Anda di halaman 1dari 33

PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

(PPKN) DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SISWA DI SMP


SHALAHUDDIN MALANG

PROPOSAL SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

DEVI AYU FITRIANI

200711640066

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
DEPARTEMEN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang
diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat
sesuai dengan cita-cita pendidikan (Laili Arfani, 2018). Ruang lingkup pendidikan mencakup
semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang pedidikan (Novianti dkk, 2020).
Kemudian menurut UU No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensinya dalam
kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia. Dari beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu proses dalam
rangka meningkatkan perubahan pada pembentukan sikap, kepribadian, dan keterampilan
manusia dalam menghadapi masa depan secara berkelanjutan dalam suatu usaha sadar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat dan mengikuti perkembangan zaman.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tujuan untuk menyiapkan


peserta didik yang beriman, bertakwa, kreatif dan inovatif serta berwawasan keilmuan dan
juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Banyak faktor yang memengaruhi tercapainya tujuan pendidikan, baik faktor dari peserta
didik yaitu disiplin belajar siswa maupun hasil belajar siswa (Mulyasa, 2005). Oleh karena
itu salah satu cara guru untuk mencapai tujuan pendidikan adalah dengan meningkatkan
disiplin belajar peserta didik. Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan,
tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap
peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah atau etik, norma serta kaidah yang
berlaku dalam masyarakat (Loheni dkk, 2023).

Kegiatan pembelajaran di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan tata tertib
yang diberlakukan di sekolah dan setiap peserta didik dituntut untuk dapat berperilaku
disiplin sesuai dengan peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan
peserta didik terhadap berbagai peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah itu biasa
disebut disiplin peserta didik. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan
lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah (Marta Da Rince
dkk, 2021). Siswa yang mempunyai kedisplinan pada tingkat tinggi yang didapatkan dalam
pendidikan dan diterapkan oleh orang tua serta keluarga maka siswa tersebut akan melakukan
proses belajar dengan sadar, sukarela, dan dengan penuh tanggung jawab begitu pula dengan
sebaliknya (Mustari, 2014).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya fenomena pelanggaran kedisiplinan


yang ada di sekolah. Saat ini masih banyak peserta ddik yang mempunyai perilaku yang
belum bisa dikontrol dan jauh dari kata disiplin. Fenomena pelanggaran kedisiplinan yang
sering terjadi di lingkungan sekolah misalnya siswa terlambat datang ke sekolah, siswa tidak
memakai seragam dengan rapi, siswa tidak mengerjakan tugas, siswa sering bolos sekolah,
siswa tidak memakai atribut sekolah dengan lengkap, siswa tidur disaat jam pelajaran, siswa
mencontek saat ujian dan lain sebagainya. Maka hal inilah yang harus segera dibenahi karena
menyangkut pembentukan karakter disiplin siswa.
Kenyataannya hingga saat ini disiplin bagi peserta didik merupakan hal yang
cenderung sulit dilakukan. Peserta didik beranggapan bahwa disiplin merupakan hal yang
sangat rumit dan banyak aturannya. Sehingga pada akhirnya siswa justru menunjukkan
tingkah laku yang melanggar kedisiplinan. Faktor yang mempengaruhi siswa melakukan
pelanggaran kedisiplinan menurut Fiara, dkk., (2019) ysng pertama adalah a) Faktor internal
yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti motivasi rendah dan manajemen
waktu yang kurang baik, kemudian b) Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari
luar diri siswa, misalnya seperti dari kebiasaan di lingkungan keluarga, penerapan tata
tertib sekolah atau kebiasaan guru serta dari kebiasaan di lingkungan sekitar. Sedangkan
indikator yang dipakai sebagai acuan untuk mengukur pelanggaran kedisiplinan siswa
menurut Arikunto (dalam Fiara, dkk., 2019) yaitu perilaku tidak disiplin siswa di dalam
kelas, perilaku tidak disiplin siswa di luar kelas, dan melanggar kesopanan.

Dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di sekolah sangat diperlukan peran guru
yang mana guru adalah pendidik sekaligus orang tua siswa di sekolah. Peran guru selain
sebagai pendidik adalah membina kedisiplinan siswa. Guru sebagai seorang pendidik
menempati profesi yang penting dalam proses pembelajaran. Guru adalah orang yang
mempunyai wewenang dan juga tanggungjawab untuk membimbing serta membina murid
(Abdul Hamid, 2017). Karakter yang harus dimiliki seorang guru professional yaitu
berwawasan luas, disiplin, cekatan, terampil, dan berkepribadian unggul (Mutmainah &
Kamaluddin, 2018).

Oleh karena itu perlu diperhatikan khususnya bagi guru PPKn dan guru
lainnya,bahwa guru merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan yang harus berperan
aktif dalam membina karakter siswa agar menjadi pribadi yang disiplin. Dalam rangka ini
guru tidak semata hanya sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge tetapi juga
sebagai pendidik yang melakukan transfer of values (Sudirman dalam Mutmainah &
Kamaluddin, 2018).

Sejatinya mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)


menekankan pada pembinaan terhadap perilaku warga negara untuk dapat menjalankan hak
dan kewajibannya sebagai warga negara yang disiplin dan berkarakter (Firmansyah dkk,
2020). Oleh karena itu sebagai guru PPKn hendaknya mampu membina perilaku peserta
didik melalui pendidikan karakter agar menjadikan siswa berdisiplin dan berkarakter unggul.
Setiap peserta didik pasti memiliki karakter yang berbeda karena karakter merupakan sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Untuk
membina kedisiplinan siswa guru harus menerapkan pendidikan karakter di sekolah.
Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk mempengaruhi
karakter peserta didik yang mana guru diharuskan dapat membentuk karakter peserta didik
dengan cara memberikan keteladanan, cara berbicara, toleransi, dan lain sebagainya. Perilaku
guru yang negatif dapat membunuh karakter anak (pemarah/galak, kurang peduli, membuat
anak merasa rendah diri, mempermalukan anak di depan kelas, dan lain-lain). Adapun
perilaku guru yang positif, misalnya sering memberikan pujian, kasih sayang, adil, bijaksana,
ramah, dan santun kepada peserta didik (Jejen Musfah, 2012).

Dalam penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yakni pada penelitian
Fitriani (2021) yang berjudul “Peran Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa dalam
Proses Pembelajaran PPkn Di MA Al-Raisiyah Tahun Ajaran 2019/2020”. Hasil penelitian
Fitriani mengungkapkan bahwa peran peran guru dalam meningkatkan meningkatkan
kedisiplinan siswa dalam proses pembelaaran PPKn yaitu dengan cara memberikan
pemahaman tentang pentingnya kedisiplinan supaya siswa mempunyai kesadaran tentang
pentingnya disiplin dengan cara berkomunikasi yang baik disertai nasihat yang bijak seperti
disiplin waktu dan disiplin mengumpulkan tugas. Sedangkan yang membedakan antara
penelitian Fitriani dengan penelitian ini adalah terletak pada lokasi penelitian dan tahun
penelitian.

