleh lingkungan. Hal ini dijelaskan dalam model promosi kesehatan (health
promotion model). Model promosi kesehatan adalah suatu cara untuk
menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya
dalam berbagai dimensi. HPM memengaruhi dan meramalkan tentang perilaku
kesehatan, dalam hal ini berarti motivasi belajar. Model ini menggabungkan dua
teori yaitu dari teori nilai pengharapan (expectancy-value) dan teori pembelajaran
sosial (social cognitive theory) dalam perspektif keperawatan manusia dilihat
sebagai fungsi yang holistik (Ahyar, 2010).
Penelitian ini didukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Kumboyono
dengan judul hubungan perilaku merokok dengan motivasi belajar anak usia
remaja di SMK Bina Bangsa Malang. Menurut Kumboyono motivasi belajar
merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual yang berperan dalam
menimbulkan gairah belajar serta perasaan senang dan bersemangat untuk belajar.
Sebagian besar responden yang diteliti memiliki perilaku merokok ringan dengan
motivasi belajar tinggi, yaitu sebanyak 23 responden. Hasil uji korelasi chi-square
menggunakan crosstabs terhadap perilaku merokok dan motivasi belajar dengan
nilai p < 0,05 dan hasil sig didapatkan nilai p = 0,238, maka H 0 diterima yang
berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dan
motivasi belajar anak usia remaja. Kumboyono juga membuktikan adanya
pengaruh pergaulan terhadap motivasi belajar siswa, dia mengatakan bahwa fakta
yang ada di SMK Bina Bangsa bahwa sebagian besar muridnya adalah berjenis
kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan salah satu jurusan SMK tersebut adalah
akuntansi yang peminatnya sebagian besar adalah laki-laki. Siswa-siswa tersebut
cenderung memiliki perilaku merokok dibandingkan siswi-siswinya dikarenakan
beberapa faktor, salah satunya adalah karena pergaulan remaja laki-laki dengan
teman sebaya lebih luas dan kuat dibandingkan dengan remaja perempuan. Lebih
luas dikarenakan remaja laki-laki lebih sering menghabiskan waktunya di luar
rumah. Data penelitian Kumboyono tersebut yang berjumlah 51 responden, saat
ditanya darimana pertama kali mengenal rokok? didapatkan hasil 5 siswa
62
menjawab dari tayangan TV (10%), 11 siswa dari keluarga (21%), dan 35 siswa
dari teman sebaya (69%). (Kumboyono, 2011)
Peneliti berpendapat bahwa tidak hanya konsumsi nikotin saja yang bisa
mempengaruhi motivasi belajar siswa, akan tetapi masih ada banyak hal yang bisa
lebih mempengaruhi motivasi belajar, diantaranya adalah faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah motivasi yang timbul dari
diri sendiri, contohnya yaitu kondisi umum seseorang tersebut, kecerdasan
intelegensi, bakat dan minat. Selain faktor internal, motivasi belajar juga
dipengaruhi oleh faktor eksternal, contohnya yaitu pergaulan, lingkungan sekolah,
hukuman dari guru, keadaan ekonomi keluarga dan masih banyak faktor lainnya.
Perilaku merokok hanya sebagai pengaruh lain dari faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar, seperti misalnya siswa dihukum gurunya setelah
ketahuan merokok di lingkungan sekolah. Hal ini akan berpengaruh pada motivasi
belajarnya, sebagaimana sudah dijelaskan diatas bahwa hukuman guru dapat
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Contoh lainnya adalah pergaulan, siswa
lebih aktif merokok saat meraka bermain bersama teman yang juga perokok aktif
sehingga mereka bisa saja melupakan tugas-tugas sekolah. Lingkungan sekolah
yang berkaitan dengan norma-norma atau tata tertib juga mempengaruhi motivasi
belajar siswa, siswa bisa saja merokok di lingkungan sekolah karena sekolah tidak
mengawasi siswanya secara ketat. Siswa akhirnya menganggap bahwa merokok
lebih asik daripada belajar.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih memiliki kekurangan yaitu dalam pengambilan sampel
perilaku merokok tidak sepenuhnya menggunakan observasi langsung. Sebagian
sampel diambil dengan sistem snowball, yaitu dengan melibatkan secara langsung
responden yang merokok untuk mengajak teman yang biasa merokok bersama.
Keterbatasan ini mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga
penelitian ini menjadi kurang maksimal.
63
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Hasil penelitian terhadap 88 responden tentang hubungan perilaku merokok
dengan motivasi belajar siswa SMK Diponegoro Lebaksiu yang didasarkan pada
perumusan masalah, tujuan dan hipotesis penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut :
5.1.1
5.1.2
5.1.3
5.2 SARAN
5.2.1 Bagi Siswa
Diharapkan siswa lebih bisa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar dan meningkatkan motivasi belajarnya sehingga siswa bisa
meraih prestasi setinggi-tingginya.
5.2.2
64
konseling yang tepat, sehingga siswa bisa lebih termotivasi untuk belajar di
sekolah.
5.2.3
65
(2012).
Zat-zat
Berbahaya
Pada
https://nervouzer.wordpress.com/info-kesehatan/rokok/
Rokok,
diakses
melalui
pada
Kelayu
tahun
pelajaran
2013/2014,
diakses
melalui
.http://safwanharfi.blogspot.com/2013/11/wwwbloggersafawan.html diakses
pada tanggal 27-03-2015, pukul 19.57
Hasanjoen. (2010). Pendekatan Model Pembelajaran Berbasis Aktivitas Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Slswa Kelas Vii Semester I
66
http://hasanjoen.blogspot.com/2010/11/contoh-proposal-ptk-
67
Sari, Indra. (2011). Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Perilaku Merokok
Pada Siswa Laki-Laki Perokok Smkn 2 Batusangkar. Diakses melalui
unand.ac.id Diakses pada tanggal 20-3-2015, pukul 12.00
Sirumpea,
Timbul.
(2012).
Macam-macam
Rokok.
Diakses
http://timbulsirumapea8.blogspot.com/2012_12_01_archive.html
melalui
diakses
(2014).
Rokok
Bahaya.
Diakses
melalui
http://www.jatengprov.go.id/id/berita-utama/rokok-bahaya-kok-nekad
diakses pada tanggal 14-4-2015, pukul 20.00
Stevi.
(2011).
Apa
Isi
Rokok.
diakses
https://stevi3a.wordpress.com/2011/05/08/apa-isi-rokok/
diakses
melalui
pada
A.
(2011).
Jogjakarta:Javalitera.
Mengapa
Stroke
Menyerang
Usia
Muda?.
68
69
KUESIONER
Lampiran 1
No. Peserta
N
O
PERTANYAAN
YA
TIDAK
70
5
6
mengajar berlangsung
Saya selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin
Saya lebih memilih memcahkan soal sendiri daripada
7
8
9
10
mencontek
Saya punya hasrat yang tinggi untuk berhasil
Saya pernah membolos sekolah
Saya pernah membolos pada jam pelajaran
Apabila ada tugas kelompok, Saya ikut mengerjakan tugas
11
tersebut.
Saya selalu memperhatikan jika guru sedang menyampaikan
12
materi.
Saya selalu mencatat hal-hal yang penting di saat pelajaran
13
14
15
16
berlangsung
Saya tidak pernah telat berangkat ke sekolah
Saya sering ke perpustakaan untuk mebaca materi pelajaran
Saya selalu belajar di rumah
Saya selalu ingin menguasai materi terlebih dahulu sebelum
17
18
19
20
cepat-cepat mengerjakannya
Saya selalu mengerjakan PR di rumah
Saya selalu mencatat tugas-tugas yang harus dikerjakan
Saya merasa rugi jika ada jam pelajaran kosong (karena tidak
21
22
71
Lampiran 2
STIKes BHAMADA SLAWI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
LEMBAR
INFORMASI
PENELITIAN
72
3. Etika Penelitian
a. Penelitian ini tidak ada biaya apapun yang dibebankan kepada
saudara/i.
b. Seluruh informasi tentang saudari pada penelitian ini adalah rahasia
dan anonim.
c. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko kerusakan fisik, karena dalam
penelitian hanya menggunakan kuesioner.
d. Saudara/i berhak untuk keluar dari partisipasi dari penelitian tanpa ada
kewajiban apapun.
