Disusun Oleh :
NAMA : WAHYU GUSNALDI SIMBOLON
NIM : 621111022
KELAS : PJKR 1 A
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, nikmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Jurnal Report ini dengan judul
“Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta Didik SD/MI Melalui Pembelajaran Tematik-
Terpadu” untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Saya menyadari
bahwa dalam penyusunan Critical Jurnal Report ini dapat terselesaikan karena bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang terkait. Maka dari itu saya menyampaikan terima kasih
kepada teman-teman yang sudah membantu saya dan saya juga ingin berterima kasih kepada
dosen pengampu yang telah memberi tugas ini sehingga saya dapat mengetahui banyak hal.
Saya menyadari bahwa makalah saya ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya
mengharapkan masukan atau saran serta kritik yang dapat membangun guna untuk perbaikan
dan penyempurnaan di tugas selanjutnya. Saya berharap makalah saya dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
4. IDENTITAS JURNAL
5. ISI JURNAL
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang ;
pemenuhan kebutuhan psikologis peserta didik melalui
pembelajaran tematik terpadu.
Metode penelitian Metode penelitian yang dilakukan dengan analisis data kualitatif
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/322571926_PEMENUHAN_KEBUTUHAN_PSIKOL
O GIS_PESERTA_DIDIK_SDMI_MELALUI_PEMBELAJARAN_TEMATIK-TERPADU
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 1
Andi Prastowo
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
E-mail:anditarbiyah @gmail.com
Abstrak: Salah satu problematika pendidikan di Indonesia yang terbesar adalah rendahnya mutu
pendidikan dasar di SD/MIyang sangat menentukan bagi kelanjutan pendidikan berikutnya. Pemerintah
sesungguhnya telah mengupayakan berbagai kebijakan untuk mengatasi hal tersebut, namun terbukti
belum menghasilkan perbaikan yang signifikan. Dilihat dari pengamatan di lapangan, problematika
rendahnya mutu pendidikan ini tampaknya lebih karena faktor mutu proses pembelajaran yang masih
jauh dari kebutuhanpsikologispeserta didik. Namun, dengan ditetapkannya Kurikulum 2013 yang
mengamanatkan kepada setiap guru di di SD/MI agar menggunakan pendekatan pembelajaran tematik-
terpadu adalah terobosan cerdas karena selaras dengan karakteristik berpikir peserta didik yang masih
operasional konkret dan holistik.
Kata kunci: Mutu pendidikan, kebijakan, pembelajaran tematik-terpadu, berpikir holistik.
IPM masih tertinggal dari sejumlah negara- Di samping itu, sangat besar pula
negara di kawasan ASEANhasil ujian kemungkinan justru rendahnya mutu
nasional juga angka kelulusannya masih di pendidikan nasional tersebut berakar dari
bawah angka enam, di bawah batas lulus di rendahnya mutu pendidikan pada level
Malaysia dan Singapura, dan hasil studi Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah(MI),
internasional pun peringkatnya masih di sebagai pendidikan dasar yang menjadi
bawah sejumlah negara ASEAN lain. Adapun landasan bagi pendidikan pada jenjang
masalah relevansi pendidikan dapat berikutnya. Jika pada level SD/MI ini saja
diidentifikasi dari masih tingginya angka mutu pendidikannya sudah buruk maka sangat
pengangguran. Kualitas dan relevansi besar kemungkinan bahwa mutu pendidikan
pendidikan ini berdampak pada kurangnya pada level di atasnya tidak jauh berbeda.
daya saing yang dapat diidentifikasi dari Logika ini mempertimbangkan sejumlah
kemampuan SDM dalam memenangkan pendapat berikut ini. Pertama, Andi
persaingan merebut pasar tenaga kerja (Ali, Prastowo(2013:13) yang menyatakan bahwa
2009:250-251). pendidikan dasar merupakan fondasi dasar
Ada kemungkinan banyak faktor yang dari semua jenjang sekolah selanjutnya.
menyebabkan rendahnya mutu pendidikan Kedua, Mohammad Ali, mantan Direktur
suatu bangsa. Seperti di antaranya belum Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
optimalnya upaya yang dilakukan pemerintah Agama, mengungkapkan bahwa tujuan
dalam melakukan peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan dasar (SD/MI
pendidikan, mungkin juga karena upaya- dan SMP/MTs) adalah menyiapkan siswa agar
upaya yang telah dilakukan telah berjalan menjadi manusia yang bermoral, menjadi
relatif lebih lambat ketimbang aspirasi warga negara yang mampu melaksanakan
masyarakat tentang mutu pendidikan yang kewajibankewajibannya, dan menjadi orang
berubah dan berkembang dengan cepat. Di dewasa yang mampu memperoleh pekerjaan.
