Anda di halaman 1dari 2

Nama : I Nyoman Trisna Wahyu Raharja Meranggi

NIM : 2112531080
Matkul : Etika Administrasi Publik
Prodi : Administrasi Publik

1. Etika deontologi dan etika teleologi memiliki pandangan yang berbeda dalam
memandang permasalahan korupsi. Etika deontologi menekankan pada kewajiban
moral dan prinsip moral yang harus diikuti oleh individu, sedangkan etika teleologi
lebih berfokus pada tujuan akhir dan dampak dari tindakan atau perbuatan. Studi kasus
menunjukkan bahwa pelaku korupsi bansos COVID-19 tidak menerapkan etika dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, baik secara deontologi dan teleologi.
Dalam etika teleologi, terdapat beberapa cabang aliran, yaitu egoisme etis, altruisme,
dan utilitarianisme yang dapat mendeskripsikan bagaimana perbuatan pelaku korupsi
bantuan sosial. Tindakan korupsi tersebut juga telah melanggar prinsip etika normatif.
Oleh karena itu, tindakan korupsi dalam pengadaan bansos tidak dapat dibenarkan dari
sudut pandang etika deontologi maupun etika teleologi.

2. Dalam konteks politik etika untuk Pemilu 2024, ada beberapa strategi yang dapat
diperkenalkan oleh kandidat dalam menghadapi persaingan dengan bakal calon
presiden dan wakil presiden Mengarah pada nilai-nilai kebaikan: Kandidat harus
menunjukkan komitmen yang kuat dalam menjaga nilai-nilai kebaikan dan
mengantisipasi norma-norma agama dan keadaban yang mencenderungi masyarakat.
Hal ini akan membantu mereka mendapat simpati rakyat dan elektabilitas yang lebih
tinggi. Meningkatkan visibilitas dan penampilan: Kandidat harus mengikuti kegiatan
dan acara yang mempromosikan mereka dan mengatasi kekhawatiran masyarakat
tentang calon mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui debat, kunjungan ke daerah, dan
interaksi langsung dengan masyarakat. Mengatasi kontroversi: Kandidat harus
mengatasi kontroversi yang mungkin menghambat keadaan mereka, seperti perbedaan
politik dengan pasangan lain atau ketidakpastian masyarakat. Hal ini akan membantu
mereka menjaga keadaan dan elektabilitas mereka. Menggunakan sosial media:
Kandidat harus menggunakan sosial media untuk menjangkau lebih banyak pemilih
dan menyampaikan informasi tentang kandidat dan kebijakan mereka. Hal ini akan
membantu mereka menciptakan jaringan yang luas dan mempromosikan mereka
kepada masyarakat. Mengkaji kebutuhan masyarakat: Kandidat harus menunjukkan
bahwa mereka memahami dan menangani kebutuhan masyarakat, seperti ekonomi,
pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Hal ini akan membantu mereka mendapat
simpati rakyat dan elektabilitas yang lebih tinggi.

3. Dalam mengeksekus politik etika, kandidat harus menjaga keseimbangan antara


menjaga nilai-nilai kebaikan dan mengatasi kekhawatiran masyarakat. Dengan
menerapkan strategi ini, kandidat akan lebih mampu menghadapi persaingan dengan
bakal calon presiden dan wakil presiden dan meningkatkan elektabilitas mereka untuk
Pemilu 2024.
Untuk menciptakan birokrasi yang netral dari perspektif etika pegawai dan etika
organisasi, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Etika birokrasi harus
menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
organisasi.
Selain itu, penting untuk memperhatikan aspek integritas, konsistensi, dan kesesuaian
dengan nilai serta kebijakan organisasi dalam tindakan-tindakan birokrasi.
Konsep etika organisasi juga mencakup aspek seperti tanggap akan aspirasi rakyat,
menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, serta menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan. Seluruh upaya ini
bertujuan untuk menciptakan birokrasi yang profesional, bersih, dan mampu
memberikan pelayanan publik secara efektif.
Dalam konteks etika birokrasi, penting untuk memperhatikan aspek integritas,
konsistensi, dan kesesuaian dengan nilai serta kebijakan organisasi dalam tindakan-
tindakan birokrasi. Selain itu, etika birokrasi juga harus menempatkan kepentingan
publik di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan organisasi. Upaya untuk
menciptakan birokrasi yang netral dan berintegritas juga memerlukan pemahaman yang
lebih jauh tentang konsep etika dan integritas birokrasi, serta peran pentingnya dalam
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang kuat.

4. Etika politik, etika publik, dan etika administrasi saling terkait dalam konteks kebijakan
publik. Etika politik berkaitan dengan perilaku etis para pemimpin politik dalam
pengambilan keputusan dan interaksi politik. Etika publik menekankan pada tanggung
jawab dan perilaku etis dalam pelayanan publik, sementara etika administrasi
menekankan pada prinsip-prinsip etis dalam pengelolaan administrasi publik.
Sebagai contoh, dalam kasus skandal korupsi di sebuah lembaga pemerintah, etika
politik akan menyoroti perilaku para pemimpin politik yang terlibat, etika publik akan
menekankan dampak buruk pada pelayanan publik dan kepercayaan masyarakat,
sementara etika administrasi akan menyoroti pelanggaran prinsip-prinsip etis dalam
pengelolaan administrasi publik.
Studi kasus yang dapat menunjukkan hubungan ini adalah skandal Watergate di
Amerika Serikat. Skandal ini melibatkan perilaku politik yang tidak etis, dampak buruk
pada kepercayaan masyarakat, dan pelanggaran etika administrasi dalam pengelolaan
pemerintahan. Hal ini menggambarkan keterkaitan antara etika politik, etika publik,
dan etika administrasi dalam konteks kebijakan publik.

Anda mungkin juga menyukai