Jawaban :
1. Keadilan merupakan salah satu nilai dan prinsip yang sangat penting bagi seorang
administrator/pejabat pemerintahan. Sebagai kebajikan moral, keadilan mengandung arti
bahwa seorang administrator pemerintahan harus bertindak secara adil, objektif, dan tidak
memihak dalam melaksanakan tugasnya. Keadilan berperan dalam memastikan setiap
keputusan dan tindakan yang diambil oleh seorang administrator pemerintahan berlandaskan
pada prinsip kemanfaatan publik dan kesetaraan bagi seluruh warga negara.
Sebagai kebajikan moral, keadilan pada administrator pemerintahan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
3. Tidak memihak: Seorang administrator pemerintahan harus menjaga netralitas dan tidak
memihak dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini berarti tidak memberikan perlakuan khusus
atau memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Selain itu,
seorang administrator pemerintahan juga harus menjaga integritasnya dengan tidak terlibat
dalam praktik korupsi, nepotisme, atau kolusi yang dapat merugikan kepentingan publik.
Sumber referensi:
2. Dalam bidang etika, ajaran keadilan yang relevan adalah bahwa seorang pejabat pemerintah
harus bertindak dengan integritas, netralitas, dan pelayanan yang adil terhadap masyarakat.
Secara umum, keadilan dalam bidang etika dapat dijelaskan sebagai berikut:
3. Pelayanan yang adil: Seorang pejabat pemerintah harus memberikan pelayanan yang adil
kepada seluruh masyarakat tanpa diskriminasi. Penggunaan aplikasi media sosial oleh pejabat
pemerintah harus diarahkan untuk memberikan edukasi dan informasi yang bermanfaat bagi
masyarakat dalam kerangka pelayanan publik yang adil.
Dalam bidang hukum, perlu diperhatikan bahwa setiap pejabat pemerintah memiliki kewajiban
dan tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hukum yang berlaku.
Penggunaan aplikasi media sosial oleh pejabat pemerintah harus dilakukan dengan mematuhi
peraturan yang ada, termasuk dalam hal privasi, penyebaran informasi yang benar dan tidak
menyesatkan, serta menghindari penggunaan atau penyebaran konten yang melanggar hukum
atau merugikan pihak lain.
Sumber referensi:
- Stimeling, Cesar, Public Administration and the Ethic of Care: Government as Good Samaritan,
2015.
3. Asas-asas etika bagi administrator pemerintahan mencakup integritas, profesionalisme,
netralitas, keadilan, dan tanggung jawab.
Dalam konteks berita di atas, pentingnya asas-asas etika bagi pemerintah dalam menjalankan
tugas pokok dan fungsinya dapat dilihat dari beberapa analisis sebagai berikut:
1. Integritas: Etika pemerintahan yang baik harus mencerminkan keberadaan integritas dalam
setiap tindakan dan keputusan yang diambil oleh pemerintah. Dalam hal ini, penekanan pada
pentingnya etika pemerintahan dalam memberikan manfaat bagi masyarakat menunjukkan
perlunya integritas dalam melayani dan mengambil keputusan yang bersifat objektif, adil, dan
tidak memihak.
3. Netralitas: Asas netralitas dalam etika pemerintahan juga ditekankan dalam berita tersebut,
dimana pemimpin pemerintah harus memiliki otoritas moral sebagai contoh teladan bagi orang
banyak. Netralitas ini penting untuk menjaga keberlangsungan pemerintahan yang adil dan
berdasarkan pada prinsip kesetaraan dan keadilan bagi seluruh warga negara.
4. Keadilan: Asas keadilan dalam etika pemerintahan berhubungan dengan tujuan pemerintah
untuk memberikan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Pemerintah perlu
melaksanakan kebijakan yang adil, tidak diskriminatif, dan mengutamakan kepentingan publik,
termasuk dalam memerangi korupsi melalui pendidikan moral dan kesadaran berintegritas.
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, asas-asas etika sangat penting bagi pemerintah.
Etika pemerintahan membantu menjamin transparansi, akuntabilitas, dan kepercayaan publik
terhadap pemerintah. Selain itu, asas-asas etika juga menjadi pedoman bagi pejabat
pemerintahan dalam mengambil keputusan yang adil dan mengedepankan kepentingan publik.
Dengan mematuhi dan menginternalisasi asas-asas etika, pemerintah dapat menjalankan
tugasnya dengan integritas dan memberikan keberlanjutan bagi negara dan masyarakat yang
dilayaninya.
Sumber referensi:
- https://www.republika.co.id/berita/qua52n428/etika-jadi-pilar-ketiga-tegaknya-pemerintahan
4. Alasan mengapa ASN masih ada bahkan banyak yang tidak mampu menjaga netralitas di saat
Pemilihan Umum antara lain:
1. Kurangnya pemahaman dan kesadaran: Salah satu alasan utama adalah kurangnya
pemahaman dan kesadaran mengenai pentingnya netralitas politik bagi ASN. Beberapa ASN
mungkin tidak sepenuhnya memahami batasan dan tanggung jawab mereka terkait netralitas
politik, sehingga terjadi pelanggaran karena kurangnya pemahaman akan etika dan aturan yang
berlaku.
2. Tekanan dan intervensi politik: ASN sering menghadapi tekanan dan intervensi dari pihak
politik atau calon yang ingin memperoleh dukungan. Hal ini dapat menciptakan dilema moral
bagi ASN, di antara tuntutan politik dan kewajiban netralitas yang diharapkan dari jabatan
mereka. Tekanan ini bisa datang dalam bentuk perintah langsung, ancaman, atau imbalan.
4. Kurangnya pemberian sanksi yang tegas: Kurangnya penegakan hukuman yang tegas atau
sanksi yang memadai terhadap pelanggaran netralitas ASN juga dapat menjadi faktor penyebab
ASN tidak mampu menjaga netralitas. Jika pelanggaran netralitas tidak dihukum dengan tegas,
hal ini bisa menciptakan budaya di mana pelanggaran tersebut dianggap biasa dan dapat
diabaikan.
Berita di atas menggambarkan dilema etika netralitas ASN dalam Pemilihan Umum. Faktor-
faktor yang disebutkan dalam berita, seperti kurangnya pemahaman dan kesadaran, tekanan
politik, keinginan untuk mempertahankan jabatan, dan kurangnya pemberian sanksi yang tegas,
merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan ASN dalam menjaga netralitas.
Dalam analisisnya, dilema etika netralitas ASN dalam Pemilihan Umum adalah situasi di mana
ASN harus mempertimbangkan dan memutuskan antara kewajibannya sebagai abdi negara
untuk netral dan pelayanan publik, dengan tekanan politik, kepentingan pribadi, atau tanggung
jawab terhadap jabatan atau pekerjaan mereka sendiri. Dalam konteks politik yang kompleks,
mempertahankan netralitas bisa menjadi perjuangan bagi ASN.
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya yang lebih baik dalam meningkatkan pemahaman
dan kesadaran ASN terkait etika dan aturan netralitas politik. Selain itu, penting juga untuk
menerapkan sanksi yang tegas dan konsisten terhadap pelanggaran netralitas, serta
memperkuat proses pemantauan dan pengawasan terhadap ASN selama pelaksanaan
Pemilihan Umum.
Sumber referensi:
Alwin Kusuma Ramadhan. "Pilkada 2020: Pencegahan Pelanggaran Netralitas ASN dengan
Sistem Whistleblowing." Kumparan. Diakses pada 18 Februari 2022.
https://kumparan.com/alwin-kusuma-ramadhan/pilkada-2020-pencegahan-
pelanggarannetralitas-asn-dengan-sistem-whistleblowing-1uqNmt06eYT/2