Di Susun Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
2020
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KERANGKA TEORITIK, PENELITIAN RELEVAN DAN
KERANGKA BERPIKIR
2.1 Kecerdasan Emosional
2.1.1 Pengertian Kecerdasan
(prolog dlu pengertian kecerdasan) Menurut W. Stain (dalam
Agus Sujanto, 1993) kemampuan atau kesanggupan jiwa untuk
beradaptasi dengan cepat dalam situasi baru.
Umumnya, kecerdasan memiliki arti yang sangat luas. Menurut
(Yani, 2011) kecerdasan adalah kemampuan individu dalam mencerna
ilmu dan mempraktikan keterampilan pemecahan masalah yang telah
dipelajarinya. Sedangkan menurut Dwijayanti (2009) kecerdasan
merupakan kemampuan individu dalam memecahkan suatu masalah yang
berguna bagi orang lain.
Kecerdasan merupakan factor psikologis terpenting dalam proses
belajar mahasiswa, karena dengan adanya kecerdasan dapat menentukan
kualitas belajar mahasiswa tersebut. Semakin tinggi kecerdasan yang
dimiliki individu, semakin besar pula peluang individu dalam meraih
prestasi akademik. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan individu,
semakin sulit peluang untuk mencapai kesuksesan belajar (Baharudin dan
Esa Nur Wahyuni, 2008)
Kecerdasan adalah kemampuan individu untuk merespon situasi
baru dan belajar dari pengalaman (Amstrong dalam Dwijayanti, 2009).
Lebih lanjut, Psikolog Perancis Binet mengungkapkan bahwa kecerdasan
adalah kemampuan individu dalam mempertahankan apa yang dituju
melalui sikap kritis terhadap diri sendiri (Lesmana, 2010)
Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan mengenai
kecerdasan yaitu kecerdasan dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan
yang dimiliki individu yang menggambarkan kepintaran, kemampuan
berpikir, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan dalam
beradaptasi dengan situasi baru.
2.1.2 Pengertian Emosi
Istilah emosi berasal dari Bahasa latin yakni Emovere yang
memiliki arti bergerak menjauh. Arti kata ini mengistilahkan bahwa
kecenderungan untuk bertindak bersifat absolut secara emosi (Daniel
Goleman, 2015). Emosi terkait dengan konsep psikologi lainnya, seperti
suasana hati, tempramen, kepribadian dan disposisi. Emosi adalah keadan
individu yang tidak jelas dan sulit di ukur maupun dikendalikan.
Menurut Goleman (2002:411, dalam Firmansyah,2010) Emosi
mengacu pada perasaan serta pikiran yang khas, keadaan biologis dan
psikologis, serta serangkaian kecenderungan tindakan. Pada dasarnya,
emosi adalah dorongan seseorang untuk bertindak. Umumnya, emosi
adalah respon terhadap rangsangan internal dan eksternal seseorang. Dapat
dicontohkan seperti emosi bahagia menyebabkan emosi seseorang
berubah, maka secara fisiologis terlihat tertawa. Begitupun sebaliknya,
emosi sedih dapat menyebabkan seseorang menangis.
Menurut Prawitasari (1995) emosi adalah salah satu aspek
terpenting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat meningkatkan
motivator perilaku, tetapi dapat juga menggangu perilaku manusia yang
disengaja. Goleman (2000) mendefinisikan berbagai macam emosi, antara
lain:
a. Amarah, meliputi beringas, mengamuk, membenci, jengkel,
kesal hati, tersinggung
b. Kesedihan, meliputi pedih, sedih, kesepian, melankolis,
mengasihi diri, putus asa, dan depresi
c. Rasa takut, meliputi cemas, gugup, khawatir dan was-was
d. Kenikmatan, meliputi bahagia, gembira, riang, puas dan senang
e. Cinta, meliputi penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat, bakti, hormat, kemesraan, dan kasih sayang
f. Terkejut, meliputi terpesona dan terpukau
g. Jengkel, meliputi tidak suka, benci, dan hina
h. Malu, meliputi menyesal dan malu hati
Sebagaimana disebutkan diatas, menurut Goleman, semua emosi
pada dasarnya adalah motif individu untuk bertindak. Oleh karena itu,
berbagai macam emosi memacu seseorang untuk merespon atau
melakukan rangsangan yang ada.
