DASAR
DOSEN PENGAMPU:
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“Karakteristik Pembelajaran Di sekolah Dasar”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi sempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi para pembaca
sekalian dan juga dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan masalah
BAB II PEMEBAHASAN
A. Karakteristik Pembelajaran Di Sekolah Dasar
B. Karakteristik Pembelajaran Kelas Rendah Di Sekolah Dasar
C. Karakteristik Pembelajaran Kelas Tinggi Di Sekolah Dasar
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar
anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan
pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak
jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa
amanbagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual,
artinya proses belajar terjadi dalamdiri individu sesuai dengan
perkembangannya dan lingkungannya.
Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) menjadi pondasi untuk
melanjutkan pembelajaran selanjutnya. Pentingnya pembelajaran di SD
harus menjadi pertimbangan berbagai pihak yang berhubungan dengan
pendidikan di sekolah dasar. Oleh sebab itu sebelum melakukan
kegiatan penelitian, seorang peneliti harus memahami karakteristik
peserta didik di sekolah dasar. Menurut Nasution (1993) masa usia
sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari
usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun
(Djamarah, 2008: 123). Padamasa usia inilah peserta didik mengalami
perkembangan, di antaranya perkembangan kognitif, perkembangan
bahasa, dan perkembangan sosial. Pada usia 6 sampai 12 tahun inilah
sering disebut dengan masa sekolah, karena pada usia 6 tahun anak
mulai menerima pendidikan formal. Berdasarkan rentang usianya,
peserta didik sekolah dasar dibagi menjadi 2 yaitu kelas rendah dan
kelas tinggi. Usia peserta didik kelas rendah berada pada rentang usia
dini yaitu, kelas satu sampai kelas tiga. Sedangkan usia peserta didik
kelas tinggi yaitu, kelas empat sampai kelas enam.
Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh
proses belajar yang ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk
berdasarkan pandangan dan pemahaman guru tentang karakteristik siswa
dan juga hakikat pembelajaran. Untuk menciptakan proses belajar yang
efektif, hal yang harus dipahami guru adalah fungsi dan peranannya
dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebagai pembimbing, fasilitator,
nara sumber, atau pemberi informasi. Proses belajar yang terjadi
tergantung pada pandangan guru terhadap makna belajar yang akan
mempengaruhi aktivitas siswa-siswanya. Dengan demikian, proses
belajar perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Untuk
mendukung hal tersebut, diperlukan pemahaman para guru mengenai
karakteristik siswa dan proses pembelajarannya, baik pembelajaran di
kelas rendah maupun di kelas tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud karakteristik pembelajaran di sekolah dasar ?
2. Bagaimana Karakteristik Pembelajaran Di Sekolah Dasar ?
(a) Bagaimana Karakteristik Pembelajaran Kelas Rendah Di
Sekolah Dasar ?
(b) Bagaimana Karakteristik Pembelajaran Kelas Tinggi Di
Sekolah Dasar ?
3. Mengapa karakteristik pembelajaran siswa dikatakan penting
diketahui guru ?
C. Tujuan masalah
1. Mengetahui definisi karakterikstik pembelajaran di sekolah dasar
2. MengetahuiKarakteristik Pembelajaran Di Sekolah Dasar.
3. Mengetahui alasan karakteristik pembelajaran siswa penting di
ketahui guru.
BAB II
PEMEBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Karakteristik proses pembelajaran
disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik
terpadu di SD/MI disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta
didik. Yang dimana menggunakan pendekatan belajar yang dipilih
berbasis pada teori tentang taksonomi yaitu tujuan pendidikan yang
dalam 5 dasawarsa terakhir. Dalam teori taksonomi tersebut capaian
pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat
dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Karateristik
pembelajaran di kelas rendah adalah pembelajaran yang kongkret, yaitu
suatupembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk
membelajarkan siswa yangberkenaan dengan fakta dan kejadian di
lingkungan sekitar siswa. Pembelajaran kongkret lebihsesuai bila
diberikan pada siswa kelas rendah. Kondisi pembelajaran ini harus
diupayakan olehguru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses
belajar, dan sistem penilaian sesuai dengantahap perkembangan siswa.
Sedangkan karakteristik pembelajaran di kelas tinggi adalah suatu
pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk
membelajarkan siswa tentang konsep dan generalisasi sehingga
penerapannya (menyelesaikan soal, menggabungkan, menghubungkan,
memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi).
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan–
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penyusun
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
(Sekar, 1992)
(Aulia, n.d.)
(Shobirin, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Surya, A., Sularmi, Istiyati, S., & Prakoso, F. R. (2018). FINDING HOTS-BASED
MATHEMATICAL LEARNING IN ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS.
1(Snpd), 30–37.
ANALISIS JURNAL NASIONAL DAN INTERNASIONAL TENTANG
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Jurnal pertama (Nasional)
Judul jurnal :Pengaruh Penerapan Model Problem Based
Learning (PBL) Terhadap Aktivitas Dan Hasil
Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Terpadu
Di Kelas V Sekolah Dasar
Penulis : Ade Novianti, Alwen Bentri dan Ahmad Zikri
Tahun : 2020
Universitasnegeri Padang, Indonesia
Jurnal Basicedu Vol 4 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
Link : http://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/323
Review jurnal :
Banyak cara yang digunakan guru untuk mengatasi masalah dalam
pembelajaran SD. Salah satunya diperlukan berbagai macam variasi yang
digunakan guru dalam mengajar. Menerapkan model-model pembelajaran
yang tepat dapat digunakan guru. Salah satunya adalah pembelajaran tematik
terpadu pada kurilum 2013 dengan menerapkan model Problem Based
Learning (PBL).
Nur Cahyo.R, dkk ( 2018 ) dalam penelitiannya tentang Upaya
Meningkatkan hasil belajar IPS melalui model Problem Based Learning
( PBL) berbantuan Audio Visual pada siswa kelas 4 SD dengan hasil
penelitian Problem Based Learning (PBL) merupakan model yang efektif
untuk pengajaran proses berpikir, pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia social dan sekitarnya. Dengan
Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih menyusun sendiri
pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.
Menurut Tan, dalam Rusmono (2012: 229) ―Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran
karena dalam kemampuan berpikir siswa betulbetul dioptimalisasikan melalui
proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat
memberdayakan masalah, menguji dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya secara berkesinambungan.
Selanjutnya menurut Hosnan (2014:295) ―Model Problem Based
Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya
sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry,
memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri‖.
Senada Hosnan (dalam Trianto, 2011: 98) menyatakan penerapan metode
PBL terdiri atas lima langkah utama dalam proses pembelajaran yaitu: 1)
Orientasi siswa pada masalah, 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3)
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok, 4) Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya, 5)Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Dan menurut penelitian ini model pembelajaran PBL ini mampu melatih
kesiapan peserta didik dan saling memberikan pengetahuan dan melatih
kesiapan peserta didik dalam menanggapi serta menyelesaikan masalah. Dan
dapat di simpulkan hasil penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan
antara model pembelajaran PBL terhadap aktivitas siswa pada pembelajaran
Aktivitas dan hasil belajar siswa di Kelas V Sekolah Dasar dapat ditingkatkan
dengan menerapkan model pembelajrajn Problem Based Learning (PBL)
2. Jurnal kedua (Nasional)
Judul jurnal :Penggunaan Model Pembelajaran Discovery
Learning Dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa Di
Sekolah Dasar
Penulis : Nabila Yuliana
Tahun : 2018
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Indonesia
P-ISSN : 1858-4543 E-ISSN : 2615-6091
Link : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIPP/article/view/13851
Riview jurnal :
Pendidikan di Indonesia kini dituntut untuk lebih baik lagi terkait hasil
belajar siswa. Dimana hasil belajar sangat dipengaruhi dengan bagaimana
guru memilih model penyampaian materi di kelas. Maka dari itu artikel ini
peneliti buat dengan tujuan memberikan referensi terkait model pembelajaran
yang dalam penerapannya telah terbukti meningkatkan hasil belajar siswa di
sekolah dasar. Di Indonesia sendiri memiliki berbagai macam model
pembelajaran yang tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Pada kesempatan ini peneliti hanya memilih satu model
pembelajaran yaitu discovery learning. Maka peneliti melakukan riset dengan
metode meta analisis yang merupakan salah satu upaya merangkum berbagai
hasil penelitian dengan studi dokumen 6 data terkait penggunaan model
pembelajaran discovery learning yang dipublikasikan di jurnal nasional. Dari
penelitian yang dilakukan terbukti bahwa model discovery learning mampu
membantu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan
siswa menemukan informasi sendiri sehingga menunjukkan peningkatan hasil
belajar siswa baik di Sekolah Dasar maupun jenjang pendidikan di atasnya.
Menurut kesimpulan peneliti bahwa discovery learning merupakan proses
pembelajaran yang tidak diberikan keseluruhan melainkan melibatkan siswa
untuk mengorganisasi, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk
pemecahan masalah. Sehingga dengan penerapan model discovery learning
dapat meningkatkan kemampuan penemuan individu selain itu agar kondisi
belajar yang awalnya pasif menjadi lebih aktif dan kreatif. Sehingga guru
dapat mengubah pembelajaran yang awalnya teacher oriented menjadi student
oriented.
Kelebihan pada model discovery learning dapat disimpulkan sebagai
berikut: a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan‐keterampilan dan proses‐proses kognitif, b) Model ini
memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri, c) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa,
karena unsur berdiskusi, d) Mampu menimbulkan perasaan senang dan
bahagia karena siswa berhasil melakukan penelitian, dan e) Membantu siswa
menghilangkan skeptisme (keragu‐raguan) karena mengarah pada kebenaran
yang final dan tertentu atau pasti
Sementara itu kekurangannya menurut Kemendikbud (2013) adalah (1)
model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang memiliki kemampuan kognitif yang rendah akan
mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak atau yang mengungkapkan
hubungan antara konsep‐konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada
gilirannya akan menimbulkan frustasi. (2) Model ini tidak cukup efisien
untuk digunakan dalam mengajar pada jumlah siswa yang banyak hal ini
karena waktu yang dibutuhkan cukup lama untuk kegiatan menemukan
pemecahan masalah. (3) Harapan dalam model ini dapat terganggu apabila
siswa dan guru telah terbiasa dengan cara lama. Dan (4) model pengajaran
discovery ini akan lebih cocok dalam pengembangkan pemahaman, namun
aspek lainnya kurang mendapat perhatian.
Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
discovery learning sangat membantu dalam upaya guru meningkatkan hasil
belajar siswa. Tidak hanya itu model ini juga membantu dalam meningkatkan
keaktifan guru dan siswa, kepercayaan diri siswa, dan kemampuan bekerja
mandiri dalam pemecahan masalah. Selain itu model ini tidak hanya dapat
diterapkan di sekolah dasar melainkan juga di tingkat pendidikan yang lebih
tinggi yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA).
3. Jurnal ketiga (Nasional)
Judul jurnal : Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching Learning
Terhadap Hasil Belajar Pkn Murid Sekolah Dasar
Penulis : Hasnidar dan Elihami
Tahun : 2020
STKIP Muhammadiyah Enrekang, Jalan Jend. Sudirman No. 17
ISSN : xxxx-xxxx) (Online)
Link : https://ummaspul.e-journal.id/MGR/article/download/327/155
Rivew jurnal :
Pendekatan yang perlu dikembangkan sebagai alternatif yang sesuai
dengan karakteristik materi yang diajarkan agar proses belajar mengajar lebih
efektif dan efisien adalah pendekatan yang benar-benar melibatkan siswa
secara aktif selama proses belajar mengajar berlangsung. Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan
bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara
alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak “bekerja” dan
“mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahuinya”
(Kunandar, 2009). Lebih lanjut Wina Sanjaya mengemukakan (2009)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka.
Hal senada juga dikemukakan oleh Kokom Komalasari (2010) bahwa
pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara, dan pekerja.
Menurut hasil observasi peneliti selama penelitian menunjukkan ada
beberapa permasalahan yang menyebabkan tidak adanya pengaruh
pembelajaran kontekstual pada penelitian ini, antara lain: 1) Pembelajaran
kontekstual tidak berjalan optimal disebabkan karena guru tidak terbiasa
menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran khususnya dalam
menerapkan komponen pembelajarn pendekatan kontekstual. Hal ini
berimplikasi terhadap pengelolaan waktu sehingga pelaksanaan komponen
pendekatan kontekstual menjadi tidak maksimal dan 2) Siswa tidak terbiasa
mengikuti proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstekstual
sehingga menyebabkan rendahnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.
Sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan skor rata-rata kemampuan
pemecahan masalah PKn siswa Kelas VI SDN 1 Bilokka yang diajar
menggunakan pembelajaran kontekstual dan yang diajar menggunakan
pembelajaran ekspositori. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran
kontekstual tidak berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa Kelas VI
SDN 1 Bilokkauntuk pokok bahasan Hak Asasi Manusia.
4. Jurnal keempat (Internasional)
Judul jurnal : Mengembangkan Modul Pembelajaran Tematik-Integratif
dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Siswa
SD
Penulis : Monika Handayani
Tahun : 2018
Departemen Pendidikan Dasar Universitas Terbuka
ISSN : 166-176
Link : https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ijal/article/viewFile/13411/7462
Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini adalah (1) modul pembelajaran tematik
integratif yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis
masalah. Bukti kelayakan produk didasarkan pada hasil tes
para ahli materi, tes ahli media, respons guru, dan respons
siswa. (2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul yang
dikembangkan efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan
belajar mandiri siswa. Hal ini didasarkan pada hasil yang
diperoleh dalam uji coba lapangan yang menunjukkan p <
0,05 dalam hasil pembelajaran kognitif dan pembelajaran
independen. Futhermore, berdasarkan hasil pengamatan
siswa dalam hasil pembelajaran afektif dan psikomotor
siswa di kelas eksperimental memiliki persentase yang lebih
tinggi daripada kelas kontrol.
Hasil Riview Jurnal : Dari hasil analisis yang kami lakukan dalam penelitian
ini di temukan bahwa pengembangan modul
pembelajaran tematik integratif dapat meningkatkan
hasil belajar dan belajar mandiri siswa yang di
sesuaikan dengan model berbasis masalah. Dari
permasalahan yang terdapat dalam jurnal yang dimana
guru mengatakan bahwa beberapa materi dalam buku
pegangan siswa kurang sesuai dengan karakteristik
siswa SD karena konsepnya menggunakan penjelasan
terbalik dari susah ke mudah. Hal tersebut juga
berdampak pada pemahaman siswa secara mandiri
terhadap materi yang ada di buku pegangan siswa. Oleh
karena itu pengembangan bahan ajar penting dilakukan
guru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi proses
pembelajaran. Materi yang dikembangkan memiliki
peran penting baik bagi guru maupun siswa. Perlu
dikembangkan bahan ajar berupa modul untuk
mendukung proses pembelajaran dalam kurikulum
2013 yang bertujuan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Sumber:
(Yuliana, 2018)
(Elihami, 2020)
(Handayani, 2018)