Anda di halaman 1dari 36

BAB I

A. Latar Belakang

Proses Pendidikan dilakukan tidak hanya membekali siswa dengan berbagai ilmu

pengetahuan, namun Pendidikan harus berorientasi pada bagaimana pemberian bekal bagi

siswa agar dapat menjalani kehidupan sosialnya dengan baik setelah lulus dari sekolah.

Pendidikan diartikan sebagai proses mengubah tingkah laku agar siswa menjadi manusia

dewasa yang mampu hidup mandiri sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan

sosialnya.

Pemerintah memulai melalui Depiknas Menyusun kebijakan Pendidikan yang

berorientasi pada kecakapan akademik dan kehidupan social. Kecakapan social diartikan

sebagai kemampuan diri dalam menghadapi berbagai macam masalah dalam kehidupan

social. Oleh karena itu guru sebagai tenaga pengajar harus secara kontekstual berperan aktif

dalam praktek pengajaran secara akademik dan social dengan harapan siswa mampu

mengembangkan kecakapan dalam kehidupan social sehari-hari.

Menurut Depiknas (Aldilla, 2016) kecakapan akademik dan sosial sering kali

disebut juga kecakapan intelektual atau kemampuan berpikir secara ilmiah dan social, pada

dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir secara umum, namun

mengarah kepada kegiatan yang bersifat keilmuan dan berperilaku.

Kecakapan akademik dan sosial meliputi kecakapan mengidentifikasi variable dan

menghubungkan antara satu dan lainnya, merumuskan hipotesis serta merancang dan

melaksanakan penelitian untuk membuktikan suatu gagasan. Kecakapan akademik dan

sosial harus dimiliki oleh siswa yang bertujuan agar dapat mengembangkan pola piker

siswa dalam kehidupan sehari-hari (Aldilla, 2016)


Menurut tim broad based education (Nugroho) kecakapan akademik dan social

adalah kecakapan yang dimiliki seseorang yang didapat dari pembelajaran intelektual yang

digunakan untuk menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa

tertekan, kemudian secara proaktif mencari serta menemukan solusi sehingga akhrinya

mampu mengatasinya. Adanya kecakapan akademik dan sosial yang didapatkan dari

pengalaman belajar siswa dapat mengilhami mereka Ketika menghadapi problema dalam

kehidupan sesungguhnya.

Dalam system Pendidikan nasional pasal 3 tahun 2003 menyebutkan bahwa

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan nasional bertujuan utnuk berkembangnnya potensi siswa agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga demokratis dan bertanggung jawab.

Pendidikan karakter hadir sebagai upaya untuk membimbing siswa mencapai

perilaku-perilaku seperti yang disebutkan dalam system Pendidikan nasional pasal 3 tahun

2003. Dalam hal ini karakter dapat ditemukan sikap-sikap seseorang terhadap dirinya,

terhadap orang lain, terhadap tugas tugas yang dipercayakan kepadannya (A.sobri, 2013).

Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan benar dan salah akan tetapi lebih dari itu

Pendidikan karater menanamkan kebiasaan baik sehingga siswa menjadi paham yang mana

benar dan salah mampu merasakan nilai yang baik dan bisa melakukannya. Pendidikan

karakter yang baik dengan kata lain harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang

baik namun mengedepankan aspek perilaku yang baik. Pendidikan karakter menekankan

pada kebiasaan yang terus menerus dipraktikan dan dilakukan (Alimin, 2014)
Kecakapan akademik dan social dapat didapatkan dengan baik melalui efektifitas

belajar. Menurut Miyarso (Rohmawati) mengatakan bahwa efektifitas belajar merupakan

salah satu standar mutu Pendidikan dan seringkali diukur dengan tercapainya tujuan atau

diartikan sebagai ketetapan dalam mengelola suatu situasi. Efektifitas belajar merupakan

kombinasi yang tersusun meliputi manusiawi,material,fasilitas,perlengkapan dan prosedur

diharapkan untuk mengubah prilaku siswa kea rah positif dan lebih baik sesuai dengan

potensi dan perbedaan yang dimiliki untuk mencapai tujuan pembelakajran yang telah

ditetapkan. (Rohmawati)

Salah satu upaya membentuk kecakapan akadamik dan social siswa adalah dengan

cara membekali siswa dengan kemampuan intelektual hal ini didapatkan dari sejauh mana

efektifitas belajar yang dapat diwujudkan guru dalam proses belajar mengajar. Efektifitas

belajar dikatakan efektif apabila memenuhi standar dari poin-poin tentang kecakapan

akademik dan social meliputi kecakapan personal(mengenal diri dan mengelola

stress),kecakapan sosial(mengelola emosi,komunikasi,hubungan interpersonal dan empati)

serta kecakapan akademik(berpikir kreatif,berpikir kritis,pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan) (Latisma)

Penelitian ini dilakukan di salah satu smp di kota cilegon yaitu smp 7 cilegon yang

dimana sekolah tersebut masih menerapkan kurikulum K13 dan telah merencanakan

kurikulum merdeka namun masih belum diketahui kapan pastinya kurikulum merdeka

tersebut diterapkan karena ingin memeastikan dari kesiapan guru dan fasilitas serta modul

yang akan digunakan nantinnya dalam proses belajar mengajar. Di smp 7 cilegon juga

terdapat berbagai macam ekstra kurikuler yang nantinya menunjang pengembangan

potensi siswa ekstra kurikuler disini yaitu di antarannya pramuka, paskibra, futsal, basket,
voli, taekwondo, silat dan padus. Dibidang akademik sendiri telah meraih berbagai macam

prestasi misalnya mampu menjuarai lomba MIPA dan cerdas cermat sekota cilegon dan

disisi non akademik smp 7 juga memiliki prestasi dimana salah satu siswa yang mengikuti

ekskul taekwondo mampu meraih juara 3 dalam ajang lomba taekwondo yang

diselenggarakan oleh TNI serta lomba futsal mampu meraih juara 2 pada lomba liga siswa

se-cilegon.

