Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL KUANTITATIF

“PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA DI SMK PARIWISATA MENGWITANI”

Disusun Oleh:

I MADE AGUS WIDIANTARA PUTRA

2112531014

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Nasional adalah tindakan yang diorganisir dan

direncanakan secara sistematis dengan tujuan menciptakan lingkungan

belajar yang optimal dan proses pembelajaran yang mengaktifkan peserta

didik untuk mengembangkan potensi mereka, termasuk aspek spiritual,

keagamaan, pengendalian diri, kebiasaan, kecerdasan, dan keterampilan

yang diperlukan untuk manfaat pribadi, komunitas, negara, dan bangsa

(pasal 1 UU no. 20 tahun 2003).

Dalam pendidikan, terdapat tiga aspek yang dikembangkan, yaitu

pertama, aspek kognitif yang mencakup pengembangan pengetahuan,

potensi, kecerdasan, dan keterampilan. Kedua, aspek afektif yang

mencakup pemberian nilai-nilai moral dan religius serta pengembangan

sikap emosional dan sensitivitas. Ketiga, aspek psikomotorik yang

melibatkan peningkatan kinerja dalam konteks kehidupan berbangsa,

pengembangan keterampilan, adaptasi terhadap perubahan, perhatian

terhadap isu sosial, pembiasaan diri, dan pengetahuan dalam berbagai

bidang seperti pekerjaan, kesehatan, kehidupan sehari-hari, dan masalah

praktis lainnya.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

Bagian IV pasal 10 ayat (1) mengenai guru, disebutkan bahwa kompetensi

guru, sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 8, mencakup kompetensi


pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Menurut pandangan Usman Uzer (2005: 5), menjadi guru adalah

sebuah profesi yang menuntut kemampuan khusus yang diperlukan untuk

menjalankan tugas-tugas guru. Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh

individu yang tidak memiliki keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan

tugas dan aktivitas sebagai seorang guru.

Peran guru dalam konteks pendidikan sangatlah signifikan untuk

mencapai tujuan pendidikan di lingkungan sekolah. Keberhasilan lembaga

pendidikan dalam mencapai tujuan mereka secara optimal bergantung

pada kompetensi guru, sebagaimana diuraikan dalam penjelasan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Standar tersebut mencakup kompetensi pedagogis,

kepribadian, sosial, dan profesional. Dalam dunia pendidikan, tidak hanya

siswa yang diharapkan mengembangkan potensi diri, tetapi guru juga

dituntut untuk memiliki kompetensi yang relevan.

Selain itu, guru juga merupakan pendidik profesional yang memiliki

kewenangan untuk membimbing, mengajar, mengarahkan, menilai,

melatih, dan mengevaluasi siswa, dan guru juga memainkan peran

penting dalam menentukan keberhasilan mencapai tujuan pendidikan di

lingkungan formal. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, baik guru

maupun siswa harus mengikuti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),

yang sering kali dihadapi dengan sejumlah tantangan. Seperti yang

diungkapkan oleh Sunarto dan Hartono, siswa mungkin menghadapi


kesulitan dalam memahami konsep-konsep abstrak. Pernyataan ini

mengindikasikan bahwa dalam proses pembelajaran, anak-anak

memerlukan bimbingan dari guru untuk mengembangkan kemampuan

berpikir mereka.

Guru dan dosen perlu memiliki sejumlah pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus mereka kuasai dengan baik dalam

menjalankan tugas profesional mereka. Hal ini bertujuan agar peserta

didik dapat memahami dan menerapkan pengetahuan tersebut dalam

kehidupan sehari-hari, baik di rumah maupun di masyarakat. Kompetensi

ini memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter peserta

didik, dan setiap guru harus memiliki kompetensi kepribadian yang sesuai

dengan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam

proses mengajar menjadi indikator keberhasilan dari aktivitas belajar

mengajar di dalam kelas.

Dengan kata lain, guru yang memiliki kompetensi yang tinggi akan

memenuhi standar profesionalisme guru. Mereka memiliki wawasan yang

luas, pengetahuan yang mendalam, kemampuan berinteraksi dengan

baik, dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas mengajar mata

pelajaran kepada siswa. Hal ini akan berdampak positif pada prestasi

akademik siswa, karena prestasi akademik cenderung meningkat seiring

dengan pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang diajarkan

selama proses pembelajaran.

Menurut Hopkins (2010: 47) seperti yang dikutip dalam Suyanto

dan Jihad (2013: 40), pengembangan kompetensi adalah "proses di mana


seorang guru secara kontinu mengevaluasi dirinya sendiri dan tetap

fleksibel terhadap perubahan zaman." Ini berarti bahwa seorang guru

harus memiliki kesadaran bahwa perubahan adalah hal yang alami dalam

kehidupan, dan dengan tetap terbuka terhadap perkembangan, guru akan

menjadi lebih kompeten dalam menjalankan tugas profesinya.

Prestasi mengacu pada kemampuan atau hasil konkret yang dapat

diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Proses pembelajaran adalah

tindakan sadar yang dilakukan oleh setiap individu untuk mengubah

perilaku, pengalaman, dan pengetahuan mereka. Prestasi belajar merujuk

pada hasil yang siswa raih setelah mengikuti pembelajaran selama

periode tertentu. Biasanya, pencapaian belajar ini tercermin dalam

penilaian hasil tes atau evaluasi, seperti ujian harian, ujian tengah

semester, dan ujian akhir semester.

Prestasi belajar siswa bervariasi, ada yang mencapai prestasi

tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mencapai prestasi belajar yang

diinginkan, perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Secara umum, faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi

dua kategori: faktor internal yang berasal dari siswa sendiri dan faktor

eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar siswa. Faktor internal

mencakup aspek biologis seperti kondisi fisik siswa, bakat, minat, sikap,

motivasi, kebiasaan belajar, dan sebagainya. Sementara faktor eksternal

mencakup faktor-faktor dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan

sebagainya.
Berdasarkan dari pemaparan diatas, maka peneliti tertarik

mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi Guru

Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMK Pariwisata Mengwitani”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas,

maka rumusan masalah yang dapat penulis rumuskan dalam penelitian ini

sebagai berikut: “Seberapakah pengaruh kompetensi guru terhadap hasil

belajar di SMK Pariwisata Mengwitani?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap hasil

belajar siswa di SMK Pariwisata Mengwitani

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan diatas, maka manfaat yang

didapat dari penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah SMK Pariwisata Mengwitani diharapkan dapat

meningkatkan kualitas kerjanya dalam mewujudkan sekolah yang

berhasil.

