Atika Mardiah, Fani Yulanda Devara, Riza Putri, Vivi Melati, Widya Lestari
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Putra Indonesia “YPTK”
Padang
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendidikan karakter serta kepribadian
dalam menegakkan disiplin Mahasiswa UPI YPTK Padang. Metode yang digunakan yaitu
metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi yaitu
pengamatan. Hasil yang diperoleh setelah penelitian yaitu peranan pendidikan karakter serta
kepribadian dalam menegakkan perilaku disiplin Mahasiswa UPI YPTK Padang sudah
optimal. Tingkat keberhasilan implementasi perilaku disiplin relatif bergantung pada
kesadaran pelaksanaannya.
Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Kepribadian, Disiplin.
Abstrak
This study aims to analyze character and personality education in enforcing the
discipline of UPI YPTK Padang students. The method used is descriptive qualitative method
using observation data collection techniques, namely observation. The results obtained after
the research, namely the role of character and personality education in enforcing the
disciplinary behavior of UPI YPTK Padang students are optimal. The success rate of
implementing disciplined behavior is relatively dependent on the awareness of its
implementation.
Keywords: Character Education, Personality, Discipline.
A. Pendahuluan
Secara umum, pendidikan adalah untuk membentuk agar seseorang memperoleh
pengetahuan, berakhlak mulia dan keterampilan. Pendidikan merupakan komponen untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Berbicara masalah pendidikan salah satu aspeknya adalah disiplin mahasiswa yang
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan dalam proses belajar mengajar.
Disiplin merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam belajar (Sugiarto, Ahmad Pujo, Tri
Suyati, 2019). Upaya dalam mendisiplinkan mahasiswa tidaklah mudah sebab membutuhkan
kesadaran dari mahaiswa. Disiplin merupakan kunci utama dalam meraih kesuksesan. Untuk
belajar secara efektif dan efisien diperlukan kesadaran berdisiplin dan motivasi belajar yang
tinggi dari setiap mahasiswa. Belajar secara efektif dan efisien dapat dilakukan oleh
mahasiswa yang berdisiplin (Akmaluddin, 2019). Dalam mencapai tujuan pendidikan
sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan nasional memberikan kesempatan belajar yang
seluas-luasnya pada setiap warga Negara. Pendidikan yang sepadan dengan pembentukan
perilaku etis anak didik adalah pendidikan yang berbasis pada pembentukan karakter.
Pendidikan karakter atau pendidikan watak sejak awal munculnya pendidikan oleh para ahli
dianggap sebagai hal yang niscaya (Hutami et al., 2020)
Mahasiswa sebagai input dan output pendidikan seringkali memperlihatkan pola
tingkah laku yang beragam, hal ini wajar karena didalam tiap individu mahasiswa memiliki
keunikan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya (Syafrida, 2022). Namun keunikan
ini memerlukan pengembangan dan penyaluran supaya dapat terarah kepada hal-hal yang
positif dan dapat menjadi lebih disiplin. Oleh sebab itu, dalam penerimaan manusia tidak
dibenarkan adanya perbedaan atas dasar jenis kelamin, agama, ras, latar belakang sosial,
kemampuan ekonomi, dan sebagainya.
Kepribadian seseorang akan dibentuk dalam kondisi lingkungannya sejak ia
dilahirkan dan akan mengalami interaksi dengan berbagai kepribadian yang dimiliki oleh
orang lain. Pada dasarnya kepribadian seseorang tidak terjadi secara kebetulan dan
kepribadian dibentuk oleh genetika, kondisi faktor lingkungan seseorang. Hal ini jelas sekali
bahwa kepribadian seseorang akan dibentuk juga oleh lingkungan kerja yang dihadapi sehari-
harinya, misalnya karyawan yang ada di lapangan atau pabrik akan berbeda perilaku
kesehariannya dengan karyawan yang ada di kantor (staf administrasi). Kepribadian manusia
berbeda antara orang satu dengan orang yang lainnya sehingga jumlah macam kepribadian
identik dengan jumlah manusia yang terlahirkan disamping itu kepribadian seseorang akan
dipengaruhi oleh krisis yang terjadi selama rentang kehidupan dan sesuai dengan proses
pembelajaran dari kehidupannya atau perkembangan status sosialnya (Kusumodewi et al.,
2021).
Kepribadian juga didefinisikan sebagai pola yang unik dan relatif stabil dari perilaku,
gagasan, dan emosi yang diperlihatkan seseorang. Dalam ilmu sosial dipercaya bahwa
karakteristik kepribadian yang stabil dapat bertahan dan karakter tersebut dapat
mempermudah orang untuk berperilaku secara konsisten dalam situasi yang berbeda.
Sedangkan dalam perspektif hubungan atau interaksi, menggambarkan perilaku saling
mempengaruhi yang dihasilkan dari perbedaan individu dalam pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, dan kepribadian dengan faktor-faktor situasional
Sebuah proses pendidikan tidak akan berhasil jika tidak ada penerapan disiplin kepada
para mahasiswa (Musfah, 2020). Disiplin bisa dikatakan sesuatu yang berhubungan dengan
suatu aturan yang harus dipatuhi, berkaitan dengan kepatuhan seseorang terhadap suatu
aturan yang berlaku. Disiplin adalah kemampuan memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-
hal yang positif guna mencapai sebuah prestasi. Disiplin juga berarti kemampuan berbuat
yang memberikan manfaat bagi diri, orang lain, dan lingkungan. Disiplin terkait dengan tata
tertib dan ketertiban. Ketertiban berarti kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan
karena didorong oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya. Disiplin adalah kepatuhan yang
muncul karena kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang itu. Sedangkan tata tertib
berarti perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.
Sejak awal, para mahasiswa harus dikenalkan dengan lingkungan kampus yang menghargai
dan menjunjung tinggi kedisiplinan. Yayasan Perguruan Tinggi harus bisa meyakinkan pada
para mahasiswa bahwa perilaku baik dan prestasi cemerlang hanya bisa diraih dengan
kedisiplinan tinggi para mahasiswa. Tanpa kedisiplinan, fungsi perkuliahan akan mandul dan
potensi mahasiswa akan terkubur, bahkan akan banyak mahasiswa terlibat masalah.
Kurangnya kesadaran disiplin di kalangan mahasiswa mengakibatkan banyak pihak
yang dirugikan, seperti keterlambatan mahasiswa yang masuk kelas. Dosen yang sedang
mengajar dengan penuh konsentrasi lalu mahasiswa yang terlambat masuk ke kelas sehingga
konsentrasi yang dimiliki oleh dosen akan pecah dan mahasiswa yang disiplin dengan datang
tepat waktu akan terganggu proses belajarnya. Gara-gara satu orang yang tidak disiplin maka
banyak pihak yang telah dirugikan
Kurangnya kesadaran mahasiswa tidak hanya terjadi di dalam kelas melainkan juga
terjadi di luar kelas, seperti melanggar peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak
kampus, pelanggaran lalu lintas dan pelanggaran aturan di lingkungan masyarakat.
Kurangnya kesadaran ini, harus dibangkitkan dengan sanksi-sanksi dan penanaman
kedisiplinan yang harus diterapkan dan dibiasakan dari kecil, sehingga ketika sudah besar
nanti sudah terbiasa untuk bersikap disiplin (Boga & Uny, n.d.).Disiplin dalam tata tertib
dalam kehidupan bila dirinci secara khusus dan terurai dari aspek demi aspek akan
menghasilkan etika sebagai norma-norma yang berlaku dalam pergaulan, termasuk juga
dalam hubungan dengan lingkungan sekitar.
Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan lulusan untuk menguasai
ilmu pengetahuan dan kompetensi sesuai bidang/jurusannya. Lulusan perguruan tinggi tidak
cukup hanya menguasai hard skills saja, namun harus juga menguasai soft skills sebagai
penguat hard skills agar lebih mampu bekerja produktif dan berkualitas. Semua ini kemudian
dimaksudkan untuk menjadikan negara lebih maju dari negara-negara yang lain. Akhir-akhir
ini pendidikan diarahkan untuk menanggulangi permasalahan putus sekolah, kenakalan anak-
anak, pengangguran dan dunia kerja. Bagi negara-negara yang sedang berkembang masih
ditantang dengan adanya beban lagi, yaitu mengatasi kemiskinan dan kebodohan. Beberapa
negara termasuk Indonesia sudah mulai menekankan fungsi pendidikan formal sebagai
tempat latihan serta persiapan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan lapangan akan tenaga
kerja (Natonis, 2020).
Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran praktik terdapat beberapa
permasalahan. Pertama, sebagian besar mahasiswa belum memiliki kemauan untuk berbuat
yang terbaik dan terstandar ataupun mengutamakan kesempurnaan, ada kecenderungan
sekadar untuk memenuhi tugas saja. Kedua, kurang memiliki kebiasaan kerja yang sistematis,
terkoordinir secara baik yang mencerminkan kerja yang efisien dan efektif. Ketiga,
kurangnya kemandirian kerja, ada kecenderungan ketergantungan pada teman dan dosen
sehingga sering terjadi kesalahan proses atau-pun produk. Keempat, kurangnya inisiatif
ataupun ide-ide kreatif bila menemui permasalahan dalam proses atau produk, hingga
hasilnya kurang maksimal.
Penguasaan tanggung jawab dan disiplin penting ditekankan untuk mahasiswa UPI
“YPTK” Padang. Tanggung jawab memiliki makna untuk meningkatkan manajemen diri,
bekerja dalam tim maupun orientasi selalu belajar. Disiplin bisa jadi menguatkan kinerja
yang berorientasi pada nilai kebaikan dan keunggulan.. Disiplin diri adalah penguasaan diri,
pengekangan diri, keterandalan diri, dan kemandirian. Terdapat delapan cara untuk
menguatkan disiplin diri, antara lain:
(1) Putuskanlah bahwa kamu benar-benar ingin menjadi seseorang yang berdisiplin diri
(2) Buatlah komitmen
(3) Pelajarilah aturan-aturan
(4) Bertanggung jawablah
(5) Latihlah
(6) Lakukanlah kegiatan-kegiatan yang meningkatkan disiplin dirimu
(7) Hapuskanlah kebiasaan-kebiasaan yang merugikan
(8) Mulailah kelompok pendukung disiplin diri.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk membahas suatu
permasalahan dengan cara meneliti, mengolah data, menganalisis, dan mendeskripsikan
dengan pembahasan yang teratur dan sistematis dengan pendekatan kualitatif. Dengan
menggunakan metode ini akan dapat diperoleh informasi secara lengkap berkenaan dengan
masalah yang hendak diteliti dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat.
Metode deskriptif digunakan oleh peneliti karena akan meneliti mengenai pendidikan
karakter dalam menegakkan perilaku disiplin mahasiswa. Fokus dari penelitian ini yaitu
mengamati dan menganalisis gambaran implementasi nilai-nilai kedisiplinan mahasiswa
dalam mematuhi aturan kampus UPI “YPTK” Padang sehingga hasilnya berupa data-data
hasil analisis dan dapat mendeskripsikan gambaran yang lebih jelas tentang situasi penerapan
kedisiplinan pada mahasiswa di Universitas dengan memusatkan pada aspek-aspek seperti
jenis pelanggaran tata tertib, faktor penyebab pelanggaran, kendala dan upaya dari kampus,
dan cara meminimalisasi maupun mengatasi masalah kedisiplinan siswa. Adapun langkah-
langkah yang akan dilakukan peneliti adalah dengan menganalisis terlebih dahulu
pelanggaran siswa terhadap norma tata tertib perkuliahan dan mendeskripsikan upaya-upaya
yang dilakukan pihak kampus dalam menerapkan nilai-nilai kedisiplinan pada mahasiswa
serta mencari solusi yang dapat dilakukan dalam menerapkan nilai kedisiplinan pada
mahasiswa.
Untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis menggunakan
teknik pengumpulan yaitu: observasi yaitu pengamatan.. Teknik analisis data adalah dengan
mengolah data melalui teknik deskripsi kualitatif dengan menggambarkan atau
mendeskripsikan fakta-fakta yang ada di lapangan, kemudian menganalisisnya secara
kualitatif.
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan
Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu ducare, berarti
“menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan e, berarti “keluar”. Jadi, pendidikan
berarti kegiatan “menuntun ke luar”. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada
cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan.
Secara umum pendidikan adalah untuk membentuk agar anak memperoleh
pengetahuan, berakhlak mulia dan keterampilan. Adanya pendidikan yang diterima oleh
seseorang. Dalam mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang dirumuskan dalam
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggungjawab. Dalam dunia
pendidikan tidak hanya harus unggul dalam bidang akademis namun perilaku juga menjadi
bagian terpenting.
Menurut (Rusydayana, L S, 2020) Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan,
keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sebagai sebuah
kegiatan dan proses aktivitas yang disengaja merupakan gejala masyarakat ketika sudah
mulai disadari pentingnya upaya untuk membentuk, mengarahkan, dan mengatur manusia
sebagaimana dicita-citakan masyarakat. Pendidikan sering terjadi dibawah bimbingan orang
lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
b. Pengertian Karakter
Karakter adalah seperangkat sikap yang selalu dikagumi menjadi tanda-tanda
kebaikan, kebajikan dan kematangan moral seorang. Secara etimologi, istilah karakter asal
dari bahasa latin characther, yang berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti kepribadian
serta akhlak (Yuliananingsih, 2017).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti: 1) Sifat-sifat
kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. 2) Karakter
juga bisa bermakna “huruf”. Menurut (Ditjen Mandikdasmen-Kementerian Pendidikan
Nasional), karakter ialah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri spesial tiap individu
buat hayati serta berhubungan, baik pada lingkup keluarga, rakyat, bangsa serta negara.
Karakter Menurut W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah
sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati
pada individu. Menurut (Parinduri, 2019) individu yang berkarakter baik merupakan individu
yang bisa membuat keputusan serta siap mempertanggungjawabkan tiap dampak berasal
keputusan yang beliau buat. Karakter mulia berarti individu mempunyai pengetahuan wacana
potensi dirinya, yang ditanda-tandai menggunakan nilai-nilai mirip reflektif, percaya diri,
rasional, logis, kritis, analitis, kreatif, dan inovatif, mandiri, hayati, sehat, bertanggungjawab,
cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, bisa dianggap, amanah, emnempati
janji, adil,rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun,
ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja,
bersemangat, dinamis, irit/efisien, menghargai ketika pengabdian/dedikatif, pengendalian
diri, produktif, ramah, cinta estetika, sportif, terbuka, tertib.
c. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter adalah Suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter pada warga
organisasi/ sekolah/ perguruan tinggi yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Pendidikan karakter bertujuan untuk
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi pada ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan pancasila. Oleh karena itu lembaga pendidikan formal sebagai wadah
resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam
membentuk kepribadian mahasiswa melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan
yang memuat tentang karakter.
Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang didalamnya terdapat
suatu tindakan yang mendidik dan diperuntukkan bagi generasi berikutnya. Tujuan
pendidikan karakter adalah untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-
menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik (Parinduri,
2019). Pendidikan karakter adalah suatu ilmu pengetahuan yang berfungsi memperbaiki
karakter manusia yang perlu ditanamkan sejak dini guna mencetak generasi berakhlak dan
bermoral pancasila yang masih dalam lingkup revolusi mental. Pendidikan karakter bukan hal
baru dalam tradisi pendidikan di indonesia. Beberapa pendidik indonesia modern seperti
Soekarno telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai pembentuk
kepribadian dan identitas bangsa yang bertujuan menjadikan bangsa indonesia menjadi
bangsa yang berkarakter.Pendidikan karakter berfungsi membangun kehidupan kebangsaan
yang multikultural, membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu
berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan umat manusia pengembangan potensi dasar
agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan yang baik,
membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup
berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.
2. Disiplin
a. Pengertian Disiplin
Kata disiplin berasal dari Bahasa Latin “discipline” yang berarti “latihan atau
pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat.” Menurut (Sugiarto,
Ahmad Pujo, Tri Suyati, 2019) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin akan membuat seseorang tahu
dan dapat membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan,
yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal yang
dilarang). Bagi seorang yang berdisiplin, karena sudah menyatu dalam dirinya, maka sikap
atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, namun sebaliknya
akan membebani dirinya apabila ia tidak berbuat disiplin. Nilai-nilai kepatuhan telah
menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupannya. Disiplin yang mantap pada hakikatnya
akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Disiplin merupakan salah satu
dari sekian banyak upaya untuk memperbaiki perilaku individu sehingga taat dan patuh
pada aturan, hukum atau norma yang berlaku. Disiplin sering disebut sebagai sikap mental
seseorang yang mengandung kerelaan mematuhi, ketentuan, peraturan, dan norma yang
berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Tanggung jawab, baik yang
berhubungan dengan waktu maupun terhadap kewajiban dan hak. Ada juga yang
menganggap disiplin dapat juga diartikan sebagai sikap menumbuhkan kendali diri,
karakter atau keteraturan, dan efisiensi.
Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan membentuk seseorang melakukan
sesuatu menjadi lebih baik. Disiplin adalah suatu proses yang dapat menumbuhkan
perasaan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan tujuan organisasi secara
objektif, melalui kepatuhannya menjalankan peraturan organisasi. Kedisiplinan belajar
adalah salah satu cara untuk membantu peserta didik agar dapat mengembangkan
pengendalian diri mereka selama proses belajar mengajar hingga membantu percepatan
tujuan pendidikan yang telah diamanatkan dalam undang-undang.
Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku
perorangan, kelompok atau masyarakat berupa ketaatan terhadap perbuatan-perbuatan atau
ketentuan yang ditetapkan pemerintah atau etika, norma dan kaidah yang berlaku dalam
masyarakat untuk tujuan tertentu. Kurangnya kedisiplinan selama proses pendidikan dapat
dilihat dari proses dan respon setiap individu dalam tindakan dan sikap dalam dirinya
dalam menyikapi segala sesuatu.
Dari pendapat di atas, dikatakan bahwa disiplin terbentuk dari adanya kesadaran dan
kesediaan seseorang dalam mentaati semua aturan dan norma yang telah ditetapkan. Hal
ini berarti bahwa kedisiplinan terbentuk bukan dari suatu keterpaksaan tetapi harus dari
kesadaran seseorang pelaksanaannya disiplin tidak hanya karena adanya hukuman bagi
sipelanggar, namun terbentuk dari adanya rasa tanggung jawab yang dimiliki orang
tersebut. Dengan terbentuknya rasa disiplin dalam diri setiap orang, maka hal tersebut
dapat meningkatkan gairah kerja dan tujuan organisasi maupun individu akan terlaksana
dengan baik.
Menurut Siswanto, Disiplin adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat
terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta
sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia
melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Sedangkan Flippo,
mengemukakan bahwa disiplin adalah setiap usaha mengkoordinasikan perilaku seseorang
pada masa yang akan datang dengan mempergunakan hukum dan ganjaran. Definisi diatas
memfokuskan pengertian disiplin sebagai usaha untuk menata perilaku seseorang agar
terbiasa melaksanakan sesuatu sebagaimana mestinya yang dirangsang dengan hukuman dan
ganjaran.
b. Macam-macam Disiplin
Menurut (Arifin, 2017) ada dua konsep mengenai disiplin, yaitu disiplin positif dan
disiplin negatif. Disiplin positif sama artinya dengan pendidikan dan bimbingan karena
menekankan pertumbuhan di dalam diri yang mencakup disiplin diri (self discipline) yang
mengarah dari motivasi diri sendiri, dimana dalam melakukan sesuatu (mentaati aturan
dan norma) harus datang dari kesadaran diri sendiri. Disiplin belajar merupakan ketaatan
dan kepatuhan terhadap peraturan tertulis maupun tidak tertulis dalam proses perubahan
perilaku yang menetap akibat praktik yang berupa pengalaman mengamati, membaca,
menirukan, mencoba sesuatu, mendengarkan, serta mengikuti arahan. Disiplin bagi
mahasiswa diartikan lebih khusus tindakan yang bertujuan untuk ketaatan dalam
lingkungan sekolah, untuk pembangunan kepribadian yang baik diperlukan lingkungan
keluarga yang memiliki sikap disiplin yang baik sehingga mahasiswa setiap harinya akan
terlatih untuk bertindak disiplin dan penuh tanggung jawab. Disiplin negatif berarti
pengendalian dengan kekuasaan luar yang biasanya dilakukan secara terpaksa dan dengan
cara yang kurang menyenangkan atau dilakukan karena takut hukuman (punishment).
Apabila disiplin ditegakkan dengan ancaman hukuman maka terjadilah kepatuhan
semu. Karena mahasiswa yang patuh melaksanakan karena terpaksa, takut akan sanksi,
atau hukuman maka disiplin yang demikian inilah yang disebut disiplin semu. Disiplin
seperti ini dapat mematikan kreativitas dan inisiatif bawahan, karena itu menegakkan
disiplin dengan ancaman atau hukuman dipandang kurang manusiawi dan tidak bersifat
mendidik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mengapa mahasiswa banyak yang tidak bisa menerapkan
sikap disiplin dalam bidang belajar sebagai berikut:
1. Faktor Intern (dari diri sendiri) Kurang motivasi, malas, mahasiswa tidak memiliki
minat belajar yang tinggi dan mahasiswa tidak bisa menerapkan cara belajar yang
baik, pengertian dari kedisiplinan itu sendiri dapat diartikan sebagai kepatuhan atau
ketaatan terhadap peraturan yang berlaku. Sedangkan arti dari belajar adalah kegiatan
yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui.
2. Faktor Extern (dari luar) Orang tua yang kurang memberikan dukungan, guru yang
kurang memerikan motivasi kepada mahasiswa, teman sebaya atau lingkungan yang
sangat mempengaruhi kedisiplinan mahasiswa.
d. Unsur Kedisiplinan
Menurut (Flora, 2019) unsur kedisiplinan meliputi
- Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk berbuat atau bertingkah laku, tujuannya
adalah membekali mahasiswa dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi dan
kelompok tertentu. Peraturan memiliki dua fungsi penting yaitu, fungsi pendidikan, sebab
peraturan merupakan alat memperkenalkan perilaku yang disetujui anggota kelompok
kepada mahasiswa, dan fungsi preventif karena peraturan membantu mengurangi perilaku
yang tidak diinginkan.
- Hukuman
Hukuman berasal dari kata latin yaitu punier yang berarti menjatuhkan hukuman
kepada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran
atau pembalasan. Tersirat di dalamnya bahwa kesalahan, perlawanan atau pelanggaran ini
disengaja, dalam artian mahasiswa mengetahui perbuatan itu salah tetapi tetap
melakukannya. Tujuan hukuman yaitu untuk mendidik dan menyadarkan mahasiswa
bahwa perbuatan yang salah mempunyai akibat yang tidak menyenangkan. Hukuman
diperlukan juga untuk mengendalikan perilaku disiplin, tetapi hukuman bukan satu-
satunya cara untuk mendisiplinkan mahasiswa.
- Penghargaan
Istilah penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan atas hasil yang baik.
Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi dapat juga berbentuk pujian, kata- kata,
senyuman atau tepukan di punggung. Penghargaan mempunyai tiga peranan penting yaitu,
1) Penghargaan mempunyai nilai mendidik,
2) Penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui
secara sosial, dan
3) Penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan
tiadanya penghargaan akan melemahkan perilaku.
- Konsisten
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi harus menjadi ciri
semua aspek disiplin. Konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman
perilaku, diajarkan dan dipaksakan dalam hukuman yang diberikan kepada siswa yang
tidak menyesuaikan pada standar, dan dalam penghargaan bagi siswa yang menyesuaikan.
Konsistensi mempunyai tiga fungsi yaitu,
1) Mempunyai nilai mendidik yang besar,
2) Konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan yang baik
di masyarakat dan menjauhi tindakan buruk, dan
3) Konsistensi membantu mahasiswa untuk hormat pada aturan-aturan dan masyarakat
sebagai otoritas. Mahasiswa yang telah disiplin secara konsisten.
f. Hasil Penelitian
Tabel 1.1 Bentuk aturan dalam perkuliahan Mahasiswa UPI “YPTK” Padang
(Satuan orang)
No Disiplin Rincian Perilaku Selalu Sering Kadang- Tidak
kadang Pernah
Tidak berambut 53 0 4 0
gondrong, rambut dicat
warna dan memakai
anting bagi laki-laki
Selalu memperhatikan 29 15 5 1
pelajaran yang
disampaikan selama
perkuliahan (tidak
keluar masuk kelas)
Memarkirkan kendaraan 48 5 4 0
secara rapi dan teratur
Disiplin waktu mahasiswa pendidikan karakter kelas A3 kelas tahun akademik 2022
Observasi dilakukan pada Mahasiswa kelas akuntansi 3 dalam observasi pada disiplin
waktu mahasiswa. Selama melakukan observasi peneliti menemukan bahwa beberapa
Mahasiswa mengikuti dan menerapkan perilaku disiplin waktu dengan baik. Mulai dari
pengamatan pertama peneliti melihat banyak mahasiswa yang datang lebih awal dan tidak
terlambat walaupun juga terdapat beberapa mahasiswa yang datang terlambat walaupun
sudah diberi waktu kelonggaran selama 15 menit setelah perkuliahan berlangsung dengan
alasan bangun kesiangan, ban motor yang bocor, jarak rumah yang jauh dari kampus dan
sebagainya padahal tidak ada yang dapat memastikan benar tidaknya alasan tersebut. datang
lebih awal, mengisi absen dan menyerahkan absen tidak terlambat, mengikuti perkuliahan
dengan baik seperti tidak keluar masuk saat perkuliahan berlangsung, tidak berbicara,
memainkan handphone dan sebagainya dan mengikuti perkuliahan hingga selesai.
Selain itu, peneliti juga melakukan observasi disiplin waktu pada Mahasiswa
akuntansi 3 yang tidak keluar masuk selama perkuliahan berlangsung. Selama pengamatan
peneliti melihat beberapa mahasiswa yang terus menerus keluar masuk selama perkuliahan,
dengan menggunakan berbagai alasan seperti pergi ke toilet, izin mengangkat telepon dan
lain sebagainya bahkan hal itupun mungkin dapat dikatakan seperti kebiasaan bagi
mahasiswa yang sudah terbiasa keluar masuk selama pelajaran. Hal tersebut sebenarnya
sangat merugikan mahasiswa itu sendiri karena akan kesulitan untuk menerima kembali
materi yang disampaikan setelah terpotong saat keluar kelas bahkan juga dapat mengganggu
perkuliahan teman yang lainnya. Namun, disamping siswa yang kurang disiplin juga terdapat
banyak mahasiswa yang fokus memahami pelajaran selama perkuliahan berlangsung hingga
perkuliahan berakhir.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan jumlah sampel 50
orang Mahasiswa akuntansi 3 UPI “YPTK” Padang dapat dilihat bahwa terdapat lebih banyak
Mahasiswa yang mengikuti disiplin waktu dalam kampus walaupun masih ada beberapa
mahasiswa yang kurang disiplin sehingga perlu lebih ditingkatkan lagi.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti menyampaikan saran sebagai berikut : (1)
Agar Mahasiswa mengenal lebih dalam bagaimana lingkungan kampus, salah satunya aturan
tata tertib yang ada dan sanksi yang akan didapat. (2) mengamati mahasiswa mengenai
kedisiplinan lebih sering. (3) sosialisasi mengenai tata tertib dan lebih mengintensifkan
frekuensi pengenalannya, menegakkan sanksi, karena aturan yang dibuat pasti dibarengi
dengan sanksi. (4) kampus memberikan fasilitas yang dimana dapat mendorong minat peserta
didik untuk lebih bisa menerapkan kedisiplinan.
E. Referensi