Anda di halaman 1dari 93

SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN MOTIVASI


BELAJAR SISWA SMK DIPONEGORO LEBAKSIU
KABUPATEN TEGAL

Disusun Oleh
MOHAMMAD RIZQI DZUAZMI
C1011021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM A


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA
2015
SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN MOTIVASI


BELAJAR SISWA SMK DIPONEGORO LEBAKSIU
KABUPATEN TEGAL

Disusun Oleh
MOHAMMAD RIZQI DZUAZMI
C1011021

Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Di STIKes BHAMADA Slawi
2015

PERNYATAAN

STIKES BHAMADA SLAWI

KEASLIAN

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama

: Mohammad Rizqi Dzuazmi

NIM

: C1011021

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :


1.

Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan


dan mempertanggungjawabkan

2.

Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain

3.

Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber


asli atau tanpa izin pemilik karya

4.

Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5.

Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas


karya ini

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Slawi, 10 Juni 2015
Yang Menyatakan

Mohammad Rizqi Dzuazmi

Pengesahan Skripsi
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA SMK DIPONEGORO LEBAKSIU
KABUPATEN TEGAL

Dipersiapkan dan disusun oleh


MOHAMMAD RIZQI DZUAZMI
C1011021
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 4 Agustus 2015 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Penguji I,

Budi Prastiani, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Kom


NIPY : 1974.05.10.97.008
Penguji II,

Firman Hidayat, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J


NIPY : 1974.03.10.97.009
Penguji III,

Nurhakim Yudhi Wibowo, S.Kep., Ns


NIPY : 1985.10.04.11.063

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN MOTIVASI BELAJAR


SISWA SMK DIPONEGORO LEBAKSIU
KABUPATEN TEGAL
Mohammad Rizqi Dzuazmi 1)
Firman Hidayat 2)
Nurhakim Yudhi Wibowo 3)
1)

Jurusan Keperawatan, Stikes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal,


Indonesia 2) Dosen Pembimbing 1 STIKes Bhamada Slawi,
3)
Dosen Pembimbing 2 STIKes Bhamada Slawi
Email : azmiazmii45@gmail.com
Abstrak

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, antara lain faktor


eksternal yang meliputi faktor pergaulan, faktor lingkungan, faktor keluarga,
persaingan atau kompetisi dan hukuman guru, sedangkan faktor internal meliputi
aspek fisiologis dan aspek psikologis. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui
bahwa ajakan teman adalah faktor yang paling mempengaruhi seseorang untuk
merokok, dan dengan merokok konsumsi nikotin akan menumpuk di otak dan
berpengaruh pada motivasi belajar. Tujuan penelitian adalah mengetahui
hubungan perilaku merokok dengan motivasi belajar siswa SMK Diponegoro
Lebaksiu Kabupaten Tegal. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif, metode
penelitan adalah deskriptif korelasional, pendekatan cross-sectional. Sampel
sebanyak 88 responden dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.
Instrument penelitian menggunakan kuesioner motivasi belajar yang telah diuji
validitas dan reliabilitas. Hasil pengolahan data menggunakan Spearmans rank
dengan tingkat kepercayaan 5% (=0,05 ) diperoleh P-hitung > 0,05 ( P-hitung =
0,434) yang berarti H0 diterima dan Ha ditolak menunjukkan tidak adanya
hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan motivasi belajar.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi siswa untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajarnya sehingga siswa bisa meraih
prestasi setinggi-tingginya.
Kata kunci: PerilakuMerokok, Motivasi Belajar.

THE CORRELATION OF SMOKING BEHAVIOR TO STUDENTS


LEARNING MOTIVATION AT SMK DIPONEGORO LEBAKSIU
KABUPATEN TEGAL
Mohammad Rizqi Dzuazmi 1)
Firman Hidayat 2)
Nurhakim Yudhi Wibowo 3)
1)
Jurusan Keperawatan, Stikes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal,
Indonesia 2) Dosen Pembimbing 1 STIKes Bhamada Slawi,
3)
Dosen Pembimbing 2 STIKes Bhamada Slawi
Email : azmiazmii45@gmail.com
Abstract
Many factors that influence learning motivation, such as external factors which is
included to relationship factor, environment factor, family, and teachers
punishment, meanwhile Internal factors which is included to physiology aspect
and psychology aspect. According to preface study tells that stimuluss friends is
the main factor that influences people to smoke, and by smoking consumption of
Nicotine will stack in brain. Then, it influences to learning motivation. The
purpose of this research is to know the correlation smoking behavior to students
learning motivation at SMK DIPONEGORO LEBAKSIU KABUPATEN TEGAL.
The kind of this research is Quantitative Research. The method of research is
Correlation Descriptive, Cross-Sectional Approaching. The sample are amount 88
respondents, by taking technique sample is Purposive Sampling. The Instrument
of research uses motivations learning questioner that have been tested the validity
and reliability. The result of data processing uses Spearmans Rank with accurate
degree is 5% (=0,05) from P-calculation >0,05 (P-calculation = 0,434) means H0
received and Ha refused show that there is no correlation meaningful smoking
behavior to learning motivation. The research is expected to be information for
students to know about the factors that influence learning motivation, with the
result that the students will get a good achievement in their school.
Key words : Smoking Behavior, Learning Motivation.

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya peneliti masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi
ini dengan judul Hubungan Perilaku Merokok Dengan Motivasi Belajar Siswa
SMK Diponegoro Lebaksiu Tahun 2015. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir Program Studi Ilmu Keperawatan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi. Terimakasih juga
peneliti sampaikan kepada kedua orang tua penulis Bapak Drs. M. Talkhis dan Ibu
Yuni Astuti, S.Pd, juga adik kandung peneliti Arif Faiturrahman, Annisa Fatkhatur
Rizqi dan Bimo Asta Aulia yang peneliti sangat cintai dan sayangi yang telah
memberikan semangat, doa, bimbingan dan dukungan yang tak henti-hentinya,
baik berupa moril maupun riil yang belum tentu peneliti dapat membalasnya.
Dalam penulisan tugas ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,
khususnya kepada :
1

Tri Agustina , SST., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Bhakti Mandala Husada Slawi yang telah memberikan izin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian.

Firman Hidayat, M.Kep.Ns.Sp.Kep.J selaku pembimbing I yang telah banyak


memberikan bimbingan dan memberi arahan dalam penyusunan skripsi ini.

Nurhakim Yudhi Wibowo, S.Kep., Ns selaku pembimbing II

yang telah

memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada peneliti dalam penyusunan


skripsi ini.
4

Susi Muryani, MNS selaku Koord. Metodologi Penelitian yang sudah


memberikan arahan yang bermanfaat kepada Peneliti.

Seluruh dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Bhamada Slawi,


yang telah membimbing dan mendidik peneliti selama peneliti melakukan

kegiatan perkuliahan dari semester satu hingga peneliti semester delapan.


Bapak Kepala SMK Diponegoro Lebaksiu dan jajarannya yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan membantu
peneliti pada saat pelaksanaan penelitian dalam skripsi ini.

Sahabatku tercinta Irzal Lukman, Muhammad Rizki Wakhidin dan Herlambang


Jati Kusuma yang selalu menghibur dan memberikan semangat kepada penulis

dalam mengerjakan penelitian ini.


Teman-temanku tersayang Rian Febridiana, Sigit Eko Prasetyo, Syarifuddin
Hamzah, Taofikul Aziz, Ria Rizki Yuliana, Lina Erlinda, Dwi Putriningsih,
Budi Patrianto E. N, Fauzi Eka Lestari dan Agung Kurniawan N, yang selalu

memberikan semangat dan dukungan dalam mengerjakan penelitian ini.


Untuk teman-teman seperjuangan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes
Bhamada Slawi angkatan tahun 2011 yaitu 4A dan 4B yang selalu memotivasi
penulis selama penelitian ini berlangsung, mudah-mudahan Allah SWT dapat

membalas semuanya
10 Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu persatu, semoga kebaikannya dapat dibalas oleh
Allah S.W.T.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki peneliti. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
peneliti harapkan demi penyempurnaan pembuatan tugas ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kesehatan
dan juga dapat berguna bagi pembacanya, khususnya para mahasiswa mendatang
yang melakukan penelitian pada kajian yang sama.
Akhirnya peneliti berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan.

Slawi, April 2015

Peneliti

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...............................................................................................

DAFTAR TABEL ........................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

iv

DAFTAR SINGKATAN .............................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1.2 Tujuan Penenlitian.................................................................................
1.3 Manfaat Penenlitian ..............................................................................

1
4
5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Rokok.....................................................................................................
2.2 Perilaku Merokok...................................................................................
2.3 Motivasi ................................................................................................
2.4 Motivasi Belajar ....................................................................................
2.5 Kerangka Teori ......................................................................................
2.6 Kerangka Konsep .................................................................................
2.7 Hipotesis.................................................................................................

6
11
14
25
31
32
32

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................
3.2 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data.........................................
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................
3.4 Besar Sampel .........................................................................................
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................
3.6 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran ..........................
3.7 Tekhnik Pengolahan Data dan Analisa Data .........................................
3.8 Etika Penelitian .....................................................................................

33
33
35
36
36
37
37
41

BAB 4 PEMBAHASAN
Halaman
4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Hasil Penelitian ...................
42
4.2 Pembahasan...............................................................................
45
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan................................................................................
2. Saran...........................................................................................

52
52

10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

53

LAMPIRAN
Lampiran 1 (LEMBAR KUESIONER) .................................

57

Lampiran 2 (LEMBAR INFORMASI PENELITIAN)..........

60

Lampiran 3 (LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN).....

62

Lampiran 4 (LEMBAR JADWAL PENELITIAN)................

63

Lampiran 5 (LEMBAR SURAT IJIN PENELITIAN)...........

64

Lampiran 6 (LEMBAR UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS)


................................................................................................

67

Lampiran 7 (LEMBAR HASIL UJI SPSS)............................

71

Lampiran 8 (LEMBAR DOKUMENTASI)...........................

76

Lampiran 9 (LEMBAR KONSULTASI)................................

78

CURRICULUM VITAE

DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala..

Halaman
37

4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan perilaku merokok


responden.......................................................................................

44

11

4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Belajar....

44

4.3 Hubungan Perilaku Merokok Dengan Motivasi Belajar.................

45

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

2.1 Kerangka Teori ......................................................................................

31

2.2 Kerangka Konsep ..................................................................................

32

12

DAFTAR SINGKATAN
mm = millimeter
RF = Rokok Filter
RNF = Rokok Non Filter
SD = Sekolah Dasar
SKM = Sigaret Kretek Mesin

13

SKM FF = Sigaret Kretek Mesin Full Flavour


SKM LM = Sigaret Kretek Mesin Light Mild
SKT = Sigaret Kretek Tangan
SMA = Sekolah Menengah Atas
SMK = Sekolah Menengah Kejuruan
SMP = Sekolah Menengah Pertama
TKR = Teknik Kendaraan Ringan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merokok sudah menjadi kebiasaan manusia di diunia sejak abad 16. Suku Maya
di benua Amerika yang menyebarkan kebiasaan merokok di sepanjang sungai
Mississipi. Akhirnya kebiasaan ini dilakukan oleh suku-suku lain yang menjadi
tetangga suku Maya. Jauh sebelum rokok menjadi barang industri, suku Indian di

14

Amerika telah mempergunakan tembakau sebagai sarana untuk berkomuniasi


dengan leluhur mereka. Asap tembakau dianggap mampu membuka pintu
komunikasi dengan para leluhur suku Indian. Seiring perkembangan zaman,
tembakau menjadi barang industri dan diincar oleh para pedagang untuk dijadikan
rokok dan dijual ke luar negeri. (Hetti, 2009). Saat ini, diperkirakan jumlah
perokok di dunia sebesar 1, 3 milyar orang dan kematian yang diakibatkan
olehnya mencapai 4, 9 juta orang per tahun. (Fitriyani, 2013)
Indonesia menduduki peringkat ke 5 dalam konsumsi rokok di dunia. Dari tiga
tahun (2001-2004) jumlah perokok naik dari 31, 3 persen ke angka 34, 4 persen
atau bisa dikatakan lebih dari 50 juta orang dewasa adalah perokok. Data Survei
Nasional Tahun 2004 menyebutkan bahwa 63, 2 % laki-laki dan 4, 4 %
perempuan Indonesia adalah perokok (Aditama dalam Amelia, 2009). Penurunan
jumlah perokok terjadi, hal ini dapat dilihat berdasarkan data Riskesdas tahun
2007 yang menunjukkan proporsi perokok sebanyak 29%. Jumlah ini semakin
meningkat seperti yang tertera pada data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan
jumlah perokok di Indonesia menjadi 34,7%. Indonesia berada di urutan ketiga
dengan jumlah perokok terbesar di dunia, setelah Cina dan India. (Riskesdas
dalam Sari, 2011).
Di Asia, tahun 2000 hingga 2025 perokok diperkirakan tumbuh dari 1,2 miliar
menjadi 1,7 miliar. Di Indonesia jumlah perokok menempati ranking tiga di asia
setelah Cina dan India. (Sparringa, 2014) Setiap tahun, sekitar 250.000 orang
Indonesia mati oleh penyakit akibat merokok. Satu dari dua perokok seumur
hidup akan mati karena kebiasaannya. Separuh dari Kematian ini akan terjadi di
usia setengah baya. (Sumartono, 2009)
Bahaya yang ditimbulkan merokok sangat banyak bagi kesehatan, tetapi
sayangnya masih banyak orang bahkan remaja tetap menikmatinya. (Laning,
2008). Data nasional menunjukkan bahwa konsumen rokok didominasi oleh
remaja. Survei sosial ekonomi nasional tahun 2004, usia mulai merokok di tanah
air yang tertinggi ada di kelompok usia remaja yaitu 15-19 tahun sebanyak 63,7%.

15

(Fitriyani, 2013). Prevalensi perokok di Pulau Jawa, provinsi Jawa Barat memiliki
persentase tertinggi (30,39%) dengan 20% perokok aktif merupakan siswa SMP,
SMA, sampai Perguruan Tinggi, kemudian Jawa Tengah (25,3%), Daerah
Istimewa Yogyakarta (25,3%), Jawa Timur (25,1%) (Riskesdas dalam Sari, 2011).
Hal yang paling memprihatinkan adalah usia pertama kali merokok semakin lama
semakin muda. Jika dahulu orang mulai berani merokok biasanya pada SMP,
tetapi sekarang anak-anak SD kelas 5 sudah mulai merokok secara diam-diam.
(Laning, 2009) Kebiasaan merokok yang muncul selama ini menyebabkan sekitar
500 juta orang yang masih hidup akan dapat meninggal karena konsumsi rokok
dan lebih dari setengah dari mereka adalah anak-anak dan remaja. Di Indonesia
perokok pemula adalah mereka yang masih sangat muda. Perilaku merokok
terbesar berawal dari masa remaja dan meningkat menjadi perokokok tetap dalam
kurun waktu beberapa tahun. (Helmi, 2008).
Lebih dari 95% perokok tahu bahaya merokok. Bahaya merokok telah secara
massif dikampanyekan di berbagai media. Beberapa penelitian terakhir
menginformasi bahwa nikotin bertanggung jawab pada efek ketagihan akibat
rokok. (Yulianto, 2011). Apabila rokok dikonsumsi secara terus-menerus akan
berpengaruh terhadap fungsi otaknya. Jika remaja perokok terus-menerus
menghisap rokok, maka akan terjadi penumpukan nikotin di otak. (Abdullah
dalam Kumboyono, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prasadja
(2008), penumpukan nikotin tersebut akan berpengaruh secara tidak langsung
terhadap motivasi belajar remaja (Kumboyono, 2010).
Melihat prevalensi perokok tersebut, maka diketahui bahwa perokok mempunyai
pengetahuan tentang bahaya merokok. Ini bisa dilihat dari usia dan kalangan
perokok yang kebanyakan dari siswa SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Padahal
merokok bisa mempengaruhi motivasi belajar siswa, karena penumpukan nikotin
di otak akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar siswa terbukti sangat mempengaruhi mutu pendidikan di
Indonesia. Salah satu permasalahan mutu pendidikan di Indonesia adalah

16

rendahnya mutu proses pembelajaran seperti metode mengajar guru yang tidak
tepat, kurikulum, manajemen sekolah yang tidak efektif dan kurangnya motivasi
siswa dalam belajar (Astuti, 2011). Motivasi belajar yang dimaksud adalah
semangat atau kemauan siswa untuk belajar. Apalagi motivasi belajar anak
sekolah saat ini terbilang rendah walaupun anak tersebut tidak merokok. Mereka
lebih memilih bermain game, menonton televisi, bermain bersama teman,
sehingga mereka yang awalnya tidak merokok akhirnya terbawa pergaulan
temannya yang merokok, dan kemudian motivasi untuk belajar semakin menurun,
karena mereka menganggap bergaul dengan teman sambil merokok lebih
mengasyikkan daripada belajar. Faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
merokok salah satunya adalah pengaruh atau pergaulan dengan teman sebaya
(Prawantiningtyas, 2012)
Menurut penelitian sebelumnya tentang hubungan perilaku merokok dengan
motivasi belajar di SMK Bina Bangsa Malang tahun 2010, bahwa tidak terdapat
hubungan antara perilaku merokok dan motivasi belajar anak usia remaja. Hal ini
disebabkan bahwa tidak hanya perilaku merokok yang mempengaruhi motivasi
belajar seorang remaja, namun banyak hal lain yang bisa mempengaruhi motivasi
belajar (Kumboyono, 2010).
Kasus siswa merokok sebagai akibat pengaruh teman sebaya banyak terjadi Di
SMK Diponegoro Lebaksiu, Kab. Tegal. Menurut salah satu guru BK SMK
Diponegoro Lebaksiu, dalam setahun saja telah banyak terjadi kasus merokok di
dalam toilet sekolah. Ini dianggap sangat memprihatinkan, sebab sekolah sendiri
sudah memberi sanksi tegas terhadap siswa yang merokok, yaitu memanggil
orang tua/wali ke sekolah untuk di beri pengarahan sekaligus peringatan agar
siswa tersebut tidak mengulanginya. Motivasi belajar siswa-siswa SMK
Diponegoro Lebaksiu juga bisa dibilang rendah. Dilihat dari kehadiran absensi
setiap harinya ada saja yang tidak berangkat tanpa keterangan, bahkan ada siswa
yang terpaksa dkeluarkan karena tidak pernah berangkat. Pada rapat pleno
kenaikan kelaspun banyak siswa yang didiskusikan untuk naik atau tinggal kelas
arena nilai yang dibawah rata-ratadan hampir setiap tahun ada murid yang

17

berhenti sekolah. Menurut penuturan Bapak Drs. M. Talkhis, salah satu guru SMK
Diponegoro yang tahun lalu menjadi wali kelas X.TKR 1, bahwa tahun kemarin
saja di kelas X.TKR 1 sebanyak 12 siswa berhenti sekolah dengan alasan yang
tidak jelas. Selain itu banyak siswa yang keluar masuk ruang BK karena jarang
berangkat sekolah tanpa alasan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti
tentang Hubungan Perilaku Merokok Dengan Motivasi Belajar Siswa SMK
Diponegoro Lebaksiu.
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1

Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Perilaku
Merokok Dengan Motivasi Belajar Siswa SMK Diponegoro Lebaksiu

1.2.2

Tujuan Khusus

1.2.2.1 Mengidentifikasi perilaku merokok siswa SMK Diponegoro Lebaksiu


1.2.2.2 Mengidentifikasi motivasi belajar siswa SMK Diponegoro Lebaksiu
1.2.2.3 Mengidentifikasi hubungan antara perilaku merokok dengan motivasi
belajar siswa SMK Diponegoro Lebaksiu

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1

Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk siswa agar lebih bisa
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dan meningkatkan
motivasi belajarnya sehingga siswa bisa meraih prestasi setinggi-tingginya
1.3.2

Manfaat Keilmuan

Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi institusi mengenai pengetahuan siswa
tentang rokok dan motivasi belajarnya. Sehingga institusi bisa menciptakan

18

suasana baru untuk kegiatan belajar mengajarnya atau memberikan bimbingan


konseling yang tepat, sehingga siswa bisa lebih termotivasi untuk belajar di
sekolah
1.3.3

Manfaat Metodologi

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan peluang untuk melakukan


penelitian lanjutan mengenai merokok pada usia

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ROKOK
2.1.1 Pengertian
Rokok terbuat dari daun tembakau yang sudah dikeringkan dan dicacah, lalu
dibungkus oleh kertas pembungkus khusus. (Hetti, 2009). Rokok adalah hasil
olahan tembakau terbungkus yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan (Sitopoe dalam Wulandari, 2014). Rokok berbentuk silinder dari
kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara)
dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah (id.wikipedia.org, 2015). Berdasarkan pengertian diatas bisa disimpulkan

19

bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau yang sudah dikeringkan lalu
dibungkus dengan kertas berbentuk silinder dengan diameter 10mm. Rokok
sendiri mengandung nikotin dan tar.
2.1.2 Komposisi Rokok
Satu-satunya negara di dunia yang menghasilkan rokok dengan bahan baku
tembakau dan cengkeh hanyalah indonesia, dengan sebutan rokok kretek dengan
perbandingan tembakau dan cengkeh adalah 60:40, sedangkan pembungkusan
rokok digulung dengan berbagai jenis pembungkus, ada yang menggunakan
kertas, misalnya rokok kretek dan rokok putih, daun nipah, pelepah tongkol
jagung atau disebut rokok klobot, dan dengan tembakau sendiri disebut rokok
cerutu. (Sitopoe dalam Wulandari, 2014). Lapisan pembungkus rokok kretek
dibuat dua lapis sehingga minyak cengkih ditahan oleh lapisan paling dalam,
sedangkan pembungkus lapisan luar tidak tembus oleh minyak cengkeh sehingga
warna rokok tetap putih. Rokok biasanya terdiri dari rokok dengan atau tanpa
filter. Filter digunakan untuk menyaring bahan-bahan yang berbahaya yang
didalam asap rokok yang dihisap (Wulandari dkk, 2014).
2.1.3 Kandungan Rokok
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 2000
diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok, yaitu
(Sukendro, 2007):
2.1.3.1 Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini
bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan.
Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga didalam tembakau yang tidak
dibakar. Nikotin diserap melalui paruparu dan kecepatan absorpsinya hampir sama
dengan masuknya nikotin secara intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan
cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan
diedarkan keseluruh bagian otak, kemudian menurun secara cepat, setelah beredar
keseluruh bagian tubuh dalam waktu 15- 20 menit pada waktu penghisapan
terakhir (Sukendro dalam Amelia, 2011). Di dalam otak, sebagai respon terhadap

20

Nikotin, otak akan memerintahkan tubuh untuk membuat zat endorphin lebih
banyak lagi. Endorphin adalah senyawa protein yang lebih tepat disebut sebagai
body's natural pain killer. Struktur kimia Endorphin tidaklah jauh berbeda dengan
painkiller kelas atas seperti morphine. Endorhpin dapat membuat seseorang
merasa relaks dan euphoria (www.sanglahhospitalbali.com, 2015).
2.1.3.2 Tar
Tar juga merupakan senyawa kimia dan kumpulan ribuan bahan kimia yang
terdapat dalam asap rokok. Senyawa ini juga bersifat karsinogen dalam tubuh.
Ketika rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat.
Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada
permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Tar dalam asap rokok juga
berpotensi memperbesar peluang terjadinya radang gusi, yaitu penyakit gusi yang
paling sering terjadi yang disebabkan oleh plak bakteri dan faktor lain yang dapat
menyebabkan bertumpuknya plak di sekitar gusi (Albustomi, 2012).
2.1.3.3 Karbon Monoxida
Karbon Monoxida adalah gas yang tidak berbau. Zat ini dihasilkan dari
pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat karbon. Jika karbon monoxida ini
masuk ke dalam tubuh dan dibawa oleh hemoglobin ke dalam otot-otot tubuh.
Satu molekul hemoglobin dapat membawa empat molekul oksigen. Apabila
didalam hemoglobin itu terdapat karbon monoxida, berakibat seseorang akan
kekurangan oksigen.
2.1.4 Jenis rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan
pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan
penggunaan filter pada rokok (Sirumapea, 2012).
2.1.4.1 Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
a. Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
b. Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
c. Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
d. Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
2.1.4.2 Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.

21

a. Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
b. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa
dan aroma tertentu.
c. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

2.1.4.3 Rokok berdasarkan proses pembuatannya.


a. Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya
dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan
atau alat bantu sederhana.
b. Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke
dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin
pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok
telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan
ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya,
dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran
yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam
bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu
menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10
pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan
SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter
ujung SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung
rokok sama besar. Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan
kedalam 2 bagian :

22

1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavour (SKM FF): rokok yang


dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang
khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super
dan lain-lain.
2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin
yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah.
Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas.
Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights,
Surya Slims dan lain-lain.
3

Rokok berdasarkan penggunaan filter.


1) Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat
gabus.
2) Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus (Sirumapea, 2012)

3.1.1 Merokok
Sumarno menjelaskan 2 cara merokok yang umum dilakukan, yaitu: (1)
menghisap lalu menelan asap rokok ke dalam paru-paru dan dihembuskan; (2)
cara ini dilakukan dengan lebih moderat yaitu hanya menghisap sampai mulut lalu
dihembuskan melalui mulut atau hidung (Mulyadi dalam Sari, 2011)
Pendapat lainnya mengenai definisi merokok juga dikemukakan oleh Armstrong
(2007) yaitu menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh lalu
menghembuskannya keluar. Merokok adalah kegiatan membakar gulungan
tembakau lalu menghisapnya sehingga menimbulkan asap yang dapat terhirup
oleh orang-orang disekitarnya. (Sari, 2011) Berdasarkan definisi merokok yang
telah dikemukakan di atas, disimpulkan bahwa merokok merupakan suatu aktifitas
membakar gulungan tembakau yang berbentuk rokok ataupun pipa lalu
menghisap asapnya kemudian menelan atau menghembuskannya keluar melalui
mulut atau hidung sehingga dapat juga terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
Merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan
rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur sebatang rokok yang tengah

23

dibakar adalah 900 Celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 0 Celcius untuk
ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok (Istiqomah dalam Wulandari,
2014)

3.2 PERILAKU MEROKOK


Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar (Notoatmodjo dalam Wulandari, dkk, 2014). Sedangkan perilaku
merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut
terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang
untuk merokok dan dapat diamati secara langsung (Wulandari, 2014). Perilaku
merokok seseorang secara keseluruhan dapat dilihat dari jumlah rokok yang
dihisapnya. Seberapa banyak seseorang merokok dapat diketahui melalui
intensitasnya, dimana menurut Kartono (2003) intensitas adalah besar atau
kekuatan untuk suatu tingkah laku. Maka perilaku merokok seseorang dapat
dikatakan tinggi maupun rendah yang dapat diketahui dari intensitas merokoknya
yaitu banyaknya seseorang dalam merokok.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok
adalah suatu kegiatan atau aktivitas

membakar rokok dan kemudian

menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang


dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
3.2.1 Kategori Perokok
Seorang dapat dikatakan sebagai perokok berat apabila ia menghisap 20 batang
rokok atau lebih dalam sehari, dikatakan sebagai perokok sedang yaitu apabila
menghisap 5-19 batang rokok dalam sehari, dan dikatakan sebagai perokok

24

ringanyaitu apabila orang tersebut menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.
Sementara seorang pria dikatakan bukan perokok yaitu apabila ia tidak pernah
merokok satu batang rokok sama sekali (Smet dalam Ardini & Hendriani, 2012).
Istilah chippers adalah untuk menjelaskan perokok yang mengkonsumsi rokok
kurang dari 5 batang/ hari dan biasanya chippers tidak menjadi perokok berat
sehingga sangat kecil kemungkinan mengalami ketergantungan nikotin. Istilah
lainnya pada perokok adalah social smoker yaitu individu yang merokok hanya
pada situasi sosial atau situasi tertentu misalnya saat bertemu dengan teman lama
di suatu acara atau pesta. Situasi sosial tersebut bertindak sebagai isyarat atau
pemicu untuk merokok (Taylor dalam Amelia, 2009).
3.2.2 Tipe-Tipe Perilaku Merokok
Silvan Tomkins (Sarafino dalam Amelia, 2009) menyebutkan 4 tipe perilaku
merokok, yaitu:
3.2.2.1 Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect
smoking). Tujuannya untuk mendapatkan/ meningkatkan perasaan positif,
misalnya untuk mendapatkan rasa nyaman dan membentuk image yang
diinginkan.
3.2.2.2 Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif (negatif affect
smoking).

Tujuannya

untuk

mengurangi

perasaan

yang

kurang

menyenangkan, misalnya keadaan cemas dan marah.


3.2.2.3 Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking). Individu yang sudah
ketergantungan nikotin cenderung menambah dosis rokok yang akan
digunakan berikutnya karena efek rokok yang dikonsumsi sebelumnya
mulai berkurang sesaat setelah rokok habis dihisap sehingga individu
mempersiapkan hisapan rokok berikutnya. Umumnya, individu dengan tipe
perilaku merokok yang adiktif merasa gelisah bila tidak memiliki persediaan
rokok.
3.2.2.4 Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking). Dalam
hal ini, tujuan merokok bukan untuk mengendalikan perasaannya secara
langsung melainkan karena sudah terbiasa.

25

3.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok


Taylor (2009) mengatakan bahwa kumpulan teman sebaya dan anggota keluarga
yang merokok menimbulkan persepsi bahwa merokok tidak berbahaya sehingga
meningkatkan dorongan untuk merokok. Perokok berpendapat bahwa berhenti
merokok merupakan hal yang sulit, meskipun mereka sendiri masih tergolong
sebagai perokok yang baru (Floyd, Mimms & Yelding dalam Amelia, 2009). Ada
beberapa alasan sehingga perokok tetap merokok, antara lain: pengaruh anggota
keluarga yang merokok, untuk mengontrol berat badan, membantu mengatasi
stres, self esteem yang rendah dan pengaruh lingkungan sosial (Floyd, Mimms &
Yelding dalam Amelia, 2009). Selain itu, rendahnya self efficacy (keyakinan
terhadap kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik) khususnya yang
berkaitan dengan perilaku merokok yaitu keyakinan terhadap kemampuan untuk
mengontrol keinginan merokok sangat berpengaruh terhadap berlanjutnya
perilaku merokok (Bandura dalam Ardini & Hendriani, 2012).
3.2.4 Efek Positif dan Negatif Merokok
Efek positif merokok yaitu menimbulkan perasaan bahagia karena kandungan
nikotin pada tembakau menstimulasi adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang
terdapat pada area spesifik di otak (Hahn & Payne dalam Amelia, 2009). Rose
mengatakan bahwa nikotin yang dikonsumsi dalam jumlah kecil memiliki efek
psikofisiologis, antara lain: menenangkan, mengurangi berat badan, mengurangi
perasaan mudah tersinggung, meningkatkan kesiagaan dan memperbaiki fungsi
kognitif. Istilah nicotine paradox digunakan oleh Nesbih (Marks, Murray dalam
Wulandari, 2014) untuk menjelaskan adanya pertentangan antara efek fisiologis
nikotin sebagai stimulan dan menenangkan yaitu kondisi menenangkan diperoleh
saat perokok kembali merokok setelah mengalami gejala withdrawal akibat
pengurangan atau penghentian nikotin. Meskipun demikian, efek positif merokok
sangat kecil dibandingkan dengan efek negatifnya terhadap kesehatan (Ogden
dalam Amelia, 2009).
Perokok aktif biasanya lebih mudah sakit, menjalani proses pemulihan kesehatan
yang lebih lama dan usia hidup yang lebih singkat. Merokok tidak menyebabkan

26

kematian tetapi mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan


kematian, antara lain : penyakit kardiovaskuler, kanker, saluran pernapasan,
gangguan kehamilan, penurunan kesuburan, gangguan pencernaan, peningkatan
tekanan darah, peningkatan prevalensi gondok dan gangguan penglihatan (Sitepoe
dalam Kumboyono, 2011). Jika dikonsumsi terlalu sering bisa mengakibatkan
ketergantungan dan menurunkan konsentrasi. Secara signifikan, perokok memiliki
kecenderung lebih besar mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan meningkatkan
resiko disfungsi ereksi sebesar 50% (Taylor dalam Sari, 2011).
Merokok tidak hanya berbahaya bagi perokok tetapi juga bagi orang-orang di
sekitar perokok dan lingkungan (Floyd, Mimms & Yelding dalam Amelia 2009).
Passive smokers memiliki kecenderungan yang lebih besar mengalami gangguan
jantung karena menghirup tar dan nikotin 2 kali lebih banyak, karbonmonoksida 5
kali lebih banyak dan amonia 50 kali lebih banyak (Donatelle & Davis, dalam
Kumboyono, 2011). Polusi lingkungan yang menyebabkan kematian terbesar
adalah karena asap rokok dan dikategorikan sebagai penyebab paling dominan
dalam polusi ruangan tertutup karena memberikan polutan berupa gas dan logamlogam berat (Donatelle & Davis, dalam Kumboyono 2011). Gangguan akut dari
polusi ruangan akibat rokok adalah bau yang kurang menyenangkan pada pakaian
serta menyebabkan iritasi mata, hidung, dan tenggorokan. Bagi penderita asma,
polusi ruangan akan menstimulasi kambuhnya penyakit asma (Taylor dalam Sari,
2011).
3.3 MOTIVASI
3.3.1 Pengertian
Motivasi memiliki akar kata dari bahasa latin movere, yamg berarti gerak atau
dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, memberikan motivasi bisa diartikan
dengan memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang dimotivasi tersebut dapat
bergerak. (Prawira, 2014). Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang
memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki
motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock
dalam Damanik, 2010)

27

Motivasi dapat timbul dari luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri.
Motivasi yang beraasal dari luar diri individu diberikan oleh motivator seperti
orangtuanya, guru, konselor, ustadz/ustadzah, orang dekat atau teman dekat, dan
lain-lain. Sedangkan motivasi yang berasal atau timbul dalam diri seseorang,
dapat disebabkan seseorang mempunyai keinginan untuk dapat menggapai sesuatu
(cita-cita) dan lain sebagainya (Prawira, 2014).
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini
mengandung elemen penting, yaitu:
3.3.1.1 Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada
organisasi manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia
(walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya
akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
3.3.1.2 Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa feeling, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3.3.1.3 Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal
ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi
memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena
terangsang /terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan
(Amaludin, 2013).
Konsep penting lain dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada
pada diri manusia adalah motivasi prestasi menurut Mc Clelland seseorang
dianggap mempunyai apabila dia mempunyai keinginan berprestasi lebih baik
daripada yang lain pada banyak situasi Mc. Clelland menguatkan pada tiga
kebutuhan menurut Reksohadiprojo dan Handoko (1996) (Amaludin, 2013) yaitu:

28

3.3.1.4 Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan mengambil tugas yang dapat
dipertanggung jawabkan secara pribadi atas perbuatan-perbuatannya. Ia
menentukan tujuan yang wajar dapat memperhitungkan resiko dan ia
berusaha melakukan sesuatu secara kreatif dan inovatif.
3.3.1.5 Kebutuhan afiliasi, kebutuhan ini ditujukan dengan adanya bersahabat.
3.3.1.6 Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang ingin
mempunyai pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh
antar pribadi dan ia mencoba menguasai orang lain dengan mengatur
perilakunya dan membuat orang lain terkesan kepadanya, serta selalu
menjaga reputasi dan kedudukannya (Syafitri, 2010).
3.3.2 Jenis Dan Sifat Motivasi
Para ahli psikologi berusaha menggolong-golongkan motif-motif yang ada dalam
diri manusia atau suatu organisme, ke dalam beberapa golongan menurut
pendapatnya masing-masing. Woodworth menggolongkan dan membagi motifmotif tersebut menjadi tiga jenis :
3.3.2.1 Kebutuhan-kebutuhan organis (Organic Motive)
Motif ini berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam tubuh
(kebutuhan-kebutuhan organis), seperti : lapar/haus, kebutuhan bergerak dan
beristirahat/tidur, dan sebagainya.
3.3.2.2 Motif-motif darurat (Emergency Motive)
Motif ini timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan yang cepat dan kuat
karena perangsang dari luar yang menarik manusia atau suatu organisme. Contoh
motif ini antara lain : melarikan diri dari bahaya, berkelahi dan sebagainya.
3.3.2.3 Motif-motif obyektif (Objective Motive)
Motif obyektif adalah motif yang diarahkan/ditujukan ke suatu obyek atau tujuan
tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri
kita (kita menyadarinya). Contoh : motif menyelidiki, menggunakan lingkungan
(Syafii, 2009).
3.3.3 Prinsip-Prinsip Motivasi
Prinsip-prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan antara lain:

29

3.3.3.1 Prinsip kompetisi


Prinsip kompetesi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi.
Kompetisi inter pribadi atau self competition adalah kompetisi dalam diri pribadi
masing-masing dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu.
Kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang
lain. Dengan persaingan secara sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak
sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak secara lebih baik. Contohnya
adalah berbagai kejuaaraan antar sekolah (Surya dalam Amaludin, 2012).
3.3.3.2 Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu
tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, peringatan,
percontohan, dan sebagainya (Aldursanie, 2015).
3.3.3.3 Prinsip Ganjaran dan Hukuman
Ganjaran yang diterima seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan
tindakan yang menimbulkan ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila
diberikan ganjaran yang memadai, cenderung akan meningkatkan motivasi.
Misalnya pemberian hadiah pada siswa yang berprestasi. Demikian pula hukuman
yang diberikan dapat menimbulkan motivasi agar untuk tidak lagi melakukan
tindakan yang menyebabkan hukuman iu. Ganjaran dan hukuman itu dapat
diterapkan secara proporsional dan benar-benar dapat memberikan motivasi
(Amaludin, 2012).
3.3.3.4 Kejelasan dan Kedekatan Tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka akan makin mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip ini, maka
seyogyanya setiap siswa memahami tujuan belajar nya secara jelas. Hal itu dapat
dilakukan dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang
diharapkan. Cara lain adalah dengan membuat tujuan-tujuan yang masih umum
dan jauh menjadi tujuan yang khusus dan lebih dekat (Surya dalam Amaludin,
2012).
3.3.3.5 Pemahaman Hasil

30

Dalam uraian diatas, telah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang
merupakan balikan dari apa yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat
memberikan motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses
yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan
meningkatkan kerja agar terus menjadi lebih baik lagi (Amaludin, 2012).
Pengetahuan tentang balikan, memiliki kaitan erat dengan kepuasan yang dicapai.
Sehubungan dengan hal tersebut, para pengajar seyogyanya selalu memberikan
balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap siswa.
Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan nilai dan
komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti ini akan sangat bermanfaat untuk
mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan untuk keperluan perbaikan
dan peningkatan selanjutnya. Para siswa hendaknya selalu dipupuk untuk
memiliki rasa sukses dan terhindar dari berkembangnya rasa gagal (Harfi, 2013).
3.3.3.6 Pengernbangan Minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi
suatu objek. Prinsip dasarnya adalah motivasi seseorang cenderung akan
meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam
melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan
jalan menimbulkan atau mengemhangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan
belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang
baik. Pada akhimya dapat menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan
produktif (Amaludin, 2012).

3.3.3.7 Lingkungan yang kondusif


Lingkungan kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun
psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan
baik dan produktif (Hasanjoen, 2010).

