Anda di halaman 1dari 2

TR 9 PSIKOLOGI PENDIDIKAN

NAMA: WAHYU GUSNALDI SIMBOLON

NIM : 6211111022

KELAS : PJKR II A 2021

MEREVIEW FILM LASKAR PELANGI

Disini menceritakan kisah anak-anak dari Desa Belitung yang dikategorikan sebagai anak-anak miskin
di Belitung. Anak-anak tersebut tidak berhenti berusaha untuk memperbaiki masa depan mereka.
Mereka merupakan siswa SD Muhammadiyah, SD tertua di desa Belitung. Di sekolah ini terdiri dari
10 siswa, hingga tak lepas dari ancaman penutupan. Kesembilan siswa tersebut adalah Ikal, Lintang,
Mahar, A Kiong, Syahdan, Borek, Sahara, Kucai, Trepani, dan Harun. Ibu Muslimah, satu-satunya
guru di SD Muhammadiyah yang diperankan oleh Cut Mini, dan Pak Harfan, kepala sekolah SD
Muhammadiyah yang diperankan oleh Ikranagara, terus berupaya untuk mempertahankan SD
Muhammadiyah agar tidak tutup. Semula siswa di SD Muhammadiyah hanya berjumlah 9 siswa,
kemudian datanglah Harun, anak keterbelakangan mental yang menyelamatkan sekolah di saat
semua murid dan guru sudah gelisah dan khawatir sekolah akan ditutup. Setelah murid genap 10
siswa, sekolah dengan bangunan seadanya tersebut tetap diizinkan untuk beraktivitas seperti
sekolah pada umumnya.

Pemeran utama film Laskar Pelangi adalah Ikal. Siswa SD Muhammadiyah yang memiliki ketertarikan
besar pada dunia sastra. Ia gemar menulis puisi. Ada juga Lintang, siswa SD Muhammadiyah yang
menjadi siswa paling pintar di sekolah karena kejeniusannya. Ia merupakan anak nelayan miskin
yang bercita-cita menjadi ahli matematika. Ada satu siswa yang dikenal memiliki bakat dalam bidang
seni, yaitu Mahar. Ia yang menjadi pencetus ide saat sekolah berencana mengikuti perlombaan
semacam karnaval. Mahar memberikan ide untuk menari dengan aksesoris yang terbuat dari
tumbuhan langka di Belitung. Tumbuhan tersebut membuat gatal, sehingga mereka menari seperti
orang kesetanan, tetapi ide tersebut membuat SD Muhammadiyah dapat memenangkan lomba.
Hari-hari yang dilalui semakin mengukir kenangan, kebahagiaan, dan penuh dengan canda tawa.
Meski begitu, Lintang tetap berjuang dalam pendidikan. Ia rela menempuh jarak yang sangat jauh
untuk bisa sampai ke sekolahnya dengan menggunakan sepeda. Perjuangan Lintang untuk bisa
sampai ke sekolah harus melalui danau yang terdapat buaya di dalamnya. Kecerdasan Lintang
terbukti ketika ia, Ikal, dan Sahara mengikuti perlombaan cerdas cermat. Ketiga siswa tersebut bisa
mengalahkan Drs. Zulfikar, guru SD PN yang merupakan sekolah elit di Belitung. Lintang dan teman-
temannya membuktikan meskipun fasilitas terbatas, mereka tetap kerja keras dan menjadi siswa
yang pintar.

Sebagai film yang mengangkat cerita tentang pendidikan, Laskar Pelangi bukan hanya menghadirkan
potret pendidikan di desa, melainkan kisah persahabatan yang sangat erat dan kaya akan makna.
Suasana senang dan sedih sangat terasa, ketika Lintang berhasil memenangkan lomba cerdas
cermat, tetapi dalam waktu yang sama ia memutuskan untuk berhenti sekolah. Ada banyak konflik
yang terjadi dalam film ini. Dimulai saat waktu pendaftaran sekolah siswa yang daftar tidak
mencukupi batas minimum yang ditentukan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sumatera Selatan. Sehingga, apabila siswa yang mendaftar kurang dari 10 sisa maka sekolah
terpaksa ditutup. Hari pendaftaran tiba, jumlah siswa yang terdaftar baru sembilan orang. Di tengah
kecemasan, akhirnya Pak Harfan selaku kepala sekolah dan Bu Muslimah selaku guru, memutuskan
untuk penerimaan murid baru dibatalkan. Saat hendak memulai pidato, terlihat seorang Ibu datang
bersama anaknya, Harun, untuk mendaftar sebagai siswa di SD Muhammadiyah. Hari berlalu dan
berjalan dengan aktivitas sekolah pada umumnya. Lalu tiba waktunya SD Muhammadiyah mengikuti
karnaval. Meski sempat dipermasalahkan karena tidak memiliki dana, Bu Muslimah berkeras untuk
mengikutsertakan murid-muridnya. Dengan jiwa seni dan kejeniusan dari Mahar, mereka berhasil
mendapatkan piala kemenangan. Konflik yang paling membawa emosi penonton adalah ketika
lomba cerdas cermat. Dimana semula SD Muhammadiyah tertinggal angka saat melawan SD PN dan
SD Negeri. Saat soal matematika, mereka dapat mengejar skor yang tertinggal dan berhasil
memenangkan lomba cerdas cermat. Saat itu saya sebagai penonton turut merasakan kebahagiaan
atas kemenangan yang diraih SD Muhammadiyah. Selepas memenangkan cerdas cermat, Lintang
memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah karena ayahnya meninggal dunia dan ia harus
menjadi tulang punggung keluarga. Seketika kebahagiaan yang baru saja mereka dapatkan berubah
menjadi kesedihan yang teramat dalam. Ketika menontonnya, saya pun merasa sedih ketika siswa
sejenius Lintang terpaksa harus putus sekolah.

Anda mungkin juga menyukai