Jika ada pertanyaan atau saran tentang penelitian ini, saudari dapat
menghubungi
saya
pada
azmiazmii45@gmail.com
atau
HP:
73
Lampiran 3
STIKes BHAMADA SLAWI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
LEMBAR
PERSETUJUAN
PENELITIAN
Alamat
Umur
No. Telp/HP :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan, manfaat, resiko dan
prosedur penelitian ini, saya menyatakan bersedia ikut dalam penelitian tentang
Hubungan Perilaku Merokok Dengan Motivasi Belajar Siswa SMK Diponegoro
Lebaksiu Tahun 2015. Apabila sewaktu-waktu saya mengundurkan diri dari
penelitian ini, kepada saya tidak dituntut apapun.
Demikianlah surat persetujuan bersedia berpartisipasi penelitian ini saya buat
untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Tegal,................................2015
(............................................)
74
Lampiran 4
M
A
R
E
T
A M J
P E U
R I N
I
I
L
BAB II
Tinjauan
Pustaka
BAB III
JADWAL
PENELITIAN
JULI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penentuan
topik dan judul
Bimbingan Proposal
BAB I
Pendahuluan
LEMBAR
Metodologi
Penelitian
Sidang
Proposal
Revisi
Proposal
7
8
Penelitian
Penulisan
Laporan
penelitian
BAB IV
10
Analisis dan
Pembahasan
BAB V
11
12
Simpulan dan
Saran
Sidang Skripsi
Revisi Skripsi
Bimbingan Skripsi
75
13
Pengumpulan
Skripsi
Lampiran 5
STIKes BHAMADA SLAWI
LEMBAR SURAT
IJIN PENELITIAN
76
77
78
Lampiran 6
LEMBAR UJI
VALIDITAS DAN
REALIBILITAS
%
20
100.0
.0
20
100.0
Excludeda
Total
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Part Value
.893
N of Items
Item Statistics
Part Value
per1
per2
Correlation Between Forms
per3
Spearman-Brown Coefficient
per4
Mean
Std. Deviation
2
N of Items
.40
.503
Total N of Items
.45
.510
.50
Equal Length
.35
Unequal Length
.90
.513
.489
11a
.908
N
11b
20
22
.926
.961
.961
per5
.308
Guttman Split-Half Coefficient
.959
per6
.65
.489
a. The items are: per1, per2, per3, per4, per5, per6, per7, per8, per9,
per7
per10, per11.
.95
.224
b. The items are:
per12,
per13, per8
.30
.470
per14,
per15,
.40
.503
per16,
per17, per9
per18,
per19,
per10
.65
.489
per20,
per21,
per22.
per11
.65
.489
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
per12
.40
.503
20
per13
.40
.503
20
per14
.30
.470
20
per15
.35
.489
20
per16
.30
.470
20
per17
.40
.503
20
per18
.40
.503
20
per19
.30
.470
20
per20
.65
.489
20
per21
.50
.513
20
per22
.45
.510
20
79
Item-Total Statistics
Corrected
Cronbach's
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
Correlation
Deleted
if Item Deleted
per1
10.25
47.776
.773
.945
per2
10.20
47.221
.843
.944
per3
10.15
48.871
.594
.948
per4
10.30
49.695
.502
.949
per5
9.75
52.724
.130
.952
per6
10.00
47.579
.826
.944
per7
9.70
54.326
-.297
.954
per8
10.35
48.345
.739
.946
per9
10.25
47.461
.821
.944
per10
10.00
47.579
.826
.944
per11
10.00
47.579
.826
.944
per12
10.25
47.776
.773
.945
per13
10.25
48.829
.614
.947
per14
10.35
48.345
.739
.946
per15
10.30
49.695
.502
.949
per16
10.35
48.345
.739
.946
per17
10.25
47.461
.821
.944
per18
10.25
48.829
.614
.947
per19
10.35
48.345
.739
.946
per20
10.00
48.842
.631
.947
per21
10.15
48.345
.671
.946
per22
10.20
49.011
.577
.948
80
Scale Statistics
Mean
Variance
Std. Deviation
N of Items
Part 1
6.20
12.484
3.533
11a
Part 2
4.45
15.313
3.913
11b
10.65
53.397
7.307
22
Both Parts
a. The items are: per1, per2, per3, per4, per5, per6, per7, per8, per9,
per10, per11.
b. The items are: per12, per13, per14, per15, per16, per17, per18,
per19, per20, per21, per22.