Berkaitan dengan latar belakang di atas ternyata masih banyak terjadi


ketidakdisiplinan siswa di sekolah dan kurangnya figur guru dalam membina kedisiplinan
siswa. Maka dari itu diperlukan peran guru khusunya guru PPKn dalam membina
kedisiplinan siswa untuk menciptakan budaya disiplin sejak dini. Berdasarkan permasalahan
tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Peran Guru PPKn dalam
Membina Kedisiplinan Siswa Di SMP Shalahuddin Malang”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang tersusun adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana tingkat kedisiplinan siswa di SMP Shalahuddin Malang saat ini?
2. Bagaimana peranan guru PPKn dalam membina kedisiplinan siswa di SMP
Shalahuddin Malang?
3. Bagaimana kendala yang dihadapi guru PPKn dalam membina kedisiplinan siswa
di SMP Shalahuddin Malang?
4. Bagaimana upaya guru PPKn dalam mengatasi kendala-kendala dalam membina
kedisiplinan siswa di SMP Shalahuddin Malang?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun di atas, tujuan penulisan proposal
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa pada saat ini di SMP Shalahuddin
Malang.
2. Untuk mengetahui peran guru PPKn dalam membina kedisiplinan siswa di SMP
Shalahuddin Malang.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru PPKn dalam membina kedisiplinan
siswa di SMP Shalahuddin Malang.
4. Untuk mengetahui upaya guru PPKn dalam mengatasi kendala dalam membina
kedisiplinan siswa di SMP Shalahuddin Malang.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini berguna untuk membantu menambah wawasan tentang tata cara
penulisan karya tulis ilmiah dan untuk menambah pengetahuan tentang peran guru PPKn
dalam membina kedisiplinan siswa serta mencegah siswa melakukan pelanggaran terkait
dengan kedisiplinan siswa.

2. Manfaat Praktis
 Bagi Peneliti
Dapat menambah referensi dan pengembangan bagi penelitian selanjutnya terkait
tentang masalah kedisiplinan siswa.
 Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi para guru untuk
mencegah pelanggaran disiplin dan lebih menekankan pembinaan disiplin untuk
siwa.
 Bagi Siswa
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan untuk menambah pengetahuan
bagi siswa agar tidak melanggar tata tertib sekolah sehingga dapat meningkatkan
kedisiplinan siswa di sekolah.
 Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dijadikan salah satu acuan untuk mengetahui tentang praktik
disiplin di sekolah oleh siswa.

1.5 Definisi Operasional


Beberapa istilah diatas yang dianggap sebagai kata kunci perlu diperjelas agar tidak
terjadi perbedaan persepsi,yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Peran
Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat. Peran juga dapat dikatakan sebagai pelaksanaan hak
dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya atau statusnya..
2. Guru
Guru adalah seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu
ilmu, membimbing,mmelatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada
peserta didik.
3. PPKn
PPKn merupakan singkatan dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang mata pelajaran yang
mempelajari mengenai Pancasila, kewarganegaraan, hukum, serta ilmu politik dan
pemerintahan.
4. Membina
Membina adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
5. Disiplin
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib yang telah
ditetapkan.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Peran Guru PPKn


2.1.1 Definisi Peran Guru
Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status)yakni seseorang melaksanakan
hak dan kewajibannya sesuai dengan peranannya. Dalam sebuah organisasi setiap orang
memiliki berbagai macam karakteristik dalam melaksanakan tugas, kewajiban, serta
tanggung jawab yang telah diberikan oleh tiap organisasi atau lembaga (Soerjono Soekanto
(dalam Ramadani, 2022). Peran adalah sebuah kegiatan yang dilakukan karena adanya
sebuah keharusan maupun tuntutan dalam sebuah profesi atau berkaitan dengan keadaan dan
kenyataan. Peran di pengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil (Fauzi dkk, 2013). Peran adalah terciptanya serangkaian perilaku yang saling
berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu(Uzer Usman, 2008). Jadi peran dapat
dikatakan sebagai pelaksanaan antara hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukan
atau statusnya.
Guru adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk memberi bantuan kepada siswa
untuk pengembangan fisik maupun spiritual (Dri Atmaka, 2004). Menurut Husnul Chotimah
(2008) guru adalah orang yang memfasilitasi proses perpindahan ilmu pengetahuan dari
sumber belajar kepada peserta didik. Jadi guru dapat dikatakan sebagai seseorang yang
pekerjaannya atau mata pencahariannya dan profesinya adalah mengajar.
Sekolah memiliki fungsi utama yaitu pendidikan intelektual, dalam artian mengisi
otak anak dengan berbagai macam pengetahuan yang positif. Sekolah dalam kenyataannya
ternyata masih mengutamakan latihan mental formal yaitu suatu tugas yang pada umumnya
tidak dapat dipenuhi oleh keluarga atau lembaga lain. Oleh sebab itu memerlukan seorang
yang khusus dan telah dipersiapkan yakni seorang guru atau pendidik. Peran guru adalah
terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu
situasi tertentu, serta berorientasi dengan kemajuan dan perkembangan siswa.

Peran guru menurut Cece Wijaya (1991) diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Guru Sebagai Pembimbing
Guru bukan satu-satunya penyampai informasi dan sumber pengetahuan bagipeserta
didik, melainkan guru juga berperan sebagai pembangkit motivasi belajar siswanya.
2) Guru Sebagai Pengatur Lingkungan
Pada hakikatnya mengajar adalah mengatur lingkungan agar tercipta proses belajar
mengajar yang baik. Dalam hal ini guru harus bisa menciptakan suasana kelas yang
efektif sehingga siswa dapat belajar dengan aman dan nyaman.
3) Guru Sebagai Partisipan
Guru berperan sebagai partisipan artinya guru juga harus berperan sebagai peserta ajar
yang baik. Guru juga menengahi setiap masalah yang ada didalam kelas.
4) Guru Sebagai Konselor
Sebagai konselor guru berperan untuk memberikan nasihat kepada peserta didik sesuai
dengan kebutuhannya. Jika ada peserta didik yang kesulitan belajar seorang guru harus
dapat membantu anak tersebut.
5) Guru Sebagai Supervisor
Sebagai supervisor guru berperan sebagai seorang pengawas yang memantau kegiatan
pembelajaran sehingga keadaan kelas tetap kondusif dan kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik.
6) Guru Sebagai motivator
Sebagai motivator, guru harus dapat memberikan motivasi belajar pada peserta didik
sehingga semangat untuk belajar mereka tetap tinggi.
7) Guru sebagai evaluator
Sebagai seorang evakuator, guru setelah proses belajar mengajar berakhir maka guru
bertugas untuk mengadakan sebuah evaluasi guna mengetahui tingkat keberhasilan dalam
memberikan materi ajar kepada siswanya.