2.1.3 Pengertian Kecerdasan Emosional
Salovey dan Mayer (dalam Uno, 2012:69) mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai kemampuan individu untuk mengenali
perasaan, meraih serta membangun perasaan untuk membantu pikiran,
memahami perasaan beserta maknanya dan mengendalikan perasaan
sehingga dapat membantu mengembangkan emosi dan intelektual
Ahli psikolog Israel, Bar-On mengusulkan model terobosan lain
mengenai kecerdasan emosional pada tahun 1992, yaitu kecerdasan
emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosional dan social
yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhasil dalam mengatasi
tuntutan maupun tekanan dari lingkungan (Goleman, 2000:180)
Goleman (2017) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
kemampuan individu dalam memotivasi diri, kemampuan beradaptasi
dengan masalah, mengendalikan emosi, kesenangan tidak berlebihan,
mengelola suasana hati, dan menjaga agar beban stress tidak
melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdo’a.
Lebih lanjut, Goleman (2000) mengungkapkan kecerdasan
emosional adalah kemampuan individu dalam mengelola kehidupan
emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with
intelligence); menjaga kesesuaian dan ekspresi emosi (the appropriateness
of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan social.
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk merasakan,
memahami serta secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi
sebagai sumber energi, emosi, hubungan dan pengaruh yang bersifat
manusiawi (Robert dan Cooper, dalam Ginanjar, 2001).
Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan
individu untuk memahami dan mengelola emosi diri sendiri maupun orang
lain, kemampuan untuk memotivasi diri dalam menghadapi frustasi dan
kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain (kerjasama).
2.1.3.1 Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Goleman (2001:57-59) mengungkapkan aspek-aspek kecerdasan
emosional yang dikutip dari Salovey dan memperluas kemampuan tersebut
menjadi 5 kemampuan utama, antara lain kemampuan mengenali emosi
diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan motivasi diri, kemampuan
mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan.
Kemampuan mengenali emosi diri merupakan dasar dari
kecerdasan emosional. Kemampuan mengenali emosi diri adalah suatu
kemampuan yang dimiliki individu untuk mengenali perasaan sewaktu
perasaan itu terjadi. Ahli psikologi menyebutkan kemampuan ini sebagai
kesadaran diri atau metamood, yakni kesadaran indvidu akan emosinya.
Adanya kesadaran diri dapat menjadi sebuah acuan untuk selalu waspada
terhadap suasana hati dan pikiran. Seseorang yang acuh terhadap hal
tersebut akan mudah larut dalam emosi dan suasana hatinya didominasi
oleh emosi tersebut. Walaupun kesadaran diri belum menjamin dapat
terkontrolnya emosi, tetapi merupakan prasyarat penting untuk
mengendalikan emosi, sehingga seseorang dapat dengan mudah
mengendalikan emosi.
Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan individu
dalam menangani dan mengendalikan perasaan atau emosi sehingga dapat
diungkapkan secara tepat sehingga tercapai keseimbangan dalam diri
individu. Emosi merupakan suatu kekuatan yang dapat mengalahkan nalar,
oleh karena itu diperlukan pengendalian, penanggulangan dan
pendisiplinan kehidupan emosional melalui aturan-aturan untuk
mengurangi gejolak emosi terutama pada manusia yang seringkali
memiliki nafsu yang terlalu bebas dan mengalahkan nalar manusia.
Dengan kata lain, individu harus mampu mengelola emosinya dengan
baik. Seseorang yang berhasil mengelola emosinya maka mampu
menghibur diri sendiri saat mengalami kesedihan, mampu keluar dari rasa
cemas, mampu bangkit dari rasa ketersinggungan dan perasaan-perasaan
yang menekan. Dan juga sebaliknya, seseorang yang tidak berhasil dalam
mengelola emosinya akan selalu bertarung melawan perasaan murung dan
bahkan melarikan diri dari hal-hal yang merugikan dirinya. Emosi dengan
intensitas terlampau lama serta berlebihan yang meningkat dapat merusak
stabilitas individu
Kemampuan memotivasi diri. Motivasi adalah hasrat yang dimiliki
seseorang untuk melakukan sesuatu yang menuntun seseorang mencapai
tujuan, membantu dalam pengambilan tindakan inisiatif dan bertindak
secara efektif untuk bertahan dalam menghadapi kegagalan dan frustasi.
Dalam mencapai prestasi seseorang harus memiliki motivasi diri, dalam
arti memiliki ketekunan dalam menahan diri terhadap kepuasan,
mengendalikan dorongan hati serta memiliki motivasi yang positif yakni
antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri. Individu yang memiliki
kemampuan memotivasi diri cenderung lebih produktif dalam upaya yang
dilakukannya serta memiliki kegigihan dalam memperjuangkan tujuan
walaupun tentunya pasti ada hambatan serta peluang kegagalan.
Kemampuan mengenali emosi orang lain, biasa disebut dengan
empati. Empati merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali atau
peduli pada orang lain dan menunjukkan kecakapan empati seseorang
(Goleman, 2017). Seseorang dengan kemampuan empatinya akan lebih
mudah merasakan yang dirasakan orang lain, mampu menerima sudut
pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan mampu untuk
mendengarkan orang lain. Kemampuan mengenal emosi orang lain atau
empati didasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka terhadap
emosinya, maka besar kemungkinan seseorang tersebut akan terampil
dalam membaca perasaan orang lain. Begitupun sebaliknya, seseorang
yang belum mampu menyesuaikan dengan emosinya sendiri, tentunya
tidak akan mampu mengenali dan menghormati perasaan atau emosi orang
lain
Kemampuan membina hubungan yakni kemampuan dalam
membina hubungan merupakan keterampilan yang menunjang popularitas,
kepemimpinan dan keberhasilan antarpribadi. (Goleman (2002:59)).
Kemampuan dasar dalam berhasilnya seseorang membina hubungan yaitu
dengan adanya keterampilan dalam berkomunikasi. Seseorang yang hebat
dalam kecakapan membina hubungan akan berhasil dalam bidang apapun.
Seseorang akan berhasil dalam pergaulannya karena mampu
berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Menurut Goleman
(2000:59) individu yang popular dalam lingkungannya dan menjadi teman
yang menyenangkan karena kemampuannya dalam berkomunikasi.
Bagaimana seseorang mampu membina hubungan dengan orang lain dapat
dilihat dari keramah tamahan seseorang, kebaikan hati, hormat dan disukai
orang lain. Berkembangnya kepribadian seseorang dapat dilihat dari
banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya Seseorang yang
memiliki kemampuan dalam membina hubungan memungkinan untuk
membentuk hubungan, menggerakan dan mengilhami orang-orang,
membina kedekatan, meyakinkan dan mempengaruhi serta membuat orang
lain merasa nyaman.
Nugraha dan Rahmawati (2011:62) menjabarkan kelima aspek
yang dipaparkan oleh Goleman dalam pemetaan yang sistematis
berdasarkan aspek dan karakteristik kecerdasan emosional, ditunjukkan
dalam table berikut ini:
Tabel 2.1
Aspek-aspek kecerdasan emosional dan karakteristiknya
a. Factor psikologis
Faktor ini berasal dari dalam diri individu yang akan membantu
individu dalam mengelola, mengatasi, mengendalikan dan
mengkoordinasikan keadaan emosi
b. Factor pelatihan emosi
Pada dasarnya emosi tidak dipengaruhi oleh factor genetic, sehingga
kecerdasan emosional dapat diajarkan kepada dan memberikan
kesempatan bagi orang tua sekaligus pendidik untuk mengajarkan dan
mengembangkan kecerdasan emosional individu
c. Factor pendidikan
Melalui pendidikan, individu dapat mengenal berbagai bentuk
kecakapan emosi yang berguna untuk dirinya, orang lain maupun
lingkungan sekitar
d. Factor keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kali individu dapat mengenal
berbagai bentuk emosi yang dapat diajarkan melalui pola asuh orang
tua dan individu dapat berinteraksi dengan lingkungan social
Mengenal emosi
Mengelola emosi
Membina
hubungan