81
82
Tingkat Motivasi
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
Rendah
18
20.5
20.5
20.5
Sedang
58
65.9
65.9
86.4
Tinggi
12
13.6
13.6
100.0
Total
88
100.0
100.0
Lampiran 7
STIKes BHAMADA SLAWI
LEMBAR HASIL
UJI SPSS
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
df
16.279a
16
.434
18.974
16
.270
.803
.370
N of Valid Cases
88
a. 34 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50.
Merokok
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak Merokok
44
50.0
50.0
50.0
Merokok
44
50.0
50.0
100.0
Total
88
100.0
100.0
83
Tidak Merokok
Merokok
Count
Tinggi
10
27
44
% within Merokok
22.7%
61.4%
15.9%
100.0%
55.6%
46.6%
58.3%
50.0%
% of Total
11.4%
30.7%
8.0%
50.0%
31
44
% within Merokok
18.2%
70.5%
11.4%
100.0%
44.4%
53.4%
41.7%
50.0%
9.1%
35.2%
5.7%
50.0%
18
58
12
88
20.5%
65.9%
13.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
20.5%
65.9%
13.6%
100.0%
Count
% of Total
Total
Sedang
Total
Count
% within Merokok
% within Tingkat Motivasi
% of Total
84
P1
P
2
P
3
P
4
P5
P
6
P
7
P8
P
9
P1
0
P11
P1
2
P1
3
P14
P1
5
P
6
P1
7
P18
P1
9
P2
0
JML
KET
Sedang
10
Sedang
16
Tinggi
16
Tinggi
13
Sedang
13
Sedang
13
Sedang
10
Sedang
9
1
0
13
Sedang
Sedang
11
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5
3
6
3
7
13
Sedang
17
Tinggi
11
Sedang
Sedang
16
Tinggi
13
Sedang
13
Sedang
16
Tinggi
Sedang
10
Sedang
16
Tinggi
10
Sedang
17
Tinggi
10
Sedang
Sedang
14
Sedang
12
Sedang
16
Tinggi
Sedang
12
Sedang
18
Tinggi
14
Sedang
13
Sedang
Sedang
18
Tinggi
13
Sedang
16
Tinggi
85
3
8
3
9
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5
4
6
4
7
4
8
4
9
5
0
5
1
5
2
5
3
5
4
5
5
5
6
5
7
5
8
5
9
6
0
6
1
6
2
6
3
6
4
6
5
6
6
6
7
6
8
6
9
7
0
7
1
7
2
7
3
7
4
7
5
17
Tinggi
16
Tinggi
18
Tinggi
18
Tinggi
16
Tinggi
15
Tinggi
16
Tinggi
Rendah
10
Sedang
14
Sedang
Sedang
17
Tinggi
Sedang
13
Sedang
16
Tinggi
14
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
16
Tinggi
14
Sedang
Sedang
Sedang
11
Sedang
Sedang
16
Tinggi
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
12
Sedang
17
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
86
7
6
7
7
7
8
7
9
8
0
8
1
8
2
8
3
8
4
8
5
8
6
8
7
8
8
12
Sedang
13
Sedang
Sedang
11
Sedang
12
Sedang
Sedang
Rendah
10
Sedang
11
Sedang
Sedang
12
Sedang
Sedang
12
Sedang
87
Lampiran 8
LEMBAR
DOKUMENTASI
88
89
Lampiran 9
STIKes BHAMADA SLAWI
LEMBAR
KONSULTASI
90
91
92
93
CURRICULUM VITAE
Nama
Jenis kelamin
: Laki-laki
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: 1. M. Talkhis
2. Yuni Astuti
: 1. Wiraswasta
2. PNS
Riwayat pendidikan
: 1. SDN YAMANSARI 03
2. SMP N 01 LEBAKSIU
3. SMA N 01 BALAPULANG