Berdasarkan penelitian terdahulu dari Soniya Ardila(2016) yang berjudul profil

kecakapan akademik siswa melalui praktikum berbasis guide inqury pada konsep system

pernafasan dengan hasil bahwa nilai rata-rata kecakapan akademik siswa kelas XI ipa 7

SMA negeri 3 kota serang sebesar 77,7(kategori baik)yang terdiri dari 4 aspek yaitu aspek

mengidentifikasi variable dan menghubungkan antara satu dan lainnya 76,5,aspek

merumuskan hipotesis 75,5,aspek merancang penelitian 78,4 dan aspek melaksanakan

penelitian 80,4 yang termasuk dalam kategori baik.

Berdasarkan penelitian terdahulu dari suprapto mukti Nugroho yang berjudul upaya

meningkatkan kecakapan akademik(akademik school)pada pembelajaran IPA atau fisika

materi pemisahan campuran menggunakan base instruction(PBI) menunjukan hasil 54%

siswa mampu mengidentifikasi vaariabel dengan benar, 58% siswa dapat menjelaskan

hubungan antar variable 72% siswa dapat mengajukan hipotesis dengan benar 76%

siswa/kelompok dapat merancang desain alat sendiri untuk eksperimen.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh febrian nur alfajri(2020)

yang berjudul pengaruh Pendidikan karakter terhadap pengembangan diri pada siswa smpn

1 sumbawa besar menunjukan hasil bahwa Pendidikan karakter berpengaruh terhadap

pengembangan diri pada siswa sebesar 29,7% yang aspek paling tinggi adalah aspek
religious dengan kategori baik sedangkan pengembangan diri dengan aspek potensi moral

berkategori baik.

Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki beberapa keunikan dengan penelitian

sebelumnya yaitu variable terikat yang digunakan oleh peneliti adalah kecakapan akademik

dan social yang diteliti karena dapat melihat dampak dari efektifitas belajar yang menjadi

salah satu factor mendukung siswa dalam menjalani kehidupan sosialnya. Subjek menjadi

sarana yaitu siswa SMP diamana pada masa SMP merupakan tahap remaja awal atau masa

peralihan dari anak-anak menuju remaja awal yang bisa dibilang sangat terpengaruh

dengan lingkungannya.

Berdasarkan fenomena penelitian dan permalahan semakin memperkuat peneliti

untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan kecakapan akademik dan social dan

efektifitas belajar dengan judul “pengaruh pendidikan karakter dan kecakapan

akademik dan social pada siswa SMP 7 cilegon” hal ini untuk melihat apakah terdapat

pengaruh antara kecakapan akademik dan social terhadap efektifitas belajar pada siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini

yaitu apakah terdapat pengaruh Pendidikan karakter terhadap kecakapan akademik

dan social pada siswa di SMPN 7 cilegon

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah terdapat

pengaruh Pendidikan karakter terhadap kecakapan akademik dan social pada siswa

di SMPN 7 cilegon
D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini peneliti berharap agar hasil dari penelitian dapat

membawa banyak manfaat yang dipandang secara teoritis ataupun secara praktis

bagi pengembangan ilmu pengetahuan:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi baru,wawasan dan pengetahuan

yang menambah kasana ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

psikologi mengenai pengaruh Pendidikan karakter dan kecakapan akademik

dan sosial

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti,sebagai sarana untuk menambah pengetahuan peneliti

sebagai hasil dari pengalaman langsung serta dapat memahami beberapa

penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selama di perguruan tinggi.

b. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan menjadi acuan dan bahan bacaan

bagaimana cara meningkatkan Pendidikan karakter dan kecakapan

akademik dan social belajar disekolah

c. Bagi sekolah, sebagai acuan unutk mengetahui pengaruh Pendidikan

karakter dan kecakapan akademik dan social pada siswa smp 7 cilegon
E. Hipotesis Penelitian

Ha:terdapat pengaruh Pendidikan karakter dan kecakapan akademik dan social

pada siswa SMP 7 cilegon.

Ho:tidak dapat pengaruh Pendidikan karakter dan kecakapan akademik dan social

pada siswa SMP 7 cilegon.

F. Definisi Operasional

1. Varibel X Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan menanamkan kebiasaan yang baik

sehingga siswa mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai nilai yang

telah menjadi kepribadiannya

2. Variable Y Kecakapan Akademik Dan Sosial

Kecakapan akademik dan social merupakan kemampuan berpikir ilmiah

yang pada dasarnya merupakan pemgembangan dari kecakapan berpikir

secara umum namun mengarah kepada kegiatan yang bersifat keilmuan dan

social.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan karakter

1. Pengertian Pendidikan

Menurut islam(2017) menyatakan Pendidikan adalah proses pembelajran bermutu

dalam rangka mewujudkan tujuan Pendidikan. Pendidikan bermutu merupakan syarat

utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, adil dan sejahtera. Pendidikan

dapat membawa pengaruh besar terhadap penigkatan kualitas dan perilaku hidup

masyarakat karena Pendidikan merupakan media transformasi kepribadian dan

pengembangan diri seseorang.

Undang undang nomer 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan nasional juga

menjelaskan Pendidikan adalah usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan sarana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi didirnya untuk memeiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinnya,

masyarakat, bangsa dan negara.

2. Penegertian Karakter

Kementrian Pendidikan nasional 2020 menyebutkan bahwa karakter merupakan

watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari internalisasi

sebagai kebajikan yang dipercayai dan digunakan sebagai landasan cara berpikir, cara

melihat sesuatu dan bertindak yang pada dasarnya terdiri dari sejumlah nilai, moral dan

norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.
Tohomas lichcona (Dalmeri, 2014) mendefinisikan seseorang yang berkarakter

merupakan suatu sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang

dimanifestasikan dalam Tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur,

bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya.

Mengacu pada pengertian diatas karakter adalah sesuatu yang dimiliki setiap individu

yang menjadi ciri khas individu tersebut yang berupa watak, akhlak, kepribadian yang

mencerminkan individu dalam bersikap dengan orang lain serta lingkungannya.

3. Pendidikan Karakter

Mansur (Citra, 2012) Pendidikan karakter adalah Pendidikan budi pekerti yang

melibatkan aspek teori pengetahuan, perasaan dan Tindakan. Lebih lanjut tohomas

lichona (Citra, 2012) tanpa 3 aspek tersebut maka Pendidikan karakter tidak efektif dan

pelaksanaanya harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Seseorang anak

yang mendapatkan Pendidikan karakter yang baik, akan menjadi anak yang cerdas.

Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyosong

masa depan. Seorang anak dengan kecerdasan emosi yang baik akan berhasil dalam

menghadapi segala tantangan termasuk tantangan secara akademis.

Pendidikan karakter adalah usaha aktif dalam membentuk kebiasaan yang baik

sehingga sifat individu telah terbentuk sejak kecil, sebuah usaha untuk mendidik

individu agar dapat mengambil keputusan yang baik dan mempraktekannya dalam

kehidupan sehari hari, sehingga setiap individu dapat memberikan kontribusi positif

kepada lingkungannya (Muhsin, 2015). Lebih lanjut bahwa proses Pendidikan karakter

atau Pendidikan akhlak dipandang sebagai usaha sadar dan terencana, bukan usaha
yang sifatnya terjadi secara kebetulan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai

usaha yang sungguh sungguh dalam memahami, membentuk, memupuk nilai nilai etis,

baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat dan lingkungan sosialnnya (Dalmeri,

2014)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan karakter merupakan

suatu system yang direncanakan dalam membentuk nilai karakter baik individu yang

berlandaskan pengetahuan, kesadaran, peduli dan Tindakan terhadap sesame manusia,

lingkungan dan tuhan yang maha esa.

Pendidikan karakter dalam seting sekolah adalah sebagai pembelajaran yang mengarah

pada penguatan pengembangan perilaku didasarkan pada suatu nilai tertentu yang

dirujuk olej sekolah (Alfajri, 2020). Definisi tersebut mengandung makna:

a) Pendidikan karakter merupakan Pendidikan yang terintegrasi dengan

pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran

b) Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku secara utuh

c) Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk

sekolah

4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Kementrian Pendidikan nasional 2010 (Alfajri, 2020) menjelaskan tujuan

Pendidikan karakter adalah:

a) Mengembangkan potensi kalbu, Nurani, efektif, siswa sebagai manusia dan

warga negara yang memiliki nilai nilai budaya dan karakter bangsa

b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan dengan

nilai nilai universal dan tradisis budaya bangsa yang religious


c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai penerus

bangsa

d) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia mandiri, kreatif,

berwawasan kebangsaan

e) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar

yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, serta dengan rasa

kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Kementrian Pendidikan nasional 2010 (Alfajri, 2020) menyebutkan bahwa unutk

mewujudkan keberhasilan dari Pendidikan karakter dapat dilakukan melalui berbagai

media. Media yang mendukung keberhasilan Pendidikan karakter mencakup keluarga,

satuan Pendidikan dalam hal ini sekolah, masyarakat sipil, masyarakat politik,

pemerintah, dunia usaha dan juga media masa.

5. Pendekatan Dalam Pendidikan Karakter

Tohomas lichona (Dalmeri, 2014) menyebutkan 5 pendekatan tersebut adalah

pendekatan penanaman nilai, pendekatan perkembangan kognitif, pendekatan analisis

nilai, pendekatan klarifikasi nilai, dan pendektan pembelajran berbuat.

a) Pendekatan penanaman nilai adalah suatu pendekatan yang memeberi

penekanan pada penanaman nilai nilai social dalam diri siswa yang bertujuan

untuk diterimannya nilai nilai social tertentu oleh siswa, berubahnya nilai nilai

siswa yang tidak sesuai dengan nilai social yang diinginkan. Dalam membentuk
nilai ini metode yang digunakan dalam proses pembelajran yaitu keteladanan,

penguatan positif dan negative, simulasi, permainan peran, dan lain lain.

b) Pendekatan perkembangan kognitif merupakan karakteristik yang memberikan

pada penekanan dalam aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini

mendorong siswa utnuk berpikir aktif tentang masalah masalah moral, maupun

dalam membuat keputusan keputusan moral

c) Pendekatan analisis nilai yaitu pendekatan yang memberikan penekanan pada

perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis dengan cara

menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai nilai social.

d) Pendekatan klarifikasi nilai yaitu pendekatan yang memberikan penekanan

pada usaha untuk memebantu siswa dalam mengkaji perasaan dan

perbuatannya sendiri, serta meningktakan kesadaran mereka tentang nilai nilai

mereka sendiri dalam permasalahan moral yang bersifat perseorangan

e) Pendekatan pembelajran berbuat yaitu pendekatan yang berfokus pada usaha

dalam memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukna perbuatan

perbuatan moral, baik secara perseorangan maupuan secara Bersama sama

dalam suatu kelompok

6. Aspek Aspek Pendidikan Karakter

Direktorat jendral Pendidikan (Hartono, 2019) mengatakan bahwa Pendidikan

karakter digunakan untuk membangun dan mengembangkan karakter yang mulia dari

peserta didik dengan mempraktikan dan mengajarkan nilai nilai moral dan

pengambilan keputusan yang berada dalam hubungan sesame manusia, lingkungan dan

sang pencipta.
Thomas lichona (Dalmeri, 2014) menyatakan terdapat 2 aspek penting dalam nilai

dari Pendidikan karakter yaitu sebagai berikut:

a) Religious sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup

runkun dengan pemeluk agama lain. Nilai nilai karakter religious antara lain:

1) Jujur, perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, Tindakan,

dan pekerjaan

2) Toleransi, sikap dan Tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,

etnis, pendapat, sikap, dan Tindakan orang lain yang berbeda dengan

dirinnya

3) Bertanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya yang seharunnya dia lakukan terhadap diri

sendiri, masyarakat, lingkungan(alam, social dan budaya), negara dan

tuhan yang maha esa

4) Menghargai prestasi, sikap dan Tindakan yang mendorong dirinnya

untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan

mengakui prestasi yang ada di masyarakat

b) Lingkungan, sikap dan Tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakapn

pada lingkungan, membangun sinergi dengan orang lain, bersikap baik terhadap

lingkungan social masyarakat.


1) Disiplin, Tindakan yang menunjukan perilaku tertib pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

2) Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas tugas.

3) Kreatif dan inovatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

4) Nasionalisme, cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menepatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri

dan kelompoknya. Serta bersikap dan berbuat yang menunjukan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

bangsa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi dan politik

bangsa.

5) Internasionalisme, menunjukan kelebihan dan keunggulan bangsa

dari segi budaya, social, politik dan ekonomi pada dunia

6) Kasih saying dan kepedulian, sikap dan Tindakan yang selalu ingin

memebri bantuan pada orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

7) Kritis, cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak

dan kewajiban dirinnya dan orang lain. Rasa ingin tahu, sikap dan

Tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam

dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinnya, dilihat, dan didengar.


8) Etos kerja, prilaku yang menunjukan upaya sungguh sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan

tugas dengan sebaik baiknya.

B. Kecakapan akademik

1. Pengertian Kecakapan Akademik

Kecakapan akademik merupakan kecakapan intelektual atau kemampuan

berpikir ilmiah yang pada dasarnya merupakan pengembangan dan kecakapan

berpikir rasional yang masih bersifat umum dimana kecakapan akademik sudah

lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat keilmuan (Nur, 2016)

Menurut Nur(2016) kecakapan akadmeik sangatlah penting bagi siswa

karena pencapaian kecakapan akademik akan membawa seorang siswa terampil

dalam melakukan kegiatan intelektual mampu memecahkan masalah,mampu

menciptakan gagasan dan baik dalam pengambilan keputusan.

Menurut Wika Santi (Khalimah, 2016) kecakapan akademik merupakan salah satu

jenis life skill yang bersifat spesifik atau yang dimiliki seseorang dibidang

akademik yang dimana keterampilan ini dapat berguna dalam kehidupan siswa

seperti menemukan gagasan memecahkan masalah dan dapat berpikir secara kritis.
2. Aspek Akademik Skill

Menurut (Khalimah, 2016) Keterampilan akademik skill tidak dapat dipisahkan

anatar satu dengan yang lain oleh karena itu akademik skill memiliki 4 aspek yaitu:

a) Kemampuan Siswa Untuk Melakukan Identifikasi Variabel. Menurut

sugiono (Khalimah, 2016) mendefinisikan variable adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang,obejek atau kegitan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh siswa untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya.

b) Kemampuan Siswa Untuk Menghubungkan Anatr Variabel. Setelah siswa

mampu mengidentifikasi atau menentukan masing-masing variable kemudian

siswa menentukan apa yang menjadi sebab dan yang menjadi akibat dari suatu

fenomena maka siswa dapat menghubungkan variable yang ada setelah mereka

menarik kesimpulan dari fenomena yang mereka temukan.

c) Kemampuan Siswa Untuk Hipotesis. Menurut purwanto dan suliastuti

(Khalimah, 2016) siswa diminta merumuskan hipotesis yang bersifat sementara

terhadap suatu masalah yang belum tentu kebenarannya sehingga siswa dituntut

untuk berpikir secara empiris yang berkonsisten pada pengetahuan yang sudah

ada.

d) Kemampuan Siswa Untuk Merancang Dan Melakukan Percobaan Dalam

Menjelaskan Fenomena. Siswa di harapkan mampu merangkai pemikiran

secara kritis dan seksama mengenai berbagai aspek yang dipertimbangkan dan

harus dapat diupayakan dalam menganalisis suatu fenomena yang didsarkan atas

pemikiran, perkiraan, pedoman, yang akan dituangkan dalam bentuk perumusan

suatu fenomena.
Menurut (Sari (2011) terdapat beberapa aspek dalam meningkatkan kecakapan akademik.

e) Tahap Menyajikan Pertanyaan Atau Masalah. Guru memberikan

permasalahan kepada siswa kemudian siswa ditugaskan untuk mengidentifikasi

masalah tersebut dan guru memberikan pertanyaan pertanyaan yang dapat

mengundang siswa untuk mengumpulkan informasi.

f) Tahap Membuat Hipotesis. Guru memberikan kesempatan kepada siswa unutk

memberikan pendapatnya dalam membentuk hipotesis guru membimbing siswa

dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan menentukan

hipotesis mana yang menjadi prioritas.

g) Tahap Melakukan Percobaan Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menentukan langkah langkah rumusan masalah yang sesuai dengan

hipotesis yang diajukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah langkah

yang tepat dalam melakukan percobaan.

h) Tahap Melakukan Percobaan. Guru membimbing siswa mendapatkan

informasi serta guru mengarahkan siswa tidak salah dalam melakukan rumusan

masalah.

i) Tahap Menganalisis Masalah. Guru memberikan kesempatan pada tiap siswa

untuk bertanya hak apa saja yang menyangkut dalam mengidentifikasi suatu

masalah

j) Tahap Membuat Kesimpulan. Guru menstimulus siswa untuk menarik

kesimpulan dari permasalahn atas dasar akademik dan identifikasi variable.


3. Bagian Bagian Kecakapan Sosial

Menurut suprano (Sofializar, 2015) dalam belajar dengan orang lain

maupun masyarakat luas, seseorang perlu menguasai kecakapan kecakapan

social dan akademik yang memungkinkan seseorang dapat diterima oleh

lingkungannya sekaligus dapat mengembangkan dirinnya secara optimal.

Menurut asmani (Sofializar, 2015) terdapat beberapa bagian yang

mencakup kecakapan akademik dan social yaitu diantara lain:

a) Kecakapan bekerja sama(kolaborasion skill). Kecakapan bekerja

sama sangat diperlukan karena sebagai makhluk social dalam

kehidupan sehari hari manusia akan selalu bekerja sama dengan

manusia lain. Kerja sama bukan sekedar kerja sama tetapi kerja

sama yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai,

dan saling membantu.

b) Kecakapan komunikasi dengan empati(komunikasion skill).

Empati, sikap penuh pengertian dan komunikasi dua arah perlu

ditekankan, karena yang dimaksud berkomunikasi disini bukan

sekedar menyampaikan pesan, tetapi juga isi pesannya disertai

kesan baik yang dapat menumbuhkan hubungan harmonis.

Selanjutnya machasin (Sofializar, 2015) memberikan beberapa contoh

kecakapan social dan akademik yang harus dikembangkan melalui proses

Pendidikan antara lain:

a) Kemampuan dan keberanian untuk menampilkan diri secara yakin.


b) Keberanian dan kecakapan unutk mengigatkan satu sama lain

dengan cara yang tepat. Semangat memperbaiki keadaan yang

salah.

c) Kemampuan untuk menerima peringatan orang lain. Interaksi

secara positif, yakni memberi dan menerima atau saling belajar.

Pengalaman dan jati diri orang lain, disamping sikap dan

tindakannya menjadi pelajaran yang berharga untuk meningkatkan

kecakapan diri.

d) Komunikasi dan dialog, yakni kecakapan untuk menyampaikan

pendapat, perasaan, keinginan diri dan sebagainnya kepada orang

dan memahami serta menghargai pernyataan orang lain.

e) Penyesuaian diri dalam lingkungan social, yakni kecakapan untuk

mengetahhui batas kebebasan sehingga tidak melanggar batas

kebebasan orang lain.

4. Tujuan Dan Manfaat Pendidikan Kecakapan Akademik Dan Sosial

Menurut Suryani(2016) tujuan utama Pendidikan kecakapan akademik dan

social menyiapkan siswa agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan

terampil menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya dimasa

dating. Esensi dari Pendidikan kecakapan akademik dan social untuk

meningkatkan relevansi Pendidikan dan nilai nilai kehidupan nyata, baik

preservative maupun progresif.

Lebih spesifiknya, menurut Suryani(2016) tujuan Pendidikan kecakapan

akademik dan social adalah sebagai berikut:


a) Memberdayakan asset kualitas batiniah, sikap, dan perbuatan siswa

melalui pengenalan(logos), penghayatan(etos), dan

pengalaman(patos) nilai nilai kehidupan sehari hari sehingga dapat

digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan

perkembangannya.

b) Memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karir yang

dimulai dari pengenalan diri ekplorasi karir, orientasi karir dan

penyiapan karir.

c) Memberikan bekal dasar dan Latihan Latihan yang dilakukan

secara benar mengenai nilai nilai kehidupan sehari hari yang dapat

memampukan siswa untuk berfungsi menghadapi kehidupan masa

depan yang syarat kopetensi dan kolaborasi sekaligus.

d) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya sekolah melalui

pendekatan manajeman berbasis sekolah dengan mendorong

peningkatan pemandirian sekolah, partisipasi stekholders, dan

seleksibitas sumber daya sekolah.

e) Memfasilitasi siswa dalam menetapkan permasalahan kehidupan

yang dihadapi sehari hari misalnnya Kesehatan mental, fisik,

kemiskinan, criminal, pengangguran, lingkungan social dan fisik,

narkoba, kekerasan, dan kemajuan ipteks.

Pendidikan kecakapan akademik dan social memberikan manfaat bagi

siswa dalam meningkatkan kualitas berpikir, kualitas kalbu, dan kualitas

fisik yang nantinnya dapat meningkatkan pilihan pilihan dalam kehidupan


individu misalnnya karir, penghasilan, pengaruh, prestise, Kesehatan

jasmani dan rohani, peluang, pengembangan diri, kemampuan kompetitif,

dan kesejahteraan pribadi. Dalam lingkungan masyarakat dengan adannya

Pendidikan kecakapan akademik dan social bermanfaat bagi siswa dalam

peningkatan kesejahteraan social, pengurangan perilaku destruktif sehingga

dapat mereduksi masalah masalah social dan pengembangan prilaku dalam

bersosialisasi di lingkungan masyarakat secara harmonis dan

mengedepankan nilai nilai religi, teori, solidaritas, ekonomi, dan cita rasa

(Arti, 2014)

5. Ciri Ciri Kecakapan Akademik Dan Sosial

Menurut depdiknas (Wahab, 2017) ada beberapa ciri ciri dari proses

pembelajaran kecakapan akademik dan social bagi siswa yaitu sebagai

berikut:

a) Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar

b) Terjadi proses penyadaran untuk belajar Bersama

c) Terjadi keselarasan kegiatan belajar unutk mengembangkan diri,

belajar usaha mandiri dan usaha Bersama

d) Terjadi proses penguasaan kemampuan secara intelektual dan

social yang menjadi dasar dalam pembentukan perilaku siswa

dalam lingkungan social

e) Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan

dengan benar

f) Terjadi proses interaksi saling belajar dari para ahli


g) Terjadi pendampingan teknis unutk membentuk usaha Bersama

dalam meningkatkan kualitas diri siswa

Dengan adannya pembelajaran kecakapan akademik dan social dapat

meningkatkan keterampilan secara spesifik yang nantinya sangat berguna

bagi siswa dalam meningkatkan kualitas diri, bersosialisasi dengan

lingkungannya, dan penentuan karir siswa kedepannya (Wahab, 2017).

6. Indicator Pendidikan Kecakapan Akademik Dan Sosial

Menurut Washington state university (DJ, 2017) terdapat 8 indikator yang

menjadi acuan program dalam Pendidikan kecakapan akademik dan social

yaitu:

a) Decision making(kemampuan membuat keputusan). Kemampuan

siswa dalam membuat keputusan, mampu memikirkan akibat dari

keputusan yang akan diambil dan mampu mengevaluasi pilihan

yang telah dibuat

b) Wise use of resource(kemampuan memanfaatkan sumber daya).

Siswa mampu menggunakan sumber daya yang ada disekitar

dirinnya, memanfaatkan sumber daya finansial sendiri secara

terencana, memanfaatkan pengaturan waktu yang baik, dan berhati

hati dengan personalitas diri.

c) Comunication(komunikasi). Siswa memiliki kemampuan dalam

menyampaikan pendapat, informasi, atau pesan dengan berbagai

orang melalui pembicaraan, penulisan, gerak tubuh, dan ekpresi

yang efektif.
d) Accepting differences(menerima perbedaan). Kemampuan siswa

dalam mengatur dan menerima kesenjangan atau perbedaan dengan

berbagai pihak.

e) Leadership(kepemimpinan). Siswa mampu mempengaruhi dan

menjelaskan sesuatu kepada berbagai pihak dalam kelompok dan

mampu menggunakan berbagai gaya kepemimpinan yang kreatif

dalam mencapai tujuan Bersama kelompok.

f) Marketable skill(kemampuan yang marketable). Siswa mampu

memahami permasalahan, mengikuti instruksi, memberi kontribusi,

bertanggung jawab pada tiap tugas yang diberikan, menghindari

kesalahan dan mencatat prestasi dan siap kedepannya dalam

mencari pekerjaan.

g) Healthy lifestyle choise(kemampuan memiliki gaya hidup sehat).

Siswa mampu menciptakan gaya hidup sehat bagi tubuh dan pikiran

serta memilih aktifitas yang bermanfaat bagi fisik dan mental serta

menghindari prilaku yang beresiko pada Kesehatan dirinnya.

h) Self responbility(bertanggung jawab pada diri sendiri). Siswa

mampu menjaga diri, menghargai perilaku diri dan dampaknya,

serta mampu memilih posisi diantara salah dan benar


7. Remaja

Menurut Santrock masa remaja adalah masa periode transisi masa anak

anak menuju dewasa yang akan mengalami perubahan secara biologis, social

emosional dan kognitif (Lumbatu, 2018).

Teori perkembangan yang dikemukakan oleh ericson menyatakan bahwa

masa remaja berusia 10 tahun sampai 20 tahun. Pada masa ini ericson

menyebutkan remaja berada pada tahap identity versus identity confusion

artinya adalah pencarian identitas dan kebingungan identitas. Pada masa ini

remaja coba menemukan tentang siapa diri mereka sebenarnya dan kemana

meraka akan melangkah dalam hidupnya. Jika remaja berhasil melewati masa

tersebut dengan baik denga jalan positif, maka akan tercipta identitas positif.

Namun jika suatu identitas dipaksakan oleh orang tua, maka remaja tidak

berhasil melewati masa remaja tersebut dengan baik sehingga akan terjadi

kebingungan identitas (Santrock, 2007).

Remaja awal adalah remaja yang berusia 11 sampai 14 tahun. Remaja awal

biassanya berada pada akhir sekolah dasar sampai dengan smp. Perubahan yang

terjadi pada masa ini sangat cepat, baik perubahan fisik dan kapasitas

intelektual. Pada msa ini tugas perkembangannya lebih dipengaruhi oleh

perubahan fisik dan mental yang cepat yaitu adaptasi dan penerimaan keadaan

tubuh yang berubah. Dalam hal karakteristik pada fase ini anak tidak mau

diperlakukan sebagai anak anka lagi, mulai sadar akan dirinya sendiri,

pemberani, dinamis, berbicara dan berbuat keras, ingin selalu dikagumi, mulai
melakukan sosialisasi eksploratif, dan ingin mendapat penghargaan (Alfajri,

2020)

8. Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Kecakapan Akademik Dan

Sosial

Masa remaja yaitu masa dimana individu sedang memenuhi tugas

perkembangannya yaitu pencarian identitas diri. Individu merasa seakan

akan dirinya bukan anak anak lagi mulai sadar akan dirinya dan mulai sering

melakukan sosialisasi secara aktif dengan orang orang disekitarnya. Agar

dapat melewati fase ini dengan baik diperlukan karakter yang baik melalui

Pendidikan karakter sehingga menjadi landasan bagi individu dalam

berfikir dan bersikap. Menurut Thomas lichona (dalmeri 2014) menyatakan

seseorang individu yang berkarakter mampu merespon segala sesuatu

secara bermoral yang dimanifestasikan dalam bentuk Tindakan nyata

melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab dan menghormati

orang lain.

Karakter individu dapat ditanamkan melalui Pendidikan karakter

yang dilaksanakan di sekolah karena Pendidikan karakter merupakan

system dalam penanaman nilai karakter yang meliputi pengetahuan,

kesaran, kepedulian serta Tindakan. Dengan adanya Pendidikan karakter

memungkinkan setiap individu bersikap secara baik sesuai dengan aturan

dan norma yang ada. Menurut muhsin (2015) menyatakan bahwa

Pendidikan karakter merupakan usaha aktif untuk membentuk kebiasaan

baik serta usaha mendidik individu agar dapat mengambil keputusan


dengan baik dan mempraktekanya dalam kehidupan sehari hari sehingga

diharapkan nantinya individu dapat memberikan kontribusi positif terhadap

lingkunganya, orang lain dan dirinya sendiri.

Selanjutnya dengan adanya penanaman nilai karakter melalui proses

pembelajaran dengan menggunakan system Pendidikan karakter akan

memberikan dampak positif dalam memunculkan kecakapan akademik dan

social bagi siswa sehingga dapat mengembangkan dirinya menjadi pribadi

yang unggul dan lebih baik. Menurut Nur(2016) Kecakapan akademik

merupakan kecakapan intelektual atau kemampuan berpikir ilmiah yang

pada dasarnya merupakan pengembangan dan kecakapan berpikir rasional

yang masih bersifat umum dimana kecakapan akademik sudah lebih

mengarah kepada kegiatan yang bersifat keilmuan sedangkan menurut Arti

(2014) pendidikan kecakapan akademik dan social memberikan manfaat

bagi siswa dalam meningkatkan kualitas berpikir, kualitas kalbu, dan

kualitas fisik yang nantinnya dapat meningkatkan pilihan pilihan dalam

kehidupan individu misalnnya karir, penghasilan, pengaruh, prestise,

Kesehatan jasmani dan rohani, peluang, pengembangan diri, kemampuan

kompetitif, dan kesejahteraan pribadi. Dalam lingkungan masyarakat

dengan adannya Pendidikan kecakapan akademik dan social bermanfaat

bagi siswa dalam peningkatan kesejahteraan social, pengurangan perilaku

destruktif sehingga dapat mereduksi masalah masalah social dan

pengembangan prilaku dalam bersosialisasi di lingkungan masyarakat


secara harmonis dan mengedepankan nilai nilai religi, teori, solidaritas,

ekonomi, dan cita rasa.

9. Kerangka Berpikir

Pendidikan Kecakapan
Karakter AKkademik &

Religious Lingkungan 1. Decision making


2. Wise use of resource
3. Accepting differences
4. Leadership
5. Marketable skill
6. Healthy lifestyle
7. Self responbility

Menurut Suryani(2016) tujuan utama Pendidikan kecakapan

akademik dan social menyiapkan siswa agar yang bersangkutan mampu,

sanggup, dan terampil menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya

dimasa dating. Esensi dari Pendidikan kecakapan akademik dan social

untuk meningkatkan relevansi Pendidikan dan nilai nilai kehidupan nyata,

baik preservative maupun progresif

Adannya pembelajaran kecakapan akademik dan social dapat

meningkatkan keterampilan secara spesifik yang nantinya sangat berguna

bagi siswa dalam meningkatkan kualitas diri, bersosialisasi dengan

lingkungannya, dan penentuan karir siswa kedepannya (Wahab, 2017).

Untuk menumbuhkan kecakapam akademik dan social di perlukan system

Pendidikan yang baik salah satunya dengan menggunakan system penidikan


karakter Melalui Pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah karena

Pendidikan karakter merupakan system dalam penanaman nilai karakter

yang meliputi pengetahuan, kesaran, kepedulian serta Tindakan. Dengan

adanya Pendidikan karakter memungkinkan setiap individu bersikap secara

baik sesuai dengan aturan dan norma yang ada.

Dengan adanya penanaman nilai karakter melalui proses pembelajaran

dengan menggunakan system Pendidikan karakter akan memberikan

dampak positif dalam memunculkan kecakapan akademik dan social bagi

siswa sehingga dapat mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang unggul

dan lebih baik.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode

kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan metode analisis statistic yang dikumpulkan

melalui proses pengukuran serta menekankan hasil analisis data yang berupa angka (Azwar,

2017).

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang melakukan analisis hanya sampai pada taraf

deskripsi yaitu terbatas pada gambaran data secara factual. Data diolah dan disajikan secara

singkat dan sistematik sehingga mudah dibaca dan dipahami serta disimpulkan (Azwar, 2017).

2. Populasi Dan Sampel

a) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulanya (Azwar, 2017).

Adapun populasi penelitian ini yakni seluruh siswa SMPN 7 cilegon 843

dengan pembagian kelas 7 sebanyak 294 siswa, kelas 8 sebanyak 279 siswa

dan kelas 9 sebanyak 270

siswa(http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/indeks/php/come/profil/c0b16157-

31f5-e011-8f88-b9fd0a157225 diakses 14 juni 2023)


b) Sampel

Sampel adalah Sebagian dari populasi atau bagian jumlah karakteristik

yang dimiliki oleh populasi (Azwar, 2017). Adapun metode penentuan sampel

yang digunakan penelitian ini adalah rumus slovin dengan taraf kepercayaan

90% atau 10% kesalahan yang bertujuan untuk mengetahui proporsi siswa

sebagai responden agar sampel dapat mewakili populasi secara keseluruhan.

Adappun rumus slovin sebagai berikut

N=n

1 + Ne²

Keterangan :

n : Jumlah Sampel

N : Populasi

E : Jumlah Kesalahan

Berdasarkan rumus di atas, maka sampel yang digunakan pada penelitian

ini sebagai berikut :

N=n
1 + Ne²
= 843
1+843 (0.01)²
= 843
8.43
= 100 Sampel
Dari data populasi siswa di SMPN 1 Cilegon berjumlah 843 siswa,

digunakan rumus slovin, maka sampel yang digunakan sebesar 100 orang. Setelah

diketahui jumlah sampel yang dapat mewakili populasi secara representative,

selanjutnya memutuskan jumlah dan area sampel berdasarkan claster (tingkatan)

dengan rumus

ni = Ni x n
N
Keterangan :

ni : Jumlah Sampel Menurut Claster

n : Jumlah Sampel Seluruhnya

Ni : Jumlah populasi

N : Jumlah Populasi Seluruhnya

Berdasarkan Rumus diatas, maka sampel yang digunkan pada tiap kelas dalam

penlitian ini sebagai berikut

1) Kelas 7
ni = Ni x n = 294 x 100
n 843
= 34.8 = 35
2) Kelas 8
ni = Ni x n = 279 x 100
n 843
= 33
3) Kelas 9
ni = Ni x n = 270 x 100
n 843
= 32
Dendan demikian sebaran sampel yang digunakan berdasarkan kelas dalam

penelitian yakni sebagai berikut

No Kelas Jumlah
1 Kelas 7 35
2 Kelas 8 33
3 Kelas 9 32
Total 100

3. Instrument Penelitian

Azwar(2017) menyatakan bahwa instrument penelitian adalah suatu alat

pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang

diamati. Dengan demikian penggunaan instrument penelitian yaitu untuk mencari

informasi yang lengkap mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun social.

Instrument yang digunakan penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data

yang akurat yaitu dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu

fenomena tertentu. Skala tersebut memuat pernyataan yang bersifat faforable dan

unfaforable. Faforable adalah pernyataan yang mendukung, sedangkan unfaforable adalah

pernyataan yang tidak mendukung. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis

instrument anket atau kuisioner dengan pemberian skor sebagai berikut

No Respon Favorable Unfavorable


1 Sangat Tidak Setuju 1 5
2 Tidak Setuju 2 4
3 Netral 3 3
4 Setuju 4 2
5 Sangat Setuju 5 1
A. Skala Pendidikan Karakter

Skala Pendidikan karakter disusun berdasarkan 2 aspek yaitu aspek

religious dan lingkungan social yang dikemukakan oleh Thomas

lichona(dalmeri 2014). Skala ini memuat beberapa item yang mewakili kedua

aspek tersebut yang terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable dengan

menggunakan 5 pilihan respon yaitu sangat setuju(ss), setuju(s), netral(n), tidak

setuju(ts) dan sangat tidak setuju(sts).

B. Skala Kecakapan Akademik Dan Sosial

Skala kecakapan akademik dan sosail disusun berdasarkan 7 aspek yaitu

aspek decision making, wise use of research, accepting deverences, leadership,

marketable skill, healty lifestyle dan save responsibility yang dikemukakan oleh

Washington(DJ 2017). ). Skala ini memuat beberapa item yang mewakili kedua

aspek tersebut yang terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable dengan

menggunakan 5 pilihan respon yaitu sangat setuju(ss), setuju(s), netral(n), tidak

setuju(ts) dan sangat tidak setuju(sts).

4. Teknik Pengumpulan Data

A. Skala

Skala merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk

menentukan Panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat

ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data

kuantitatif. Skala yang digunakan adalah skala liker untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompom orang tentang fenomena

sosial (Azwar, 2017).


B. Dokumentasi

Dokumentasi dapat dianggap sebagai materi materi tertulis atau sesuatu

yang menyediakan informasi tentang suatu objek. Dokumentasi dapat dianggap

sebagai materi materi tertulis yang menyediakan informasi berupa catatan, buku,

surat kabar dan sebagainya. Adapun data dokumentasi dalam penelitian ini yaitu

surat penelitian dan foto saat penelitian

5. Teknik Analisis Data

A. Uji Validitas

validitas berasal dari kata validity yang memiliki makna kebenaran dan keabsahan. Ari

kunto (Machali, 2017). Validitas adalah ukuran yang menunjukan keandalan atau

kesalihan suatu alat ukur. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan produk

momen dengan aplikasi computer spss 2016. menurut Sugiono(2016) kriteria item

yang harus dipenuhi yaitu:

a. Jika r>dari 0,3 maka item tersebut dinyatakan valid

b. Jika r<dari 0,3 maka item tersebut dinyatakan tidak valid

B. Uji Reliabilitas

Reliabilitas(Azwar 2017) merupakan penerjemahan dari kata reliability, konsep

reliabilitas adalah sejauh mana hasil proses pengukuran dapat dipercaya. Hasil suatu

pengukuran akan dapat dipercaya apabila dalam beberap kali pelaksanaa pengukuran

terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil relative yang sama. Azwar(2017)

mengindikasikan bahwa instrument dikatakan reliable jika memiliki nilai cronbach alpha

minimal 0,7.
6. Kriteria Pembanding

A. Kategori Tingkat Skala

Norma atau kriteria pembanding yang digunakan peneliti dalam mengkategorikan

tingkat skala pendidikan karakter dan pengembangan diri di bagi menjadi 5 (lima)

kategorisasi yaitu, sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah

Interval Skor Kategori


M + 1,5 SD < X Sangat Tinggi
M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD Tinggi
M - 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD Sedang
M - 1,5 SD < X ≤ M + O,5 SD Rendah
X ≤ M – 1,5 SD Sangat Rendah

B. Rearata Aspek

Norma atau kriteria pembanding yang digunakan peneliti dalam


mengkategorisasikan rata-rata nilai setiap aspek dibagi menjadi lima kategorisasi yaitu,
sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.

Koefesien Kategori
>4,2 Sangat Tinggi
>3,4 – 4,2 Tinggi
>2,6 – 3,4 Sedang
>1,8 – 2,6 Rendah
≤ 1,8 Sangat Rendah

7. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Produk Moment

Pearson. Pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu

variabel dependen. Adapun uji korelasi Produk Moment Pearson digunakan untuk

menentukan ada atau tidaknya pengaruh pendidikan karakter terhadap Kecakapan


Akdemik dan Sosial siswa dengan menggunakan aplikasi computer SPSS versi 16.0 for

windows. Adapun standar signifikansi yang digunakan adalah <0,05

Anda mungkin juga menyukai