Adapun menurut Djamarah (2015) menyatakan bahwa peran guru adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai korektor yang mana guru dapat membedakan mana yang baik dan buruk.
2. Sebagai Inspirator yakni guru sebagai sumber petunjuk.
3. Sebagai informator yaitu guru harus memberikan informasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Sebagai organisator yaitu guru harus menyusun kegiatan pengelolaan akademik,
menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik dan sebagainya.
5. Sebagai motivator yaitu mendorong anak didiknya agar bersemangat dan aktif dalam
belajar.
6. Sebagai inisiator yaitu guru menjadi pencetus ide-ide inovasi kemajuan dalam
pendidikan.
7. Sebagai fasilitator yaitu guru harus menyediakan fasilitas yang memudahkan kegiatan
belajar mengajar.
8. Sebagai pembimbing yaitu gurumembimbing peserta didik menjadi manusia dewasa
yang cakap.
9. Sebagai demonstrator yaitu guru memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis
sehingga tidak terjadi kesalah paengertian antaraguru dengan peserta didik.
10. Sebagai pengelola kelas yaitu guru mengelola kelas dengan baik agar peserta didik
nyaman di kelas.
11. Sebagai mediator yaitu guru harus mengetahui berbagai media belajar dan terampil
menggunakan semua media belajar yang berfungsi sebagai alat komunikasi guna
mengefektifkan proses pembelajaran.
12. Sebagai supervisor yaitu guru harus memperbaikidan menilai secara kritis terhadap
proses pembelajaran.
13. Sebagai evaluator yaitu guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan
jujur ketika memberikan penilaian meliputi aspek extrinsik dan intrinsik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkam bahwa peran guru adalah
sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator,
pembimbing, femonstrator, pengelola keas, mediator, supervisor dan evaluator bagi
siswanya.

2.1.2 Tugas Guru


Guru memiliki banyak tugas baik yang terikat maupun yang tidak terikat dinas.
Dalam Undang- Undang Sisdiknas Bab XI Pasal 36, 40 dan 42 dinyatakan bahwa tugas
guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pendampingan dan pelatihan, melaksaanakan penelitian dan
pengabdian masyarakat, menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis, mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan
mutu pendidikan, memberikan teladan yang baik dan menjaga nama baik instansi, profesi
dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya, memiliki kualifikasi
minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Tugas guru menurut Uzer Usman (2006) guru sebagai profesi meliputi mendidik,
mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan maupun teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan peserta didik.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas bahwa tugas guru adalah mendidik,
melaksanakan proses pembelajaran, dan melakukan bimbingan dan melatih siswa pada
pembentukan jiwa, karakter, dan keperibadian berdasarkan nilai-nilai.

2.1.3 Ciri Kepribadian Guru


Menurut Abd. Rachman Shaleh dan Soependri Suriadinata (dalam Fatchul Mu’in,
2011) beberapa ciri kepribadian yang harus dimiliki oleh guru, antara lain sebagai
berikut:
1. Guru harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat, sikap,
dan amaliahnya yang mencerminkan ketakwaannya tersebut.
2. Guru harus suka bergaul, khususnya bergaul dengan anak-anak. Orang yang tidak
menyukai anak-anak jelas bukanlah orang yang tepat untuk menjadi guru karena
anak-anak adalah kalangan yang akan menjadi teman dialog mereka.
3. Guru adalah orang yang penuh minat, penuh perhatian, mencintai profesinya dan
pekerjaannya, dan berusaha untuk mengembangkan dan meningkatkan profesinya
itu agar kemampuan mengajarnya lebih baik.
4. Guru adalah orang yang suka belajar secara terus menerus.
Meski guru adalah pendidik yang identik dengan orang yang menularkan
pengetahuan dan menyebarkan wawasan, tetapi dia juga harus menjadi orang yang
terdidik yang selalu mempelajari hal-hal baru karena pada dasarnya ilmu yang ada di
dunia ini tak akan pernah habis untuk dipelajari.
Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (1991) dalam bukunya Kemampuan
Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, karakter dan kepribadian yang harus dimi
liki guru masa kini untuk menjadi guru yang secara kualitatif memiliki karakter yang
tepat untuk menajdi pengajar yang berperan maksimal, antara lain: a) Memiliki
kemantapan dan integritas pribadi; b) Peka terhadap perubahan dan pembaruan; c)
Berpikir alternatif; d) Adil, jujur, dan objektif, e) Berdisiplin dalam melaksanakan tugas;
f) Ulet dan tekun bekerja; g) Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya; h)
Simpatik dan menarik luwes, bijaksana, dan sederhana dalam bertindak; i) Bersifat
terbuka; j) Kreatif; k) Berwibawa.

2.2 Definisi Guru PPKn


PPKn merupakan singkatan dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang mempelajari tentang
Pancasila, kewarganegaraan, hukum, serta ilmu politik dan pemerintahan. Pendidikan
kewarganegaraan membicarakan tentang warga negara dan segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan warga negara, seperti hak dan kewajibannya, peran dan tanggung
jawab sebagai warga negara, dan peraturan-peraturan hukum yang berlaku di negaranya. Inti
pendidikan kewarganegaraan adalah nilai-nilai kemanusiaan : kesamaan, kebebasan,
keadilan, solidaritas, dan prinsip-prinsip pegelolaan hidup bernegara, partisipasi,
transparansi atau keterbukaan, tanggung jawab, pemberdayaan dll. (Fauzi dkk, 2013).
Guru PPKn menurut Djahiri (2006) adalah orang yang tugas dan perannya mengajar daan
menyampaikan pelajaran didepan kelas disertai dengan tugas penelitian atau pengabdian
pada dunia pendidikan. Jadi guru PPKn adalah guru yang berwenang dan bertugas untuk
mengajar bidang studi PPKn .
Menurut Komaruddin Hidayat dan Azyumardi Azra (2008) Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan bertujuan untuk membangun karakter bangsa Indonesia antara lain: (a)
untuk membentuk kecakapan partisipatif warga negara yang bermutu dan bertanggung jawab
dalam kehidupan berbangsadan bernegara, (b)menjadikan warga negara yang cerdas, aktif,
kritis, dan demokratis, namun tetap memiliki komitmen menjaaga persatuan dan integritas
bangsa, (c) mengembangkan kultur demokrasi yang beradab, yaitu kebebasan, persamaan,
toleransi, dan tanggung jawab.

2.3 Kedisiplinan Siswa


2.3.1 Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple” yakni seseorang yang
belajar dengan sukarela mengikuti pda seorang pemimpin (Elizabeth Hurlock,
2015). Disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib
dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung
jawab tanpa paksaan dari siapapun (Asy Mas’udi dalam Sugeng Haryono, 2016).
Disiplin merupakan suatu sikap patuh, menghormati, menghargai, dan taat terhadap
peraturan baik tertulis dan tidak tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan
tidak mengelak untuk menerima sanksinya jikamelanggar tugas dan wewenang yang
diberikan kepadanya (Siswanto Bejo, 2003). Berdasarkan dua pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap patuh, menghargai, menghormati,taat,
terhadap tata tertib dan peraturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

2.3.2 Tujuan Disiplin


Guru sebagai pengajar dan pendidik bepreran penting dalam mengembangkan
kedisiplinan siswa. Pada saat proses pembelajaran berlangsung guru PPKn dituntut
untuk dapat melakukan kontrol luar dengan melakukan tindakan-tindakan yang
dapat membentuk kedisiplinan siswa sehingga diharapknan siswa dapat mentaati
peraturan di sekolah maupun diluar sekolah. Manfaat kedisiplinan dalam
pembelajaran PPKn ialah untuk membantu mereka menemukan jati dirinya,
mengatasi dan mencegah timbulnya masalah kedisiplinan, dan berusaha
menimbulkan situasi menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran sehingga siswa
dapat metaati segala peraturan yang telah ditetapkan.
Menurut Hanafi dan Zulkifli (2018) disipliin mempunyai tujuan untuk melatih
kepatuhan dan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk terhadap
pengawasan dan pengendalian. Nurul Zuriah (2011) mengemukan bahwa tujuan
disiplin adalah;
1. Menghindari perbuatan yang tidak baik.
2. Menaklukan kuasa kemauan
3. Memperbaiki kebiasaan
4. Menghancurkan benten setan
5. Menghormati orang tua dan Tuhan
6. Penurunan atas dasar prinsip, bukan paksaan.
Berdasarkan pendapat diatas, tujuan disiplin adalah perintah atas diri untuk
tidak melakukan hal-hal yang tidak baik, menaklukan kuasa kemauan dalam bentuk
yang merugikan diri sendiri, perbaiki kebiasaankebiasan buruk menjadi baik seperti
mabuk-mabukan menjadi tidak mabuk-mabukan, hancurkan benten setan menggoda
untuk menghindari melakukan sesuatu yang merugikan diri, menghormati orang tua
dan Tuhan dalam pembentukan disiplin dan penurunan atas dasar prinsip, bukan
paksaan yang membuat diri nyaman. Sikap disiplin yang diterapkan pada seluruh
peserta didik dalam proses pembelajaran dapat mewujudkan sikap baik, positif, dan
bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain serta bagi lingkungan.

2.3.3 Fungsi Disiplin


Disiplin sangat penting untuk ditanamkan pada peserta didik agar mereka
menjadi sadar bahwa dengan disiplin akan tercapai hasil belajar yang optimal.
Disiplin dengan kasih sayang dapat membantu peserta didik agar mereka mampu
berdiri sendiri (Mulyasa,2011). Fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u (dalam Sugeng
Haryono, 2016) adalah sebagai berikut :
a. Menata kehidupan bersama
Manusia merupakan mahluk social, Manusia tidak akan bisa hidup tanpa
batuan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi pertikaian
antara sesama orang yang disebabkan karena benturan kepentingan. Oleh
karna itu disiplin adalah hal yang penting dilakukan untuk mengatur tata
kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam bermasyarakat
sehingga dengan adanya sikap disiplin maka kehidupan bermasyarakat akan
tentram dan teratur.
b. Membangun kepribadian
Antara orang yang satu dengan orang yang lain mempunyai
kepribadianyang berbeda. Lingkungan yang disiplin sangat berpengaruh
terhadap kepribadian seseorang, apalagi seorang siswa yang sedang
bertumbuh tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur,dan tentram sangat
berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
c. Melatih kepribadian yang baik
Kepribadian yang baik selain perlu dibangun sejak dini dan juga perlu
dilatih karena kepribadian yang baik tidak bisa muncul dengan sendirinya
tanpa dilatih. Kepribadian yang baik perlu dilatih dan dibiasakan dalam
perilaku dan pola kehidupan dan disiplin tidak terbentuk dalam waktu yang
singkat namu perlahan-lahan.
d. Pemaksaan
Disiplin dengan motif kesadaran diri lebih baik dan kuat. Namun disiplin
dapat juga terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Misalnya
ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke sekolah lain yang
berdisiplin, maka siswa tersebut terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada
di sekolah tersebut.
e. Hukuman
Dalam suatu sekolah tentunya terdapata aturan atau tata tertib. Sisi lainnya
berisi hukuman bagi yang melanggar tata tertib. Hukuman berperan sangat
penting karena dengan adanya hukuman dapat memberi motifasi dan kekuatan
bagi siswa untuk mematuhi tata tertib dan peraturan yang ada, karena tanpa
adanya hukuman sangat diragukan bahwa siswa akan mematuhi paraturan
yang ada.
f. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Disiplin di sekolah berfungsi untuk mendukung terlaksananya proses
kegiatan pembelajaran berjalan secara kondusif.

2.3.4 Bentuk-Bentuk Kedisiplinan di Sekolah


Bentuk-bentuk pelaksanaan kedisiplinan di sekolah menurut Fiana dkk (2013)
meliputi:
1. Disiplin dalam kerapian
Aspek-aspek yang tercantum dalam tata tertib sekolah yaitu diantaranya
mengenai kerapian cara berpakaian. Dengan adanya kesadaran siswa untuk
menjalankan peraturan dan tata tertib yang ada maka siswa akan berperilaku
sesuai dengan aturan dan akan meningkatkan kedisiplinannya.
2. Disiplin dalam kerajinan
Siswa yang melaksanaan peraturan dalam kerajinan akan memiliki
kesadaran mengenai pentingnya bersikap disiplin karena disiplin sangat
diperlukan dalam seluruh kegiatan di sekolah.
3. Disiplin dalam kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan sekolah merupakan taggungjawab seluruh warga
sekolah. Lingkungan yamg bersih dan sehat akan memberikan kenyamanan
ketika proses pemebelajaran karena siswa lebih fokus ketika belajar.
4. Disiplin dalam pengaturan waktu belajar
Dalam kegiatan pembelajaran diperlukan jadwal kegiatan belajar yang
tepat sebagai pengatur waktu pembelajaran agar berlangsung dengan efektif
dan eefisien. Dengan begitu siswa akan terbiasa dan meningkatkan
kedisiplinannya.
5. Disiplin dalam kelakuan
Peserta didik diharapkan memiliki sikap disiplin yang baik dalam
bertingkah laku. Karena disiplin merupakan hal yang sangat penting bagi
peserta didik baik dalam kehidupannya disekolah maupun diluar sekolah.