31

3.3.3.8 Keteladanan
Perilaku pengajar secara langsung atau tidak langsung, mempunyai pengaruh
terhadap perilaku siswa yang baik, yang sifatnya positif maupun negatif. Perilaku
pengajar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan sebaliknya dapat
menurunkan motivasi belajar siswa. sehubungan dengan itu, maka sangat
diharapkan agar perilaku pengajar dapat menjadi sumber keteladanan bagi para
siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswanya dapat lebih
meningkatkan motivasi belajarnya dan pada gilirannya dapat meningkatkan
produktivitas belajar mereka (Harfi, 2013).
3.3.4

Teori-Teori Motivasi

Teori-Teori Motivasi Dalam psikologi dikenal ada beberapa teori motivasi, mulai
dari teori motivasi fisiologis, teori aktualisasi diri dari Maslow, teori motivasi dari
Murray, teori motivasi hasil, teori motivasi dari psikoanalisis dan teori motivasi
intrinsik dan teori motivasi belajar. Berikut penjelasan masing-masing teori
motivasi tersebut:
3.3.4.1 Teori Motivasi Fisiologis : Teori ini dikembangkan oleh Morgan dengan
sebutan Central Motive State (CMS) atau keadaan motif sentral. Teori ini
bertumpu pada proses fisiologis yang dipandang sebagai dasar dari
perilaku manusia atau pusat dari semua kegiatan manusia. Ciri-ciri CMS
adalah bersifat tetap, tahan lama bahwa motif sentral itu ada secara terus
menerus tanpa bisa dipengaruhi oleh faktor luar maupun dalam diri
individu yang bersangkutan (Prawira, 2014).
3.3.4.2 Kebutuhan akan rasa aman : Kebutuhan rasa aman, keselamatan, bebas
dari rasa takut dan kecemasan.
3.3.4.3 Kebutuhan akan cinta kasih atau kebutuhan sosial: Kebutuhan kasih, rasa
diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah,
kelompok)

32

3.3.4.4 Kebutuhan akan penghargaan : Kebutuhan percaya diri dan harga diri
maupun kebutuhan akan pengakuan orang lain.
3.3.4.5 Kebutuhan aktualisasi diri : Kebutuhan unttuk mewujudkan diri sendiri,
yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang
tertentu (Hamzah B & Uno dalam Amaludin, 2013).
Menurut Maslow apabila kebutuhan dasar manusia terpenuhi maka akan timbul
kebutuhan yang lebih tinggi lagi. Jika kebutuhan yang lebih tinggi tersebut pun
dapat terpenuhi lagi, manusia akan mempunyai keinginan yang lebih tinggi dari
sebelumnya, demikian seterusnya. Gilford berpandangan bahwa rasa beprestasi
pada seseorang merupakan sumber kebanggaan. Rasa berprestasi akan mendorong
untuk berkompetisi dan merasa butuh untuk memperoleh hasil yang tertinggi
(Prawira, 2012).
Menurut Murray, kebutuhan adalah suatu konstruk, konsep, dan kekuatan
hipotesis. Semua hal itu merupakan suatu kekuatan yang memiliki dasar fisikokemis yang tidak diketahui pada bagian otak. Kekuatan tersebut mengorganisasi
persepsi,

apersepsi,

inteleksi,

kemauan

dan

tindakan.

Kekuatan

itu

mentransformasi arah tertentu yang ada pada situasi yang tidak memuaskan. Jadi
Murray mengajukan teori tentang motivasi didasarkan kepada kebutuhan
(Prawira, 2012).
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan
mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat
melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan.
Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga
komponen,

yaitu

ekspektasi

(harapan)

keberhasilan

pada

suatu

tugas.

Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam
melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi

33

harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan


(Nugraheni, 2009).
Teori-teori kontemporer tentang motivasi yang menjelaskan alasan-alasan tentang
mengapa seseorang melakukan sesuatu (Achmad & Chaterina, 2009).
3.3.4.6 Teori belajar behavioral
Konsep motivasi erat hubungan dengan suatu prinsip bahwa perilaku yang
diperkuat di masa lalu adalah lebih mungkin diulangi lagi dibandingkan dengan
perilaku yang tidak diperkuat atau dihukum (Ariyanto, 2013).
3.3.4.7 Teori Kebutuhan Manusia
Abraham Maslow merupakan pakar teori kebutuhan manusia yang menjelaskan
konsep motivasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Setiap orang termotivasi
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dari hirarki paling bawah mencapai
hirarki paling atas. Dimulai dari kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta kasih,
penghargaan dan aktualisasi diri (Amaludin, 2012).
3.3.4.8 Teori Disonansi
Teori disonansi menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan citra diri
yang positif merupakan motivator yang sangat kuat. Kebanyakan perilaku
seseorang diarahkan pada upaya pemenuhan standart personalnya. Misalnya, jika
seseorang memiliki keyakinan bahwa dirinya adalah orang yang baik dan jujur,
maka orang itu akan berperilaku baik dan jujur walaupun tidak ada orang lain
yang melihatnya (Amaludin, 2012).
3.3.4.9 Teori Kepribadian
Motivasi sebagai karakteristik kepribadian yang stabil merupakan konsep yang
berbeda dengan motivasi untuk melakukan sesuatu dalam situasi tertentu pula.
Sebagai contoh, seseorang termotivasi untuk makan karena telah cukup lama tidak
makan (motivasi situasional), tetapi ada orang yang lebih tertarik pada makanan
daripada yang lainnya (motivasi sebagai karakteristik kepribadian). Motivasi
situasional dan kepribadian adalah berkaitan. Demikian pula motivasi sebagai

34

karakteristik kepribadian merupakan produk dari sejarah seseorang (Ariyanto,


2013).
3.3.4.10

Teori Atribusi

Teori ini berupaya memahami penjelasan dan alasan-alasan perilaku, terutama


apabila diterapkan pada keberhasilan atau kegagalan seseorang. Weiner
menyatakan adanya tiga karakteristik dalam menjelaskan kegagalan atau
keberhasilan anak, yaitu: (1) penyebab keberhasilan dan kegagalan itu dipandang
dari dalam (diri seseorang) atau dari luar; (2) keberhasilan dan kegagalan itu
dipandang sebagai sesuatu yang bersifat stabil atau tidak stabil; dan (3)
keberhasilan dan kegagalan itu dipandang sebagai sesuatu yang dapat
dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan (Ariyanto, 2013).
3.3.4.11

Teori Harapan

Motivasi seseorang untuk memperoleh sesuatu adalah tergantung pada produk


dari estimasinya terhadap peluang mencapai keberhasilan (peluang yang diyakini
untuk berhasil), dan nilai yang ditempatkan atas keberhasilan yang dicapai (nilai
insentif yang diperoleh atas keberhasilan yang dicapai) (Amaludin, 2012).
3.3.4.12

Teori Motivasi Berprestasi

Salah satu teori motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi
berprestasi, yakni kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan
melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan (Ariyanto, 2013).
3.3.5

Faktor yang Mempengaruhi Motivasi


Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

3.3.5.1 Faktor Internal; faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri atas:
a. Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang termotivasi atau
tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses
kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri
akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk
bertindak;

35

b. Harga diri dan prestasi; faktor ini mendorong atau mengarahkan


inidvidu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang
mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status
tertentu dalam lingkungan masyarakat; serta dapat mendorong
individu untuk berprestasi;
c. Harapan; adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini
merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi
sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan
dari perilaku.
d. Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan
dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih
potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan
seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan
memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya.
e. Kepuasan kerja; lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul
dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan
dari suatu perilaku.
3.3.5.2 Faktor Eksternal; faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas:
a. Jenis dan sifat pekerjaan; dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat
pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan
mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan
yang akan ditekuni. Kondisi ini juga dapat dipengartuhi oleh sejauh
mana nilai imbalan yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud.
b. Kelompok kerja dimana individu bergabung; kelompok kerja atau
organisasi tempat dimana individu bergabung dapat mendorong atau
mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan perilaku
tertentu; peranan kelompok atau organisasi ini dapat membantu
individu

mendapatkan

kebutuhan

akan

nilai-nilai

kebenaran,

kejujuran, kebajikan serta dapat memberikan arti bagi individu


sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan sosial.

36

c. Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong untuk


berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi
secara efektif dengan lingkungannya.
d. Sistem imbalan yang diterima; imbalan merupakan karakteristik atau
kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang
dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku
dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang
lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong individu
untuk berperilaku dalam mencapai tujuan; perilaku dipandang sebagai
tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan
(Winardi dalam Amaludin, 2012).
3.4 MOTIVASI BELAJAR
3.4.1

Pengertian Motivasi Belajar

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak
(move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu,
membuat

mereka

tetap

melakukannya,

dan

membantu

mereka

dalam

menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan


untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas
perilaku

(usaha,

berkelanjutan),

dan

penyelesaian

atau

prestasi

yang

sesungguhnya (Pintrich, dalam Amelia, 2009).


Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku
yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock dalam Amelia, 2009).
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai
(Sardiman dalam Amelia, 2009).

37

Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2005) menyatakan bahwa


motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa
untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba
untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan,
membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi
belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan
yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari
bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan (Syafii, 2009).
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas
tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya,
motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan
dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy dalam Amaludin, 2009).
3.4.2

Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock
(2007), yaitu (Damanik, 2010):
3.4.2.1 Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu
yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering
dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.
Misalnya,

murid

belajar

keras

dalam

menghadapi

ujian

untuk

mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu
sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah
mengontrol

perilaku

siswa,

dan

mengandung

informasi

tentang

penguasaan keahlian.
3.4.2.2 Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi
sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar
menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.

38

Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang


menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan
mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan
dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa.
Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu:
a. Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal.
Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan
sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau
imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa akan meningkat jika mereka
mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab
personal atas pembelajaran mereka.
b. Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman
optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan
berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat
dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga
tidak terlalu mudah (Brophy dalam Amaludin, 2011).
3.4.3

Ciri-ciri Motivasi Belajar

Seorang siswa yang mempunyai motivasi cenderung tidak cepat puas dengan apa
yang telah didapatnya. Ia akan selalu berusaha mendapatkan yang lebih baik dari
apa yang telah dicapai. Untuk itu, mereka membutuhkan ketekunan dan keuletan
supaya tidak cepat bosan dalam belajar. Menurut Sardiman (dalam Rohmah,
2010) seorang yang termotivasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
3.4.3.1 Tekun menghadapi tugas. Maksudnya dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai.
3.4.3.2 Ulet menghadapi kesulitan. Ulet dapat diartikan dengan tidak mudah putus
asa.
3.4.3.3 Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan.
3.4.3.4 Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin.

39

3.4.3.5 Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa.


3.4.3.6 Senang dan rajin, penuh semangat serta cepat bosan dengan tugas tugas
rutin. Hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang sehingga kurang
kreatif.
3.4.3.7 Dapat mempertahankan pendapatnya.
3.4.3.8 Mengerjakan tugas-tugas jangka panjang.
3.4.3.9 Senang mencari dan memecahkan soal-soal.\
3.4.3.10

Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi (Sardiman

dalam Rohmah, 2010).


3.4.4

Indikator Motivasi Belajar

Hakikat motivasi belajar menurut Uno (2007) adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Uno dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
3.4.4.1 Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
3.4.4.2 Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3.4.4.3 Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
3.4.4.4 Adanya penghargaan dalam belajar.
3.4.4.5 Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
3.4.4.6 Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seseorang belajar dengan baik (Hamzah B. Uno, 2007).
3.4.5

Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam belajar. Tidak ada seorang
mahasiswa yang belajar tanpa motivasi. Agar peranan motivasi lebih optimal
maka prinsip-prinsip motivasi tidak hanya sekedar diketahui tetapi harus
diterapkan

dalam

belajar

mengajar. Djamarah

(dalam

Rohmah,

2010)

mengemukakan beberapa prinsip pemberian motivasi dalam proses pembelajaran


antara lain :

40

3.4.5.1 Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar.


