Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, LINGKUNGAN SEKOLAH,

DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR


PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI JASA,
DAGANG, MANUFAKTUR SMK WIKARYA KARANGANYAR

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
MUHAMAD FAHMI KHAQIQI
K7716037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat pesat dan
berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Untuk mengimbangi
berbagai perubahan yang terjadi diperlukan kualitas sumber daya manusia yang
mempunyai kemampuan dan kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan zaman
(Suratini, 2017). Salah satu upaya untuk menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan berperan penting
dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
pembelajaran dan pengajaran ilmu pengetahuan (Kusumawati et al., 2017).
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter bangsa yang bermartabat, cerdas, kreatif, cakap, mandiri, bertanggung
jawab, berakhlak mulia, serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Untuk mencapai tujuan dari pendidikan perlu adanya peningkatan kualitas
proses pembelajaran dan perbaikan dalam segala aspek penunjang pendidikan.
Keberhasilan pendidikan dapat diukur melalui prestasi belajar siswa melalui tes
setelah proses pembelajaran (Yana et al., 2021). Prestasi belajar merupakan
bukti bahwa siswa telah memahami materi pembelajaran. Dengan demikian,
prestasi belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai siswa (Hermawan et al., 2020). Dalam kenyataannya tidak
mudah bagi setiap siswa untuk mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan
sesuai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan (Wahyuningsih & Djazari,
2018).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan kepada siswa
jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Wikarya Karanganyar
diperoleh hasil bahwa masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah
KKM. Ketika ujian terdapat siswa yang bersungguh-sungguh belajar dan ada
yang tidak. Siswa mengaku kadang merasa malas belajar karena dari awal tidak
memahami materi yang diajarkan. Selain itu siswa merasa tidak memiliki
keinginan untuk belajar sehingga tidak mengikuti proses pembelajaran dengan
baik dan memiliki prestasi belajar yang kurang memuaskan.
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat berasal dari faktor
internal dan faktor eksternal siswa. Faktor internal merupakan faktor yang
muncul dari dalam diri siswa seperti ketekunan, kebiasaan belajar, motivasi
diri, keterampilan, kondisi intelektual, serta faktor fisik dan psikis (Sudjana,
2010). Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa
seperti lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat
(Sudjana, 2010).
Keluarga menjadi fundamental penting dalam masyarakat yang
pengaruhnya dan perannya terhadap anak sangat penting. Lingkungan keluarga
menjadi lingkungan pendidikan pertama dan paling utama yang merupakan
tempat tumbuh, dan berkembang seorang anak. Keluarga menjadi lembaga
pendidikan nonformal yang mempengaruhi pola pikir dan menjadi tempat
hidup dan berkembang hingga anak matang. Keluarga menjadi tempat anak
mendapat pengetahuan, keterampilan, pengalaman , dan macam-macam norma.
Interaksi dan cara berkomunikasi orang tua dan anak mempengaruhi
perkembangan pola pikir dan perilaku anak (Zahedani et al., 2016). Orang tua
menjadi pemegang tanggung jawab dan faktor penentu keberhasilan dalam
membentuk karakter anak melalui pola asuh yang diterapkan (Nimah et al,
2022).
Menurut Sudjana (2010) pola asuh adalah suatu cara atau metode yang
diterapkan oleh orang tua atau pihak terkait dalam membentuk atau membina
pribadi anak atau siswa. Pengasuhan anak memerlukan kemampuan
interpersonal dan tuntutan emosional yang tinggi, sehingga pengetahuan
mengenai pola asuh menjadi hal yang penting dalam proses pendidikan anak di
lingkungan keluarga. Menurut Tuwa (2018) pola asuh yang diterapkan orang
tua kepada anak biasanya merupakan salinan dari pola asuh yang berasal dari
orang tua mereka sendiri. Corak kepribadian seseorang setelah dewasa
merupakan hasil dari pola asuh orang tua atas nilai-nilai kepribadian yang
ditanamkan sedari kecil (Saya, 2020). Pola asuh yang keliru menciptakan
konsep diri yang negatif, sedangkan pola asuh yang baik dapat menumbuhkan
konsep diri yang positif sehingga potensi diri anak dapat berkembang
maksimal (Pakiding, 2016). Menurut penelitian Mira & Hariki (2015)
perhatian dan pengawasan orangtua berdampak baik terhadap peningkatan
semangat belajar siswa yang menyebabkan siswa mendapat prestasi belajar
yang baik.
Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar adalah lingkungan sekolah
yang merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan. Lingkungan
sekolah meliputi lingkungan sosial, lingkungan fisik, dan lingkungan
akademik. Lingkungan sosial mencakup hubungan individu dalam lingkungan
sekolah seperti hubungan siswa dengan guru atau staff dan hubungan siswa
dengan siswa. Lingkungan fisik menyangkut kondisi lingkungan, sarana
prasarana, sumber belajar, media pembelajaran, dan lain sebagainya.
Lingkungan akedemik menyangkut pelaksanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler, dan lain sebagainya (Sukmadinata,
2016).
Lingkungan sekolah merupakan tempat atau lokasi siswa untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Menurut Dalyono (2010, hlm. 131)
“lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya”.
Kelengkapan sarana prasarana dan kondisi lingkungan yang baik menjadi salah
satu faktor penting untuk menunjang keberlangsungan proses pembelajaran
yang menyenangkan (Hermawan et al., 2020). Menurut penelitian (Setya &
Novrita, 2020) kondisi lingkungan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana
yang lengkap yang dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung proses
belajar seperti penggunaan perpustaakan untuk menambah literasi siswa atau
penggunaan ruang multimedia untuk pembelajaran yang lebih interaktif
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Lingkungan sekolah di SMK Wikarya Karanganyar belum mencapai aspek
lingkungan sekolah yang baik terbukti dengan metode mengajar guru yang
masih konvensional, ketersedian buku serta ruang perpustakaan yang kurang
memadai dan kurang kondusif. Belum tercapainya lingkungan sekolah yang
baik menjadikan siswa kurang tertarik dan terkadang malas untuk belajar
sehingga prestasi belajar siswa belum mencapai kriteria. Perlu adanya
perbaikan untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran sehingga
diperoleh prestasi belajar yang memuaskan.
Prestasi belajar juga dapat dipengaruhi oleh motivasi belajar. Motivasi
belajar diartikan sebagai kecenderungan siswa untuk belajar dalam rangka
mencapai tujuan belajar (Syachtiyani et al., 2021). Motivasi belajar
menyebabkan siswa memiliki semangat untuk belajar yang berasal dari diri
sendiri tanpa paksaan. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran sangat
berperan untuk meningkatkan prestasi belajar. Siswa yang bermotivasi tinggi
cenderung mendapat prestasi belajar yang baik dan sebaliknya, siswa dengan
motivasi rendah cenderung tertinggal dan memiliki prestasi belajar yang
rendah (Pakiding, 2016). Hendra Dani Saputra (2018) membuktikan bahwa
motivasi belajar menjadi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Yuni Pertiwi (2021) menyatakan bahwa tingginya motivasi belajar siswa
berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk mengkaji tentang
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang ditinjau dari pola asuh orang
tua, lingkungan sekolah, dan motivasi belajar. Oleh karena itu peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua,
Lingkungan Sekolah, Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Peserta
Didik Pada Pembelajaran Akuntansi Jasa, Dagang, Manufaktur SMK Wikarya
Karanganyar”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat mengidentifikasikan
masalah di SMK Wikarya Karanganyar sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa yang belum memenuhi KKM
2. Motivasi belajar siswa yang rendah
3. Siswa mendapat perlakuan pola asuh yang berbeda-beda
4. Sarana dan prasarana serta sumber belajar yang belum memadai dilingkungan
sekolah.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Peneliti berfokus masalah pada
prestasi belajar peseta didik pada mata pelajaran Akuntansi Jasa, Dagang,
Manufaktur yang dibatasi pada faktor pola asuh orang tua, lingkungan sekolah,
dan motivasi belajar.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK
Wikarya Karanganyar?
2. Adakah pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK
Wikarya Karanganyar?
3. Adakah pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK
Wikarya Karanganyar?
4. Adakah pengaruh Pola Asuh Orang Tua, Lingkungan Sekolah, Motivasi
Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK Wikarya Karanganyar?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa
SMK Wikarya Karanganyar
2. Mengetahui pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa
SMK Wikarya Karanganyar
3. Mengetahui pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK
Wikarya Karanganyar
4. Mengetahui pengaruh Pola Asuh Orang Tua, Lingkungan Sekolah, dan
Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK Wikarya Karanganyar

F. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan memiliki manfaat diantaranya sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi ilmu
pengetahuan dalam bidang pendidikan terutama dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar akuntansi.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan bahan pertimbangan bagi
peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti, penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk
menambah pengetahuan dan sebagai latihan dalam menerapkan ilmu yang
telah didapat dari bangku kuliah sehingga nantinya dapat dijadikan bekal
dalam memasuki dunia kerja.
b. Bagi Siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi siswa
untuk meningkatkan prestasi belajarnya dengan memperhatikan faktor-
faktor yang ada di dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar mereka.
c. Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik
dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran agar
dapat meningkatkan prestasi belajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN PUSTAKA
1. Teori Behaviorisme
a. Pengertian Behaviorisme
Teori behaviorisme merupakan teori yang mempelajari perubahan
perilaku manusia. Menurut pendekatan behavioristik, belajar dipahami
sebagai proses perubahan tingkah laku teramati yang relatif berlangsung lama
sebagai hasil dari pengalaman dengan lingkungan (Asfar et al., 2019).
Pendekatan behavioristik berkembang melalui eksperimen-eksperimen, baik
pada manusia maupun pada hewan. Seorang siswa dikatakan telah belajar
suatu hal ketika siswa tersebut menunjukkan perubahan pada tingkah laku.
Kegiatan belajar menurut teori ini menekankan pentingnya input (stimulus)
output (respon) (Sudarti, 2019). Stimulus adalah segala sesuatu yang
diajarkan oleh guru, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa
terhadap stimulus yang diberikan. Sebagai contoh seorang anak yang belum
dapat membaca walaupun siswa tersebut sudah belajar dan berusaha dengan
giat serta gurunya sudah mengajarkan dengan baik, namun siswa tersebut
belum dianggap belajar karena siswa tersebut belum menunjukkan perubahan
perilaku sebagai hasil belajar. Teori behaviorisme memiliki prinsip penguatan
yaitu penguatan atas respon yang diberikan jadi guru berperan penting dalam
proses belajar (Mu'mimin, 2022.) . Teori ini memungkinkan siswa mendapat
penguatan positif berupa hadiah dan penguatan negatif berupa remedial atau
lain sebagainya. Teori ini cocok diterapkan pada siswa yang masih
membutuhkan dominasi orang dewasa dengan memberikan pengulangan,
pembiasaan, dan contoh.

2. Pola Asuh Orang Tua


a. Pengertian pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua membimbing, mendidik,
mendisiplinkan, memelihara, memberikan pengajaran, dan memberikan
keamanan kepada anak dalam proses mencapai proses kedewasaan dan
membentuk perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai di masyarakat
(Nimah, 2022). Menurut Kusumawati (2017) pola asuh adalah metode yang
diterapkan orang tua untuk membina dan membentuk kepribadian anak.
Menurut Azizah (2017) pola asuh orang tua juga diiartikan sebagai cara orang
tua dalam mempersiapkan anggota keluarganya agar dapat mengambil
keputusan dan bertanggung jawab atas diri sendiri. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa pola asuh orang tua adalah sikap atau perlakuan orang tua kepada anak
yang akan membentuk prilaku dan kepribadian berbeda-beda tergantung pola
asuh yang diterapkan.

b. Jenis- pola asuh


Menurut Baumrind dalam (Lathifah, 2017) terdapat tiga jenis pola asuh
yaitu :
1) Otoritatif
Pengasuhan otoritatif dicirikan oleh tingkat pengasuhan, keterlibatan,
kepekaan, penalaran, dan dorongan otonomi yang tinggi. Orang tua yang
mengarahkan aktivitas dan keputusan untuk anak-anaknya melalui penalaran
dan disiplin akan digambarkan sebagai otoritatif. Pola asuh otoritatif berarti
seluruh keputusan berada ditangan orang tua sehingga orang tua memegang
kendali penuh atas anak. Pola asuh ini cenderung membuat anak tidak
memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan dan berpendapat, sehingga
menyebabkan anak kehilangan jati diri. Orang tua yang otoriter menilai anak
sebagai sebuah objek yang harus dibentuk sedemikian rupa agar sesuai
dengan keinginannya. Menurut Taib (2020) terdapat dampak positif dan
negatif dari penerapan pola asuh otoriter. Dampak negatif dari pola asuh
otoriter menyebabkan anak cenderung sulit dalam mengambil keputusan,
kurang bahagia, minder, dan enggan untuk melakukan sesuatu hal yang baru
karena merasa takut tidak dapat mencapai ekspetasi orang tua. Dampak
positif dari diterapkannya pola asuh otoriter adalah anak memiliki sikap
moral yang baik kepada orang tua dan lebih taat terhadap aturan yang ada.
2) Permisif
Jenis pola asuh ini menekankan kepada kebebasan anak untuk bebas
berekspesi. Orang tua tidak memberikan pengawasan maksimal dan
cenderung membebaskan anak untuk melakukan apapun. Orang tua juga tidak
pernah menegur memperingatkan dan memberikan pembimbingan kepada
anak atas kesalahan yang dilakukan. Orang tua yang menerapkan pola asuh
ini membiarkan anak untuk memutuskan segala sesuatunya sendiri tanpa
pertimbangan orang tua. Orang tua memberikan kebebasan kepada anak
untuk bergaul dengan siapapun tanpa ada batasan dan pengarahan. Anak-anak
ini cenderung tidak memiliki pendidikan moral yang sesuai, sehingga banyak
yang memiliki kontrol diri yang buruk. Mereka sering memiliki harga diri
yang rendah, tidak dewasa, dan terasing dari keluarga.
3) Autoritarian / Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang mendorong anak untuk
mandiri. Orang tua dengan pola asuh ini memberikan batasan-batasan tertentu
dengan tidak mengabaikan kebebasan anak untuk berpendapat. Pola asuh
demokratis mengutamakan komunikasi orang tua dan anak, sehingga anak
merasa diakui sebagai individu dan orang tua tetap memberikan bimbingan,
arahan, serta kontrol. Pola asuh ini memungkinkan komunikasi yang positif,
sehingga anak memiliki kecenderungan untuk berbagi dan meminta pendapat
atas keputusan yang akan diambil. Pola asuh demokratis membuat anak lebih
dewasa dan mandiri serta memiliki kecenderungan moral yang postif.

c. Indikator yang mempengaruhi pola asuh


Menurut Baumrind dalam (Lathifah, 2017) indikator pola asuh orang tua
dibagi berdasarkan jenis-jenis pola asuh yaitu sebagai berikut :
1) Indikator pola asuh otoriter
a) Orang tua memiliki kontrol penuh terhadap anak
b) Orang tua mempunyai tuntutan tinggi kepada anaknya diberbagai aspek
c) Orang tua menerapkan disiplin dengan pemberian hukuman atas kesalahan
yang dilakukan anak
d) Orang tua jarang memberikan hadiah dan pujian atas pencapaian anak
2) Indikator pola asuh permisif
a) Orang tua memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk mengambil
keputusan
b) Orang tua tidak memiliki kontrol kepada anak
c) Anak terbiasa melanggar aturan
d) Anak cenderung tidak disiplin
e) Anak kurang mendapat perhatian dan bimbingan
3) Indikator pola asuh demokratif
a) Terdapat komunikasi dua arah antara orang tua dan anak yang sehat
b) Orang tua mendorong anak untuk memiliki kebebasan berpendapat tanpa
mengesampingkan bimbingan dan arahan orang tua
c) Orang tua mendorong anak untuk bertanggungjawab atas segala keputusan
yang diambil
d) Orang tua memberikan hadiah atas pencapaian dan memberikan hukuman
apabila anak melakukan kesalahan

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh


Menurut Hurlock (Muslima, 2015) faktor yang mempengaruhi pola asuh,
sebagai berikut :
1) Pendidikan Orang Tua
Tingkat pendidikan berpengaruh pada pola pikir dan kepribadian
seseorang. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi menerapkan
pola asuh yang berbeda dengan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan
rendah
2) Lingkungan
Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak
mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang
diberikan orang tua terhadap anaknya.
3) Budaya
Sering kali orang tua mengikuti cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan
masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut
dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan.

3. Lingkungan sekolah
a. Pengertian
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan
kegiatan belajar mengajar dengan sistematis dan terencana melalui kurikulum
yang dijabarkan menjadi program-program pembelajaran. Menurut Imam
Supardi (2003:2) “lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan
mati serta seluruh kondisi yang ada didalam ruang yang kita tempati”.
Menurut Syamsu Yusuf (2008:54) lingkungan sekolah adalah “segala sesuatu
yang berada dialam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh terhadap
karakter atau sifat seseorang secara langsung ataupun tidak langsung”.
Menurut Oemar Hamalik (2009:6) lingkungan sekolah adalah tempat belajar
dan mengajar. Menurut Hasbullah (2008:36) lingkungan sekolah adalah
lingkungan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga yang terdiri dari
berbagai aspek yaitu siswa-siswa, staff, guru, kepala sekolah, konselor,
administrator, serta petugas pembantu kebersihan dan keamanan sekolah yang
bersama-sama bertujuan untuk mensukseskan pendidikan. Lingkungan
sekolah adalah lingkup keseluruhan sekolah meliputi seluruh benda hidup,
mati, serta kondisi konkret dalam lembaga pendidikan formal yang
melaksanakan proses pendidikan secara sistematis. Menurut Sukmadinata
(2016) lingkungan sekolah dibagi 3 meliputi :
1) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik adalah lingkungan yang memberikan segala aspek yang
berhubungan dengan pembelajaran. Yang termasuk lingkungan fisik meliputi
sarana dan prasarana belajar serta keadaan lingkungan. Sarana meliputi buku
pelajaran, buku referensi, laboratorium, media pembeljaran, dan sumber-
sumber belajar lain. Prasarana meliputi gedung sekoah, ruang belajar,
lapangan/ruang olah raga, peralatan praktik, ruang ibadah, ruang kesehatan,
dan lain sebagainya. Keadaan lingkungan meliputi keadaan gedung, suasana
sekolah, lingkungan sekitar sekolah, dan tata tertib.
2) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial mencakup pola interaksi seluruh penghuni sekolah
meliputi hubungan siswa dengan siswa, hubungan siwa dengan guru atau staff
serta hubungan guru dengan guru.
3) Lingkungan akademis
Lingkungan akademis merupakan lingkungan yang sarat dengan proses
pendidikan. Yang termasuk lingkungan akademis adalah kurikulum, suasana
belajar, pelaksanaan proses pembelajaran serta berbagai kegiatan penunjang
seperti esktrakulikurer dan tugas rumah.
b. Indikator lingkungan sekolah
Menurut Slameto (2013) Indikator lingkungan sekolah yang
mempengaruhi belajar adalah :
1) Metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah teknik yang digunakan guru untuk menyajikan
materi pembelajaran. Metode pembelajaran memepengaruhi proses
pemahaman siswa terhadap meteri yang dibelajarkan. Metode yang menarik
dan interktif memungkinkan siswa terlibat secara langsung dalam proses
pembelajaran.
2) Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana yang berisi tujuan isi dan bahan
pelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam menyusun silabus.
3) Relasi guru dengan siswa
Relasi guru dengan siswa adalah hubungan atau kaitan atau interaksi yang
terjadi antara guru dengan siswa selama proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran harus terjadi timbal balik antara guru dan siswa.
4) Relasi siswa dengan siswa
Relasi guru dengan siswa adalah hubungan atau kaitan atau interaksi yang
terjadi antara siswa dengan siswa selama proses pembelajaran. Hubungan
siwa disekolah memungkinkan siswa berbagi ilmu dan saling bantu
membantu atas kesulitan belajar yang dialami.
5) Disiplin sekolah
Disiplin sekolah berkaitan dengan tata tertib dan dan kerangka kerja sekolah
mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, kedisplinan siswa dalam
mengikuti pembelajaran, kedisiplinan pegawai sekolah dalam melaksanakan
tugas, kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan lain sebagainya.
6) Media pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar, sehingga materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan
lebih baik.
7) Waktu sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya siswa mengikuti proses pembelajaran
di sekolah. Waktu sekolah yang tepat memberikan pengaruh positif terhadap
siswa.
8) Keadaan sarana dan prasarana
Kondisi sarana dan prasarana di sekolah meliputi kondisi gedung,
kelengkapan fasilitas, dan lain sebagainya.
9) Tugas rumah
Tugas rumah adalah tugas yang diberikn guru kepada siswa sebagai bahan
evaluasi atau pendalam materi pembelajarb. Dengan adanya tugas rumah
memungkinkan siswa untuk mengulang kembali materi pemelajaran yang
diajarkan disekolah sehingga siswa akan lebih memahami dan mengingat
meteri tersebut
10) Metode belajar
Metode belajar adalah metode yang digunakan siswa untuk memahami materi
pembelajaran. Setiap siswa memiliki metode belajar yang berbeda-beda
4. Motivasi Belajar
a. Pengertian motivasi belajar
Motivasi adalah suatu keinginan untuk bergerak dan terdorong dalam
melakukan suatu hal demi mencapai tujuan atau hasil tertentu. Belajar adalah
proses yang dilakukan seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
Motivasi dalam belajar adalah daya penggerak dalam diri untuk mengikuti
pembelajaran. Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran dengan dorongan untuk mencapai prestasi. Motivasi
belajar berasal dari dalam diri maupun dari luar diri individu berupa dorongan
untuk melakukan perubahan tingkah laku (Meliana, et al:2022). Motivasi
belajar berawal dari tujuan atau keinginan yang ingin dicapai individu. Jika
individu tersebut mempunyai keinginan kuat untuk mencapai tujuan maka
akan terbentuk motivasi. Motivasi belajar menjadi faktor psikis yang
mempengaruhi proses belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar
akan mudah diarahkan, diberi penugasan, aktif dan memiliki rasa ingin tau
yang tinggi (Syachtiyani:2021).
Motivasi belajar sangat penting bagi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan dengan senang hati
mengikuti kegiatan pembelajaran dan terlibat aktif didalamnya. Motivasi
belajar dibagi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik memungkinkan siswa melakukan aktifitas belajar secara
terus menerus atas kesadaran dirinya dan tidak memerlukan dorongan dari
luar. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri siswa yang
memungkinkan siswa yang awalnya tidak memiliki keinginan untuk belajar
menjadi bersemangat dalam belajar.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar


Menurut Dimyati dan Mujiono (2013) faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar adalah :
1) Cita-cita
2) Fasilitas belajar
3) Kondisi fisik siswa
4) Kemampuan siswa
5) Dinamika belajar siswa
6) Kondisi lingkungan belajar

c. Indikator motivasi belajar


Menurut Sudibyo (2016) indikator yang mencerminkan tingginya
motivasi belajar seorang siswa, sebagai berikut :
1) Senantiasa berusaha untuk menjadi yang terdepan di kelas
2) Selalu belajar dan mengerjakan evaluasi materi pembelajaran
3) Aktif dalam proses pembelajaran di kelas
4) Aktif mendengarkan dan memperhatikan materi pembelajaran
5) Tidak takut salah dan gagal senantiasa selalu mencoba
6) Mengerjakan tugas sesuai yang diperintahkan secara tepat waktu
7) Tidak malu ketika diminta mengerjakan tugas di depan kelas
8) Ketika ditanya, selalu menjawab pertanyaan
9) Memiliki kemampuan belajar tanpa disuruh
10) Memiliki perasaan senang saat mengikuti proses pembelajaran
11) Mengerjakan tugas lebih awal dari waktu yang ditentukan
12) Fokus dan tidak mengantuk selama pembelajaran
13) Siswa melakukan belajar mandiri untuk lebih memahami materi
14) Siswa memperoleh prestasi belajar yang baik

d. Instrumen motivasi belajar


Sudibyo (2016) menyatakan instrumen untuk mengukur motivasi belajar
adalah sebagai berikut :
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Siswa yang memiliki Hasrat dan keinginan untuk berhasil maka siswa
akan aktif dan merasa senang dalam belajar. Untuk mencapai keberhasilan
siswa harus tekun dalam menghadapi kesulitan belajar dan tidak mudah putus
asa. Siswa juga jangan cepat puas atas keberhasilan yang didapatkan untuk
terus melangkah ketingkat berikutnya.
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Seorang siswa yang merasa belajar adalah kebutuhan akan memiliki rasa
ingin tau yang tinggi terhadap materi pembelajaran dan melakukan timbal
balik dengan bertanya atau menjawab ketika guru memberikan kesempatan.
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
Untuk mencapai harapan atau cita-cita siswa harus tekun dalam belajar
memahami setiap materi dan mengikuti proses belajar dengan baik agar dapat
melewati tes dengan baik. Siswa juga harus senantiasa mencari dan
mendalami hal-hal yang berhubungan dengan cita-citanya.
4) Adanya penghargaan dalam belajar
Penghargaan akan membuat seseorang memiliki rasa senang. Rasa senang
menjadikan seseorang mempunyai emosi yang bagus sehingga proses belajar
menjadi menyenangkan.
5) Adanya kegiatan menarik dalam belajar
Proses belajar harus dikemas semenarik mungkin agar siswa memiliki
keinginan belajar tinggi. Dengan metode pembelajaran yang bervariasi siswa
akan mengalami pengalaman belajar yang berbeda-beda setiap datang ke
kelas.
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif
Proses belajar harus disertai lingkungan yang kondusif seperti kenyaman
ruang belajar, sarana prasarana penunjang yang memadai, suasana belajar
yang nyaman, dan guru yang interaktif.

5. Prestasi Belajar
a. Pengertian
Menurut Pratiwi (2018:177) “prestasi belajar adalah nilai atau angka
yang merujuk pada keberhasilan proses belajar dimana siswa mengikuti
evaluasi proses pembelajaran”. Prestasi belajar menjadi tolak ukur penilaian
siswa yang menggambarkan penguasaan siswa atas materi pembelajaran.
Menurut Winkel dalam Habsyi Faisal (2020:15) “prestasi menjadi bukti
keberhasilan yang merupakan hasil maksimum yang dicapai siswa setelah
belajar”. Poerwadarminta (2007: 910), menyatakan bahwa prestasi belajar
adalah pengukuran pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan
oleh dosen. Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses
dan hasil belajar siswa yang menggambarkan penguasaan siswa atas materi
pelajaran atau perilaku yang relatif menetap sebagai akibat adanya proses
belajar yang dialami siswa dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan
pemaparan mengenai definisi prestasi belajar dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan akumulasi pembelajaran yang didapatkan oleh
siswa dalam bentuk nilai yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotor selama proses pembelajaran.

b. Indikator Prestasi Belajar


Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur prestasi
belajar siswa. Prestasi belajar diukur dari perubahan perilaku yang terjadi
setelah proses pembelajaran. Saifuddin Azwar (2015:164) mengemukakan
bahwa prestasi atau keberhasilan belajar dapat dilihat dalam bentuk indikator-
indikator yang berupa :
1) Nilai rapor
2) Indeks prestasi studi
3) Angka kelulusan predikat keberhasilan

B.KERANGKA BERFIKIR
Kerangka berfikir adalah landasan berfikir penelitian yang disusun dari
bukti, fakta, observasi, dan kajian kepustakaan. Peneliti dapat menyatakan
secara jelas variabel-variabel apa saja yang akan diteliti dari teori yang
diturunkan, serta alasan mengapa hanya variabel-variabel itu saja yang diteliti.
Pola asuh orang tua, lingkungan sekolah, dan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar. Permasalahan yang diambil dari penelitian ini adalah menganalisis
pengaruh rendahnya prestasi belajar siswa. Penelitian terdahulu oleh Pertiwi
(2021) membuktikan bahwa prestasi belajar siswa meningkat ketika motivasi
belajar siswa tinggi. Penenlitian lain oleh Mauludiyah (2018) membuktikan
bahwa terdapat pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah
terhadap presatsi belajar siswa.
Pola asuh orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan sosial
dan pendidikan anak. Pola asuh adalah struktur psikologis yang mewakili
strategi standar yang digunakan orang tua dalam mengasuh anak dan termasuk
prilaku dan sikap orangtua (Kösterelioğlu, 2018). Pola asuh memberikan
pengaruh besar pada keterampilan dan kepribadian siswa sehingga
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Lingkungan sekolah merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi
prestasi belajar. Lingkungan sekolah merupakan tempat proses pembelajaran
berlangsung sehingga lingkungan sekolah berpengaruh pada tinggi rendahnya
prestasi belajar. Lingkungan sekolah sangat berperan meningkatkan pola pikir
siswa. Kelengkapan sarana prasarana dan sumber belajar di sekolah akan
menunjang proses pembelajaran yang menyenangkan (Martina, 2020). Situasi
belajar yang menyenangkan dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga
prestsi belajar dapat meningkat.
Motivasi belajar siswa menjadi faktor internal yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa (Ghullam et al., 2019). Motivasi belajar siswa dapat
menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan
melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan rendah. Oleh karena
itu, mutu prestasi belajar pada siswa perlu diperkuat terus-menerus. Dengan
tujuan agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, sehingga prestasi
belajarnya menjadi meningkat.
Kerangka berfikir penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kesulitan
Belajar

Faktor Faktor
Internal Eksternal

Motivasi Pola Asuh Lingkungan Sekolah

Prestasi
Belajar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


Keterangan :
: Masing-masing penjelasan bersifat independen
: Secara bersama-sama variabel yang berada di garis
putus-putus berpengaruh terhadap prestasi belajar.

B. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Terdapat pengaruh positif antara pola asuh orang tua terhadap prestasi
belajar
H2 : Terdapat pengaruh positif antara lingkungan sekolah terhadap prestasi
belajar
H3 : Terdapat pengaruh positif antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar
H4 : Terdapat pengaruh positif antara pola asuh orang tua, lingungan sekolah,
dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga
SMK Wikarya Karanganyar yang beralamat di Jl. Ngaliyan, Karanganyar,
Mandungan, Jungke, Kec. Karanganyar, Kab. Karanganyar, Jawa Tengah.
Lokasi tersebut dipilih berdasarkan observasi awal diperoleh data bahwa
prestasi peserta didik jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK
Wikarya Karanganyar masih rendah, serta belum pernah dijadikan sebagai
objek penelitian yang serupa.
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari 2023 – Juli 2023
dengan rincian jadwal penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.1. Jadwal penelitian
Bulan
Jenis Kegiatan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1. Persiapan penelitian
a. Perumusan masalah
penelitian
b. Pengajuan masalah penelitian
c. Penyusunan proposal
2. Pelaksanaan penelitian
a. Penyusunan instrumen
penelitian
b. Pengajuan izin penelitian
c. Pengumpulan data
3. Analisis data
a. Penarikan kesimpulan
b. Penyusunan laporan
4. Pelaksanaan ujian skripsi dan
revisi
C. Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Terdapat empat variabel dalam penelitian ini yang terbagi menjadi tiga
variabel independen (bebas) dan satu variabel dependen (terikat). Variabel
independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab variabel
yang lain. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
yang lain (Sugiyono, 2015:61). Pada penelitian ini yang menjadi variabel
independennya (X) adalah pola asuh orang tua (X1), lingkungan sekolah (X2),
dan motivasi belajar (X3) terhadap variabel dependennya (Y) adalah prestasi
belajar.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ex-post facto kuantitatif
karena tidak terdapat perlakukan terhadap variabel. Menurut Sappaile
(2010:113) konsep penelitian ex-post facto adalah meneliti hubungan sebab
akibat yang tidak diberi perlakuan. Adanya hubungan sebab akibat dari harus
berdasar kajian teoritis bahwa suatu variabel disebabkan oleh variabel
tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pola
asuh, lingkungan sekolah, dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah yang akan diteliti yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah Peserta didik
jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Wikarya Karanganyar
semester ganjil tahun ajaran 2023/2024.
2. Sampel
Sampel adalah wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Wikarya
Karangnyar yang berjumlah 43 siswa. Alasan peneliti memilih sampel
tersebut dikarenakan jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga telah
mendapatkan pembelajaran akuntansi jasa, dagang, manufaktur.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitin ini adalah total
sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan keputusan dengan
menggunakan keseluruhan populasi yang ada jadi jumlah sampel yang digunakan
sama dengan jumlah populasi yang ada. Keputusan penggunaan teknik ini
mengacu pada Sugiyono (2015) yang menyatakan bahwa apabila jumlah populasi
yang ada kurang dari 100 maka populasi dijadikan sample penelitian. Total
sampel dalam penelitian ini berjumlah 43 siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kuisioner
Menurut Sugiyono (2015:162) kuisioner merupakan salah satu teknik
pengumpulan data dengan menyajikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Jenis kuisioner yang digunakan
adalah kuisioner tertutup dengan menggunakan skala likert. Skala penilaian
yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Skala Likert
Nilai
Keterangan Simbol
Positif Negatif
Sangat Setuju SS 5 1
Setuju S 4 2
Netral N 3 3
Tidak Setuju TS 2 4
Sangat Tidak Setuju STS 1 5
Sumber: Sugiyono, 2015

2. Tes
Tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Tes mempunyai
standar objektif yang digunakan secara luas untuk mengukur atau
membandingkan suatu hal.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mencari
informai berupa arsip, buku, tulisan, benda peninggalan, dan gambar yang
diperoleh selama proses penelitian. Dokumen-dokumen tersebut haruslah
berupa dokumen resmi yang telah terjamin keakuratannya. Metode
dokumentasi pada penelitian ini diperoleh melalui dokumen sekolah berupa
daftar siswa jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga yang dilakukan
penelitian, dokumen profil lingkungan sekolah, daftar nilai ujian siswa, dan
foto bukti pendukung penelitian di sekolah.

G. Teknik Validasi Intrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner dan tes.
Kuisioner penelitian perlu diuji untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
perangkat sehingga dapat diketahui apakah instrumen tersebut layak untuk
menguji penelitian.
1. Uji Validitas
Uji validitas instrumen penelitian dilakukan menggunakan validitas isi.
Validitas isi menunjukkan bahwa instrumen penelitian disusun sesuai dengan
kajian teori, kurikulum, materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Validitas isi dilakukan oleh beberapa orang validator yang
berkompeten dibidangnya. Uji validitas instrumen penelitian dikatakan valid
apabila setiap butir pertanyaan dapat mengungkapkan sesuatu yang diukur
dalam kuesioner. Indikator dalam kuesioner dikatakan valid apabila
. Butir petanyaan dikatakan valid apabila nilai validitas setiap jawaban
memenuhi syarat minimum yaitu . Butir soal yang tidak memenuhi
syarat nilai minimum akan dievaluasi dan diperbaiki.

2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas merujuk pada kekonsistenan intrumen penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh informasi harus
dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Kuesioner dinyatakan reliabel
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan yang disajikan konsisten dan
menghasilkan data yang sama untuk mengukur objek yang sama. Karena
instrumen penelitian ini berbentuk kuesioner dengan skala bertingkat maka
uji reliabilitias instrumennya menggunakan rumus Alpha Cronbach berbantu
program SPSS 25. Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel
dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6, sesuai
dengan kriteria reliabilitas yang dikemukakan Arikunto sebagai berikut :
Tabel 3.3. Klarifikasi Reliabilitas (Sugiyono, 2015 : 199)
Koefisien r Reliabilitas
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
0,60 – 0,79 Kuat
0,40 – 0,59 Sedang
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah

3. Taraf Kesukaran Soal


Taraf kesukaran soal adalah proporsi antara peserta tes dengan
banyaknya jawaban benar yang dijawab peserta tes. Terdapat tingkat
kesukaran mudah, sedang, dan sukar dan tingkat kesukaran yang baik adalah
0,25 sampai 0,75 (Nana Sujana, 2010, 135). Untuk mengetahui taraf
kesukaran instrumen soal yang digunakan untuk melakukan tes, instumen
diuji dengan menggunakan SPSS 25. Interpretasi tingkat kesukaran soal dapat
dilihat dari tabel berikut :
Tabel 3.4. Interpretasi Taraf Kesukaran Soal
Nilai Tingkat Kesukaran
0 < P ≤ 0,30 Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
Sumber : Reliabilitas (Sugiyono, 2015 : 199)
4. Daya Beda Soal
Daya beda soal adalah indeks untuk mengukur bagaimana baiknya soal
membedakan tingkat kemampuan peserta tes dari kelompok tinggi ke
kelompok rendah. Makin tinggi daya beda soal maka makin banyak peserta
kelompok tinggi yang dapat menjawab soal dengan benar dan makin sedikit
peserta kelompok rendah yang dapat menjawab dengan benar. Untuk dapat
diterima maka daya beda soal harus bernilai 0,40 atau lebih Indeks daya beda
soal dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.5. Interpretasi Daya Pembeda Soal
Nilai Tingkat Daya Pembeda
DP < 0.00 Sangat Buruk
0.00 ≤ DP ≤ 0.20 Buruk
0.20 < DP ≤ 0.40 Sedang
0.40 < DP ≤ 0.70 Baik
0.70 < DP ≤ 1.00 Sangat Baik
Sumber : (Sugiyono, 2015 : 199)

H. Teknik Analisis Data


1. Analisis Deskriptif
Deskripsi data merupakan analisis data yang digunakan untuk
menginterpretasikan data agar mudah dimengerti. Deskripsi data diperlukan
untuk memberikan informasi masing-masing variabel yaitu pola asuh orang
tua, lingkungan sekolah, dan motivasi terhadap prestasi belajar. Untuk
mengetahui kecenderungan masing-masing variabel, data dikelompokkan
menjadi 3 kategori yaitu sebagai berikut :

2. Uji Prasyarat
Uji prasyarat analisis dilakukan untuk mengetahui analisis data untuk
pengujian hipotesis dapat dilakukan atau tidak. Uji prasyarat analisis meliputi :
a. Uji normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data
penelitian berasal dari populasi yang memiliki distribusi normal atau tidak.
Interpretasi hasil uji normalitas dilihat dari nilai signifikansi. Jika nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data dianggap berdistribusi normal,
sedangkan jika data kurang dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
variabel dependen dengan setiap variabel independen yang diuji. Jika uji
linearitas tidak terpenuhi maka, analisis regresi linear tidak dapat digunakan.
Simpulan data dapat dinyatakan linear apabila nilai signifikansi linearitasnya
lebih kecil dari 0,05 . Untuk menguji linearitas antar variabel
digunakan teknik Scatter plot atau grafik sebaran.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk menemukan ada tidaknya
korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Pengujian ini
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF)
pada model regresi. Kriteria keputusan uji multikolinearitas adalah sebagai
berikut :
1) Jika nilai VIF < 10 atau nilai Tolerance > 0,01 maka dinyatakan tidak terjadi
multikolinearitas.
2) Jika nilai VIF > 10 atau nilai Tolerance < 0,01, maka dinyatakan terjadi
multikolinearitas
3) Jika koefisien korelasi masing-masing variabel bebas > 0,8 maka terjadi
multikonearitas. Tetapi jika koefisien korelasi masing-masing variabel bebas <
0,8 maka tidak terjadi multikonearitas

d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu
model regresi terjadi ketidaksesuaian varian dari residu pada suatu pengamatan
terhadap pengamatan lain. Cara uji heteroskedastisitas yaitu dengan teknik
grafik plot (Scatter Plot). Hipotesis dalam uji heteroskedastisitas yaitu :
Ho = Tidak terdapat heteroskedastisitas
Hi = Terdapat heteroskedastisitas,

dengan kriteria sebagai berikut :


 Jika P value ≤ 5 % maka Ho ditolak, artinya terdapat
heteroskedastisitas
 Jika P value ≥ 5 % maka Ho diterima , artinya tidak terdapat
heteroskedastisitas

3. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pengaruh antar variabel maka menggunakan
analisis uji regresi berganda namun terlebih dahulu melakukan analisis
hipotesis uji T dan uji F
a. Regresi berganda
Regresi berganda digunakan untuk menganalisis hubungan variabel
dependen (Y) dengan lebih dari satu variabel independen

Keterangan :

Y : variabel keberhasilan koperasi

: konstanta

: variabel partisipasi kontributif

: variabel partisipasi insentif

b : parameter yang dicari

e : standar error

b. Uji T
Uji T digunakan untuk menguji hipotesis pengaruh setiap variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan
dilakukan dengan melihat nilai signifikansi. Dari nilai t regresi terdapat
kemungkinan sebagai berikut :
1) Jika nilai signifikansi uji t > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya
tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
2) Jika nilai signifikansi uji t < 0,05 maka H₀ ditolak dan Ha diterima. Artinya
terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen
c. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Keputusan dari
pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai F yang terdapat di dalam tabel
ANOVA. Adapun ketentuan dari uji F yaitu sebagai berikut (Ghozali, 2016) :
1) Jika nilai signifikan F < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya semua
variabel independen/bebas memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen/terikat.
2) Jika nilai signifikan F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 Artinya, semua
variabel independen/bebas tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen/terikat.

4. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan yang dilakukan oleh peneliti
dalam melakukan penelitian. Santoso (2021) menyatakan secara garis besar
langkah-langkah penelitian deskriptif adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah penelitian
Rumusan masalah harus mencerminkan identifikasi variabel yang
termasuk dalam studi, apakah hanya untuk menentukan status variabel atau
hubungan antar variabel.
b. Mengidentifikasi informasi yang diperlukan
Peneliti perlu mengidentifikasi informasi yang diperlukan yang bersifat
kuantitatif.
c. Sampel atau mengembangkan instrumen pengumpulan data
Peneliti harus memperhatikan mengenai validitas dan reliabilitas
instrumen yang dipilih untuk dikembangkan dan dilakukan uji coba.
d. Mengidentifikasi target populasi dan menetapkan prosedur pengambilan
sampel
Sebelum memilih sampel, peneliti harus mengetahui batasan dan sifat
populasinya sebagai dasar penetapan prosedur pengambilan sampel.
e. Merancang prosedur pengumpulan data
Rencana pelaksanaan harus disusun secara cermat dan baik dari segi
waktu, sarana, dan tenaga pembantu pelaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Asfar, A. M. I. T., Asfar, A. M. I. A., & Halamury, M. F. (2019). Teori
Behaviorisme (Theory of Behaviorism). Researchgate, February, 0–32.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.34507.44324
Azizah, F. N., Wahyudin, A., & Suhandini, P. (2017). Peran Self Regulation
dalam Memoderasi Pengaruh Pola Asuh Keluarga dan Lingkungan Sekolah
terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Abstrak. 6(1), 65–70.
Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Dimyati & Mudjono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Rineka Cipta.
Edisi 5
Habsyi, F. (2020). Pengaruh Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa
SMA Nusantara Tauro. Jurnal Pendidikan Dan Ekonomi (JUPEK), 2(1), 13-
22. https://doi.org/10.5281/zenodo.4431102
Hamalik, Oemar. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasbullah. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Hermawan, Y., Suherti, H., & Gumilar, R. (2020). Pengaruh Lingkungan Belajar
(Lingkungan Keluarga, Lingkungan Kampus, Lingkungan Masyarakat)
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Edukasi (Ekonomi, Pendidikan
Dan Akuntansi), 8(1), 51. https://doi.org/10.25157/je.v8i1.3317
Kösterelioğlu, İ. (2018). Effects of Parenting Style on Students’ Achievement Goal
Orientation: A Study on High School Students. Educational Policy Analysis
and Strategic Research, 13(4), 91–107.
https://doi.org/10.29329/epasr.2018.178.5
Kusumawati, O. D. T., Wahyudin, A., & Subagyo. (2017). Pengaruh Pola Asuh ,
Lingkungan Masyarakat dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar
Siswa SD Kecamatan Bandungan. Educational Management, 6(2), 87–94.
Lathifah, Z.K &Yusniar, E. (2017). Parenting Style Influence On Student's
Learning Motivation Of Fourth Grade Students of SDN Tarikolot 06
Bandung. UNES Journal of Education Scienties 1(1), 107–115.
Lenaini, I (2021). Teknik Pengambilan Sampel Purposive Dan Snowball
Sampling. Jurnal Kajian, Penelitian & Pengembangan Pendidikan Sejarah
6(1), 33–39.
Mauludiyah, N. (2018). Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Lingkungan Keluarga
Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas VIII Di MTsN 1
Pasuruan.
http://etheses.uin-malang.ac.id/12902/1/14130061.pdf
Meliana, A, Arief, M, & Yuliyanti, L. (2022). Model Prestasi Belajar Melalui
Lingkungan Keluarga dan Teman Sebaya dengan Motivasi Sebagai Varible
Intervening. FINTEACH : Journal of Finance, Entrepreneurship, And
Accounting Education Research. 1(1). 41-50
Mira, A., & Hariki, F. (2015). Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Kelas XI Sma Negeri 3 Peusangan. Jurnal Sains Ekonomi Dan
Edukasi, III(2), 1–8.
fkip.umuslim.ac.id/index.php/jsee/article/download/264/158
Muslima. (2015). Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan Finasial Anak.
1(1), 85–98.
Mu'minin, U., Apriliana, S., & Septiana, N. (2022). Konsep Dan Karakter
Psikologi Behaviorisme. Jurnal Al-Din. 115–126.
Nasir, A. H. K & Widiyono, A (2022). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Hasil Belajar Matematika di Sekolah Dasar. JOURNAL ON TEACHER
EDUCATION Research & Learning in Faculty of Education 3(3). 381–387.
Nimah, I.K & Heriyudanta, M. (2022). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dan
Teman Sebayaterhadap Motivasi Belajar Al-Quran Diniyah Thoriqul Huda
Nampan Sukorejo Ponorogo Tahun Pelajaran 2021/202. Jurnal Studi Agama
Islam. 5(1), 33–46.
Pakiding, S. (2016). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Lingkungan Sekolah
terhadap Hasil Belajar Matematika Melalui Motivasi Belajar Siswa SMK
Kecamatan Samarinda Utara. Jurnal Pendas Mahakam, 1(2), 237–249.
Pertiwi, Y. (2021). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMPN 1 Kota Bengkulu.
1–89. http://repository.iainbengkulu.ac.id/id/eprint/7512
Poerwadarminta, W.J.S. (2007). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Pratama, F., Firman, F., & Neviyarni, N. (2019). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa
Terhadap Hasil Belajar IPA Di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 1(3), 280–286. https://doi.org/10.31004/edukatif.v1i3.63
Pratiwi, I. T. M. & Meilani, R. I. (2018). Peran Media Pembelajaran Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen
Perkantoran Vol. 3 No. 2, Juli 2018, Hal. 173-181
Santoso, S. (2015). Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press
Sappaile, B. I. (2010). Konsep Penelitian Ex-Post Facto. 1, 105–113.
Saputra, H. D., Ismet, F., & Andrizal, A. (2018). Pengaruh Motivasi Terhadap
Hasil Belajar Siswa SMK. INVOTEK: Jurnal Inovasi Vokasional Dan
Teknologi, 18(1), 25–30. https://doi.org/10.24036/invotek.v18i1.168
Saya, S., (2020). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Disiplin Belajar terhadap
Prestasi Belajar Siswa. Educouns Journal. 1(1). 16-21. E-issn: 0000-0000 p-
issn: 0000-0000. 01(01).
Setya, W. P., & Novrita, S. Z. (2020). Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP.
Jurnal Kapita Selekta Geografi, 3(2), 47–59.
Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka
Cipta
Sudarti, D.O. (2019). Kajian Teori Behavioristik Stimulus Dan Respon Dalam
Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Jurnal Tarbaw, 16(2). 55-72 ISSN :
2088-3102
Sudibyo, E., Jatmiko, B., & Widodo, W. (2016). Pengembangan Instrumen
Motivasi Belajar Fisika  : Angket. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 1(1).
13-21.
Sudjana, Nana (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabet
Sukmadinata, N, S. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Supardi, Imam. (2003). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung: PT.
Alumni
Supratno, Y. H., Murtono, & Mochamad, W. (2021). The Influence of Student
Motivation, School Environment, on Student Learning Achievement. Journal
of Physics: Conference Series, 1823(1), 1–8. https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1823/1/012089
Suratini. (2017). PENGARUH PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI INDONESIA. Jurnal
Manajemen dan Akuntansi. 5(1), 68-84.
Syachtiyani, W. R & Trisnawati, N. (2021). Analisis Motivasi Belajar Dan Hasil
Belajar Siswa Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Kependidikan. 2(1),
90–101.
Taib, B,. Ummah, D, M, & Bun, Y. Analisis Pola Asuh Otoriter Orang Tua
Terhadap Perkembangan Moral Anak. Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. 3(1).
128-137 E-ISSN. 2807-5552
Tuwa, P.H & Faraz, H. J. (2018). Pengaruh Kreativitas Mengajar Guru, Pola Asuh
Orang Tua, Dan Iklim Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan IPS, 5(1), 67–78.
Wahyuningsih, S., & Djazari, M. (2013). Pengaruh Lingkungan Sekolah dan
Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS
SMA Negeri 1 Srandakan. Kajian Pendidikan & Akuntansi Indonesia, 2(1),
137–160. https://journal.uny.ac.id/index.php/jkpai/article/view/1189
Yana, E & Nurjanah, N. (2021). Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Lingkungan
Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di
Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ciledug Kabupaten. Jurnal Edutomic. 47(4),
124–134. https://doi.org/10.31857/s013116462104007x
Yoga, K., Sucipta, A., & Meitriana, M. A. (2021). Prestasi Belajar IPS : Pengaruh
Lingkungan Sekolah dan Motivasi Belajar. Jurnal Pendidikan Ekonomi
Undisha. 13(1), 72–80.
Yusuf, Syamsu. (2008). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja . Bandung
:PT Rosdakarya
Zahedani, Z. Z., Rita Rezaee, Zahra Yazdani, Sina Bagheri, & Parisa Nabeiei.
(2016). The influence of parenting style on academic achievement and career
path. Journal of Advances in Medical Education & Professionalism, 4(3),
130–134.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27382580%0Ahttp://www.pubmedcen
tral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC4927255

Anda mungkin juga menyukai