Anda di halaman 1dari 4

Nama : Glen K Berutu

NIM : F4401231084
Asrama : C1
Lorong :1
Kamar :3
Kedisiplinan Asrama

Pendidikan merupakan cara atau upaya untuk membentuk anak menjadi pintar, memiliki
karakter dan kepribadian yang baik, cerdas dan berakhlak mulia serta dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan tidak hanya bertujuan untuk
membentuk peserta didik untuk pandai, pintar, berpengetahuan, dan cerdas tetapi juga
berorientasi untuk membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, berpribadi, dan bersusila
(Barnadib, 1995). Oleh karena itu, pendidikan juga harus memperhatikan kebudayaan sebagai
hasil budi daya cipta, rasa, dan karsa manusia karena kebudayaan merangkum berbagai hasil
karya luhur manusia tersebut (Suharsimi, 2003). Disiplin merupakan pengaruh yang dirancang
untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan menjaga
keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh
sesuatu, dengan pembatasan atau peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap dirinya.
Kedisiplinan perlu adanya, karena disiplin merupakan modal untuk meraih keberhasilan. Dengan
memiliki sikap disiplin seseorang akan terbiasa dengan hal-hal yang membuat dirinya bisa
berkembang, mengerjakan sesuatu tepat pada waktunya dan dapat mengembangkan potensi yang
ada pada dirinya.
Kedisiplinan merupakan prinsip fundamental dalam kehidupan manusia yang memainkan
peran penting dalam membentuk karakter dan menciptakan lingkungan yang teratur (Wantah
2005). Dalam konteks asrama, kedisiplinan memiliki peran yang lebih mendalam, karena selain
membentuk karakter individu, juga berkontribusi pada pengembangan pribadi yang holistik.
Asrama, sebagai lingkungan tempat tinggal dan pembelajaran bagi individu muda, memberikan
peluang unik untuk membentuk kedisiplinan yang kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Salah
satu aspek penting dari kedisiplinan dalam asrama adalah waktu. Menerapkan disiplin waktu
mengajarkan para siswa untuk menghargai dan mengatur waktu mereka dengan baik. Jadwal
harian yang terstruktur membantu menciptakan rutinitas sehari-hari yang membentuk kebiasaan
positif. Kegiatan seperti bangun pagi, waktu belajar, dan waktu istirahat yang ditetapkan
membantu mengajarkan nilai-nilai tanggung jawab dan ketepatan waktu.
Kedisiplinan dalam menjaga kerapihan dan kebersihan lingkungan asrama juga
merupakan aspek penting. Para siswa diajarkan untuk merawat ruangan tempat tinggal mereka,
memahami pentingnya menjaga kebersihan bersama, dan menghormati hak privasi sesama
penghuni asrama. Ini bukan hanya tentang tugas sehari-hari, tetapi juga tentang membentuk
sikap hormat terhadap lingkungan dan orang lain. Kedisiplinan dalam tindakan juga tercermin
dalam aturan dan norma-norma perilaku yang harus diikuti oleh semua penghuni asrama. Ini
mencakup etika berkomunikasi, bersikap sopan, dan menghormati perbedaan individu. Dengan
menerapkan kedisiplinan dalam interaksi sosial, para siswa belajar tentang pentingnya
menghargai perasaan dan pandangan orang lain serta menghindari konflik yang tidak perlu.
Penerapan disiplin di asrama, meskipun bertujuan untuk membentuk karakter dan
menjaga ketertiban, seringkali memiliki kelemahan yang dapat mengurangi efektivitasnya. Salah
satu kelemahan utamanya adalah kemungkinan terjadinya ketidakpuasan dan perlawanan dari
siswa. Aturan yang dianggap terlalu ketat atau tidak sesuai dengan harapan mereka dapat
memicu rasa frustrasi, mengakibatkan siswa menentang atau bahkan melanggar aturan tersebut.
Selain itu, kurangnya komunikasi yang efektif mengenai alasan di balik aturan dan
konsekuensinya juga dapat membuat siswa bingung dan tidak sepenuhnya memahami tujuan di
balik disiplin tersebut. Hal ini dapat mengurangi legitimasi aturan dan membuat siswa kurang
termotivasi untuk mematuhinya. Dalam beberapa kasus, penerapan disiplin yang kaku dan
seragam juga bisa mengabaikan perbedaan individual dalam latar belakang, kemampuan, dan
tantangan pribadi siswa, yang dapat berdampak pada pengalaman yang tidak adil dan tidak
memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itu, penting bagi lembaga asrama untuk mengakui
dan mengatasi kelemahan-kelemahan ini melalui pendekatan yang lebih adaptif, transparan, dan
berfokus pada pembentukan karakter serta pengembangan pribadi siswa.
Kedisiplinan dalam manajemen diri merupakan komponen kunci dalam pengembangan
pribadi. Siswa diajarkan untuk mengatur diri sendiri, mengelola waktu dengan efisien, dan
mengambil tanggung jawab atas tugas-tugas akademis dan non-akademis mereka. Ini membantu
mengembangkan kemampuan mandiri, inisiatif, dan tanggung jawab yang penting dalam
kehidupan setelah meninggalkan lingkungan asrama (Wibowo 2012). Dalam konteks asrama,
kedisiplinan bukanlah sekadar aturan yang harus diikuti secara kaku, tetapi merupakan
pembelajaran tentang pengembangan karakter dan pribadi yang kuat. Kedisiplinan yang
ditanamkan dalam asrama dapat membekas dalam kehidupan sehari-hari dan membantu siswa
menjadi individu yang lebih terorganisir, bertanggung jawab, dan tanggap terhadap tuntutan
dunia nyata.
Sikap disiplin yang rendah merupakan masalah penting yang dihadapi oleh dunia
pendidikan. Semakin rendahnya sikap disiplin yang dimiliki oleh seorang anak dapat
menghambat proses pendidikan. Selain itu, rendahnya sikap disiplin yang dimiliki oleh seorang
anak dapat menyebabkan munculnya perilaku negatif seperti cenderung berani melakukan
berbagai pelanggaran terhadap aturan yang ada, baik aturan di sekolah maupun di luar sekolah.
Sikap disiplin dapat dimunculkan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan cara
menerapkan kebiasaan disiplin pada anak sejak dini. Sistem pendidikan boarding school telah
lama ada di Indonesia. Sistem pendidikan boarding school bukan merupakan suatu hal yang baru
dalam konteks pendidikan di Indonesia. Sudah sejak lama lembaga pendidikan di Indonesia
menggunakan sistem boarding school. Sistem pendidikan boarding school dianggap mampu
mendidik dan membentuk karakter para santrinya menjadi lebih disiplin (Andi 2013). Dalam
kegiatan sehari-harinya para santri dituntut untuk dapat mengatur waktu dengan baik. Karena,
dalam sekolah boarding school terdapat aturan-aturan mengenai waktu yang berlaku di asrama
seperti jam belajar, jam asrama, dan lain sebagainya. Hal ini tentu menjadi hal yang sulit bagi
santri yang sebelumnya terbiasa tinggal di rumah dengan orang tuanya yang terkadang menjadi
dimanjakan dan lebih dibebaskan. Pendidikan kedisiplinan perlu diajarkan sedari dini. Disiplin
tidak bisa terbangun secara instan. Dibutuhkan proses panjang agar disiplin menjadi kebiasaan
yang melekat kuat dalam diri seorang anak.
Kesimpulan yang diperoleh dari beberapa fakta yang telah dijabarkan yaitu kedisiplinan
dalam asrama memiliki dampak yang mendalam dalam membentuk karakter, membantu
pengembangan pribadi, dan mempersiapkan individu untuk menghadapi tantangan kehidupan.
Dengan mengajarkan nilai-nilai tanggung jawab, ketepatan waktu, kerapihan, dan manajemen
diri, asrama menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan holistik. Oleh karena itu,
penting bagi para penghuni asrama, pendidik, dan orang tua untuk bekerja sama dalam
membangun kedisiplinan yang positif dan bermakna dalam pembentukan generasi masa depan.
Daftar Pustaka
Andi Moelong LJ 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Barnadib SI. 1995. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta.
Suharsimi A. 2003. Manajemen Pengajaran. Jakarta. Rineka Cipta.
Wantah MJ. 2005. Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak Usia Dini.
Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagakerjaan Perguruan Tinggi.
Wibowo A. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai