Anda di halaman 1dari 21

1.

CRITICAL JOURNAL REPORT


2. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Disusun Oleh :
NAMA : WAHYU GUSNALDI SIMBOLON
NIM : 621111022
KELAS : PJKR 1 A

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI

3. FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, nikmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Jurnal Report ini dengan judul
“Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta Didik SD/MI Melalui Pembelajaran Tematik-
Terpadu” untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Saya menyadari
bahwa dalam penyusunan Critical Jurnal Report ini dapat terselesaikan karena bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang terkait. Maka dari itu saya menyampaikan terima kasih
kepada teman-teman yang sudah membantu saya dan saya juga ingin berterima kasih kepada
dosen pengampu yang telah memberi tugas ini sehingga saya dapat mengetahui banyak hal.
Saya menyadari bahwa makalah saya ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya
mengharapkan masukan atau saran serta kritik yang dapat membangun guna untuk perbaikan
dan penyempurnaan di tugas selanjutnya. Saya berharap makalah saya dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.

Padangsidimpuan,13 OKTOBER 2021


(Wahyu Gusnaldi Simbolon)

4. IDENTITAS JURNAL

Judul Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta Didik SD/MI Melalui Pembelajaran


Tematik-Terpadu.

Nama Jurnal Perkembangan Peserta Didik Ahmad Dahlan


Jurnal
Down https://www.researchgate.net/profile/Andi_Prastowo/publication/3225
load 71926_PEMENUHAN_KEBUTUHAN_PSIKOLOGIS_PESERTA_
DIDIK_SDMI_MELALUI_PEMBELAJARAN_TEMATIKTERPADU/links/5
ab081720f7e9b4897c1dfee/PEMENUHAN-
KEBUTUHAN-PSIKOLOGIS-PESERTA-DIDIK-SD-MI-
MELALUI-PEMBELAJARAN-TEMATIK-TERPA

Volu da Volume 1, Halaman 1-13


me n
Hala
man
Tahun 2014

Penuli Andi Prastowo


s
Revie Wahyu Gusnaldi Simbolon
wer
Tangg 13 Oktober 2021
al

5. ISI JURNAL
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang ;
pemenuhan kebutuhan psikologis peserta didik melalui
pembelajaran tematik terpadu.

Subjek/Objek Penelitian Siswa SD

Analisis Data Penelitian Kualitatif

Metode penelitian Metode penelitian yang dilakukan dengan analisis data kualitatif

Langkah Penelitian Model pembelajaran melalui pengalaman langsung yang


dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran tematik terpadu
menjadikan pembelajaran lebih efektif dan lebih bermakna bagi
peserta didik.

Hasil Penelitian Dalam pendekatan tematik-terpadu, tema merajut makna


berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar
konsep dasar secara persial.
Kekuatan peneltian 1. Terdapat teori-teori dari beberapa para ahli yang menguatkan
penelitian ini.
2. Memaparkan secara jelas dan lengkap mulai dari pendahuluan
atau latar belakang dari permasalahan apakah ada pengaruh
kompetensi guru dan manajerial kepala sekolah dalam
meningkatkan meningkatkan mutu kegiatan belajar dan
mendeskripsikan hubungan kedua variabel tersebut.
3. Penulisan jurnal ini teratur dan sesuai dengan kaidah pembuatan
penulisan jurnal.
4. Kata yang digunakan juga dalam jurnal ini bersifat baku dan
sesuai dengan kamus EYD Bahasa Indonesi.
5. Setiap langkah-langkah dalam penelitian dijelaskan hasilnya.
6. Menyertakan daftar pustaka.

Kelemahan peneltian 1. Space penulisan kurang teratur


2. Tiap paragraph ada yang menjorok kedalam dan ada pula yang
tidak menjorok kedalam.

Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan


sebagai jawaban dari tiga rumusan masalah di awal artikel ini
yaitu sebagai berikut : pertama, karakteristik perkembangan
peserta didik di SD/MI dapat dipilah menjadi dua macam yaitu
perkembangan pada aspek jasmaniah dan perkembangan pada
aspek mental. Pada aspek jasmaniah, peserta didik SD/MI telah
memiliki kematangan sehingga mampu mengontrol tubuh dan
keseimbangannya. Pada aspek mental yang meliputi
perkembangan intelektual, bahasa, sosial, emosi, dan moral
keagamaan, peserta didik SD/MI secara intelektual berada pada
tahap perkembangan operasional konkret (kelas I-V) dan
operasional formal (kelas VI), yang memiliki kecenderungan
belajar bersifat konkret, integratif, dan hierakhis. Dari aspek
bahasa, mereka telah mampu membuat kalimat sempurna,
bahkan kalimat majemuk, dan juga dapat mengajukan
pertanyaan. Dari aspek sosial, peserta didik di SD/MI , mulai
membentuk ikatan baru dengan teman sebaya dan mulai mampu
menyesuaikan diri sendiri kepada sikap bekerja sama. Mereka
secara emosi juga telah mulai belajar mengendalikan dan ,
mengontrol ekspresi emosinya. Sedangkan pada aspek moral,
peserta didik SD/MI sudah dapat mengikuti peraturan atau
tuntutan dari orangtua atau lingkungannya, bahkan di akhir
jenjang SD/MI juga mampu memahami alasan yang mendasari
suatu peraturan. Kedua, kebijakan pemerintah tentang
pendekatan pembelajaran tematik-terpadu di SD/MI yakni
dilakukan dari kelas I hingga kelas VI yang disesuaikan dengan
tingkat perkembangan peserta didik. Pembelajaran
tematikterpadu untuk SD/MI merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
berbagai mata pelajaran, terkecuali pendidikan agama dan budi
pekerti, kedalam berbagai tema dengan menggunakan empt
pendekatan, yaitu intradisipliner, inter-disipliner, multi-
disipliner, dan transdisipliner sehingga mampu memberikan
makna yang utuh kepada peserta didik. Ketiga, kebijakan
penetapan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu dengan
segala prinsip dan karakteristiknya ternyata relevan dengan
kebutuhan dan karakteristiknya ternyata relevan dengan
kebutuhan dan karakteristik perkembangan peserta didik SD/MI.
Relevansi tersebut tampak dari pemaduan berbagai mata
pelajaran dengan suatu tema yang aktual dan dekat dengan
kehidupan peserta didik. Kemudian, model pembelajaran
melalui pengalaman langsung yang dikembangkan dalam
pendekatan pembelajaran tematik terpadu menjadikan
pembelajaran lebih efektif dan
lebih bermakna bagi peserta didik. Selain itu, pengintegrasian
ketiga ranah pembelajaran yang meliputi aspek sikap,
keterampilan, dan pengetahuan dalam semua mata pelajaran
menjadikan pendekatan tematik-terpadu menjadi semakin
relevan dengan kebutuhan perkembangan peserta didik SD/MI
yang juga mencakup kemampuan kognitif, kemampuan afektif,
dan kemampuan psikomotor. Dengan demikian, secara konten
kebijakan penetapan penggunaan pendekatan pembelajaran
tematik-terpadu di SD/MI adalah tepat karena sudah dengan
karakteristik perkembangan peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/322571926_PEMENUHAN_KEBUTUHAN_PSIKOL
O GIS_PESERTA_DIDIK_SDMI_MELALUI_PEMBELAJARAN_TEMATIK-TERPADU
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 1

PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK SD/MI


MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK-TERPADU

Andi Prastowo
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
E-mail:anditarbiyah @gmail.com

Abstrak: Salah satu problematika pendidikan di Indonesia yang terbesar adalah rendahnya mutu
pendidikan dasar di SD/MIyang sangat menentukan bagi kelanjutan pendidikan berikutnya. Pemerintah
sesungguhnya telah mengupayakan berbagai kebijakan untuk mengatasi hal tersebut, namun terbukti
belum menghasilkan perbaikan yang signifikan. Dilihat dari pengamatan di lapangan, problematika
rendahnya mutu pendidikan ini tampaknya lebih karena faktor mutu proses pembelajaran yang masih
jauh dari kebutuhanpsikologispeserta didik. Namun, dengan ditetapkannya Kurikulum 2013 yang
mengamanatkan kepada setiap guru di di SD/MI agar menggunakan pendekatan pembelajaran tematik-
terpadu adalah terobosan cerdas karena selaras dengan karakteristik berpikir peserta didik yang masih
operasional konkret dan holistik.
Kata kunci: Mutu pendidikan, kebijakan, pembelajaran tematik-terpadu, berpikir holistik.

Abstract: One of thebiggest education problematika in Indonesia is lowering of quality of


education of base in elementary school which is very determine to next education continuation. Real
government have strived various policy to overcome the mentioned, proven but not yet yielded repair
which is significant. Seen from perception in field, the problem of low quality of this education seems
more because factor quality of study process which a long way off from psychological requirement of
student. But, specified of Curriculum 2013 commending to every teacher in elementary school to be
using approach of integrated learning is smart breakthrough because in harmony with characteristic
think student which still operational of concrete and holistik.
Keywords: quality of education, policy, integrated learning, thinking, holistic.
PENDAHULUAN pula dan sampai sekarang, mutu pendidikan
Meskipun selama ini pemerintah di Indonesia masih tetap dirasakan sebagai tantangan yang
telah melakukan berbagai upaya dalam cukup berat, mungkin tidak berbeda jauh
meningkatkan mutu pendidikan namun dengan tantangan yang dirasakan masyarakat
ternyata hal ini masih menjadi problem utama Indonesia 40 tahun yang lalu (Suryadi dan
yang hingga saat ini belum bisa dituntaskan. Budimansyah, 2009:127).
Sebagaimana diungkapkan Suryadi dan Keberadaan kualitas pendidikan dapat
Budimansyahbahwa upaya peningkatan mutu diidentifikasi antara lain dari peringkat
pendidikan yang dilakukan oleh Pemerintah kualitas SDM yang diukur berdasarkan IPM,
Indonesia pada semua jenis dan jenjang prestasi belajar yang dicapai berdasarkan nilai
pendidikan, paling tidal sejak awal periode hasil ujian nasional, dan hasil-hasil studi
pembangunan nasional jangka panjang internasional seperti yang dilakukan oleh
pertama, telahmengeluarkan biaya yang TIMS dan PISA. Berdasarkan hasil-hasil
besar,tenagayang banyak, dan waktu yang pengukuran ini Indonesia masih tergolong
cukup panjang. Namun demikian, selama itu belum termasuk kategori tinggi. Peringkat
2 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014

IPM masih tertinggal dari sejumlah negara- Di samping itu, sangat besar pula
negara di kawasan ASEANhasil ujian kemungkinan justru rendahnya mutu
nasional juga angka kelulusannya masih di pendidikan nasional tersebut berakar dari
bawah angka enam, di bawah batas lulus di rendahnya mutu pendidikan pada level
Malaysia dan Singapura, dan hasil studi Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah(MI),
internasional pun peringkatnya masih di sebagai pendidikan dasar yang menjadi
bawah sejumlah negara ASEAN lain. Adapun landasan bagi pendidikan pada jenjang
masalah relevansi pendidikan dapat berikutnya. Jika pada level SD/MI ini saja
diidentifikasi dari masih tingginya angka mutu pendidikannya sudah buruk maka sangat
pengangguran. Kualitas dan relevansi besar kemungkinan bahwa mutu pendidikan
pendidikan ini berdampak pada kurangnya pada level di atasnya tidak jauh berbeda.
daya saing yang dapat diidentifikasi dari Logika ini mempertimbangkan sejumlah
kemampuan SDM dalam memenangkan pendapat berikut ini. Pertama, Andi
persaingan merebut pasar tenaga kerja (Ali, Prastowo(2013:13) yang menyatakan bahwa
2009:250-251). pendidikan dasar merupakan fondasi dasar
Ada kemungkinan banyak faktor yang dari semua jenjang sekolah selanjutnya.
menyebabkan rendahnya mutu pendidikan Kedua, Mohammad Ali, mantan Direktur
suatu bangsa. Seperti di antaranya belum Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
optimalnya upaya yang dilakukan pemerintah Agama, mengungkapkan bahwa tujuan
dalam melakukan peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan dasar (SD/MI
pendidikan, mungkin juga karena upaya- dan SMP/MTs) adalah menyiapkan siswa agar
upaya yang telah dilakukan telah berjalan menjadi manusia yang bermoral, menjadi
relatif lebih lambat ketimbang aspirasi warga negara yang mampu melaksanakan
masyarakat tentang mutu pendidikan yang kewajibankewajibannya, dan menjadi orang
berubah dan berkembang dengan cepat. Di dewasa yang mampu memperoleh pekerjaan.
samping itu, mungkin juga kita telah Dan, secara operasional, tujuan pokok
memecahkan permasalahan yang keliru. pendidikan dasar adalah membantu siswa
Secara konseptual, mutu pendidikan dapat dalam mengembangkan kemampuan
diartikan sebagai berikut: Kemampuan intelektual dan mentalnya, proses
lembaga pendidikan dalam mendayagunakan perkembangan sebagai individu yang mandiri,
sumbersumber pendidikan untuk proses perkembangan sebagai makhluk sosial,
meningkatkan kemampuan belajar seoptimal belajar hidup menyesuaikan diri dengan
mungkin (Ace Suryadi, 1992). Dengan berbagai perubahan, dan meningkatkan
demikian, menurut Suryadi dan Budimansyah kreativitas (Ali, 2009:290-291). Dan, terakhir
(2009:197)mutu pendidikan akan dapat diukur atau yang ketiga, pendapat A. Malik Fadjar
dengan pertanyaan sebagai berikut: “apakah (1999:34) yang menyatakan bahwa sekolah
anak didik atau lulusan pendidikan sudah dasar atau madrasah ibtidaiyah (Ml) adalah
memiliki kemampuan belajar seperti yang pendidikandasar awal sebeium memasuki
dimaksudkan”. Jika jawabannya ‘tidak’, maka pendidikan dasar menengah, yaitu SMP/MTs.
upaya yang telah dilakukan dalam Pendidikan di sekolah dasar ataupun
peningkatan mutu pendidikan cenderung telah madrasah ibtidaiyah memegang peran penting
membidik sasaran masalah yang keliru. Ini dalam proses pembentukan kepribadian siswa,
dalam pandangan William Dunn adalah jenis baik yang bersifat internal (bagaimana
kesalahan ketiga (type three error), mempersepsi dirinya), eksternal (bagaimana
yaitusolving the wrong problem with the mempersepsi lingkungannya), dan
sophisticated methods of solution. suprainternal (bagaimana mempersepsi dan
menyikapi Tuhannya sebagai ciptaan-Nya.
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 3

Hal tersebut diperkuat oleh sejumlah indikasi Sarjana hanya 15.18%, S2/S3 berjumlah 0,12
di lapangan yang diungkap oleh Mohammad %, D3 sebanyak 2,97%, D2 berjumlah
Ali (2009:252-259) sebagai berikut: pertama, 48,95%, dan D1 atau dibawahnya sebanyak
masih rendahnya kualitas hasil belajar yang 32,78%. Indikasi keempat, yaitu menurut
ditandai oleh standar kelulusan yang kelayakan mengajar guru, data Balitbang
ditetapkan, yaitu 4,25 dari skala 10 dan 4,50 tahun 2006 menyebutkan bahwa persentase
pada tahun 2008. Seorang siswa dinyatakan guru yang tidak layak mengajar terutama di
lulus meskipun hanya mampu menyerap mata jenjang SD mencapai sekitar 1.140.836 orang
pelajaran sebesar 4,25%, Dengan standar (84,70%) baik pada sekolah negeri maupun
kelulusan yang rendah pun masih banyak swasta. Rinciannya sebagai berikut: untuk SD
siswa yang tidak lulus pada Ujian Nasional Negeri guru yang layak sejumlah 14,37% dan
2007. Nilai kelulusan Ujian Nasional ini 85,63% tidak layak; sedangkan untuk SD
ternyata masih di bawah negara tetangga Swasta guru yang layak 25,89% dan guru
seperti Malaysia dan Singapura. Kondisi ini yang tidak layak 74,11%.
menunjukkan peserta didik kurang dapat Dari empat indikasi yang disebutkan oleh
bersaing dengan negara-negara tetangga. Mohammad Ali tersebut sudah dapat dilihat
Walaupun angka kelulusan ujian nasional bahwa besar kemungkinan bahwa mutu
setiap tahun mengalami kenaikan, tetapi pendidikan pada jenjang Sekolah
masih di bawah negara-negara Asia lain yang Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang masih begitu
telah mematok angka di atas enam. rendah ditambah dengan peranannya yang
Indikasi kedua yakni angka ketidaklulusan sangat penting bagi pendidikan pada jenjang
ujian nasional (UN) tahun 2004/2005 lebih berikutnya sebagaimana dikemukakan
tinggi bila dibandingkan dengan tahun Prastowo, Mohammad Ali, dan A. Malik
2003/2004. Namun,.bila dilihat dari nilai rata- Fadjar maka buruknya mutu pendidikan dasar
rata yang dicapai terdapat peningkatan yang di SD/MI memiliki kontribusi yang besar
cukup berarti yakni dari 5,55 tahun 2003/2004 dalam menentukan rendahnya mutu
menjadi 6,76 pada tahun 2004/2005. Angka pendidikan nasional. Untuk itu, perlu
mengulang kelas pada SD kelas awal juga dikembangkankan solusi kebijakan terbaik
cukup tinggi, yaitu I 7,92%. Kondisi ini untuk mengatasi problem rendahnya mutu
menunjukkan bahwa kesiapan memasuki SD pendidikan pada Sekolah Dasar/Madrasah
masih rendah. Dilihat kecenderungan angka Ibtidaiyah agar benarbenar sesuai dengan
mengulang kelas menurut tingkat, makin masalah yang semestinya di atasi sehingga
tinggi tingkat kelas makin rendah angka tepat sesuai sasaran, efektif dan efisien.
mengulang kelas di I SD. Walaupun Menurut Karwati dan Triansa (2013:51),
menunjukkan kecenderungan yang makin upaya peningkatan mutu bidang pendidikan
menurun setiap tiga tahun terakhir ini sekitar difokuskan kepada mutu proses pendidikan.
700.000 siswa SD/ Ml putus sekolah setiap Inti dari proses pendidikan adalah
tahun. pembelajaran peserta didik. Proses
Indikasi ketiga yakni dilihat dari kualifikasi pembelajaran ini mencakup sejumlah unsur
guru yang mengajar di SD/MI maka pendidik utama yang mendasar yang membentuk mutu
pada jenjang SD dengan kualifikasi sarjana pembelajaran. Unsur-unsur tersebut adalah
(S1) persentasenya masih sangat kecil. tujuan pembelajaran, isis kurikulum, guru,
Sebagian besar pendidik SD mayoritas sarana dan prasarana, dana, manajemen dan
pendidikan berlatar belakang D1 dan D2. evaluasi. Tujuan penting yang diperlukan
Seperti diungkap Balitbang Depdiknas RI dalam peningkatan mutu adalah ketepatan dan
tahun 2005/2006 bahwa dari sejumlah kejelasan.
1.346.846 orang guru SD yang berpendidikan
4 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014

Hal tersebut juga ditegaskan Zamroni dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 65
(2011:136-137), bahwa peningkatan mutu Tahun 2013 tentang Standar Proses
sekolah, dapat disebut sebagai suatu Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa
perpaduan antara knowledge-skill, art, dan kegiatan pembelajaran untuk SD/MI/SDLB/
entrepreneurship. Suatu perpaduan yang Paket A menggunakan pendekatan
diperlukan untuk membangun keseimbangan pembelajaran tematik-terpadu. Hal serupa
antara berbagai tekanan, tuntutan, keinginan, juga dijelaskan dalam Lampiran
gagasan, pendekatan dan praktek. Perpaduan Permendikbud RI No. 67 Tahun 2013 tentang
tersebut di atas berujung pada bagaimana Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
proses pembelajaran dilaksanakan sehingga Sekolah Dasa / Madrasah Ibtdaiyah bahwa
terwujud proses pembelajaran yang untuk proses pembelajaran pada jenjang
berkualitas. Semua upaya peningkatan mutu SD/MI dari kelas 1 hingga kelas VI
sekolah harus melewati variabel ini. Proses menggunakan pembelajaran tematik-terpadu.
pembelajaran merupakan faktor yang Pembelajaran tematik-terpadu merupakan
langsung menentukan kualitas sekolah. Oleh pendekatan pembelajaran yang memadukan
karena iu, peningkatan mutu pembelajaran bebagai kompetensi dari berbagai mata
merupakan inti dari reformasi pendidikan di pelajaran ke dalam berbagai tema (Madjid,
negara manapun. 2014:49).
Dalam upaya peningkatan mutu proses Keputusan pemerintah untuk menggunakan
pembelajaran tersebut, ada banyak variabel pendekatan pembelajaran tematik-terpadu ini
yang saling berinteraksi secara kompleks dan tampaknya relevan dengan upaya peningkatan
rumit. Variabel-variabel dalam banyak proses mutu proses pembelajaran di SD/MI. Karena,
interaksi antara guru dan peserta didik menurut Ridwan Abdullah Sani (2013:vii-viii)
berkaitan dengan suatu materi tertentu yang perbaikan mutu seharusnya dilakukan dalam
tidak dapat dikendalikan secara pasti.Terdapat upaya memenuhi kebutuhan peserta didik
keterkaitan berbagai materi yang sulit untuk untuk hidup di masyarakat pada era
diindentifikasi mana yang mempengaruhi dan persaingan dengan bangsa asing yang mulai
mana yang dipengaruhi. Hasil pembelajaran merambah ke Indonesia. Adapun pemaduan
tidak bisa diestimasi secara matematis, pasti melalui pembelajaran tematik terpadu tersebut
(Zamroni, 2011:136137).Namun, menurut La yang dilakukan melalui dua hal yaitu integrasi
Iru dan La Ode Safiun Arihi (2012:1), sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam
kompetensi dan tujuan pembelajaran akan proses pembelajaran dan terpadunya berbagai
tercapai secara optimalapabila pemilihan konsep dasar yang berkaitan menjadikan
pendekatan, metode, strategi, dan model- peserta didik tidak belajar konsep dasar secara
model pembelajaran tepat dan disesuaikan parsial akan tetapi justru memberikan makna
dengan materi, tingkat kemampuan siswa, yang utuh. Di samping itu, pemaduan ini
karakteristik siswa. Dengan kata lain, secara psikologis memberikan keuntungan
ketepatan dalam menentukan pendekatan bagi kemampuan berpikir selanjutnya
pembelajaran menjadi faktor yang penting (Madjid, 2014:50). Hal ini tampaknya juga
dalam upaya penngkata mutu proses sesuai dengan karakteristik dunia anak yang
pembelajaran. dalam tahap perkembangan mentalnya selalu
Mulai tahun 2013, pemerintah menetapkan dimulai dari tahap berpikir nyata dalam
kebijakan baru seiring dengan implementasi kehidupan sehari-hari yang memandang
Kurikulum 2013, yaitu penggunaan obyek yang ada di sekelilingnya secara utuh
pendekatan pembelajaran ematik-terpadu (Susanto, 2013:94).
untuk SD/MI. Seperti disebutkan Berdasarkan uraian di atas, penulis melihat
dalamlampiran Peraturan Menteri Pendidikan bahwa kebijakan pemerintah berkaitan dengan
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 5

penggunaan pendekatan pembelajaran dalam Ahmad Susanto (2013:71), yaitu


tematikterpadu di SD/MI tampaknya sebagai berikut:pertama, kita akan
merupakan upaya yang akan memenuhi memperoleh ekspektasi yang nyata tentang
kebutuhan psikologis peserta didik di SD/MI. anak dan remaja; kedua, pengetahuan tentang
Jika kebutuhan perkembangan peserta didik psikologi perkembangan anak membantu kita
terpenuhi dan terlayani dengan efektif dan untuk merespons sebagaimana mestinya pada
efisien maka sangat besar kemungkinan perilaku tertentu pada seorang anak; ketiga,
bahwa mutu proses pembelajaran di SD/MI pengetahuan tentang perkembangan anak akan
kedepannya akan meningkat. Berangkat dari membantu mengenali berbagai penyimpangan
sinilah penulis memandang penting kajian dari perkembangan yang normal; keempat,
secara lebih mendalam tentang kebijakan dengan mempelajari perkembangan anak akan
pendidikan penerapan pembelajaran tematik- membantu memahami diri sendiri.
terpadu di SD/MI dari perspektif psikologi Karakteristik perkembangan anak pada usia
pendidikan. Adapun beberapa rumusan SDbiasanyapertumbuhan fisiknya telah
masalah yang dikaji di antaranya, pertama, mencapai kematangan. Mereka telah mampu
bagaimanakah karakteristik perkembangan mengontrol tubuh dan keseimbangannya.
peserta didik di SD/MI?, kedua, Mereka telah dapat melompat dengan kaki
bagaimanakah kebijakan pembelajaran secara bergantian, dapat mengendarai sepeda
tematik-terpadu di SD/ MI?, dan ketiga, roda dua, dapat menangkap bola dan telah
sejauhmana relevansi kebijakan pembelajaran berkembang koordinasi tangan dan matanya
tematik-terpadu bagi pemenuhan kebutuhan untuk dapat memegang pensil maupun
perkembangan peserta didik di SD/ MI? memegang gunting. Selain itu, perkembangan
Kajian dalam artikel ini dilakukan dengan sosial anak yang berada pada usia kelas awal
menggunakan library research (studi SD, antara lain mereka telah dapat
kepustakaan) dengan menggunakan metode menunjukkan keakuannya tentang jenis
analisis konten kebijakan. Adapun untuk kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan
melihat sejauh mana kebijakan penerapan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah
pembelajaran tematik-terpadu di SD/MI mampu berbagi, dan mandiri (Madjid,
relevan dengan kebutuhan perkembangan 2014:7).
peserta didik menggunakan pendekatan Untuk perkembangan bahasa, bagi anak usia
psikologi pendidikan. sekolah dasar minimal dapat menguasai tiga
kategori, yaitu:pertama, dapat membuat
Karakteristik Perkembangan Siswa SD/MI kalimat yang lebih sempurna; kedua, dapat
Kajian pada segmen pertama ini berangkat membuat kalimat majemuk; dan ketiga, dapat
dari sebuah asumsi bahwa pemahaman yang menyusun dan mengajukan pertanyaan. Di
baik terhadap karakteristik kebutuhan samping itu, menurut Syamsu Yusuf dalam
perkembangan peserta didik di SD/MI Ahmad Susanto (2013:74-76), pada usia
merupakan kunci bagi keberhasilan proses sekolah dasar ini anak mulai belajar
pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan mengendalikan dan mengontrol ekspresi
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad emosinya. Syamsu juga mengatakan bahwa
(2011:261) bahwa dengan memahami siswa karakteristik emosi yang stabil (sehat)
dengan baik, diharapkan kita dapat ditandai dengan menunjukkan wafah yang
memberikan layanan pendidikan yang tepat ceria, bergaul dengan teman secara baik, dapat
dan bermanfaat bagi masing-masing anak. berkonsentrasi dalam belajar, bersifat respek
Selain itu, pentingnya memahami dan (menghargai) terhadap diri sendiri dan orang
memenuhi kebutuhan perkembangan peserta lain. Adapun perkembangan moral pada anak
didik di SD/MI bagi guru menurut Sumantri usia SD/MIyaitumereka sudah dapat
6 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014

mengikuti peraturan atau tuntutan dari ketiga, kebutuhan untuk memiliki; dan tingkat
orangtua atau lingkungan sosialnya. Pada keempat, kebutuhan aktualisasi diri (Uno dan
akhir usia ini (usia 11 atau 12 tahun), anak Mohamad, 2011:282-285).
bahkan sudah dapat memahami alasan yang Pada masa kanak-kanak akhir dan anak
mendasari suatu peraturan. Di samping itu, sekolah, yaitu usia enam hingga dua belas
anak sudah dapat mengasosiasikan setiap tahun, mereka memiliki sejumlah tugas
bentuk perilaku dengan konsep benar salah perkembangan, yaitu sebagai berikut:
atau baik buruk. pertama, belajar keterampilan fisik untuk
Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin pertandingan biasa sehari- hari; kedua,
Mohamad (2011:282), sebagai makhluk membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya
psiko-fisik, anak-anak sejak bayi sudah sebagai organisme yang sedang tumbuh
memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar, yaitu kembang; ketiga, belajar bergaul dengan
seperti kebutuhan fisik dan psikis. Dalam teman-teman sebayanya; keempat, belajar
proses pertumbuhan dan perkembangan peranan sosial yang sesuai sebagai pria atau
seorang anak menuju kedewasaan, terjadi wanita; kelima, mengembangkan konsep-
perubahan-perubahan kebutuhan seperti di konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari;
atas menjadi lebih besar. Dan, kebutuhan keenam, mengembangkan kata hati, moralitas,
sosial psikologis seseorang akan lebih banyak dan suatu skala nilai-nilai; ketujuh, mencapai
dibandingkan kebutuhan fisiknya sejalan kebebasan pribadi; dan kedelapan,
dengan usianya. mengembangkan sikapsikap terhadap
Ada dua teori kebutuhan yang perlu kelompok-kelompok dan institusi-institusi
diungkapkan untuk memahami kebutuhan sosial. Menurut Havighurst tugastugas
peserta didik SD/MI, yaitu teori kebutuhan perkembangan ini merupakan tugas yang
yang dikembangkan oleh Maslow dan teori muncul pada saat atau di sekitar suatu periode
kebutuhan yang dikembangkan oleh Lindgren. tertentu dari kehidupan individu yang jika
Menurut teori kebutuhan Maslow, kebutuhan berhasil akan menimbulkan rasa bangga dan
yang rendah dalam hierakhi kebutuhan membawake arah keberhasilan dalam
individu paling tidak harus terpenuhi sebagian melaksanakan tugas-tugas berikutnya
sebelum kebutuhan yang lebih tinggi pada (Susanto, 2013:72).
hierarkhi tersebut menjadi sumber motivasi Sementara itu, tahap perkembangan tingkah
yang penting. Kebutuhan mendasar seorang laku belajar anak Sekolah Dasar atau
individu adalah kebutuhan fisiologis, lalu Madrasah Ibtidaiyah sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan individu berkembang dengan berbagai aspek dari dalam diri dan lingkungan
kebutuhan ingin dilindungi, kebutuhan akan yang ada di sekitarnya. Kedua hal tersebut
cinta dan rasa memiliki, dan seterusnya tidak mungkin dipisahkan karena memang
sehingga kebutuhan tersebut mencapai proses belajar terjadi dalam interaksi diri
klimaks pada kebutuhan mengaktualisasikan siswa dengan lingkungannya (Prastowo,
diri. Tahapan tersebut tidak bersifat statis. 2013:33-34). Seperti diungkapkan oleh
Setiap kebutuhan bisa semakin meningkat Piaget,setiap anak memiliki cara tersendiri
atau melemah tergantung dari perkembangan dalam menginterpretasikan dan beradaptasi
masing-masing individu. Sedangkan menurut dengan lingkungannya (Rusman, 2010:250).
Lindgren kebutuhan dasar individu Dikatakan pula oleh Piaget bahwa pada diri
dikelompokkan menjadi 4 (empat) aspek, anak terdapat struktur kognitif yang disebut
yaitu untuk kebutuhan paling dasar (pertama), skema. Dalam memahami dunia mereka
yaitu kebutuhan jasmaniah, termasuk secara aktif, anak-anak menggunakan skema
keamanan dan pertahanan diri; tingkat kedua, (schema). Skema bisa merentang mulai dari
kebutuhan perhatian dan kasih sayang; tingkat skema sederhana (contohnya, seperti skema
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 7

seekor gajah) sampai skema kompleks (seperti kemampuan berpikir konkret dan mendalam,
skema tentang bagaimana terjadinya alam mampu mengklasifikasi dan mengontrol
semesta). Ditegaskan Piaget bahwa ada dua persepsinya. Pada tahap ini, perkembangan
proses yang bertanggungjawab atas cara anak kemampuan berpikir siswa sudah mantap,
menggunakan dan mengadaptasi skema kemampuan skema asimilasinya sudah lebih
mereka, yaitu asimilasi dan akomodasi. tinggi dalam melakukan suatu koordinasi
Asimilasi terjadi ketika seorang anak yang konsisten antar skema (Madjid, 2014:8).
memasukkan pengetahuan baru ke dalam Kemudian, pada usia 11 tahun hingga dewasa,
pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi peserta didik memiliki karakteristik
terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada perkembangan intelektual yang disebut tahap
informasi baru, yaitu anak menyesuaikan operasional formal. Pada tahap ini peserta
skema mereka dengan lingkungannya didik sudah mapu berpikir secara lebih
(Santrock, 2007:46). Kedua proses tersebut abstrak, idealistik, dan logis (Santrock,
apabila berlangsung secara terus-menerus 2007:47-48). Berdasarkan tahapan tersebut,
akan membuat pengetahuan lama dan siswa sekolah dasar kelas I-VI memiliki
pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan tingkatan intelektual operasional konkret dan
cara seperti itu anak secara bertahap dapat siswa kelas enam memiliki tingkatan
membangun pengetahuan melalui interaksi operasional formal (Madjid, 2014:8).
dengan lingkungan sekitarnya (Rusman, Di samping itu, kecenderungan peserta didik
2010:250).Dengan kata lain, proses belajar di SD/MI ketika belajar memunyai tiga
dapat berlangsung jika terjadi proses karakteristik yang menonjol yaitu: konkret,
pengolahan data yang aktif di pihak integratif, dan hierakhis. Dijelaskan secara
pembelajar. Pengolahan data yang aktif detail oleh Rusman (2010:251-252) ketiga hal
merupakan aktivitas lanjutan dari kegiatan tersebut sebagai berikut: pertama, konkret
mencari informasi dan dilanjutkan dengan maksudnya proses belajar beranjak dari hal-
kegiatan penemuan (Madjid, 2014:7). hal yang konkret dengan titik penekanan pada
Selaras dengan pendapat Piaget bahwa pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
kematangan biopsikologis seseorang memiliki belajar yang dapat dioptimalkan untuk
tingkatan-tingkatan, maka kematangan pencapaian proses dan hasil pembelajaran
biopsikologis peserta didik di SD/MI juga yang berkualitas bagi anak usia SD/MI.
bertingkat-tingkat. Tingkatan perkembangan Penggunaan lingkungan akan menghasilkan
intelektual peserta didik SD/MI merujuk pada proses dan hasil belajar yang lebih bermakna
pendapat Piaget memiliki ciri-ciri yaitu: tahap dan bernilai, karenasiswa dihadapkan dengan
pra-operasional (2-7 tahun), tahap berpikir peristiwa dan keadaan yang sebenarnya,
pra-konseptual (2—4 tahun) yang ditandai keadaan yang alami, sehingga lebih nyata,
dengan mulainya adaptasi terhadap simbol, lebih faktual, lebih bermakna, dan
mulai dan tingkah laku berbahasa, aktivitas kebenaranya lebih dapat
imitasi dan permainan. Kemudian pada tahap dipertanggungjawabkan.
berpikir intuitif (4-7 tahun) ditandai oleh Kedua, integratif maksudnya adalah
berpikir pralogis yaitu antara operasional memandang sesuatu yang dipelajari sebagai
konkret dengan prakonseptual. Pada tahap ini suatu keutuhan dan terpadu. Anak usia SD/MI
perkembangan ingatan peserta didik sudah belum mampu memilah-milah konsep dari
mulai mantap, tetapi kemampuan berpikir berbagai disiplin ilmu, hal ini
deduktif dan induktif masih lemah/belum menggambarkan cara berpikir deduktif.
mantap.Perkembangan intelektual siswa Dengan demikian, keterpaduan konsep tidak
sekolah dasar berada pada tahap operasional dipilah-pilah dalam berbagai disiplin ilmu,
konkret (7-11 tahun) yang ditandai oleh tetapi dikait-kaitkan menjadi pengalaman
8 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014

belajar yang bermakna (meaningful learning). emosi juga telah mulai belajar mengendalikan
Ketiga, hierakhis maksudnya adalah dan mengontrol ekspresi emosinya.
berkembang secara bertahap mulai dari hal- Sedangkan pada aspek moral, peserta didik
hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih SD/MI sudah dapat mengikuti peraturan atau
kompleks. Oleh karena itu, dalam hal ini tuntuntan dari orangtua atau lingkungannya ,
persoalanpersoalan seperti urutan logis, bahkan di akhir jenjang SD/MI juga mampu
keterkaitan antar materi pelajaran, dan memahami alasan yang mendasari suatu
cakupan keluasan materi pelajaran menjadi peraturan.
penting dan sangat perlu untuk diperhatikan.
Kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa KEBIJAKAN PEMBELAJARAN
sekolah dasar tersebut akan memengaruhi TEMATIK-TERPADU UNTUK SD/MI
seluruh kegiatan pembelajaran yang DALAM KURIKULUM 2013
diselenggarakan guru. Oleh karena itu, Kebijakan tentang penggunaan pendekatan
kegiatan pembelajaran pendidikan Sains, pembelajaran tematik-terpadu untuk SD/MI
Bahasa Indonesia, dan Budi Pekerti, serta terlahir seiring dengan kebijakan Kurikulum
mata pelajaran lainnya diarahkan pada 2013 untuk pendidikan dasar dan menengah.
pendekatan “meaningfullearning” yang Menurut Ridwan Abdullah Sani,
didasarkan kepada pengembangan pengembangan Kurikulum 2013 merupakan
kemampuan berpikir disesuaikan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan untuk
biopsikologis siswa yang hendaknya dijadikan menghasilkan lulusan yang kreatif dan
tolok ukur guru, baik dalam pengembangan mampu menghadapi kehidupan di masa yang
materi, strategi mengajar, pendekatan, media, akan datang (Sani, 2013:vii-viii). Hal serupa
maupun dalam melakukan evaluasi hasil juga diungkapkan Abdul Madjid,
belajar (Madjid, 2014:8). pengembangan Kurikulum 2013 adalah
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bagian dari strategi meningkatkan capaian
karakteristik perkembangan peserta didik di pendidikan. Di samping kurikulum, terdapat
SD/MI dapat dipilah menjadi dua macam sejumlah faktor di antaranya lama siswa
yaitu perkembangan pada aspek jasmaniah bersekolah; lama siswa tinggal di sekolah;
dan perkembangan pada aspek mental. Pada pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi;
aspek jasmaniah, peserta didik SD/MI telah buku pegangan dan peranan guru sebagai
memiliki kematangan sehingga mampu ujung tombak pelaksanaan pendidikan
mengontrol tubuh dan keseimbangannya. (Madjid, 2014:27-28).
Pada aspek mental yang meliputi Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya
perkembangan inteletual, bahasa, sosial, peningkatan dan keseimbangan antara
emosi, dan moral keagamaan , peserta didik kompetensi sikap(attitude),keterampilan(skil
SD/MI secara intelektual berada pada tahap l) dan pengetahuan(knowledge).Hal ini sejalan
perkembangan operasional konkret (kelas I-V) dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003
dan operasional formal (kelas VI), yang sebagaimana tersurat dalam penjelasan Pasal
memiliki kecenderungan belajar bersifat 35, yaitu kompetensi lulusan merupakan
konkret, integratif, dan hierarkhis. Dari aspek kualifikasi kemampuan lulusan yang
bahasa, mereka telah mampu membuat mencakup sikap, pengetahuan, dan
kalimat sempurna, bahkan kalimat majemuk, keterampilan sesuai dengan standar nasional
dan juga dapat mengajukan pertanyaan. Dari yang telah disepakati. Hal ini sejalan pula
aspek sosial, peserta didik di SD/MI mulai dengan pengembangan kurikulum berbasis
membentuk ikatan baru dengan teman sebaya kompetensi yang telah dirintis pada tahun
dan mulai mampu menyesuaikan diri sendiri 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
kepada sikap bekerjasama. Mereka secara
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 9

pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
(Madjid, 2014:28). yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
Pengembangan kurikulum 2013 tidak terlepas kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
dari berbagai permasalahan yang dihadapi perkembangan fisik serta psikologis Peserta
oleh Kurikulum 2006 atau biasa dikenal Didik”.Kemudian secara lebih spesifik diatur
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Permendikbud RI No.67 Tahun 2013
yaitu sebagai berikut: pertama,konten tentang Kerangka Dasar dan Struktur
kurikulum masih terlalu padat yang Kurikulum Sekolah Dasar / Madrasah
ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran Ibtidaiyah pada lampirannya menyebutkan
dan banyak materi vang keluasan dan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan dengan
kesukarannya melampaui tingkat penyempurnaan pola salah satunya sebagai
perkembangan usia anak; kedua, kurikulum berikut,“Pola pembelajaran ilmu pengetahuan
belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai tunggal (monodiscipline) menjadi
dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
nasional; ketiga, kompetensi belum (multidisciplines)”. Sedangkan pada Bab III
menggambarkan secara holistik domain sikap, Poin E dalam lampiran Permendikbud RI
keterampilan, dan pengetahuan; keempat, No.67 Tahun 2013 ini disebutkan:
beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Sekolah
dengan perkembangan kebutuhan (misalnya Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dilakukan melalui
pendidikan karakter, metodologi pembelajaran pembelajaran dengan pendekatan tematik-
aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, terpadu dari Kelas I sampai Kelas VI.
kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam Matapelajaran Pendidikan Agama dan Budi
kurikulum; kelima, kurikulum belum peka dan Pekerti dikecualikan untuk tidak
tanggap terhadap perubahan sosial yang menggunakan pembelajaran tematik-terpadu.
terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun Dalam penjelasan Poin E Bab III lampiran
global; keenam, standar proses pembelajaran Permendikbud RI No.67 Tahun 2013
belum menggambarkan urutan pembelajaran diungkapkan pula bahwa maksud dari
yang rinci sehingga membuka peluang pendekatan tematik-terpadu yaitu pendekatan
penafsiran yang beranekaragam dan berujung pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai
pada pembelajaran yang berpusat pada guru; kompetensi dari berbagai matapelajaran ke
ketujuh, standar penilaian belum mengarahkan dalam berbagai tema.Pendekatan yang
kepada penilaian berbasis kompetensi (sikap, digunakan untuk mengintegrasikan
ketrampilan, dan pengetahuan) dan belum kompetensi dasar dari berbagai matapelajaran
tegas menuntut adanya remediasi secara yaitu intra-disipliner, interdisipliner, multi-
berkala; dan kedelapan, dengan KTSP disipliner, dan trans-disipliner. Integrasi intra-
memerlukan dokumen kurikulum yang lebih disipliner dilakukan dengan cara
rinci agar tidak menimbulkan multitafsir mengintegrasikan dimensi sikap,
(Madjid, 2014:28-29). pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu
Sementara itu,kebijakan bahwa kegiatan kesatuan yang utuh di setiap matapelajaran.
pembelajaran di SD/MI harus menggunakan Integrasi inter-disipliner dilakukan dengan
pendekatan pembelajaran tematik-terpadu ini menggabungkan kompetensi-kompetensi
didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 32 dasar beberapa matapelajaran agar terkait satu
Tahun 2013 Pasal 19 Ayat (1) yang dengan yang lainnya, sehingga dapat saling
menyebutkan, “Proses Pembelajaran pada memperkuat, menghindari terjadinya tumpang
satuan pendidikan diselenggarakan secara tindih, dan menjaga keselarasan pembelajaran.
interaktif, inspiratif, menyenangkan, Integrasi multi-disipliner dilakukan tanpa
menantang, memotivasi Peserta Didik untuk menggabungkan kompetensi dasar tiap
10 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014

matapelajaran sehingga tiap matapelajaran kompetensi-kompetensi dasar kedua


masih memiliki kompetensi dasarnya sendiri. matapelajaran ini diintegrasikan ke
Integrasi trans-disipliner dilakukan dengan matapelajaran lain (integrasi inter-disipliner).
mengaitkan berbagai matapelajaran yang ada Kompetensi dasar matapelajaran Ilmu
dengan permasalahan-permasalahan yang Pengetahuan Alam diintegrasikan ke
dijumpai di sekitarnya sehingga pembelajaran kompetensi dasar matapelajaran Bahasa
menjadi kontekstual. Indonesia dan kompetensi dasar matapelajaran
Lebih lanjut menurut lampiran Permendikbud MatematikaKompetensi dasar matapelajaran
RI No.67 Tahun 2013 tersebut juga Ilmu Pengetahuan Sosial diintegrasikan ke
ditegaskan bahwa tema merajut makna kompetensi dasar matapelajaran Bahasa
berbagai konsep dasar sehingga peserta didik Indonesia, ke kompetensi dasar matapelajaran
tidak belajar konsep dasar secara parsial. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Dengan demikian, pembelajarannya dan ke kompetensi dasar matapelajaran
memberikan makna yang utuh kepada peserta Matematika. Sedangkan untuk kelas IV, V,
didik seperti tercermin pada berbagai tema dan VI, kompetensi dasar matapelajaran Ilmu
yang tersedia. Tematik terpadu disusun Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan
berdasarkan gabungan proses integrasi seperti Alam masing-masing berdiri sendiri, sehingga
dijelaskan di atas sehingga berbeda dengan pendekatan integrasinya adalah multi-
pengertian tematik seperti yang diperkenalkan disipliner, walaupun pembelajarannya tetap
pada kurikulum sebelumnya. menggunakan tematik terpadu (Lampiran
Selain itu, pembelajaran tematik-terpadu ini Permendikbud RI No.67 Tahun 2013).
juga diperkaya dengan penempatan Prinsip pengintegrasian inter-disipliner untuk
matapelajaran Bahasa Indonesia di Kelas I, II, matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan
dan III sebagai penghela matapelajaran lain. Ilmu Pengetahuan Sosial seperti diuraikan di
Melalui perumusan Kompetensi Inti sebagai atas dapat juga diterapkan dalam
pengikat berbagai matapelajaran dalam satu pengintegrasian muatan lokal. Kompetensi
kelas dan tema sebagai pokok bahasannya, Dasar muatan lokal yang berkenaan dengan
sehingga penempatan matapelajaran Bahasa seni, budaya, keterampilan, dan bahasa daerah
Indonesia sebagai penghela matapelajaran lain diintegrasikan ke dalam matapelajaran Seni
menjadi sangat memungkinkan. Penguatan Budaya dan Prakarya. Kompetensi Dasar
peran matapelajaran Bahasa Indonesia muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga
dilakukan secara utuh melalui penggabungan serta permainan daerah diintegrasikan ke
kompetensi dasar matapelajaran Ilmu dalam matapelajaran Pendidikan Jasmani,
Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Olahraga dan Kesehatan(Lampiran
Alam ke dalam matapelajaran Bahasa Permendikbud RI No.67 Tahun 2013).
Indonesia. Kedua ilmu pengetahuan tersebut Selain itu acuan tentang pelaksanaan
menyebabkan pelajaran Bahasa Indonesia pendekatan pembelajaran tematik-terpadu
menjadi kontekstual, sehingga pembelajaran untuk SD/MI juga disebutkan dalam
Bahasa Indonesia menjadi lebih menarik Lampiran Permendikbud RI No. 65 Tahun
(Lampiran Permendikbud RI No.67 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
2013). Dasar dan Menengah yang menyebutkan
Pendekatan sains seperti itu terutama di Kelas yakni:
I, II, dan III menyebabkan semua Pembelajaran tematik-terpadu di SD/MI/
matapelajaran yang diajarkan akan diwarnai SDLB/Paket Adisesuaikan dengan tingkat
oleh matapelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial perkembangan peserta didik....Proses
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada
kemudahan pengorganisasiannya, pengembangan ketiga ranahtersebut (sikap,
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 11

keterampilan, pengetahuan) secara kreatif dan budaya, dan perkembangan


utuh/holistik, artinya pengembangan ranah pendidikan di tingkat internasional. Arus
yang satu tidakbisa dipisahkan dengan ranah globalisasi akan menggeser pola hidup
lainnya.Dengan demikian proses masyarakat dari agraris dan perniagaan
pembelajaransecara utuh melahirkan kualitas tradisional menjadi masyarakat industri dan
pribadi yang mencerminkan perdagangan modern seperti dapat terlihat di
keutuhanpenguasaan sikap, pengetahuan, dan World Trade Organization (WTO),
keterampilan. Association of Southeast Asian Nations
Dalam lampiran Permendikbud RI No.67 (ASEAN) Community, Asia-Pacific
Tahun 2013 diungkapkan yaitu ada lima Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN
faktor yang menjadi dasar pemerintah Free Trade Area (AFTA). Tantangan
melakukan pengembangan Kurikulum 2013 eksternal juga terkait dengan pergeseran
yang disertai, salah satunya, dengan kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas
penetapan pendekatan pembelajaran tematik- teknosains serta mutu, investasi, dan
terpadu untuk SD/MI, sebagai berikut : transformasi bidang pendidikan.
pertama, tantangan internal. Tantangan Keikutsertaan Indonesia di dalam studi
internal antara lain terkait dengan kondisi International Trends in International
pendidikan dikaitkan dengan tuntutan Mathematics and Science Study (TIMSS) dan
pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Program for International Student
Standar Nasional Pendidikan yang meliputi Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga
standar isi, standar proses, standar kompetensi menunjukkan bahwa capaian anak-anak
lulusan, standar pendidik dan tenaga Indonesia tidak menggembirakan dalam
kependidikan, standar sarana dan prasarana, beberapa kali laporan yang dikeluarkan
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara
standar penilaian pendidikan. Tantangan lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di
internal lainnya terkait dengan perkembangan TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam
penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan kurikulum Indonesia.
penduduk usia produktif. Saat ini jumlah Ketiga, Kurikulum 2013 dikembangkan
penduduk Indonesia usia produktif (15-64 dengan penyempurnaan pola pikir sebagai
tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif berikut:
(anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua a. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru
berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk menjadi pembelajaran berpusat pada peserta
usia produktif ini akan mencapai puncaknya didik. Peserta didik harus memiliki
pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya pilihanpilihan terhadap materi yang dipelajari
mencapai 70%. Olehsebab itu tantangan besar untuk memiliki kompetensi yang sama.
yang dihadapi adalah bagaimanab. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-
mengupayakan agar sumberdaya manusia usia peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif
produktif yang melimpah ini dapat (interaktif guru-peserta didikmasyarakat-
ditransformasikan menjadi sumberdaya lingkungan alam, sumber/ media lainnya).
manusia yang memiliki kompetensi dan c. Pola pembelajaran terisolasi menjadi
keterampilan melalui pendidikan agar tidak pembelajaran secara jejaring (peserta didik
menjadi beban. dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari
Kedua, tantangan eksternal. Tantangan mana saja yang dapat dihubungi serta
eksternal antara lain terkait dengan arus diperoleh melalui internet).
globalisasi dan berbagai isu yang terkait d. Pola pembelajaran pasif menjadi
dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran
teknologi dan informasi, kebangkitan industri
12 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014

siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan disipliner, inter-disipliner, multi-disipliner,


model pembelajaran pendekatan sains). dan trans-disipliner sehingga mampu
e. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok memberikan makna yang utuh kepada peserta
(berbasis tim). didik.
f. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi Relevansi Kebijakan Pembelajaran
pembelajaran berbasis alat multimedia. Tematik-Terpadu Terhadap Pemenuhan
g. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi Kebutuhan Perkembangan Peserta Didik
kebutuhan pelanggan (users) dengan SD/MI
memperkuat pengembangan potensi khusus Dari sisi konten kebijakan, penetapan
yang dimiliki setiap peserta didik penggunaan pendekatan pembelajaran
h. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal tematikterpadu adalah sebuah langkah yang
(monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu positif yang dilakukan oleh pemerintah dalam
pengetahuan jamak (multidisciplines); dan upaya perbaikan mutu pendidikan dasar di
i. Pola pembelajaran pasif menjadi Indonesia, terutama pada jenjang Sekolah
pembelajaran kritis. Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Sebagaimana
Keempat, penguatan tata kelola kurikulum. disebutkan dalam lampiran Permendikbud RI
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah No. 67 Tahun 2013 maupun Permendikbud RI
menempatkan kurikulum sebagai daftar No. 65 Tahun 2013 bahwa pembelajaran di
matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan tematik-
untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah terpadu untuk semua mata pelajaran dari kelas
diubah sesuai dengan kurikulum satuan I hingga kelas VI, terkecuali Pendidikan
pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum Agama dan Budi Pekerti. Hal ini menjadi
2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai sebuah kebijakan yang positif karena selaras
berikut: tata kerja guru yang bersifat dengan kebutuhan, karakteristik, dan tugas
individual diubah menjadi tata kerja yang perkembangan peserta didik SD/MI. Atau
bersifat kolaboratif; penguatan manajeman dalam istilah Hamzah B. Uno dan Nurdin
sekolah melalui penguatan kemampuan Mohammad yakni jika proses pembelajaran
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan didasari oleh pemahaman dan pemenuhan
kependidikan (educational leader); dan kebutuhan perkembangan peserta didik maka
penguatan sarana dan prasarana untuk proses tersebut akan memberikan layanan
kepentingan manajemen dan proses yang tepat dan bermanfaat bagi masing-
pembelajaran. Sedangkan faktor kelima, masing siswa (Uno dan Mohamad, 2011:261).
penguatan materi. Penguatan materi dilakukan Pendekatan pembelajaran tematik-terpadu
dengan cara pendalaman dan perluasan materi untuk SD/MI dalam Kurikulum 2013 yang
yang relevan bagi peserta didik. menggunakan pendekatan pengintegrasian
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa yaituintra-disipliner, inter-disipliner, multi-
kebijakan pemerintah tentang pendekatan disipliner, dan trans-disiplinerinimenjadikan
pembelajaran tematik-terpadu di SD/MI yakni pengalaman yang diberikan kepada peserta
dilakukan dari kelas I hingga kelas VI yang didik utuh dan lebih bermakna. Ditambah lagi
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik akan memahami konsep-konsep
peserta didik.Pembelajaran tematik terpadu yang mereka pelajari itu melalui pengamatan
untuk SD/ MI merupakan pendekatan langsung dan menghubungkannya dengan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai konsep lain yang sudah mereka pahami. Hal
kompetensi dari berbagai matapelajaran, ini selaras dengan pendapat Piaget bahwa
terkecuali Pendidikan Agama dan Budi proses belajar dapat berlangsung jika terjadi
Pekerti, ke dalam berbagai tema dengan proses pengolahan data yang aktif di pihak
menggunakan empat pendekatan, yaitu intra- pembelajar. Pengolahan data yang aktif
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 13

merupakan aktivitas lanjutan dari kegiatan hari; kedua, pembelajaran tematik-terpadu


mencari informasi dan dilanjutkan dengan perlu memilih materi beberapa mata pelajaran
kegiatan penemuan (Madjid, 2014:7). yang mungkin saling terkait; ketiga,
Dewey juga mengungkapkan bahwa pembelajaran tematikterpadu tidak boleh
“Education is growth, development, life”. Hal bertentangan dengan tujuan kurikulum yang
ini berarti bahwa proses pendidikantidak berlaku tetapi sebaliknya harus mendukung
mempunyai tujuan di luar dirinya, tetapi pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran
terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Proses yang termuat dalam kurikulum; keempat,
pendidikan juga bersifat kontinu yang matei pembelajaran dapat dipadukan dalam
merupakan reorganisasi, rekonstruksi, dan satu tema selalu mempertimbangkan
pengubahan pengalaman hidup, dan juga karakteristik siswa; dan kelima, materi
perubahan pengalaman hidup (Madjid, pelajaran yang dipadukan tidak terlalu
2014:8). dipaksakan, maka sangat jelas terlihat bahwa
Dalam pendekatan tematik-terpadu, tema pendekatan ini relevan dengan kecenderungan
merajut makna berbagai konsep dasar perilaku peserta didik SD/MI sebagaimana
sehingga peserta didik tidak belajar konsep diungkapkan Rusman yakni: pertama, anak
dasar secara parsial. Kegiatan pembelajaran mulai memandang dunia secara obyektif,
justru memberikan makna yang utuh kepada bergeser dari satu aspek ke aspek lain secara
peserta didik seperti tercermin pada berbagai reflektif dan memandang unsur-unsur secara
tema yang tersedia. Kegiatan pembelajaran serentak. Kedua, anak mulai berpikir secara
seperti ini sejalan dengan kecenderungan operasional; keempat, anak mampu megunaka
peserta didik SD/MI yang mempunyai tiga cara berpikir operasional untuk
karakteristik utama dalam belajar yaitu: mengklasifikasikan benda-benda; dan kelima,
konkret, integratif, dan hierakhis (Rusman, anak dapat memahami konep substansi,
201:251-252).Selain itu, dunia anak adalah panjang, lbar, luas, tingi, rendah, ringan, dan
dunia nyata dan tingkat perkembangan mental berat (Rusman, 2010:251).
anak selalu dimulai dari tahap berpikir nyata Hal yang sama juga dikemukakan oleh Rudy
dalam kehidupan sehari-hari yang Gunwan bahwa proses pembelajaran di SD
memandang objek yang ada di sekelilingnya bergerak dari hal-hal yang konkrit ke halhal
secara utuh. Untuk itu, pembelajaran yang abstrak. Ia mencontohkan dalam
hendaknyadari lingkungan terdekat, yaitu pembelajaran IPS SD, salah satu pola yang
mulai dari diri sendiri kemudian dapat digunakan yaitu dengan pola
dikembangkan kepada keluarga dan sekolah pendekatan lingkungan yang meluas
(Susanto, 2013:72). (expanding environment approach) dan
Penggunaan pendekatan pembelajaran pendekatan spiral yaitu dari mulai yang
tematik-terpadu bagi peserta didik SD/MI mudah kepada yang sukar, dari yang sempit
juga sesuai dengan pendapat Kolb dalam ke yang luas, dan seterusnya (Gunawan,
Malcolm Tight, bahwa belajar adalah proses 2013:82-83).
pengetahuan dikreasi melalui transformasi Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa
pengalaman. Belajar adalah kebutuhan dalam kebijakan penetapan pendekatan pembelajaran
kehidupan manusia sama pentingnya seperti tematik-terpadu dengan segala prinsip dan
bekerja dan berteman (Trianto, 2012:20). karakteristiknya ternyata relevan dengan
Sementara itu, jika mencermati tentang kebutuhan dan karakteristik perkembangan
prinsip pembelajaran tematik-terpaduyaitu: peserta didik SD/MI. Relevansi tersebut
pertama, pembelajaran tematik-terpadu tampak dari pemaduan berbagai matapelajaran
memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dengan suatu tema yang aktual dan dekat
dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari- dengan kehidupan peserta didik. Kemudian,
14 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014

model pembelajaran melalui pengalaman dan mengontrol ekspresi emosinya.


langsung yang dikembangkan dalam Sedangkan pada aspek moral, peserta didik
pendekatan pembelajaran tematikterpadu SD/MI sudah dapat mengikuti peraturan atau
menjadikan embelajaran lebih efektif dan tuntuntan dari orangtua atau lingkungannya ,
lebih bermakna bagi peserta didik. Selain itu, bahkan di akhir jenjang SD/MI juga mampu
pengintegrasian ketiga ranah pembelajaran memahami alasan yang mendasari suatu
yang meliputi aspek sikap, ketrampilan, dan peraturan. Kedua, kebijakan pemerintah
pengetahuan dalam semua mata pelajaran tentang pendekatan pembelajaran tematik-
menjadikan pendekatan tematik-terpadu terpadu di SD/MI yakni dilakukan dari kelas I
menjadi semakin relevan dengan kebutuhan hingga kelas VI yang disesuaikan dengan
perkembangan peserta didik SD/MI yang juga tingkat perkembangan peserta didik.
mencakup kemampuan kognitif, kemampuan Pembelajaran tematik terpadu untuk SD/MI
afektif, dan kemampuan psikomotor. Dengan merupakan pendekatan pembelajaran yang
demikian, secara konten kebijakan penetapan mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
penggunaan pendekatan pembelajaran berbagai matapelajaran, terkecuali Pendidikan
tematik-terpadu di SD/MI adalah tepat karena Agama dan Budi Pekerti, ke dalam berbagai
sudah sesuai dengan karakteristik tema dengan menggunakan empat pendekatan,
perkembangan peserta didik. yaitu intradisipliner, inter-disipliner, multi-
disipliner, dan trans-disipliner sehingga
PENUTUP mampu memberikan makna yang utuh kepada
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik peserta didik. Ketiga, kebijakan penetapan
kesimpulan sebagai jawaban dari tiga pendekatan pembelajaran tematik-terpadu
rumusan masalah di awal artikel ini yaitu dengan segala prinsip dan karakteristiknya
sebagai berikut: pertama, karakteristik ternyata relevan dengan kebutuhan dan
perkembangan peserta didik di SD/MI dapat karakteristik perkembangan peserta didik
dipilah menjadi dua macam yaitu SD/MI. Relevansi tersebut tampak dari
perkembangan pada aspek jasmaniah dan pemaduan berbagai matapelajaran dengan
perkembangan pada aspek mental. Pada aspek suatu tema yang aktual dan dekat dengan
jasmaniah, peserta didik SD/MI telah kehidupan peserta didik. Kemudian, model
memiliki kematangan sehingga mampu pembelajaran melalui pengalaman langsung
mengontrol tubuh dan keseimbangannya. yang dikembangkan dalam pendekatan
Pada aspek mental yang meliputi pembelajaran tematikterpadu menjadikan
perkembangan inteletual, bahasa, sosial, pembelajaran lebih efektif dan lebih
emosi, dan moral keagamaan, peserta didik bermakna bagi peserta didik. Selain itu,
SD/MI secara intelektual berada pada tahap pengintegrasian ketiga ranah pembelajaran
perkembangan operasional konkret (kelas I-V) yang meliputi aspek sikap, ketrampilan, dan
dan operasional formal (kelas VI), yang pengetahuan dalam semua mata pelajaran
memiliki kecenderungan belajar bersifat menjadikan pendekatan tematik-terpadu
konkret, integratif, dan hierarkhis. Dari aspek menjadi semakin relevan dengan kebutuhan
bahasa, mereka telah mampu membuat perkembangan peserta didik SD/MI yang juga
kalimat sempurna, bahkan kalimat majemuk, mencakup kemampuan kognitif, kemampuan
dan juga dapat mengajukan pertanyaan. Dari afektif, dan kemampuan psikomotor. Dengan
aspek sosial, peserta didik di SD/MI mulai demikian, secara konten kebijakan penetapan
membentuk ikatan baru dengan teman sebaya penggunaan pendekatan pembelajaran
dan mulai mampu menyesuaikan diri sendiri tematik-terpadu di SD/MI adalah tepat karena
kepada sikap bekerjasama. Mereka secara sudah sesuai dengan karakteristik
emosi juga telah mulai belajar mengendalikan perkembangan peserta didik.
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 15

--000--
Rusman, (2010). Model-Model
Pembelajaran: Mengembangkan
DAFTAR PUSTAKA Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali
Pers.
Ali, Mohammad. (2009).Pendidikan untuk Sani, Ridwan Abdullah (2013). Inovasi
Pembangunan Nasional. Bandung: Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Imperial Bhakti Utama. Santrock, John W. (2007). Psikologi
Fadjar, A. Malik. (1999).Madrasah dan Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta:
Tantangan Modernitas, Cet. II, Kencana Prenada Media Group.
Bandung: YASMIN Bekerjasama Suryadi, Ace, dan Dasim Budimansyah.
dengan Mizan. (2009). Paraigma Pembangunan
Gunawan, Rudy. (2013).Pendidikan IPS: Pendidikan Nasional: Konsep, Teori
Filosofi, Konsep dan Aplikasi, Cet. II. dan Aplikasi dalam Analisis Kebijakan
Bandung: Alfabeta. Publik. Bandung: Widya Aksara Press.
Karwati, Euis, dan Donni Juni Priansa. Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan
(2013). Kinerja dan Profesionalisme Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Kepala Sekolah: Membangun Sekolah Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
yang Bermutu. Bandung: Alfabeta. Trianto. (2012)Mengembangkan Model
La Iru dan La Ode Safiun Arihi. (2012). Pembelajaran Tematik, Cet. III. Jakarta:
Analisis Penerapan Pendekatan, Prestasi Pustakaraya.
Metode, Strategi, dan Model-Model Uno, Hamzah B., dan Mohamad, Nurdin
Pembelajaran.. Yogyakarta: Multi (2011). Belajar dengan Pendekatan
Presindo. Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan
Madjid, Abdul (2014).Pembelajaran Kreatif Efektif, Menarik , Cet. II.
TematikTerpadu. Bandung: Remaja Jakarta: Bumi Aksara.
Rosdakarya. Zamroni (2011).Dinamika Peningkatan Mutu.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Yogyakarta: Kalam Utama.
tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah
Permendikbud RI Nomor 67 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum
Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah

Prastowo, Andi (2013). Pengembangan


Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: Diva
Press.

Anda mungkin juga menyukai