Motivasi merupakan daar penggerak yang mendorong siswa untuk belajar
dalam rentang waktu tertentu. Tanpa motivasi siswa tidak mungkin
berkeinginan untuk belajar.
3.4.5.2 Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan
perbuatan sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan.
Hal ini akan memberikan semangat kepada siswa umtuk lebih
meingkatkan prestasi belajarnya. Pujian atau hukuman hendaknya
diberikan pada waktu yang tepat.
3.4.5.3 Motivasi intrinsik lebih efektif daripada motivasi ekstrinsik. Siswa dengan
motivasi intrinsik tinggi mempunyai semangat belajar yang kuat. Tanpa
perintah dan iming-iming ia menaati jadwal belajar yang telah dibuat.
Kepuasan yang diperoleh siswa sesuai dengan ukuran yang terdapat dalam
dirinya sendiri bukan karena permintaan dari luar.
3.4.5.4 Motivasi erat kaitannya dengan kebutuhan dalam belajar. Kebutuhan yang
tidak dapat dielakkan dari siswa adalah menguasai seluruh ilmu
pengetahuan. Untuk itulah mereka perlu belajar dengan giat. Atas
usahanya itu mereka membutuhkan penghargaan dan pengakuan. Dosen
dapat memanfaatkan hal tersebut dalam memberikan motivasi supaya
siswa giat belajar untuk memenuhi kebutuhan dan rasa ingin tahunya.
3.4.5.5 Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar. Siswa yang
mempunyai motivasi belajar selalu yakin bahwa belajar bukanlah hal yang
sia-sia dan akan berguna bagi masa depannya. Ia mampu menyelesaikan
tugas dengan baik, tenang, percaya diri dan jujur.
3.4.5.6 Motivasi melahirkan prestasi belajar. Motivasi sangat berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa yang mempunyai
motivasi akan belajar dengan senang. Dengan demikian ia akan

41

mencurahkan segala tenaga, pikiran dan waktu untuk hal yang disukainya
tanpa ada beban sehingga lebih mudah menguasai materi pelajaran
(Rohmah, 2010).
3.4.6

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siwa, yaitu
harapan guru, intruksi langsung, umpanbalik (feedback) yang tepat, penguatan dan
hadiah serta hukuman (Brophy dalam Kumboyono, 2011)
Sebagai pendukung kelima faktor di atas, Sardiman (dalam Ariyanto, 2013)
menyatakan bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar adalah:
3.4.6.1 Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan
tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.
3.4.6.2 Persaingan/kompetisi.
3.4.6.3 Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.
3.4.6.4 Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat
belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
3.4.6.5 Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat
belajar terutama kalau terjadi kemajuan.
3.4.6.6 Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal
ini merupakan bentuk penguatan positif (Sardiman dalam Ariyanto, 2013).
Sedangkan faktor internal motivasi belajar yaitu faktor-faktor yang berasal dari
diri sendiri yang meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis. Faktor fisiologis
itu terdiri dari kondisi umum mengenai organ tubuh dan faktor psikologis terdiri
dari kecerdasan intelegensi, bakat, minat dan kebutuhan.
Kumboyono, 2011).

(Brophy dalam

42

3.5 KERANGKA TEORI

Faktor yang mempengaruhi


perilaku merokok:
1. Teman
2. Iklan
3. Orang Tua
(Prawantiningtyas, 2012)

Perilaku Merokok
1. Perokok
a. Ringan (1-4 batang/hari)
b. Sedang (5-19 batang/hari)
c. Berat (>20 batang/hari)
2. Bukan Perokok
(Hendriani, 2012)

DAMPAK MEROKOK:
1. Positif
: - Merasa bahagia
- Tenang
2. Negatif

: - Mudah sakit
- Mengurangi Konsentrasi
(Hahn & Payne dalam Amelia, 2009)

43

Faktor
internal
yang
mempengaruhi Motivasi belajar:
1. Faktor fisiologis
2. Faktor psikologis (Brophy dalam
Kumboyono, 2011)

Motivasi Belajar
1. Tinggi
2. Rendah
(Syafii, 2009)

Indikator Motivasi Belajar


1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
4. Adanya penghargaan dalam belajar.
5. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seseorang belajar dengan baik. (Hamzah B. Uno, 2007)
Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Perilaku Merokok dengan Motivasi
Belajar
Sumber : Brophy dalam Kumboyono (2011), Prawantiningtyas (2012), Hahn &
Payne dalam Amelia (2006) Taylor (2009), Hendriani (2012), Hamzah B. Uno
(2007), Syafii (2009)
3.6 KERANGKA KONSEP
VARIABEL BEBAS

VARIABEL TERIKAT

Perilaku Merokok

Motivasi Belajar

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Perilaku Merokok dengan Motivasi


Belajar
3.7 HIPOTESIS
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Jenis
hipotesis dalam statistik:

44

3.7.1

Hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya


hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua

3.7.2

kelompok.
Hipotesis nol (H0) merupakan suatu hipotesis yang menyatakan tidak
adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel
X dan Y (Arikunto, 2010: 113).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :


Ha = Ada Hubungan Perilaku Merokok Dengan Motivasi Belajar Siswa SMK
Diponegoro Lebaksiu
Ho = Tidak ada Hubungan Perilaku Merokok Dengan Motivasi Belajar Siswa
SMK Diponegoro Lebaksiu

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
Pemahaman akan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila juga disertai
dengan tabel, grafik, bagan dan gambar (Arikunto, 2006)
Penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif korelasi untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas yaitu perilaku merokok dan variabel terikat yaitu
motivasi belajar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan belah lintang (Cross Sectional), dimana variabel sebab yaitu perilaku

45

merokok dan variabel akibat yaitu motivasi belajar diukur dalam waktu yang
bersamaan dan sesaat (Notoatmodjo, 2005).
3.2 ALAT PENELITIAN DAN CARA PENGUMPULAN DATA
3.2.1

Alat Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur variabel perilaku


merokok adalah observasi langsung. Peneliti akan melihat/mengetahui secara
langsung siswa yang merokok dan yang tidak merokok. Sedangkan alat
pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur variabel motivasi belajar
adalah kuesioner. Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah
tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden hanya memberikan
jawaban dengan memberikan tandatanda tertentu (Notoatmodjo, 2005).
Kuesioner tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan untuk menggali motivasi belajar.
Kuesioner sebanyak 22 pertanyaan dengan skala Gutman.

3.2.2

Cara pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2008).
Setelah mendapat surat ijin dari kampus Stikes Bhamada Slawi peneliti
melakukan Uji Validitas Kuesioner Motivasi Belajar di SMA Diponegoro
Lebaksiu dengan jumlah responden 20 orang. Sebanyak 22 pertanyaan diuji
validitas dan hasilnya hanya dua pertanyaan yang tidak valid, sehingga jumlah
kuesioner yang valid adalah 20 pertanyaan. Kemudian peneliti melaksanakan
studi pendahuluan dengan tujuan mencari permasalahan yang muncul di SMK
Diponegoro Lebaksiu berkaitan dengan Perilaku Merokok dan Motivasi Belajar
Siswa SMK Diponegoro Lebaksiu. Sebelum dilakukan pengumpulan data dengan
membagikan kuesioner pada responden peneliti terlebih dahulu peneliti
menjelaskan tentang permasalahan penelitian dan memberikan informasi tentang

46

tujuan penelitian. Responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian


ini maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed
consent). Peneliti melakukan pengumpulan data sendiri dengan mengunakan
kuesioner terhadap responden dengan cara membagikan kuesioner yang berisi
pernyataan dengan diberi waktu sekitar setengah jam, dimana peneliti menemani
proses pengisian kuesioner. Peneliti menunggui selama proses pengisian
kuesioner oleh responden untuk mengantisipasi apabila ada pernyataan yang
kurang dipahami oleh responden. Peneliti mengecek kembali kelengkapan
kuesioner yang telah diisi oleh responden. Pada proses ini peneliti mendapatkan
data telah lengkap. Kevalidan data pada kuesioner tergantung dari lengkap
tidaknya isi kuesioner.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL


3.3.1

Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek peneliti atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2005). Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2006).
Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa SMK Diponegoro Lebaksiu sebanyak
696 siswa
3.3.2

Sampel

Sampel merupakan bagian yang diteliti atau sebagian dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Dalam melakukan penelitian, dapat menggunakan seluruh
objek atau dapat juga hanya dengan mengambil sebagian dari seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2005). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Teknik dalam pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling, didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti,
berdasarkan ciri-ciri, sifat-sifat populasi atau karakteristik tertentu yang sudah

47

diketahui sebelumnya (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah


siswa SMK Diponegoro Lebaksiu.
3.3.2.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Bersedia menjadi responden
b. Siswa yang terdaftar aktif di SMK Diponegoro Lebaksiu
3.3.2.2 Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
adalah:
a. Siswa yang sedang tidak berada di lingkungan SMK Diponegoro Lebaksiu
b. Responden yang tidak dapat menyelesaikan kuesioner
3.4 BESAR SAMPEL
Menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian tergantung kepada dua
hal, yaitu pertama, adanya sumber sumber yang dapat digunakan untuk
menentukan batas maksimal dari besarnya sampel. Kedua, kebutuhan dari rencana
analisis yang menentukan batas minimal dari besarnya sampel. Untuk menghitung
minimun besarnya sampel yang dibutuhkan bagi ketepatan dalam membuat
perkiraan atau estimasi proporsi proporsi. Tetapi untuk populasi kecil atau lebih
kecil dari 10.000 dengan menggunakan formula yang lebih sederhana, jadi untuk
menentukan sampel yang akan digunakan untuk penelitian ini dengan
menggunakan rumus slovin sebagai berikut (Notoatmojo, 2005) :
n=

N
1+ N ( d2 )

696
1+696 ( 0.12 )

696
1+696 ( 0.01 )

696
1+6.96

48

696
7.96

n = 87.4 dibulatkan menjadi 88 responden


Keterangan:
n

= perkiraan jumlah sampel

= perkiraan besar populasi

= tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,1)

Jadi sampel pada penelitian ini sejumlah 88 responden


3.5 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2015 dan
peneliti akan melaksanakan penelitiannya di SMK Diponegoro Lebaksiu.

3.6 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN DAN SKALA


PENGUKURAN
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel variabel diamati atau
diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau definisi
operasional. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2005).
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur Dan Skala
No
1

Variabel

Definisi Operasional

Alat ukur

Variabel
Bebas:
Perilaku
Merokok

Perilaku
seseorang Observasi
menghisap tembakau langsung
dan dapat diamati
secara langsung.

Hasil
ukur
Perokok
dan
bukan
Perokok

Variabel

Semangat

Tinggi

Skala
Nominal

2
atau Kuesioner

Ordinal

49

Terikat:
Motivasi
Belajar

dorongan
siswa Motivasi
dalam belajar yang belajar
berasal
dari
diri
sendiri atau dari luar

Sedang
Rendah

3.7 TEKNIK PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA


3.7.1

Teknik Pengolahan Data

Menurut Arikunto (2006), teknik pengolahan data meliputi :


3.7.1.1 Editing (Pemeriksaan Data)
Peneliti meneliti kembali kuesioner yang telah terkumpul dengan memeriksa
kelengkapan, kesaksian pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban
pertanyaan.

3.7.1.2 Coding (Pemberian Kode)


Peneliti memberi kode pada lembar kuesioner. Kemudian untuk mempermudah
peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisis data maka peneliti memberi
kode pada variable perilaku merokok dengan kategori perokok diberi kode 1
dan bukan perokok diberi kode 2. Sedangkan pada variabel motivasi belajar
dengan kategori motivasi belajar tinggi diberi kode 3, motivasi belajar sedang
diberi kode 2 dan motivasi belajar rendah diberi kode 1.
3.7.1.3 Entry data
Peneliti memasukan data ke dalam komputer untuk selanjutnya dilakukan
analisis dengan menggunakan Uji Statistik Komputer
3.7.1.4 Tabulating (Penyusunan Data)
Peneliti memasukan data-data hasil penelitian ke dalam tabel sesuai kriteria.

50

3.7.1.5 Scoring
Melakukan pemberian skor pada masing-masing item.
3.7.1.6 Cleaning
Cleaning adalah mengecek kembali data yang sudah di entry apakah ada
kesalahan atau tidak, membuang data yang sudah tidak dipakai.
3.7.2

Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas adalah alat pengumpul data merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi sebelum alat tersebut digunakan. Validitas adalah suatu indeks yang
menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,
2005). Pengujian kuesioner yaitu dengan uji kolerasi antara skor (nilai) tiap-tiap
pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Menurut Notoatmodjo (2005),
teknik korelasi yang dipakai adalah product moment dengan rumus :

rxy

N ( XY) - ( X. Y)

{N X 2 ( X ) 2 }{( N Y 2 ) ( Y ) 2 }

Keterangan :
r = Koefisien korelasi product moment
X = Nilai dan item valid nomor ganjil
Y = Nilai dari total item nomor genap
N = Banyaknya anggota sampel
Setelah dihitung seluruh kolerasi tiap pertanyaan kemudian di lihat pada tabel
nilai product moment untuk mengetahui apakah nilai korelasinya signifikan.
Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap pertanyaan itu signifikan maka perlu
dibandingkan dengan harga r tabel yaitu 0,444 dengan taraf kesalahan 5%. Uji
validitas dilakukan pada 20 responden, kemudian untuk mengetahui valid

51

tidaknya pertanyaan yaitu dengan membandingkan harga r hitung dengan r tabel.


Jika banyaknya 20 responden maka r tabel 0,444, jika r hitung lebih besar r tabel
maka pertanyaannya valid.
Menurut Arikunto (2006), reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban. Jawaban instrumen
yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada
tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat
diandalkan.
Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas alat pengumpul data dalam
angket dibelah menjadi dua yaitu kelompok item yang bernomor ganjil dan
kelompok item yang bernomor genap. Selanjutnya dicari koefisien antara item
ganjil dan item genap dengan menggunakan rumus product moment dengan angka
mentah sebagai berikut:
rxy

N ( XY) - ( X. Y)

{N X ( X ) 2 }{( N Y 2 ) ( Y ) 2 }
2

Keterangan :
r = Koefisien korelasi product moment
X = Nilai dan item valid nomor ganjil
Y = Nilai dari total item nomor genap
N = Banyaknya anggota sampel
Untuk mencari koefisien reliabilitasnya, koefisien korelasi yang didapatkan dari
rumus di atas dimasukkan dalam Spearman Brown sebagai berikut :

52

2.rxy
R11 =

(1 rxy )

Keterangan :
R11 = Koefisien korelasi antara item ganjil dan item genap
Rxy = Korelasi reliabilitas
Hasil perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan pada r product moment. Bila
koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan harga r tabel maka telah
memenuhi syarat reliabilitas.
3.7.3

Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis


data, sehingga data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan, adapun data dianalisis
dengan menggunakan bantuan program komputer yang terdiri dari :

3.7.3.1 Analisa Univariat


Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari
hasil penelitian. Analisa data untuk variabel perilaku merokok dan motivasi
belajar siswa menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi
dan prosentase
3.7.3.2 Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis dua variabel
yang diduga berhubungan. Analisis ini berfungsi untuk mengetahui hubungan
perilaku merokok dengan motivasi belajar dengan menggunakan uji statistik
tertentu. Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi dan analisa yang digunakan dengan melakukan uji statistik
dengan rumus chi-square dengan signifikan 5% (Notoatmodjo, 2005).

53

X2 =

f 0 f1
f1

Keterangan :
X2

: chi-square

F0

: frekuensi yang diobservasi

f1

: frekuensi yang diharapkan

: jumlah seluruh frekuensi

Dasar pengambilan keputusan berdasarkan kriteria penelitian adalah


sebagai berikut :
a. H0 ditolak jika x2hitung> x2 tabel yang berarti ada hubungan
b. H0 diterima jika x2hitung<x2tabelyang berarti tidak ada hubungan

3.8 ETIKA PENELITIAN


Masalah etika dalam melakukan penelitian merupakan masalah yang sangat
penting sehingga perlu dijelaskan (Notoatmojo, 2010). Etika penelitian dalam
penelitian ini akan menerapkan prinsip sebagai berikut:
3.8.1

Otonomi

Prinsip ini berkaitan dengan kebebasan seseorang dalam menentukan nasibnya


sendiri (independen). Informed consent digunakan untuk meminta persetujuan
responden apakah ia disertakan atau tidak dalam penelitian ini. Responnden tidak
dipengaruhi orang lain dalam mengisi kuesioner, dengan cara duduk satu meja
satu siswa. Hal ini untuk menghindari pengaruh dari teman sebangku.
3.8.2

Beneficience

54

Peneliti akan selalu berupaya agar segala perlakuan dalam penelitian ini
mengandung prinsip kebaikan (promote good). Penelitian ini bersifat efisien
dalam penggunaan waktu, pengambilan data di lakukan pada hari aktif belajar
mengajar (bukan hari libur).
3.8.3

Nonmaleficence

Peneliti akan selalu berupaya untuk tidak membahayakan atau merugikan


responden, apalagi sampai mengancam jiwa responden. Pengambilan data
dilakukan di sekolah untuk meminimalisir hal-hal yang mungkin terjadi di luar
konteks penelitian.
3.8.4

Veracity

Peneliti akan menjelaskan secara jujur tentang manfaat, efek, dan apa yang
didapat jika responden dilibatkan dalam penelitian.

BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Gambaran Umum Penelitian dan Hasil Penelitian
4.1.2 Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa SMK Diponegoro Lebaksiu, Kab.Tegal. SMK
Diponegoro berlokasi di Desa Dukuhlo, berbatasan langsung dengan SMA
Diponegoro di sebelah utara, di sebelah selatan berbatasan dengan SMK
Entrepreneur Lebaksiu, di sebelah timur berbatasan dengan sungai dan sebelah
barat berbatasan dengan Puskesmas pembantu Dukuhlo.
Di SMK Diponegoro Lebaksiu memiliki 696 siswa. Luas wilayah SMK
Diponegoro Lebaksiu adalah 20.000 m2 dan berada di dekat persawahan desa
Dukuhlo.
4.1.3

Hasil Penelitian

55

Penelitian tentang hubungan perilaku merokok dengan motivasi belajar siswa


SMK Diponegoro Lebaksiu Tahun 2015 dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2015.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Diponegoro Lebaksiu. Jumlah 88 responden
yang diteliti bersedia diteliti sehingga didapatkan hasil bahwa semua dijadikan
responden.

Pengukuran

untuk

mengetahui

variabel

perilaku

merokok

menggunakan observasi langsung dan variabel motivasi belajar menggunakan


kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dan sudah di uji validitas dan
reliabilitasnya terlebih dahulu. Kuesioner dibagikan sendiri oleh peneliti kepada
responden yang sebelumnya sudah menyetujui menjadi responden. Peneliti
membagikan kuesioner kepada responden yang merupakan siswa SMK
Diponegoro Lebaksiu dan selanjutnya dikembalikan lagi ke peneliti.

4.1.3.1 Analisa Univariat


a. Perilaku Merokok
Data perilaku merokok dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan perilaku merokok
responden
Variabel
Tidak Merokok
Merokok
TOTAL

Jumlah
44
44
88

Prosentase (%)
50
50
100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 88 responden
yang diteliti, jumlah siswa SMK Diponegoro seimbang antara yang merokok dan
tidak merokok.
b. Motivasi Belajar
Hasil pengkajian data motivasi belajar dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:

56

Tabel.4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Belajar


Variabel
Motivasi belajar tinggi
Motivasi belajar sedang
Motivasi belajar rendah
TOTAL

Jumlah
18
58
12
88

Prosentase (%)
20.5
65.9
13.6
100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar
siswa SMK Diponegoro Lebaksiu mempunyai motivasi belajar yang sedang yaitu
sebesar 65.9%.

4.1.3.2 Analisa Bivariat


Hasil pengkajian data hubungan perilaku merokok dengan motivasi belajar siswa
SMK Diponegoro Lebaksiu Tahun 2015 dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2015
dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:
Tingkat Motivasi Belajar
Variabel
Perilaku
Meroko
k
TOTAL

Jumlah
Tidak
Merokok Prosentase
Jumlah
Merokok
Prosentase
Jumlah
Prosentase

Tinggi
10
22.7%
8
18.2%
18
20.5%

Sedang
27
61.4%
31
70.5%
58
65.9%

Rendah
7
15.9%
5
11.4%
12
13.6%

value

TOTAL
44
100%
0,
44
43
100%
4
88
100.0%

Tabel 4.3 Hubungan Perilaku Merokok Dengan Motivasi Belajar


Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukan bahwa hasil pengolahan
data menggunakan uji pearson chi-square, dan hasilnya adalah sebagai berikut,
pada tingkat kesalahan 5% ( =0,05) diperoleh p value = 0.434 sehingga p

57

value> yaitu (0.434> 0.05), yang berarti H0 diterima dan artinya tidak ada
hubungan perilaku merokok dengan motivasi belajar siswa SMK Diponegoro
Lebaksiu Tahun 2015.
4.2 Pembahasan
4.2.2 Analisa Univariat
4.2.2.1 Perilaku Merokok
Hasil penelitian yang dilakukan kepada dari 88 responden yang diteliti yaitu
sebanyak 44 siswa yang tidak merokok dan 44 lainnya adalah siswa yang
merokok.
Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan
kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan
asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Kumpulan teman sebaya
dan anggota keluarga yang merokok menimbulkan persepsi bahwa merokok tidak
berbahaya sehingga meningkatkan dorongan untuk merokok. (Taylor, 2009)
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Wulandari, dalam penelitiannya yang
berjudul gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
mahasiswa ekstansi FKM UI angkatan 2012. Jumlah perokok dan bukan perokok
hampir seimbang yaitu sebesar 47.5% untuk perokok dan bukan perokok sebesar
52.5%. Wulandari menyimpulkan bahwa pada kelompok perokok, responden
memilih berperilaku merokok dan menjadi perokok aktif disebabkan karena
adanya dorongan kuat dari teman. (Wulandari, 2014)
Peneliti berpendapat bahwa angka perilaku merokok siswa SMK Diponegoro
terbilang tinggi, karena dari 88 responden, 44 (50%) diantaranya adalah perokok.
Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok mereka adalah teman sebaya,
dikarenakan di SMK Diponegoro terdapat lebih banyak laki-laki dibanding
perempuan. Karena pergaulan laki-laki lebih luas dibanding perempuan. Mereka
suka menghabiskan waktu untuk bergaul bersama teman-temannya, sehingga
siswa yang tadinya tidak merokok secara otomatis mengikuti temannya yang
merokok. Banyaknya perokok di kalangan siswa SMK Diponegoro Lebaksiu juga
dipengaruhi oleh lingkungan sekolah yang tidak terlalu ketat dalam mengawasi
siswanya, sehingga siswa bisa mencuri kesempatan untuk merokok di dalam

58

lingkungan sekolah, seperti misalnya merokok di toilet. Di dalam toilet tidak ada
penjagaan khusus sehingga siswa bisa dengan bebas merokok di tempat itu.
4.2.2.2 Motivasi Belajar
Hasil penelitian yang dilakukan kepada dari 88 responden yang diteliti mayoritas
mempunyai motivasi belajar yang sedang yaitu sebanyak 58 siswa (65.9%) Data
tersebut menunjukan bahwa sebagian besar siswa SMK Diponegoro Lebaksiu
memiliki motivasi belajar sedang.
Motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa
untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba
untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan,
membaca materi sehingga bisa memahaminya dan menggunakan strategi-strategi
belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan
yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari
bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik dan menyelesaikan
tugas yang diberikan. (Syafii, 2009)
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Setyowati.
Dengan adanya motivasi, maka siswa akan terdorong untuk belajar mencapai
sasaran dan tujuan karena yakin dan sadar akan kebaikan tantang kepentingan dan
manfaatnya dari belajar. Bagi siswa, motivasi itu sangat penting karena dapat
menggerakkan perilaku siswa ke arah yang positif sehingga mampu menghadapi
segala tuntutan, kesulitan serta mampu menanggung resiko dalam studinya.
Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati dengan judul pengaruh
motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang bahwa
sebagian besar motivasi belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang dikatakan
dalam kategori cukup yaitu sebanyak 59 dari 75 anak (78,67%), dan sisanya
masuk kategori motivasi belajar rendah yaitu sebanyak 16 anak (21,33%).
(Setyowati, 2007). Sejalan dengan pendapat Setyowati, hasil penelitian yang
dilakukan oleh Miru dengan judul hubungan antara motivasi belajar terhadap
prestasi belajar mata diklat instalasi listrik siswa SMK Negeri 3 Makassar

59

menunjukkan skor rata-rata (mean) yang diperoleh adalah 173,0625 dari skor total
5538,00 dengan nilai standar deviasi 15,59. untuk pengkategorian motivasi belajar
siswa, yang berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 9,3 % (skor
149,67) atau dinyatakan siswa sebanyak 3 orang. Pada kategori sedang memiliki
persentase 46,8% (skor 149,67 173,06) dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang,
pada kategori cukup tinggi memiliki persentase 34,32% (skor 173,06 196,445)
dengan jumlah siswa sebanyak 11 orang. Untuk kategori tinggi memiliki
persentase 9,3% (skor 97,91) dengan jumlah siswa sebanyak 3 orang. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa berada pada kategori
sedang. (Miru, 2009)
Peneliti berpendapat bahwa motivasi belajar siswa SMK Diponegoro Lebaksiu
tergolong pada kategori motivasi belajar yang sedang. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat motivasi belajar siswa SMK Diponegoro Lebaksiu,
diantaranya adalah faktor kecerdasan intelegensi, bakat, minat dan kebutuhan.
Dilihat dari nilai akhir semester genap tahun ajaran 2014/2015 pada semua mata
pelajaran, bahwa tidak semua siswa mendapat nilai yang bagus, bahkan beberapa
diantaranya tidak memenuhi KKM/tidak kompeten pada beberapa mata pelajaran.
Meskipun ada beberapa siswa yang mempunyai catatan kurang baik pada nilai
mata pelajaran, di SMK Diponegoro juga banyak siswa yang berprestasi setiap
tahunnya. Pernyataan ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap diadakan suatu
lomba kejuaraan nasional tingkat SLTA, SMK Diponegoro selalu mengirimkan
beberapa wakilnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan intelegensi
sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Selain tingkat kecerdasan
intelegensi, motivasi belajar juga dipengaruhi oleh minat siswa pada suatu
pelajaran. Sebagai contoh siswa yang dari dulu memang menyukai pelajaran
matematika maka motivasi siswa tersebut untuk mempelajari matematika akan
semakin tinggi. Mereka secara otomatis akan termotivasi untuk belajar.
Sebaliknya, siswa yang dari dulu tidak menyukai pelajaran matematika, maka
mereka enggan untuk sekedar membuka buku matematika sehingga motivasi
untuk belajarpun menurun. Kondisi fisik yang kurang baik juga bisa

60

mempengaruhi motivasi belajar, seseorang yang sedang sakit tentu akan menurun
motivasi belajarnya. Mengantuk juga bisa dikatakan dalam kondisi fisik yang
kurang baik, sehingga pada siswa yang suka mengantuk cenderung sulit untuk
memotivasi dirinya sendiri untuk belajar di sekolah.
4.2.3

Analisa Bivariat
Hubungan perilaku merokok dengan motivasi belajar
Hasil penelitian yang dilakukan kepada 88 responden yang telah mengisi
kuesioner menunjukan bahwa motivasi belajar siswa SMK Diponegoro termasuk
kategori motivasi belajar yang sedang. Pada responden yang tidak merokok yang
berjumlah 44 didapatkan data bahwa 10 diantaranya mempunyai motivasi belajar
yang tinggi, 27 responden dengan tingkat motivasi belajar yang sedang dan 7
lainnya mempunyai tingkat motivasi belajar yang rendah. Sedangkan pada
responden yang merokok yang berjumlah 44 didapatkan data bahwa hanya 8 anak
dengan kategori tingkat motivasi belajar yang tinggi, 31 responden dengan tingkat
motivasi belajar yang sedang, dan pada tingkat motivasi belajar yang rendah
justru hanya berjumlah 5 responden. Fakta bahwa seseorang yang merokok akan
berpengaruh pada motivasi belajarnya tidak terbukti, karena faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar tidak hanya pada konsumsi nikotin saja, akan
tetapi masih banyak faktor yang lainnya yang lebih berpengaruh. Hasil dari data
tersebut setelah dilakukan uji pearson chi-square dengan menggunakan program
komputer didapatkan p value >

(0.434 > 0.05) dan maka dapat disimpulkan

bahwa H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan perilaku
merokok dengan motivasi belajar siswa SMK Diponegoro Lebaksiu.
Bahaya merokok telah secara massif dikampanyekan di berbagai media. Beberapa
penelitian terakhir menginformasi bahwa nikotin bertanggung jawab pada efek
ketagihan akibat rokok. Apabila rokok dikonsumsi secara terus-menerus akan
berpengaruh terhadap fungsi otaknya. Jika remaja perokok terus-menerus
menghisap rokok, maka akan terjadi penumpukan nikotin di otak, penumpukan
nikotin tersebut akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap motivasi belajar
remaja. (Yulianto, 2011). Motivasi belajar secara tidak langsung juga dipengaruhi

61

oleh lingkungan. Hal ini dijelaskan dalam model promosi kesehatan (health
promotion model). Model promosi kesehatan adalah suatu cara untuk
menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya
dalam berbagai dimensi. HPM memengaruhi dan meramalkan tentang perilaku
kesehatan, dalam hal ini berarti motivasi belajar. Model ini menggabungkan dua
teori yaitu dari teori nilai pengharapan (expectancy-value) dan teori pembelajaran
sosial (social cognitive theory) dalam perspektif keperawatan manusia dilihat
sebagai fungsi yang holistik (Ahyar, 2010).
Penelitian ini didukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Kumboyono
dengan judul hubungan perilaku merokok dengan motivasi belajar anak usia
remaja di SMK Bina Bangsa Malang. Menurut Kumboyono motivasi belajar
merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual yang berperan dalam
menimbulkan gairah belajar serta perasaan senang dan bersemangat untuk belajar.
Sebagian besar responden yang diteliti memiliki perilaku merokok ringan dengan
motivasi belajar tinggi, yaitu sebanyak 23 responden. Hasil uji korelasi chi-square
menggunakan crosstabs terhadap perilaku merokok dan motivasi belajar dengan
nilai p < 0,05 dan hasil sig didapatkan nilai p = 0,238, maka H 0 diterima yang
berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dan
motivasi belajar anak usia remaja. Kumboyono juga membuktikan adanya
pengaruh pergaulan terhadap motivasi belajar siswa, dia mengatakan bahwa fakta
yang ada di SMK Bina Bangsa bahwa sebagian besar muridnya adalah berjenis
kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan salah satu jurusan SMK tersebut adalah
akuntansi yang peminatnya sebagian besar adalah laki-laki. Siswa-siswa tersebut
cenderung memiliki perilaku merokok dibandingkan siswi-siswinya dikarenakan
beberapa faktor, salah satunya adalah karena pergaulan remaja laki-laki dengan
teman sebaya lebih luas dan kuat dibandingkan dengan remaja perempuan. Lebih
luas dikarenakan remaja laki-laki lebih sering menghabiskan waktunya di luar
rumah. Data penelitian Kumboyono tersebut yang berjumlah 51 responden, saat
ditanya darimana pertama kali mengenal rokok? didapatkan hasil 5 siswa

62

menjawab dari tayangan TV (10%), 11 siswa dari keluarga (21%), dan 35 siswa
dari teman sebaya (69%). (Kumboyono, 2011)
Peneliti berpendapat bahwa tidak hanya konsumsi nikotin saja yang bisa
mempengaruhi motivasi belajar siswa, akan tetapi masih ada banyak hal yang bisa
lebih mempengaruhi motivasi belajar, diantaranya adalah faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah motivasi yang timbul dari
diri sendiri, contohnya yaitu kondisi umum seseorang tersebut, kecerdasan
intelegensi, bakat dan minat. Selain faktor internal, motivasi belajar juga
dipengaruhi oleh faktor eksternal, contohnya yaitu pergaulan, lingkungan sekolah,
hukuman dari guru, keadaan ekonomi keluarga dan masih banyak faktor lainnya.
Perilaku merokok hanya sebagai pengaruh lain dari faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar, seperti misalnya siswa dihukum gurunya setelah
ketahuan merokok di lingkungan sekolah. Hal ini akan berpengaruh pada motivasi
belajarnya, sebagaimana sudah dijelaskan diatas bahwa hukuman guru dapat
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Contoh lainnya adalah pergaulan, siswa
lebih aktif merokok saat meraka bermain bersama teman yang juga perokok aktif
sehingga mereka bisa saja melupakan tugas-tugas sekolah. Lingkungan sekolah
yang berkaitan dengan norma-norma atau tata tertib juga mempengaruhi motivasi
belajar siswa, siswa bisa saja merokok di lingkungan sekolah karena sekolah tidak
mengawasi siswanya secara ketat. Siswa akhirnya menganggap bahwa merokok
lebih asik daripada belajar.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih memiliki kekurangan yaitu dalam pengambilan sampel
perilaku merokok tidak sepenuhnya menggunakan observasi langsung. Sebagian
sampel diambil dengan sistem snowball, yaitu dengan melibatkan secara langsung
responden yang merokok untuk mengajak teman yang biasa merokok bersama.
Keterbatasan ini mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga
penelitian ini menjadi kurang maksimal.

63

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Hasil penelitian terhadap 88 responden tentang hubungan perilaku merokok
dengan motivasi belajar siswa SMK Diponegoro Lebaksiu yang didasarkan pada
perumusan masalah, tujuan dan hipotesis penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut :
5.1.1
5.1.2

Banyak siswa SMK Diponegoro yang menjadi perokok.


Motivasi belajar siswa SMK Diponegoro tergolong pada tingkat motivasi

5.1.3

belajar yang sedang.


Tidak ada hubungan perilaku merokok dengan motivasi belajar siswa
SMK Diponegoro Lebaksiu.

5.2 SARAN
5.2.1 Bagi Siswa
Diharapkan siswa lebih bisa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar dan meningkatkan motivasi belajarnya sehingga siswa bisa
meraih prestasi setinggi-tingginya.
5.2.2

Bagi institusi pendidikan


Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan sebuah informasi bagi institusi mengenai
perilaku merokok dan motivasi belajarnya. Sehingga institusi bisa menciptakan
suasana baru untuk kegiatan belajar mengajarnya atau memberikan bimbingan

64

konseling yang tepat, sehingga siswa bisa lebih termotivasi untuk belajar di
sekolah.
5.2.3

Bagi penelitian keperawatan


Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
lainnya yang mempengaruhi motivasi belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Aldursanie, Ridwan. (2015). Motivasi Belajar Dalam Pendidikan, melalui
https://ridwan202.wordpress.com/artikel/ dikases pada tanggal 15-04-2015
pukul 07.09
Amaludin, Apip. (2012). Survei Motivasi Belajar Siswa Dalam Mengikuti
Pendidikan Jasmani Melalui Aktivitas Permainan Kecil Di SMPLB
Manunggal Slawi Kab.Tegal Tahun 2012. Diakses melalui unnes.ac.id pada
tanggal 14-4-2015, pukul 16.30
Albustomi. Yazid. (2012). Kandungan Tar & Nikotin Pada Rokok. Diakses
melalui .unair.ac.id pada tanggal 19-4-2015, pukul 19.45
Amelia, Adisti. (2009). Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-laki.
Diakses melalui usu.ac.id pada tanggal 18-4-2015, pukul 21.00
Ardini, Fatma . Hendriani, Wiwin. (2012). Proses Berhenti Merokok Secara
Mandiri Pada Mantan Pecandu Rokok Dalam Usia Dewasa Awal. Diakses
melalui unair.ac.id pada tanggal 15-4-2015 pukul 15.08
Ariyanto, Eko. (2013). Upaya Meningkatkan Minat, Motivasi Dan Hasil Belajar
Lompat Jauh Gaya Hang Style Dengan Media Bola Gantung Bagi Siswa

65

Kelas VIII A Smp N 1 Randublatung Kabupaten Blora Tahun 2012/2013.


Diakses melalui unnes.ac.id pada tanggal 20-4-2015, pukul 19.04
Astuti. (2011). Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Kerja Sama Guru
Dan Orang Tua. Jakarta:CV. Sagung Seto.
Barquoi.

(2012).

Zat-zat

Berbahaya

Pada

https://nervouzer.wordpress.com/info-kesehatan/rokok/

Rokok,
diakses

melalui
pada

tanggal 14-4-2015, pukul 19.25

Damanik, Handayani. (2010). Hubungan Persepsi Tentang Keterampilan Guru


Mengajar Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas Akselerasi Untuk Mata
Pelajaran Sosiologi Di Sma Swasta Al-Azhar Medan. usu.ac.id pada
tannggal 25-3-2015, pukul 20.00
Fitriyani, Fajar. (2013). Bahaya Merokok. Diakses melalui http://fajarfitriyani-07242-013.blogspot.com/2013/02/bahaya-merokok.html diakses pada tanggal
5-3-2015, pukul 20.05)
Hamzah B. Uno. (2007). teori motivasi dan pengukurannya analisis di bidang
pendidikan. . Jakarta:Bumi Aksara
Harfi, Safwan. (2013). Pendekatan berbasis aktivitas dalam meningkatkan
motivasi belajar Aqidah Akhlak pada siswa kelas VII di MTs Muallimin
NW

Kelayu

tahun

pelajaran

2013/2014,

diakses

melalui

.http://safwanharfi.blogspot.com/2013/11/wwwbloggersafawan.html diakses
pada tanggal 27-03-2015, pukul 19.57
Hasanjoen. (2010). Pendekatan Model Pembelajaran Berbasis Aktivitas Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Slswa Kelas Vii Semester I

66

Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan, diakses


melalui

http://hasanjoen.blogspot.com/2010/11/contoh-proposal-ptk-

aqidah-akhlaq.html diakses pada tanggal 10-04-2015, pukul 16.03


Helmi, Fadilla. (2008). Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja.
Semarang: UNNES PRESS
Hetti, A. (2009). Manfaat dan Efek Samping Bahan Kimia, Bandung:PT. Puri
Delco,
Kumboyono. (2011). Hubungan Perilaku Merokok Dan Motivasi Belajar Anak
Usia Remaja Di Smk Bina Bangsa Malang. Diakses melalui unsrat.ac.id
diakses pada tanggal 6-3-2015, pukul 09.00
Najmi, Ikhwan. (2011). Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan
Motivasi Belajar Siswa. Diakses melalui http://www.academia.edu diakses
pada tanggal 14-4-2015, pukul 19.38
Nugraheni, Fitri. (2009). Hubungan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
Mahasiswa. Diakses melalui http://eprints.umk.ac.id. Diakses pada tanggal
15-3-2015, pukul 20.00
Rifai, Achmad dan Anni, Catharina. (2009). Psikologi Pendidikan. Semarang:
UNNES PRESS
Rohmah, Fathur. (2010). Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi
Belajar Mata Kuliah Askeb 3 Mahasiswa Prodi Div Kebidanan Fk Uns
Tahun Ajaran 2009/2010. Diakses melalui http://eprints.uns.ac.id Diakses
pada tanggal 18-4-2015, pukul 21.15

67

Sari, Indra. (2011). Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Perilaku Merokok
Pada Siswa Laki-Laki Perokok Smkn 2 Batusangkar. Diakses melalui
unand.ac.id Diakses pada tanggal 20-3-2015, pukul 12.00
Sirumpea,

Timbul.

(2012).

Macam-macam

Rokok.

Diakses

http://timbulsirumapea8.blogspot.com/2012_12_01_archive.html

melalui
diakses

pada tanggal 22-4-2015, pukul 19.30


Sparriga.

(2014).

Rokok

Bahaya.

Diakses

melalui

http://www.jatengprov.go.id/id/berita-utama/rokok-bahaya-kok-nekad
diakses pada tanggal 14-4-2015, pukul 20.00
Stevi.

(2011).

Apa

Isi

Rokok.

diakses

https://stevi3a.wordpress.com/2011/05/08/apa-isi-rokok/

diakses

melalui
pada

tanggal 14-4-2015, pukul 19.38


Sumartono. (2009). Stop Merokok Sebab Anda Bisa, Jakarta:CV. Sagung Seto,

Syafitri, Nuriza. (2010). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Motivasi Belajar


Mahasiswa Semester Ii Program Studi Diploma IIII Kebidanan Stikes
Muhammadiyah Klaten. Diakses melalui http://eprints.uns.ac.id Diakses
pada tanggal 20-3-2015, pukul 12.15
Wulandari dkk. (2014). Gambaran Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku
Merokok Mahasiswa Ekstensi Fkm Ui Angkatan 2012. Diakses melalui
http://www.academia.edu. Diakses pada tanggal 18-4-2015, pukul 21.10
Yulianto,

A.

(2011).

Jogjakarta:Javalitera.

Mengapa

Stroke

Menyerang

Usia

Muda?.

68

69

STIKes BHAMADA SLAWI


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

KUESIONER

Lampiran 1
No. Peserta

Petunjuk Pengisian Angket


1. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda yang
sebenarnya dengan memberi tanda (V).
2. Perubahan jawaban dapat dilakukan dengan cara melingkari (O) pada pilihan
yang dibatalkan pada lembar jawaban.
3. Jawaban yang paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan pendapat
anda, dan jawaban yang anda pilih tidak akan berpengaruh apapun terhadap
nilai anda.
4. Setelah selesai menjawab semua pertanyaan, kembalikan angket ini kepada
yang bersangkutan

N
O

PERTANYAAN

YA

TIDAK

70

Saya merasa dapat mengerjakan tugas secara terus-menerus

dalam waktu yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai


Saya tidak mudah putus asa saat menemukan kesulitan dalam

mengerjakan tugas sekolah


Saya selalu ingin mendalami bahan / bidang pengetahuan

yang diberikan oleh guru


Saya aktif bertanya kepada guru saat kegiatan belajar

5
6

mengajar berlangsung
Saya selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin
Saya lebih memilih memcahkan soal sendiri daripada

7
8
9
10

mencontek
Saya punya hasrat yang tinggi untuk berhasil
Saya pernah membolos sekolah
Saya pernah membolos pada jam pelajaran
Apabila ada tugas kelompok, Saya ikut mengerjakan tugas

11

tersebut.
Saya selalu memperhatikan jika guru sedang menyampaikan

12

materi.
Saya selalu mencatat hal-hal yang penting di saat pelajaran

13
14
15
16

berlangsung
Saya tidak pernah telat berangkat ke sekolah
Saya sering ke perpustakaan untuk mebaca materi pelajaran
Saya selalu belajar di rumah
Saya selalu ingin menguasai materi terlebih dahulu sebelum

17

guru menerangkannya esok hari


Setiap ada pekerjaan rumah atau tugas saya selalu ingin

18
19
20

cepat-cepat mengerjakannya
Saya selalu mengerjakan PR di rumah
Saya selalu mencatat tugas-tugas yang harus dikerjakan
Saya merasa rugi jika ada jam pelajaran kosong (karena tidak

21
22

mendapatkan ilmu baru)


Saya sering mengantuk saat pelajaraan berlangsung
Saya lebih memilih untuk pulang daripada mengikuti jam
tambahan.

71

Lampiran 2
STIKes BHAMADA SLAWI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

LEMBAR
INFORMASI
PENELITIAN

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN


Saya Mohammad Rizqi Dzuazmi, mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan
angkatan 2011, yang akan melakukan penelitian yang berjudul Hubungan
Perilaku Merokok dengan Motivasi Belajar SMK Diponegoro Lebaksiu Tahun
2015
.
Saya meminta dengan hormat kepada saudara/i sebagai responden dalam
penelitian ini. Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih atas kesediaan saudara/i
untuk berpartisipasi penelitian yang akan saya lakukan. Saya akan menjalaskan
beberapa tahap dari penelitian ini:
1. Tujuan penelitian dan Manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Perilaku
Merokok Dengan Motivasi Belajar Saudara/i. Adapun manfaat dari hasil
penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi
saudara/I dalam belajar.
2. Pengisian Kuesioner
Saudara/i yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini akan diminta
untuk mengisi kuesioner penelitian yang terdiri dari beberapa pertanyaan
mengenai motivasi belajar. Dalam pengisian kuesioner saudari wajib jujur
dan tidak boleh berdiskusi dengan teman anda tentang kuesioner
penelitian.

72

3. Etika Penelitian
a. Penelitian ini tidak ada biaya apapun yang dibebankan kepada
saudara/i.
b. Seluruh informasi tentang saudari pada penelitian ini adalah rahasia
dan anonim.
c. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko kerusakan fisik, karena dalam
penelitian hanya menggunakan kuesioner.
d. Saudara/i berhak untuk keluar dari partisipasi dari penelitian tanpa ada
kewajiban apapun.
Jika ada pertanyaan atau saran tentang penelitian ini, saudari dapat
menghubungi

saya

pada

e-mail

azmiazmii45@gmail.com

atau

HP:

+6885741900402. Jika saudara/i setuju untuk ikut dalam berpartisipasi penelitian


ini, mohon untuk mengisi surat persetujuan yang telah disediakan.
Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Peneliti

Mohammad Rizqi Dzuazmi

73

Lampiran 3
STIKes BHAMADA SLAWI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

LEMBAR
PERSETUJUAN
PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

Alamat

Umur

No. Telp/HP :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan, manfaat, resiko dan
prosedur penelitian ini, saya menyatakan bersedia ikut dalam penelitian tentang
Hubungan Perilaku Merokok Dengan Motivasi Belajar Siswa SMK Diponegoro
Lebaksiu Tahun 2015. Apabila sewaktu-waktu saya mengundurkan diri dari
penelitian ini, kepada saya tidak dituntut apapun.
Demikianlah surat persetujuan bersedia berpartisipasi penelitian ini saya buat
untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Tegal,................................2015

(............................................)

74

Lampiran 4

STIKes BHAMADA SLAWI


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
K
E
N
G
O
I
A
T
1
2

M
A
R
E
T

A M J
P E U
R I N
I
I
L

BAB II

Tinjauan
Pustaka
BAB III

JADWAL
PENELITIAN

JULI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penentuan
topik dan judul
Bimbingan Proposal
BAB I
Pendahuluan

LEMBAR

Metodologi
Penelitian
Sidang
Proposal
Revisi
Proposal

7
8

Penelitian
Penulisan
Laporan
penelitian

BAB IV

10

Analisis dan
Pembahasan
BAB V

11
12

Simpulan dan
Saran
Sidang Skripsi
Revisi Skripsi

Bimbingan Skripsi

75

13

Pengumpulan
Skripsi

Lampiran 5
STIKes BHAMADA SLAWI

LEMBAR SURAT

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

IJIN PENELITIAN

76

77

78

Lampiran 6
LEMBAR UJI

STIKes BHAMADA SLAWI

VALIDITAS DAN

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

REALIBILITAS

Case Processing Summary


N
Valid

%
20

100.0

.0

20

100.0

Excludeda
Total
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha

Part Value

.893

N of Items
Item Statistics
Part Value
per1
per2
Correlation Between Forms
per3
Spearman-Brown Coefficient
per4

Mean
Std. Deviation
2
N of Items
.40
.503
Total N of Items
.45
.510
.50
Equal Length
.35
Unequal Length
.90

.513
.489

11a
.908
N

11b
20
22

.926
.961
.961

per5
.308
Guttman Split-Half Coefficient
.959
per6
.65
.489
a. The items are: per1, per2, per3, per4, per5, per6, per7, per8, per9,
per7
per10, per11.
.95
.224
b. The items are:
per12,
per13, per8
.30
.470
per14,
per15,
.40
.503
per16,
per17, per9
per18,
per19,
per10
.65
.489
per20,
per21,
per22.
per11
.65
.489

20
20
20
20
20
20
20
20
20
20

per12

.40

.503

20

per13

.40

.503

20

per14

.30

.470

20

per15

.35

.489

20

per16

.30

.470

20

per17

.40

.503

20

per18

.40

.503

20

per19

.30

.470

20

per20

.65

.489

20

per21

.50

.513

20

per22

.45

.510

20

79

Item-Total Statistics
Corrected

Cronbach's

Scale Mean if Scale Variance

Item-Total

Alpha if Item

Item Deleted

Correlation

Deleted

if Item Deleted

per1

10.25

47.776

.773

.945

per2

10.20

47.221

.843

.944

per3

10.15

48.871

.594

.948

per4

10.30

49.695

.502

.949

per5

9.75

52.724

.130

.952

per6

10.00

47.579

.826

.944

per7

9.70

54.326

-.297

.954

per8

10.35

48.345

.739

.946

per9

10.25

47.461

.821

.944

per10

10.00

47.579

.826

.944

per11

10.00

47.579

.826

.944

per12

10.25

47.776

.773

.945

per13

10.25

48.829

.614

.947

per14

10.35

48.345

.739

.946

per15

10.30

49.695

.502

.949

per16

10.35

48.345

.739

.946

per17

10.25

47.461

.821

.944

per18

10.25

48.829

.614

.947

per19

10.35

48.345

.739

.946

per20

10.00

48.842

.631

.947

per21

10.15

48.345

.671

.946

per22

10.20

49.011

.577

.948

80

Scale Statistics
Mean

Variance

Std. Deviation

N of Items

Part 1

6.20

12.484

3.533

11a

Part 2

4.45

15.313

3.913

11b

10.65

53.397

7.307

22

Both Parts

a. The items are: per1, per2, per3, per4, per5, per6, per7, per8, per9,
per10, per11.
b. The items are: per12, per13, per14, per15, per16, per17, per18,
per19, per20, per21, per22.

81

82

Tingkat Motivasi
Frequency
Valid

Percent

Cumulative
Percent

Valid Percent

Rendah

18

20.5

20.5

20.5

Sedang

58

65.9

65.9

86.4

Tinggi

12

13.6

13.6

100.0

Total

88

100.0

100.0

Lampiran 7
STIKes BHAMADA SLAWI

LEMBAR HASIL

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

UJI SPSS

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association

df

Asymp. Sig. (2-sided)

16.279a

16

.434

18.974

16

.270

.803

.370

N of Valid Cases

88

a. 34 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50.
Merokok
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Tidak Merokok

44

50.0

50.0

50.0

Merokok

44

50.0

50.0

100.0

Total

88

100.0

100.0

83

Merokok * Tingkat Motivasi Crosstabulation


Tingkat Motivasi
Rendah
Merokok

Tidak Merokok

Merokok

Count

Tinggi

10

27

44

% within Merokok

22.7%

61.4%

15.9%

100.0%

% within Tingkat Motivasi

55.6%

46.6%

58.3%

50.0%

% of Total

11.4%

30.7%

8.0%

50.0%

31

44

% within Merokok

18.2%

70.5%

11.4%

100.0%

% within Tingkat Motivasi

44.4%

53.4%

41.7%

50.0%

9.1%

35.2%

5.7%

50.0%

18

58

12

88

20.5%

65.9%

13.6%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

20.5%

65.9%

13.6%

100.0%

Count

% of Total
Total

Sedang

Total

Count
% within Merokok
% within Tingkat Motivasi
% of Total

84

P1

P
2

P
3

P
4

P5

P
6

P
7

P8

P
9

P1
0

P11

P1
2

P1
3

P14

P1
5

P
6

P1
7

P18

P1
9

P2
0

JML

KET

Sedang

10

Sedang

16

Tinggi

16

Tinggi

13

Sedang

13

Sedang

13

Sedang

10

Sedang

9
1
0

13

Sedang

Sedang

11
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5
3
6
3
7

13

Sedang

17

Tinggi

11

Sedang

Sedang

16

Tinggi

13

Sedang

13

Sedang

16

Tinggi

Sedang

10

Sedang

16

Tinggi

10

Sedang

17

Tinggi

10

Sedang

Sedang

14

Sedang

12

Sedang

16

Tinggi

Sedang

12

Sedang

18

Tinggi

14

Sedang

13

Sedang

Sedang

18

Tinggi

13

Sedang

16

Tinggi

85

3
8
3
9
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5
4
6
4
7
4
8
4
9
5
0
5
1
5
2
5
3
5
4
5
5
5
6
5
7
5
8
5
9
6
0
6
1
6
2
6
3
6
4
6
5
6
6
6
7
6
8
6
9
7
0
7
1
7
2
7
3
7
4
7
5

17

Tinggi

16

Tinggi

18

Tinggi

18

Tinggi

16

Tinggi

15

Tinggi

16

Tinggi

Rendah

10

Sedang

14

Sedang

Sedang

17

Tinggi

Sedang

13

Sedang

16

Tinggi

14

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

16

Tinggi

14

Sedang

Sedang

Sedang

11

Sedang

Sedang

16

Tinggi

Rendah

Rendah

Sedang

Sedang

Rendah

Sedang

Rendah

12

Sedang

17

Tinggi

Rendah

Rendah

Rendah

86

7
6
7
7
7
8
7
9
8
0
8
1
8
2
8
3
8
4
8
5
8
6
8
7
8
8

12

Sedang

13

Sedang

Sedang

11

Sedang

12

Sedang

Sedang

Rendah

10

Sedang

11

Sedang

Sedang

12

Sedang

Sedang

12

Sedang

87

Lampiran 8

STIKes BHAMADA SLAWI

LEMBAR

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

DOKUMENTASI

88

89

Lampiran 9
STIKes BHAMADA SLAWI

LEMBAR

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

KONSULTASI

90

91

92

93

CURRICULUM VITAE
Nama

: Mohammad Rizqi Dzuazmi

Tempat dan tanggal lahir

: Tegal, 17 September 1993

Jenis kelamin

: Laki-laki

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Kajenengan, Dk. Tegalkubur, Ds. Yamansari


Rt.01/07, Kec. Lebaksiu, Kab. Tegal

Nama orang tua

: 1. M. Talkhis
2. Yuni Astuti

Pekerjaan orang tua

: 1. Wiraswasta
2. PNS

Riwayat pendidikan

: 1. SDN YAMANSARI 03
2. SMP N 01 LEBAKSIU
3. SMA N 01 BALAPULANG

Anda mungkin juga menyukai