samping itu, mungkin juga kita telah Dan, secara operasional, tujuan pokok
memecahkan permasalahan yang keliru. pendidikan dasar adalah membantu siswa
Secara konseptual, mutu pendidikan dapat dalam mengembangkan kemampuan
diartikan sebagai berikut: Kemampuan intelektual dan mentalnya, proses
lembaga pendidikan dalam mendayagunakan perkembangan sebagai individu yang mandiri,
sumbersumber pendidikan untuk proses perkembangan sebagai makhluk sosial,
meningkatkan kemampuan belajar seoptimal belajar hidup menyesuaikan diri dengan
mungkin (Ace Suryadi, 1992). Dengan berbagai perubahan, dan meningkatkan
demikian, menurut Suryadi dan Budimansyah kreativitas (Ali, 2009:290-291). Dan, terakhir
(2009:197)mutu pendidikan akan dapat diukur atau yang ketiga, pendapat A. Malik Fadjar
dengan pertanyaan sebagai berikut: “apakah (1999:34) yang menyatakan bahwa sekolah
anak didik atau lulusan pendidikan sudah dasar atau madrasah ibtidaiyah (Ml) adalah
memiliki kemampuan belajar seperti yang pendidikandasar awal sebeium memasuki
dimaksudkan”. Jika jawabannya ‘tidak’, maka pendidikan dasar menengah, yaitu SMP/MTs.
upaya yang telah dilakukan dalam Pendidikan di sekolah dasar ataupun
peningkatan mutu pendidikan cenderung telah madrasah ibtidaiyah memegang peran penting
membidik sasaran masalah yang keliru. Ini dalam proses pembentukan kepribadian siswa,
dalam pandangan William Dunn adalah jenis baik yang bersifat internal (bagaimana
kesalahan ketiga (type three error), mempersepsi dirinya), eksternal (bagaimana
yaitusolving the wrong problem with the mempersepsi lingkungannya), dan
sophisticated methods of solution. suprainternal (bagaimana mempersepsi dan
menyikapi Tuhannya sebagai ciptaan-Nya.
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 3
Hal tersebut diperkuat oleh sejumlah indikasi Sarjana hanya 15.18%, S2/S3 berjumlah 0,12
di lapangan yang diungkap oleh Mohammad %, D3 sebanyak 2,97%, D2 berjumlah
Ali (2009:252-259) sebagai berikut: pertama, 48,95%, dan D1 atau dibawahnya sebanyak
masih rendahnya kualitas hasil belajar yang 32,78%. Indikasi keempat, yaitu menurut
ditandai oleh standar kelulusan yang kelayakan mengajar guru, data Balitbang
ditetapkan, yaitu 4,25 dari skala 10 dan 4,50 tahun 2006 menyebutkan bahwa persentase
pada tahun 2008. Seorang siswa dinyatakan guru yang tidak layak mengajar terutama di
lulus meskipun hanya mampu menyerap mata jenjang SD mencapai sekitar 1.140.836 orang
pelajaran sebesar 4,25%, Dengan standar (84,70%) baik pada sekolah negeri maupun
kelulusan yang rendah pun masih banyak swasta. Rinciannya sebagai berikut: untuk SD
siswa yang tidak lulus pada Ujian Nasional Negeri guru yang layak sejumlah 14,37% dan
2007. Nilai kelulusan Ujian Nasional ini 85,63% tidak layak; sedangkan untuk SD
ternyata masih di bawah negara tetangga Swasta guru yang layak 25,89% dan guru
seperti Malaysia dan Singapura. Kondisi ini yang tidak layak 74,11%.
menunjukkan peserta didik kurang dapat Dari empat indikasi yang disebutkan oleh
bersaing dengan negara-negara tetangga. Mohammad Ali tersebut sudah dapat dilihat
Walaupun angka kelulusan ujian nasional bahwa besar kemungkinan bahwa mutu
setiap tahun mengalami kenaikan, tetapi pendidikan pada jenjang Sekolah
masih di bawah negara-negara Asia lain yang Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang masih begitu
telah mematok angka di atas enam. rendah ditambah dengan peranannya yang
Indikasi kedua yakni angka ketidaklulusan sangat penting bagi pendidikan pada jenjang
ujian nasional (UN) tahun 2004/2005 lebih berikutnya sebagaimana dikemukakan
tinggi bila dibandingkan dengan tahun Prastowo, Mohammad Ali, dan A. Malik
2003/2004. Namun,.bila dilihat dari nilai rata- Fadjar maka buruknya mutu pendidikan dasar
rata yang dicapai terdapat peningkatan yang di SD/MI memiliki kontribusi yang besar
cukup berarti yakni dari 5,55 tahun 2003/2004 dalam menentukan rendahnya mutu
menjadi 6,76 pada tahun 2004/2005. Angka pendidikan nasional. Untuk itu, perlu
mengulang kelas pada SD kelas awal juga dikembangkankan solusi kebijakan terbaik
cukup tinggi, yaitu I 7,92%. Kondisi ini untuk mengatasi problem rendahnya mutu
menunjukkan bahwa kesiapan memasuki SD pendidikan pada Sekolah Dasar/Madrasah
masih rendah. Dilihat kecenderungan angka Ibtidaiyah agar benarbenar sesuai dengan
mengulang kelas menurut tingkat, makin masalah yang semestinya di atasi sehingga
tinggi tingkat kelas makin rendah angka tepat sesuai sasaran, efektif dan efisien.
mengulang kelas di I SD. Walaupun Menurut Karwati dan Triansa (2013:51),
menunjukkan kecenderungan yang makin upaya peningkatan mutu bidang pendidikan
menurun setiap tiga tahun terakhir ini sekitar difokuskan kepada mutu proses pendidikan.
700.000 siswa SD/ Ml putus sekolah setiap Inti dari proses pendidikan adalah
tahun. pembelajaran peserta didik. Proses
Indikasi ketiga yakni dilihat dari kualifikasi pembelajaran ini mencakup sejumlah unsur
guru yang mengajar di SD/MI maka pendidik utama yang mendasar yang membentuk mutu
pada jenjang SD dengan kualifikasi sarjana pembelajaran. Unsur-unsur tersebut adalah
(S1) persentasenya masih sangat kecil. tujuan pembelajaran, isis kurikulum, guru,
Sebagian besar pendidik SD mayoritas sarana dan prasarana, dana, manajemen dan
pendidikan berlatar belakang D1 dan D2. evaluasi. Tujuan penting yang diperlukan
Seperti diungkap Balitbang Depdiknas RI dalam peningkatan mutu adalah ketepatan dan
tahun 2005/2006 bahwa dari sejumlah kejelasan.
1.346.846 orang guru SD yang berpendidikan
4 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014
Hal tersebut juga ditegaskan Zamroni dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 65
(2011:136-137), bahwa peningkatan mutu Tahun 2013 tentang Standar Proses
sekolah, dapat disebut sebagai suatu Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa
perpaduan antara knowledge-skill, art, dan kegiatan pembelajaran untuk SD/MI/SDLB/
entrepreneurship. Suatu perpaduan yang Paket A menggunakan pendekatan
diperlukan untuk membangun keseimbangan pembelajaran tematik-terpadu. Hal serupa
antara berbagai tekanan, tuntutan, keinginan, juga dijelaskan dalam Lampiran
gagasan, pendekatan dan praktek. Perpaduan Permendikbud RI No. 67 Tahun 2013 tentang
tersebut di atas berujung pada bagaimana Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
proses pembelajaran dilaksanakan sehingga Sekolah Dasa / Madrasah Ibtdaiyah bahwa
terwujud proses pembelajaran yang untuk proses pembelajaran pada jenjang
berkualitas. Semua upaya peningkatan mutu SD/MI dari kelas 1 hingga kelas VI
sekolah harus melewati variabel ini. Proses menggunakan pembelajaran tematik-terpadu.
pembelajaran merupakan faktor yang Pembelajaran tematik-terpadu merupakan
langsung menentukan kualitas sekolah. Oleh pendekatan pembelajaran yang memadukan
karena iu, peningkatan mutu pembelajaran bebagai kompetensi dari berbagai mata
merupakan inti dari reformasi pendidikan di pelajaran ke dalam berbagai tema (Madjid,
negara manapun. 2014:49).
Dalam upaya peningkatan mutu proses Keputusan pemerintah untuk menggunakan
pembelajaran tersebut, ada banyak variabel pendekatan pembelajaran tematik-terpadu ini
yang saling berinteraksi secara kompleks dan tampaknya relevan dengan upaya peningkatan
rumit. Variabel-variabel dalam banyak proses mutu proses pembelajaran di SD/MI. Karena,
interaksi antara guru dan peserta didik menurut Ridwan Abdullah Sani (2013:vii-viii)
berkaitan dengan suatu materi tertentu yang perbaikan mutu seharusnya dilakukan dalam
tidak dapat dikendalikan secara pasti.Terdapat upaya memenuhi kebutuhan peserta didik
keterkaitan berbagai materi yang sulit untuk untuk hidup di masyarakat pada era
diindentifikasi mana yang mempengaruhi dan persaingan dengan bangsa asing yang mulai
mana yang dipengaruhi. Hasil pembelajaran merambah ke Indonesia. Adapun pemaduan
tidak bisa diestimasi secara matematis, pasti melalui pembelajaran tematik terpadu tersebut
(Zamroni, 2011:136137).Namun, menurut La yang dilakukan melalui dua hal yaitu integrasi
Iru dan La Ode Safiun Arihi (2012:1), sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam
kompetensi dan tujuan pembelajaran akan proses pembelajaran dan terpadunya berbagai
tercapai secara optimalapabila pemilihan konsep dasar yang berkaitan menjadikan
pendekatan, metode, strategi, dan model- peserta didik tidak belajar konsep dasar secara
model pembelajaran tepat dan disesuaikan parsial akan tetapi justru memberikan makna
dengan materi, tingkat kemampuan siswa, yang utuh. Di samping itu, pemaduan ini
karakteristik siswa. Dengan kata lain, secara psikologis memberikan keuntungan
ketepatan dalam menentukan pendekatan bagi kemampuan berpikir selanjutnya
pembelajaran menjadi faktor yang penting (Madjid, 2014:50). Hal ini tampaknya juga
dalam upaya penngkata mutu proses sesuai dengan karakteristik dunia anak yang
pembelajaran. dalam tahap perkembangan mentalnya selalu
Mulai tahun 2013, pemerintah menetapkan dimulai dari tahap berpikir nyata dalam
kebijakan baru seiring dengan implementasi kehidupan sehari-hari yang memandang
Kurikulum 2013, yaitu penggunaan obyek yang ada di sekelilingnya secara utuh
pendekatan pembelajaran ematik-terpadu (Susanto, 2013:94).
untuk SD/MI. Seperti disebutkan Berdasarkan uraian di atas, penulis melihat
dalamlampiran Peraturan Menteri Pendidikan bahwa kebijakan pemerintah berkaitan dengan
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 5
mengikuti peraturan atau tuntutan dari ketiga, kebutuhan untuk memiliki; dan tingkat
orangtua atau lingkungan sosialnya. Pada keempat, kebutuhan aktualisasi diri (Uno dan
akhir usia ini (usia 11 atau 12 tahun), anak Mohamad, 2011:282-285).
bahkan sudah dapat memahami alasan yang Pada masa kanak-kanak akhir dan anak
mendasari suatu peraturan. Di samping itu, sekolah, yaitu usia enam hingga dua belas
anak sudah dapat mengasosiasikan setiap tahun, mereka memiliki sejumlah tugas
bentuk perilaku dengan konsep benar salah perkembangan, yaitu sebagai berikut:
atau baik buruk. pertama, belajar keterampilan fisik untuk
Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin pertandingan biasa sehari- hari; kedua,
Mohamad (2011:282), sebagai makhluk membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya
psiko-fisik, anak-anak sejak bayi sudah sebagai organisme yang sedang tumbuh
memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar, yaitu kembang; ketiga, belajar bergaul dengan
seperti kebutuhan fisik dan psikis. Dalam teman-teman sebayanya; keempat, belajar
proses pertumbuhan dan perkembangan peranan sosial yang sesuai sebagai pria atau
seorang anak menuju kedewasaan, terjadi wanita; kelima, mengembangkan konsep-
perubahan-perubahan kebutuhan seperti di konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari;
atas menjadi lebih besar. Dan, kebutuhan keenam, mengembangkan kata hati, moralitas,
sosial psikologis seseorang akan lebih banyak dan suatu skala nilai-nilai; ketujuh, mencapai
dibandingkan kebutuhan fisiknya sejalan kebebasan pribadi; dan kedelapan,
dengan usianya. mengembangkan sikapsikap terhadap
Ada dua teori kebutuhan yang perlu kelompok-kelompok dan institusi-institusi
diungkapkan untuk memahami kebutuhan sosial. Menurut Havighurst tugastugas
peserta didik SD/MI, yaitu teori kebutuhan perkembangan ini merupakan tugas yang
yang dikembangkan oleh Maslow dan teori muncul pada saat atau di sekitar suatu periode
kebutuhan yang dikembangkan oleh Lindgren. tertentu dari kehidupan individu yang jika
Menurut teori kebutuhan Maslow, kebutuhan berhasil akan menimbulkan rasa bangga dan
yang rendah dalam hierakhi kebutuhan membawake arah keberhasilan dalam
individu paling tidak harus terpenuhi sebagian melaksanakan tugas-tugas berikutnya
sebelum kebutuhan yang lebih tinggi pada (Susanto, 2013:72).
hierarkhi tersebut menjadi sumber motivasi Sementara itu, tahap perkembangan tingkah
yang penting. Kebutuhan mendasar seorang laku belajar anak Sekolah Dasar atau
individu adalah kebutuhan fisiologis, lalu Madrasah Ibtidaiyah sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan individu berkembang dengan berbagai aspek dari dalam diri dan lingkungan
kebutuhan ingin dilindungi, kebutuhan akan yang ada di sekitarnya. Kedua hal tersebut
cinta dan rasa memiliki, dan seterusnya tidak mungkin dipisahkan karena memang
sehingga kebutuhan tersebut mencapai proses belajar terjadi dalam interaksi diri
klimaks pada kebutuhan mengaktualisasikan siswa dengan lingkungannya (Prastowo,
diri. Tahapan tersebut tidak bersifat statis. 2013:33-34). Seperti diungkapkan oleh
Setiap kebutuhan bisa semakin meningkat Piaget,setiap anak memiliki cara tersendiri
atau melemah tergantung dari perkembangan dalam menginterpretasikan dan beradaptasi
masing-masing individu. Sedangkan menurut dengan lingkungannya (Rusman, 2010:250).
Lindgren kebutuhan dasar individu Dikatakan pula oleh Piaget bahwa pada diri
dikelompokkan menjadi 4 (empat) aspek, anak terdapat struktur kognitif yang disebut
yaitu untuk kebutuhan paling dasar (pertama), skema. Dalam memahami dunia mereka
yaitu kebutuhan jasmaniah, termasuk secara aktif, anak-anak menggunakan skema
keamanan dan pertahanan diri; tingkat kedua, (schema). Skema bisa merentang mulai dari
kebutuhan perhatian dan kasih sayang; tingkat skema sederhana (contohnya, seperti skema
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 7
seekor gajah) sampai skema kompleks (seperti kemampuan berpikir konkret dan mendalam,
skema tentang bagaimana terjadinya alam mampu mengklasifikasi dan mengontrol
semesta). Ditegaskan Piaget bahwa ada dua persepsinya. Pada tahap ini, perkembangan
proses yang bertanggungjawab atas cara anak kemampuan berpikir siswa sudah mantap,
menggunakan dan mengadaptasi skema kemampuan skema asimilasinya sudah lebih
mereka, yaitu asimilasi dan akomodasi. tinggi dalam melakukan suatu koordinasi
Asimilasi terjadi ketika seorang anak yang konsisten antar skema (Madjid, 2014:8).
memasukkan pengetahuan baru ke dalam Kemudian, pada usia 11 tahun hingga dewasa,
pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi peserta didik memiliki karakteristik
terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada perkembangan intelektual yang disebut tahap
informasi baru, yaitu anak menyesuaikan operasional formal. Pada tahap ini peserta
skema mereka dengan lingkungannya didik sudah mapu berpikir secara lebih
(Santrock, 2007:46). Kedua proses tersebut abstrak, idealistik, dan logis (Santrock,
apabila berlangsung secara terus-menerus 2007:47-48). Berdasarkan tahapan tersebut,
akan membuat pengetahuan lama dan siswa sekolah dasar kelas I-VI memiliki
pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan tingkatan intelektual operasional konkret dan
cara seperti itu anak secara bertahap dapat siswa kelas enam memiliki tingkatan
membangun pengetahuan melalui interaksi operasional formal (Madjid, 2014:8).
dengan lingkungan sekitarnya (Rusman, Di samping itu, kecenderungan peserta didik
2010:250).Dengan kata lain, proses belajar di SD/MI ketika belajar memunyai tiga
dapat berlangsung jika terjadi proses karakteristik yang menonjol yaitu: konkret,
pengolahan data yang aktif di pihak integratif, dan hierakhis. Dijelaskan secara
pembelajar. Pengolahan data yang aktif detail oleh Rusman (2010:251-252) ketiga hal
merupakan aktivitas lanjutan dari kegiatan tersebut sebagai berikut: pertama, konkret
mencari informasi dan dilanjutkan dengan maksudnya proses belajar beranjak dari hal-
kegiatan penemuan (Madjid, 2014:7). hal yang konkret dengan titik penekanan pada
Selaras dengan pendapat Piaget bahwa pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
kematangan biopsikologis seseorang memiliki belajar yang dapat dioptimalkan untuk
tingkatan-tingkatan, maka kematangan pencapaian proses dan hasil pembelajaran
biopsikologis peserta didik di SD/MI juga yang berkualitas bagi anak usia SD/MI.
bertingkat-tingkat. Tingkatan perkembangan Penggunaan lingkungan akan menghasilkan
intelektual peserta didik SD/MI merujuk pada proses dan hasil belajar yang lebih bermakna
pendapat Piaget memiliki ciri-ciri yaitu: tahap dan bernilai, karenasiswa dihadapkan dengan
pra-operasional (2-7 tahun), tahap berpikir peristiwa dan keadaan yang sebenarnya,
pra-konseptual (2—4 tahun) yang ditandai keadaan yang alami, sehingga lebih nyata,
dengan mulainya adaptasi terhadap simbol, lebih faktual, lebih bermakna, dan
mulai dan tingkah laku berbahasa, aktivitas kebenaranya lebih dapat
imitasi dan permainan. Kemudian pada tahap dipertanggungjawabkan.
berpikir intuitif (4-7 tahun) ditandai oleh Kedua, integratif maksudnya adalah
berpikir pralogis yaitu antara operasional memandang sesuatu yang dipelajari sebagai
konkret dengan prakonseptual. Pada tahap ini suatu keutuhan dan terpadu. Anak usia SD/MI
perkembangan ingatan peserta didik sudah belum mampu memilah-milah konsep dari
mulai mantap, tetapi kemampuan berpikir berbagai disiplin ilmu, hal ini
deduktif dan induktif masih lemah/belum menggambarkan cara berpikir deduktif.
mantap.Perkembangan intelektual siswa Dengan demikian, keterpaduan konsep tidak
sekolah dasar berada pada tahap operasional dipilah-pilah dalam berbagai disiplin ilmu,
konkret (7-11 tahun) yang ditandai oleh tetapi dikait-kaitkan menjadi pengalaman
8 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014
belajar yang bermakna (meaningful learning). emosi juga telah mulai belajar mengendalikan
Ketiga, hierakhis maksudnya adalah dan mengontrol ekspresi emosinya.
berkembang secara bertahap mulai dari hal- Sedangkan pada aspek moral, peserta didik
hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih SD/MI sudah dapat mengikuti peraturan atau
kompleks. Oleh karena itu, dalam hal ini tuntuntan dari orangtua atau lingkungannya ,
persoalanpersoalan seperti urutan logis, bahkan di akhir jenjang SD/MI juga mampu
keterkaitan antar materi pelajaran, dan memahami alasan yang mendasari suatu
cakupan keluasan materi pelajaran menjadi peraturan.
penting dan sangat perlu untuk diperhatikan.
Kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa KEBIJAKAN PEMBELAJARAN
sekolah dasar tersebut akan memengaruhi TEMATIK-TERPADU UNTUK SD/MI
seluruh kegiatan pembelajaran yang DALAM KURIKULUM 2013
diselenggarakan guru. Oleh karena itu, Kebijakan tentang penggunaan pendekatan
kegiatan pembelajaran pendidikan Sains, pembelajaran tematik-terpadu untuk SD/MI
Bahasa Indonesia, dan Budi Pekerti, serta terlahir seiring dengan kebijakan Kurikulum
mata pelajaran lainnya diarahkan pada 2013 untuk pendidikan dasar dan menengah.
pendekatan “meaningfullearning” yang Menurut Ridwan Abdullah Sani,
didasarkan kepada pengembangan pengembangan Kurikulum 2013 merupakan
kemampuan berpikir disesuaikan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan untuk
biopsikologis siswa yang hendaknya dijadikan menghasilkan lulusan yang kreatif dan
tolok ukur guru, baik dalam pengembangan mampu menghadapi kehidupan di masa yang
materi, strategi mengajar, pendekatan, media, akan datang (Sani, 2013:vii-viii). Hal serupa
maupun dalam melakukan evaluasi hasil juga diungkapkan Abdul Madjid,
belajar (Madjid, 2014:8). pengembangan Kurikulum 2013 adalah
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bagian dari strategi meningkatkan capaian
karakteristik perkembangan peserta didik di pendidikan. Di samping kurikulum, terdapat
SD/MI dapat dipilah menjadi dua macam sejumlah faktor di antaranya lama siswa
yaitu perkembangan pada aspek jasmaniah bersekolah; lama siswa tinggal di sekolah;
dan perkembangan pada aspek mental. Pada pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi;
aspek jasmaniah, peserta didik SD/MI telah buku pegangan dan peranan guru sebagai
memiliki kematangan sehingga mampu ujung tombak pelaksanaan pendidikan
mengontrol tubuh dan keseimbangannya. (Madjid, 2014:27-28).
Pada aspek mental yang meliputi Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya
perkembangan inteletual, bahasa, sosial, peningkatan dan keseimbangan antara
emosi, dan moral keagamaan , peserta didik kompetensi sikap(attitude),keterampilan(skil
SD/MI secara intelektual berada pada tahap l) dan pengetahuan(knowledge).Hal ini sejalan
perkembangan operasional konkret (kelas I-V) dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003
dan operasional formal (kelas VI), yang sebagaimana tersurat dalam penjelasan Pasal
memiliki kecenderungan belajar bersifat 35, yaitu kompetensi lulusan merupakan
konkret, integratif, dan hierarkhis. Dari aspek kualifikasi kemampuan lulusan yang
bahasa, mereka telah mampu membuat mencakup sikap, pengetahuan, dan
kalimat sempurna, bahkan kalimat majemuk, keterampilan sesuai dengan standar nasional
dan juga dapat mengajukan pertanyaan. Dari yang telah disepakati. Hal ini sejalan pula
aspek sosial, peserta didik di SD/MI mulai dengan pengembangan kurikulum berbasis
membentuk ikatan baru dengan teman sebaya kompetensi yang telah dirintis pada tahun
dan mulai mampu menyesuaikan diri sendiri 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
kepada sikap bekerjasama. Mereka secara
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 9
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
(Madjid, 2014:28). yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
Pengembangan kurikulum 2013 tidak terlepas kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
dari berbagai permasalahan yang dihadapi perkembangan fisik serta psikologis Peserta
oleh Kurikulum 2006 atau biasa dikenal Didik”.Kemudian secara lebih spesifik diatur
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Permendikbud RI No.67 Tahun 2013
yaitu sebagai berikut: pertama,konten tentang Kerangka Dasar dan Struktur
kurikulum masih terlalu padat yang Kurikulum Sekolah Dasar / Madrasah
ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran Ibtidaiyah pada lampirannya menyebutkan
dan banyak materi vang keluasan dan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan dengan
kesukarannya melampaui tingkat penyempurnaan pola salah satunya sebagai
perkembangan usia anak; kedua, kurikulum berikut,“Pola pembelajaran ilmu pengetahuan
belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai tunggal (monodiscipline) menjadi
dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
nasional; ketiga, kompetensi belum (multidisciplines)”. Sedangkan pada Bab III
menggambarkan secara holistik domain sikap, Poin E dalam lampiran Permendikbud RI
keterampilan, dan pengetahuan; keempat, No.67 Tahun 2013 ini disebutkan:
beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Sekolah
dengan perkembangan kebutuhan (misalnya Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dilakukan melalui
pendidikan karakter, metodologi pembelajaran pembelajaran dengan pendekatan tematik-
aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, terpadu dari Kelas I sampai Kelas VI.
kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam Matapelajaran Pendidikan Agama dan Budi
kurikulum; kelima, kurikulum belum peka dan Pekerti dikecualikan untuk tidak
tanggap terhadap perubahan sosial yang menggunakan pembelajaran tematik-terpadu.
terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun Dalam penjelasan Poin E Bab III lampiran
global; keenam, standar proses pembelajaran Permendikbud RI No.67 Tahun 2013
belum menggambarkan urutan pembelajaran diungkapkan pula bahwa maksud dari
yang rinci sehingga membuka peluang pendekatan tematik-terpadu yaitu pendekatan
penafsiran yang beranekaragam dan berujung pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai
pada pembelajaran yang berpusat pada guru; kompetensi dari berbagai matapelajaran ke
ketujuh, standar penilaian belum mengarahkan dalam berbagai tema.Pendekatan yang
kepada penilaian berbasis kompetensi (sikap, digunakan untuk mengintegrasikan
ketrampilan, dan pengetahuan) dan belum kompetensi dasar dari berbagai matapelajaran
tegas menuntut adanya remediasi secara yaitu intra-disipliner, interdisipliner, multi-
berkala; dan kedelapan, dengan KTSP disipliner, dan trans-disipliner. Integrasi intra-
memerlukan dokumen kurikulum yang lebih disipliner dilakukan dengan cara
rinci agar tidak menimbulkan multitafsir mengintegrasikan dimensi sikap,
(Madjid, 2014:28-29). pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu
Sementara itu,kebijakan bahwa kegiatan kesatuan yang utuh di setiap matapelajaran.
pembelajaran di SD/MI harus menggunakan Integrasi inter-disipliner dilakukan dengan
pendekatan pembelajaran tematik-terpadu ini menggabungkan kompetensi-kompetensi
didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 32 dasar beberapa matapelajaran agar terkait satu
Tahun 2013 Pasal 19 Ayat (1) yang dengan yang lainnya, sehingga dapat saling
menyebutkan, “Proses Pembelajaran pada memperkuat, menghindari terjadinya tumpang
satuan pendidikan diselenggarakan secara tindih, dan menjaga keselarasan pembelajaran.
interaktif, inspiratif, menyenangkan, Integrasi multi-disipliner dilakukan tanpa
menantang, memotivasi Peserta Didik untuk menggabungkan kompetensi dasar tiap
10 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014
--000--
Rusman, (2010). Model-Model
Pembelajaran: Mengembangkan
DAFTAR PUSTAKA Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali
Pers.
Ali, Mohammad. (2009).Pendidikan untuk Sani, Ridwan Abdullah (2013). Inovasi
Pembangunan Nasional. Bandung: Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Imperial Bhakti Utama. Santrock, John W. (2007). Psikologi
Fadjar, A. Malik. (1999).Madrasah dan Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta:
Tantangan Modernitas, Cet. II, Kencana Prenada Media Group.
Bandung: YASMIN Bekerjasama Suryadi, Ace, dan Dasim Budimansyah.
dengan Mizan. (2009). Paraigma Pembangunan
Gunawan, Rudy. (2013).Pendidikan IPS: Pendidikan Nasional: Konsep, Teori
Filosofi, Konsep dan Aplikasi, Cet. II. dan Aplikasi dalam Analisis Kebijakan
Bandung: Alfabeta. Publik. Bandung: Widya Aksara Press.
Karwati, Euis, dan Donni Juni Priansa. Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan
(2013). Kinerja dan Profesionalisme Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Kepala Sekolah: Membangun Sekolah Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
yang Bermutu. Bandung: Alfabeta. Trianto. (2012)Mengembangkan Model
La Iru dan La Ode Safiun Arihi. (2012). Pembelajaran Tematik, Cet. III. Jakarta:
Analisis Penerapan Pendekatan, Prestasi Pustakaraya.
Metode, Strategi, dan Model-Model Uno, Hamzah B., dan Mohamad, Nurdin
Pembelajaran.. Yogyakarta: Multi (2011). Belajar dengan Pendekatan
Presindo. Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan
Madjid, Abdul (2014).Pembelajaran Kreatif Efektif, Menarik , Cet. II.
TematikTerpadu. Bandung: Remaja Jakarta: Bumi Aksara.
Rosdakarya. Zamroni (2011).Dinamika Peningkatan Mutu.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Yogyakarta: Kalam Utama.
tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah
Permendikbud RI Nomor 67 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum
Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah