PROPOSAL SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
200711640066
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang
diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat
sesuai dengan cita-cita pendidikan (Laili Arfani, 2018). Ruang lingkup pendidikan mencakup
semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang pedidikan (Novianti dkk, 2020).
Kemudian menurut UU No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensinya dalam
kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia. Dari beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu proses dalam
rangka meningkatkan perubahan pada pembentukan sikap, kepribadian, dan keterampilan
manusia dalam menghadapi masa depan secara berkelanjutan dalam suatu usaha sadar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat dan mengikuti perkembangan zaman.
Kegiatan pembelajaran di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan tata tertib
yang diberlakukan di sekolah dan setiap peserta didik dituntut untuk dapat berperilaku
disiplin sesuai dengan peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan
peserta didik terhadap berbagai peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah itu biasa
disebut disiplin peserta didik. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan
lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah (Marta Da Rince
dkk, 2021). Siswa yang mempunyai kedisplinan pada tingkat tinggi yang didapatkan dalam
pendidikan dan diterapkan oleh orang tua serta keluarga maka siswa tersebut akan melakukan
proses belajar dengan sadar, sukarela, dan dengan penuh tanggung jawab begitu pula dengan
sebaliknya (Mustari, 2014).
Dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di sekolah sangat diperlukan peran guru
yang mana guru adalah pendidik sekaligus orang tua siswa di sekolah. Peran guru selain
sebagai pendidik adalah membina kedisiplinan siswa. Guru sebagai seorang pendidik
menempati profesi yang penting dalam proses pembelajaran. Guru adalah orang yang
mempunyai wewenang dan juga tanggungjawab untuk membimbing serta membina murid
(Abdul Hamid, 2017). Karakter yang harus dimiliki seorang guru professional yaitu
berwawasan luas, disiplin, cekatan, terampil, dan berkepribadian unggul (Mutmainah &
Kamaluddin, 2018).
Oleh karena itu perlu diperhatikan khususnya bagi guru PPKn dan guru
lainnya,bahwa guru merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan yang harus berperan
aktif dalam membina karakter siswa agar menjadi pribadi yang disiplin. Dalam rangka ini
guru tidak semata hanya sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge tetapi juga
sebagai pendidik yang melakukan transfer of values (Sudirman dalam Mutmainah &
Kamaluddin, 2018).
Dalam penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yakni pada penelitian
Fitriani (2021) yang berjudul “Peran Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa dalam
Proses Pembelajaran PPkn Di MA Al-Raisiyah Tahun Ajaran 2019/2020”. Hasil penelitian
Fitriani mengungkapkan bahwa peran peran guru dalam meningkatkan meningkatkan
kedisiplinan siswa dalam proses pembelaaran PPKn yaitu dengan cara memberikan
pemahaman tentang pentingnya kedisiplinan supaya siswa mempunyai kesadaran tentang
pentingnya disiplin dengan cara berkomunikasi yang baik disertai nasihat yang bijak seperti
disiplin waktu dan disiplin mengumpulkan tugas. Sedangkan yang membedakan antara
penelitian Fitriani dengan penelitian ini adalah terletak pada lokasi penelitian dan tahun
penelitian.
2. Manfaat Praktis
Bagi Peneliti
Dapat menambah referensi dan pengembangan bagi penelitian selanjutnya terkait
tentang masalah kedisiplinan siswa.
Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi para guru untuk
mencegah pelanggaran disiplin dan lebih menekankan pembinaan disiplin untuk
siwa.
Bagi Siswa
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan untuk menambah pengetahuan
bagi siswa agar tidak melanggar tata tertib sekolah sehingga dapat meningkatkan
kedisiplinan siswa di sekolah.
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dijadikan salah satu acuan untuk mengetahui tentang praktik
disiplin di sekolah oleh siswa.
Peran guru menurut Cece Wijaya (1991) diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Guru Sebagai Pembimbing
Guru bukan satu-satunya penyampai informasi dan sumber pengetahuan bagipeserta
didik, melainkan guru juga berperan sebagai pembangkit motivasi belajar siswanya.
2) Guru Sebagai Pengatur Lingkungan
Pada hakikatnya mengajar adalah mengatur lingkungan agar tercipta proses belajar
mengajar yang baik. Dalam hal ini guru harus bisa menciptakan suasana kelas yang
efektif sehingga siswa dapat belajar dengan aman dan nyaman.
3) Guru Sebagai Partisipan
Guru berperan sebagai partisipan artinya guru juga harus berperan sebagai peserta ajar
yang baik. Guru juga menengahi setiap masalah yang ada didalam kelas.
4) Guru Sebagai Konselor
Sebagai konselor guru berperan untuk memberikan nasihat kepada peserta didik sesuai
dengan kebutuhannya. Jika ada peserta didik yang kesulitan belajar seorang guru harus
dapat membantu anak tersebut.
5) Guru Sebagai Supervisor
Sebagai supervisor guru berperan sebagai seorang pengawas yang memantau kegiatan
pembelajaran sehingga keadaan kelas tetap kondusif dan kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik.
6) Guru Sebagai motivator
Sebagai motivator, guru harus dapat memberikan motivasi belajar pada peserta didik
sehingga semangat untuk belajar mereka tetap tinggi.
7) Guru sebagai evaluator
Sebagai seorang evakuator, guru setelah proses belajar mengajar berakhir maka guru
bertugas untuk mengadakan sebuah evaluasi guna mengetahui tingkat keberhasilan dalam
memberikan materi ajar kepada siswanya.
Adapun menurut Djamarah (2015) menyatakan bahwa peran guru adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai korektor yang mana guru dapat membedakan mana yang baik dan buruk.
2. Sebagai Inspirator yakni guru sebagai sumber petunjuk.
3. Sebagai informator yaitu guru harus memberikan informasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Sebagai organisator yaitu guru harus menyusun kegiatan pengelolaan akademik,
menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik dan sebagainya.
5. Sebagai motivator yaitu mendorong anak didiknya agar bersemangat dan aktif dalam
belajar.
6. Sebagai inisiator yaitu guru menjadi pencetus ide-ide inovasi kemajuan dalam
pendidikan.
7. Sebagai fasilitator yaitu guru harus menyediakan fasilitas yang memudahkan kegiatan
belajar mengajar.
8. Sebagai pembimbing yaitu gurumembimbing peserta didik menjadi manusia dewasa
yang cakap.
9. Sebagai demonstrator yaitu guru memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis
sehingga tidak terjadi kesalah paengertian antaraguru dengan peserta didik.
10. Sebagai pengelola kelas yaitu guru mengelola kelas dengan baik agar peserta didik
nyaman di kelas.
11. Sebagai mediator yaitu guru harus mengetahui berbagai media belajar dan terampil
menggunakan semua media belajar yang berfungsi sebagai alat komunikasi guna
mengefektifkan proses pembelajaran.
12. Sebagai supervisor yaitu guru harus memperbaikidan menilai secara kritis terhadap
proses pembelajaran.
13. Sebagai evaluator yaitu guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan
jujur ketika memberikan penilaian meliputi aspek extrinsik dan intrinsik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkam bahwa peran guru adalah
sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator,
pembimbing, femonstrator, pengelola keas, mediator, supervisor dan evaluator bagi
siswanya.
Reisman dan Payne (dalam Mulyasa, 2011) mengemukakan strategi umum dalam
mendisiplinkan peserta didik yang meliputi
a. Konsep diri
Untuk menumbuhkan konsep diri guru disarankan bersikap empatik,
menerima, hangat, dan terbuka pada peserta didik sehingga membantu
memecahkan masalah yang ada dikelas.
b. Keterampilan berkomunikasi
Guru harus mampu mempunyainketerampilan berkomunikasi yang efektif
agar mampu menerima semua perasaan dan mendorong timbulnya kepatuhan
peserta didik.
c. Klasifikasi nilai
Strategi ini digunakan untuk membantu peserta didik dalam menjawab
pertanyaannya sendiri dan tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya
sendiri.
d. Analisi transaksional
Disarankan guru bersikap dewasa terutama apabila dihadapkan dengan peserta
didik yang bermasalah.
e. Terapi realitas
Guru perlu bersikap positif dan tanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di
sekolah.
f. Disiplin yang terintegrasi
Guru harus mampu mengendalikan, mengembangkan, dan mempertahankan
peraturan dan tata tertib sekolah.
g. Modifikasi perilaku
Guru harus bisa menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif yang dapat
memodifikasi perilaku peserta didik.
h. Tantangan disiplin
Guru harus cekatan, terorganisasi, dan tegas dalam mengendalikan
kedisiplinan peserta didik.
Dari hasil riset yang telah peneliti lakukan dengan melihat beberapa penelitian
terdahulu yang relevan pada tabel diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
terdapat banyak persamaan antara muatan materi penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yakni terletak pada persamaan penggunaan metode penelitian yakni metode
kualitatif. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini terletak pada lokasi dan tahun
penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berlokasi di Kabupaten Nganjuk tepatnya di SMP
Shalahuddin Malang. Alasan peneliti memilih lokasi di sekolah tersebut karena terdapat
masalah kedisiplinan siswa sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMP
Shalahuddin Malang.
4 Sumber Data
Berdasarkan sumbernya data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
4.3 Data Primer
Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari objeknya (Sugiyono,
2017). Dalam penelitian ini sumber data primer meliputi :
a. Informan yaitu guru PPKn, Guru BK, Kepala Sekolah, dan siswa SMP
Shalahuddin Malang.
b. Seluruh peristiwa yang berlangsung selama penelitian seperti sikap selama
kegiatan pembelajaran.
c. Dokumen yang meliputi jurnal kelas, catatan guru PPKn, foto, serta video.
4.4 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi perusahaan, buku,
dan jurnal ilmiah. (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini data sekunder
didapatkan dari web sekolah dan sumber literatur lainnya dari jurnal maupun
internet.
Teknik pengumpulan data adalah tahap yang paling utama dalam penelitian karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data sebanyak mungkin (Sugiyono, 2017).
Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2017) adalah sebagai berikut:
Observasi
Observasi ialah suatu metode untuk mengumpulkan data penelitian dengan sifat
dasar alamiah. Observasi ini dilakukan peneliti untuk mengamati secara laangsung
kondisi di lokasi penelitian kepada seluruh subyek penelitian mengenai peran guru PPKn
dalam membina kedisiplinan siswa.
Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada responden secara langsung. Wawancara digunakan untuk
memperoleh data yang valid dari responden dimana dalam pelaksanaan wawancara
tersebut dilakukan secara terbuka, bebas tetapi masih berfokus dengan lingkup pedoman
wawancara yang telah direncanakan. Dalam penelitian ini yang menjadi responden untuk
diwawancarai yaitu guru PPKn, Guru BK, Kepala Sekolah dan siswa kelas 8 SMP
Shalahuddin Malang.
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan dari peristiwa-peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi biasanya dapat berbentuk gambar, tulisan, bahkan karya-karya monumental
dari diri seseeorang atau catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan kebijakan,
dll. Dalam penelitian ini dokumentasi yang diambil adalah sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan disekolah, disitulah peneliti dapat mengambiI dokumentasi peran guru PPKn
dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ialah bagian yang penting dari kegiatan analisis data. Kegiatan
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi terkait dengan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian..
b. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka dari itu perlu
dicatat secara teliti dan detail. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumIah data
yang diperoleh akan semakin banyak dan kompleks. Sehingga perlu dilakukan analisis
data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal penting,
kemudian dicari tema dan polanya. Dengan begitu data yang direduksi akan memberikan
gambaran sejelas-jelasnya.
c. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah berbentuk teks naratif. Dengan
mendisplaykan data maka dapat memudahkan pembaca untuk memahami apa yang
terjadi.
d. Simpulan / Verifikasi
Tahapan terakhir dari analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah jikaa tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Maka dalam hal ini data yang diperoleh dengan terjun
langsung ke lapangan lalu disusun secara sistematis agar memperoleh gambaran yang
sesuai dengan tujuan penelitian dan data diperoIeh dari informasi pelengkap juga disusun
secara sistematis.
7. Keabsahan Data
. Teknik pengujian keabsahan data dalam penelitian ini yakni menggunakan
metode triangulasi. Menurut Moleong (2017) triangulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data itu. Triangulasi dipakai untuk
mengetahui keabsahan data dari sumber data penelitian. Pada penelitian ini menggunakan
triangulasi sumber yang artinya membandingkan, mengecek ulang derajat kepercayaan
suatu informan yang didapat melalui sumber yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk cross
check terhadap apa yang dikatakan oleh sumber (Moleong, 2017).
8. Tahapan Penelitian
Tahap-tahapan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah yakni sebagai berikut:
1. Tahap Pra-Lapangan
Menyusun rancangan penelitian
Memilih lapangan/lokasi
Mengurus perijinan penelitian
Menjelajahi dan menilai keadaan
Memilih dan memanfaatkan informan
Menyiapkan instrumen penelitian
Persoalan etika dalam lapangan
2. Tahap Lapangan
Memahami dan memasuki lapangan
Mengumpulkan data
3. Tahap Pengolahan Data
Mereduksi data
Mendisplay data
Menganalisis data
DAFTAR RUJUKAN
Arfani, Laily. (2018). Mengurai Hakikat Pendidikan, Belajar Dan Pembelajaran. Pelita
Bangsa Pelestari Pancasila, 11(2).
Atmaka, Dri. (2004). Tips Menjadi Guru Kreatif. Bandung: Yrama Widya..
Djahiri. (2006). Esensi Pendidikan Nilai Moral Dan Pkn Di Era Globalisasi. LPPP-IPS
IKIP Bandung.
Djamarah, S., (2015). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fauzi, F. Y., Arianto, I., & Solihatin, E. (2013). Peran Guru Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan Dalam Upaya Pembentukan Karakter Peserta Didik. Jurnal
PPKn UNJ Online, 1(2), 1-15.
Fiana, J. F. dkk. (2013). Disiplin Siswa di Sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan
Bimbingan dan Konseling. Jurnal Ilmiah Konseling. Vol 2, No.23.
Hanafi, A., & Zulkifli. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Disiplin Kerja Serta
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. DIMENSI, Vol. 7, No. 2 : 406-422
JULI 2018 ISSN: 2085-9996.
Harahap, L. H., & Hasibuan, A. D. (2023). Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di MAN 1 Padangsidimpuan. Reslaj: Religion
Education Social Laa Roiba Journal, 6(1), 502-511.
Haryono, Sugeng. (2016). Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Jurnal Ilmiah
Kependidikan. Jakarta. Vol.3.
Hidayat, K., dan Azyumardi, A. (2012). Pancasila, Demokrasi, Ham, dan Masyarakat
Madani. Jakarta: Prenada Media Group.
Novianti, E., Firmansyah, Y., & Susanto, E. (2020). Peran Guru PPKn Sebagai
Evaluator Dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa. CIVICS: Jurnal
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 5(2), 127-131.
Rince, M., Nuwa, G., & Kpalet, P. (2021). Peran Guru PKN dalan Meningkatkan
Kedisiplinan Peserta Didik. Jurnal Bhineka Tunggal Ika, Vol 08 Nomor 01.
Usman, Uzer. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Wijaya, C., & Rusyan, A. T. (1991). Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar
Mengajar, cet. 2, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Zuriah, Nurul. (2011). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Prespektif Perubahan.
Jakarta: Bumi Aksara.