Sugeng Haryono (2016) mengemukakan macam-macam disiplin berdasarkan


ruang lingkup berlakunya diibagi menjadi 3 yaitu :
a) Disiplin diri
Disiplin diri adalah apabila peraturan atau ketentuan yang dibuat
dikhususkan untuk diri sendiri atau individual. Misalnya disiplin dalam
belajar, disiplin dalam pekerjaan, dan disiplin dalam beribadah.
b) Disiplin sosial
Disiplin sosial adalah ketentuan dan peraturan ynag ada harus dipatuhi ole
masyarakat umum. Misalnya ketika musyawarah, tertib lalu lintas dan
kerja bakti lingkungan sekitar.
c) Disiplin nasional
Disiplin nasional yaitu kesadaran nasional akan tatanan masyarakat yang
berlaku serta ketaatan kepada peraturan perundangan serta menjalankan
hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Reisman dan Payne (dalam Mulyasa, 2011) mengemukakan strategi umum dalam
mendisiplinkan peserta didik yang meliputi
a. Konsep diri
Untuk menumbuhkan konsep diri guru disarankan bersikap empatik,
menerima, hangat, dan terbuka pada peserta didik sehingga membantu
memecahkan masalah yang ada dikelas.
b. Keterampilan berkomunikasi
Guru harus mampu mempunyainketerampilan berkomunikasi yang efektif
agar mampu menerima semua perasaan dan mendorong timbulnya kepatuhan
peserta didik.
c. Klasifikasi nilai
Strategi ini digunakan untuk membantu peserta didik dalam menjawab
pertanyaannya sendiri dan tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya
sendiri.
d. Analisi transaksional
Disarankan guru bersikap dewasa terutama apabila dihadapkan dengan peserta
didik yang bermasalah.
e. Terapi realitas
Guru perlu bersikap positif dan tanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di
sekolah.
f. Disiplin yang terintegrasi
Guru harus mampu mengendalikan, mengembangkan, dan mempertahankan
peraturan dan tata tertib sekolah.
g. Modifikasi perilaku
Guru harus bisa menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif yang dapat
memodifikasi perilaku peserta didik.
h. Tantangan disiplin
Guru harus cekatan, terorganisasi, dan tegas dalam mengendalikan
kedisiplinan peserta didik.

Menurut Mulyasa (2011) untuk mendisiplinkan peserta didik dengan berbagai


stategi tersebut guru juga harus mempertimbangkan berbagai situasi dan perlu
memerhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, guru dituntut
untuk melakukan hal-hal seperti berikut ini:
a. Mempelajari perilaku peserta didik di sekolah melalui kartu catatan kumulatif.
b. Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung seperti melalui daftar
hadir kelas.
c. Mempertimbangkan lingkungan sekolah sertalingkungan peserta didik.
d. Memberikan tugas yang jelas dan menggunakan kata-kata yang mudah
dipahami.
e. Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakuka dalam pembelajaran
sesuai dengan yang direncanakan.
f. Berdiri didekat pintu pada waktu pergantian jam pelajaran agar peserta didik
tetap berada dalam posisinya sampai pelajaran selanjutnyaa dilaksanakan.
g. Guru harus bersemangat dalam melakukan pembelajaran agar menjadi contoh
yang untuk bagi peserta didik.
h. Guru harus mampu membuat sesuatu yang bervariasi agar pembelajaran tidak
terlalu monoton sehingga membantu meningkatkan disiplin dan motivasi
belajar peserta didik.
i. Guru harus mnyesuaikan ilustrasi dan argumen dengan kemampuan peserta
didik sehingga guru tidak boleh memaksakan kemampuan peserta didik sesuai
dengan pemahaman guru, maka guru harus mengukur dahulu kemampuan
peserta didiknya.
j. Guru harus membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan
dengan optimal oleh siswanya.

2.3.5 Bentuk Pelanggaran Kedisiplinan Siswa


Bentuk-bentuk pelanggaran kedisiplinan siswa yang sering terjadi di sekolah menurut
Harahap & Hasibuan (2023) yakni:
1. Sering Terlambat Masuk Sekolah
Tidak bisa dipungkiri, di seluruh sekolah pasti ada satu dua siswa yang sering
terlambat. Kalau cuma satu dua kali saja, mungkin bisa dimaklumi karena
mungkin ketiduran. Tetapi kalau terlambat terus terusan, tentunya niat bersekolah
perlu ditanyakan kembali. Ini tidak bisa dibiarkan karena berpotensi menjadi
pembiasaan.
2. Berkeliaran Di Kantin Saat Jam Pelajaran
Banyak siswa yang masih berkeliaran di kantin saat jam pelajaran hal ini sangat
mengganggu teman lainnya dan menimbulkan ketidaknyamanan kegiatan
pembelajaran di sekolah.
3. Tidak Mengerjakan PR
Saat ini sudah menjadi kebiasaan siswa tidak mau mengerjakan PR hal ini
disebabkan karena perilaku ketidakdisiplinan siswa sehingga berdampak pada
terhambatnya capaian pembelajaran siswa.
4. Rambut Siswa Laki-Laki Yang Tidak Memenuhi Standar Aturan Sekolah
Seiring dengan perkembangan zaman banyak siswa yang mengikuti trend model
rambut budaya barat yang cenderung kurang rapi dan kurang pantas untuk pelajar.
5. Siswa Tidak Membawa Peralatan Pembelajaran
Tidak membawa peralatan pembelajaran seperti buku dan alat tulis merupakan
pelanggaran disiplin yang sangat sering terjadi di kalangan pelajar. Hal ini
menyebabkan terganggunya proses pembelajaran karena ketidaklengkapan
perangkat belajar siswa.
6. Memakai Pakaian Tidak Rapi/Lengkap
Pelanggaran cara berpakaian yang sering dilakukan siswa seperti kancing atas
dibuka, seragam tidak dimasukkan, tidak memakai kaos kaki dan sebagainya. Hal
ini juga termasuk pelanggaran kedisiplinan siswa yang tidak bisa ditolerir.

2.4 Pembinaan Kedisiplinan


2.4.1 Pengertian Pembinaan Disiplin Siswa
Pembinaan siswa merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan. Banyak para ahli yang mendefinisikan pembinaan dari berbagai macam
sudut pandang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan berarti usaha,
tindakan dan kegiatan yang digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang baik. Kemudian menurut Sukardi (dalam Febriyani 2017)
pembinaan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang yang dilakukan
secara sadar dan berkelanjutan supaya seseorang tersebut dapat memahami dirinya
sendiri dan sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan.
Setelah mengetahui definisi dari pembinaan, maka selanjutnya memfokus pada
pembinaan disiplin siswa. Rohiat (2008) menyatakan bahwa pembinaan disiplin
siswa merupakan suatu kegiatan yang memberikan pelayanan pada siswa baik
dilakukan pada saat jam pelajaran atau di luar jam pelajaran yang bertujuan agar
siswa menyadari bahwa menjadi pelajar harus melakukan tugasnya dengan baik.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa arti dari pembinaan disiplin
siswa adalah sebuah kegiatan yang meliputi proses, cara, dan usaha memberikan
bimbingan, pemantapan, peningkatan, dan arahan terhadap pola pikir, sikap mental,
dan perilaku, untuk membiasakan siswa menerapkan disiplin dan mendayagunakan
dirinya menjadi manusia yang lebih baik melalui kedisiplinan agar dapat
membentuk pribadi yang berkarakter unggul.