b. Bagi guru di SMK Pariwisata Mengwitani diharapkan dapat

menguasai kompetensi mereka sebagai guru.

c. Bagi siswa, diharapkan memiliki antusias dalam mengikuti

pembelajaran dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai salah satu sumber referensi serta bahan bacaan yang

dimiliki oleh perpustakaan program sarjana Universitas Udayana;

b. Sebagai referensi dan masukan dalam pengembangan penelitian

selanjutnya khususnya terkait pengaruh fasilitas belajar dan motivasi

belajar terhadap hasil belajar siswa.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika berfungsi untuk memudahkan pembaca memahami isi dari

penelitian ini. Sistematika penulisan ini disajikan ke dalam lima bab yang

tersusun secara jelas dan sistematis yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai pendahuluan yang meliputi, latar belakang,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mendeskripsikan tentang referensi penelitian terdahulu yang

sesuai, teori dan konsep yang sesuai untuk membahas permasalahan

yang ada, dan kerangka pemikiran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian Jenis Penelitian, Sumber

Data, Unit Analisis, Populasi dan Sampel, Teknik Pengambilan Sampel,

Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Teknik Penyajian Data,

Keterbatasan Penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

1. Penelitian yang dilakukan Maria Anita Titu, Reinaldis Masi, dan

Sirilis Karolus dengan judul Pengaruh Guru terhadap Hasil Belajar

Siswa Kelas XI di SMA Negari 1 Adonara Barat Tahun Ajaran

2022/2023. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat

ditarik kesimpulan bahwa kompetensi guru mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap hasil belajardi SMA Negeri 1 Adonara

Barat. Hal ini dapat dibuktikan dengan permasalahan yang ada

dalam penelitian terjawab. Hipotesis menyatakan bahawa ada

pengaruh yang signifikan antara kompetensi guru terhadap hasil

belajar di SMA Negeri 1 Adonara Barat tahun ajaran

2022/2023 diterima.Dan koefisien determinan (Rsquare sebesar

37,4% yang berarti bahwa kompetensi guru memberikan proporsi

sebesar 37,4% terhadap hasil belajar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sayidatul Muarofah, Robi Anggara

yang berjudul Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Hasil Belajar.

Berdasarkan analisis data kompetensi guru, dapat diketahui

bahwa mayoritas guru kelas II SD Muhammadiyah Sukaraja

memiliki kompetensi sedang. Hal tersebut dibuktikan hasil angket


yang menunjukkan bahwa dari 24 siswa terdapat 4 siswa atau

14,7% memperoleh nilai termasuk kategori tinggi, 14 siswa

atau 70,8% berada pada kategori sedang dan 3 siswa atau

12,5% masuk pada kategori rendah. Maka dapat disimpulkan

Variabel kompetensi guru Berpengaruh Signifikan Terhadap hasil

belajar.

3. Penelitian karya Umu Syaidah dengan judul “PENGARUH

KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI DI

SMA NEGERI RAMBIPUJI TAHUN AJARAN 2017/2018”.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai

pengaruh kompetensi guru terhadap hasil belajar, dapat

disimpulkan bahwa kompetensi guru mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap hasil belajar ekonomi di SMA Negeri

Rambipuji Tahun Ajaran 2017/2018.Dan koefisien determinan

(Rsquare) sebesar 80,2%. Yang berarti bahwa kompetensi guru

memberikan proporsi sumbangan sebesar 80,2% terhadap hasil

belajar.

4. Penelitian karya Ade Sobandi dengan judul “PENGARUH

KOMPETENSI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

SMKN BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN DI KOTA

BANDUNG”. Berdasarkan hasil perhitungan Koefisien jalur terdapat

hasil sebesar 0.2600. Berdasarkan uji t diperoleh t hitung sebesar

3.1778. Pada taraf nyata (α) 0,05 diperoleh t tabel sebesar 1.9833.

Dengan demikian proposisi hipotetik yang diajukan diterima. Hal ini


menunjukkan kompetensi guru berpengaruh sebesar 19,51%

terhadap kinerja mengajar guru.

5. Penenlitian yang berjudul “PENGARUH KOMPETENSI GURU

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMK NEGERI 2

BAWANG” karya dari Widar Hapsari, dkk. menunjukkan hasil

penelitian pengaruh kompetensi guru terhadap prestasi belajar

siswa SMK Negeri 2 Bawang diperoleh kesimpulan bahwa

kompetensi guru memiliki pengaruh positif signifikan terhadap

prestasi belajar siswa.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kompetensi Guru

a. Pengertian Kompetensi

Istilah "kompetensi" berasal dari bahasa Inggris

"competence" yang memiliki makna kecakapan, kemampuan,

dan wewenang. Dalam konteks pendidikan, kompetensi

merujuk pada gabungan pengetahuan, sikap perilaku, dan

keterampilan yang tercermin dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak. Konsistensi dalam melaksanakan kebiasaan berpikir

secara berkelanjutan memungkinkan seseorang mencapai

tingkat kecakapan dalam suatu bidang. Dengan demikian,

seseorang dianggap memiliki kompetensi jika memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang tercermin

dalam cara berpikir dan bertindaknya. Kompetensi guru

mencerminkan pandangan tentang tugas yang harus


dilaksanakan oleh seorang guru, termasuk kegiatan, perilaku,

dan hasil yang dapat dihasilkan selama proses belajar-

mengajar. Untuk menjaga keterampilan dan kecerdasan kognitif

guru agar tetap relevan, guru perlu mengikuti berbagai kursus,

seminar, dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan berkarya.

b. Berdasarkan Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun

2005

Dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional, pemerintah

telah menyusun empat kategori kompetensi guru sebagaimana

diuraikan dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19

Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan, meliputi:

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik guru mencakup pemahaman

terhadap murid, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan

murid untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.

Subkompetensi ini dijabarkan dalam indikator esensial,

seperti pemahaman mendalam terhadap murid, merancang

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merancang

dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, serta

mengembangkan murid untuk mengaktualisasikan

potensinya.

2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian guru mencakup kemampuan

memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,

berwibawa, dan menjadi teladan bagi siswa.

Subkompetensi kepribadian terdiri dari kepribadian yang

mantap dan stabil, kepribadian yang dewasa, kepribadian

yang arif, akhlak mulia, dan kepribadian yang berwibawa.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial guru melibatkan kemampuan

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan murid,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali

murid, dan masyarakat sekitar. Subkompetensi ini

mencakup kemampuan berkomunikasi dengan murid,

sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orangtua/wali

murid, serta masyarakat sekitar.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional mencakup penguasaan materi

pembelajaran, baik dalam kurikulum mata pelajaran di

sekolah maupun substansi keilmuan yang menaungi

materi. Subkompetensi ini memerlukan pemahaman

substansi keilmuan bidang studi, struktur dan metode

keilmuan, serta keterampilan dalam penyelenggaraan

pembelajaran yang mendidik.

Keempat kompetensi tersebut bersifat integral, dan

pemilahan ke dalam kategori tersebut dimaksudkan agar lebih


mudah dipahami. Beberapa ahli menyebutkan bahwa istilah

"kompetensi profesional" sebenarnya sudah mencakup semua

aspek kompetensi lainnya, sementara penguasaan materi ajar

secara luas dan mendalam dapat disebut sebagai penguasaan

sumber bahan ajar atau bidang studi keahlian. Pandangan ini

menekankan bahwa seorang guru yang berkompeten harus

memiliki pemahaman terhadap karakteristik murid, penguasaan

bidang studi, kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang

mendidik, serta kemauan dan kemampuan mengembangkan

profesionalitas dan kepribadian secara berkelanjutan.

c. Kompetensi Dalam Mengajar

1. Mengajar dan Mengembangkan Potensi Murid

Gaya pengajaran di kelas umumnya dipengaruhi oleh

persepsi guru terhadap proses pengajaran itu sendiri.

Apabila seorang guru memiliki pandangan bahwa mengajar

hanya sebatas menyampaikan pengetahuan, maka dalam

praktik pengajarannya, guru tersebut cenderung

memandang murid sebagai penerima informasi yang harus

diisi oleh guru. Dalam situasi ini, guru memberikan materi

pelajaran, sementara murid hanya bertindak sebagai

penonton yang memerhatikan. Setelah itu, murid diuji

terkait dengan pemahaman mereka terhadap materi yang

diajarkan oleh guru. Jika murid tidak mampu memberikan


jawaban yang tepat, kesalahan cenderung diatribusikan

kepada murid.

Di sisi lain, terdapat pula guru yang melibatkan murid

secara aktif dalam proses pembelajaran, memberikan

tanggung jawab yang lebih besar kepada murid agar dapat

berperan aktif, dan guru bertindak sebagai fasilitator. Dalam

praktiknya, di dalam kelas, guru menggunakan berbagai

model pembelajaran yang dapat mendorong partisipasi aktif

murid. Pada akhir sesi pembelajaran, evaluasi dilakukan

terhadap murid dan diri guru sendiri.

2. Merancang Pembelajaran yang Menarik

Pembelajaran yang menarik dapat diartikan sebagai

proses pembelajaran yang melibatkan unsur-unsur seperti

cerita, nyanyian, tantangan, dan pemenuhan rasa ingin

tahu murid. Seorang guru dalam konteks pembelajaran

yang menarik sebaiknya bersikap santai dan humoris,

namun tetap menunjukkan kesungguhan dalam membantu

murid memahami materi pembelajaran dengan cara yang

mudah, cepat, dan menyenangkan. Guru tersebut juga

diharapkan memiliki pemahaman yang baik terhadap

kondisi murid dan memberikan perhatian penuh kepada

seluruh kelas. Selain itu, guru juga memberikan peluang

kepada semua murid untuk berkembang dan maju, tanpa

membatasi pada murid-murid tertentu.


Dalam proses pembelajaran, penting bagi murid

untuk mendapatkan kondisi yang dikodisikan secara positif,

sehingga mereka merasakan kegembiraan dan terdorong

untuk memperhatikan seluruh materi yang disampaikan

oleh guru.

3. Membangun Pembelajaran yang Menarik

Agar dapat menciptakan pembelajaran yang

menarik, serta efektif dan efisien, serta memberikan tujuan

dan arah yang jelas terhadap proses pembelajaran,

diperlukan empat elemen yang harus hadir dan terpenuhi

dalam setiap proses pembelajaran. Keempat elemen

tersebut adalah:

a. Kepercayaan

Pembelajaran seharusnya dianggap sebagai

suatu kegiatan yang melibatkan kolaborasi dan saling

mendukung antara guru dan murid. Dalam konteks ini,

proses pembelajaran memiliki tingkat kepentingan yang

setara dengan hasil yang diinginkan. Dalam

pelaksanaan pembelajaran, diperlukan terjalinnya

hubungan "saling membutuhkan" antara semua pihak

yang terlibat dalam proses pembelajaran. Guru dan

murid harus saling mempercayai dan menghargai peran

masing-masing dalam mencapai tujuan pembelajaran.

b. Rasa Hormat
Rasa hormat dapat diaktualisasikan melalui

tingkat kepedulian yang mendalam terhadap para

murid. Adanya hubungan "saling menghormati" antara

guru dan murid merupakan fondasi untuk terbentuknya

tanggung jawab bersama dalam proses pembelajaran.

c. Optimisme

Setiap murid memiliki potensi yang tidak

terbatas. Sebagai individu yang unik, murid sulit untuk

membatasi potensi yang dimilikinya secara pasti.

Walaupun demikian, murid perlu tetap memelihara

sikap optimis dalam menjalani aktivitas dalam proses

belajar. Dalam lingkungan kelas, keberhasilan

pembelajaran tidak akan tercapai secara optimal tanpa

adanya pembangunan sikap optimis terhadap potensi

yang dimiliki oleh murid.

d. Kesengajaan

Murid sebenarnya mampu mengidentifikasi

potensi yang dimilikinya. Berdasarkan pemahaman ini,

guru dapat menyusun program pembelajaran yang

khusus untuk murid. Hal ini dilakukan secara sengaja

guna mengeksplorasi dan mengukur sejauh mana

potensi yang dimiliki oleh murid dalam memahami

suatu materi pembelajaran.


4. Memahami Gaya Mengajar Guru adalah Gaya Belajar

Murid

Keadaan umum para murid di sekolah memiliki

keunikannya sendiri, di mana perbedaan karakter murid

seringkali menjadi tantangan bagi pihak sekolah, terutama

bagi guru yang berinteraksi langsung dengan murid dalam

proses pembelajaran. Perbedaan karakter di antara murid,

seperti murid yang normal, nakal, gagal, lambat belajar,

atau memiliki keterbelakangan mental, merupakan hal yang

wajar karena setiap individu lahir ke dunia ini dengan

kondisi yang berbeda satu sama lain. Divergensi karakter

yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan

mendorong setiap individu menjadi entitas yang memiliki

karakter dasar yang unik.

Karenanya, guru perlu memiliki pemahaman yang

mendalam terhadap perbedaan kemampuan murid

sebelum memulai proses pembelajaran, termasuk

memahami variasi kecerdasan murid. Sebagian besar guru

sering kali melakukan kesalahan dengan menyamaratakan

gaya belajar semua murid, padahal belum tentu murid-

murid tersebut benar-benar terlibat dan serius selama

proses pembelajaran berlangsung. Sebagai contoh,

terdapat guru yang fokus pada penyampaian materi

pelajaran tanpa memperhatikan murid yang mungkin


kesulitan dalam memahami pelajaran tersebut. Pendekatan

pengajaran seperti ini tidak efektif karena dapat

menimbulkan rasa bosan pada murid, yang akhirnya

membuat mereka kurang tertarik pada mata pelajaran

tersebut.

Seharusnya, guru memperhatikan gaya belajar dan

gaya berfikir yang beragam dari murid-muridnya.

Diperlukan penggunaan metode yang sesuai selama

proses penyampaian materi agar para murid dapat

menyerap informasi dengan lebih baik.

d. Kompetensi Penunjang

1. Kemampuan Menulis

Keahlian dalam mengungkapkan ide melalui tulisan

mencerminkan tingkat kualitas intelektual seseorang, karena

tulisan seorang guru mencerminkan ekspresi pemikirannya.

Seorang guru yang mahir dalam menulis dan mampu

mengemukakan ide-idenya melalui karya tulis menunjukkan

bahwa ia secara aktif terlibat dalam kegiatan membaca,

berdiskusi, dan mengamati lingkungan sekitarnya. Bagi

seorang guru, keterampilan menulis merupakan suatu

kemampuan yang terintegrasi dengan tugas pokoknya

sebagai pendidik.

2. Keahlian dalam Melakukan Penelitian


Selain berperan sebagai pendidik, guru juga memiliki

tanggung jawab sebagai peneliti. Penelitian yang dilakukan

bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,

mengeksplorasi model-model pembelajaran, menilai

kemampuan belajar murid, dan sebagainya. Penelitian yang

dilakukan oleh guru tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan

untuk mengembangkan profesionalisme mereka sebagai

pendidik. Oleh karena itu, peran ganda menjadi suatu

keharusan, di mana guru tidak hanya mampu melakukan

penelitian yang dapat dipercaya, tetapi juga mampu

mengaplikasikan hasil penelitian tersebut dalam pengajaran

di kelas.

3. Kemahiran Berbahasa Asing

Kemampuan berbahasa asing sebenarnya merupakan

prasyarat yang harus dimiliki oleh setiap guru. Kemampuan

ini memiliki dampak yang signifikan terhadap akses guru

terhadap informasi yang disajikan secara langsung dalam

bahasa asing, baik melalui internet maupun di perpustakaan.

4. Mendorong Minat Baca Murid

Tempat umum yang sering digunakan oleh murid untuk

membaca berbagai jenis buku, termasuk buku pelajaran,

adalah perpustakaan sekolah. Perpustakaan memiliki peran

yang sangat penting dalam setiap program pendidikan dan

seharusnya menjadi pusat kegiatan di sekolah. Oleh karena


itu, keberadaan perpustakaan di sekolah menjadi sangat

signifikan untuk mendukung berbagai kegiatan belajar-

mengajar di lembaga pendidikan formal, baik tingkat sekolah

dasar maupun menengah.

e. Pengertian Guru

Seorang guru adalah seorang pengajar dan pembimbing

yang memberikan pengetahuan kepada kita serta membantu

kita dalam perjalanan dari ketidaktahuan menuju pengetahuan.

Guru diharapkan dapat terus meningkatkan kinerjanya sebagai

modal untuk keberhasilan pendidikan. Seorang guru sejati

bukan hanya menyampaikan materi, melainkan juga berperan

sebagai pendidik yang membentuk karakter dan moralitas kita,

mengubah kita menjadi individu yang memiliki nilai-nilai moral.

f. Kualitas Guru

Guru berkualitas masih merupakan kelompok minoritas jika

dibandingkan dengan jumlah guru yang kurang berkualitas.

Terlebih lagi, saat ini banyak orang memilih profesi menjadi

guru hanya karena faktor gaji yang tinggi. Kualitas suatu

kurikulum pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan

guru dalam proses pengajaran.

g. Peran dan Tugas Guru

Adapun peran dan tugas guru meliputi ;

1. Guru sebagai pendidik


Guru sebagai pendidik, memiliki peran yang mencakup

menjadi figur yang dihormati, dicontohkan, dan diidentifikasi

oleh peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru

perlu memenuhi standar kualitas tertentu yang mencakup

tanggung jawab, wibawa, kemandirian, dan disiplin. Peran

pendidik guru terkait dengan membantu pertumbuhan dan

perkembangan anak, memperkenalkan mereka pada

pengalaman-pengalaman penting seperti menjaga

kesehatan jasmani, mengembangkan kemandirian dari

orang tua, memahami tanggung jawab kemasyarakatan,

memperoleh pengetahuan dan keterampilan dasar, serta

persiapan untuk pernikahan dan kehidupan berkeluarga.

Selain itu, guru bertugas sebagai pemelihara dan

pendisiplin anak dengan mengawasi aktivitas mereka untuk

memastikan bahwa perilaku anak sesuai dengan norma-

norma yang berlaku.

2. Guru sebagai pengajar

Guru memiliki tugas untuk memberikan pengajaran di

dalam kelas, menyampaikan materi pembelajaran agar

murid memahami informasi dengan baik. Selain itu, guru

berusaha menciptakan perubahan dalam sikap,

keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan

aspek lainnya melalui proses pengajaran. Untuk mencapai

tujuan ini, guru perlu memiliki pemahaman yang baik


terhadap materi pelajaran yang menjadi tanggung

jawabnya dan menguasai metode mengajar dengan baik.

3. Guru sebagai pembimbing

Perlu diingat bahwa guru merupakan pembimbing terdekat

bagi murid. Oleh karena itu, guru memiliki tanggung jawab

untuk memberikan dukungan kepada murid agar mereka

mampu mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah

mereka sendiri, memahami diri sendiri, dan beradaptasi

dengan lingkungan sekitar.

4. Guru sebagai pemimpin

Guru diinginkan memiliki kepribadian dan pengetahuan

yang baik. Guru berperan sebagai pemimpin bagi peserta

didiknya dan bertindak sebagai figur panutan.

5. Guru sebagai pengelola Pembelajaran

Guru perlu memiliki kemampuan untuk menguasai variasi

metode pembelajaran. Selain itu, guru juga diharapkan

untuk terus meningkatkan pengetahuan dan

keterampilannya agar tetap relevan dan tidak tertinggal

dalam perkembangan zaman.

6. Guru sebagai Ilmuan

Guru dianggap sebagai individu yang sangat

berpengetahuan. Tugasnya tidak hanya menyampaikan

pengetahuan kepada murid, tetapi juga melibatkan


tanggung jawab untuk terus mengembangkan dan

memperbarui pengetahuannya secara berkelanjutan.

7. Guru sebagai Pribadi

Seorang guru harus memiliki karakteristik yang disukai oleh

murid-murid, orang tua, dan masyarakat sebagai individu.

Sifat-sifat ini menjadi sangat penting agar guru dapat

melaksanakan tugas pengajaran dengan efektif.

8. Guru sebagai penghubung

Sekolah berfungsi sebagai jembatan antara dua wilayah,

yakni sebagai penyampai dan pewaris ilmu, teknologi, serta

kebudayaan, sekaligus sebagai tempat untuk

mengakomodasi aspirasi, masalah, kebutuhan, minat, dan

tuntutan masyarakat. Guru memiliki peran krusial sebagai

pelaksana yang menghubungkan sekolah dan masyarakat

melalui berbagai kegiatan seperti pameran, bulletin,

kunjungan ke masyarakat, dan lain sebagainya. Oleh

karena itu, keterampilan guru dalam menjalankan tugas-

tugas ini perlu terus dikembangkan.

2.2.2 Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar berasal dari dua kata, yakni hasil

dan belajar. Hasil, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

merujuk pada mutu yang diperoleh dari suatu aktivitas,


sedangkan belajar adalah suatu proses yang mengalami

perubahan tingkah laku yang relatif menetap pada seseorang.

Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) mengungkapkan bahwa

hasil belajar adalah tujuan akhir dari kegiatan pembelajaran di

sekolah. Proses belajar yang dilakukan secara sistematis

dengan usaha sadar dapat meningkatkan hasil belajar, yang

pada akhirnya mencerminkan interaksi antara tindak belajar

dan tindak mengajar. Dari perspektif guru, tindak mengajar

berakhir dengan evaluasi hasil belajar, sedangkan dari

perspektif murid, hasil belajar menandakan berakhirnya suatu

penggal dan puncak dari proses belajar.

b. Bentuk-bentuk Hasil Belajar

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, hasil belajar

mencakup pemahaman konsep (kognitif), keterampilan proses

(psikomotorik), dan sikap murid (afektif). Untuk penjelasan yang

lebih rinci, dapat ditemukan pada poin-poin berikut:

1. Konsep Pemahaman

Berdasarkan konsep Bloom (1979) yang dijelaskan

oleh Susanto (2013:6), pemahaman dapat didefinisikan

sebagai kemampuan untuk meresapi makna dari materi

atau informasi yang dipelajari. Menurut Bloom, pemahaman

mencakup sejauh mana seorang murid dapat menerima,

menyerap, dan memahami materi pelajaran yang

disampaikan oleh guru. Hal ini juga mencakup kemampuan


murid dalam menerima dan memahami informasi dari

berbagai sumber, seperti bacaan, pengalaman, atau

observasi langsung melalui penelitian. Untuk mengukur

tingkat pemahaman konsep yang telah diperoleh oleh

murid, guru dapat menggunakan evaluasi berupa tes, baik

dalam bentuk lisan maupun tertulis.

2. Keterampilan proses

Keterampilan dapat diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan pikiran, logika, dan tindakan secara

efektif dan efisien guna mencapai hasil yang diinginkan.

Usman dan Setiawati (1993), seperti yang dikutip oleh

Susanto (2013:9), menjelaskan bahwa keterampilan proses

merujuk pada kemampuan yang mengarah pada

pengembangan aspek mental, fisik, dan sosial yang

mendasar dalam diri murid.

3. Sikap

Menurut Sardiman (1996) yang dikutip oleh Susanto

(2013:11), sikap mengacu pada kecenderungan individu

untuk melakukan suatu tindakan dengan cara, metode,

pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya,

termasuk individu-individu dan objek-objek tertentu. Sikap

mencerminkan perbuatan, perilaku, atau tindakan

seseorang.
Depniknas (2007) menyebutkan bahwa aspek afektif

yang dapat dievaluasi di sekolah melibatkan :

a) Sikap

Sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap

suatu objek biasa berupa kegiatan atau mata pelajaran.

b) Minat

Minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

minat murid terhadap suatu mata pelajaran yang

selanjutnya untuk meningkatkan minat murid terhadap

suatu mata pelajaran.

c) Nilai

Nilai adalah keyakinan terhadap keadaan objek atau

kegiatan. Nilai menjadi pengatur penting dari minat,

sikap dan kepuasan.

d) Konsep diri

Konsep diri digunakan untuk menentukan jenjang

karier murid yaitu dengan mengetahui keadaan dan

kelemahan diri sendiri, maka biasa dipilih alternatif

karier yang tepat bagi diri murid.

c. Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar

1) Tujuan penilaian hasil belajar


a) Tujuan umum :

(a) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik

(b) Memperbaiki proses pembelajaran

(c) Sebagai bahan penyusun laporan kemajuan belajar

murid

b) Tujuan khusus:

(a) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar murid

(b) Mendiagnosis kesulitan belajar

(c) Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar

mengajar

(d) Penentuan kenaikan kelas

(e) Memotivasi belajar murid dengan cara mengenal dan

memahami diri dan merangsang untuk melakukan

usaha perbaikan.

2) Fungsi penilaian hasil belajar

Fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut:

a) Fungsi instruksional

Tidak ada tujuan yang lebih krusial dalam proses

pembelajaran selain usaha untuk memastikan bahwa

perkembangan dan pembelajaran murid mencapai

tingkat optimal. Pemberian nilai bertujuan memberikan

umpan balik yang mencerminkan sejauh mana

seorang murid telah berhasil mencapai tujuan yang


telah ditetapkan dalam pengajaran atau sistem

instruksional.

b) Fungsi Informatif

Memberikan nilai murid kepada orang tua memiliki

makna bahwa orang tua murid tersebut menjadi

mengetahui perkembangan dan prestasi anaknya di

sekolah. Dengan memberikan catatan nilai kepada

orang tua, maka: (1) orang tua akan lebih menyadari

kondisi anaknya sehingga dapat memberikan

dukungan berupa perhatian, motivasi, atau bimbingan

yang lebih baik, dan (2) terjalin hubungan yang positif

antara orang tua dan sekolah.

c) Fungsi Bimbingan

Memberikan nilai kepada murid memiliki makna

penting dalam pekerjaan bimbingan. Dengan rincian

nilai murid, petugas bimbingan dapat dengan cepat

mengidentifikasi area-area di sekolah yang

memerlukan bantuan tambahan. Catatan yang

komprehensif, termasuk penilaian tingkat kepribadian

murid dan karakteristik yang terkait dengan aspek

sosial, akan memberikan bantuan yang signifikan

dalam membimbing murid untuk pengembangan

pribadi secara menyeluruh.


d) Fungsi Administratif

Yang dimaksud dengan fungsi administrative dalam

penilaian antara lain mencakup:

(1) Menentukan kenaikan dan kelulusan murid,

(2) Memindahkan atau menempatkan murid,

(3) Memberikan beamurid,

(4) Memberikan rekomendasi untuk melanjutkan

belajar, dan

(5) Member gambaran tentang hasil murid/lulusan

kepada para calon pemakai tenaga.

d. Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar

Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar, pendidikan perlu

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Valid/sahih

Pendidik perlu mengevaluasi pencapaian kompetensi yang

telah ditetapkan dalam standar isi, seperti standar

kompetensi dan kompetensi dasar, serta standar

kompetensi lulusan. Keberhasilan penilaian dapat diukur

dengan validitas, yang berarti menilai hal-hal yang

seharusnya dinilai menggunakan instrumen yang sesuai

untuk mengukur kompetensi tersebut.

b) Objektif

Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik sebaiknya

tidak terpengaruh oleh faktor subjektifitas, perbedaan latar


belakang agama, sosial ekonomi, budaya, bahasa, gender,

serta hubungan emosional.

c) Transparan

Evaluasi hasil belajar oleh pendidik bersifat transparan,

yang berarti bahwa prosedur penilaian dan dasar

pengambilan keputusan terkait dengan hasil belajar peserta

didik dapat diakses oleh semua pihak yang berkepentingan.

d) Adil

Penilaian hasil belajar tidak boleh memberikan keuntungan

atau kerugian kepada peserta didik karena adanya

kebutuhan khusus dan perbedaan latar belakang, agama,

suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan

gender.

e) Terpadu

Penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan salah satu

komponen yang tak terpisah dari kegiatan pembelajaran.

f) Menyeluruh dan berkesinambungan

Penilaian hasil belajar oleh peserta mencakup seluruh

dimensi kompetensi, menggunakan berbagai teknik

penilaian yang sesuai untuk mengawasi kemajuan

kemampuan peserta didik.

g) Bermakna

Penilaian hasil belajar oleh pendidik seharusnya sederhana

untuk dimengerti, memiliki makna, memberikan manfaat,


dan dapat direspons oleh semua pihak, terutama guru,

peserta didik, orang tua, dan masyarakat.

h) Sistematis

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara

berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-

langkah baku.

i) Akuntabel

Pendidik dapat memberikan pertanggungjawaban terkait

penilaian hasil belajar, melibatkan aspek teknik, prosedur,

dan hasil evaluasi.

j) Beracuan kinerja

Penilaian hasil belajar oleh pendidik didasarkan pada

ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Pada umumnya, terdapat dua faktor yang memiliki dampak

besar terhadap keberhasilan seseorang dalam kegiatan belajar,

yaitu faktor internal (yang berasal dari dalam subjek belajar)

dan faktor eksternal (yang berasal dari luar subjek belajar).

Islamuddin (2012:181) memperinci perbedaan antara faktor-

faktor tersebut sebagai berikut:

1) Faktor-faktor internal berupa :

a) Faktor fisiologis, yang melibatkan kondisi fisik,

mencakup faktor kesehatan dan kelainan tubuh. Jika

kondisi fisik terganggu, seperti tubuh lemah atau sakit,


dan jika terdapat ketidaknormalan fisik atau cacat,

seperti gangguan fungsi mata atau pendengaran, dapat

dipastikan bahwa proses dan hasil belajar tidak akan

optimal.

b) Faktor psikologis, terdiri atas intelegensi atau

kecerdasan, sikap, minat, bakat dan motivasi.

2) Faktor-faktor eksternal berupa :

a) Faktor keluarga melibatkan cara orang tua mendidik,

hubungan antaranggota keluarga, suasana rumah,

kondisi ekonomi keluarga, pemahaman keluarga, dan

latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah melibatkan metode pengajaran,

kurikulum, hubungan guru dengan murid, disiplin

sekolah, perlengkapan pembelajaran, standar

pembelajaran, jam sekolah, standar pelajaran, kondisi

bangunan, metode belajar, dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat (kegiatan murid dalam masyarakat

teman bergaul dan bentuk kehidupan dalam

masyarakat).

2.3 Model Analisis

Adapun model analisis dalam penelitian ini yaitu Kompetensi Guru

(X) terhadap Hasil Belajar Siswa (Y).

Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa dalam penelitian,

variabel merujuk pada berbagai faktor yang telah ditetapkan


sebelumnya oleh peneliti untuk diselidiki lebih lanjut. Tujuan dari

penelitian tersebut adalah untuk memperoleh informasi mengenai

variabel tersebut, dan proses penelitian akan diakhiri dengan

pengambilan kesimpulan. Alasan di balik pemilihan indikator

variabel kompetensi guru adalah karena indikator tersebut

dianggap sebagai faktor yang memiliki pengaruh terhadap kinerja

seorang guru dalam menjalankan proses kegiatan mengajar.

2.4 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2014: 96), "hipotesis adalah jawaban awal

terhadap pernyataan masalah penelitian, di mana rumusan masalah

penelitian diungkapkan dalam bentuk pertanyaan." Hipotesis dianggap

sebagai jawaban awal karena jawaban yang diberikan didasarkan

pada teori yang relevan dan belum diperkuat oleh data empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data. Dengan kata lain, hipotesis

merupakan jawaban teoritis terhadap pernyataan masalah penelitian,

sebelum mendapatkan jawaban empiris berdasarkan data.

Berdasarkan konteks latar belakang masalah, rumusan masalah,

dan kerangka pikir yang telah dijelaskan, dugaan sementara peneliti

dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat pengaruh positif dari

kompetensi guru terhadap hasil belajar murid di SMK Pariwisata

Mengwitani.

2.5 Operasinalisasi Konsep

Operasional dijelaskan secara khusus melalui penyesuaian dengan

kriteria pengujian atau pengukuran. Definisi operasional bertujuan


agar pembaca lain dapat memiliki pemahaman yang seragam

mengenai penelitian yang dilakukan. Dalam konteks penelitian ini,

variabel yang sedang diselidiki dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kompetensi Guru (X)

Di mana kompetensi guru merujuk pada keterampilan yang

seharusnya dimiliki oleh seorang guru untuk mendukung

kelancaran pelaksanaan tugasnya. Ada empat keterampilan yang

dapat memengaruhi kinerja seorang guru, yaitu:

A. Kompetensi pedagogik, bahwa guru harus mampu menguasai

dan memahami karakter peserta didik serta mampu

menemukan potensi dan kesulitan belajar siswa.

B. kompetensi profesional, bahwa guru harus memiliki kecakapan

dalam mengimplementasikan diri yang terkait dengan

profesionalisme guru dalam hal kemampuan mengembangkan

tanggung jawab, mampu melaksanakan peran dengan baik,

mencapai tujuan pendidikan, serta melaksanakan pembelajaran

di kelas;

C. Kompetensi kepribadian, guru hendaknya dapat menjadi

teladan dengan sikap positif yang dinampakkan.

D. Kompetensi sosial, hal yang tidak kalah pentingnya bahwa

seorang guru hendaknya mampu berinteraksi baik secara

langsung, maupun tidak langsung dengan siswa, rekan kerja,

orang tua siswa dan lingkungan sekitarnya.

2. Hasil Belajar Siswa (Y)


Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3), hasil belajar

merupakan tujuan utama dari kegiatan pembelajaran di sekolah.

Proses belajar yang dilakukan secara sistematis dengan usaha

sadar dapat meningkatkan hasil belajar, mencerminkan interaksi

antara tindak belajar dan tindak mengajar. Evaluasi hasil belajar

menandakan akhir dari tindak mengajar dari perspektif guru dan

merupakan puncak proses belajar bagi murid.

2.6 Kerangka Berpikir

Belajar merupakan proses yang ditandai dengan adanya

perubahan secara sadar pada diri seseorang. Setiap orang pasti ingin

mencapai hasil belajar semaksimal mungkin, karena hasil yang

maksimal merupakan jalan yang tepat untuk memudahkan proses

kelanjutan studinya. Semua usaha tersebut tidak selalu mudah,

banyak murid yang mengalami hambatan dalam proses belajar,

sehingga dapat mengakibatkan kegagalan dalam mencapai hasil

belajar. Pencapaian hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya kompetensi guru. Sehingga peneliti menjabarkan

kerangka berpikir sebagai berikut :


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif. Sugiyono (2014: 14) mendefinisikan penelitian

kuantitatif sebagai metode penelitian yang didasarkan pada filsafat

positivisme dan digunakan untuk menyelidiki populasi atau sampel

tertentu. Penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji teori atau

permasalahan yang sudah ada. Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah korelasi, yang bertujuan untuk menilai tingkat

hubungan antara dua variabel atau lebih, diindikasikan oleh nilai


koefisien korelasi. Koefisien korelasi merupakan ukuran yang

mencerminkan sejauh mana kedekatan hubungan antara dua variabel

atau lebih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi

dampak kompetensi guru terhadap prestasi belajar siswa di SMK

Pariwisata Mengwitani.

3.2 Variabel

Menurut Sugiyono (2014: 60), variabel merupakan segala bentuk yang

telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dengan tujuan

memperoleh informasi tentangnya dan kemudian menarik kesimpulan.

Dalam konteks penelitian ini, terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel

bebas (x) dan variabel terikat (y). Variabel dalam penelitian ini

mencakup kompetensi guru dan hasil belajar murid. Kompetensi guru

diidentifikasi sebagai variabel bebas (x), sementara hasil belajar murid

dianggap sebagai variabel terikat (y).

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Tujuan pokok dari kegiatan penelitian adalah untuk mengumpulkan

dan menganalisis data yang berasal dari situasi yang nyata di

lapangan. Baik penelitian populasi maupun penelitian sampel memiliki

tujuan yang sama, yaitu untuk memperoleh sejumlah data.

Menentukan jumlah populasi dalam suatu penelitian merupakan

langkah penting karena diharapkan dapat menghasilkan data yang

relevan. Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang

populasi yang akan dijadikan objek penelitian, penulis merinci


pengertian populasi berdasarkan beberapa ahli, termasuk pendapat

Sugiyono (2014: 117) yang menyatakan bahwa populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang memiliki

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dengan merujuk pada definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

populasi merupakan kumpulan elemen yang menjadi fokus penelitian.

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di SMK Pariwisata

Mengwitani. Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh

komponen di lingkungan sekolah, seperti kepala sekolah, guru, tata

usaha, dan lainnya.

3.3.2 Sampel

Dalam rangka penelitian, diperlukan suatu contoh yang disebut

sebagai sampel penelitian yang merupakan representasi kecil dari

populasi. Sugiyono (2014: 118) menjelaskan bahwa sampel adalah

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Dari pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sampel

merujuk pada sebagian kecil dari populasi yang menjadi fokus

penelitian. Dalam konteks ini, penulis menyatakan bahwa sampel

penelitian ini terdiri dari murid kelas X di SMK Pariwisata Mengwitani.

Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive, yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga dapat

dijadikan sampel. Peneliti memilih kelas X sebagai sampel karena


pertimbangan khusus, termasuk kecocokan sebagai objek penelitian

untuk meneliti pengaruh kompetensi guru terhadap hasil belajar murid

di SMK Pariwisata Mengwitani. Jumlah sampel penelitian adalah 150

siswa yang tersebar di 6 kelas.

3.4 Definisi Oprasional Variabel

Penelitian ini memfokuskan pada dua variabel, yakni "kompetensi

guru" sebagai variabel bebas (x) dan "hasil belajar murid" sebagai

variabel terikat (y). Agar terhindar dari kesalahpahaman dan untuk

memastikan pemahaman yang seragam, penulis menjelaskan definisi

operasional dari kedua variabel penelitian guna menghindari penafsiran

yang tidak tepat.

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kompetensi guru (x).

Kompetensi guru merujuk pada kemampuan atau kecakapan

seorang guru dalam melaksanakan tugasnya, termasuk dalam

bentuk kegiatan, perilaku, dan hasil yang dapat ditunjukkan dalam

proses pembelajaran.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar murid (y).

Hasil belajar murid adalah pencapaian yang telah diperoleh oleh

murid setelah mengikuti kegiatan pembelajaran atau kegiatan

lainnya, sehingga dapat menggambarkan sejauh mana murid

memahami, menghayati, dan melaksanakan kegiatan tersebut.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam rangka mengumpulkan data penelitian, digunakan suatu

instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini merujuk pada alat yang


digunakan untuk mengumpulkan data, seperti kuesioner, observasi,

dan dokumentasi.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, diperlukan penerapan teknik

yang sesuai dengan masalah penelitian dan tujuan yang ingin dicapai.

Oleh karena itu, penulis memilih beberapa metode yang tepat untuk

memudahkan jalannya penelitian ini, antara lain:

1. Kuesioner

Kuesioner, atau sering disebut angket, merupakan teknik

pengumpulan data yang melibatkan pemberian sejumlah

pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawab (Sugiono, 2014: 199). Bentuk kuesioner ini berupa pilihan

ganda yang terkait dengan materi yang telah dipelajari selama

pertemuan kelas. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk

mengevaluasi hasil belajar siswa SMK Pariwisata Mengwitani.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data melalui observasi diterapkan ketika

penelitian berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, atau

gejala-gejala alam, dan jika responden yang diamati tidak terlalu

banyak. Instrumen yang digunakan berupa checklist, dengan

penerapan skala Likert (skala 4) untuk memberikan alternatif

jawaban pada setiap pertanyaan, yaitu SL (selalu), SR (sering),

KD (kadang-kadang), dan TP (tidak pernah). Skor yang diberikan

adalah SL = 4, SR = 3, KD = 2, dan TP = 1.
3. Dokumentasi

Dokumen mencakup catatan peristiwa yang telah terjadi dan

dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari

individu tertentu. Kepercayaan terhadap hasil penelitian dapat

ditingkatkan dengan mendukungnya melalui foto-foto atau karya

tulis akademis dan seni yang relevan.

3.7 Teknik Penyajian Data

Teknik penyajian data dalam penelitian ini menggunakan tabel

statistik beserta interpretasinya. Pilihan ini dipilih karena penelitian ini

menerapkan teknik uji statistik, dan hasil data yang dihasilkan perlu

disajikan dalam bentuk table untuk memudahkan pembaca dalam

memahami temuan penelitian. Pentingnya penyajian data dalam

bentuk tabel statistik terkait dengan penggunaan uji statistik pada

penelitian ini, yang dilakukan melalui program komputer seperti

SPSS. Oleh karena itu, penyajian data dalam bentuk table akan

memberikan gambaran yang jelas dan terstruktur terhadap hasil uji

statistik yang telah dilakukan. Interpretasi yang disertakan dalam

tabel akan membantu pembaca untuk lebih memahami signifikansi

dan implikasi dari temuan yang diperoleh.

3.8 Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses transformasi data menjadi

format yang lebih mudah dibaca dan dipahami. Dalam tahapan ini,

digunakan konsep statistik, yang salah satu fungsinya utama adalah

menyederhanakan data penelitian. Setelah data terkumpul, langkah


berikutnya adalah mengelompokkan dan membuat tabel berdasarkan

variabel yang bersangkutan. Untuk menentukan apakah ada

hubungan antara dua variabel yang telah ditetapkan sebelumnya,

analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik desain analisis korelasi, khususnya korelasi product moment,

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Bentuk rumus korelasi product moment

(Sumber : Mardalis)

Keterangan:

X = Pengaruh Kompetensi Guru

Y = Hasil Belajar Murid

N = Jumlah Responden

∑X = Jumlah Skor X

∑Y = Jumlah Skor Y

∑XY = Jumlah Perkalian Antara X dan Y

rxy = Koefisien Korelasi antara X dan Y.

Kemudian, dilakukan penafsiran terhadap nilai indeks korelasi "r"

product moment dengan cara yang kasar atau sederhana, yaitu

dengan membandingkan perhitungan tersebut dengan angka indeks

korelasi "r" product moment. Selanjutnya, untuk menentukan


signifikansi data penelitian ini atau tidak, interpretasi juga melibatkan

nilai "r", dengan langkah awal mencari derajat kebebasan (db) atau

degree of freedom (df) menggunakan rumus sebagai berikut:

DF = N-Nr

Keterangan :

N = Number of cases (subjek penelitian)

Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Selanjutnya, dilakukan penentuan nilai rxy atau "r" yang dihitung oleh

pengamat (ro) serta nilai "r" tabel (rt). Apabila nilai "r" hitung oleh

pengamat (ro) lebih besar dibandingkan dengan nilai "r" tabel (rt),

maka hipotesis alternatif (Ha) diterima, sementara hipotesis nihil (Ho)

ditolak. Sebaliknya, jika nilai "r" hitung oleh pengamat (ro) lebih kecil

daripada nilai "r" tabel (rt), maka hipotesis nihil (Ho) diterima, dan

hipotesis alternatif (Ha) ditolak.


DAFTAR PUSTAKA
Amir, Daien Indrakusuma. 1997. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional.

Anni, Catharina Tri. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES


Press Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik


Indonesia No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.

Holt, John. 2012. Bagaimana Siswa Belajar. Jakarta: Erlangga.

Kholifah. 2000. Pengaruh Cara Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi.


Bandung: PT. Rosdakarya.

Mardalis. 2010. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.


Jakarta:Bumi Aksara.
McDonald. 2000. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga Group

Mulyasa, E. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda


Karya.

Nur Muhammad. 2009. Psikologi Pendidikan. Makassar: Alauddin Press.


Nur.M, Hanis, Hak,M. Syukur, S.B, Tjodding. 2011. Keterampilan
Dasar

Dalam Proses Pembelajaran. Makassar: Unismuh Makassar Press.

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa.
Jakarta:PT. Grasindo.

Samana, A. 1994. Kompetensi Profesional Guru. Jakarta: Dikdasmen


Sagala. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta
Santoso, Gempur. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.
Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai