Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jenis Ujian : UTS

(UNINDRA) Nama : Yusuf Rachman


FAKULTAS PASCASARJANA NPM : 20227270080
SEMESTER GANJIL T.A. 2023/2024 Program Studi : Pendidikan MIPA
Jl. Nangka No.58C Tanjung Barat, Jagakarsa, Mata Kuliah : Seminar Proposal Tesis
Jakarta Selatan
Kelas/Semester : 1b/Semester 3
Tlp.: (021) 78835283 – 7818718 ex .: 104
Dosen : Prof. Dr. Supardi U.S
1. Tuliskan Judul Penelitian yang sudah disetujui/disepakati.

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTERPERSONAL


TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki kemampuan untuk mengembangkan kualitas manusia dari berbagai segi
sehingga memegang peranan yang sangat penting. Menurut undang- undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Berdasarkan definisi
tersebut keberhasilan tujuan belajar diperoleh dari tiga hal yaitu, usaha sadar dan terencana, suasana
belajar dan proses pembelajaran, serta pengembangan potensi diri pesera didik.
Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa proses pendidikan tidak hanya berbicara
tentang memberikan ilmu dan informasi terbaru untuk peserta didik, tetapi arti pendidikan yang
sebenarnya adalah usaha untuk menghasilkan peserta didik yang mampu mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, kepribadian, serta akhlak yang baik dalam bekal hidupnya di masa depan.
Dalam hal ini menurut Winkel dalam Riyanto (2008:5) juga mengungkapkan, pendidikan
adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap,
perubahan tersebut bersifat secara relative konstan dan berbekas. Berdasarkan definisi tersebut dapat
diketahui bahwa tujuan dan hasil belajar tidak hanya untuk mendapatkan pengetahuan kognitif saja,
tetapi juga tetapi juga untuk membentuk sikap dan kepribadian. Namun saat ini, dunia pendidikan
cenderung menuntut hasil belajar dari segi kognitif saja. Hal ini terbukti kelulusan siswa hanya dilihat
dari aspek pencapaian nilai.
Belajar dilakukan secara sadar oleh individu untuk memenuhi kebutuhannya. Kemampuan
belajar yang dimiliki setiap peserta didik, merupakan bekal yang sangat utama. Dengan kemampuan
belajar, peserta didik akan mengalami perubahan-perubahan, mulai dari saat lahir sampai mencapai
usia dewasa. Perubahan yang terjadi tersebut merupakan hasil dari suatu proses belajar. Berhasil
tidaknya belajar terlihat dari hasil evaluasi setalah proses belajar.
Hal ini dipengaruhi juga dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi memberikan
berbagai dampak dalam berbagai segi kehidupan. Banyak sekali masalah yang terjadi akibat
penggunaan IPTEK yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang diterapkan. Seiring dengan
perkembangan jaman dan kemajuan teknologi tersebut, sangat dibutuhkan sumber daya manusia
(SDM) yang mampu memfilter berbagai informasi. Diantaranya SDM yang mampu berpikir secara
logis, interpersonal, sistematis, bekerja secara efektif, dan mampu menghadapi berjuta tantangan yang
ada. Sumber daya manusia yang memiliki kemampuan seperti itulah yang dibutuhkan supaya
informasi tersebut dapat dipilih sesuai dengan kepentingan kita.
Sumber daya manusia (SDM) seperti itu didapatkan melalui lembaga pendidikan sekolah.
Pendidikan merupakan hal yang terpenting pada setiap bangsa. Kosasih (2007:49) menyatakan tujuan
pendidikan yang humanistic adalah mengembangkan strategi dan teknologi yang lebih manusiawi
dalam rangka menciptakan ketahanan dan keterampilan manusia guna menghadapi kehidupan yang
secara terus menerus berubah. Oleh sebab itu pembelajaran harus mampu menjawab kebutuhan
peserta didik, untuk merencanakan tujuan hidup, bagaimana memilih nilai-nilai, bagaimana
membangun identitas diri, bagaimana membentuk ketangguhan diri, bagaimana mengupayakan relasi
dan komunikasi pribadi yang efektif dengan sesama dan lingkungannya. Melalui peningkatan kualitas
sumber daya manusia, tantangan kehidupan dalam persaingan global dapat dihadapi secara mandiri
dan percaya diri.
Untuk dapat memenuhi dan mengikuti perkembangan tersebut diperlukan lembaga pendidikan
yang memadai. Lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal memegang peranan penting
karena merupakan salah satu lembaga untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah yang disebut pendidikan formal
dilaksanakan serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi. Kegiatan-kegiatan di sekolah
bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri anak dalam bentuk proses belajar dan
pembelajaran.
Dengan pendidikan, diharapkan bisa meningkatkan kualitas manusia yang memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan matematika sekolah merupakan salah satu cara
dalam meningkatkan kualitas manusia karena penguasaan berpikir matematika akan memungkinkan
salah satu jalan untuk menyusun pemikiran yang jelas, tepat dan teliti. Hal ini menyebabkan seseorang
mampu mengembangkan potensi dirinya.
Matematika sebagai suatu ilmu berfungsi pula untuk melayani ilmu pengetahuan lainnya.
Ini artinya ilmu matematika melayani ilmu pengetahuan lainnya dalam mengembangkan dan
menjalankan operasionalnya. Oleh karena itu, penguasaan matematika secara tuntas oleh peserta didik
sangat diperlukan. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan belajar mengajar matematika perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Akan tetapi pada kenyataanya, prestasi belajar
matematika anak-anak di Indonesia masih rendah. Programme for international student assessment
(PISA) memaparkan pada tahun 2018 bahwa pendidikan matematika Negara Indonesia berada di
peringkat 74 dari 79 negara. Hal ini menunjukkkan bahwa anak-anak Indonesia kurang berminat pada
matematika. Banyak hal yang menyebabkan siswa kurang berminat pada matematika.
Kemungkinannya disebabkan karena sebagian besar anak-anak di Indonesia beranggapan bahwa
matematika itu sulit. Bahkan matematika menjadi hal yang menakutkan bagi anak-anak, sehinggga
mereka kurang berprestasi dalam bidang matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran disekolah yang menggunakan simbol- simbol
abstrak. Simbol-simbol abstrak inilah yang membuat matematika menjadi unik. Matematika juga
merupakan ilmu pengetahuan eksak yang abstrak, yang menuntut banyak analisa, dan perhitungan.
Ada tiga faktor yang menyebabkan matematika itu dianggap sulit, yaitu matematika itu sendiri,
guru, dan siswa itu sendiri. Faktor matematika itu sendiri dikarenakan matematika itu banyak abstrak
berupa simbol- simbol, menuntut banyak analisa, perhitungan dan lain-lain. Faktor guru dikarenakan
guru yang memegang peranan penting dalam pembelajaran matematika mempengaruhi
tersampaikannya matematika kepada siswa, terutama cara guru dalam mengkomunikasikan konsep
matematika kepada siswa. Faktor siswa itu sendiri dikarenakan pada saat kegiatan belajar
berlangsung, kemampuan siswa menerima informasi yang disampaikan guru berupa konsep
matematika yang abstrak cukup penting. Siswa harus bisa mengkomunikasikan konsep-konsep
matematika secara tertulis maupun lisan, padahal tidak semua siswa mampu menerima informasi itu
dengan baik. Ketidakmampuan siswa menerima informasi dengan baik, salah satunya bisa disebabkan
karena kondisi kegiatan belajar mengajar yang tidak kondusif maupun kondisi siswa yang tidak baik
saat menerima pengajaran dari guru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua golongan, yaitu Faktor yang ada pada diri
sendiri dan faktor yang ada diluar individu. Faktor yang ada pada diri sendiri berupa kemampuan
kognitif, motivasi, bakat dan lain-lain. Sedangkan Faktor dari luar berupa sarana dan prasarana,
kondisi lingkungan, guru, dan lain-lain.
Intelegensi termasuk dalam faktor internal. Anak yang mempunyai intelegensi tinggi biasanya
lebih mudah menyerap pelajaran sementara yang mempunyai intelegensi yang rendah pada umumnya
sedikit sulit dalam menyerap pelajaran. Namun pada kenyataannya tak jarang disekolah – sekolah,
peserta didik yang mempunyai intelegensi tinggi belum tentu memiliki hasil belajar yang optimal
sementara peserta didik yang memiliki intelegensi rata-rata memiliki hasil belajar yang optimal.
Kecerdasan emosional perlu ditumbuh kembangkan peserta didik, agar peserta didik dapat
mengelola kehidupan emosionalnya lebih terkendali dan terarah. Kecerdasan emosional merupakan
bagian mental yang sering terabaikan. Dalam pergaulan sehari-hari emosi yang stabil sangat
dibutuhkan. Namun tidak semua peserta didik dapat mengatur emosinya dengan cerdas.
Berdasarkan observasi, adapun permasalahan yang terjadi dikelas, yaitu banyak peserta didik
yang memiliki kesadaran diri yang rendah, pada saat peserta didik presentasi di depan kelas ada yang
masih gugup dan bergemetar saat berbicara. Selanjutnya pengaturan diri peserta didik masih kurang,
pada saat di dalam kelas ketika kelas ribut dan guru sedang menjelaskan ada peserta didik yang marah-
marah, karena kelas berisik, dan ada juga peserta didik yang memberitahu dengan cara yang baik,
selain itu ada yang hanya diam tidak memperdulikan suasana kelas tersebut.
Dalam kegiatan sebelum pembelajaran guru memberikan motivasi atau dorongan agar peserta
didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, hal ini dilakukan karena kurangnya
motivasi untuk membaca buku terlebih dahulu sebelum pembelajaran sehingga peserta didik kurang
memahami materi apa yang sedang dipelajarinya. Selanjutnya empati, pada saat peserta didik selesai
melaksanakan ulangan ada beberapa peserta didik yang remedial kemudian peseta didik yang tidak
remedial turut memberikan semangat dan mengajarinya materi yang tidak dimengerti diharapakan
setelah remedial nilai yang didapat lulus KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), selain itu jika ada
peserta didik yang sakit peserta didik yang lain menjenguk dan mengumpulkan dana. Keterampilan
sosial peserta didik, pada saat ia membuat kelompok dalam hal pengerjaan tugas ada yang bisa
bekerjasama dengan tim, dan ada yang tidak bisa bekerja bersama tim. Selain itu ada beberapa peserta
yang aktif dalam kegiatan organisasi disekolah, dan ada yang pasif tidak mengikuti kegiatan
organisasi di sekolah.
Dalam proses belajar ilmu pengetahuan alam juga terjadi proses berpikir. Berpikir adalah satu
keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada satu tujuan. Cepat
tidaknya suatu masalah terpecahkan tergantung pada kemampuan inteligensinya (kecerdasan).
Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat
sesuatu dengan cara yang tertentu. Pakar psikologi Howard Gardner membagi kecerdasan manusia
menjadi delapan yaitu: (1) Kecerdasan logika matematika, (2) Kecerdasan bahasa/verbal, (3)
Kecerdasan musical, (4) Kecerdasan visual spasial, (5) Kecerdasan kinestetik, (6) Kecerdasan
interpersonal, (7) Kecerdasan intrapersonal, serta (8) Kecerdasan naturalis.
Priyadi (2005), menjelaskan kemampuan berpikir interpersonal yaitu proses mental untuk
menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan,
pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Berpikir kritik berarti memberdayakan keterampilan atau
strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Ahmad (2007), menerangkan bahwa proses berpikir kritik
dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan dan mengacu langsung kepada sasaran,
merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah,
merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika
menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.
Kemampuan berpikir interpersonal merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, pembelajaran dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Dengan adanya proses mental tersebut pada anak, dapat meningkatkan penguasaan konsep pada anak
sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam berpikir interpersonal.
Dengan mengingat akan pentingnya SDM yang mampu berpikir interpersonal sehingga mampu
memfilter semua informasi yang timbul dari perkembangan IPTEK. Kemampuan cepat tidaknya
memfilter informasi tersebut juga dipengaruhi oleh kecerdasan interpersonal pada SDM masing-
masing.
Berdasarkan uraian kajian teori di atas dari berbagai pendapat para ahli pembelajaran, praktisi
pendidikan, dan khususnya pembelajaran Matematika dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran
Matematika bagi siswa sekolah menengah pertama dipilih suatu pembelajaran yang akan digunakan
guru sesuai dengan berfikir interpersonal siswa agar dapat dicapai hasil belajar matematika siswa yang
optimal atau dalam hal ini siswa memiliki kemampuan berpikir kritis matematika dengan kecerdasan
emosional dan kecerdasan interpersonal yang dimilikinya.
Dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan interpersonal, diharapkan mampu mendorong
siswa agar bisa berpikir kritis dalam pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran. Oleh karena itu,
untuk dapat mengetahui lebih jauh terkait permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka akan
dilakukan suatu penelitian dengan judul “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan
Interpersonal Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematika”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan interpersonal secara bersama-sama
terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa?
2. Adakah hubungan antara kecerdasan emosional dengan kemampuan berpikir kritis matematika
pada siswa?
3. Seberapa besar kemampuan berpikir kritis matematika siswa?
4. Adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa?
5. Adakah pengaruh kecerdasan interpersonal terhadap kemampuan berpikir kritis matematika
siswa?
6. Bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa?
7. Apa saja faktor yang memengaruhi kecerdasan emosional siswa?
8. Apa saja faktor yang memengaruhi kemampuan berpikir kritis matematika?
9. Apa saja faktor yang mempengaruhi kecerdasan interpersonal?
10. Bagaimana hubungan kecerdasan emosional, kecerdasan interpersonal dan kemampuan berpikir
kritis matematika siswa?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada definisi
operasional tiap variabel penelitian sebagai berikut :
1. Kemampuan berpikir kritis adalah, suatu kemampuan yang meliputi: Memeriksa kebenaran
argumen / pernyataan, Menyusun pertanyaan disertai alasan, Mengidentifikasi data relevan dan
tidak relevan suatu masalah , Mengidentifikasi asumsi, serta Menyelesaikan masalah disertai
alasan.
2. Kecerdasan Interpersonal adalah, suatu kecerdasan pada seseorang yang meliputi: Menganalisa
masalah, Memikirkan dan menyusun solusi ,deret dengan urutan secara logis, Mencari hubungan,
serta Mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif serta perbandingan.
3. Kecerdasan Interpersonal adalah, suatu kecerdasan pada seseorang yang meliputi: kemampuan
seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain.

D. Rumusan Masalah
Mengacu pada batasan masalah di atas, maka dapat disusun rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan interpersonal secara bersama-
sama terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa?
2. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan berpikir kritis matematika
siswa?
3. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan interpersonal terhadap kemampuan berpikir kritis
matematika siswa ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan interpersonal secara bersama-sama terhadap
kemampuan berpikir kritis matematika siswa.
2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa.
3. Pengaruh kecerdasan interpersonal terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa.
F. Kegunaan penelitian
Kegunaan penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan berupa kajian konseptual tentang beberapa
faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis matematika antara lain kecerdasan
numeric, kecerdasan logis dan kecerdasan verbal.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peserta Didik
Penelitian ini membahas kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik SMP yang
dipengaruhi banyak faktor. Manfaat bagi peserta didik adalah agar peserta didik dapat
mengetahui bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika perlu
diperhatikan faktor yang mendukungnya antara lain kecerdasan emosional dan kecerdasan
interpersonal.
b. Bagi Guru
Manfaat bagi guru adalah sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran yang akan dilakukan, membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk
belajar dalam rangka memberikan perhatian pada sikap peserta didik di kelas.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan-perbaikan pembelajaran
matematika
d. Bagi Universitas Universitas Indraprasta PGRI Jakarta,
Penelitian ini untuk melengkapi sumber bacaan dan perpustakaan di Universitas
Indraprasta PGRI Jakarta khususnya program magister pendidikan MIPA.

Anda mungkin juga menyukai