2.4.2 Teknik Pembinaan Disiplin Siswa


Pembinaan disiplin siswa adalah upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah
untuk membentuk perilaku siswa sesuai dengan norma-norma yang berlaku agar
terlaksananya proses pendidikan yang efektif. Menurut Melayu Hasibuan (dalam
Wessy Rosesti, 2020) pembinaan disiplin dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya: melalui pemberian keteladanan, melalui pemberian keadilan, melalui
pemberian pengawasan, melalui pemberian sanksi hukuman, melalui pemberian
ketegasan. Pendapat ini lebih menitikberatkan pada pembinaan disiplin melalui
external control, sehingga dalam upaya pembinaan disiplin yang dilakukan harus
melalui pihak luar agar disiplin siswa dapat terbentuk secara maksimal.
Berbeda dengan Melayu Hasibuan, Ali Imron (2011) menjelaskan bahwa
teknik pembinaan disiplin siswa dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu: a. Teknik
External Control, adalah suatu teknik dimana disiplin peserta didik haruslah
dikendalikan dari luar peserta didik. b. Teknik Inner Control atau internal control,
adalah teknik yang mengupayakan agar peserta didik dapat mendisiplinkan diri
sendiri. c. Teknik Cooperative Control, adalah antara pendidik dan peserta didik
harus saling bekerjasama dengan baik dalam menegakkan disiplin.

Senada dengan Ali Imron, Eka Prihatin (2011) menjelaskan teknik


pembinaan disiplin melalui 3 cara, yaitu: a. Teknik Inner Control. Teknik ini
menumbuhkan kepekaan/ penyadaran akan tata tertib dari pada akhirnya disiplin
harus tumbuh dan berkembang dari dalam peserta didik itu sendiri (self dicipline). b.
Teknik External Control. Melalui teknik ini, menumbuhkan disiplin siswa
cenderung melakukan pengawasan (yang kadang perlu diperketat dan kalau perlu
menjatuhkan hukuman terhadap setiap pelanggaran). c. Teknik Cooperative Control.
Teknik ini adalah dimana guru dengan peserta didik saling mengontrol satu sama
lain terhadap pelanggaran tata tertib.
Merujuk pada beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat tiga teknik pembinaan disiplin siswa, yaitu:
a) Teknik Inner Control, pembinaan kedisiplinan bagi peserta didik yang dilakukan
melalui pemberian motivasi dan keteladanan. Teknik ini diterapkan dengan
menyadarkan peserta didik akan pentingnya kedisiplinan diri sendiri dan
membuat peserta didik menjadi termotivasi untuk selalu menerapkan
kedisiplinan tanpa adanya perintah atau paksaan. Dalam pembinaan ini, yang
berperan adalah guru kelas dan guru BK. Karena guru kelas dan guru BK
memiliki banyak kesempatan untuk saling bertatap muka dan berbagi informasi
kepada peserta didik.
b) Teknik External Control, penerapannya lebih cenderung pada pengawasan
terhadap peserta didik. Dalam pembinaan ini peserta didik dituntut untuk
mengikuti segala peraturan yang telah ditentukan. Karena adanya kewajiban
peserta didik untuk patuh pada aturan yang telah dibuat, maka dalam teknik ini
terdapat sanksi untuk efek jera terhadap peserta didik yang melakukan
pelanggaran. Dalam pembinaan ini, yang berperan adalah wali kelas, guru BK,
dan wakil bidang kesiswaan, dan kepala madrasah melalui pemberian
keteladanan, keadilan, pengawasan, pemberian sanksi hukuman, dan ketegasan.
c) Teknik Cooperative Control, peserta didik dengan tenaga pendidik saling
mengendalikan situasi ke arah tujuan tata tertib yang telah dibangun. Teknik ini
sangat dianjurkan untuk menetralisir teknik inner control (yang menuntut
kedewasaan) dan teknik external control (yang menganggap peserta didik belum
dewasa). Dalam menerapkan pembinaan ini, biasanya dilakukan evaluasi berkala
antara peserta didik dan tenaga pendidik dengan menyediakan kotak saran, untuk
memudahkan peserta didik menuangkan penilaiannya terhadap tenaga pendidik
dan kependidikan yang kemudian di tindak lanjut oleh pihak sekolah.
Berdasarkan uraian teori tentang pembinaan disiplin siswa, maka yang
dimaksud dengan pembinaan disiplin siswa adalah sebuah kegiatan yang merupakan
sebuah cara atau usaha memberikan bimbingan dan arahan terhadap pola pikir, sikap
mental, dan perilaku, untuk membiasakan siswa menerapkan disiplin dan
mendayagunakan dirinya menjadi manusia yang lebih baik melalui kedisiplinan agar
dapat membenbentuk pribadi yang bermartabat dan bermutu. Teknik yang dilakukan
dalam pembinaan disiplin siswa yaitu teknik inner control yang dilakukan melalui
pemberian motivasi dan keteladanan oleh seluruh guru yang ada di sekolah, teknik
external control yang dilakukan melalui pengawasan terhadap peraturan sekolah
oleh pihak yang bertugas mengawasi tata tertib sekolah, dan teknik cooperative
control yang dilakukan dengan pengendalian bersama antara guru dan siswa yang
saling mengawasi satu sama lain.

2.5 Penelitian yang Relevan


Tabel 1.1 penelitian yang relevan
Nama
No Jenis
dan Judul Hasil penelitian
. Penelitian
Tahun
1. Fitriani Peran Guru Dalam Kualitatif Hasil penelitian, bahwa peran
(2021) Meningkatkan peran guru dalam
Kedisiplinan Siswa meningkatkan meningkatkan
Didalam Proses kedisiplinan siswa dalam
Pembelajaran Pkn proses pembelaaran PKn
Online Di Ma Al online yaitu dengan cara
Raisiyah Tahun memberikan pemahaman
Ajaran 2019/2020. tentang pentingnya
kedisiplinan supaya siswa
mempunyai kesadaran tentang
pentingnya disiplin dengan
cara berkomunikasi yang baik
disertai nasihat yang bijak
seperti disiplin waktu dan
disiplin mengumpulkan tugas.
2. Ramadani Peran Guru PPKn Kualitatif Tujuan utama dari penelitian
(2022) dalam ini untuk mengetahui
Meningkatkan bagaimna cara guru PPKn
Kedisiplinan Siswa dalam meningkatkan
di SMP Negeri 11 kedisiplinan siswa disekolah
Binjai. SMP Negeri 11 Binjai. Teknik
dalam penelitian ini
menggunakan cara kualitatif
yaitu menggambarkan suatu
kejadian-kejadian yang terjadi
dilapangan sekolah SMP
Negeri 11 Binjai. Teknik
pengambilan data dalam
penelitian ini yaitu observasi,
dokumentasi, dan wawancara.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa peran guru
PPKn dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa di SMP
Negeri 11 Binjai sudah cukup
baik dilakukan.
3. Jannah, Peran Guru Kualitatif Hasil penelitian ini
Miftakhul Pendidikan menunjukan bahwa peran guru
(2013) Kewarganegaraan PKn dalam meningkatkan
Dalam disiplin siswa SMA N 1
Meningkatkan Rawalo sebagai pembimbing,
Disiplin Siswa contoh atau teladan, pengawas
(Studi Deskriptif dan pengendali sudah berjalan
Analisis Terhadap dengan baik, walaupun masih
Siswa SMA Negeri terdapat banyak kendala baik
1 Rawalo). dari internal maupun eksternal.
Kedisiplinan siswa SMA N 1
Rawalo secara umum sudah
baik.
4. Lestari, Peran Guru PPKn Kualitatif Peneliti mengungkapkan bawa
Ayu Dalam Upaya 1) Kondisi kedisiplinan siswa
(2017) Meningkatkan di SMK Negri 1
Disiplin Peserta Rengasdengklok, kabupaten
Didik (Studi Karawang sudah baik; 2) Peran
Deskriptif Kelas X guru PPKn dalam upaya
SMK Negri 1 meningkatkan disiplin peserta
Rengasdengklok). didik di sekolah terlebih
dahulu merencanakan proses
pembelajaran dengan
dilengkapi nilai, moral, norma,
serta aspek gognitif, apektif,
psikomoto, kegiatan
pembelajaran di kelas, dan
evaluasi pembelajaran; 3)
Upaya guru PPKn dalam
mengatasi kendala-kendala
dalam meningkatkan disiplin
Peserta didik adalah
bekerjasama sama denengan
seluruh warga sekolah dalam
merazia dan Memberikan
keteladanan, pembiasaan
prilaku yang baik dari guru,
membeikan motivasi kepada
peserta didik tentang arti
penting kedisiplinan.

Dari hasil riset yang telah peneliti lakukan dengan melihat beberapa penelitian
terdahulu yang relevan pada tabel diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
terdapat banyak persamaan antara muatan materi penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yakni terletak pada persamaan penggunaan metode penelitian yakni metode
kualitatif. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini terletak pada lokasi dan tahun
penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN

2.5.1 Desain Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif
artinya adalah suatu prosedur penelitian yang mengembangkan fakta-fakta dari
permasalahan yang diteliti kemudian data yang diperoleh dikumpulkan, dianalisis, dan
dijelaskan dengan sedetail mungkin (Arikunto, 2002). Adapun ciri-ciri penelitian
kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2017) adalah: (1) dilakukan pada
kondisi yang alami, (2) manusia sebagai alatnya (instrumen), (3) menggunakan metode
kuaIitatif, (4) menganalisis data dengan cara induktif, (5)penelitian kualitatif cenderung
bersifat deskriptif, (6) penelitian kualitatif lebih berfokus kepada proses dari pada hasil,
(7) memungkinkan memperoleh data dari informan yang unik yang belum pernah terjadi
sebelumnya, (8)Lebih menekankan makna data, (9)Model yaang bersifat sementara, dan
(10)biasanya hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
Agar diperoleh data yang valid dalam penelitian ini perlu menentukan beberapa
teknik pengumpulan data yang sesuai. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh
peneliti akan disajikan secara deskriptif kuaIitatif. Adapun yang dimaksud dengan
deskriptif kualitatif menurut Sugiyono (2017) mengemukakan bahwa aktifitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan dengan interaktif dan berlangsung secara berkelanjutan
sampai tuntas sehingga datanya sudah terpenuhi.

3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berlokasi di Kabupaten Nganjuk tepatnya di SMP
Shalahuddin Malang. Alasan peneliti memilih lokasi di sekolah tersebut karena terdapat
masalah kedisiplinan siswa sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMP
Shalahuddin Malang.
4 Sumber Data
Berdasarkan sumbernya data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
4.3 Data Primer
Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari objeknya (Sugiyono,
2017). Dalam penelitian ini sumber data primer meliputi :
a. Informan yaitu guru PPKn, Guru BK, Kepala Sekolah, dan siswa SMP
Shalahuddin Malang.
b. Seluruh peristiwa yang berlangsung selama penelitian seperti sikap selama
kegiatan pembelajaran.
c. Dokumen yang meliputi jurnal kelas, catatan guru PPKn, foto, serta video.
4.4 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi perusahaan, buku,
dan jurnal ilmiah. (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini data sekunder
didapatkan dari web sekolah dan sumber literatur lainnya dari jurnal maupun
internet.

5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah tahap yang paling utama dalam penelitian karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data sebanyak mungkin (Sugiyono, 2017).
Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2017) adalah sebagai berikut:

 Observasi
Observasi ialah suatu metode untuk mengumpulkan data penelitian dengan sifat
dasar alamiah. Observasi ini dilakukan peneliti untuk mengamati secara laangsung
kondisi di lokasi penelitian kepada seluruh subyek penelitian mengenai peran guru PPKn
dalam membina kedisiplinan siswa.
 Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada responden secara langsung. Wawancara digunakan untuk
memperoleh data yang valid dari responden dimana dalam pelaksanaan wawancara
tersebut dilakukan secara terbuka, bebas tetapi masih berfokus dengan lingkup pedoman
wawancara yang telah direncanakan. Dalam penelitian ini yang menjadi responden untuk
diwawancarai yaitu guru PPKn, Guru BK, Kepala Sekolah dan siswa kelas 8 SMP
Shalahuddin Malang.
 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan dari peristiwa-peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi biasanya dapat berbentuk gambar, tulisan, bahkan karya-karya monumental
dari diri seseeorang atau catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan kebijakan,
dll. Dalam penelitian ini dokumentasi yang diambil adalah sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan disekolah, disitulah peneliti dapat mengambiI dokumentasi peran guru PPKn
dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

6 Teknik Analisis Data


Di dalam suatu penelitian selalu ada teknik analisis data dan data tersebut terdapat
berbagai jeniis metode. Jenis metode yang dipilih untuk pengumpulan data harus disesuaikan
dengan sifat penelitian yang dilakukan. Analisis data lebih difokuskan selama proses di
lapangan yanh bersamaan dengan pengumpulan data. Teknik analisis data menurut Miles dan
Huberman (1992) dalam Sugiyono (2017) yaitu:
Gambar 1.1 Teknik Analisis Data

a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ialah bagian yang penting dari kegiatan analisis data. Kegiatan
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi terkait dengan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian..
b. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka dari itu perlu
dicatat secara teliti dan detail. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumIah data
yang diperoleh akan semakin banyak dan kompleks. Sehingga perlu dilakukan analisis
data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal penting,
kemudian dicari tema dan polanya. Dengan begitu data yang direduksi akan memberikan
gambaran sejelas-jelasnya.
c. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah berbentuk teks naratif. Dengan
mendisplaykan data maka dapat memudahkan pembaca untuk memahami apa yang
terjadi.
d. Simpulan / Verifikasi
Tahapan terakhir dari analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah jikaa tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Maka dalam hal ini data yang diperoleh dengan terjun
langsung ke lapangan lalu disusun secara sistematis agar memperoleh gambaran yang
sesuai dengan tujuan penelitian dan data diperoIeh dari informasi pelengkap juga disusun
secara sistematis.

7. Keabsahan Data
. Teknik pengujian keabsahan data dalam penelitian ini yakni menggunakan
metode triangulasi. Menurut Moleong (2017) triangulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data itu. Triangulasi dipakai untuk
mengetahui keabsahan data dari sumber data penelitian. Pada penelitian ini menggunakan
triangulasi sumber yang artinya membandingkan, mengecek ulang derajat kepercayaan
suatu informan yang didapat melalui sumber yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk cross
check terhadap apa yang dikatakan oleh sumber (Moleong, 2017).
8. Tahapan Penelitian
Tahap-tahapan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah yakni sebagai berikut:
1. Tahap Pra-Lapangan
 Menyusun rancangan penelitian
 Memilih lapangan/lokasi
 Mengurus perijinan penelitian
 Menjelajahi dan menilai keadaan
 Memilih dan memanfaatkan informan
 Menyiapkan instrumen penelitian
 Persoalan etika dalam lapangan
2. Tahap Lapangan
 Memahami dan memasuki lapangan
 Mengumpulkan data
3. Tahap Pengolahan Data
 Mereduksi data

 Mendisplay data
 Menganalisis data
DAFTAR RUJUKAN

Arfani, Laily. (2018). Mengurai Hakikat Pendidikan, Belajar Dan Pembelajaran. Pelita
Bangsa Pelestari Pancasila, 11(2).

Arikunto, S. (2002). Metode Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta : Jakarta.

Atmaka, Dri. (2004). Tips Menjadi Guru Kreatif. Bandung: Yrama Widya..

Bejo, Siswanto. (2003). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Pendekatan Administratif


dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Chotimah, Husnul. (2008). Definisi Guru. Jakarta: Erlangga.

Djahiri. (2006). Esensi Pendidikan Nilai Moral Dan Pkn Di Era Globalisasi. LPPP-IPS
IKIP Bandung.
Djamarah, S., (2015). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Elizabet, Hurlock. (2015). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Rentang Hidup.


Jakarta: Erlangga.

Fauzi, F. Y., Arianto, I., & Solihatin, E. (2013). Peran Guru Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan Dalam Upaya Pembentukan Karakter Peserta Didik. Jurnal
PPKn UNJ Online, 1(2), 1-15.

Fiana, J. F. dkk. (2013). Disiplin Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan
Bimbingan dan Konseling. Jurnal Ilmiah Konseling. Vol 2, No.23.

Fiara, Ana., Nurhasanah & Bustaman, N. (2019). Analisis Faktor Penyebaran


Perilaku Tidak Disiplin pada Siswa SMP Negeri 3 Banda Aceh. Jurnal
Ilmiyah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, 4 (1), 1—6.
Firmansyah, Y., Susanto, E., & Adha, M. M. (2020). Pengelolaan kelas Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dalam meningkatkan disiplin belajar. CIVICS:
Jurnal Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 5(1), 87-91.

Fitriani, F. (2021). Peran Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Didalam


Proses Pembelajaran Pkn Online Di Ma Al Raisiyah Tahun Ajaran 2019/2020.
Hamid, A. (2017). Guru Profesional. Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan
Kemasyarakatan, 17(2), 274-285.

Hanafi, A., & Zulkifli. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Disiplin Kerja Serta
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. DIMENSI, Vol. 7, No. 2 : 406-422
JULI 2018 ISSN: 2085-9996.
Harahap, L. H., & Hasibuan, A. D. (2023). Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di MAN 1 Padangsidimpuan. Reslaj: Religion
Education Social Laa Roiba Journal, 6(1), 502-511.
Haryono, Sugeng. (2016). Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Jurnal Ilmiah
Kependidikan. Jakarta. Vol.3.

Hidayat, K., dan Azyumardi, A. (2012). Pancasila, Demokrasi, Ham, dan Masyarakat
Madani. Jakarta: Prenada Media Group.

https://kbbi.web.id/sikap Online (diakses pada 30 Agustus 2023 Pukul 13.15 WIB).


Imron, Ali. (2011). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Jannah, M. (2013). Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Meningkatkan
Disiplin Siswa (Studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa Sma Negeri 1
Rawalo) (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Purwokerto).
Lestari, Ayu. (2017). Peran Guru PPKn Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Peserta
Didik (Studi Deskriptif Kelas X SMK Negri 1 Rengasdengklok.

Moloeng, J, Lexy. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Mu’in, Fatchul. (2011). Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan Praktik.


Yogyakarta;Ar-ruzz Media.
Mulyasa. (2005). Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. (2011). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Musfah, Jejen. (2012). Pendidikan Holistik. Jakarta: Kencana.


Mustari, Mohammad. (2014). Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Mutmainah, D., & Kamaluddin, K. (2018). Peran Guru Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan Dalam Membentuk Sikap Dan Kepribadian Siswa. CIVICUS:
Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan, 6(2), 45-54.

Novianti, E., Firmansyah, Y., & Susanto, E. (2020). Peran Guru PPKn Sebagai
Evaluator Dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa. CIVICS: Jurnal
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 5(2), 127-131.

Prihatin, Eka. (2011). Manajemen Peserta Didik. Bandung: ALFABETA.


Ramadani. (2022). Peran Guru PPKn dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SMP
Negeri 11 Binjai.

Rince, M., Nuwa, G., & Kpalet, P. (2021). Peran Guru PKN dalan Meningkatkan
Kedisiplinan Peserta Didik. Jurnal Bhineka Tunggal Ika, Vol 08 Nomor 01.

Rohiat. (2008). Manajemen Sekolah. Bandung: PT. Refika Aditama.


Rosesti, W. (2020). Pembinaan Disiplin Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri
Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. Jurnal Bahana
Manajemen Pendidikan, 2(1), 772-780.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Tumanggor, S., & Musfah, J. (2017). Pembinaan Disiplin Siswa MAN 03


Jakarta (Bachelor's thesis).
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Usman, Uzer. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Usman, Uzer. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Erlangga

Wijaya, C., & Rusyan, A. T. (1991). Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar
Mengajar, cet. 2, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zuriah, Nurul. (2011). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Prespektif Perubahan.
Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai