Anda di halaman 1dari 65

MANAJEMEN PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU

(STUDI KASUS DI MTs. NU HARUYAN KABUPATEN HULU


SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN)

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD RUBIL
NIM : 2019.85.20.0074
NIMKO : 2019.4.085.0120.1.000575
NIK : 6307012707010002
Dosen Pembimbing:
Faishol Ahmad, M.Pd.
Dr.Imaduddin, M.Pd.

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INTERNASIONAL
DARULLUGHAH WADDA’WAH
BANGIL
2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Fokus Penelitian

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Definisi Istilah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

B. Kajian Teori

1. Manajemen

2. Pengembangan

3. Kompetensi Guru

4. Madrasah

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

B. Kehadiran Peneliti

C. Lokasi Penelitian

D. Data dan Sumber Data

E. Teknik Pengumpulan Data

F. Analisis Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

ii
B. Penyajian Data

1. Perencanaan Pengembangan Kompetensi Guru Di MTs NU Haruyan

2. Pelaksanaan pengembangan kompetensi guru di MTs NU Haruyan


Kalimantan Selatan

3. Evaluasi Pengembangan Kompetensi Guru Di MTs NU Haruyan


Kalimantan Selatan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan

cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan perubahan sosial.

Perubahan ke arah kemajuan dan kesejahteraan hidup yang berkualitas.

Pendidikan bertanggung jawab atas terciptanya generasi bangsa yang

paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan negara yaitu

terwujudnya masyarakat indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan,

berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang didukung oleh manusia sehat, mandiri, beriman, bertakwa,

berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan,

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi

serta berdisiplin.1

Adapun komponen-komponen sekolah efektif menurut Lembaga

Pendidikan Negara Bagian Victoria Australia (State Government Victoria)

yang dinyatakan dalam model sekolah efektif yaitu: memiliki visi dan

tujuan,fokus pada tujuan pengajaran, harapan tinggi, memasyarakatkan

pembelajaran, akuntabilitas, lingkungan belajar yang merangsang dan aman,

1
Achmad Patoni, Dinamika pendidikan Anak. (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2014), hal. 42

1
2

Kepemimpinan profesional, fokus pada belajar dan mengajar.

Selanjutnya Edmond dalam Suparlan memberikan ciri keefektifan sekolah

yaitu :

1. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat (strong principal leadership).

2. Iklim sekolah yang aman dan kondusif (safe and conducive school

3. climate).

4. Penekanan pada penguasaan kecakapan dasar (emphasis on the

5. acquisition of basic skills).

Dalam buku Manajeman dan Kepemimpinan Kepala Sekolah yang

ditulis oleh Andang, Zazin (2012) mengemukakan tentang indikator sekolah

efektif dapat dilihat dari input, proses, dan output. Sementara indikator

tersebut, antara lain sebagai berikut :

a. Input. Input pendidikan meliputi, (1) memiliki kebijakan, tujuan, dan

sasaran mutu yang jelas. (2) sumber daya tersedia dan siap. (3) staf yang

kompeten dan berdedikasi tinggi. (4) memiliki harapan prestasi yang

tinggi.(5) fokus pada tujuan

b. Proses. Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki karakteristik proses

sebagai berikut. (1) proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi.

(2) kepemimpinan yang kuat. (3) lingkungan sekolah yang aman dan

tertib. (4) pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. (5) sekolah

memiliki kewenangan atau kemandirian. (6) partisipasi yang tinggi dari

warga sekolah dan masyarakat. (7) sekolah melakukan evaluasi dan


3

perbaikan secara berkelanjutan. (8) sekolah responsif dan antipatif

terhadap kebutuhan.

c. Output. Output sekolah yang diharapkan, yaitu prestasi sekolah yang

dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Output

berupa prestasi akademik, seperti SKHU yang tinggi, lomba karya ilmiah,

lomba bidang studi, maupun lainya. Pada tingkat prestasi non akademik,

misalnya kedisiplinan, kerajinan, prestasi olahraga, kesenian,

kepramukaan, dan juga akhlakul karimah2

Melihat daripada faktor-fakor yang berhubungan dengan keefektifan

sekolah atau madrasah diatas ada banyak sekali faktor yang berhubungan

dengan faktor keefektifan sekolah atau madrasah. Diantara faktor-faktor yang

banyak tersebut ialah faktor kepemimpinan kepala madrasah serta kinerja

tenaga pendidik yang mana kedua faktor tersebut adalah faktor yang sangat

vital terhadap kesuksesan madrasah.

Guru diyakini sebagai salah satu faktor dominan yang menentukan

tingkat keberhasilan peserta didik dalam melakukan proses belajar mengajar

di sekolah. Ujung tombak pelaksanaan pendidikan adalah guru di kelas.

Selama ini, ahli-ahli pendidikan telah menyadari bahwa kualitas pendidikan

sangat bergantung pada kualitas guru dan praktik-praktik pengajarannya. Ada

beberapa kemungkinan penyebab kurang optimalnya guru dalam mengajar,

antara lain, yaitu: pertama guru gagal memperbaiki strategi pembelajarannya.

Kedua guru tidak berusaha untuk memperbaiki cara pembelajarannya, ketiga

2
Andang, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta: ArruzMedia, 2014),
158-159
4

guru ingin berusaha untuk memperbaiki pembelajarannya tetapi tidak

mengetahui caranya, guru kurang profesional dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pendidik.

Pengembangan guru merupakan suatu kewajiban guna terciptanya

pembelajaran yang berkualitas. Hal ini dikarenakan untuk menjadi guru

profesional memerlukan waktu yang panjang. Selain melakukan

pengembangan yang dilakukan secara mandiri, pengembangan yang dilakukan

oleh institusi pendidikan sangatlah penting. Danim Sudarwan mengungkapkan

dalam bukunya bahwasanya “kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi

dapat dilakukan oleh institusi pemerintah, lembaga pelatihan (training

provider) non-pemerintah, penyelenggara, atau satuan pendidikan”.3

Kegiatan pembinaan dan pengembangan guru dalam kerangka

mengelola kelas untuk pembelajaran yang efektif, dilakukan atas dasar

prakarsa pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan,

asosiasi guru, guru secara pribadi dan lain-lain. Secara umum kegiatan

dimaksud untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru

dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran yang

berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar siswa.

Pembinaan dan pengembangan guru atas prakarsa institusi, seperti

pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding dan lain-lain

adalah penting. Namun, yang tidak kalah pentingnya adalah prakarsa personal

guru untuk menjalani proses profesionalisasi. Kegiatan PPPG idealnya

3
Danim, Sudarwan. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok, Edisi 2. (Jakarta: PT
Rineka Cipta Utama,2012). Hal. 10.
5

dilaksanakan secara sistematis dengan menempuh tahapan-tahapan tertentu,

seperti analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, mendesain program,

implementasi dan delivery program, dan evaluasi program ini berarti bahwa

kegiatan pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru secara

berkelanjutan harus dilaksanakan atas dasar pelaksanaan, dan evaluasi yang

sistematis4

Dari observasi yang dilakukan fakta yang didapatkan di MTs. NU

Haruyan Kalimantan Selatan bahwasanya di MTs. NU Haruyan selalu

berupaya mengembangkan kompetensi guru agar mampu berdaya saing

seiring perubahan zaman yang semakin maju dan kontemprer seperti

melaksanakan kegiatan workshop, diklat guru serta pelatihan dan pembinaan

gua memperdalam wawasan dan memperluas cakrawala keilmuan guru.

Hanya saja dalam menjelaskan tugasnya guru perlu lagi dikembangkan

kompetensinya. Masalah-masalah lainnya yang berkaitan dengan guru seperti

kurang memadainya kualitas guru, kesempatan pemberdayaan sumber daya

manusia kurang dipergunakan oleh para guru baik keikutsertaan untuk

mngikuti workshop, seminar, ataupun keterlibatan secara aktif untuk

mengikuti berbagai kegiatan ilmiah terutama pendalaman bidang materi

pelajaran yang ia kuasai. Akhirnya wawasan yang diberikan guru kepada para

siswa menjadi sempit dan hanya terbatas pada pengetahuan dan pengalaman

yang dimiliki oleh guru saja.

Melihat realita tersebut, manajemen pengembangan kompetensi guru di

MTs. NU Haruyan sangat menarik dan penting untuk diteliti. Ditinjau dari
4
Ibid.Hal 20
6

latar belakang masalah diatas, peneliti menentukan topik yaitu

MANAJEMEN PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DI MTs. NU

HARUYAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN

SELATAN

B. Fokus Penelitian

Dari latar belakang diatas maka diambil beberapa fokus penelitian,

yaitu:

1. Bagaimana perencanaan pengembangan kompetensi guru di MTs. NU

Haruyan?

2. Bagaimana pelaksanaan pengembangan kompetensi guru di MTs NU

Haruyan?

3. Bagaimana evaluasi pengembangan kompetensi guru di MTs NU Haruyan?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dibuat maka dapat diketahui tujuan

daripada penelitian ini ialah :

1. Untuk mengetahui perencanaan pengembangan kompetensi guru di MTs

NU Haruyan.

2. Untuk mengetahui pelaksanaaan pengembangan kompetensi guru di MTs

NU Haruyan.

3. Untuk mengetahui evaluasi pengembangan kompetensi guru di MTs NU

Haruyan.
7

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ditinjau dari

segi teoritis dan praktis.

1. Secara Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

dalam bidang pendidikan khususnya dalam pengembangan kompetensi

guru di madrasah.

2. Secara Praktis

Bagi Kepala madrasah, sebagai data atau bahan dalam pengembangan

kompetensi guru dan memberikan sumbangan pemikiran tentang

pentingnya fungsi pengembangan kompetensi guru sebagai penunjang dan

membantu proses pengelolaan pendidikan agar dapat berjalan efektif dan

efisien.

E. Definisi Istilah

1. Manajemen: adalah suatu ilmu juga seni untuk membuat orang lain mau

dan bersedia berkerja untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan

bersama oleh sebab itu manajemen memerlukan konsep dasar pengetahuan,

kemampuan untuk menganalisis situasi, kondisi, sumber daya manusia

yang ada dan memikirkan cara yang tepat untuk melaksanakan kegiatan

yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.5

2. Pengembangan: Usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran, baik

secara materi maupun metode dan subtitusinya. Secara materi, artinya dari
5
Winda sari, “Penerapan Fungsi Manajemen Dalam Pengelolaan Pepustakaan” Jurnal Imu
Informasi Kepustakaan dan Kearsipan”, Volume 1 Nomor 1, edisi September 2012, hal. 41
8

aspek bahan ajar yang disesuaikan dengan perkembangan pengetahuan,

sedangkan secara metodologis dan subtansinya berkaitan dengan

pengembangan strategi pembelajaran, baik secara teoritis maupun praktis.6

3. Kompetensi Guru: Suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru

meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, proses berfikir, penyesuaian

diri, sikap dan nilai-nilai yang dianut dalam melaksanakan profesi sebagai

guru.7

4. Madrasah: adalah lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah, baik

yang mengajarkan ilmu agama Islam dan ilmu umum, maupun ilmuilmu

umum yang berbasis ajaran Islam.8

6
Hamdani Hamid, Pengembangan Sistem Pendidikan di Indonesia, (Bandung : Pustaka
Setia,2013), hlm. 125.
7
Ramaliya “Pengembangan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran” Bidayah: Studi Ilimu-Ilmu
Keislaman, Volume 9, No. 1, Juni 2018 Hal.5
8
Abuddin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam Dan Institusi Pendidikannya (Jakarta: Rajawali
Press, 2012), hlm. 204
9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama oleh Saudari Mutiara Tri Murni dengan judul

“Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru PAI Di MTS Al.Ikhlas Korajim

Kecamatan Dolok Merawan Kabupaten Serdang Bedagai 9” Hasil penelitian ini

terkait tentang pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI, yakni : 1)

Guru PAI sudah cukup baik dalam menguasai kompetensi pedagogik 2)

Kepala sekolah dan Guru PAI bekerja sama dalam pengembangan kompetensi

pedagogik Guru PAI dengan melakukan pelatihan keguruan, seperti seminar,

workshop, MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) dan lainnya. 3)

Hambatan-hambatan guru PAI dalam proses pengembangan kompetensi

pedagogik, seperti latar belakang guru, penghasilan guru, sarana dan prasarana

yang tidak memadai.

Persamaan pada penelitian ini ialah sama-sama meneliti kompetensi

guru. Adapun perbedaannya ialah pada penelitian ini ia meneliti langkah-

langkah pengembangan kompetensi pedagogik guru sedangkan penelitian ini

meneliti pengembangan kompetensi guru.

Penelitian Kedua oleh Saudari Ismi Hidayati dengan judul “Peningkatan

Kompetensi Pedagogik Guru Di MI Ma’arif NU Pesawahan Rawalo

9
Mutiara Tri Murni, Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru PAI Di MTs Al-Ikhlas Korajim
Kec. Dolok Merawan Kab. Serdang Bedagai (Skripsi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara, 2017), h. 14
10

Banyumas”10 Persamaan pada penelitian ini sama-sama meneliti kompetensi

guru. Perbedaan penelitian ini adalah pada penelitian terdahulu meneliti

langkah-langkah pengembangan kompetensi pedagogik guru sedangkan pada

penelitian ini meneliti pengembangan kompetensi guru.

B. Kajian Teori

1. Manajemen

a. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah suatu ilmu juga seni untuk membuat orang lain

mau dan bersedia berkerja untuk mencapai tujuan yang telah

dirumuskan bersama oleh sebab itu manajemen memerlukan konsep

dasar pengetahuan, kemampuan untuk menganalisis situasi, kondisi,

sumber daya manusia yang ada dan memikirkan cara yang tepat untuk

melaksanakan kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.11

Pengertian Manajemen adalah suatu rangkaian proses yg meliputi

kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,

evaluasi dan pengendalian dalam rangka memberdayakan seluruh

sumber daya organisasi/ perusahaan, baik sumberdaya manusia (human

resource capital), modal (financial capital), material (land, natural

resources or raw materials), maupun teknologi secara optimal untuk

mencapai tujuan organisasi/ perusahaan.12


10
Ismi Hidayati, Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Di MI Ma’arif NU Pesawahan Rawalo
Banyumas, (Skripsi Pendidikan Guru Madrasah IAIN Purwokerto Hidayatullah, 2016)
11
Winda sari, “Penerapan Fungsi Manajemen Dalam Pengelolaan Pepustakaan” Jurnal Imu
Informasi Kepustakaan dan Kearsipan”, Volume 1 Nomor 1, edisi September 2012, hal. 41
12
Ismail Solihin, Pengantar Manajemen, Erlangga, Jakarta, 2012, hal. 12
11

Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni. Mengapa disebut demikian,

Sebab antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu

ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari sejak lama, dan telah

diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan didalamnya

menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen, gejalagejala ini lalu

diteliti dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam

bentuk prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam bentuk suatu teori.

Sedangkan manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa

di dalam mencapai suatu tujuan diperlukan kerja sama dengan orang

lain, nah bagaimana cara memerintahkan kepada orang lain agar orang

lain agar mau bekerja sama. Pada hakekatnya kegiatan manusia pada

umumnya adalah mengatur (managing) untuk mengatur disini

diperlukan suatu seni, bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan

untuk mencapai tujuan bersama.13

b. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen menurut Luther Gullick antara lain:

1) Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah proses penyusunan dan penetapan tujuan dan

bagaimana menempuhnya atau proses identifikasi kemana anda akan

menuju dan bagaimana cara anda menempuh tujuan tersebut. Tujuan

(objective) adalah hasil-hasil spesifik yang seorang akan capai. Selain

13
Ibid. Hal.10
12

“objective” istilah lain yang bisa dipakai adalah “goal”. 14

perencanaan mempunyai beberapa manfaat, diantaranya:

a) Membantu organisasi untuk mencapai fokus kemudian mengontrol

proses. Sebuah organisasi yang mempunyai fokus tentu

mengetahui apa yang terbaik untuk dilakukan, mengetahui

kebutuhan para pelanggan, dan mengetahui bagaimana memberi

servis terhadap mereka.

b) Mengembangkan fleksibilitas, membuat orang menyadari

perubahan apa yang perlu dilakukan. Sebuah organisasi yang

memiliki fleksibilitas akan berjalan secara dinamis dengan

pandangan ke depan. Ia siap dan sanggup mengadakan perubahan

dalam rangka meresponsi dan mengantisipasi problema-problema

dan peluang yang sedang muncul.

c) Memberikan peluang terhadap pengembangan koordinasi didalam

organisasi, sehingga jelas siapa berbuat apa. Semua subsistem

yang ada dengan aneka ragam tujuan (objective)-nya dapat ditata

dan dikoordinir sehingga satu sama lain saling meunjang dan

membantu sekaligus tidak saling menghalangi15

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah memilih tugas-tugas apa saja yang harus

dikerjakan, siapa yang mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas

tersebut dikelompokkan, siapa yang melapor kepada siapa, dan kapan

14
Amirullah “Pengantar Manajemen” (Jakarta:Mitra Wacana Media,2015) h.8.
15
Ibid Hal.37-39.
13

serta dimana putusanputusan harus dibuat16Pengorganisasian berarti

seorang manajer mengoordinasikan sumberdaya manusia serta

sumberdaya bahan yang dimiliki organisasi bersangkutan agar

pekerjaan rapi dan lancar. Jelasnya makin terpadu dan terkoordinasi

tugas-tugas sebuah organisasi, akan semakin efektiflah organisasi itu.

c. Unsur Unsur Manajemen

Manajemen memiliki unsur-unsur yang saling terkait satu sama lain,

yaitu:

1) Manusia

Manusia merupakan sarana penting dan utama dalam setiap

manajemen untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berbagai

kegiatan seperti yang terdapat dalam fungsi manajemen memerlukan

adanya sumber daya manusia untuk menjalankannya.

2) Uang

Uang selalu dibutuhkan dalam perusahaan, mulai dari pendirian

perusahaan, proses produksi, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu,

uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa

agar tujuan yang diinginkan tercapai. Kelancaran atau

ketidaklancaran proses manajemen sedikit banyak dipengaruhi oleh

pengelolaan keuangan.

3) Metode

16
Ibid hal.44
14

Metode sangat penting agar kegiatan dapat berjalan secara efektif

dan efisien. Manusia dihadapkan pada berbagai alternatif metode cara

dalam menjalankan pekerjaan sehingga cara yang dilakukannya dapat

menjadi sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan.

4) Bahan-Bahan Perlengkapan

Bahan-bahan/perlengkapan dianggap sebagai alat atau sarana

manajemen, karena dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia

menggunakan bahan-bahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

5) Mesin-Mesin

Mesin memegang peranan penting dalam proses produksi setelah

terjadinya revolusi industri. Perkembangan teknologi yang semakin

pesat, menyebabkan penggunaan mesin semakin menonjol. Hal ini

karena banyaknya mesinmesin baru yang ditemukan oleh para ahli

sehingga memungkinkan peningkatan dalam produksi.

6) Pasar

Pasar merupakan tempat kita memasarkan produk yang telah

diproduksi. Pasar sangat dibutuhkan dalam suatu perusahaan. Pasar

tersebut berupa masyarakat (pelanggan) itu sendiri. Tanpa adanya

pasar suatu perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Oleh karena

itu perusahaan harus memikirkan manajemen pasar (pemasaran) yang

baik, agar distribusi produk dapat berjalan dengan lancar dan sesuai

dengan apa yang diharapkan.

7) Informasi
15

Informasi sangat dibutuhkan dalam suatu perusahaan, baik

informasi apa yang sedang populer, disukai, dan terjadi di

masyarakat. Adanya informasi tersebut dapat membantu perusahaan

dalam menganalisis produk yang akan dan telah dipasarkan17

2. Pengembangan

a. Definisi Pengembangan

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan

teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan melalui

pendidikan dan latihan. Pengembangan adalah suatu proses mendesain

pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk

menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses

kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan kompetensi peserta

didik18

Maka pengembangan pembelajaran lebih realistik, bukan sekedar

idealisme pendidikan yang sulit diterapkan dalam kehidupan.

Pengembangan pembelajaran adalah usaha meningkatkan kualitas

proses pembelajaran, baik secara materi maupun metode dan

subtitusinya. Secara materi, artinya dari aspek bahan ajar yang

disesuaikan dengan perkembangan pengetahuan, sedangkan secara

17
Hasibuan “Manajemen SDM” (Jakarta:Bumi Aksara,2012) h.3
18
Hasibuan Malayu “Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta:Bumi Aksaa, 2013), h. 24
16

metodologis dan subtansinya berkaitan dengan pengembangan strategi

pembelajaran, baik secara teoritis maupun praktis19

Pengembangan adalah suatu sistem pembelajaran yang bertujuan

untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian

peristiwa yang dirancang untuk mempengaruhi dan mendukung

terjadinya proses belajar yang bersifat internal atau segala upaya untuk

menciptakan kondisi degan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai20

Berdasarkan pengertian pengembangan yang telah diuraikan yang

dimaksud dengan pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan

potensi yang ada menjadi sesuatu yang lebih baik dan berguna

sedangkan penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau

langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk atau

menyempurnakan produk yang telah ada menjadi produk yang dapat

dipertanggung jawabkan.

3. Kompetensi Guru

a. Definisi Kompetensi Guru

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,

nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak. Mc Ashan mengemukakan bahwa kompetensi adalah

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh


19
Hamdani Hamid, Pengembangan Sistem Pendidikan di Indonesia, (Bandung : Pustaka
Setia,2013), h. 125.
20
Gagne, R.M., Briggs, L.J & Wager, W.W. (2013). Principles of Instruction Design. Hal.256
17

seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat

melakukan perilakuperilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan

sebaik-baiknya21

Lebih lanjut mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap

suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk

menunjang keberhasilan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi

mencakup tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan

untuk menunjang keberhasilan.22

Sedangkan menurut UndangUndang No. 14 Tahun 2005, pasal 1 ayat

10 tentang Guru dan Dosen, kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati

dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan. Sehingga kompetensi guru merupakan suatu

kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru meliputi aspek

pengetahuan, keterampilan, proses berfikir, penyesuaian diri, sikap dan

nilai-nilai yang dianut dalam melaksanakan profesi sebagai guru.23

b. Jenis-Jenis Kompetensi Guru

21
E. Mulyasa (2012) Manajemen Pneididikan Krakter Jakarta:PT.Bumi Aksara Hal.27
22
Ibid. Hal.3
23
Mulyasa, (2013) Pengembangan dan Implementasi Kurikulum, Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya. Hal.12
18

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen

pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

a. Kompetensi Pedagogik

Pedagogik dimaknai sebagai sebuah pendekatan pendidikan

berdasarkan tinjauan psikologis anak. Muara dari pendekatan ini

adalah dalam rangka membantu siswa melakukan proses

pembelajaran. Kompetensi pedagogik merupakan seperangkat

kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu maupun seni mengajar

Rumusan kompetensi ini, sejalan dengan Standar Nasional

Pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 pasal 28, ayat 3 yang menyebutkan bahwa kompetensi

adalah kemampuan mengelola proses pembelajaran yang meliputi

pemahaman terhadap peserta didik, perancangan serta pelaksanaan

proses pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan

peserta didik dalam mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

Sedangkan Depdiknas menyebut kompetensi ini dengan

kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat

dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar,

kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar

mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.

b. Kompetensi Kepribadian
19

Keperibadian merupakan suatu masalah yang abstrak, hanya dapat

dilihat melalui penampilan, tindakan, ucapan, dan cara berpakaian

seseorang. Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda.

Kompetensi keperibadian merupakan suatu performansi pribadi

(sifat-sifat) yang harus dimiliki seorang guru.Sedangkan menurut

pasal 28 ayat 3 butir b Standar Nasional Pendidikan menyebutkan

bahwa kompetensi ini merupakan kemampuan kepribadian yang arif,

stabil, berwibawa, dewasa, berakhlak mulia serta menjadi teladan

peserta didik.

Beberapa kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh

seorang guru meliputi; kepribadian yang utuh, kemampuan

mengaktualisasikan diri, dapat berkomunikasi dengan orang lain dan

mampu mengembangkan profesi. Jadi kemampuan kepribadian

menyangkut jati diri seseorang guru sebagai pribadi yang baik,

bertanggung jawab, dan terbuka sekaligus mempunyai pengetahuan

tentang perkembangan peserta didik dan memiliki kemampuan

memperlakukan mereka secara individual.

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk

memahami dirinya sendiri yang tidak terpisahkan dari masyarakat

sekaligus mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat

dan warga negara. Kompetensi ini menyangkut kemampuan

berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungannya.


20

Mulyasa menyatakan bahwa tujuh kompetensi sosial yang harus

dimiliki seorang guru agar mampu berkomunikasi dan bergaul secara

efektif, meliputi :

1) Pengetahuan tentang adat istiadat, baik sosial maupun agama.

2) Pengetahuan tentang budaya.

3) Pengetahuan tentang demokrasi.

4) Memiliki apresiasi serta kesadaran sosial.

5) Memiliki sikap yang baik terhadap pengetahuan dan pekerjaan.

6) Setia kepada harkat dan martabat manusia24

d. Kompetensi Profesional

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan

materi pelajaran secara luas dan mendalam. Surya mengemukakan

kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan

agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional.

Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam

bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta

metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa

kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.25

c. Aspek-Aspek Kompetensi Guru

24
E. Mulyasa (2013) Standar Komepetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Hal.28
25
Ramayulis “Profesi Dan Etika Keguruan. (Jakarta:Kalam Mulia 2013) h..90
21

Dalam kompetensi harus terdapat banyak aspek mengenai

penguasaan materi. Menurut Sanjaya menjelaskan dalam kompetensi

sebagai tujuan terdapat beberapa aspek, yaitu26:

a. Aspek Pengetahuan (Knowledge)

Merupakan kemampuan yang berkaitan dalam bidang kognitif.

Seorang guru mengetahui teknik-teknik untuk mengidentifikasi

kebutuhan siswa dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat

sesuai dengan kebutuhan siswa.

b. Aspek Pemahaman (Understanding)

Yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu. Guru

bukan hanya sekedar tahu tentang teknik mengidentifikasi siswa, tapi

juga memahami langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses

identifikasi tersebut.

c. Aspek Kemahiran (Skill)

Yaitu kemampuan individu untuk melaksanakan secara praktik

tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kemahiran

guru dalam menggunakan media dan sumber pembelajaran dalam

proses belajar mengajar di dalam kelas.

d. Aspek Nilai (Value)

Yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu.

Nilai inilah yang selanjutnya akan menuntun setiap individu dalam

26
Wina Sanjaya. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. Hal.32
22

melaksanakan tugas-tugasnya. seperti nilai kejujuran, nilai

kesederhanaan, nilai keterbukaan dan lain-lain.

e. Aspek sikap (Attitude)

Yaitu pandangan individu terhadap sesuatu. Seperti sikap senang

atau tidak senang, suka atau tidak suka. Sikap ini erat kaitannya

dengan nilai yang dimiliki individu, artinya mengapa individu

bersikap demikian? Itu disebabkan karena nilai yang dimilikinya.

f. Aspek Minat (Interest)

Merupakan kecenderungan individu untuk melakukan suatu

perbuatan. Minat adalah aspek yang dapat menentukan motivasi

seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu.

d. Pentingnya Kompetensi Dalam Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan

yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar.

Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien,

maka guru mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam

mengantarkan peserta didiknya mencapai tujuan yang diharapkan.

Sudah selayaknya guru mempunyai berbagai kompetensi yang

berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Dengan kompetensi

tersebut, maka akan menjadikan guru profesional, baik secara akademis


23

maupun non akademis. Masalah kompetensi guru merupakan hal

penting yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan

apapun. Guru yang terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi

yang baik dan mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat.

Kompetensi guru sangat penting dalam rangka penyusunan

kurikulum. Ini dikarenakan kurikulum pendidikan haruslah disusun

berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Tujuan, program

pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi, dan sebagainya, hendaknya

direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi

guru secara umum. Dengan demikian diharapkan guru tersebut mampu

menjalankan tugas dan tanggungjawab sebaik mungkin27

Dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa,

kompetensi guru berperan penting. Proses belajar mengajar dan hasil

belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan

isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi

guru yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang

berkompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar

para siswa berada pada tingkat optimal.28

4. Madrasah

a. Pengertian Madrasah

Kata madrasah terjemahan dari istilah sekolah dalam bahasa Arab

Madrasah merupakan isim makan dari darasa, yang berarti "tempat


27
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: UPI, 2017) hlm.12.
28
Ibid. hlm.123
24

duduk untuk belajar”. Pengertian yang biasa orang awam gunakan untuk

madrasah adalah lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah, baik

yang mengajarkan ilmu agama Islam dan ilmu umum, maupun ilmu-

ilmu umum yang berbasis ajaran Islam.

Madrasah yang fokus pada pelajaran agama 100% biasa disebut

madrasah diniyah. Madrasah diniyah kebanyakan berdiri di lingkungan

pesantren salaf (tradisional murni) dan di daerah-daerah, biasanya

diprakarsai oleh alumni pondok pesantren salaf yang ingin mendidik

anak-anak bangsa dengan kekayaan tradisi intelektual klasik. Di dalam

madrasah ini, biasanya dipakai kitab kuning yang meliputi pelajaran

Tauhid, Bahasa Arab, Fiqh, Ushul Fiqh, Hadis, Tafsir, dan Tasawuf.

Pada masa kini, model madrasah ini termasuk langka. Sedangkan,

madrasah yang mengajarkan materi umum kebanyakan adalah madrasah

formal yang ijasahnya diakui negara untuk kelanjutan studi ke jenjang

yang lebih tinggi. Madrasah inilah yang menjadi fenomena umum di

banyak tempat, baik di lingkungan pesantren atau masyarakat muslim

pada umumnya.29

Istilah madrasah ini sekarang telah menyatu dengan istilah sekolah

atau perguruan tinggi (terutama dalam Islam). Jadi dapat dikatakan

bahwa madrasah atau sering disebut sekolah adalah sebuah institusi, di

mana institusi sekolah itu sebenarnya dapat dilihat dari dua penampilan

utama, yaitu pertama, wajah atau profil fisikal, yakni kondisi gedung

29
Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Melahirkan Madrasah Unggulan (Jogjakarta: Diva Press, 2013), 19-
20.
25

sekolah dan fasilitas lainnya. Kedua, kegiatan, kiprah, atau kinerja

sekolah, yang antara lain dapat dikenali dari ragam kegiatan sekolah.

Kegiatan sekolah meliputi:

a) Kegiatan manajemen, organisasi, administrasi, dan kebijakan sekolah

b) Proses belajar-mengajar

c) Kegiatan ekstrakurikuler dan fasilitas pendukungnya, serta

d) Jalinan hubungan dan kerja sama sekolah dengan keluarga dan

masyarakat.30

Selain sebagai institusi pendidikan formal, sekolah atau madrasah

juga termasuk lembaga nonprofit yang tidak bisa terlepas dalam iklim

yang kompetitif sekarang ini, sulit bagi organisasi untuk bertahan hidup

dengan baik jika tidak memiliki kemampuan untuk mengubah diri

dengan cepat dan mampu berkembang seiring dengan berbagai tuntutan

stakeholder. Itulah yang dapat menyebabkan lembaga pendidikan harus

mengetahui berbagai harapan dan kebutuhan stakeholder, di mana

sekolah/madrasah harus mampu menentukan terlebih dahulu siapa-siapa

yang menjadi stakeholder-nya. Bahkan lebih jauh dari itu, madrasah

juga harus mampu mengidentifikasi siapa yang menjadi stakeholder

potensialnya. Kondisi ini diperlukan karena tidak setiap organisasi

memiliki produk/layanan yang dapat atau cocok diperuntukkan bagi

semua orang. Oleh karena itu, setiap organisasi harus mengetahui

sasaran utama dari produk/layanan yang diberikannya

b. Sejarah Madrasah
30
Suparlan, Manajemen Berbasis Sekolah (Yogyakarta: Hikayat Publising, 2017), 26.
26

Dalam konteks Indonesia, madrasah mulai lahir pada awal abad ke-

20, tepatnya tahun 1905, yaitu Madrasah Mambaul Ulum di Kerajaan

Surakarta, berdekatan dengan waktu berdirinya Madrasah Diniyah Labai

al-Yunusiyah di Sumatera. Kemudian, madrasah pun berkembang di

Sumatera dan Jawa.

Di Sumatra sendiri, berdiri Madrasah at-Tawalib yang didirikan oleh

Syaikh Abdul Karim Amrullah di Padang Panjang (1907). Kemudian,

rintisan tersebut diteruskan dengan berdirinya Madrasah Nurul Iman

yang dilahirkan oleh H. Abdul Somad di Jambi dan Madrasah Adabiyah

(1908) yang didirikan serta dikelola Syaikh Abdullah Ahmad.

Di Sumatra Barat, berdiri Madrasah Adabiah School (1909) dan

Diniyah School Labai al-Yunusi (1915). Pada tahun 1910, berdiri

Madrasah School di Batusangkar yang dikomandani oleh Syaikh M.

Taib Umar, kemudian pada tahun 1918 M, Mahmud Yunus mendirikan

Diniyah School sebagai lanjutan dari Madrasah School.

Madrasah kemudian lahir dari basis-basis ormas, misalnya NU dan

Muhammadiyah, seperti berdirinya Madrasah Nahdlatul Ulama di Jawa

Timur, Madrasah Muhammadiyah di Yogyakarta, Madrasah Tasywiq

Thullab di Jawa Selatan, Madrasah Persatuan Umat Islam di Jawa Barat,

Madrasah Jam’iyat Khoir di Jakarta, Madrasah Amiriah Islamiyah di

Sulawesi, dan Madrasah Assulthaniyyah di Kalimantan.31

31
Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Melahirkan Madrasah Unggulan (Yogyakarta:Diva Press,2013), 22-
25.
27

Madrasah di tanah Jawa berkembang sejak tahun 1912 dengan model

madrasah-pesantren NU dalam bentuk Awwaliyah, Ibtidaiyah,

Tsanawiyah, Muallimin Wustha, dan Muallimin Ulya (mulai 1919).

Pada tahun 1912, Muhammadiyah mendirikan Madrasah Plus dengan

sistem pendidikan modern ala Belanda dan pendidikan keagamaan

sebagai basis dasarnya, dinamai Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah,

Muallimin, Muballighin, dan Diniyah AI-lrsyad (1913) juga mendirikan

Madrasah Awwaliyah, Ibtidaiyah, Tajhiziyah, Muallimin dan Tahassus.

Madrasah yang berkembang pesat membuat penjajah khawatir.

Berbagai kebijakan dikeluarkan, misalnya menetapkan madrasah

sebagai sekolah liar dan peraturan pelarangan berdirinya madrasah

untuk menekan pertumbuhannya. Namun, pada kenyataannya, madrasah

tetap eksis dan terus bertambah di pelosok-pelosok nusantara sebagai

alat perjuangan mencerdaskan bangsa Indonesia. Kesadaran besar warga

untuk membangun pendidikan yang murah dan terjangkau mendorong

mereka untuk terus mengembangkan madrasah, meskipun statusnya

termarginalkan.

Berdirinya madrasah di Indonesia lahir sebagai respons, bahkan

sebagai tandingan terhadap pendidikan modern yang dikelola

pemerintah kolonial Belanda. Kebijakan mereka sangat diskriminatif

dalam bidang pendidikan.

Pendidikan yang bermutu hanya diberikan Belanda kepada

bangsanya sendiri dan kepada bangsa-bangsa lain yang menjadi basis


28

pendukungnya, seperti para sultan, bupati, wedana, camat, lurah yang

mendukung kebijakannya. Sedangkan, rakyat secara umum, khususnya

umat Islam, tidak mendapatkan pendidikan yang berkualitas.32

32
Dr. Umar Siddiq “ Manajemen Madrasah: (Ponorogo, CV Nata Karya, 2018) Hal 16
29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ialah suatu metode yang digunakan

untuk menemukan pengetahuan terhadap subjek penelitian pada suatu saat

tertentu33

Djam’an satori mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan

karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat

dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja,

formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang

beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambargambar, gaya-gaya, tata

cara suatu budaya, model fisik suatu artefak dan lain sebagainya.34

Penelitian kualitatif merupakan multi metode yang fokus, melibatkan

interpretasi, pendekatan alamiah pada materi subjek. Ini berarti bahwa

penelitian kualitatif studi segala sesuatu dalam setting alamiah mereka,

berusaha mengerti dan menginterpretasi, fenomena dalam pengertian sesuai

arti masyarakatnya.

Menurut Sugiyono, penelitan deskriptif kualitatif adalah metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)


33
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Press Grup, 2013), 10.
34
Aan Komariah dan Dajam’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta,
2013), hlm. 23
30

dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

generalisasi.35

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga

harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian

yang selanjutnya terjun kelapangan

Hadirnya peneliti dalam lokasi yang ditelitinya merupakan suatu keharusan

pada metode kualitatif. Peneliti datang langsung ke lokasi penelitian di MTs

NU Haruyan Kalimantan Selatan untuk melakukan penelitian di lapangan,

melihat serta mengikuti kegiatan secara langsung dengan berdasarkan kode

etik tertentu.

Selain itu, peneliti diharapkan dapat membangun hubungan yang akrab

dengan lingkungan sumber data penelitian agar mempermudah jalannya

pengambilan data penelitian dan mendapatkan informasi yang lebih valid

tentang objek penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs NU Haruyan, lokasi penelitian ini tepatnya

berada di Jalan. Jl. Sungai Gatal, Haruyan Seberang, Kec. Haruyan,

Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

35
Sugiyono “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RnD” Bandung:Alphabet,2019) h.18
31

D. Data dan Sumber Data

Pengumpulan data merupakan proses mengidentifikasi dan mengoleksi

informasi yang dilakukan oleh peneliti, sesuai dengan tujuan penelitian.

Pengumpulan data penelitian tidak jarang menjadi sesuatu yang melelahkan

dan kadang-kadang sulit bagi peneliti karena berbagai faktor. Banyak waktu,

tenaga, biaya, dan pikiran yang dibutuhkan oleh seorang pengumpul data, jika

ia harus mendatangi banyak orang dari rumah ke rumah, , dari dari satu tempat

ke tempat lain yang berjauhan dalam satu wilayah tertentu (kecamatan,

kabupaten, propinsi) untuk mengumpulkan data.

Sumber data penelitian ini terdiri primer dan sekunder, perinciannya

sebagai berikut :

1. Sumber data primer (utama)

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data

asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data

primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang

dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain

observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion) FGD dan

penyebaran kuesioner. .Maka sumber data tersebut meliputi : Pimpinan

MTs NU Haruyan, TU MTs NU Haruyan beserta beberapa staf pengajar

melalui wawancara dan pengamatan langsung ke lokasi.


32

2. Sumber data sekunder (tambahan)

Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti

dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data

sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik

(BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain. Pemahaman terhadap kedua

jenis data di atas diperlukan sebagai landasan dalam menentukan teknik

serta langkahlangkah pengumpulan data penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik, diantaranya :

1. Observasi

Observasi ialah pengamatan dengan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik

pengumpulan data apabila:

a. sesuai dengan tujuan penelitian

b. direncanakan dan dicatat secara sistematis, dan

c. dapat dikontrol keadaannya (reliabilitasnya) dan kesahihannya

(validitasnya).
33

2. Wawancara

Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung atau percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara

antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.

Maka peneliti disini mengumpulkan data-datanya dengan mewawancarai

pihak-pihak yang berkaitan dengan MTs NU Haruyan secara langsung.

Supaya wawancara tersebut terarah maka peneliti menyiapkan pertanyaan

terlebih dahulu yang telah disiapkan sebelum terjun ke lokasi dan juga tidak

memakan waktu banyak untuk memikirkan pertanyaan ketika kehadiran

peneliti di lokasi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan

mencatat data-data yang sudah ada. Metode ini lebih mudah dibandingkan

dengan metode pengumpulan data yang lain. Teknik pengumpulan data

dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui

dokumen-dokumen.
34

Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung

merupakan data sekunder, sedangkan data-data yang dikumpulkan dengan

teknik observasi dan wawancara cenderung merupakan data primer atau

data yang langsung didapat dari pihak pertama.

Peneliti menggunakan dokumentasi untuk mengumpulkan data yang

berupa surat resmi, laporan, media, kliping, agenda dan lain lain yang

dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses yang terus menerus dilakukan dalam riset

observasi partisipan). Data atau informasi yang diperoleh dari lokasi penelitian

akan dianalisis secara kontiniu setelah dibuat catatan lapangan untuk

menemukan tema budaya atau makna perilaku subjek penelitian.

Proses analisis data pada penelitian ini mencakup tiga komponen utama

yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Menurut Berg dalam penelitian kualitatif dipahami bahwa data kualitatif

perlu direduksi dan dipindahkan untuk membuatnya lebih mudah diakses

dipahami dan digambarkan dalam berbagai tema dan pola. Jadi reduksi data

adalah lebih memfokuskan, menyederhanaan dan memindahkan data

mentah ke dalam bentuk yang lebih mudah dikelola.

Tegasnya reduksi adalah membuat ringkasan, mengkode, menelusuri

tema, membuat bagian, penggolongan dan menulis memo. Kegiatan ini

terus berlangsung sampai laporan akhir lengkap tersusun.


35

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian data berbentuk teks naratif diubah menjadi berbagai

bentuk jenis matriks, grafiks, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang

guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang

padu dan mudah diraih sehingga peneliti dapat mengetahui apa yang terjadi

untuk menarik kesimpulan. Penyajian data merupakan bagian dari proses

analisis.

3. Menarik Kesimpulan / Verifikasi

Setelah data disajikan yang juga dalam rangkaian analisis data, maka

proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verikasi data. Dalam

tahap analisis data, seorang peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-

benda mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi

yang mungkin, alur sebab akibat dan prosisi. Kesimpulan pada tahap

pertama bersifat longgar, tetap terbuka dan skeptis, belum jelas kemudian

meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.

Proses verifikasi dalam hal ini adalah tinjauan ulang terhadap catatan

lapangan, tukar pikiran dengan teman sejawat untuk mengembangkan

kesepakatan intersubjektivitas. Jadi setiap makna budaya yang muncul diuji


36

kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni merupakan

validitasnya.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Usaha untuk meningkatkan derajat kepercayaan dinamakan keabsahan data.

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk

menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada peneliti kualitatif yang

mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan bagian atau unsur yang tak

terpisahkan dari pengetahuan penelitian kualitatif. Dengan kata lain, apabila

peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat,

sesuai dengan teknik pemeriksaan keabsahan data yang ditetapkan maka

penelitiannya akan dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi.

1. Kredibilitas

Kepercayaan merupakan teknik yang dilakukan oleh peneliti untuk

memberikan derajat kepercayaan akan data yang diproleh peneliti. Pada

dasarnya kepercayaan data dilakukan dengan cara :

a. keikutsertaan peneliti dalam objek penelitian

b. ketekunan pengamatan dalam memperoleh data

c. melakukan trianggulasi.

Kepercayaan digunakan untuk menjamin keabsahan data dari purposive

sampling yang dilakukan pada responden/informan. Adapun usaha untuk

membuat sebuah penelitian itu lebih terpercaya yaitu dengan cara :


37

a. Keterikatan yang lama, peneliti melaksanakan dengan tidak tergesa-gesa

sehingga pengumpulan informasi dan data akan fokus penelitian akan

diperoleh secara sempurna.

b. Ketekunan pengamatan terhadap strategi-stragi oleh pimpinan MTs NU

Haruyan dalam pelaksanaan tugas dan kerjasama oleh para staf dilokasi

penelitian untuk memperoleh informasi yang terpercaya.

c. Melakukan triangulasi, yaitu informasi yang diperoleh dari beberapa

sumber diperiksa ulang dan juga antara data wawancara dengan data

pengamatan dan dokumen. Triangulasi yang banyak dilakukan adalah

pengecekan terhadap sumber lainnya. Dalam hal ini triangulasi terhadap

data yang diperoleh dapat dilakukan dengan membandingkan data

wawancara dengan data observasi atau pengkajian dokumen yang terkait

dengan subjek dan fokus penelitian.

d. Mendiskusikan dengan teman sejawat yang tidak berperan serta dalam

penelitian, sehingga penelitian akan mendapat masukan dan saran dari

orang lain.

2. Transferabilitas

Seorang peneliti hendaknya memberi gambaran secara jelas terkait latar

penelitian, sehingga memberi transferability dengan cara memperkaya

deskripsi tentang konsteks dan fokus penelitian. Dengan demikian peneliti

bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya. Untuk

keperluan itu peneliti harus melakukan penelitian mendalam .

3. Dependabilitas
38

Merupakan subsitusi irriabilitas dalam penelitian yang non kualitatif

reabilitas ditunjukan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Dua atau

beberapa kali pengulangan studi, jika dalam suatu kondisi yang sama, maka

dikatakan reabilitasnya tercapai. Hal tersebut menjadi sulit karena untuk

mencari kondisi yang benar-benar sama adalah sukar. Di samping itu juga

bisa terjadi ketidak percayaan pada instrumen penelitian, namun kekeliruan

yang dibuat instrumen jelas tidak mengubah keutuhan kenyataan yang

diteliti. Juga tidak mengubah adanya desain yang muncul dari data dan tidak

pula mengubah pandangan dan hipotesis kerja yang bermunculan.

4. Konfirmabilitas

Kepastian berasal dari konsep objektivitas, menu. Pada penelitian

kualitatif menetapkan objektivitas adalah kesepakatan antara subjek.

Pemastian sesuatu data objektif atau tidak bergantung pada persetujuan

beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan pertemuan seseorang tapi

disepekati oleh beberapa orang maka barulah data tersebut dikatakan

objektivitas. Selain dari kesepakatan bersama terhadap sesuatu yang dapat

menyatakan data tersebut objektif, masih ada lagi unsur yang terkait yaitu

unsur kualitas. Hal tersebut jika sesuatu objektivitas berarti dapat dipercaya,

faktual dan dapat dipastikan. Sebaliknya jika sesuatu subjektivitas berarti

tidak dapat dipercaya atau melenceng. Pengertian terakhir inilah yang

dijadikan tumpuan pengalihan pengertian objektivitas subjektivitas terjadi

kepastian.
39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

1. Sejarah Singkat dan Letak Geografis MTs. NU Haruyan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan tentang sejarah

singkat berdirinya MTs NU Haruyan ini. Untuk kepala sekolah di madrasah

ini sudah ada beberapa kali pergantian kepala sekolah yang pertama adalah

Bapak Nonci, kedua Bapak Asmari saudara dari Bapak Safran, ketiga

Bapak Safran dan terakhir Bapak Drs. Silahuddi Hafizi. S.Pd anak dari

Bapak Safran. Penulis juga menanyakan tentang sejarah awal berdirinya

Madrasah ini kepada bapak Silahuddi Hafizi, beliau mengatakan tidak tahu

bagaimana asal mulanya sejarah singkat berdirinya karena tidak sempat

menanyakan hal tersebut sedangkan kepala sekolah sebelumnya sudah

meninggal. Jadi data yang diperoleh penulis hanya data tentang letak

georafis, yakni MTs NU Haruyan terletak di Jl. H.M. Thahir No. 30, Desa

Runtayan, Kecamata Haruyan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi

Kalimantan Selatan. Berdasarkan SK MTs NU Haruyan didirikan pada

tahun 1978. Madrasah Tsanawiyah ini terletak sangat strategis berada di

sekitar permukiman penduduk. Adapun batas-batasnya, sebagai berikut

Sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk.

a. Sebelah barat berbatasan dengan Sekolah Dasar (SD) dan TK

b. Sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk


40

c. Sebelah utara berbatasan dengan Puskesmas

2. Visi dan Misi MTs. NU Haruyan

Adapun visi MTs NU Haruyan adalah: “Mencetak generasi Islam

yang cerdas, beriman dan berakhlak mulia serta Qur’ani”.

Sedangkan misi MTs NU Haruyan adalah:

“MelaksanakanPembelajaran yang bermutudanberkualitas”.

a. Melaksanakan Pembelajaran yang bermutu dan berkualitas

b. Memberikan Ilmu Pengetahuan Agama dan Umum dan melatih serta

membiasakan peserta didik untuk berprilaku akhlak mulia.

c. Dan membiasakan peserta didik untuk selalu membaca dan

mengamalkan Alquran dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tujuan MTs NU Haruyan

a. Terwujudnya Pembelajaran yang bermutu dan berkualitas.

b. Tersalurkannya Ilmu Pengetahuan Agama dan Umum dan melatih

serta membiasakan peserta didik untuk berprilaku akhlak mulia.

c. Terwujudnya peserta didik untuk selalu membaca dan mengamalkan

Alquran dalam kehidupan sehari-hari.

4. Profil Madrasah , Kepala Madrasah, Tenaga Kerjadan Keadaan Tanah

di MTs Nu Haruyan Kalimantan Selatan

a. Profil Madrasah

NSM : 121263070012

NPSN : 30315375

Nama Madrasah : MTs NU Haruyan


41

Status Madrasah : Swasta

Waktu Balajar : Pagi

NPWM : 00.825.368.4-733.000

Jalan / Kampung : Jl. H.M. Thahir No. 30

Provinsi : Kalimantan Selatan

Kabupaten/Kota : Hulu Sungai Selatan

Kecamatan : Haruyan

Desa/Kelurahan : Haruyan Seberang

KodePos : 71363

TitikKoordinat : -2.688950115,347502

Geografis Wilayah : DataranRendah

Alamat email : mtsnuhryn@gmail.com

No. SKPendirian : P.0/3/424/VII b/54

Tanggal SK Pendirian : 03/01/1945

SK Ijin Operasional : E.0/3/424/VIII b/78

Tanggal SK Ijin : 03/01/1978

Status Akreditasi :B

No. SK Akreditasi : 029/BAP-SM/PROP

Tanggal SK Akreditasi : 11/11/2011

BerakhirAkreditasi : 11/11/2016

b. Kepala Madrasah

NamaLengkap : Drs. H.Silahuddin Hafizi, S.Ag


42

JenisKelamin : Laki-laki

Status Kepegawaian : PNS

NIP : 196805251998031007

Pendidikan : S1

Status Sertifikasi : Sudah Sertifikasi

Nomor HP : 081351152997

c. Keadaan Tanah

Status Tanah : Hak Milik Yayasan

LuasTanah : 4650 m2

d. Tenaga Pendidik

Kepala : 1 orang

Wakamad kurikulum : 1 orang

Wakamad peserta didik : 1 orang

Wakamad Humas : 1 orang

Wakamad sarana Prasarana : 1 orang

Tata Usaha : 3 orang Guru

Pengajar : 40 orang

Kepala Perpustakaan : 1 orang

Pustakawan : 2 orang

Pengelola UKS : 1 orang

Pengelola Koperasi : 1 orang


43

Penjaga Sekolah : 1 0rang

5. Sarana dan Prasarana MTs Nu Haruyan’

Tabel 4.1 Jumlah Dan Kondisi Bangunan

Tabel 4.2 Sarana Dan Prasarana Pembelajaran


44

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Pendukung Lainnya

Tabel 4.4 Jumlah Pendaftar

Tabel 4.5 Keadaan Peserta didik


45

Tabel 4.6 Pendidikan dan Tenaga Pendidik

Tabel 4.7 Keadaan Guru danJabatannya


46

B. Penyajian Data

1. Perencanaan Pengembangan Kompetensi Guru Di MTs NU Haruyan

Perencanaan pengembangan kompetensi guru di MTs NU Haruyan

yang peneliti telah terjun lapangan melalui teknik wawancara, observasi

dan dokumentasi dan didapatkan hasil tentang bagaimana perencanaan

pengembangan kompetensi guru yang diuraikan sebagai berikut :

Bentuk perencanaan pengembangan guru di SD Islam Mohammad

Hatta Malang ialah melalui pengadaan guru dan tenaga kependidikannya,

pengadaan guru dan tenaga kependidikan melalui beberapa langkah-


47

langkah yakni kegiatan penentuan atau analisis kebutuhan, rekruitmen,

seleksi, dan pengangkatan. Adapun perinciannya ialah:

a. Analisis Kebutuhan dan Penentuan

Kebutuhan guru baru di MTS NU Haruyan melihat kebutuhan

madrasah jika madrasah membutuhkam guru faroid maka guru yang

dibutuhkan juga guru faroid.

Penentuan guru baru di MTS NU Haruyan di sesuaikan dengan

kebutuhan sekolah. Dalam menentukan guru baru, perhitungannya

didasarkan pada jumlah guru yang ada dan beban kerjanya,

kemungkinan dilihat dari ketersediaan formasi, jumlah siswa baru dan

jumlah guru.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Mujahidin selaku TU

MTs Nu Haruyan mengungkapkan bahwasanya :

“kita menganalisis terlebih dahulu kebutuhan SDM yang


diperlukan itu ada berapa baru nantinya disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga pendidik atau guru. Adapun proses
penerimaannya biasanya calon tenaga pendidik sudah
mencalonkan dan sudah mengajukan lamarannya ke
madrasah meskipun tidak ada lowongan kita sudah ada
lamaran-lamaran yang tertumpuk agar nantinya suatu saat
kitu membutuhkan tenaga pengajar kita tidak perlu membuka
lowongan lagi cukup menghubungi nomor mereka saja lalu
kita adakan wawancara, ujian tertulis, ujian mengajar dan
juga dites dalam mengaji”

Diketahui bahwasanya tidak adanyatesbagi para calon guru yang

melamar karena tidak dibuka lowongan pekerjaan setiap tahunya,


48

penerimaan lowongan pekerjaan di buka dengan melihat kebutuhan

madrasah.

b. Seleksi Dan Menarik Tenaga Pendidik Baru

Cara menarik tenaga pendidik baru di MTs Nu Haruyan yakni dengan

mengajukan terlebih dahulu ke yayasan untuk pengadaan tenaga

pendidik, sebagaimana yang diungkapkan oleh Pak Silahuddin selaku

Kepala MTs NU Haruyan :

“Merekrut tenaga pendidik di madrasah ini berdasarkan


kebutuhan madrasah, jadi ketika madrasah membutuhkan
tenaga pendidikn, maka diajukanlah kepada yayasan untuk
pengadaan tenaga pengajar dengan spesifikasi yang telah
ditentukan”

Proses perekrutan tenaga pengajar di MTs NU Haruyan biasanya

dilakukan dengan melihat kebutuhan akan tenaga pengajar, jika tidak

membutuhkan maka tidak ada perekrutan tenaga pengajar. Dan proses

perekrutan guru bermula dengan melakukan penguguman di media

sosial dan mengambil surat lamaran yang diupload didalamnya. Dengan

persyaratan pendidikan minimal S1, sehat jasmani maupun rohani,

berprilaku baik, berwawasan luas dan mau bekerja sama dalam

meningkatkan madrasah. Sebagaimana Bapak Mujahidin selaku TU

Madrasah menuturkan bahwasanya :

“Tata cara perekrutan ialah dengan memberitahu informasi


pembukaan tenaga pendidikan di media sosial serta
menyiapkan tempat untuk mengupload file lamaran yang
telah kita sediakan, karakteristik persyaratan yang kita terima
minimal pendidikan S1, sehat jasmani dan rohani dan siap
49

bekerja sama dengan kita dalam meningkatkan MTs NU


Haruyan”

c. Pengangkatan dan Penugasan

Pengangkatan tenaga pendidik baru merupakan tindakan selanjutnya

dari proses perekrutan dan seleksi. Setelah diketahui hasil tes dan seleksi

maka bagi para calon tenaga pengajar yang telah memenuhi persyaratan

dan telah dipanggil oleh pihak madrasah proses pengangkatan tenaga

pengajar baru mendapatkan wewenang dari yayasan yang dilihat dari

hasil nilai tertinggi.

Pengangkatan tenaga pengajar baru di MTs NU Haruyan dilakukan

dengan melalui beberap tahap, sebagaimana Pak Mujahidin menuturkan:

“Tahap awal bagi tenaga pengajar yang telah dinyatakan


lulus tes dan telah diangkat sebagai guru di MTs NU Haruyan
dia bekerja sebagai guru magang terlebih dahulu selama
kurang lebih 4 bulan. Selama masih berstatus guru magang ia
masih dalam penilaian adapun aspek-aspek penilaiannya
ialah kemampuan bekerjasama, karakteristik kepribadian,
keterampilan, luasnya wawasan, kreatif dalam melaksanakan
tugas-tugas. Setelah selali menjadi guru magang maka ia naik
sebagai guru uji coba yakni selama kurang lebih tiga tahun
lalu setelah ia berhasil melewati tahap kedua ini maka ia
diangkat menjadi tenaga pengajar tidak tetap dan setelahnya
jika ia berhasil lagi barulah ia diangkat sebagai tenaga
pengajar tetap”
Perencanaan yang dilakukukan dalam pengembangan kompetensi

gurunya dintaranya dengan menganalisis kebutuhan guru terlebih dahulu

melalui rapat pada setiap minggunya yang diadakan di madrasah

setelahnya menentukan program pengembangan yang sesuai dengan

kebutuhan yang dibutuhkan oleh tenaga pengajar.


50

Sebagaimana Bapak Silahuddin selaku pimpinan MTs NU Haruyan

mengungkapkan:

“rutinan kita adalah melakukan evaluasi kerja mingguan


kemudian kita juga mengadakan evaluasi dalam apa saja
yang dibutuhkan baik itu mencakup sarana-prasarana yang
disiapkan untuk membantu proses belajar-mengajar maupun
mencakup gurunya. Dengan mengikutkan mereka kepada
workshop atau pelatihan diluar untuk meningkatkan
kemampuan mereka serta menjadikan wawasan mereka lebih
luas”.
Kepala Madrasah berperan dalam merencanakan pengembangan

kompetensi guru dan juga dibantu oleh wakil madrasah baik itu wakil

kurikulum, wakil kesiswaan dan juga tata usaha) itu diketahui dari

bagaimana kepala madrasah selalu mengkordinasikan tugasnya dengan

para wakil-wakilnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pak Jailani

selaku Wakil Kurikulum :

“Wakil kurikulum berperan bagaimana membuat program


pengembangan tenaga pengajar karena fokusnya disitu,
bagaimana konten materi yang diberikan kepada para siswa
menarik dan mudah dipahami oleh mereka.”
Adapun upaya lain yang dilakukan oleh Kepala Madrasah dalam

pengembangan kmpetensi guru ialah dengan membentuk tim supervisor

yang bertugas untuk mengntrol guru serta menilainya dalam

melaksanakan tugas pokok mereka. Sebagaimana Bapak Silahuddin

selaku Kepala Madrasah mengungkapkan :

“Upaya pengembangan guru yang ada di madrasah ini ialah


dengan mengadakan tim supervisor yang terdiri dari Kepala
Madrasah sebagai pimpinan dan Wakil Madrasah guna
memanage serta mengontrol kinerja daripada tenaga
pengajar”
51

Senada dengan yang diungkapkan Bapak Mujahidin selaku TU

Madrasah yang mengungkapkan bahwasanya :

“Dalam mensupervisi tenaga pengajar ada tim yang terdiri


dari pemimpin yaitu Kepala Madrasah itu sendiri, saya
sebagai wakil yang difungsikan untuk mengontrol tenaga
pengajar”
Setelah melakukan tahapan perencanaan dan melaksanakan program

pengembangan semaximal mungkin, dan pada akhirnya pelaksanaan

program harusla dievaluasi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan

pada program pelaksanaan tersebut. Sebagaimana Bapak Silahuddin

menyampaikan :

“Dalam menjaga eksistensi madrasah sebagai lembaga


pendidikan yang bermutu maka kami pun melakukan evaluasi
secara berkelanjutan demi perkembangan kompetensi guru,
kemajuan siswa serta kemajuan madrasah”

“Maka dapat diketahui bahwa pada tiap akhir dari program


pengembangan dilakukanlah evaluasi agar tau hasil dari
pengembangan yang dilaksanakan dan untuk merencanakan
program pengembangan yang lebih bermutu di generasi
selanjutnya”
Maka setelah dipaparkan beberapa pemaparan diatas beserta konteks

wawancaranya dapat diketahui, bentuk perencanaan pengembangan

kompetensi guru melalui penentuan atau analisis kebutuhan tenaga

pengajar, rekrut dan seleksi bagi calon guru yang baru serta penugasan

mereka.
52

2. Pelaksanaan pengembangan kompetensi guru di MTs NU Haruyan

Kalimantan Selatan

Bentuk pendidikan dan pelatihan-pelatihan profesi tenaga pengajar

yang dilakukan dengan berorientasi pada adanya tuntutan untuk

mengembangkan kualitas pendidikan secara umum. Upaya untuk

pengembangan kompetensi guru terdapat beberapa program yang

dilaksanakan oleh MTs NU Haruyan sebagai berikut:

a. Pengembangan tenaga pengajar melalui supervisi pendidikan

Supervisi pendidikan ialah pembinaan yang berupa bimbingan atau

tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan

peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.

Pengembangan tenaga pengajar melalui supervisi pendidikan yang

ada di MTs NU Haruyan dilaksanakan melalui beberapa cara sebagaii

berikut ini:

1) Kunjungan Kelas

Teknik ini dilakukan baik dari pihak pimpinan, wakil dan

pengawas, cara yang dilakukan dengan mengunjungi kelas-kelas

tertentu untuk melihat tenaga pengajar saat proses belajar mengajar

bersama tenaga didiknya. Kunjungan ini biasa dilaksanakkan satu

semester dua kali. Selain melihat proses belajar-mengajar juga

melihat proses administrasi kelengkapan belajar mengajar.

Sebagaimana Bapak Silahuddin mengungkapkan sebagai berikut :

“Mengunjungi kelas-kelas yang kami adakan tidak saya


realisasikan sendirian melainkan menguaskan kepada wakil
53

saya juga dan staf pengajar lainnya yang senior untuk


membantu saya melaksanaan supervisi, dengan itu akan
kelihatan kekuatan guru tersebut menguasai di mana dan
kelemahannya dimana, kemudian dilakukanlah pembinaan
dengan menghadirkan mereka di workshop atau daurah yang
ada diluar Madrasah. Supervisi semacam ini kita lakukan
dalam satu semesternya sebanya dua kali”

2) Pembinaan rutin

Pembinaan rutin yang biasa dilaksanakan dua kali dalam satu

buannya yaitu setiap hari ahad. Kegiatan ini wajib dihadiri oleh

tenaga pengajar dengan tujuan pembinaan yang rutin dilakukan untuk

mengetahui problematika yang dihadapi pada tenaga pengajar agar

pimpinan kepala madrasah dapat memberikan solusi terhadap

problematika yang terjadi. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak

Jailani selaku wakil kurikulum :

“Pembinaan rutin tenaga pengajar di sekolah sini biasa


dilaksanakan dua kali dalam satu bulan setiap hari ahad.
Dengan ini pimpinan dapat mengetahui permasalahan yang
ada”

Pimpinan kepala madrasah pun selalu menuturkan nasehat kepada

tenaga-tenaga pengajar yang ada dimadrasah dengan mengatakan :

“Jangan jadikan mengajar itu beban bagi kalian, jadikan


mengajar itu sebagai perantara kita untuk mencari ridho allah
dan rasulnya”

b. Pengembangan tenaga pengajar melalui pemberian motivasi kerja

Tenaga pengajar yang memiliki semangat kerja yang tinggi dan

disiplin akan bekerja secara produktif dan efisien dan akan

menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari hasil kerjanya dalam rangka

mencapai visi misi lembaga pendidikan.


54

Karenanya bentuk pengembangan tenaga pengajar melalui motivasi

di MTs NU Haruyan ialah dngan melakukan motivasi kerja, pimpinan

selalu memberikan motivasi bagi tenaga pengajarnya dalam proses

belajar mengajar baik ketika rapat maupun saat aktivitas lain.

Sebagaimana Bapak Suhaimi sebagai salah satu guru di MTs NU

Haruyan mengungkapkan:

“Seringkali kita mendapatkan motivasi dari pimpinan


madrasah terlebih lagi jika ada program kerja terbaru, dan
untuk pengembangan kompetensi guru, beberapa tenaga
pengajar memang kami perintahkan untuk ikut dalam
program pelatihan pengembangan seperti seminar dan
workshop dan jika ada yang ingin menyempurnakan
pendidikannya ppun kami persilahkan selama tidak
menganggu jadwal mengajar di madrasah”

Memang MTs NU Haruyan tidak memberikan kepada tenaga

pengajar biaya untuk melanjutkan pendidikannya, dengan disepensasi

waktu yang diberikan Kepala Madrasah itu lah menunjukkan dukungan

Pimpinan MTS NU Haruyan akan pengembangan kompetensi guru.

Bapak Mujahidin mengatakan dalam wawancara yang kami lakukan

dengannya :

“Semenjak kepemimpinan Pak Silahuddin MTs NU Haruyan


sering kali mengadakan pelatihan. Karena Pak Silahuddin
memiliki banyak channel diluar sana dalam bidang apapun.
Baik itu matematika, IT, Jaringan dan lain sebagainya yang
dengan hal tersebut beliau dengan mudah mendatangkan
narasumber langsung ke MTs NU Haruyan. Walaupun
sebagian besar dilakukan diluar madrasah”

Dari sini dapat diambil kesimpulan keberhasilan seorang guru atau

tenaga pengajar sangatlah bergantung dengan pemimpinnya. Jika

pimpinannya layaknya seorang singa maka bawahannya pun akan


55

menjadi pemberani seperti singa pula. Pemimpin yang berkualitas akan

menghasilkan tenaga pengajar yang berkualitas pula. Dan sebaliknya

pemimpin yang tidak berkualitas pun akan sangat berpengaruh terhadap

kualitas tenaga pengajar.

3. Evaluasi Pengembangan Kompetensi Guru Di MTs NU Haruyan

Kalimantan Selatan

Kegiatan evaluasi pengembangan tenaga pengajar merupakan suatu

cara untuk menilai keberhasilan atau tidaknya suatu pelatihan yang

diberikan oleh tenaga pengajar tersebut. Dalam pelaksanaannnya suatu

kegiatan pelatihan dilaksanakan evaluasi bertujuan untuk mengetahui

kualitas kinerja guru dari pengembangan yang difasilitasi oleh madrrasah.

Adapun evaluasi pengembangan yang ada di MTs NU Haruyan

Kalimantan selatan ialah melalui evaluasi, tanggapan serta penilaian

melalui rapat mingguan yang telah disusun melalui supervisi pembelajaran.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Silahuddin selaku pimpinan

madrasah :

“Cara evaluasi pengembangan tenaga pengajar melalui rapat


mingguan yang kita laksanakan serta dengan supervisi
pembelajaran terkait dengan kemampuan dasar tenaga
pengajar. Yang menilai kinerja tenaga pengajar adalah saya
sendiri”

Supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh pimpinan madrasah

dalam menilai kinerja tenaga pengajar yaitu dengan cara mengunjungi

proses belajar mengajar dikelas-kelas dikesempatan itu juga kepala

madrasah juga menilai kedisiplinan pengajar dalam mengajar serta menilai


56

sisi kelengkapan perangkat belajar mengajar. Sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Bapak Silahuddin selaku kepala madrasah :

“Teknik kami melakukan revisi ialah dengan mengunjungi


kelas-kelas. Yang mana hal tersebut saya lakukan ditemani
bersama tenaga pengajar yang sudah senior turun dan ikut
serta melaksanakan supervisi. Dengan itu kami mengetahui
tentang kekurangan-kekurangan yang terjadi ketika proses
belajar mengajar, kelebihan dan kekurangan guru dalam
mengajar, kemampuan mereka masing-masing. Sehingga
kami mengetahui nilai lebih dari mereka”

Pimpinan MTs NU Haruyan Kalimantan selatan menilai keberhasilan

peengajar dari proses pengembangan dan juga dilihat dari keberhasilan dan

prestasi yang diraih oleh siswanya. Siswa yang berprestasi dalam

pendidikannya maka menjadi tolak ukur berhasilnya guru tersebut dalam

mendidiknya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Mujahidin

selaku TU madrasah :

“Yang kami nilai daripada berhasil atau tidaknya sang guru


mengajar ialah dilihat dari prestasi yang diraih oleh siswa
yang dididik oleh guru tersebut. Karena tidak diragukan lagi
apa yang diterima siswa dan apa yang dimilikinya sebagian
besar berasal dari pendidikan gurunya”

Evaluasi merupakan suatu kegiatan dan aktivitas yang penting

dilaksanakan karena evaluasi berfungsi memperbaiki kekurangan yang ada

di madrasah serta berfungsi untuk mengetahui keberhasilan yang

didapatkan. Dan juga evaluasi bertujuan untuk menilai berhasil atau

tidaknya kegiatan yang dilaksanakan, juga untuk mengetahui kemampuan

tenaga pengajar dan dapat dijadikan dasar perencanaan untuk melakukan

suatu program pengembangan.


57

Selanjutnya dalam mengevaluasi tenaga pengajarnya di MTs NU

Haruyan Kepala madrasah melihat keadaan lingkungan diluar madrasah.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Mujahidin selaku TU

madrasah :

“Kami mengevaluasi tenaga pengajar di madrasah sini


dengan melihat situasi dan lingkungan dari luar madrasah
terlebih dahulu, dan baru nantinya melihat keadaan realita
yang ada di madrasah”

Dan juga bentuk evaluasi pengembangan kompetensi guru yang

dilakukan kepala madrasah ialah dengan memberikan skor dan nilai

terhadap tenaga pengajar. Dan masing-masing dari mereka yang mencapai

nilai tertinggi akan diberikan apresiasi dari pemimpinnnya dan disaksikan

orang banyak. Sebagaimana Bapak Silahuddin mengungkapkan :

“Kami memberikan skor serta nilai terhadap kinerja guru


terutama dalam proses belajar mengajar, dan nilai tertinggi
diantara mereka akan kami umumkan dalam acara yang kami
adakan secara bulanan dan akan dipanggil serta diberi
apresiasi dihadapan halayak ramai. Guna untuk
menyenangkan hatinya serta memberi rasa semangat kepada
guru-guru yang lainnya untuk berlomba-lomba dalam
kebaikan dan kesempurnaan mengajar”

Sebagaimana telah diketahui bersama dengan adanya apresiasi

terhadap kinerja kerja atau seni yang dimiliki seseorang akan meningkatkan

kecintaannya terhadap kinerja kerja yang ia miliki, mengembangkan

kemampuan yang ada serta dapat menambah pengalaman baru sebagai

bekal untuk mengembangkan karya dan prestasi di masa yang akan datang.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan daripada hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan pengembangan kompetensi guru yang ada di MTs NU

Haruyan ialah dengan pengadaan guru dengan mengadakan analisis

kebutuhan dan penentuan, seleksi dan menarik tenaga pendidik baru serta

pengangkatan dan penugasan.

2. Pelaksanaan pengembangan kompetensi guru di MTs NU Haruyan

Kalimantan Selatan ialah dengan pengembangan tenaga pelajar melalui

supervisi pendidikan yang meliputi kunjungan kelas dan pembinaan

rutin, selain itu pelaksanaan pengembangan juga dilakukan dengan

pemberian motivasi kerja.

3. Evaluasi pengembangan kompetensi guru di MTs NU Haruyan ialah

dengan melakukan penilaian dan rapat mingguan yang telah disusun

melalui supervisi pembelajaran dan melihat keadaan lingkungan diluar

madrasah.

B. Saran

1. Meningkatkan lagi evaluasi yang telah dilaksanakan sebelumnya agar

kinerja yang ada lebih efektif dari sebelumnya.

2. Terus pertahankan apresiasi terhadap kinerja tenaga pengajar agar

memberikan motivasi terhadap yang lain dan memberi semangat kepada

mereka.

58
59

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid (2015) Perencanaan Pembelajaran. Bandung:Remaja Rosdakarya

Achmad Fatoni (2014) Dinamika Pendidikan Anak. Jakarta: PT.Bina Ilmu

Azhar Arsyad (2013), Pokok-Pokok Manajemen. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Suparlan (2018) Membangun Sekolah Efektif. Yogyakarta:Hikayat

Andang (2014) Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Yogyakarta :


Aruzz Media

Danim Sudarwan (2012) Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok .


Jakarta : PT Rineka Cipta

Drs Salim & Drs. Syahrum (2012) Metode Penelitian Kualitatif.


Bandung:Citapustaka Media

Dr.Eri Barlian (2016) Metodologi Kualitatif dan Kuantitatif. Padang:Sukabina


Press

Faisal Hendra (2017) Kemampuan Berbahasa Arab Siswa Madrasah Aliyah.


Jakarta:Gunung Persada Press

Ismail Sholihin (2012) Pengantar Manajemen. Jakarta:Erlangga

Silahuddin Ma’mur (2013) Kiat Melahirkan Madrasah Unggulan.


Jogjakarta:Diva Press

Hamdani Hamid (2013) Pengembangan Sistem Pendidikan Di Indonesia.


Bandung:Pustaka Setia

Hardani (2020) Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:Pustaka


Ilmu

Gagne, R.M., Briggs, L.J & Wager, W.W. (2013). Principles of Instruction
Design
60

Winda sari, “Penerapan Fungsi Manajemen Dalam Pengelolaan Pepustakaan”


Jurnal Imu Informasi Kepustakaan dan Kearsipan”, Volume 1 Nomor 1,
edisi September 2012

Ramaliya “Pengembangan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran” Bidayah:


Studi Ilimu-Ilmu Keislaman, Volume 9, No. 1, Juni 2018
61

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar.1 Bersama Pimpinan MTs NU Haruyan

Gambar.2 Pengadaan Sanlat di MTs NU Haruyan


62

Gambar.3 MTs NU Haruyan Kalimantan Selatan

Gambar.4 Suasana Belajar di MTs NU Haruyan Kalimantan Selatan

Anda mungkin juga menyukai